Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
DAFTAR PUSTAKA
BAB I ........................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 7
BAB III .................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai pendekatan dilakukan oleh Indonesia atas kepemilikan Papua Barat terus
berlangsung sehingga Belanda memutuskan untuk mempercepat kemerdekaan Papua
Barat. Persiapan yang dilakukan oleh Belanda agar terlepas dari Indonesia yaitu
mempercepat program pendidikan Papua Barat untuk persiapan kemerdekaan yang
hasilnya membentuk Akademi Angkatan Laut dan Tentara Papua hingga akhirnya
pada tanggal 1 Desember 1961 Papua mendeklarasikan kemerdekaannya.
Menanggapi pembentukan Papua Barat, Presiden Soekarno mencetuskan Tri
Komando Rakyat (TRIKORA) pada tanggal 19 Desember 1961 sebagai bentuk
perjuangan Indonesia merebut Papua dengan serangan militer. Presiden Soekarno
mulai mendekatkan diri kepada negara komunis terutama Uni Soviet, langkah
tersebut membuat Belanda dan Presiden Amerika takut. Pasalnya jika kedekatan
Indonesia dan negara komunis tetap berlangsung, maka Indonesia akan menjadi
Negara Komunis terbesar di Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan Belanda
mengambil sikap untuk menyerahkan masalah Papua ke PBB sehingga menyebabkan
Belanda mundur dan Papua diserahkan kembali ke Indonesia dengan syarat Papua
dapat menentukan sikap sendiri. Dalam perkembangannya, muncul berbagai
ketidakpuasan masyarakat Papua atas tidak mengikutsertakan masyarakat Papua
dalam berbagai permasalahan politik. Sehingga muncul gerakan separatisme yang
disebut dengan Organisasasi Papua Merdeka (OPM) yang tidak puas dengan
kebijakan pemerintah Indonesia yang akhirnya menyebabkan konflik besar di Papua.
Penelitian terkait konflik Papua telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya,
seperti yang dilakukan oleh Azmi Muttaqin (2014) yang berjudul “Otonomi Khusus
Papua sebuah Upaya Merespon Konflik dan Aspirasi Kemerdekaan Papua” yang
membahas tentang kebijakan alternatif terbaik untuk mewujudkan seluruh keinginan
Papua dalam bingkai NKRI (Muttaqin, 2014).1 Kemudian dalam penelitian Nur
Rohim, 2014 membahas mengenai otonomi khusus yang diberikan kepada Papua
untuk meredam konflik dan kekerasan dengan bertujuan mensejahterakan dan
memakmurkan masyarakat Papua di tanah NKRI (Rohim, 2014).2
Penelitian lain membahas mengenai resolusi Papua yang berjudul “Kekerasan dan
Konflik di Papua: Akar Masalah dan Strategi Mengatasinya” (Yoseph Yapi Taum,
2015). Selaras dengan penelitian Taum, Siti Humairoh dalam penelitian yang
berjudul “Analisis penggunaan Diplomasi Multi Jalur untuk Mendukung
penyelesaian Konflik Papua Barat tahun 2009-2018 dengan Menggunakan Konsep
Track Diplomacy dalam proses Menyelesaikan Konflik di Papua” dan penelitian baru
oleh Aldiano Hadinugroho (2019) yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Joko
1
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/download/27056/17936 (diakses pada tanggal
14 Mei 2023 pukul 19:46 WIB)
2
Rohim, N. (2014). Optimalisasi Otonomi Khusus Papua dalam Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat guna Meredam Konflik dan Kekerasan. Junal Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri
Jakarta, 8.
Widodo dan Jusuf Kalla mengalami Tantangan karena Paradigma Dialog
Mengalami Miskonsepsi” dimana pendekatan dan konsep belum tepat serta belum
adanya faktor yang menjadi akar dari masalah yang terjadi. Faktor yang dimaksudkan
adalah sejarah integrasi, identitas, kekerasan politik, kegagalan pembangunan dan
marginalisasi orang Papua (Nugroho, 2019). Berangkat dari rentetan kejadian konflik
yang terjadi di papua, diperkuat fakta bahwa konflik papua adalah konflik vertikal
terlama yang terjadi sepanjang sejarah Indonesia dan masih berlangsung hingga saat
ini. Maka dari itu diperlukan skema dalam penyesuaian yang baru untuk
menyelesaikan konflik ini.
B. RUMUSAN MASALAH
D. METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Metode Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati
(Bodgan dan Taylor dalam Moleong, 2002). Tulisan ini difokuskan pada kajian
kepustakaan,dimana penulis membaca karya-karya yang terkait dengan tema yang
diangkat. Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah buku, jurnal/artikel,
laporan terkait konflik di Papua dan sumber daring serta media massa yang
digunakan untuk mendukung argumentasi penulis. Adapun teknik analisis dilakukan
dengan membaca hasil penelitian, mencermati, dan mencatat hal-hal penting yang
membuktikan argumentasi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Demikian pula dalam Hubungan
Internasional. Konflik dapat menjadi salah satu pembentuk pola interaksi antar aktor
dalam suatu sistem internasional. Herz (Hertz, 1950) dan Waltz (Waltz, 1959)
mengemukakan bahwa negara-negara di dunia terjebak dalam sistem internasional
yang konfliktual. Hal ini disebabkan kebiasaan suatu negara untuk bertahan hidup
dalam sistem adalah dengan cenderung meningkatkan kemampuan diri sebagai
bentuk kesiapan dan pencegahan dari adanya serangan. Berbagai macam konflik yang
terjadi di dunia baik konflik antar negara maupun konflik internal/domestik telah
menemukan titik terang dan digantikan dengan perdamaian antara pihak-pihak yang
berselisih berkat adanya resolusi konflik yang diusahakan oleh pihak-pihak tersebut.
Akan tetapi tidak sedikit juga konflik yang saat ini sedang/masih berlangsung hingga
bertahun-tahun lamanya. Salah satunya adalah konflik yang terjadi di tanah Papua.
B. PENGERTIAN NEGOSIASI
Salah satu cara dalam penyelesaian konflik adalah melalui negosiasi di antara pihak-
pihak yang berselisih. Lopez-Fresno, dkk (2018) mengutip definisi negosiasi oleh
Llamazares (2011) sebagai proses yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih sebagai
bentuk komunikasi untuk mencapai kepentingan bersama dengan cara
mengedepankan kepentingan dan mengurangi perbedaan (Fresno, Savolainen, &
Miranda, 2018).
Secara etimologi dalam bahasa inggris ”negotiation” dalam pengertian secara umum
negosiasi adalah proses tawar menawar dengan cara berunding untuk mencapai
kesepakatan kedua belah pihak (Ulinuha, 2013). Sedangkan menurut Robbins (2003)
adalah sebuah proses yang didalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa
dan berupaya menyepakati tingkat kerja sama tersebut bagi mereka. Negosiasi juga
disebut sebagai proses interaktif untuk mencapai persetujuan. Proses ini melibatkan
dua orang atau lebih yang memiliki pandangan berbeda tetapi ingin mencapai
beberapa resolusi bersama (McGuire, 2004).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu proses
komunikasi dimana dua orang atau lebih dengan tujuan yang berbeda melakukan
suatu proses timbal balik yang melibatkan pertukaran sesuatu antara dua orang atau
lebih hingga mencapai kesepakatan bersama yang menguntungkan semua pihak.
3
http:// www,managementstyudyhq.com/approaches-to-negotiation.html , diakses pada tanggal 15 Mei
2023 pukul 15:33 WIB
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS AKAR MASALAH KONFLIK PAPUA
Konflik Papua telah berlangsung selama lebih dari setengah abad, tetapi terus
memanas dalam dua tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir, beberapa kali terjadi
baku tembak antara aparat keamanan (TNI dan Polri) dan Kelompok Kriminal
Separatis Bersenjata (KKSB) yang selanjutnya dianggap kelompok teroris di wilayah
Papua. Data Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED) mencatat
bahwa pada 1 Januari 2019 - 15 Desember 2021 terdapat 407 peristiwa konflik di
Papua dan Papua Barat, yang terdiri atas 107 pertempuran, 206 kerusuhan, dan 88
kekerasan terhadap warga sipil, dengan jumlah korban jiwa mencapai 123 orang
(ACLED, 2020). Data di atas menunjukkan bahwa pendekatan pemerintah Upaya
Indonesia Mencegah Konflik Papua dengan Pendekatan Mediasi Humanistik berbasis
keamanan dan militer terhadap konflik Papua ternyata justru berdampak semakin
meningkatkan jumlah korban.
Analisis dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Papua Road Map
(PRM) merupakan acuan utama ketika berbicara tentang akar konflik Papua
(Rusdiarti & Pamungkas, 2017). Dalam analisisnya, empat isu menjadi sumber utama
konflik Papua, yakni: (1) Marginalisasi dan diskriminasi terhadap masyarakat asli
Papua, (2) kegagalan pembangunan ekonomi yang tidak menyertakan aspek sosial-
budaya, (3) kekerasan dan pelanggaran HAM oleh negara, dan (4) Perbedaan persepsi
dalam konstruksi sejarah pengintegrasian Papua ke Indonesia pada tahun 1969.
Secara spesifik, PRM menjadi acuan utama penulis untuk untuk analisis penyelesaian
konflik Papua dengan Pendekatan Mediasi Humanis. Dalam hal ini, pemerintah tidak
lagi menggunakan sistem senjata utama, melainkan sistem senjata sosial sebagai
upaya penyelesaian konflik Papua. Seperti telah disampaikan oleh LIPI (Rusdiarti &
Pamungkas, 2017), penyelesaian akar masalah konflik Papua hanya dapat dilakukan
dengan dialog, tidak dapat dengan intervensi kekerasan Oleh karena itu, pemerintah
pusat perlu memulai dialog dengan tokoh sentral OPM di bawah mediasi pihak ketiga
yang netral.
KONFLIK PAPUA
Ada beberapa aktor dalam proses negosiasi yang telah dilakukan diantaranya:
Proses negosiasi terkait konflk di papua terus berlangsung dan belum menunjukan
hasil yang sempurna. Namun negosiasi merupakan solusi terbaik yang harus
dilakukan agar mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua. Konflik yang
terjadi melibatkan banyak pihak dengan tuntutan dan penyebab konflik yang berbeda.
Oleh karena itu hasil dan kemajian dalam proses negosiasi juga berbeda. Berikut
beberapa proses negosiasi yang melibatkan beberapa pihak terkait:
Konflik yang terjadi di Papua merupakan konflik vertikal yang dimana konflik ini
terjadi antara pemerintah Indonesia dan masyarakat papua. Dalam proses
penyelesaiannya dilakukan negosiasi yang dimana melibatkan beberapa aktor/pihak
baik internal maupun eksternal dalam pembangunan perdamaian di Papua. Pihak
internal yang terlibat berasal dari pemerintah pusat dan daerah, OPM, kepala suku,
tokoh agama, dan anggota TNI dan POLRI yang khusus menjaga keamanan di Papua,
dan pihak eksternal yang terlibat adalah PT. Freeport Indonesia.
Dalam konflik ini, diharapkan pemerintah dapat memberikan respon cepat terhadap
tuntutan dengan melakukan proses negosiasi yang dapat mencapai kesepakatan serta
menguntungkan bagi semua pihak tanpa ada kekerasan ataupun pendekatan militer.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. (2014). Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik dan
Aspirasi Kemerdekaan Papua. Ejournal Universitas Diponegoro, 4.
Rohim, N. (2014). Optimalisasi Otonomi Khusus Papua dalam Peningkatan
Kesadaran Hukum Masyarakat guna Meredam Konflik dan Kekerasan. Jurnal
Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 8.
Nugroho, A. H. (2019). Kebijakan Pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam
Upaya Membangun Dialog Untuk Penyelesaian Konflik Vertikal Papua Tahun
2014-2019. Journal of Politic and Government Studies, 8.
Widjojo, M. S., Elisabeth, A., Pamungkas, A. C., & Dewi, R. (2008). Papua Road
Map: Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future.
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sudira, I. N. (2017). Dialog dalam Resolusi Konflik-Interaktif. Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional, 12(1), 33. https://doi.org/10.26593/jihi.v12i1.254
4.33-42
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISH/article/download/27056/17936
(diakses pada tanggal 14 Mei 2023 pukul 19:46 WIB)
http://www.managementstyudyhq.com/approaches-to-negotiation.html (diakses pada
tanggal 15 Mei 2023 pukul 15:33 WIB)