You are on page 1of 14

REKAYASA KESELAMATAN – TL 5235

Kasus Kecelakaan:
Kebakaran Kapal Palu Sipat Pertamina MOR I & PT. Waruna
Nusa Sentana di Pelabuhan Belawan Medan

LAPORAN TUGAS 2
Dosen Pengampu:
Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc., Ph.D.

Oleh:
Charlos Malino (NIM 25322314)
Dhiyaul Auliyah Muslimin (25322310)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Kronologi Kejadian ..................................................................................................... 3

2.2 Prinsip Kerja................................................................................................................ 3

2.3 Analisis Penyebab dan Investigasi Kecelakaan .......................................................... 5

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 9

3.2 Saran ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Matriks 4x4 ......................................................................................................................... 8

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Api ......................................................................................................... 4

Gambar 2.2 Fish bone diagram, penyebab kebakaran dan ledakan WBT, No. 7 ............. 4

Gambar 2.5 Lubang ventilasi ruang WBT7 di Gladak ........................................................ 6

Gambar 2.4 Posisi manhole dan ventilasi .............................................................................. 6

Gambar 2.7 Fan udara ke ruang-ruang yang sedang dilakukan pengerjaan .................... 6

Gambar 2.6 Lokasi salah satu manhole ................................................................................. 6

Gambar 2.8 Ruang SG tempat akumulasi gas thinner keluar dari ruang WBT7 ............. 7

Gambar 2.9 Lubang skylight dan lampu penerangan di ruang SG .................................... 7

Gambar 2.10 Analisis Penyebab ............................................................................................. 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terjadinya kebakaran di atas kapal umumnya disebabkan oleh berbagai macam
penyebab, salah satunya karena kenaikan temperatur pada ruangan yang berdampingan
dengan bunker dan sekat kapal yang terlalu panas. Resiko kebakaran pada kapal
meningkat jika kapal yang bersangkutan itu menggunakan material yang mudah
terbakar dan tumpukan cat yang di tempatkan didalam kabin.
Sering juga kebakaran dikapal terjadi akibat aliran pendek (short circuits) yang
disebabkan oleh tidak sempurnanya pemasangan kabel-kabel listrik, kejelekan isolasi
listrik dan adanya temperatur yang tinggi pada ruangan yang berdampingan. Percikan
api yang kecil sekalipun akan menimbulkan kebakaran atau ledakan. Perlengkapan alat
pemadam kebakaran wajib disiapkan untuk menjaga terjadinya kebakaran dan untuk
menghindari akibat dari kebakaran tersebut.
International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan beberapa peraturan
yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan
polusi, salah satunya yaitu SOLAS 74 (Safety of Life at Sea). Terkait dengan tingginya
tingkat risiko kebakaran yang dapat terjadi di kapal laut dan menyebabkan kerugian
finansial yang cukup besar bahkan sampai menelan korban jiwa yang jumlahnya tidak
sedikit, maka diperlukan suatu sistem penanggulangan kebakaran.
Kebakaran tidak akan terjadi apabila tidak ada tiga faktor penyebab timbulnya
api atau yang biasa disebut dengan segitiga api, tiga faktor tersebut adalah barang yang
mudah terbakar (bahan bakar), Panas (sumber api), Adanya oksigen yang berasal dari
udara. Tiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila
salah satunya tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk
meminimalisir munculnya kebakaran, maka harus menghilangkan atau tidak
menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang berdekatan.
Perusahaan PT. Pertamina (Persero) memiliki kapal tanker dan kapal gas yang
digunakan sebagai alat transportasi dan menjadi salah satu pilihan untuk melakukan
pengangkutan atau shipper muatan mereka khususnya muatan cair, baik dalam negeri
ataupun di luar negeri. Umumya muatan yang biasanya dibawa menggunakan kapal
adalah minyak mentah, minyak jadi, dan gas. Salah satu kapal milik PT. Pertamina

1
adalah MT. Palu Sipat dengan panjang 160 m, dengan DWT 17.945 Tonnes. Kapal ini
digunakan khusus untuk pengangkutan Marine Fuel Oil.
Dalam pelaksanaan operasional kapal MT. Palu Sipat telah terjadi peristiwa
kebakaran dan ledakkan pada tahun 2015. Kecelakaan terjadi ketika proses pengecetan
(painting) bagian dalam Water Ballast Tank No.7 (WBT7) yang berada di sebelah kiri
(dari arah buritan) ruang Steerin Gear (SG) kapal. Akibat kecelakan yang terjadi
terdapat 3 korban jiwa dalam keadaan utuh namun mengalami luka bakar. Melihat dari
peristiwa terjadinya kebakaran dan ledakkan di kapal milik PT. Pertamina dan PT
Waruna Nusa Sentana, maka perlu dilakukan analisis lebih lanjut terkait penyebab
terjadinya kebakaran dan ledakkan agar menjadi pembelajaran untuk mencegah
terjadinya kasus kebakaran dan ledakkan di kapal.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana kronologi terjadinya kebakaran dan ledakkan pada MT.
Palu Sipat Milik PT. Pertamina MOR I & PT. Waruna Nusa Sentana
2. Menganalisis prinsip kerja api sehingga terjadi kebakaran dan ledakkan
3. Menganalisis bukti-bukti hasil investigasi penyebab terjadinya kebakaran dan
ledakkan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Kejadian


Pekerjaan pengecatan bagian dalam WBT7 dimulai tanggal 13 April 2015 pukul
17.30 WIB, dengan jumlah personil/pekerja 4 orang. Rincian tugas dari keempat
personil adalah:
a) 2 (dua) orang pekerja melaksanakan pengecatan di dalam WBT,
b) 1 (satu) orang pekerja berada di luar WBT7 tapi masih di lokasi ruang SG,
bertugas mengarahkan selang pengecatan.
c) 1 orang sebagai helper untuk melengkapi kebutuhan pekerjaan yang berada di
daratan untuk pengontrolan peralatan pengecatan.
Pukul 18.05 WIB terjadi kebakaran dan ledakan di lokasi pengecatan tersebut
saat dilakukan pengecatan yang kedua kali (finishing). Sebelum kejadian, pengecatan
di dua tangki WBT yang lainnya sudah selesai dilakukan. Pengecatan di lakukan
dengan cara spray dengan konsumsi thinner sekitar 10%.
Tim Tanggap Darurat dari galangan PT. WNS segera melakukan pemadaman
dan mengevakuasi korban. Pukul 18.45 WIB pemadaman dilakukan, akibat ledakkan
yang terjadi tiga awak kapal tewas dengan luka bakar. Ketiga jenazah ABK kemudian
dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Pirngadi, Medan, Sumut.

2.2 Prinsip Kerja


Teori Segitiga Api
Kebakaran adalah reaksi kimia (termasuk oksidasi) yang berlangsung cepat dan
memancarkan panas dan sinar. Terjadinya kebakaran diperlukan 3 (tiga) unsur yang
disebut segi tiga api (Gambar 2.1). Dengan kata lain, untuk dapat terbentuk api dan
terjadi kebakaran, maka pada satu tempat dan dalam waktu yang sama, harus bertemu
3 unsur yaitu:
a) Bahan bakar, atau bahan yang mudah terbakar, bisa dalam bentuk padat, cair,
dan gas.
b) Zat pembakar (oxidizer, O2)
c) Api/energi termal (panas) yang mempercepat terjadinya oksidasi dan
penyalaan.

3
Gambar 2.1 Segitiga Api
Dengan memperhatikan kronologi terjadinya kebakaran dan ledakan, serta ketiga unsur
penyebab kebakaran pada Gambar 2.1., maka konstruksi root cause ditunjukkan seperti
pada (Gambar 2.2) Sumber bahan bakar diduga berupa gas thinner yang terakumulasi
di ruangan tempat terjadi kebakaran dan ledakan. Akumulasi ini diduga akibat lubang
ventilasi di dinding bagian atas WBT tidak dibuka saat pengecatan dan evakuasi gas
dilakukan dengan mengalirkan udara ke dalam WBT7 dengan saluran plastik melalui
manhole yang berbatasan dengan ruang SG (Zat pembakar (O2) tersedia banyak di
udara di dalam ruang SG, sedangkan sumber panas/api diduga berasal antara lain dari
sistem kelistrikan, penggunaan lampu penerangan yang tidak standar, penggunaan HP,
atau korek api.

Gambar 2.2 Fish bone diagram, penyebab kebakaran dan ledakan WBT, No. 7

4
2.3 Analisis Penyebab dan Investigasi Kecelakaan

Berdasarkan konstruksi root cause, maka dilakukan investigasi ke lokasi, yaitu dock V
dan kapal Palu Sipat di Galangan PT WNS di Belawan, Medan. Investigasi bertujuan
untuk: (a) review desain/ layout ruang WBT7 dan (b) menggali data primer yang
dipelukan untuk membuat analisa, menarik kesimpulan penyebab terjadinya kebakaran
dan ledakan di WBT7, dan memberi rekomendasi pencegahannya.
1. Review desain/layout WBT7
Gambar 2.3. menunjukkan layout WBT7 di dalam ruang kapal. Ruang WBT7
berada di buritan sisi sebelah kiri, berbatasan dengan ruang SG yang relatif
sempit (confined space). Pada dinding pembatas dengan ruang SG terdapat 2
(dua) manhole. Langit-langit WBT7 adalah lantai geladak kapal, terdapat 2
(dua) manhole. Ruang SG mempunyai dua akses, yaitu 1 (satu) akses menuju
geladak berupa skylight dan 1 (satu) passage menuju ruang engine. Di ruang
SG, terdapat banyak kabel sistem kelistrikan dan juga pipa.
2. Data investigasi di tempat kejadian Beberapa temuan saat investigasi di tempat
kejadian adalah sebagai berikut:
a) Lubang ventilasi D2 (dua) lubang ventilasi ruang WBT7 berada di langit-
langit, berhubungan dengan geladak kapal. Keduanya dalam keadaan
tertutup saat kegiatan pengecatan ruangan WBT7 di lakukan (Gambar 2.5.).
b) Manhole Terdapat 2 (dua) man hole di dinding ruang WBT7 yang berbatas
dengan ruang SG. Saat pengecatan berlangsung hanya satu manhole yang
dibuka. (Gambar 2.6.).
c) Udara ventilasi Udara ventilasi dialirkan melalui manhole ini dialirkan
udara menggunakan 2 (dua) saluran plastik dari fan yang berada di geladak
kapal (Gambar 2.7.). Saluran plastik dari fan menuju ruang WBT melalui
lubang skylight di ruang SG. Diduga gas thinner bersama-sama udara
ventilasi dari ruang WBT7 keluar kembali melalui manhole dan
terakumulasi di ruang SG dan ruang sekitarnya (Gambar 2.8.). Sketsa
Ruangan WBT7 beserta dua manhole dan dua lubang ventilasi seperti
Gambar 2.9.
d) Pusat ledakan dan lokasi korban Dari pengamatan di lapangan, beberapa
indikasi pusat ledakan adalah di ruang SG. Diperoleh juga keterangan

5
bahwa ketiga korban tidak di dalam ruang WBT7 melainkan 1 (satu) korban
berada di ruang SG sedangkan 2 (dua) yang lain berada di koridor dan ruang
lain di sebelah ruang SG.

Gambar 2.3 Lay out ruang WBT7 di lambung kapal

Gambar 2.4 Posisi manhole dan Gambar 2.5 Lubang ventilasi


ventilasi ruang WBT7 di Gladak

Gambar 2.7 Fan udara ke ruang-


Gambar 2.6 Lokasi salah satu ruang yang sedang dilakukan
manhole pengerjaan

6
Gambar 2.8 Ruang SG tempat akumulasi gas thinner keluar dari ruang WBT7

Gambar 2.9 Lubang skylight dan lampu penerangan di ruang SG


Inverstigasi kecelakaan dilakukan menggunakan metode 4x4, adapun hasil investigasi
kecelakaan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.10 Analisis Penyebab

7
Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan matrix 4x4:

Tabel 2.1. Matriks 4x4


Unit M M-S M-S-W M-W S S-W W
MT Kapal 1 3-2 0 0 0 2-1 0
Palu Sipat 1
Jumlah 2 1 0 0 0 1 0

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan:
1. Kebakaran dan ledakkan terjadi pada proses pengecetan bagian dalam WBT7
pada 13 April 2015 pukul 17.30 WIB, dengan jumlah personil/pekerja 4 orang.
Akibat ledakkan yang terjadi tiga awak kapal tewas dengan luka bakar.
2. Kebakaran terjadi ketika terdapat 3 unsur dalam segi tiga api (Bahan bakar, Zat
Pembakar, dan Api/energi termal (panas)). Dalam kasus kebakaran dan ledakan
Kapal Palu Sipat yang menjadi bahan bakar adalah gas thinner.
3. Berdasarkan hasil investigasi, bukti-bukti penyebab terjadinya kebakaran kapal
Palu Sipat adalah terdapat akumulasi gas combustible berupa uap thinner dan
udara, lampu penerangan yang tidak gas-proof, pengoperasian handphone (HP)
para pekerja, dan benturan peralatan terbuat dari baja.

3.2 Saran
Adapun saran - saran yang dapat diberikan sebagai rekomendasi perbaikan adalah
sebagai berikut:
a. Manajemen
1. Pengkajian ulang implementasi SMK3, khususnya untuk jenis pekerjaan
pemeliharaan kapal di drydock sangat diperlukan.
2. Penyempurnaan SOP kegiatan pengecatan di confined space dan khususnya
terkait dengan sistem ventilasi serta penggunaan sistem penerangan yang gas
proof perlu dilakukan.
b. Supervisor
1. Pemeriksaan kandungan gas harus dilaksanakan sesering mungkin selama
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan pengecatan.
2. Pelarangan untuk menggunakan peralatan kerja dan alat kerja lainnya yang
terbuat dari baja pada lingkungan kerja yang mengandung gas.
c. Pekerja
3. Perintah kerja (work permit) dan SOP pengecatan harus dibuat secara tertulis
dan jelas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
Jakarta. 2016. Tim Independen Pengendalian Keselamatan MIGAS - ATLAS
Keselamatan MIGAS
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 35.K/73/DJMT/2016 (Tim
Independen Pengendalian Keselamatan Minyak dan Gas Bumi dan Sekretariat Tim
Independen Pengendalian Keselamatan Minyak dan Gas Bumi)
TIKPM dibentuk dengan SK DirjenMigas No. 547/73/DJM/2008
Pengangkatan Anggota TIPK – Migas sesuai dengan SK Dirjen Migas No. 35
K/73/DJMT/2016

10

You might also like