You are on page 1of 108

c •

395

N |PII||jBB(Bf

A.HASJMY
e

MEUKUTA ALAM
m
ISKANDAR MUDA MEUKUTA ALAM
KARANGAN-KARANGAN/TERJEMAHAN A. HASJMY.
Yang sudah diterbitkan oleh "Bulan Bintang".

1. Kerajaan Saudi Arabia.,


2. Pahlawan-pahlawan yang Gugur di Zaman Nabi.
jilid-jilid I, II dan III.
3. Dustur Da 'wah Menurut A l-Qur- 'dn.,
4. Sejarah Kebudayaan Islam,
5. Iskandar Muda Meukuta Alam,
6. Langit dan Penghuni-penghuninya (terjemahan dari buku As-
Sama wa Ahlus Sama, karangan Ir. Abdur Razaq Nofalj -
akan terbit.
C - * T -A/
A. Hasjmy

ISKANDAR MUDA
MEUKUTA ALAM

•£ £1

Knmtt KwltanJ 1/8 Ttlp. 42883


Cetakan pertama - 1975-
MVKADDIMAH

Tanah airludonesia sejak ribuan tahun yang lalu telah banyak


sekali melahirkan putera-puteranya, yang kemudian dalam sejamh
dunia tercatat sebagai Orang-Besar.
Salah seorang di antaranya, yaitu Iskandar Muda Meukuta
Alam, yang lahir di daérah yang paling ujung di bahagianbarat
Indonesia, yang sekarang bemama Daerah Istimewa Aceh dan
yang terkenal dengan berbagai nama julukan: Serambi Mekkah,
Tanah Rencong, Daerah Modal dan sebagainya.
hkandar Muda yang telah mengangkat Kerajaan Aceh Darus-
salam kepuncak kebesarannya, pada waktu baru lahir dinamakan
Raja Sulaiman, kemudian dirobah menjadi Abangta Raja dan
seterusnya menjelang remaja bergelar Johan Alam, Perkasa Alam,
Pancagah dan sebagainya, yang waktu menjadi sulthan Aceh ber-
gelar Sulthan hkandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah.
Dalam kitab kecil ini, sekedar dari riwayat hidupnya ditampil-
kan untuk diketahui oleh bangsa Indonesia, terutama oleh Angka-
tan Mudanya, yang menjadi hari depan bangsanya.
Kalau buku-manyak (kecil) ini dapat membantu sekedarnya
dalam usaha kita membangkit batang-terendam untuk menjadi
teladan dan iktibar bagi Angkatan Muda kita, maka itulah yang ':
menjadi do'a dan harapan saya.
Wabillahit Taufiq wal Hidayah!
Banda Aceh Darussalam, 15 Juli 1975.

A. Hasjmy

5
DAFTAR ISI

- MUKADDIMAH 5

- PADA SUATU SUBUH TAHUN 1593 9


SILSILAH RAJA-RAJA Y A N G M E N U R U N K A N ISKANDAR
MUDA • 1 2

- ABANGTA MUNAUWAR S Y A H WAKTU BAYI 15


- PENDIDIKAN D A L A M ISTANA 25
C A R A SAIDIL MUKAMMIL MEMBINA D A N MENGEMBANG-
K A N B A K A T CUCUANDANYA 3 0

- TERPAUT HATI PADA PUTERI SENDI R A T N A I N D R A 36


- ISKANDAR MUDA TERTAWAN 4 0

- ACEH DI BAWAH PIMPINAN ISKANDAR MUDA 44


A R M A D A C A K R A DONYA 5 8

- ISKANDAR MUDA M A R A KE M E L A K A 6 4

- ORGANISASI K E R A J A A N ACEH DARUSSALAM 70


Kanun A l Asyi - Dasar dan Bentuk Negara - Rukun Kerajaan -
Negara Hukum - Sumber Hukum - Cap Sikureueng - Dalam
keadaan perang - Lembaga-lembaga negara - Pemerintah Daerah.
- PEMBANGUNAN EKONOMI 7 7

Balai Furdhah - Perdagangan dalam Negeri - Perdagangan Luar


Negeri - Perindustrian/Pertambangan - Pelayaran - Pertanian/
Perikanan.
- HUBUNGAN L U A R NEGERI g 5

Politik Luar Negeri - Diplomasi Aceh - Hubungan dengan Turki


- Hubungan dengan Belanda - Hubungan dengan Inggeris -
Diplomasi Iskandar Muda.
- A N G K A T A N PERANG A C E H 9 2

Balai Laksamana - Pembangunan Angkatan Perang - Pendidikan


tentara - Armada InongBale -Resimen Wanita Pengawal Istana -
Dipisi Kemala Cahaya ~ Industeri Perang.
- K E A D I L A N ISKANDAR tóUDA 1 0 0

- KEPUSTAKAAN ] 0 4

6
ALAM ATJEH
( Bendera Atjeh )

Bendera dari Kerajaan Aceh Darussalam yang hernama "Alam Peudeué'ng", artinya
bendera cap pedang. (Dari buku: Tarikh Aceh dan Nusantara).

7
PENUNJUK H A L A M A N CAMBAR

1. Alam Cap Peudeué'ng 8


2. Sulthanah Safiatuddin 14
3. Rumöh Aceh 26
4. Masjid Jami' Baiturrahman yang lama 48
5. Masjid Jami' Baiturrahman yang baru 49
6. Gegunungan Menara Permata 55
7
- PintOKhob 56

8. Cakra Donya 61
9. Laksamana Malahayati 96
10. Teungku Fakinah 99
11. Makam Iskandar Muda 103

8
P A D A S U A T U SUBUH T A H U N 1593

Akhir malam menjelang subuh tanggal 22 Rajab 1001 h.


(1593 m.) Keraton Darud Dunia sedang dihimpit kesunyian,
kecuali derap langkah perlahan perajurit-kawal yang lagi ronda dan
riam sungai Krueng Daroy yang mengibau sayu. Kesunyian yang
demikian seram dipecahkan alunan. suara azan yang mengambang
sayup-sayup dari celah-celah jalusi jendela Mahligai Seri Warna,
yang mengisyaratkan bahwa dalam Mahligai tersebut telah lahir
seorang putera raja, yang telah dinanti dengan harap-harap cemas
selama sembilan bulan.
Memang demikianlah nyatanya, bahwa pada saat dan tanggal
tersebut telah lahir ke dunia seorang makhluk luar biasa; tetesan
darah dua manusia yang berasal satu: Laksamana Muda Maharaja
Mansur Syah dan Puteri Raja Indra Wangsa, yang dalam sejarah
dunia manusia tersebut terkenal dengan Sulthan Iskandar Muda
Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, Sulthan yang telah mengangkat
Kerajaan Aceh Darussalam kepuncak kebesarannya.
Ayahanda Iskandar Muda Laksamana Muda Maharaja Mansur
Syah adalah putera dari Abdul Jalil, ,putera Sulthan Alaiddin
Riayat Syah II Abdul Qahhar yang memerintah dalam tahun 945-
979 h.(l539-1571 m.), putera Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat
Syah yang memerintah dalam tahun 916-936 h.( 151 1-1 530 m.),

9
putera Sulthan Alaiddin Syamsu Syah yang memerintah dalam
tahun 902-916 h.(1497-1511 m.), putera Maharaja Munauwar
Syah, putera Sulthan A l a i d d i n Husain Syah 1 yang memerintah
dalam tahun 870-885 h.( 1465-1480 m,), putera Sulthan Alaiddin
Mahmud II Johan Syah yang memerintah dalam tahun 811-870 h.
(1408-1465 m.). Sampai disini bertemu silsilah ayahanda dengan
silsilah ibundanya.

Ibunda Iskandar Muda Puteri Raja Indra Wangsa (ada juga


yang menulis Indra Bangsa) adalah puteri dari Sulthan A l a i d d i n
Riayat Syah I V S a i y i d i l M u k a m m i l yangmemerintah dalam tahun
997-101 1 h.(1589-1604 m), putera Maharaja F i r m a n Syah, putera
Sulthan Alaiddin Mudliaflar Syah yang memerintah dalam tahun
895-902 h.(1490-1497 m.), putera Sulthan A l a i d d i n Inayat Syah
yang memerintah dalam tahun 885-895 h.(1480-1490 m.), putera
Raja Abdullah M a l i k u l M u b i n , putera Sulthan A l a i d d i n M a h m u d
II Johan Syah. Ü)

Silsilah Sulthan A l a i d d i n Mahmud II Johan Syah, t e m -


pat titik bertemu silsilah ayahanda dengan silsilah bundaIskandar
Muda, membubung ke atas sampai kepada Sulthan A l a i d d i n Johan
Syah, sebagai Raja Islam pertama dari Kerajaan A c e h Darussalam,
yang memerintah dalam tahun 601-631 h.( 1205-1234 m.), dan
dari sini membubung terus sampai kepada Sulthan M a k h d u n
Malik A b d u l Kadir Syah Johan Berdaulat, Raja Kerajaan Islam
Perlak yang memerintah dalam tahun 306-310 h.(918-922 m.)
dari Dinasi turunan Aceh asli, sementara Sulthan Kerajaan Islam
Perlak pertama adalah peranakan Arab Quraisy, yaitu Sulthan
Alaiddin Saiyid Maulana A b d u l A z i z Syah yang memerintah Perlak
dalam tahun 225-249 h.(840-864 m.) dan Dinasi Saiyid Maulana
ini hanya sampai kepada raja yang keempat.

Demikianlah asal-usul turunan Iskandar Muda, manusia yang


sejak kecil telah-mempunyai berbagai gelar dan nama.

(1) M . Yunus Djamil: Tawarikh Raja-Raja Kerajaan Aceh hlm 37-45.

10
Selagi masih dalam kandungan bunda telah ada tanda-tanda,
bahwa yang akan lahir itu adalah manusia yang akan merobah
wajah sejarah, seperti yang terlukis dalam Hikayat Aceh:
"Maka tatkala baginda itu dikandungkan bunda tujuh bulan,
maka pada suatu malam bunda bagindapun bermimpi. Maka
ada mimpi bunda baginda itu bertutup sanggulkan bulan,
cahayanya amat cemerlang dan bersandangan bihtang ter-
karang. Kemudian dari itu, tatkala baginda dikandungkan
bunda sembilan bulan, maka pada suatu malam ketika dinihari
bunda bagindapun bermimpi pula. Maka ada yang dimimpi
bunda baginda itu suatu cahaya rupanya bunga karang.
Maka dipertunjuk oleh tuan puteri terjerlai-jerlai.
Maka kemudian dari itu pada malam jum'at, bunda baginda
berbaring pada kelambu peraduan di atas geta keinderaan
antara tidur dan jaga, maka terlihat tuan puteri seperti bulan
purnama, maka cahaya itu mengëlubungi seberhana tubuh
hingga limpah cahayanya daripada kelambu itu penuh segala
istana, maka laku padam olehnya segala cahaya tanglung dan
dian dan kandil. Maka tuan puteripun terkejut dan tiada
dikatakan kepada seorang juapun penglihat demikian.
Maka pada siang harinya dipersembahkan tuan puteri kepada
Syah Alam segala yang terlihat itu. Maka sabda Syah Alam
akan tuan puteri Raja Indra Wangsa: "Hai anakda,bahwa
alamat cahaya itu terlalu sempurna kebajikan diperoleh
anakkü daripada berkat kemuliaan cucuku akan menambah
bahagia anakku jua. Janganlah anakku dukacita. Bahwa
rahasia ini hubaya jangan dikatakan anakku kepada seorang
juapun, karena kebesaran dan kemuliaan yang diperoleh
anakda daripada berkat cucuku yang dikandungkan anakda
itu insya Allah ta'ala niscaya dilihat anakda kemudiannya . . .
"Bahwa cucuku ini tak dapat tiadalah dijadikan Allah ta'ala
dalam alam dunia ini raja yang amat besar dan ialah beroleh
daulat yang keras lagi tinggi daripada segala raja-raja yang
dahulu daripadanya dan yang kemudiannya "( )
2

(2) Dr. T . Iskandar: De Hikajat Atjeh hlm 116-117.

11
Silsilah raja-raja
yang menurunkan Iskandar Muda
Demikian lukisan dalam Hikayat Aceh!
Menurut catatan di halarnan lain dalam Hikayat Aceh tersebut,
bahwa setelah lahir Iskandar Muda, maka datang seorang ahli
hikmat menghadap Syah Alam di Istana Keraton Darud Dunia.
Ahli hikmat yang bernama Hakim Mahmud itu berdatang sembah:
"Tuanku, bahwa cucunda yang jadi ini menyatakan karunia Allah
ta'ala yang amat besar akan tuanku. Sebermula yang dinyatakan
Allah Ta'ala pada diperhamba bahwa cucunda ini tak dapat tiada
beroleh kerajaan yang amat besar."
Bayi yang baru lahir itu, pada mulanya dinamakan dengan
Raja Sulaiman. Menurut Hikayat Aceh lagi, bahwa setelah berusia
tiga tahun, nenekandanya Syah Alam memberi nama cucundanya
itu dengan Abangta Raja Munauwar Syah. Selanjütnya dalam usia
yang masih muda, dia mendapat bermacam nama sesuai dengan
kehaibatannya, seperti Pancagah dan lain-lainnya.

0O0

13
Ratu Safiatuddin, puteri Sulthan Iskandar Muda dari Permaisuri Puteri Sani.
Sulthanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat memerintah dalam
tahun 1050-1085 h.(1641-1675 m.). Gambar ini adalah lukisan dari seorang
pelukis Eropah yang dulu pernah menghadap Ratu di Istana Keraton Darud Dunia.

14
A B A N G T A MUNAUWAR SYAH WAKTU BAYI

Iskandar Muda yang waktu baru lahir dinamakan Raja


Sulaiman, kemudian Abangta Munauwar Syah, kemudianTunPang-
kat Darma Wangsa dan berbagai nama lainnya, dimana bayi
. tersebut hidup dalam suasana kemewahan di Mahligai Sri Warna
dalam Keraton Darud Dunia.

Sungguhpun kemewahan meruah-limpah, namun bayi yang


masih kecil i t u tidaklah dipupuk supaya nanti waktu telah remaja
dan dewasa menjadi anak raja yang rhanja dan angkuh. Sejak bayi
Abangta telah diasuh dan dididik agar dia nantinya menjadi raja
yang beragama, berilmu, berjiwa besar, berakhlak, mulia, adil,
bijaksana dan gagah berani.

Para inang-pengasuh yang mengasuhnya telah diperintahkan •


agar mendendang dan membuai Abangta dengan lagu-lagu yang
bersemangat agama dan nyany^n-nyanyian yang merangsang
semangat kepahlawanan, seperti yang kita saksikan pada sajak-sajak
di bawah i n i :

Do doda idang,
Rcmgkang diblang tameh. bangka,
Beurijang rayek banta sedang,
Beu'ek taprang nanggro'è dumna.

15
Alah hai do, doda idi,
Anoë pasi riyeuk timpa,
Ngon teu rayek banta cutdi.
Ulée Ui prang tapuga.

Do doda idi,
Bijéeh sawi dalam kaca,
Beuna umu banta cutli,
Gantoé doli mat ncuraca. ( 3
'
Terjemahannya:
Buai, buailah sarong,
Gubuk di sawah bakau tiangnya,
Lekaslah dewasa banta sedang.
Tabah menyerang segala negara.

Bobok, boboklah intan,


Pasir pantai dilanda ombak,
Bila lah dewasa muda pahlawan.
Kemedan perang maju serentak.

Tidur, tidurlal: hati,


Bibit sawi dalam kaca,
Panjanglah usia pahlawan kanii.
Gayam negara ganti ayahda.

Para biduwanita istana yang cantik jelita. sirih berganti ke


Mahligai Sri Warna, dan dengan suara emasnya membobok-mem-
buai Abangta dengan lagu-lagu yang membangkit menyentak-
nyentak semangatjihad,seperti dapat kita resapi dari syair di bawah
ini:

(3) H.M. Zainuddin : Singa Aceh hlm. 16.

16
Jak Idn timang putik rambot,
Beungoh seupöt Ion peumanoë.
Beurijang rayek bintang kutöb,
Ek taleugöt dumna nanggroè.

Jak Ion timang bungong padê,


Putêh meuprê-pré dalam uwe,
beupanyang umu beujroh pie,
Ek tung até asoë nanggroè.

Jak Ion timang putik tuphah,


Meuh meutah-tah asoë petoë,
Beurijang rayek banta meutuwah,
Beuek takrah dumna nanggroè.

Jak Ion timang putik mancang,


Banta seudang rupa samlakoê,
Ngon teu rayek boh até nang,
Beusayang lé kaum droëS^

Terjemahannya:

Mari kubuai putik rambutan,


Kumahdikan petang dan pagi,
Lekaslah gedang bintang cemerlang.
Sanggup menggayam segala negeri.

Mari kutimang bunga padi,


Putih berseri disinari surya,
Panjang usia, mulia pekerti,
Dapat menawan hati bangsa.

(4) H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 17.

17
Mari kuayun putik tupah,
Emas bertatah dalam peti,
Lekaslah dewasa kekasih Allah,
Sanggup memerintah segala negeri.

Mari kutimang putik emhacang,


Banta pahlawan rupawan budi,
Bila lah dewasa kekasih inang,
Menjadi kesayangan penduduk negeri.

0O0

Setelah Abangta Munauwar Syah berusia dua tahun, terjadi-


lah pertempurandahsyatdi Laut A r u antara Armada Portugis/Johor
dengan Armada Aceh. Portugis yang sudah tidak sanggup dan
tidak berani menghadapi sendiri Armada A c e h , maka dihasutnya
Sulthan Johor untuk sama-sama memerangi Aceh, yang memang
pada waktu itu Johor menaruh dendam kepada A c e h , karena
dalam tahun 995 h.(1586 m.) Sulthan Mansur Syah Perak (nenekr
anda Sulthan Johor yangdihasut Portugis) mati terbunuh di A c e h .
Armada Portugis/Johor dipimpin oleh Laksamana Merah M i r u
(nama samaran dari seorang Laksamana Portugis), sedang yang
memimpin Armada gabungan A c e h , yaitu Laksamana Maharaja
Mansur Syah ( A y a h n y a Abangta . Munauwar Syah atau Iskandar
Muda). Armada Gabungan Aceh terdiri dari Armada Laksamana
Mansur Syah dan Armada Inong Bale (Armada Wanita-Janda) di
bawah pimpinan Laksamana Malahayati.

Pertempuran yang terjadi di laut dan di darat. yang banyak


meminta korban dari kedua belah pihak. berakhir dengan keme-
nangan Angkatan Perang Aceh, sekalipun harus dibeh dengan
harga yang sangat mahal, yaitu syahidnya Laksamana Maharaja
Mansur Syah sebagai Panglima Armada Gabungan dari Kerajaan
Aceh Darussalam. Sebagai Panglima Tertinggi dari Armada
Gabungan itu, yaitu Sulthan Riayat Syah IV Saidil M u k a m m i l
sendiri. Selain dari Laksamana Maharaja Mansur Syah, juga syahid

18
Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, wakil Panglima dari A r m a d a
Inong Bale. Peperangan itu terkenal dengan Perang Teluk . A r u
di lautan dan Perang Suka Mandi di daratan.
Sulthan Saidil M u k a m m i l disamping bergembira karena men-
dapat kemenangan, juga. sangat murung karena syahidnya dua
Pahlawan pilihan, yaitu menantunya Laksamana Maharaja Mansur
Syah dan perwira pilihannya Laksamana M u d a Sa'ad Sri U d a h n a ,
suami dari Laksamana Muda Meurah Inseun, Wakil Panglima
Pasukan Gabungan pengawal Keraton Darud Dunia.
Kedua Mayat Perwira Tinggi dari Angkatan Laut Kerajaan
Aceh Darussalam itu dibawa pulang ke Ibukota Negara Banda
Aceh. dan dikebumikan di makam Baitur Rijal dalam Keraton
Darud Dunia.
Kerajaan Aceh Darussalam menyatakan perkabungan nasional
selama 44 hari.
Syahidnya Laksamana Maharaja Mansur Syah, telah membuat
isterinya Puteri Maharaja Indera Wangsa berdukacita yang sangat
mendalam, bukan karena dirinya telah menjadi janda daiam usia
yang sangat muda, tetapi karena Tanah A i r telah kehilangan seorang
pahlawan besar, disamping karena puteranya yang hanya . satu-
satunya itu telah menjadi yatim dalam usia dua tahun.
Kalau Laksamana Muda Cut Meurah Inseun, setelah syahid
suaminya Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, dia menumpahkan
segenap hidupnya untuk membangun terus A r m a d a Inong Bale
bersama-sama dengan Panglimanya Laksamana Malahayati, maka
Puteri Raja Indera Wangsa menumpahkan sebahagian besar waktu-
nya untuk mendidik puteranya Abangta Munauwar Syah, agar
dia setelah dewasa dapat menuntut bela ayahandanya, dapat mem-
bangun A c e h sehingga menjadi negara besar di Asia Tenggara
dengan pemerintahannya yang setabil dan Angkatan Perangnya
yang kuat.
Mari kita perhatikan bagaimana Puteri Raja Indera Wangsa
membuai anaknya yang baru pandai bicara patah-patah dan baru
dapat befjalan langkah demi langkah.

19
Alangkah terharunya Indera Wangsa kalau kadang-kadang
dengan suara yang patah-patah Abangta memanggil-manggil ayah-
andanya. Pada saat-saat yang demikianlah Puteri Raja Indera
Wangsa bermadah merayu membuai putera kesayangannya, dengan
nazam-nazam seperti yang di bawah ini:

La Ilaha lllallah,
Kalimah Thaibah payong page,
Muhammad Rasul Allah,
Kalimah Syahadah pangkee mate.

Beurayek aneuklon beubagah,


Tueng bila mbah jipoh le kafe,
Menyo na bagi deungon tuwah,
Allah neupeuhah jalan meusampe.

Neng-neng bo, neng-neng bo,


Peraho pawang jihana,
Kenoé aneuk eh lam dodo,
Ateuh kaso geuayon le ma.

Dö ida idi, do ida idi,


Bineh pasi aron mebanja,
Teungeut eh lam dodi,
Kembee bundi keuayeum mata.

Do ida idang, do ida idang,


;

Geulayang blang kaputöh taloë,


Beurijang rayeuk Perkasa Alam,
Jak puga prang peuaman nanggroè

Dö ida ido, do ida ido,


Allahee do, döda idi,
Teuingat untong ie mata rö,
Reukung pih tho crah ngon bibi.

20
Hit sang sahit,
Umong lé pade diet,
Bukonlé sayang Perkasa Alam, ,
Keubah lé ayah euntong ubit,
Soe nyang papah, soë nyang sayang,
Teukeudirullah ayah ka syahit. < ) 5

Terjemahannya.

La llaha illallah,
Kalimah Thaibah pelindung nanti,
Muhammad Rasul Allah,
Kalimah Syahadah pengantar mati.

Lekaslah dewasa anakku sayang,


Ayahanda syahid dibunuh kafir,
Belalah ayah, turun berjuang,
Allah lapangkan jalan ke hilir.

Neng neng lonceng berbunyi,


Perahu berlayar pawang tiada,
Mari anakku buah hati,
Tidur dalam pangkuan bunda.

Buai buai, buailah sayang,


Dipasir putih berbaris cemara,
Tidurlah anakku dalam buaian,
Sangkar perda ayapan mata.

Bobok, boboklah intan,


Layang-layang putus talinya,
Lekaslah gedang Perkasa Alam,
Pimpin perang, bela negara.

(5) M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 108-110.

21
Buai buai, buaüah gunung,
Aduhai sayang kekasih bunda,
Terkenang nasib herhati murung,
Patah lidah suara tiada.

Hit hit suara pipit,


Sawah banyak padi sedikit,
Sayang anakku Perkasa Alam,
Ayah pergi di masa bayi,
Siapa gerangan pengasuhmu tuan,
Suratan Takdir ayahda syahid

Apabila menjelang senja Sulthan Saidil Mukammil melawat


puterinya yang lagi berdukacita di Mahligai Sri Warna, dimana
Puteri Raja Indera Wangsa sedang membuai puteranya dengan
nada dan irama yang mengharukan, terharu pula Sulthan yang
telah tuaitu melihat pekerti puteri bungsunya yang sedang ditawan
duka nestapa. Pada saat-saat yang demikian, Sulthan Saidil
Mukammil membujuk puterinya yang tercinta itu dengan madah-
madah yang mengandung nasehat, seumpama:

Bek that aneuk meusohsah hate,


Ie mata ile peurabon mata,
Langkah reuzeuki, peuteumun ngon mate.
Baranggakre han ek tasangga.

Takdirullah sibarang gajan,


Han ek troh pham sibarang gasoë,
Rahsia Allah Khaliqul Alam,
Habéh sdhsah, seunang meugantoê.

Beukayem taingat keu poteu Allah,


Beutegoh iman di dalam dada,
Bek that aneuk aloh-alah,
Lam jaroè' Allah qadla-qada.

22
Brok deungon gct teükeudirullah,
Seunung ngori söhsah, kina rnulia,
Si jent dóhya meu-ubah-übdh,
Habéh gundah teu ka r.euda.

Cüco Ion nyöësang metuwah,


Takalon wajah that samlakoë,
Ban ruman ré tanda nyang sah y

Alamat meugah bak saboh roe.

Beureukat mukjizat Rasulullah,


Ngon hafwah meureuhom nyang kawoè',
Perkasa Alam bak meutuwah,
Khalifah Allah peutimang nanggroè. ( 6 )

Terjemahannya:

Janganlah anakku bersusah hati,


Irmata mengalir tiada gunanya,
Langkah rezki, jodoh dan mati,
Tiada siapa dapat menyangga.

Qadla-qadar Allah Penyayang,


Tiada seorang kuasa menerka,
Rahsia Allah Khalikul Alam,
Setelah susah bahagia menjelma.

Hendaklah selalu ingatkan Allah,


Teguhkan Iman di dalam dada,
Janganlah anakku berkeluh-kesah,
Di tangan Allah nasib kita.

(6) M . Yunus Jamil: Gajah Putih 110-111.

23
Buruk dan baik takdir Allah,
Senang susah, hina mulia,
Sifat dunia berubah-ubah,
' Setelah gundah datang bahagia.

Cucuku ini bawa tuah,


Lihat wajah tampan perkasa,
Di muka terbayang sinar cerah,
Tanda megah di satu masa .

Berkat mukjizat Rasul Allah,


Dengan afwah poyang kita,
Perkasa Alam pembawa megah,
Khalifah Allah, Kepala Negara.

Demikianlah sekelumit tata-derita Iskandar Muda di masa


bayi, hidup dengan bundanya yang berkabung sepanjang masa
dalam Mahligai Sri Warna.
Düka-derita di bawah sayap bundanya yang janda sepanjang
# masa. Telah menempa Iskandar Muda menjadi Tun Darma Wangsa
Meukuta Alam, Sulthan Kerajaan Aceh Darussalam yang t'erbesar
dalam sejarahnya, yang kekuasaannya melebar ke utara dan ke
selatan, memanjang ke timur dan ke barat, menghunjam ke urat
bumi dan meninggi ke kutub langit.

--0O0--

24
, I

P E N D I D I K A N D A L A M ISTANA

Sckalipun ayahandanya telah syahid dalam usia dua tahun,


namun pendidikan Abangta Munauwar Syah tidak tersia-sia, karena
Nenekandanya Sulthan Alaiddin Inayat Syah IV Saidil Mukammil
menaruh perhatian yang cukup besar terhadap pendidikan cucuan-
adanya, disamping ibundanya sendiri Putera Raja Indera Wangsa
yang bertekad untuk mengasuh dan mendidik puteranya supaya
menjadi manusia-teladan.
Disamping ibundanya, juga dua budiwati Laksamana Mala-
hayati dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseun turut mengasuh
dan mendidik Abangta, terutama dalam hal tutur-kata dan budi-
bahasa serta latihan ibadat.
Setelah Abangta berusia enam tahun, nenekandanya Sulthan
Saidil Mukammil menugaskan beberapa orang guru/ulama untuk
mengajar dan mendidiknya dalam berbagai bidang. Menurut
catatan satu naskah dari kitab Tabaqatus Salatin, karangan Syekh
Abu bin Ismail, bahwa guru-guru dan ulama-ulama yang ditugaskan
untuk mengajar/mendidik Abangta Munauwar Syah, y a i t u : (7)

1. Patih Raja Indra Abdussalam Makhdum Sani Maharaja Jeumpa,


ditugaskan untuk mengajar menulis/membaca, mengaji A l Quran,
keimanan, ibadat, akhlak, ilmu hisab dan adat-istiadat.

(7) M . Yunus Jamil: Iskandar Muda (masih naskah) hlm 8-10.

25
26
2. Khuja Manaseeh (Guru besar dari Turky), ditugaskan mengajar
bahasa-bahasa Arab,Turky), Portugis, Belanda dan Inggeris.
3. HakimMahmudHukamaIndra,ditugaska.n mengajar ilmu hukum,
baik hukum Jslam ataupun hukum Internasional.
4. Meugat Daila Syah, Ma'un Meugat Setia Jaya, Meugat Bangsi
Kara, Sri Nanta Suara Daudy, kepada mereka ditugaskan menga-
jar seni-budaya.
5. Untuk mengajar ketangkasan kemiliteran dan olahraga diserah-
kan kepada Pcndekar Saiful Muluk (mempergunakan/memper-
mainkan senjata tajam), Meugat Ratna Indra dan Sida Umar
Mansur Khan (memacu dan menunggang kuda), Tun Khuja
Manai dan Sida Tuha Meugat Dilam Caya (menunggang dan
mempergunakan gajah), Laksamana Maharaja Gurah dengan
pembantu-pembantunya Kapitan Moer Daver Karwal (orang
Inggeris), Kapitan Tjaul (Orang Gujarat) dan Kapitan Koetji
(orang Malabar) khusus kemiliteran.

Pengajaran/Pendidikan yang diterimanya Iskandar Muda itu


bukanlah sendirian, sekalipun tempatnya dalam Keraton Darud
Dunia, tetapi bersama sejumlah putera-putera bangsa yang menja-
di temannya. Seperti telah dijelaskan, bahwa Abangta Munauwar
Syah luar biasa cerdasnya. Salah seorang temannya yang bernama
'Kanda Sabtu, setelah dewasa pernah mengenang masa kecilnya
dengan Abangta Munauwar Syah dalam bait-bait sajaknya:

Meungna Abangta tameuduk sajan,


Hana tatujan kaseupot uraoe,
Meungho tajak dröeneuh sajan,
Teubit guransang ceubeuih pitèuka.

Diureung rayek meuasék ulée,


Digurée-gurêe meubléek-bléek mata,
Diureung tuha teuhah babah,
Meukunyah-kunyah bak deungo haha.

27
Diureung inong pisaboh bangon,
Teuduk-teudong meugisa-gisa,
Dak jeul bekcré meu sinyawong,
Nyum sinyawong ngon Abangta.

Terjemahannya:

Jika Abangta ngobrol bersama,


Lupa kita berlalu fiari,
Kemana sa/a Abangta serta,
Bangkit garang, timbal berani.

Orang dewasa lain pula,


Ta'ajub heran para guru,
Orang tua mulut terbuka,
Asyik mendengar cerita Abangta.

Para wanita lain lagi,


Duduk berdiri ingat Abangta,
Ingiu tidak herpisah diri,
Rasa abadi duduk bersama.

Karena budi-pekerti, keberanian dan kecerdasan yang demi-


kian, maka Abangta Munauwar Syah kemudian setelah dewasa
dirasikan lima nama keagungan, yaitu:

1. Pancagah, lima kemegahan: cerdas, kuat hafalan, kuat badan,


tangkas dan berani.
2. Johan Alam Syah; keras hati, gagah, tampan dan rupawan.
3. Perkasa Alam Syah; tinggi cita-cita, bijaksana, berilmu, pandai
bersilat kata.
4. Darma Wangsa; budiman, sopan-santun, setia-kawan, adil, cinta
kebenaran, cinta agama dan bangsa.

(8) M . Yunus Jamil: Iskandar Muda (Masih naskah) hlm 1 1-12.

28
5. Iskandar Muda; bersemangat waja, cepat dan tepat dalam tindak-
an, teguh pendirian dan memiliki watak Iskandar Zulkarnain
(Alexander the Great) atau Iskandar Akbar.

29
C A R A SAIDIL M U K A M M I L M E M B I N A
DAN MENGEMBANGKAN BAKAT CUCUANDANYA

Sulthan Alaiddin Inayat Syah IV Saidil Mukammil yang


cakap dan arif-bijaksana, dapat melihat bakat-bakat yang ada
dalam diri cucuandanya Abangta Manuawar Syah, sehingga ber-
tambah yakinlah dia bahwa cucuandanya akan menjadi seorang
Raja yang luar biasa kalau bakat-bakatnya itu dibina dan dikem-
bangkannya.

Sejak Abangta Munauwar Syah berusia lima tahun telah mulai


kelihatan bakat-bakat yang terkandung dalam dirinya, yang dapat
diketahui oleh kebijaksanaan dan kearifan nenekandanya. Dari
tutur katanya, dari tingkah lakunya dan dari gerak perbuatannya
dapat diketahui bahwa Abangta Munauwar Syah mempunyai bakat
untuk menjadi Pemimpin Besar dalam arti seluas kata.
Dia suka sekali bermain kuda-kudaan dan gajah-gajahan; dia
senang sekali mengadakan perang-perangan dengan teman seper-
mainannya, baik di daratan ataupun di sungai Krueng Daroy yang
mengalir di tengah-tengah Keraton Darud Dunia dengan memper-
gunakan sampan-sampan kecil, dia paling suka mengumpulkan
puluhan teman-temannya dan kemudian memimpin mereka untuk
melakukan sesuatu pekerjaan; dia selalu bekerja mengumpulkan
apa-apa yang ada pada dirinya dan pada teman-temannya dari anak
orang-orang besar dan kaya, kemudian diberikannya kepada
teman-temannya dari anak-anak orang yang miskin.

30
Dalam membina dan mengembangkan bakat-bakat cucuanda-
nya ini, disamping menugaskan sejumlah guru/ulama, juga Saidil
Mukammil melaksanakan sendiri dengan caranya. Dalam Hikayat
Aceh telah dilukiskan dengan jelas sekali bagaimana cara Saidil
Mukammil melakukan itu, dan di bawah ini akan saya ikhtisarkan
sebahagiannya:
Saidil Mukammil melihat cucuanda senang kepada kuda
dan gajah, maka disuruhlah menempa kuda dan gajah dari emas.
Tetapi, kuda dan gajah emas itu tidak puas bagi Abangta Raja,
karena ia tidak bisa diberi minum dan makan. Karena itu setelah
Abangta berusia lima tahun maka diberikanlah kepadanya seekor
anak gajah, hal mana sangat menggembirakan cucuandanya, dan
anak gajah itu dinamakan Indera Jaya serta disuruh mengawalnya
pada seorang ahli-gajah yang bernama si Bulbul.
Indera Jaya menjadi kesayangan Abangta Raja, dan dimulai
dengan Indera Jaya akhirnya pada satu waktu nanti Abangta Ra-
ja menjadi ahli gajah yang menyayangi dan disayangi gajah, seperti
halnya dengan kuda.
Tentang bagaimana senangnya Abangta Raja Munauwar Syah
dengan gajah, Hikayat Aceh melukiskan sebagai berikut (hlm 125):
" bagindapun senantiasa bermain dengan anak segala
raja-raja dan anak segala ceteria dan anak segala hulubalang
dan segala kanak-kanak yang mengiringkan baginda bermain
itu, dan diiringkan inang-pengasuh dan nenda kakanda dan
embuwai tuan.
Pertama-tama kakanda itu, kakanda Seri Bangsa, kakanda
Tengah, kakanda Dilansyah, kakanda Sofyan, kakanda Ab -
durrahman, kakanda Puteh, kakanda Hitam, kakanda Mah-
mud, kakandaMegat, kakandaMuhammad, kakanda Abdullah,
kakanda Kamah, kakanda Ruj, kakanda Amin Khan dan
beberapa kakanda yang lain dari itu dan beratus-ratus
kanak-kanak yang mengiringkan kakanda bermain.

(9) Dr.T.Iskandar: De Hikayat Aceh hlm 119-157.

31
Dan beberapa daripada gajah-yang kecil-kecil, yang baik-baik
paras akan permainan baginda itu;'ada yang sejengkal gading-
nya, ada yang sehasta gadingnya, ada yang setapak gading-
nya', ada yang setunjuk gadingnya. Pertama-tama gajah itu
Raksyasya, kemudian Rawana, Biram Mutia, Gangsar, Mutia
Sejemput, Lela Genta, Ceracap Cina, Tinggal Piatu,Caping
Lunggi, Tinggal Gumit, Ratna Bundai, Bibi Kaca, Indera Jaya,
Bundai Ratna, Lela Mutia, Dara Nirah, Gelang Kaca, Bibi
Daulat, Bibi Patung dan Bunga Seganda.
Maka ada gajah yang sebanyak itu yang sangat dikasihi ba-
ginda itu, yaitu gajah laki bernama Raksyasya dan gajah bini
bernama Dang Ambar Kasturi "
Pada waktu-waktu tertentu Pancagah (Nama lain dari Iskandar
Muda) melakukan perang-perangan di Pulau Rahmat denganmem-
pergunakan kendaraan gajah, dan dari Pulau Rahmat ke Pantai
Cuaca, ke Pantai Cermin, ke Darul Isyki dan ke Darul Kamal,
dan akhirnya mandi berkecimpung dalam sungai As Safa.
Pada waktu yang lain diadakan perang-perangan di air,
perang armada. Mengenai dengan latihan perang laut ini, Hikayat
Aceh antara lain melukiskan:
"Setelah musta'idlahsegala perahu itu, maka disuruh setengah
bersama-sama dengan kakanda Sabtu, yang bergelar Kapitan
Mur Damis Karwal dan kakanda Jum'at akan pengamit ber-
nama Chung Wazir. Maka kakanda Ruah dan kakanda Munau-
war dan kakanda Megat berlabuh di. Kampung Jawa yang
bernama Bandar Makmur, serta Kapitan Mur dengan seratus
buah angkatan. Maka Pancagah berlabuh di Pantai Cuaca
dengan seratus buah angkatan. Maka disuruh Kapitan Mur
yang bernama Damis Karwal dan Kapitan Caul dan Kapitan
Kuci menyuruh sulu dimana angkatan Aceh berlabuh. Maka
dilihat kakanda Pidir Sulu itu datang, maka kakanda Pidir
berdatang sembah kepada Pancagah: "Tuanku, sulu Kapitan
Mur datang berlabuh dibalik Tanjung di Selat Cibrau". Maka
disuruh Pancagah lcngkapi perahu yang baik-baik kadar

32
berapa buah akan melihati sulu Kapitan Mur iut. Maka
apabila bertemulah kedua sulu itu, maka berbedil-bedilanlah
kedua sulu itu. Maka kedengaranlah suara bedil itu kepada
Pancagah. Maka Pancagah menyuruh orang meniup nafi'ri
suasa. Maka ada panjang nafiri itu sehasta. Maka berhimpun-
lah segala anak hulubalang dan segala kakanda menghadap
Pancagah. Maka kata Pancagah: "Naiklah kamumasing-ma-
sing kepada perahu kamu, kita melanggar Kapitan Mur itu".
Maka sekalian mereka itu naik perahunya serta mengisi bedil
meriam dan lela dan cecorong. Maka disuruh Pancagah palu
gung suasa. Maka Pancagahpun bangkit dengan segala angkatan
itu, lalu ilir ke kampung Jawa yang bernama Bandar Makmur
itu. Maka tatkala bertemulah Pancagah dengan angkatan
Kapitan Mur, maka dipalu oranglah daripada kedua pihak
angkatan itu genderang perang. Maka segala anak hulubalang
dansegalakakandamasing-masingbercakap melanggar Kapitan
Mur itu, maka berbedil-bedilanlah kedua pihak angkatan itu
dari pada segenap perahu kecil dan besar ".
Demikianlah terus menerus Saidil Mukammil menyuruh para
guru untuk mengembangkan bakat-bakat dari cucuandanya dengan
berbagai latihan, baik latihan perang air, latihan perang darat,
latihan perang siang hari, latihan perang malam, latihan perang
berkendaraan gajah atau kuda ataupun latihan perang tanpa
kendaraan.
Berkat latihan-latihan yang berat itu, disamping Abangta Raja
memang memihki bakat luar biasa, maka dalam usia di bawah
üma belas tahun Pancagah telah ahli benar mengenderai kuda dan
gajah, bahkan telah menjadi ahli binatang-binatang tersebut, di-
samping telah sangat mahir berkelahi, bersilat dan berperang
dalam arti yang sungguh-sungguh. Bukan itu saja, bahkan bakat
kepemimpinannya menonjol sekali.
Keahlian cucuandanya berkali-kali dicoba oleh Saidil Mukammil,
umpamanya waktu dua orang utusan Raja Portugis, yang dalam
Hikayat Aceh nama mereka disebut Dong Dawis dan .Dong Tumis,

33
mengantar bingkisan kepada Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah I V
Saidil M u k a m m i l yang berupa dua ekor kuda T i z i Portugali, maka
diberilah kesempatan waktu itu kepada cucuandanya, untuk me-
macu kuda itu tanpa pelana, sehingga dalam perpacuan itu se-
orang ahli pacu-kuda dari Portugal dapat dikalahkannya. Mengenai
hal i n i , Hikayat Aceh antara lain m e l ü k i s k a n :
" maka mangmanglah Perkasa A l a m kepada kuda i t u .
Maka disuruh baginda nyahkan pelananya. Maka kata Perkasa
A l a m kepada antusan (Portugis) i t u : " K a r e n a kudengarorang
yang tahu mengendarai kuda i t u , j i k a kuda itu berpelana
perempuanpun dapat menduduki dia
" M a k a Perkasa A l a m melompat ke atas kuda itu serta di-
gertak Perkasa A l a m ke Medan K h a y a l i . Maka berkilat-kilatlah
tubuh kuda,itu putih, sebab kena cahaya permata intan dan
tandai delima merekah itu. Maka tubuh kuda putih itupun
seperti benang raja dan serupa mega d i langit lengkap serba
warna. Maka medan itupun putih berkilat-kilat seperti sinar
matahari
"Hatta Perkasa A l a m menggertak kudanya ke Pintu Tanni.
Maka dibelayamkan Perkasa A l a m p u n kuda i t u seperti pen-
dekar tahu belayam pedang perisai
"Syahdan maka Perkasa A l a m p u n memacu kudanya seperti
kilat yang maha tangkas. Maka tatkala Perkasa A l a m memacu
kuda itu seraya tinggung jua. Maka dipasang baginda kuda itu
dihadapan Syah A l a m diderapkannya tiga depa jaraknya dari-
pada Syah A l a m . Setelah dihadapan Syah A l a m kuda itu ,
maka Syah A l a m p u n bersabda: Hai Perkasa A l a m , nyawa
nenenda yang metimbang alam dunia i n i , padailah tuan
mengenderai kuda. Maka Perkasa A l a m p u n turun dari atas
kuda. Maka segala sida-sidapun datang mengalu-ngalukan
Perkasa A l a m . Maka Perkasa A l a m p u n lalu mengadap Syah
A l a m serta menyembah. Maka Perkasa A l a m p u n d i c i u m Syah
Alam "

Pada suatu hari Saidil M u k a m m i l menyuruh Penghulu Pendekar


agar bersilat pedang dengan Perkasa A l a m , guna menguji sudah

34
sampai dimana keahlian cucuandanya, apakah sudali dapat menga-
lahkan gurunya Penghulu Pendekar itu. Mengenai hal ini,antara
lain Hikayat Aceh melukiskannya:
" tatkala dipalu Johan Alam (Johan Alam nama gelaran
Iskandar' Muda) maka terbit api tersemburan daripada cetai.
Maka daripada derap palu Johan Alam itu maka ranap cetai
Penghulu Pendekar itu hingga sampai palu Johan Alam itu
kekepalanya jatuh oengan tengkuluknya. Maka kata Penghulu
Pendekar: "Syabas sekali Tuanku!" Maka Syah Alampun ter-
senyum serta bersabda: "Padalah kamu bermain". Maka
Johan Alampun dipanggil kelepau. Maka baginda itupun naik
serta menyembah. Maka Syah Alampun mendakap dan men-
cium Johan Alam. Maka Syah Alam menanggal destar dari
ulu, maka dikenakan kepada kepala Johan Alam. Maka
sabda Syah Alam: "Cucuku inilah bernama Muhammad
Hanafïah akhir zaman yang mengalahkan Deli dan menang-
kap Merah Miru dan berhamba Raja Johor dan segala Raja-
Raja Melayu dan mengalahkan segala Raja-Raja yang tiada
mau takluk ke Aceh. Dan cucuku inilah yang mengempukan
bumi masyrik dan ialah yang menjunjung karunia Allah Ta'ala
menjadi Khalifah Allah yang dalam negeri Aceh Darussalam
dan negeri Tiku dan Pariaman dengan menyatakan adilnya
ke atas segala isi negeri yang diserahkan Allah Ta'ala kepada
tangannya danialah mengempukan dan menjadikan segala Raja-
Raja Melayu itu hamba padanya dengan kuasanya "

35
T E R P A U T HAT1 P A D A
PUTERI SENDI R A T N A I N D R A

Dalam usia telah lebih 100 tahun, Saidil Mukammil turun


takhta pada hari Isnin tanggal 15 Zulka'idah 1011 h. (4 April
1604 m.) atas kehendak kedua puteranya: Raja Hussain Syah
dan Raja Muda A l i , sedangkan putera tertua Maharaja Diraja
telah pernah memimpin perang Batu Sawar (Johor Lama) dan
menjadi Raja Muda di sana.
Untuk menggantikan baginda, diangkatlah putera kedua
Raja Muda A l i dengan gelar Sulthan Alaiddin Riayat Syah V ,
sementara Raja Hussain Syah tetap menjabat Wakil Raja di Pidie.
Raja Muda A l i kurang bijaksana, bodoh dan kurang menjalankan
ajaran Islam. Dalam masa pemerintahannya, politik negara menjadi
kacau, ekonomi mundur dan keadaan sosial sangat gawat, se-
mentara Angkatan Perang sudah kucar-kacir, di manaDipisi
Kemala Cahaya pengawal Istana Keraton Darud Dunia yang ter-
diri dari perajurit-perajurit wanita dibubarkannya, dan pasukan
gajah tidak diurus menurut semestinya, sehingga banyak gajah
yang mati atau lari ke hutan.
Johan Alam (Iskandar Muda) bersama bundanya Puteri
Raja Indera Wangsa di keluarkan dari Keraton Darud Dunia
dan pindah ke Merduati, ke rumah pribadi Sulthan Saidil Mukam
mil yang telah turun takhta, yang kemudian Saidil Mukammil
keluar pula dari istana mengikuticucuanda, serta puterinya. Dalam
bulan Zulliijjah 1012 h. (Mai 1605 m.) Sulthan Alaidin Riayat

36
Syah IV Saidil Mukammil wafat, yang kemudian disusul oleh wa-
fatnya Laksamana Malahayati. ( 1 0 )

Iskandar Muda waktu itu sudah mcningkat usia muda-remaja,


dan untuk menghindarkan diri dari abang bundanya Sulthan
Alaiddin Riayat Syah V (Raja Muda Ali), maka Iskandar Muda
bersama bundanya dan sejumlah para perwira dan pejabat negara
pindah ke Pidie, ke daerah' kekuasaan abang ibundanya juga Raja
Hussain Syah.
Dalam daerah Pidie Iskandar bersama bundanya Putera Raja
Indra Wangsa tinggal dalam Istana Reubee dari Maharaja Lela
Daeng Mansur. yang lebih terkenal dengan Teungku Chik di
Reubée.
Maharaja Lela Daeng Mansur adalah cucuanda dari Saidil Mukam-
mil, yaitu putera dari anaknya yang bernama Maharaja Diraja
yang diangkat menjadi Raja Muda di Johor, yang setelah Johor
memberontak terhadap Aceh atas hasutan Portugis, Maharaja
Diraja bersama sejumlah perwira dan pasukannya hijrah ke Ma-
kassar, dan di sana beristerikan seorang puteri dari Raja Bugis.
Dari perkawinan ini, Maharaja Diraja mendapat seorang putera
yang dinamakan Raja Mansur Syah atau Daeng Mansur, dan
setelah dewasa Daeng Mansur kembali ke Aceh menziarahi nenek-
andanya Sulthan Alaiddin Riayat Syah IV Saidil Mukammil,
dan menetap di Reubée dalam sebuah istana yang sengaja dibuat '
Sulthan untuk cucuandanya itu. Raja Mansur Syah atau Daeng
Mansur ini kemudian terkenal sebagai seorang ulama besar dengan
gelar Teungku Chik di Reubée.
Jadi Ayahanda Daeng Mansur Teungku Chik di Reubee
adalah abang tertua dari ibunda Iskandar Puteri Raja Indra
Wangsa, dan bagi Iskandar Muda Daeng Mansur adalah abang
sepupunya.

(19). M. Yunus Jamil: Iskandar Muda (masih naskah) hlm, 25-31.

(11) M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm. 108

37
Dalam Istana Reubee Iskandar Muda bersama ibundanya
hidup seperti dalam- rum ah sendiri, apalagi Reubée itu berada
dalam wilayah kekuasaan pamandanya Raja Hussain Syah sebagai
Raja Muda untuk Pidie.
Sejak masih kecil sudah kelihatan bahwa Iskandar Muda
mempunyai semangat waja, tinggi cita-cita, keras hati dan pantang
tunduk. Namun demikian, baru beberapa bulan Perkasa Alam
tinggal dalam Istana Reubee hatinya telah terpaut pada sekuntum
mawar istana yang bernama Puteri Sani, yang juga bergelar Puteri
Sendi Ratna Indra, puteri dari Maharaja Lela Daeng Mansur
Teungku Chik di Reubée.
Hasrat cinta remaja Iskandar Muda berlabuh dengan tenang
dalam jiwa Puteri Sani yang baru meningkat remaja, sehingga
dalam masa hanya beberapa tahun ia telah menjelma dalam
bentuk pertunangan. ( 1 2 )

Hasrat berjodoh yang semakin subur antara Iskandar Muda


dengan Puteri Sendi Ratna Indra, tidak menghalangi Perkasa
Alam dari cita-citanya yang hendak menambah ilmu pengetahuan
dan hendak membina hari-depan Aceh yang lebih gemilang.
Dari abang sepupunya Teungku Chik di Reubée dan ulama-
ulama lain, Iskandar Muda menuntut ii nu pengetahuan dalam
berbagai bidang, sementara dengan para pejabat dan perwira
yang sama-sama hijrah dari Banda Aceh, dia membuat rencana
untuk menggulingkan pamannya Raja Muda A l i yang telah dilantik
menjadi raja Aceh dengan gelar Sulthan Alaiddin Riayat Syah V .
Kekacauan politik dan ekonomi yang telah melemahkan
Aceh, sangat menggusarkan Iskandar Muda. Dilihatnya penderitaan
rakyat telah melampaui batas.

Dari berbagai penjuru Aceh datang ütusan-utusan ke Reubee


menjumpai Teungku Chik di Reubee dan Iskandar Muda agar

(12) H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm. 53-54.

38
mengambil langkah-langkah untuk membebaskan Aceh dari ben-
cana yang semakin besar. ( 1 3 )

Dalam bulan Ramadlan tahun 1014 h. (Yanuari 1606 m).


berlangsung Musyawarah Reubee yang dihadiri oleh utusan-
utusan yang datang dari seluruh Kerajaan Aceh Darussalam,
musyawarah mana berada di bawah pimpinan Maharaja Lela
Daeng Mansur Teungku Chik di Reubee.
Antara keputusan yang terpenting, musyawarah menetapkan
agar dengan segera dimakzulkan Sulthan Alaiddin Riayat Syah V
yang dlalim itu, dan ditetapkan pula agar Iskandar Muda me-
mimpin Angkatan yang akan menyerbu Banda Aceh itu.

— 0 O 0 —

C13). M.Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 114.

39
ISKANDAR MUDA TERTAWAN

Pada suatu pagi bulan Syawal 1014 h. (Februari 1606 m.)


Iskandar Muda datang pamitan kepada tunangannya Puteri Sani,
karena sebentar lagi dia bersama angkatannya akan berangkat
menuju Ibukota Negara Banda A c e h .
Alangkah terharunya Iskandar Muda waktu Puteri Sani
bertanya manja :
, " M e u n y o cutbang neujak, pat neukeubah Ion ? (Kalau j a d i
kakanda berangkat, Sani d i mana ditinggalkan ? ) "
" C u t p u t r o ë Ion keubah nibak Potallah (Adinda puteri ka-
kanda serahkan kepada A l l a h ) " jawab Iskandar M u d a dengan
pasti..
Sambil berjabat tangan, Puteri Sani menitip pesan. sebagai
memperingati kembali sebuah semboyan yang dicetuskan dalam
Musyawarah R e u b é e :
"Cutbang lön peulheuh neujak beuseulamat, teutapi neuingat:
Udéep saré, maté syahid ! (Abang adik lepaskan berangkat dengan
iringan doa selamat, tetapi kakanda harus selalu ingat : Hidup
bersama rukun damai, mati syahid sebagai kesuma bangsa !)"
"Insya A l l a h !" jawab Iskandar Muda s a m b i l m e n c i u m tangan
lembut Puteri Sani dan terus berangkat, karena angkatannya
telah siap.

40
Dalam perjalanan menuju, Ibukota Negara Banda A c e h
Darussalam, d i ruang mata Iskandar M u d a selalu terbayang dua
mata bening Puteri Sani yang m e n i t i k k a n butiran embun waktu
akan berangkat pada pagi hari keberangkatannya itu, tetapi
di balik i t u pesan yang berbunyi : Udép saré,' maté syahid, tetap
terpateri dalam hati Perkasa A l a m Iskandar Muda, yang men-
dorongnya maju terlalu bergegas hendak merebut Keraton Darud
Dunia, sehingga menyebabkan dia tertawan oleh pasukan pengawal
keraton, dan atas perintah Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V ,
Iskandar M u d a dipenjarakan dalam Keraton Darud Dunia. (14)

Setelah beberapa waktu Iskandar ditahan dalam penjara


di Keraton Darud Dunia, pada suatu malam dia dapat dibebaskan
dari penjara itu dengan kebijaksanaan dan tipu muslihat Laksa-
mana M u d a Cut Meurah Inseun dan Laksamana Meurah G a n t i . (15)
Menurut sumber yang lain, bahwa Sulthan A l i Riayat Syah
V sendiri yang membebaskan Iskandar, karena mengharap ban-
tuannya untuk melawan pasukan Portugis yang telah mendarat
dan m e n d u d u k i benteng L u b o k yang penting itu. (16)
Memang satu kenyataan yang pahit, bahwa selama Sulthan
A l i Riayat Syah berkuasa, angkatan laut Portugis tidak segan-segan
mengganggu A c e h , bahkan mendarat dan menduduki beberapa
benteng dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, seperti
pelabuhan Gigieng di Pidie.
Setelah Iskandar Muda dibebaskan dari penjara Keraton
D a m d Dunia, dia bersama pasukannya tidak segera kembali
ke R e u b e é untuk menemui tunangannya yang tercinta Puteri Sendi
Ratna Indra, tetapi dia terus mengadakan serangan kilat dan
penyerbuan mendadak terhadap pasukan Portugis.
Pada waktu tengah malam dalam bulan Safar 1015 h.
( Y u n i 1606 m.) Iskandar Muda menyerang secara mendadak

(14) H.M. Zainuddin : Singa Aceh hlm. 69 - 70,


(15) M. Yunus Jamil : Iskandar Muda (masih naskah) hlm. 39 - 52.
(16) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 142 - 143.
H.M. Zainuddin : Singa Aceh hlm. 71.

41
pasukan Portugis d i bawah pimpinan Laksamana Martin Affonso
de Castro, yang telah menduduki pelabuhan Kuala Gigieng.
Penyerangan mana berhasil baik, sehingga waktu matahari terbit
kekuatan Portugis, telah dapat dihancur-luluhkan, dan Iskandar
Muda mendapat rampasan yang banyak sekali, yang berupa
alat senjata dan sebagainya. (17)
Kemenangan Iskandar Muda atas angkatan perang Portugis
itu, telah menyebabkan Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V gementar
ketakutan, d e n ü k i a n pula Raja Muda Pidie Hussain.
Dari Kuala Gigieng dengan membawa kemenangan dan
harta serta senjata rampasan, Iskandar Muda bersama pasukannya
kembali ke R e u b é e , dan kepada tunangannya Puteri Sani d i -
hadiahkan sebuah pestol keeil-mungil yang diambil dari pinggang
seorang perwira tinggi Portugis yang tertawam
Kedatangan Iskandar Muda dan angkatannya d i R e u b é e
disambut dengan upacara besar-besaran. Upacara penyambutan
dipimpin langsung oleh Teungku C h i k d i R e u b é e Maharaja Lela
Daeang Mansur, dalam upacara mana turut serta T u a n Puteri
Mahri/.a Z u h r i (isteri terakhir Sulthan Saidil M u k a m m i l , Puteri
Raja Indera Wangsa (ibunda Iskandar Muda) dan tentu tidak
ketinggalan Puteri Sani Seri Kandi Istana Reubee, yang selama
ini tiap malam sehabis shalat mendoakan keselamatan tunangan-
nya Perkasa A l a m .

Pada saat itu Iskandar M u d a telah menginjak usia 17 tahun


dan Puteri Sani 16 tahun, sehingga karenanya beberapa hari
kemudian upacara penyambutan disambung dengan upacara per-
nikahan/perkawinan agung antara Iskandar M u d a dengan Puteri
Sani.
Baik berita-berita kemenangan, penyambutan, perkawinan
serta banyak b e r k u m p u l utusan-utusan rakyat dari seluruh A c e h
di Reubee, semua itu telah menyebabkan Sulthan A l i Riayat

(17) M . Yunus Jamil : Gajah Putih hlm. 115.

42
Syah V diserang penyakit jantung, sehingga meninggal dunia
dengan mendadak pada Senin tanggal 28 Zulka'idah tahun 1015 h.
(2 A p r i l 1607 m.)

U n t u k menziarahi Sulthan yang telah meninggal i t u , Iskandar


Muda bersama para pembesar, perwira-perwira dengan pasukannya
dan para ulama, antaranya S y e k h Syamsuddin Sumatrany,Maha-
raja Jeumpa Abdussalam M a k h d u m Sani, berangkat ke Ibukota
Negara Banda A c e h , dan rombongan Iskandar Muda disambut
dengan khidmat d i Keraton Darud Dunia.
Atas kehendak rakyat dan para ulama, pembesar-pembesar
negara dan Angkatan Perang, maka pada hari Rabu pagi tanggal
8 Zulhijjah tahun 1015 h . (11 A p r i l 1606 ril.) dinobatlah
Iskandar M u d a menjadi Sulthan Kerajaan A c e h Darussalam dalam
usia 17 tahun dengan gelar Sulthan A l a i d d i n Iskandar Muda
Darma Wangsa Perkasa A l a m Syah. ( ' ^ )
Waktu Iskandar Muda m e n ü j u t è m p a t penabalannya, beliau
menunggang gajah kesayangannya, Gajah Putih Biramsattani.

oOo

(18) M . Yunus Jamil : Gajah Putih hlm. 115 - 116.


H . M . Zainuddin : Singa Aceh him. 74 - 78.

43
1
A C E H DI B A W A H PIMPINAN I S K A N D A R M U D A

Para ahli sejarah sama sependapat, bahwa A c e h selama d i


bawah pimpinan Iskandar M u d a telah mencapai kemajuan yang
sangat tinggi menurut ukuran zamannya; A c e h telah berada d i
puncak kegemilangannya.
Bagaimana keadaan A c e h di bawah asuhan Sulthan Iskandar
Muda, akan tergambar dari catatan beberapa ahli sejarah yang akan
saya turunkan di bawah i n i :
Syekh N u r u d d i n A r Raniry dalam kitabnya Bustanus Salatin,
mengenai Iskandar M u d a antara lain menulis:
" ialah yang johan pahlawan lagi perkasa, dan
bijaksana pada segala barang perkataannya, dan haibat
pada segala kelakuannya, dan terlalu elok sikapnya.
Ialah yang termasyhur namanya pada segala negeri,
dan beberapa negeri yang besar-besar d i t a k l u k k a n n y a .
Pertama negeri Deli pada tatkala hijrah 1021 tahun,
kemudian dari itu maka alah J o h o r pada tatkala hijrah
1022 tahun, kemudian dari itu berangkat ke Bentan
pada tatkala hijrah 1023 tahun. Pada k e t i k a itulah
tertawan daripada anak menantu waizuri, dan beberapa
dari kapal dan ghorab dan ghali. Terlalu amat banyak
Peringgi terbunuh dan tertawan tatkala perang di Baning.

44
Kemudian dari itu maka baginda menaklukkari nege-
ri Pahang pada tatkala hijrah 1026 tahun
"Kemudian dari itu maka alah negeri Kedah, pada tat-
kala hijrah 1027 tahun, Kemudian dari itu maka alah
negeri Perak pada tatkala hijrah 1029 tahun. kemudian
dari itu alah Nias, pada tatkala hijrah 1034 tahun.
Kemudian dari itu maka dititahkan Orang Kaya Maharaja
Seri Maharaja dan Orang Kaya Laksamana untuk me-
nyerang Melaka, pada tatkala hijrah 1308 tahun, tetapi
tiada alah karena berbantah antara dua orang Panglima
itu. Pada ketika itulah segala oran« Islam banyak
mati syahid. Syahdan pada masa itulah wafat Syekh
Syamsuddin Ibnu Abdullah As Sumatrai(Sumatrani),pada
malam Isnin, duabelas hari bulan Rajab, pada hijrah
1039 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu,
dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu tasawuf,
dan beberapa kitab yang dita'lifkannya
"Kemudian dari itu maka wafat Syekh Ibrahim ibn
Abdullah Asy-Syamy Asy-Syafi'i, pada hari Arba'a
waktu asar, duabelas hari bulan Muharram, pada hijrah
1040 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu
dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu feqh.
"Kemudian dari itu alah pula negeri Pahang, pada
tatkala hijrah 1045 tahun. Adalah masa itu mendiami
. negeri Pahang Raja Johor. Dan beberapa negeri lain
dialahkannya, daripada negeri yang kecil-kecil. Dan
ialah yang berbuat Masjid Baitur Rahman dan beberapa
masjid pada tiap-tiap manzil. Dan ialah yang mengeras-
kan Agama Islam dan menyuruhkan segala rakyat
sembahyang lima waktu, dan puasa bulan Ramadlan
dan puasa sunat, dan menegahkan sekalian mereka itu
minum arak dan berjudi. Dan ialah yang membai'atkan
Baitul Mal dan 'Usyur negeri Aceh Darussalam dan
cukai pekan. Dan ialah yang sangat murah kurnianya

45
akan segala rakyatnya, dan mengurniai sedekah akan
fakir-miskin pada tiap-tiap berangkat sembahyang
W a t " ( 1 9 )

Hikayat Aceh melukiskan sekelumit dari zaman Emasnya


Iskandar Muda dengan mengutip secercah lapuran dua orang celebi
(utusan) yang diutus Khalifah Daulah Usmaniyah di Istambul
ke Aceh, yang mana sekembalinya dari Aceh Darussalam kedua
utusan tersebut antara lain melapur kepada Khalifah :
" dan dalam negeri itu sebuah masjid terlalu
besar dan terlalu tinggi, kemuncaknya daripada perak
yang berapit dengan cermin balur. Maka ada segala
yang sembahyang dalamnya terlalu banyak. Maka pada
penglihat kami diperhamba yang mengatasi banyak
orang sembahyang daripada dalam masjid itu hanya
dalam masjid yang dalam Haram Mekkah Allah y^ng
mulia itu jua. Maka masjid yang dalam segala negeri
lain tiada siperti dalam masjid itu, hanya kebaruhan jua.
Maka ada luas masjid itu seyojana mata memandang
dan ada mimbarnya daripada mas dan kemuncak mini-
bar itu daripada suasa.
"Maka ada disebutkan pada puji-pujian di mulut orang
banyak : Saiyidina as-Sulthan Perkasa Alam Johan,
Berdaulat sahib al-barrain wal-bahrain, yakni tuan kami
Sulthan Perkasa Alam yang mengempukan dua darat dan
dua laut, yakni darat laut masyrik-maghrib. Dan ada da-
lam negeri itu beratus-ratus masjid jum'at.
"Syahdan telah ada pekerjaan JJöhan Alam kerajaan da-
lam negeri Aceh Darussalam itu netiasa (senantiasa) me-
nyuruhkan segalai hulubalang dan segala rakyat kecil be-
sar mendirikan Agama Allah dan RasulNya. Syahdan ne-
tiasa Johan Alam itu memberi titah kepada segala wazir

(19) Dr. T. Iskandar : Bustanus Salatin hlm 35-36.

46
baginda itu menyusun ghorab yang besar-besar diniatkan
dengan niat rrtlijahid dan ghaza dengan segala kuffar
'alaihil la'na "
"Tuanku, tiadalah tersifatkan kami diperhamba yang
kedua ini daripada peri amat ajaib sarwa bagainya
itu " (20)
Mengenai dengan Aceh di bawah pimpinan Iskandar Muda,
antara lain M . Yunus Jamil melukiskan sebagai berikut :
Wilayah kerajaan Aceh beransur-ansur direbut
kembali. Daerah Aru dan Deli dalam tahun 1020 h.
(1612 m) dikuasai kembali, di mana diangkat menjadi
Raja Mudanya Panglima Perkasa Alam, ialah nenek-
moyang Sulthan Deli yang dalam turun temurunnya.
"Dalam tahun itu, Sulthan Iskandar menerima tamu
agung, yaitu utusan Sulthan Turky, yaitu Sulthan
Ahmad bin Sulthan Muhammad Khan, yang meme-
rintah Turky dalam tahun 1012-1026 h. (1603-1617 m),
yaitu Celebei Ahmad dan Celebei Ridwan, dan Nakhdda
Yakut Istambul serta rombongannya. Mereka diutus
ke Aceh Darussalam untuk mencari minyak tanah
dan minyak kamfer untuk obatnya.
"Dalam tahun 1021 h. (1613 m.) Sulthan Iskandar
Muda terpaksa menyerang Johor karena mereka ber-
sekutu dengan Portugis menentang Aceh. Dalam masa
itu telah dapat ditawan Sulthan Johor dan dibawa
ke Aceh. Juga dibawa serta Raja Abdullah (Raja Se-
berang = Raja Raden) serta Puteri Pahang, yang nanti
jadi Permaisuri Sulthan Iskandar Muda. Dalam tahun
1025-1028 h. (1617-1620 m.) telah dapat mengalahkan
Bintan, Banan (Baning), Pahang, Kedah dan Perak.
Dalam waktu itu Sulthan Ahmad Perak serta keluarga-

(20) Dr. T. Iskandar: De Hikajat Atjeh hlm. 166-167.

47
3 Q 6-. jf &. 3 S 2
B B H* & ff 5 = S
Si
=
I w I 11' *
3 C 3 = | C
' -

| E l sr «< i w
I

lïliilII
«111 * g & 1
a='3 3
a-sa 3

* H 13 8 o FS
= • •< &• S" • 2. &
ï « B 5 5 ^ * re O"
£ ^ * 3 K r £ „
g o-Trre 3 M 5 »
§• 3 _ 3
SL
| T J « £ 3 > *
3 O T3 3. ? _
_ 3 re » w H. re

g. p w 3 P_ 3
yw » M

Ca.
S S j -3 |
3

•o s-'s 1g> |
S sf g" 1
3 3 3 5L c » 5

I P" & pf 6-5 ?

48
3 s

= 1.

Sri
r 3
u
5

f
O-
•o'
re
•i
cr
rs
CA

S
O.
ba
3
Q.
•5'
c
|
?
BS
7T

>

s
, • ë
3'
*<

49
nya (anaknya bakal jadi Iskandar Sani) dibawa ke Aceh.
"Dalam tahun 1032-1034 h. (1623-1625 m.) telah
dapat menaklukkan Pulau Nias, negeri Asaiian, negeri
Indragiri dan Jambi. Dalam tahun 1038-h. (1629 m.)
Sulthan Iskandar mengangkat satu angkatan perang
yang terbesar yang terdiri dari 400 kapal perang dan
20.000 lasykar untuk menggempur Portugis di Me-
laka " ( 2 1 )

Muhammad Said seorang ahli Aceh, mengenai masa pe-


merintahan Iskandar Muda antara lain menulis :
"Semenjak Iskandar Muda naik takhta atas Wilayah
Aceh sendiri di sebelah timur sampai ke Tamiang
disusun kembali dan di sebelah barat, terutama di
luar Aceh yang sudah dikuasai, seperti Natal, Paseman,
Tiku, Pariaman, Salida dan Indrapura kembali pem-
besar-pembesar yang cukup berwibawa dan ahli men-
jalankan tugas untuk mengatur cukai-cukai dan pèn-
dapatan kerajaan yang lainnya
"Dalam masa Iskandar Muda, seluruh pantai Barat
Sumatera hingga Bengkulen telah berada dalam kuasa
Aceh. Di tempat-tempat tersebut, terutama di pelabuli-
annya seperti Pariaman, Tiku, Salida, Inderapura dan
lain-lain, di tempatkan seorang Panglima. Juga di sebelah
pantai timur, kekuasaan Aceh sudah meluas ke seluruh
Sumatera Timur hingga Jambi. Dengan jatuhnya Pahang,
Kedah, Petani, Perak boleh dikatakan masa itu Se-
menanjung Melayu dengan Sumatera Timur termasuk
Siak, Inderagiri, Riau, Lingga dan ke seiatannya ber-
dasar surat Iskandar Muda kepada raja Inggeris, Pa-
lembang dan Jambi sudah masuk wilayah Kerajaan
Aceh

(21) M . Yunus Jamil : Gajah Putih hlm. 116 - 117.

50
" D a l a m pada itu jelaslah bahwa masa Iskandar Muda
merupakan masa kebanggaan dan kemegahan A c e h ,
tidak hanya dalam pengaruh dan kekuasaan tapi d i
bidang penertiban susunan pemerintahan, terutama
dalam hal mengadakan penertiban perdagangan, pe-
nertiban kedudukan rakyat sesama rakyat (sipil), ke-
dudukan rakyat terhadap pemerintahan, kedudukan sesa-
ma anggota pemerintali dan sebagainya. Pun dalam soal
ilmu pengetahuan atau kecerdasan terutama di bidang
agama, dibanding masa lampau, masa Sulthan Iskandar
M u d a itu dapat dikatakan sebagai suatu masa kesadaran.
"Iskandar Muda mempunyai jasa yang besar sekali
untuk mendirikan mesjid atau rumah ibadah, pesantren
dan sebagainya. Mesjid terbesar dan indah telah dibangun
oleh Iskandar M u d a d i Bandar A c e h Darussalam sendiri,
yaitu Baitur Rahman. Sayang mesjid i n i kemudian
terbakar.
"Iskandar M u d a telah mengadakan perundang-undang-
an yang terkenal dengan sebutan Adat Makota A l a m
yang disadur dan dijadikan batudasar k e m u d i a n ketika
puterinya Tajul A l a m Safiatuddin dan raja-raja seterus-
nya memerintah.
"Beberapa peraturan disempurnakan. Penertiban h u k u m
yang dibangun Iskandar Muda memperluas kemasyhur-
annya sampai ke luar negeri, ke India, A r a b , T u r k i ,
Mesir, Belanda, Inggeris, Portugis, Sepanyoh dan
T i o n g k o k . Banyak negeri tetangga mengambil peraturan-
peraturan h u k u m di Aceh untuk menjadi teladan,
terutama karena peraturan itu berunsur kepribadian
yang dijiwai sepenuhnya oleh h u k u m - h u k u m agama,
jadinya Adat Makota A l a m adalah adat bersendi syarak.
"Sebuah kerajaan yang jaya dimasa lampau di Kaliman-
tan yang bernama Brunei (kini masuk jajahan Inggeris),
ketika diperintah oleh seorang Sulthan yang bernama
Sulthan Hasan, seorang yang keras dan pemeluk agama

51
yang setia, telah mengambil pedoman-pedoman untuk
peraturan negerinya dengan terus terang mengatakan
mengambil teladan undang-undang Makota Alam Aceh.
Ini suatu bukti kemasyhuran dan nilai tinggi negeri
Aceh yang sudah dimaklumi orang dewasa itu.
" D i bidang ilmu pengetahuan agama (theologi), khusus
Islam, masa Iskandar Muda semakin terkenal. Nama-
nania ulama maupün pujangga seperti Hamzah Fansuri,
Syamsuddin Pasai, Syekh Nuruddin A r Raniry dan
Syekh Abdurrauf Singkel (Teungku di Kuala) adalah
nama-nama yang tidak asing hingga kini. Kegiatan
untuk mengetahui lebih dalam, tinggi dan sempurna
ilmu agama, menempatkan Aceh menjadi lebih banyak
pula memusatkan perhatian di bidang pendidikan
>' (22)

hncyclopaedia of Islam menceritakan bahwa dalam tahun


973 h. (1563 m.) Kerajaan Aceh Darussalam telah mengirim
utusan kepada Daulah Turki Usmaniyah di Istambul untuk me-
minta bantuan dalam usaha menghancurkan Portugis di Melaka.
Disebutkan juga bahwa beberapa kerajaan Hindu/Budha di Asia
Tenggara telah berjanji akan masuk Islam, kalau Daulah Usmaniyah
bersedia mcmbantu mereka. Disebutkan juga, bahwa Daulah
Usmaniyah bersedia memb'antu Aceh dengan perlengkapan perang
dan tenaga-tenaga ahli. Sejumlah kapal-kapal telah disediakan
dengan berbagai alat perlengkapan militer untuk bersama-sama
utusan Aceh kembali ke Aceh. Tetapi, di tengah perjalanan
lerpaksa Armada Turki itu dibelokkah untuk memukul pem-
berontakan yang timbul di Yaman, hanya dua kapal perang saja
yang meneruskan perjalanannya ke Aceh bersama dengan alat-
alat perlengkapan perang dan tenaga-tenaga ahli dalam bidang
militer, dan kedua kapal perang ini tetap tinggal di Aceh.
Mengenai zaman Iskandar Muda, Encyclopaedia of Islam, antara
lain melukiskan:

(22) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 147, 167 dan 173 - 174.

52
"Pada bahagian pertengahan perlania dari abad ke
XVII Aceh telah sampai di puncak kemegahan dan
kemajuan, dan pada saat itu Aceh berada di bawah
pimpinan Iskandar yang bergelar dengan Meukuta Alam.
Dalam zamannya Kerajaan Aceh Darussalam sangat
luas wilayah kekuasaannya, dan dengan sebuah armada
yang amat besar, Iskandar Muda telah menyerang
Banang dan Melaka, sehingga riwayat penyerangannya
itu diceritakan dalam sebuah buku yang bernama
Hikayat Malem Dagang, buku mana telah pernah di-
cetak di Den Haag dalam tahun 1937. "(23)
Tentang kemajuan dan kebesaran Aceh pada abad XVII itu,
Anderson seorang pengarang Inggeris menceritakan, bahwa per-
dagangan Aceh waktu itu sangat maju, juga industrinya; Aceh
menghasilkan sutera yang terbaik di dunia. Aceh sanggup mem-
buat kapal sendiri, baik kapal perang ataupun kapal dagang,
bahkan merencanakan sendiri oleh ahli-ahlinya. Juga Anderson
menceritakan Armada Iskandar Muda mara ke Melaka. < ) 24

Anthony Reid, seorang sarjana dan Gurubeear bangsa


Austfalia yang pernah mengajar sejarah pada Malayan University
di Kuala Lumpur, melukiskan Aceh di zaman Iskandar Muda :
" D i bawah pimpinan raja yang gagah-berani dan brilian
Sulthan Iskandar Muda (1607-1636), kekuatan dan
kebesaran Aceh, baik di dalam atau di luar negeri,
telah mencapai puncaknya. Pengawasan kerajaan ber-
jalan effektif sekali terhadap pelabuhan-pelabuhan pen-
ting di sepanjang pantai barat Sumatera, seperti halnya
di pantai timur sampai-sampai ke selatan Asahan.
Perjalanan penaklukannya mencapai sejauh Pahang di
pantai Semenanjung Melayu, sementara perdagangan
luar negerinya telah mampu merealisir segala cita-citanya,

(23) Encyclopaedia of Islam (edisi Arab) jilid I hlm. 72 - 73


(24) Jhon Anderson : Acheen hlm. 24 - 26.

53
sedangkan istananya yang besar dan agung adalah pusat
kegiatan ilmu dan kesarjanaan yang tidak ada banding-
nya di kepulauan Nusantara " ( 2 5 )

Duta Besar Perancis Beaulieu yang mendapat mandat penuh


dari rajanya untuk mengantar surat dan berunding dengan
Sulthan Iskandar Muda, membuat catatan antara lain sebagai
berikut :
" bahwa banyak sekali penduduk Aceh yang
tahu membaca dan berhitung. Merekapun penggemar
sastera, pembersih dilihat dari pakaian dan rumah-
tangganya. Pertukangan adalah bakat orang Aceh, per-
tukangan besi, menghancurkan tembaga dan membikin
kapal, kcahlian mereka adalah mengagumkan
" D i laut berdiri kapal-kapal perang Aceh jauh lebih
besar dari kapal-kapal perang yang pernah dibikin orang
di Eropah di zaman itu
"Telah kupersaksikan sendiri, bahwa kapal pertengahan
saja ada 120 kaki panjangnya. Orang Aceh amatlah
ahli membikin kapal perang, cantik tapi berat, terlalu
lebar dan tinggi pula. Di . itu didapati bilik-bilik.
Juga dayung-dayungnya panjai.g tapi enteng. Setiap
dayung dikayuh oleh dua orang. Kapal-kapal perang
itu dipelihara baik-baik sehabis dipakai berperang
"Setiap kapal disediakan beberapa meriam besar. Setiap
kapal sanggup membawa 700 sampai 800 tentara, dan
mereka bisa pula bertugas berdayung berganti-ganti
kalau angin tidak kuat.
"Gajah-gajah cukup banyak. Binatang ini amat penting
sekali dan dibutuhkan di peperangan. Kapal-kapal yang
akan dinaikkan ke pantai untuk digalang dan disimpan,
gajahlah yang menariknya. Ditaksir tidak kurang dari
900 ekor banyaknya gajah kepunyaan Sulthan sendiri.
Semuanya tahu menjalankan tugas dalam peperangan,

(25) Anthony Reid : The Contest For Nourth Sumatera hlm. 3.

54
55
Pintu Biram Indera Bangsa. yang sekarang lebih terkenal dengan nama Pinto Khob.
Pintu Biram Indera Bangsa ini juga terletak daiam Taman Gairah di tepi krueng
Oaroy.

Kedua bangunan kebudayaan ini (hal. 55 dan 56) didirikan waktu Sulthan
Iskandar Muda dan disempurnakan Taman Gairahnya waktu Sulthan Iskandar
Sani, dan pada waktu Ratu Safiatuddin Taman Gairah telah gemilang sekali.

56
sudah terlatih untuk lari, untuk berbelok, untuk ber-
henti, duduk berlindung dan sebagainya.
"Mudab saja dijumpai tukang-tukang besi yang ahli,
apalagi tukang-tukang membikin kapal banyak sekali.
Pun banyak sekali dijumpai tukang-tukang yang pandai
menuang tembaga. Sebagai pegawai Sulthan saja di
dalam istana didapati tidak kurang dari 300 orang
tukang mas, dan banyak sekali tukang-tukang kayu.
Ada sejumlah 1500 hamba sahaya, yang cukup di-
percayai dan yang segera dapat menjalankan perintah
dengan tanpa pikir-pikir dan bimbang. Mereka itu ke-
banyakan asal dari orang asing (Habsyi). .
"Istana dikelilingi oleh lapangan kira-kira satu setengah
mil berbentuk bentuk bulat telur
"Melewati istana mengalir sungai yang airnya jernih
sekali. Kiri kanannya banyak tangga untuk turun mandi
berkecimpung ke dalamnya. Sebelum sampai ke ruang
istana sebenarnya, harus dilalui dulu empat buah pintu
gerbang. Terakhir sengaja dipertebal temboknya daripada
batu-batu yang tebalnya 50 langkah. D i empat penjuru
didapati empat buah menara tinggi. Sesudah dinding
terakhir, didapati lapangan luas. D i situlah nampak
sejumlah 4000 perajurit dan 300 gajah yang bertugas
di dalam " (26)
Dari kutipan-kutipan yang telah dinukilkan di atas, jelaslah
sudah bagaimana keadaan Aceh di bawah pimpinan Sulthan
Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah.

(26) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 181 - 182.

57
ARMADA CAKRA DONYA

Dalam bulan Mai 1613 sebuah Armada Aceh di bawah


pimpinan Iskandar Muda menuju ke Johor untuk menaklukkan
kerajaan tersebut karena telah bersekongkol dengan Portugis dan
Belanda untuk menyerang Aceh. Dalam waktu yang tidak begitu
lama dan dengan tidak menghadapi perlawanan yang seru,
Johor dapat ditaklukkan, dan sulthannya Alauddin Riayat Syah
sempat meloloskan diri, seda'ngkan adiknya Raja Bungsu atau
Raja Abdullah alias Raja Seberang dapat ditawan, setelah Benteng
Batusawar dan Benteng Seberang dapat dihancurkan. D i antara
tawanan-tawanan yang lain termasuk Puteri Pahang, Tun Sri
Lanang (pengarang sejarah Melayu), ipar Sulthan Alauddin Raja
Siak yang kebetulan sedang berada di sana, sejumlah keluarga
sulthan lainnya, para pembesar dan 20 orang Belanda. (27)
Pada awal bulan Yuli 1613 seluruh Armada Aceh itu telah
kembali ke Aceh dengan membawa. kemenangan dan tawanan,
yang salah seorang di antaranya bernama "Puteri Pahang"
kemudian menjadi Permaisuri dari Sulthan Iskandar Muda, ister^
kedua.
Raja Bungsu atau Raja Abdullah kemudian menjadi insaf
akan kesalahannya membantu Belanda untuk menyerang Aceh,
setelah dia tiba di Aceh. Raja Bungsu yang telah insaf itu
dikawinkan dengan adik Iskandar Muda, kemudian dia dikirin

58
kembali ke Johor untuk menjadi Sulthan. Bersama dengan 30 buah
kapal yang penuh dengan berbagai perbekalan yang disediakan
Iskandar Muda, maka Raja Bungsu bersama isterinya (adik
Iskandar Muda) dan para pembesar Johor lainnya yang tadinya
ditawan, berangkatlah ke Johor. Bersama mereka ikut juga 2000
orang perwira dan tenaga ahli Aceh untuk membantu bangun
Johor kembali.
Setibanya di Johor, Raja Bungsu dinobatkan menjadi Sulthan
Johor dengan gelar Sulthan Abdullah Maayat Syah.
Dalam tahun 1615 Sulthan Iskandar mempersiapkan suatu
Armada Aceh yang besar untuk menyerang Kekuatan Portugis
yang menjajah Melaka, artinya untuk memerdekakan Ummat
Islam di Malaya dari penjajahan imperialis Portugis, apalagi
Iskandar Muda mendapat lapuran bahwa iparnya Sulthan Johor
Maayat Syah telah mengadakan hubungan rahsia dengan Portugis.
Persiapan dan mara ke Melaka ini diceritakan dengan indah
sekali oleh Hikayat Malém Dagartg, salah satu karya sastera
Aceh yang terbaik. (28)
Hikayat Malem Dagang menceritakan, bahwa pada permulaan
Pemerintahan Iskandar Muda datanglah ke Aceh dari Johor
Raja Raden bersama dengan isterinya yang bernama PuteriPahang.
Dia datang ke Aceh untuk meminta perlindungan dari gangguan
adiknya yang bernama Raja Si Ujut, seorang raja yang kejam
dan ganas. Raja Raden mengatakan bahwa Puteri Pahang adalah
adiknya, dan ditawarkan untuk menjadi permaisuri Sulthan
Iskandar Muda, tawaran mana diterima baik, dan sebagai balas
budi Iskandar Muda mengawinkan adiknya sendiri dengan Raja
Raden.

(28) Menurut ketenagan yang saya peroleh waktu melakukan riset untuk mencari
bahan-bahan buat buku Sejarah Kebudayaan Aceh, bahwa pengarang Hikayat
Malem Dagang, yaitu Teungku Chik Pante Geulima, seorang ulama besar
dari Dayah (Pesantren) Pante Geulima di daerah Merdu (Pidieï Dayah Pante
Geulima termasuk salah satu pusat pendidikan Islam yang besar dalam Ke-
rajaan Aceh Darussalam.

59
Tiada berapa lama kemudian, datang pula ke Aceh Raja
Si Ujut menyusul abangnya. Penerimaan baik oleh Iskandar Muda
dibalasnya dengan pengacauan dan perampokan, penganiayaan
terhadap rakyat, dan setelah penggarongan yang hebat Si Ujut
lari dengan kapalnya pulang ke negerinya.
Untuk menebus arang yang telah lercoreng di mukanya itu,
Sulthan Iskandar Muda memimpin sendiri sebuah armada besar
untuk menghajar Si Ujut di negerinya atau di mana saja. Armada
Besar ini bernama " A R M A D A C A K R A D O N Y A " , karena kapal
pemimpinnya yang ditumpangi Iskandar Muda bernama Cakra
Donya.

Tentang Raja Raden dan Raja Si Ujut yang dilukiskan


dalam Hikayat Malem Dagang terdapat berbagai pendapat. Ada
yang mengatakan bahwa kedua tokoh dari Semenanjung Melayu
itu adalah orang yang sebenarnya, yaitu Sulthan Alauddin
Riayat Syah (Raja Johor) yang dimaksud dengan si Ujut dan
saudara sanak ibunya Raja Bungsu atau Raja Abdullah yang
dimaksud dengan Raja Raden. D i samping itu ada pula yang
berpendapat, bahwa dua tokoh tersebut adalah perlambang;
yang dimaksud dengan Raja Raden yaitu raja-raja dan Ummat
Islam Semenanjung Tanah Melayu, sedangkan yang dimaksud
dengan Raja Si Ujut yaitu penjajah Portugis, yang pada hakekatnya
menjadi Sulthan Johor dalam praktek.
Saya lebih condong untuk meyakinkan pendapat yang kedua,
mengingat bahwa waktu Puteri Pahang menasehatkan Sulthan
Iskandar Muda agar mengejar Raja Si Ujut sampai dapat; kalau
tidak dapat di Johor agar dikejar sampai ke Banang, kalau
tak ada di Banang agar dicari sampai ke Melaka; kalau tak
dapat juga di Melaka agar dikejar sampai ke Guha. Menurut
seorang sarjana Belanda Gowan, bahwa yang dimaksud dengan
Guha yaitu GOA pusat kekuasaan imperialis Portugis di Asia,
letaknya di India sekarang. (29)

(29) H.K.J. Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 2

60
... . «

Inilah Ionceng >_aNra Donya, yang sekarang terletak dalam komplek B A P K R I S


Banda Aceh dengan Rumoh Aceh.
Menurut riwayat, bahwa ionceng besar ini hadiah dari Raja Cina kepada Iskandar
Muda.

Waktu Sulthan Iskandar Muda akan mara ke Melaka dengan sebuah Armada Aceh
yang besar, Ionceng ini ditempatkan dalam Kapal Perang Pemimpin, dimana
Iskandar Muda duduk. Lonceng ini diberi nama Cakra Donya. Karena itulah ,
maka armada ini juga dinamakan dengan armada Cakra Donya.

61
Atas dasar penafsiran Guha dengan Goa oleh G o w a n , maka
beralasanlah untuk d i y a k i n k a n bahwa yang dimaksud d è n g a n
Si Ujut dalam Hikayat Malem Dagang y a i t u "imperialis Portugis",
sementara yang dimaksud dengan Raja Raden yaitu U m m a t Islam
Semenanjung Tanah Melayu, yang dalam Hikayat Malem Dagang
dilambangkan oleh Raja Bungsu atau Raja A b d u l l a h alias Raja
Raden.
Berpijak atas pendapat ini, maka tujuan A r m a d a Cakra D o n y a
adalah membebaskan saudara seagamanya dari penjajahan bangsa
kulit putih yang beragama lain.
Tentang penamaan armada A c e h yang mara ke Melaka ini
dengan Armada Cakra Donya, H i k a y a t M a l e m Dagangmenceritakan
sebagai berikut :
Pada waktu Sulthan Iskandar Muda sibuk mengadakan per-
siapan perang, dengan membangun kapal-kapal, membuat alat-
alat persenjataan, melatih tentara dan lain-lain perlengkapan,
hanyutlah sebuah kapal besar yang masih kerangka. .datangnya
dari Guha (Goa), dari pusat kekuasaan Si Ujut. Kapal yang
masih kerangka tersebut terus berlabuh di Kuala, hal mana
dilapurkan orang kepada Sulthan Iskandar Muda.
Sulthan dengan para penasehat. para ahli dan para ulama
datang ke Kuala untuk menyaksikan kapal yang masih kerangka
tersebut, yang hanyutnya dari Guha. Waktu datang Iskandar Muda
ke dekat kapal itu, maka makhluk halus yang menyertai kapal
menyatakan, bahwa kapal yang belum siap itu datangnya dari
G u h a , yang sedang dipersiapkan oleh Raja Si Ujut untuk mc-
merangi Aceh. Kalau kapal itu siap dan si Ujut sentpat mem-
pergunakannya, pasti A c e h akan takluk dan hancur.
K a m i yang berbicara ini adalah " J i n Islam", yang memaksa
k a m i melarikan kapal yang masih belum siap i n i , demikian kata
makhluk halus itu selanjutnya. Hcndaklah tuanku siapkan kapal
ini, dan T u a n k u sendiri yang memakainya. Dengan kapal ini
T u a n k u akan dapat mengalahkan Raja Si Ujut. K e m u d i a n Iskandar
M u d a memerintahkan para ahli kapal untuk segera menyelesaikan

62
kapal yang datang dari G u h a itu. Ini satu perlambang lagi, yang
harus dicari artinya.

Setelah selesai dan dalam upacara penurunan kapal itu


ke air, Iskandar Muda menamakannya dengan C A K R A D O N Y A ,
sehingga A r m a d a A c e h yang berada d i bawah k o m a n d o kapal-
perang Cakra Doriya dimasyhurkan dengan nama A R M A D A
CAKRA DONYA ( > 30

A p a b i l a segala perlengkapan telah musta'id, maka A r m a d a


Cakra D o n y a bertolaklah dari pangkalannya menuju Melaka d i
bawah pimpinan Iskandar Muda sendiri, dan- dalam bulan N o -
vember 1615 perintah menggempur benteng Portugis d i Melaka
dikeluarkan, sehingga terjadilah pertempuran yang amat seru

— 0 O 0 —

(30) H.K.J. Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 23.

63
ISKANDAR MUDA MARA KE MELAKA

Telah dijelaskan pada pasal yang lalu, bahwa menjelang akhir


tahun 1615 m. Armada Cakra Donya di bawah pimpinan Iskandar
Muda sendiri telah meninggalkan pangkalannya di Aceh menuju
Semenanjung Tanah Melayu. Diantara orang-orang penting yang tu-
rut dalam Armada Cakra Donya itu, yaitu Kadli Malikul Adil
Syekh Syamsuddin Sumatrany, Malem Dagang, Ja Pakeh, Panglima
Pidie dan lain-lainnya.
Pada suatu malam menjelang akhir tahun 1615, dibahagian
belakang Istana Cahaya Kemala yang menghadap ke Krueng Daroy
dalam Keraton Darud Dunia, Sulthan Iskandar Muda menyampai-
kan dengan resmi kepada permaisurinya Puteri Pahang niatnya
akan menyerang kekuatan imperialis Portugis di Melaka, yang
berarti hendak membebaskan rakyat di Semenanjung Tanah Melayu
dari penjajahan asing. Memang hampir setahun ini, Iskandar Muda
merahsiakan tujuan dari pembinaan armada yang sibuk disiapkan,
juga kepada permaisurinya Puteri Sani dan Puteri Pahang.
Dengan indah dan romantis sekali, Hikayat Malem Dagang
. melukiskan percakapan Iskandar Muda dengan Puteri Pahang pada
malam itu, dimana sinar bulan purnama sedang bermain ria diatas
riam Krueng Daroy, yang ditatap dengan gairah oleh dua pasang
mata bening tajam, yang akan berpisah dalam satu dua hari men-
datang.

64
•Pada waktu itu, dengan disaksikan bulan purnama dan dirayu
deru nam Krueng Daroy yang melanda batu, terjadilah percakapan
yang indah, terharu dan romantis sekali antara Iskandar Muda
dengan Puteri Pahang, yang sebahagiannya kalau dipuisikan dalam
bahasa Indonesia akan berbunyi:

Bersabda baginda merayu adinda:


"Dimana gerangan ratuku tuan,
Semanyam dimana kemala negara,
Mari berperi puteri rupawan!"

Tuan puteri menjawab peri:


"Kami disini daulat mahkota,
Mengapa tuanku memanggil kami
Gerangan apa salah adinda ?

Tiada biasa mengajak bicara,


Kini begini mengapa gerangan,
Takdir terjadi apa kiranya,
Dipanggil kami puteri buangan?"

"Kakanda memanggil adindaku sayang,


Hasrat jiwa menyampaikan berita:
Andai izin Allah Penyayang,
Akan mara ke Johor Lama.

Kalau takdir umurku panjang,


Akan menyerang Si Ujut celaka."
Menjawab puteri berhati bimbang,
Tersedu-sedan cucurkan irmata.

Irmata duka mengembun dimata,


Bagaikan hujan titik berlinang;
"Baru sekarang diajak bicara,
Hina kiranya Puteri Pahang. "

65
Selanjutnya Puteri Pahang menangisi dirinya yang jauh dari
orang-tua dan sanak saudara, jauh dari tanah tempat lahirnya; me-
nyesali suaminya Sulthan Iskandar Muda, karena terlambat ber-
musyawarah dengannya dalam hal hendak berangkat ke
Semenanjung Tanah Melayu untuk mengejar Raja Si Ujut. Setelah
Iskandar Muda memberi penjelasan, bahwa itu rahsia perang yang
harus ditutup rapat, lebih-lebih dalam masa persiapan, barulah
Puteri Pahang merasa puas dan rela meiepaskan Sulthan pergi.
Akhir pembicaraan sampai kepada suatu klimak yang sangat ro-
mantis, yang kalau dipuisikan dalam bahasa Indonesia akan ber-
bunyi:
"Andai tuanku jadi berangkat,
Tinggalkan dimana puteri yang hina,
Sebelum pasti kami bertempat,
Tuanku pergi rela tiada.

Dimana kami tuanku tinggalkan,


Kakanda pergi memerangi Melaka,
Ampun tuanku daulat syah alam,
Kupegang tangan lepas tiada.

Bila kami tiada pasti,


Menyesal nanti wahai mahkota. "
Meukuta Alam menjawab peri,
Bijak bestari adil bicara:

"Adik kutitip kepada Allah,


Kebawah lindungan Maha kuasa,
Kepada Tuhan puteri terserah,
Sejak kita hidup bersama.

Adik bertakhta dalam istana,


Tuhan Esa pelindung utama."
Puteri Pahang menjawab kata,
Muda jauhari bijak bicara:

66
"Kalau Allah tempat menyerah,
Rela tuanku beranglcat pergi,
Andai bukan kepada Allah,
Kami takrela wahai mahkota!"

Yang lebih mengharukan lagi ketika Sulthan Iskandar Muda


menolak kebendak Puteri Pahang yang hendak mengantar sulthan
sampai ke kuala:
Berkata manja puteri andalan,
Bijak bestari tutur merayu:
"Andai tuanku jadi berjalan,
Izinkan di kuala kami lepaskan ... !"
Menjawab haru raja perkasa:
"Janganlah puteri bersusah diri,
Dipintu istana berpisah kita,
Selamat tinggal puteri jauhari !" (31)

Hikayat Malem Dagang menceritakan selanjutnya Armada


Cakra Donya yang mara ke Melaka singgah di Pidie, Merdu,
Gelumpang Dua Peusangan, Samudra/Pasai, Asahan dan terus ke
Semenanjung Tanah Melayu, di mana diserangnya Johor Lama
sampai hancur dan ditawan Sulthan Alauddin Riayat Syah yang
telah kembali ke Johor sebagai kaki-tangan imperialis Portugis, se-
mentara Raja Bungsu sempat melarikan diri ke Lingga dan kemu-
dian ke Tembelan. Sulthan Alauddin Riayat Syah bersama tawan-
an-tawanan lainnya dibawa ke Aceh dan di sana dihukum mati. (32)
Menurut hernat saya, berdasarkan analisa H . K . J . Gowan,
bahwa yang dimaksud dengan Raja Si Ujut dalam Hikayat Malem
Dagang ialah Alauddin Riayat Syah ini yang menjadi kaki-tangan
dan perlambang dari imperialisme Portugis.

(31) M.KJ, Gowan : De Hikajat Malem Dagang hlm. 25 - 27.


(32) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 159.

67
* Dalam penyefangan kali ini, menurut Hikayat Malem Dagang,
Sulthan Iskandar Muda dapat menawan Raja Si Ujut (Raja Johor
Sulthan Alauddin Riayat Syah) dan dibawa ke Aceh, di mana dia
menghadapi hukuman mati dengan menuangkan timah mendidih
ke dalam mulutnya, karena dia tidak bisa mati dengan cara yang
lain, dan penuangan timah itu atas permintaannya sendiri. ( >
33

Hal ini untuk menggambarkan, bahwa Raja Si Ujut hebat


sekali, kebal dalam segala bentuk: tidak termakan oleh senjata
tajam, tidak tertembus oleh peluru, tahan dibenam dalam lautan
dan sebagainya. Akhirnya karena tidak tahan derita lagi, maka
dikatakan bahwa dia hanya akan mati dengan menuangkan timah
panas mendidih ke dalam mulutnya.
Dilukiskan demikian hebatnya Raja Si Ujut, untuk mengesan-
kan bahwa imperialis Portugis pada waktu itu memang mempunyai
kekuatan yang tangguh, yang sukar untuk dikalahkan, sehingga
kalau dalam penyerangan kali ini juga Iskandar Muda tidak ber-
hasil merebut Melaka, sekalipun penyerangan tersebut telah ba-
nyak meminta korban, antaranya tangan-kanannya sendiri Qadli
Malikul Adil Syekh Syamsuddin Sumatrany.
Pulangnya Armada Cakra Donya dengan membawa tawanan
Raja Si Ujut disambut dengan meriah di Banda Aceh, dan Puteri
Pahang sendiri yang memimpin upacara penyambutan. Tentang ini.
Hikayat Malem Dagang melukiskan, yang kalau dipuisikan dalam
bahasa Indonesia akan berbunyi:
Berlabuh dikuala Cakra Donya.
Jangkar turun kapal berhenti,
Meukuta Alam mendarat segera,
Diikuti hulubalang para panglima.

Raja Si Ujut tawanan utama,


Diangkat kedarat tangan terikat,
Iskandar Muka menuju istana,
Johan Berdaulat disambut rakyat.

(33) H.K.J. Gowan : Hikajat Malem Dagang hlm. 74.

68
Meriam berdentum membahana alam,
Puteri Pahang menyambut raja,
Suara pelor gemparkan insan,
Gemuruh suara gegap gempita.
Tersiarlah berita bahwa kabaran
Si Ujut tertawan dinegeri Guha,
Sulthan pulang bawa kemenangan,
Rakyatpun datang menyambut Mahkota.
Rakyat berduyun dari dusun,
Sunyi kampung, kosong desa,
Dalam kota rakyat berhimpun,
Rayakan kemenangan Iskandar Muda.
Tiga bulan telah berlalu,
Keluarlah titah Mahkota Alam,
Kepada Panglima sabda tertuju,
Amaran raja Iskandar Muda.
"Dengarlah titah Malem Dagang,
Oh Panglima Perang laksanakan segera,
Raja Si Ujut musuh yang garang,
Haruslah sekarang dicabut nyawa."
Setelah Si Ujut nyawanya hilang,
Rakyat pulang bawa kepuasan,
Meukuta Alam masuk ke Dalam,
Puteri Pahang sambut gembira. < ) 34

Demikianlah Hikayat Malem Dagang mengakhiri kisahnya


tentang Armada Cakra Donya mara ke Melaka dibawah pimpinan
Iskandar Muda.
Dalam pasal-pasal berikutnya, saya akan uraikan dengan ringkas
pembangunan yang dilakukan Iskandar Muda dalam berbagai bi-
dang.
— 0 O 0 —

(34) Yang dimaksud dengan D A L A M di sini yaitu Keraton. Dalam istilah bahasa
Aceh dahulu Keraton disebut Dalam. (Baca Dr. Hoesein Djajadiningrat:
Atjehsch-Nederlandsch Woordenboek jilid 1 h. 274).

69
ORGANISASI

KERAJAAN ACEH DARUSSALAM

Kanun AI Asyi.
Sulthan A l a i d d i n A l i Mughaiyat Syah dicatat dalam sejarah
sebagai Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, dan Sulthan
Alaiddin Riayat Syah II A b d u l Qahhar Pembina Organisasi
Kerajaan dengan menyusun undang-undang dasar negara yang di-
beri nama Kanun Al Asyi, yang kemudian oleh Sulthan Iskandar
Muda K a n u n A l A s y i i n i disempurnakannya.
Dalam perjalanan sejarah kemudian, Kanun A l A s y i ini ada-
kalanya disebut Adat Aceh dan juga seringkali disebut juga Adat
Meukuta Alam atau Kanun Meukuta Alam.
Dengan adanya undang-undang dasar yang bernama K a n u n A l
A s y i atau Kanun Meukuta A l a m i n i . maka Kerajaan A c e h
Darussalam telah berdiri atas satu landasan yang teratur dan kuat.
Dalam hal i n i , Sulthan Iskandar Muda telah berbuat banyak sekali.
A d a p u n organisasi dari Kerajaan Aceh Darussalam seperti
yang tersebut dalam Kanun A l A s y i , adalah sebagai berikut:
i

Dasar dan bentuk negara.


Dalam Kanun A l A s y i ditetapkan, bahwa dasar Kerajaan A c e h
Darussalam yaitu Islam dan bentuknya kerajaan, yang dengan
ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: (35)

(35) D i Meulak : Kanun Meukuta A l a m hlm. 40 - 46.

70
a. Negara berbentuk kerajaan, di mana Kepala Negara bergelar
sulthan yang diangkat turun temurun. Dalam keadaan dari
keturunan tertentu tidak ada yang memenuhi syarat-syarat,
boleh diangkat dari bukan turunan raja.
b. Kerajaan bernama Kerajaan Aceh Darussalam, dengan Ibukota
Negara Banda Aceh Darussalam.
c. Kepala Negara disebut Sulthan Imam Adil, yang dibantu oleh
Sekretaris Negara yang bergelar Rama Setia Kerukon Katibul
Muluk.
d. Orang kedua dalam kerajaan, yaitu Qadli Malikul Adil, dengan
empat orang pembantunya yang bergelar Mufti Empat.
e. Untuk membantu sulthan dalam menjalankan pemerintahan,
kanun menetapkan beberapa pejabat tinggi yang bergelar Wazir
(Perdana Menteri dan Menteri-Menteri).

Rukun Kerajaan.
Kanun menetapkan empat Rukun Kerajaan, yaitu: (36)
a. Pedang Keadilan; Jika tiada pedang, maka tidak ada kerajaan.
b. Q a lam. Jika tidak ada kitab undang-undang, tidak ada ke-
rajaan.
c. / / m u . Jika tidak mengetahui ilmu dunia-akhirat, tidak bisa
mengatur kerajaan.
d; K a l a m . Jika tidak ada bahasa, maka tidak bisa berdiri keraja-
an.
Untuk dapat terlaksana keempat rukun tersebut dalam kerajaan,
maka kanun menetapkan empat syarat, yaitu:
a. Ilmu yang bisa memegang pedang,
b. Ilmu yang bisa menulis.
c. Ilmu yang bisa mengetahui mengatur dan menyusun negeri.
d. Ilmu bahasa.

(36) Di Meulak : Kanun Meukuta A l a m hlm. 73.

71
Negava Hukum.
" Dalam kanun ditetapkan, bahwa Kerajaan Aceh Darussalam
adalah Negara Hukum yang mutlak sah, dan rakyat bukan patung
yang terdiri ditengah padang, akan tetapi rakyat seperti pedang
sembilan mata yang amat tajam, lagi besar matanya, lagi panjang
sampai ke timur dan ke barat. (37)

Sumber Hukum.
Kanun menetapkan bahwa sumber hukum bagi Kerajaan Aceh
Darussalam, yaitu:
a. A l Quran.
b. A l Hadis.
c. Ijmak Ulama.
d. Qias. (38)

Cap Sikureueng.
Dalam kanun ditetapkan, bahwa cap (setempel) negara yang
tertinggi, yaitu Cap Sikureueng (Setempel Sembilan), berbentuk
bundar bertunjung keliling, ditengah-tengah nama sulthan yang se-
dang memerintah, dan kelilingnya nama delapan orang sulthan yang
memerintah sebelumnya. Menurut kanun, bahwa delapan orang
sulthan kelilingnya melambangkan empat dasar hukum ( A l Quran,
A l Hadis, IjmakUlama dan Qias) dan empat jenis hukum (Hukum,
Adat, Kanun dan Resam), yang berarti bahwa sulthan dikelilingi
oleh hukum. (39)

Dalam Keadaan Perang.


Kanun menetapkan hukum negara dalam keadaan perang
sebagai berikut:
Bahwa jika negeri Aceh diserang oleh musuh, maka sekalian
anak negeri atas nama rakyat Aceh dan bangsa Aceh, diwajibkan
menolong yang kebajikan kepada negeri dan kepada kerajaan de-
ngan tulus ikhlas berupa apapun juga, yaitu harta dan perbuatan

(37) . Di Meulek : Kanun Meukuta Alam hlm 73 - 76


(38) . Ibid hlm. 38.
(39) . Ibid hlm. 30

72 I
dan run dan serta akal dan pikiran. Sekalian rakyat hendaklah
memperhutangkan derham kepada Raja bila masa perlu, dan jika
menang maka kerajaan berhak mutlak membayar kembali kepada
rakyat dan anak negeri seluruhnya. (40)

Lembaga-Lembaga Negara.
Kanun menetapkan adanya lembaga-lembaga negara dan pe-
jabat-jabat tinggi yang m e m i m p i n n y a , yang ikhtisarnya sebagai
berikut: (41)
a. Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh sulthan sen-
diri, yang anggota-anggotanya terdiri dari Hulubalang Empat
dan Ulama Tujuh. Kira-kira semacam B A P E N A S kalau sekarang.
b. Balai Majelis Mahkamah Rakyat, yang d i p i m p i n oleh Qadli
M a l i k u l A d i l , yang beranggotakan 73 orang. Kira-kira semacam
Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Balai Gading, yang d i p i m p i n oleh Wazir M u ' a z z a m Orangkaya
Perdana M e n t c r i . Kira-kira seperti Kabinet Perdana Menteri.
d. Balai Furdhah, dibawah pimpinan seorang wazir yang bergelar
Menteri Seri Paduka, kira-kira sama dengan Departemen Perda-
gangan.
e. Balai Laksamana, dibawah pimpinan seorang wazir yang berge-
lar Orangkaya Laksamana A m i r u l Harb. Kira-kira sama de-
ngan Departemen Pertahanan.
f. Balai Majlis Mahkamah, dibawah pimpinan seorang wazir yang
bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan, kira-kira seperti
Departemen K e h a k i m a n .
g. Balai Baitul Mal, di bawah pimpinan seorang wazir yang berge-
lar Orangkaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Derham,
kira-kira seperti Departemen Keuangan.
Kecuali balai-balai tersebut di atas, masih ada sejumlah wa-
zir-wazir yang mengurus sesuatu urusan, kira-kira kalau sekarang
disebut Menteri Negara. Wazir-wazir tersebut, y a i t u :

(40) . Di Meulek : Kanun Meukuta Alam hlm. 48.


(41) . Ibid hlm. 39 - 44, 64 - 67 dan 69 - 77.

73
a. Seri Maharaja Mqngkubumi, yaitu wazir yang mengurus segala
hulubalang (pamongpraja), kira-kira seperti Menteri Dalam
Negeri.
b. Wazir Badlul Muluk, yaitu wazir yang mengurus perutusan
keluar negeri dan perutusan yang datang dari luar negeri, kira-
kira seperti Menteri Luar Negeri.
c. Wazir Kun Diraja, yaitu wazir yang mengurus urusan Dalam
(Keraton Darud Dunia) dan merangkap menjadi Syahbandar
(Walikota) Banda Aceh.
d. Menteri Raina Setia, yaitu wazir yang mengurus urusan cukai
pekan seluruh kerajaan.
e. Seri Maharaja Gurah, yaitu wazir yang mengurus hal ikhwal
kehutanan, kira-kira Mênteri Kehutanan.
Disamping itu masih ada lembaga-lembaga yang juga bernama
Balai, tetapi bukan kementerian, hanya semacam Jawatan Pitsat
kalau sekarang, dan pejabat yang memimpinnyu bukan bergelar
wazir, hanya Tuha. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:
a. Balai Setia Hukama, tempat berkumpulnya para Hukama dan
Ulama.
b. Balai Ahli Siyasah, kira-kira seperti Biro politik.
c. Balai Musafir, kira-kira seperti Biro Turisme.
d. Balai Safinah, semacam kantor Urusan Pelayaran.
e. Balai Fakir-Miskin, kira-kira Jawatan Sosial.

Pemerintah Daerah.
Kerajaan Aceh Darussalam, selain dari Pemerintah Pusat. juga
terdiri dari wilayah-wilayah sampai pada tingkat yang paling ren-
dah, yang susunannya seperti yang diatur dalam kanun sebagai
berikut: (42)
a. Gampong.
Tingkat pemerintahan terendah yaitu Gampong atau kampung
(Pemerintah Desa). Pimpinan Gampong terdiri dari Keuchik
dan Teungku Meunasah yang juga disebut Imam Rawatib, dan
dibantu oleh Tuha Peut (empat orang cerdik-pandai), kira-kira
seperti Badan Pemerintah Harian (BPH).
(42) D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m hlm 44-46.

74
b. Mukim.
Mukim merupakan federasi dari gampong-gampong, yang satu
mukim paling kurang terdiri dari delapan gampong. Federasi
Mukim dipimpin oleh seorang lmeum Mukim dan Qadli Mukim.
c. Nanggroè.
Wilayah Nanggroè (Negeri) kira-kira sama dengan daerah keca-
camatan sekarang. Nanggroè dipimpin oleh seorang Uleébalang
(Hulubalang) dan seorang Qadli Nanggroè. Uleébalang mempu-
nyai gelar yang berbeda, menurut nanggroënya masing-masing;
umpamanya ada yang bergelar Teuku Laksamana, ada yang
bergelar Teuku Bentara, ada yang bergelar Teuku Bendahara
dan sebagainya.
d. Sagoë.
Dalam wilayah Aceh Besar dibentuk tiga buah federasi yang
bernama Sagoé, yang di bawah masing-masing Sagoë terdapat
beberapa buah Nanggroè. Tiap-tiap Sagoé (Sagi) dipimpin oleh
seorang Panglima Sagoë dan seorang Qadli Sagoë.
Pertama, Sagoë Teungoh Lheeploh (Sagi 25), terdiri dari 25
Mukim: Panglima Sagoënya bergelar Qadli Malikul Alam Seri Se-
tia Ulama.
Kedua, Sagoé Duaploh Nam (Sagi 26), yang terdiri dari 26
Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Seri Imam Muda 'Oh.
Ketiga, Sagoë Duaploh Dua (Sagi 22), yang terdiri dari 22
Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Panglima Polem Seri Muda
Perkasa.
Mata Uang Aceh.
Sebelum berdiri Kerajaan Aceh Darussalam,Kerajaan Islam
Samudra/Pasai telah pernah mencetak mata-uangnya sendiri yang
bernama derham, yang dibuat pada awal abad X I V ; yang mana
mata uang Samudra/Pasai ini adalah mata-uang asli yang pertama
di Kepulauan Nusantara. (43)

Kerajaan Aceh Darussalam membuat mata uang sendiri pada


masa Pemerintahan Sulthan Alaiddin Riayat Syah II Abdul Qahhar
(43) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 52.

75
yang memerintah dalam tahun 945-979 h. (1539-1571 m.) dan
terdiri dari tiga jenis: (44)
a. Keueti, yaitu mata-uang yang dibuat dari timah. Pada satu
sisi ditulis dengan huruf Arab tahun pembuatannya, dan pada
sisi yang lain ditulis nama Ibukota Negara Benda Aceh Darus-
salam.
b. Kupang, yaitu mata-uang yang dibuat dari perak. Pada sisi per-
tama ditulis tahun pembuatannya, dan pada sisi kedua ditulis
nama ibukota negara Banda Aceh Darussalam, dan ada juga yang
ditulis nama Sulthan yang memerintah waktu pembuatannya.
c. Derham, yaitu mata-uang yang dibuat dari emas. Pada sisi perta-
ma ditulis nama Sulthan waktu pembuatannya dan pada sisi
yang lain ditulis tahun pembuatannya, dan ada juga yang ditulis
bersama-sama dengan Banda Aceh Darussalam.

(44) H.M. Zaimiddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 71-74.

76
PEMB A N G U N A N EKONOMI

Balai Furdhah.
Telah dijelaskan pada pasal yang lalu, bahwa salah satu lem-
baga negara yang tertinggi, yaitu Balai Furdhah yang dipimpin
oleh seorang Wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka. Balai ini
bertugas untuk mengurus masaalah-masaalah ekonomi. Balai Fur-
dhah ini termasuk lembaga yang penting sekali dalam kerajaan,
karena bukan saja hanya mengurus soal-soal perdagangan dalam
dan luar negeri, tetapi juga mengurus dan mengawasi bidang-bidang
usaha yang menghasilkan bahan-bahan perdagangan, seperti perta-
nian, peternakan, pertambangan, perindustrian, perkapalan/pela-
yaran dan sebagainya.
Agar dapat terlaksana tugas-tugas yang begitu penting dan
amat luas bidang-bidangnya, maka banyak pejabat-pejabat penting
yang ditugaskan pada Balai Furdhah, pejabat-pejabat mana mem-
punyai gelar-gelar antara lain: (45)
1. Orangkaya Seri Maharaja Lela, orang kedua dalam kementerian,
kira-kira Sekjen kalau sekarang.
2. Penghulu Kawal,

(45) Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 95.


The Adat Aceh: hlm 48-49.

77
3. Syahbandar Muktabar Khan, pcjabat yang mengepalai pelabuh-
an-pelabuhan.
4. Syahbandar Saiful Muluk, pejabat tinggi yang mengurus urusan
tera.
5. Syahbandar Seri Rama Setia,
6. Syahbandar Mu'izzul Muluk.
7. Penghulu Kerukon.
8. Seri Purba Khan.
9. Nadhar Majlis Khan.
10. Nadhar Maharaja Indera Dewa.
11. Nadhar Seri Maharaja Purba.
12. Nadhar Seri Muda Setia.
13. Nadhar Mahsur Diraja.
14. Seri Indera Suwara.
1 5. Keurukon Seri Indera Muda.
16. Kerukon Empat.
17. Kerukon Enam.
18. Bujang Tujuh.
19. Penghulu Kunci.
20. Penghulu Dacing.
21. Penghulu Furdhah.
22. Bendahara.
23. Tandil Ka wal.
24. Sagi Panglima.
25. Sagi Kawal.
26. Tandil Dacing.
27. Penghulu Cap.
28. Kerukon Bauwab.
29. Kejrun Kawal.
30. Bujang Dalam.
31. Tandil Menteri Dagang.
32. Lasykar Raja Tun Guna Setia Tandil.

78
Perdagangan Dalam Negeri.
Agar perdagangan dalam negeri berjalan dengan lancar, maka
telah ditetapkan berbagai macam peraturan dan adat, umpamanya:
a. Hukum Wase Adat, yaitu peraturan yang mengatur adat (cukai)
pekan, adat blang, adat hariya, adat kamsen, wase kuala, wase
lhok, wase gle dan lain-lain. (46)
b. Hukum Adat Ukuran, yaitu peraturan yang mengatur jenis-jenis
ukuran, timbangan dan suka tan, cara-cara pemakaiannya. (47)
c. Hukum Larangan, yaitu peraturan yang mengatur bahwa para
menteri, para panglima, para pejabat tinggi lainnya dalam kera-
jaan, tidak boleh sekali-kali berniaga, juga tidak boleh mem-
beri modal kepada para saudagar. (48)

Perdagangan Luar Negeri.

Karena penting dan vitalnya perdagangan luar negeri, maka


telah ditetapkan undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksa-
naan sampai mendetail. Undang-undang pokok perdagangan luar
negeri yang terdiri dari 10 pasal, telah mengatur segala hal ikhwal
perdagangan luar negeri secara umum dan prinsipil, di mana dite-
tapkan yang mana-mana pelabuhan internasional, barang-'barang
yang boleh dieksport atau diimport, besarnya bea-cukai, ketentu-
an-ketentuan bagi kapal-kapal yang berlabuh dan lain-lainnya. (49)

Mengenai dengan undang-undang pokok ini, telah ditanggapi


dengan positif oleh Governor Fullerton (Gubernur Pulau Penang),
dimana beliaumemuji kebaikannya, dengan katanya bahwa undang-
undang itu dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip undang-undang
orang Eropah. (50)

(46) M. Husin: Adat Aceh hlm 116-117.


(47) H.M. Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 373-374.
(48) Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 61.
(49) John Anderson: Acheen hlm 45-46
(50) Ibid hlm 47.

79
Tentang peraturan pelaksanaannya telah diatur sedemikian
mendetail, sehingga rasa-rasanya tidak ada sesuatii yang tinggal
lagi. (51)
Dalam peraturan tersebut telah dicantumkan sebanyak 73
macam barang-barangyang boleh dieksport atau/dan diimport serta
ditetapkan jumlah bea-cukainya. (52)
Anderson mencatat, bahwa dalam musim lada tahun 1823,
telah berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Aceh sebanyak 27 buah
kapal dari Amerika, yang membawa pedagang-pedagang dari enam
negara; empat buah kapal Perancis, disamping sejumlah besar
kapal-kapal kepunyaan East India Company, serta kapal-kapal dan
perahu-perahu penduduk pribumi dari Penang. (53)
Sebelum 1784,sebelum Penang dibangun oleh Inggeris, penga-
ruh perdagangan luar negeri Aceh terasa sangat, karena hasil bumi
Aceh yang sangat banyak itu merupakan kebutuhan mutlak di
luar negeri. (54)

Perindustrian/Pertambangan.

Ahli sejarah telah mencatat hal ikhwal pertumbuhan perin-


dustrian dalam Kerajaan Aceh Darussalam. Yang berkembang di
Aceh waktu itu tidak saja industr,' ringan (kerajinan rumah-
tangga), juga industri berat menurut ukuran zamannya, bahkan
sampai-sampai kepada industri perang.
Ahli-ahli dalam bidang industri dinamakan " p a n d é " (artinya
orang ahli-pandai); tersebutlah "pande-meueh" (pandai-emas).
"pande-besoe" (pandai-besi), "pande-kayee" (pandai-kayu), "pan-
dé-kapay" (pandai-kapal) dan sebagainya.
Tempat-tempat industri itu disebut dengan nama "teumpe-
ün",- umpamanya "teumpeun-meueh", "teumpeun-Besoe" dan
sebagainya.
(51) D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m hlm 92-126.
G.J.W. Drewes: Adat Aceh hlm 47-63.
(52) D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m : 127-130.
(53) John Anderson: Acheen hlm 160.
(54) M . Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 243.

80
Dalam Ibukota Kerajaan A c e h Darussalam Banda A c e h ter-
dapat satu daerah sebagai daerah industri, yaitu Gampong Pandé,
kira-kira sama dengan yang disebut sekarang industrial-area.
Anderson mencatat, bahwa orang A c e h tidak saja sebagai
ahli pelayaran yang sangat mahir, juga terkenal sebagai pembuat
kapal dari hasil perencanaan (design) oleh ahli-ahlinya sendiri,
baik kapal dagang ataupun kapal perang . Juga dikatakan, bahwa
Rakyat Aceh menghasilkan sendiri bahan-bahan pakaian dari kapas,
bahkan dari sutera, sehingga kain sutera A c e h sangat indah dan
mahal. (55)
Sebagaimana diakui Anderson, memang benar bahwa industri
sutera A c e h sangat terkenal dan maju, sehingga sutera A c e h tidak
saja untuk dipakai sendiri dalam negeri, bahkan juga untuk dieks-
port. Pertambangan di A c e h sudah mulai dibuka semenjak zaman
Kerajaan Pasai, terutama sekali tambang emas. (5 6)

Pelayaran.
Seperti telah diakui dunia, bahwa rakyat Aceh adalah bangsa
pelaut yang mahir mengarungi lautan. Pengakuan ini d i b u k t i k a n -
oleh kenyataan, bahwa semenjak zaman Perlak dan Samudcra/
Pasai, A c e h telah melayari lautan dengan kapal-kapalnya, baik
kapal dagang ataupun kapal perang. Menurut catatan Ibnu Batutah,
bahwa kapal-kapal dagang A c e h (Samudera/Pasai) telah melayari
lautan kearah barat sampai ke negeri-negeri Arab dan Parsia, dan
ke arah timur sampai ke negeri Cina. Beliau sendiri waktu kembali
dari negeri Cina menumpang kapal dagang kepunyaan Aceh
(Samudera/Pasai) yang berukuran besar. (57)
Menurut Pinto (seorang Petualang Portugis) bahwa Kerajaan
Aceh Darussalam telah memiliki armada kapal yang cukup besar,
sehingga pernah satu armada kapal dagang Aceh sebanyak empat
buah sampai ke T u r k i membawa barang dagangan dan pulang
dengan selamat membawa senjata. ( 5 8 )

(55) John Anderson: Acheen hlm 24-25.


(56) H.M. Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 75-83
(57) Rihlah Ibnu Batutah jüid II hlm 171-172.
(58) M . Said: A c e h Sepanjang A b a d hlm 101-102.

81
Suatu catatan Anderson lagi yang membuktikan bahwa A c e h
telah memiliki kapal dagangnya sendiri yang cukup banyak, dimana
dia menyatakan pada 6 Desember 1815 Sulthan A c e h Jauhar A l a m
telah tiba d i Penang dengan sebuah armada dagang sendiri,yang
terdiri dari beberapa buah kapal, dengan tujuan hendak mengada-
kan pembicaraan dengan Gubernur Penang. ( 5 8 )

Karena i t u , tidaklah heran kalau pada masa itu kapal-kapal


dagang A c e h mengharungi lautan menuju delapan penjuru angin.

Pertanian/Perikananj
Sudah tidak dapat diragukan lagi, bahwa pertanian dan per-
ikanan telah mencapai kemajuan yang pesat di zaman Kerajaan
Aceh Darussalam terbukti dengan eksport Aceh yang terdiri dari
lada, padi.ikan asin, kayu, pinang, damar, gambir dan sebagainya. (60)

Untuk memajukan pertanian, kerajaan membuat berbagai


peraturan dan mengangkat pejabat-pejabat ahli dalam bidangnya
masing-masing, antara lain:
1. Hukum Adat Blang, yaitu peratunjn mengenai persawahan
yang mengatur masaalah pengairan, sewa-menyewa tanah,
pembagian hasil, pemakaian air, pajak hasil bumi, menghidup-
kan tanah mati, rriawah (bagi hasil) dan sebagainya. . Pe-
jabat-pejabat ahli yang diangkat dalam bidang i n i , y a i t u :
a. Keujrun Luug (ahli pengairan)
b. Keujrun Blang, (ahli persawahan/pertanian). ( 6 1 )

2. Hukum AdatSeuneubök, yaitu peraturan mengenai perkebun-


an, terutama perkebunan lada, yang mengatur masaalah
pengi/.inan pembukaan tanah mati, yaitu tanah negara yang
dikerjakan untuk dijadikan kebun, pengangkatan pejabat-pe-
jabat, penglolaannya dan sebagainya.
(59) John Anderson: Acheen hlm 64.
(60) n, | hlm 161-163.
ic

(61) U . M . Z u i n u d d i n : Tarikh Aceh Oan Nusantara hlm 376-378.


• M . Husin: Adat Aceh h l m 109-112 dan 176-177.

82 '
Yang dibolehkan membuka tanah mati untuk membuat
s e u n e u b ö k , hanyalah orang-orang Islam. Pelopor yang membuka
tanah mati untuk menjadi s e u n e u b ö k , diangkat menjadi pemimpin-
nya dengan gelar Peutuwa Seuneubok; artinya setelah ada bebera-
pa kebun dalam seuneubok tersebut. Yang mengepalai beberapa
buah gabungan dari beberapa buah seuneubok, disebut Peutuwa
Chik S e u n e u b ö k , yang di bawahnya ada beberapa orang Peuteuwa
Seuneubok. ( > 62

3. Hukum Adat Laat. yaitu peraturan-peraturan mengenai pe~


nangkapan ikan di laut, yang mengatur masaalah penangkapan
ikan, alat-alat penangkap ikan, para nelayan, upah kerja,
pembahagian untung antara yang punya al at dengan pekerja,
pimpinan, tugas-tugas pimpinan, mengambil p e n y u , c u k a i l a u t
dan sebagainya.
A d a dua -pejabat ahli yang diangkat untuk memajukan per-
ikanan, yaitu:
a. Panglima Loot, yang penguasa tertinggi dalam bidang
perikanan laut. »
b. Keujrun Kuala, yaitu pejabat yang mengurus kuala yang
menjadi pangkalan dari perahu-perahu pukat.
c. Pawang Pukat, yaitu tenaga ahli (pemimpin teknis) dari
peraitu pukat dan bersama-sama anak pukat turun ke la-
ut.
Di bawah Panglima Laot ada beberapa orang Keujrun Kuala,
artinya ada beberapa kuala yang menjadi pangkalan perahu
pukat, dan yang berpangkalan pada satu kuala ada beberapa
perahu pukat. ( 6 3 )

4. Hukum Adat Glé, yaitu peraturan-peraturan mengenai ke-


hutanan, yang mengatur kedudukan/tugas Keujrun Glë (pe-
jabat ahli tentang kehutanan), pembahagian hasil usaha
wasé-glé, larangan memotong kayu, adat merusa, kedudukan
Pawang-Glé (pejabat ahli tentang_ kehidupan rimba), cara
(62) M . Husin: Adat A c e h hlm 177

H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 2 6 3 - 2 6 6 .

(63) H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 3 7 8 - 3 8 3 .

83
mengambi-1 madu lebah dan sebagainya. Adapun pejabat-pe-
jabat yang diangakt untuk itu, yaitu:
a. Keujrun Gle, yaitu tenaga ahli kehutanan yang ditugas
mengepalai urusan-urusan kehutanan.
b. Pawang Glé, yaitu tenaga ahli kehidupan rimba yang
ditugas memimpin dan melindungi para pemburu, mengatur
daerah-daerah pemburuan, juga ditugas untuk melindungi
binatang rimba. (64)
5. Hukum Adat Geumeubeu, yaitu peraturan-peraturan me -
ngenai peternakan, yaitu mengatur masaalah mawahuntung
(bagi untung), mawah aneuk (bagi untung anak hewan),
pemasaran hewan, tempat-tempat pemeliharaan te mak dan
sebagainya.
Pada suatu tempat yang telah ditetapkan menjadi daerah
pemeliharaan ternak, dilarang disitu untuk bertani, tempat
tersebut dinamakan Padang Geumeubeu (Padang Gembala),
dalam padang mana didirikan berpuluh-puluh " w e ü e " (kan-
dang ternak berpagar kawat dan beratap langit), tempat ternak
gembalaan berteduh waktu malam. Masing-masingpemilik
ternak mempunyai weue, dan petugas yang disuruh menggem-
bala bernama si Geumeubeue (Penggembala), dan yang men-
jadi pemimpin dari Padang Geumeubeue itu, yaitu seorang pe-
jabat yang bergelar Pawang Geumeubeue, tenaga ahli dalam
hal pcnggembalaan ternak. ( 6 5 )

— 0 O 0 - -

(64) H . M . Z a i n u d d i n : Tarikh Aceh dan Nusantara hlm 3 8 4 - 3 8 6 .


(65) Ibid hlm 387 389
M . Husin: Adat Aceh hlm 107 - 109.

84
HUBUNGAN LUAR NEGERI

Seperti telah dijelaskan, bahwa untuk mengurus hal-hal yang


bersangkutan dengan luar negeri, ditetapkan seorang pejabat tinggi
yang bersetatus menteri dengan gelar Wazir Badlul M u l u k .
Sudah semenjak Kerajaan Islam Perlak dan Kerajaan Islam
Samudra/Pasai, hubungan dengan luar negeri telah diadakan, yang
dalam istilah sekarang disebut hubungan-diplomatik.
Setelah Kerajaan Aceh Darussalam d i p r o k l a m i r k a n , maka
hubungan luar negeri lebih ditingkatkan lagi, sehingga dalam
susunan Kabinat Perdana Menteri (Balai Gading) terdapat se-
orang menteri yang bergelar Wazir Badlul M u l u k , yang tugasnya
mengurus urusan perutusan kerajaan ke luar-negeri dan wakil-wakil
dari luar negeri, serta segala hal yang berhubungan dengan luar
negeri.

Politik Luar negeri.


Sulthan A l a i d d i n A l i Mughaiyat Syah, Pembangun Keraja-
an A c e h Darussalam, telah meletakkan batu dasar terhadap keyakin-
an dan kenyataan:
1. Bahwa suatu negara tidak bisa berdiri kalau hanya seluas
kampung, seluas kota ataupun hanya beberapa ratus kilo-
meter saja. Berdirinya baru dapat dipelihara, kalau daerah
wilayahnya luas, sekurang-kurangnya seluas A c e h y a n g di-
bangunnya, bahkan lebih luas lagi.

85
2. Walaupun Kerajaan Melayu yang jaya di Malaka sudah
tumbang oleh Portugis dan kepercayaan telah mu'lai retak
bahwa orang-orang Timur akan dapat mempertahankan
diri dari imperialisme Barat, tetapi hancurnya Portugis di
Aceh telah mengembalikan kepercayaan dan keyakinan
bahwa penjajahan asing selalu bisa dihalau.
3. Untuk menghadapi agressi imperialisme asing, perlu di-
bangun armada yang kuat.
4. Ekonomi harus dipersehat dan terhadap soal ini -sesuatu
negara harus dapat menguasai sendiri. < 6 6 )

Di atas prinsip-prinsip yang bertujuan menyusun kekuatan


di dalam negeri ini, maka Kerajaan Aceh Darussalam meletakkan
dasar-dasar politik luar negeri yang akan dijalankannya, yaitu :
1. Tidak menggantungkan nasib, baik ekonomi ataupun militer,
kepada luar negeri.
2. Bersahabat erat dengan Negara-Negara Islam di Indonesia,
India, Arab, Malaya dan Turki.
3. Selalu waspada terhadap negara-negara barat yang mempu-
nyai nafsu penjajahan, dan sebaüknya bersahabat dengan
negara-negara barat yang ingin hidi-p damai.
4. Bantuan Luar negeri lebih diutamaka i yang berupa tenaga-
ahli.
5. Perluasan Dakwah Islamiyah di seluruh Kepulauan Nusantara
pada kususnya dan di seluruh Asia Tenggara pada umumnya. < > 67

Diplomasi Aceh .
Apabila kita rrteneliti sejarah perjalanan "Diplomasi Aceh"
sejak zaman Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai, terutama
sekali dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam, dapatlah kita
mengambil suatu kesimpulan bahwa Aceh telah menjalankan

(66) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 96-97.


(67) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 100.

86
empat macam diplomasi, yang merupakan " D i p l o m a s i Klassik",
yang dipakai dan diperbaharui oleh banyak negara di abad ke X X
ini, y a i t u :

1. Diplomasi Kancil, yaitu diplomasi kelihaian yang dalam K e -


rajaan A c e h Darussalam kemudian terkenal dengan istilah
" T i p é e A c e h " dalam dunia internasional.
2. Diplomasi Meubisan, yaitu diplomasi perkawinan agung
antar negara, suatu diplomasi yang sangat klassik.
3. Diplomasi Kekuatan, yaitu diplomasi yang diandalkan pada
kekuatan Angkatan Bersenjata, atau yang sering disebut
sekarang "diplomasi m i l i t e r " .
4. Diplomasi Ekonomi, yaitu diplomasi yang didasarkan pada
kekuatan e k o n o m i untuk mencapai pengaruh dan kekuasaan
politik. Keempat macam diplomasi i n i dipergunakan oleh
Sulthan Iskandar Muda dalam menjalankan 5 pasai program
politik luar negerinya, y a i t u : ^ 6 8 )

1. Menguasai seluruh negeri dan pelabuhan'sebelah-menyebelah


Selat Melaka, dan menetapkan terjaminnya wibawa atas
negeri-negeri, sehingga tidak mungkin kemasukan "divide
et impera" oleh negara A S I N G . Usaha i n i dijalankan dengan
cara mupakat, dan kalau tidak tercapai dengan drastis.
2. M e m u k u l Johor, supaya tidak dapat lagi ditunggangi oleh
Portugis dan Belanda.
3. M e m u k u l negeri-negeri sebelah timur Malaya, sejauh yang
merugikan A c e h dan lain usahanya untuk mencapai keme-
nangan dari musuh, seperti, Pahang, Petani' dan lain-lainnya
4- M e m u k u l Portugis dan merampas Melaka.
5. Menaikkan harga pasaran hasil-bumi untuk ekspor, dengan
memusatkan pelabuhan samudra ke satu pelabuhan d i A c e h ,
atau sedikit-dikitnya mengadakan pengawasan yang sempur-
na sedemikian rupa, sehingga kepentingan kerajaan tidak
dirugikan.

(68). M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 146 - 147.

87
Iskandar Muda menetapkan lima pasai politik luar negerinya
ini, adalah untuk menghadapi bahaya agressi yang haus penjajahan
dari Portugis, Belanda dan Inggeris. ( ) 69

Hubungan Dengan Turki.


Waktu mula pecah perang antara Aceh Belanda (1875),
sebuah surat kabar yang terbit di Istambul menceritakan, bahwa
tahun 1516 Sulthan Aceh Firman Syah telah menghubungi Siman
Pasya, Wazir dari Sulthan Salim I Turki untuk mengikat tali
persahabatan. Permintaan Aceh disetujui oleh Turki dan semenjak
itu hubungan keduanya telah dimulai. ) 70

Hubungan yang telah ada ini dijalankan terus dan diperteguh


lagi oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah II Abdul Qahhar di mana
dalam tahun 952 h. (1545 m.) baginda mengirim utusan ke
Turki untuk memperbaharui hubungan diplomatik di samping
untuk meminta bantuan senjata dan tenaga ahli untuk melawan
Portugis. Sulthan Turki yang berkuasa waktu itu, yaitu Sulthan
Sulaiman Khan yang memerintah dalam tahun 926-974 h.
(1523-1566 m.): Permintaan Aceh dikabul Sulthan Turki, dengan
memberi sejumlah besar alat- senjata dan kira-kira 300 orang
tenaga ahli (ahli teknik, militer, ekonomi dan hukum tatanegara).
Di antara alat senjata, yaitu meriam besar yang terkenal dengan
nama Meriam Lada Secupak. ) 71

Hubungan Dengan Belanda.


Untuk pertama kali secara resmi, pada tanggal 21 Yuni 1599
tibalah di Banda Aceh Darussalam dua bersaudara Cornelis dan
Frederik Houtman, utusan Kerajaan Belanda, untuk mengadakan
perundingan dengan Sulthan Aceh dalam rangka mengikat hu-
bungan diplomatik dan hubungan dagang.
Missi Houtman bersaudara mengalami kegagalan, karena
datang dengan penuh rahsia tersembunyi, ditambah lagi oleh
(69) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 145-146.
(70) Ibid hlm 102.
(71) M. Yunus Jamü: Tawarikh Raja-Raja Aceh hlm 42-4J.

88
propokasi perwakilan dagang Portugis yang telah berada di Aceh;
hal mana mengakibatkan terbunuhnya Cornelis de Houtman
dan ditawan saudaranya Frederik de Houtman bersama delapan
orang pengikutnya.
Belanda menghadapi kegagalan ini dengan dingin dan ber-
tekad untuk mengirim perutusan yang lain yang lebih bijaksana. )
72

Demikianlah, dalam tahun 1600, Prins Maurits Pembangun


dan Kepala Republik Belanda, mengirim sebuah perutusan lagi
ke Aceh, yang terdiri dari diplomat-diplomat yang cakap, untuk
merundingkan pengikatan hubungan diplomatik dan dagang de-
ngan Kerajaan Aceh. Perutusan ini dibekali dengan sebuah surat
berbahasa Sepanyol (bahasa internasional waktu itu), yang isinya
sangat baik dan diplomatis sekali. Perutusan Belanda ini berangkat
dengan empat buah kapal, yaitu Zeelandia, Middelbofgh, Langhe
Bracke dan De Sonne, pada tanggal 28 Januari 1601 dari pe-
labuhan Zeeland.
Pada tanggal 23 Agustus 1601 tibalah perutusan tersebut di
Pelabuhan Internasional Banda Aceh; perutusan mana berada
di bawah pimpinan Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana
Laurens Boeker. Hasilnya baik sekali, tawanan-tawanan Belanda
dibebaskan dan hubungan diplomatik dan dagang dinyatakan
berlaku.
Untuk membaias kunjungan Missi Gerard, Sulthan Aceh
mengirim sebuah perutusan muhibbah di bawah pimpinan Orang
kaya Abdulhamid dan anggota-anggotanya terdiri Panglima Ang-
katan Laut Aceh Laksamana Seri Muhammad dan Mir Hasan,
bersama seorang juru bahasa bernama Leonard Werner.
Ketua Delegasi Aceh Abdulhamid meninggal di negeri Be-
landa pada tanggal 10 Agustus 1602 dan dikebumikan di Middel-
berg. Delegasi Aceh tinggal di negeri Belanda selama 16 bulan,
selain untuk berunding juga untuk meninjau.

(72) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 118-120.

89
Pada waktu itulah dengan resmi Kerajaan A c e h Darussalam
mengakui Republik Belanda yang baru dibangun sebagai kerajaan
berdaulat pertama yang mengakuinya.
Hubungan Dengan Inggeris.
Tidak berapa lama setelah diikat hubungan dengan Belanda,
datang pula ke Banda A c e h perutusan Inggeris di bawah pimpinan
Sir James Lancaster dengan rombongannya yang terdiri dari
tiga buah kapal, yaitu Dragon, Hector dan Ascention. W a k t u
mereka berlabuh d i pelabuhan A c e h , mereka dapati kapal-kapal
banyak sekali yang datang dari berbagai negara.
Setelah diadakan pertukaran utusan antara Istana dengan
kapal, maka pada hari ketiga Delegasi Landcaster diteri.ma meng-
hadap Sulthan, di mana kepada mereka diberi penghormatan yang
cukup wajar, karena mereka akan mempersembahkan Surat R a t u
Inggeris kepada " H i s Majesty King of Acheen and Sumatra"
(istilah mereka). Landcaster menghadap Sulthan dengan 30 orang
anggota delegasi.
Selama mereka di Banda A c e h , telah diberi bermacam peng-
hormatan, antaranya jamuan kenegaraan, , malam kesenian dan
sebagainya.
Sir James Landcaster m e r . y t a k a n bahwa tujuan missinya,
yaitu untuk membangun perdamaian dan persahabatan antara
yang dipertuannya R a t u Inggeris dengan kakandanya yang ter-
cinta, Raja A c e h yang besar dan perkasa.
Hasil perkunjungan perutusan Landcaster baik sekali, antara
lain diikatnya hubungan diplomatik dan dagang antara dua ke-
rajaan, diadakan surat-menyurat lanjutan antara R a t u Inggeris
dengan Sulthan A c e h , dalam surat-surat mana dinyatakan maksud
baik kedua belah pihak untuk tetap berhubungan dan bermuhib-
bah, juga sama-sama memuji satu sama l a i n . ) 73

Diplomasi Iskandar Muda.


Telah dijelaskan, bahwa setelah Iskandar Muda menjadi Sul-
than A c e h , dia telah mengambil langkah-langkah penting untuk

(73). M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 126 • 140.

90
membangun Aceh dalam segala bidang, termasuk bidang luar
negeri. D i samping beberapa prinsip yang telah diuraikan pada
pasal-pasal yang lalu, Iskandar Muda menganut dua filsafat :
L. Kemajuan suatu negara bergantung pada kemajuan ekonomi-
nya.
2. Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam.
Dengan berpedoman kepada dua filsafat ini, Iskandar Mu-
da menjalankan diplomasi-diplomasi berikut :
1. Perjanjian antara Aceh-Belanda yang memberi hak kepada
Belanda untuk membuat " L o j i " d i ' A c e h (ditandatangani
17 Januari 1607) yang merugikan ekonomi dan militer
Aceh, dibatalkannya
2. Kerajaan-kerajaan di Malaya yang pro dan membantu Por-
tugis ditaklukkannya dan rajanya serta pembesar-pembesar
lainnya ditawan serta dibawa ke Aceh, umpamanya Raja
Bungsu dari Johor dan Tun Seri Lanang (Pengarang Sejarah
Melayu.)
3. Setelah ternyata Raja Bungsu tidak pro Portugis lagi, maka
dia dikembalikan ke Johor untuk menjadi Raja kembali.
Bersama dengan kembalinya Raja Bungsu diberangkatkan
pula 30 buah kapal penuh berisi beberapa bahan/alat untuk
membangun Johor kembali. 2000 tenaga ahli di bawah pim-
pinan Orangkaya Lelawangsa menyertai Raja Bungsu untuk
membantunya.
4. Menolak permintaan Raja Inggeris James I untuk mendiri-
kan kantor dagang Inggeris di Pariaman. Dalam hal ini,
telah terjadi suatu surat-menyurat diplomatik yang sangat
menarik. Dari surat penolakan Iskandar Muda jelaslah ke-
lihatan sekaligus dia mempergunakan Diplomasi Kekuatan
dan Diplomasi Ekonomi. Panglima Thomas Best, keiua
Delegasi Inggeris yang mengantar surat Raja Inggeris kepada
Iskandar Muda diberi penghormatan besar, yaitu diberinya
gelar tertinggi dalam kerajaan, yaitu Orangkaya Putih.( ) 74

(74) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 145-147, 155-157 dan 161-163.

91
ANGKATAN PERANG ACEH

Balai Laksamana

Menurut Kanun Meukuta Alam, di antara lembaga-lembaga


negara tertinggi, terdapat Balai Laksamana Amirul Harb (De-
partemen Pertahanan), di mana pejabat tinggi. yang memimpin-
nya bergelar Orangkaya Laksamana Amirul Harb (Menteri Per-
tahanan), yang mengepalai Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Kanun selanjutnya menyebutkan gelar-gelar perwira. tinggi
pada Balai Laksamana/ yaitu: 75)

1. Seri Bentara Laksamana.


2. Tandil Amirul Harb.
3. Tandil Kawal Laksamana.
4. Bujang Kawal Bentara Siyasah.
5. Bujang Laksamana.
6. Tandil Bentara Semasat.
7. Bujang Bentara Sidik.
8. Tandil Raja.
9. Bujang Raja.
10. Megat Sekawat.
11. Bujang Akiyana.
-12. Tandil Gapunara Siyasah.

(75) D i Meulek: K a n u n Meukuta A l a m hlm 70-71.

92
Pembangunan Angkatan Perang
Sulthan A l i Mughaiyat Syah, Pembangun Kerajaan Aceh
Darussalam, telah menetapkan empat dasar program negara, yang
salah satu di antaranya yaitu: membangun angkatan laut yang
kuat, di samping Angkatan Darat yang telah dibangun semenjak
Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai. (76)

Sulthan Alaiddin Riayat Syah II yang lebih terkenal dengan


Abdul Qahhar, segera merealisir rencana A l i Mughaiyat Syah
dengan membangun Armada Aceh yang kuat, sementara tenaga-
tenaga ahli teknik untuk keperluan zeni dan ilmu didatangkan
dari Turki, Arab dan I n d i a . (77)

Sulthan Iskandar Muda yang mendasarkan kerjanya pada


filsafat: "Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam" terus mem-
perk nat dan mempermodern Angkatan Perang Aceh, darat dan
laut/ >78

Pendidikan Tentara
Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, Sulthan Alaiddin
Ali Mughaiyat Syah dan para pelanjutnya: Sulthan Abdul Qahhar,
Iskandar Muda, Iskandar Sani, Safiatuddin dan lain-lainnya, me-
nyadari bahwa Angkatan Perang yang dapat diandalkan untuk
menaikkan martabat negara, hanyalah Angkatan Perang yang
berpendidikan dan terlatih baik. Oleh karena itu, dalam mem-
bangun Angkatan Perang, sektor pendidikannya mendapat tem-
pat istimewa.
Untuk mendapat tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman,
Kerajaan Darussalam mendatangkan para guru dan instruktur
dari negara-negara sahabat, terutama dari negara-negara Islam,
umpamanya dari Kerajaan Turki Usmaniyah. (79)

Sulthan Iskandar Muda lebih jauh lagi dalam usahanya


mempermodern Angkatan Perang Aceh, telah mengadakan tem-

(76) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 96-97.


(77) Ibid hlm 100-103.
(78) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 146-147.
(79) Anthony Reid: The Contest For North Sumatra hlm 3.
M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 100.
.pat-tempat latihan d i berbagai tempat d i A c e h . tempat-tempat
pendklikan/latihan mana dinamakan "Blang Si P a - i " dan " B l a n g
P e u r a d é " . Anak-anak muda yang sedang dididik untuk menjadi
anggota tentara dinamakan " R a k a n Syarikai Raja" yang kalau
sekarang disebut " c a d e t " . ( 8 0 )

Atas permintaan Sulthan A b d u l Qahhar, maka Sulthan


T u r k i Usmaniyah, Sulthan Sulaiman K h a n , telah mengirim ke
Aceh sebanyak 300 atau 400 orang perwira-perwira tentara
Turki, masing-masing dalam bidang barisan meriam (artileri).
barisan kuda (kavaleri) dan barisan jalan-kaki (invantri), dan
juga ahli-ahli pembuatan senjata, untuk mendidik dan melatih
Angkatan Perang A c e h . ' 8 1 )

Kecuali tempat-tempat pendidikan/latihan yang dinamakan


Blang Si Pa-i dan Blang Peurede, juga d i Ibukota Negara Banda
A c e h didirikan sebuah A k a d e m i Militer yang bernama Darul
Harb. ( 8 2 )

Hasil dari pendidikan/latihan yang teratur itu. maka Ang-


katan Perang A c e h pada waktu itu adalah satu-satunya angkatan
perang yang terbaik di Kepulauan Nusantara. seperti yang d i -
akuinya oleh seorang perwira tinggi Perancis, Laksamana Beaulieu,
yang antara lain tuhsnya: ". . . setelah Sulthan Iskandar Muda
memerintah, maka orang Aceh telah menjadi perajurit terbaik
di Kepulauan Nusantara." < 3 )

A r m a d a Inong Bale
Semenjak pertama kali di masa Sulthan A b d u l Qahhar
mengirim A r m a d a A c e h ke Malaka untuk menghancurkan kubu
kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para Sulthan pehg-
gantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat ke
daerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka

(80) H . M . Zainuddin: Singa Aceh hlm 79.


(81) H . M . Zainuddin: Tarikh Aceh Dan Nusantara hlm 272, Singa Aceh h. 1 14.
(82) Majalah Sinar Darussalam, r.o.17/September 1969 hlm 9.
(83) M . Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 181-182.

94
banyak sudah perajurit yang syahid dengan isterinya menjadi
janda atau "inong bale".
, Pada zaman Sulthan Alaiddin Riayat IV Saidil Mukammil
yang memerintah dalam tahun 997-1011 h. (1589-1604 rn.J,
dibentuklah sebuah armada yang sebahagian perajurit-perajurit-
nya terdiri dari janda-janda (inong-balé) pahlawan-pahlawan yang
telah tewas. Armada ini dinamakan dengan Armada Inong Balé
di bawah pimpinan Laksamana Malahayati, yang suaminya telah
syahid dalam suatu pertempuran laut.
Berkali-kali Armada Inong Bale ikut bertempur di Selat
Malaka dan pantai-pantaj timur Sumatera dan Malaya. Seorang
.Pengarang wanita Belanda, Marie van Zuchyelen, dalam bukunya
"Vrouwolijke Admiral Malahayati" sangat memuji-muji Laksa-
mana Malahayati dengan Armada Inong Balénya, yang terdiri
dari 2000 perajurit wanita yang gagah-gagah dan tangkas. Laksa-
mana Malahayati pula yang diserahkan oleh Sulthan Alaiddin
Riayat Syah IV untuk menerima dan menghadapi utusan Ratu
Inggeris, Sir James Lancaster, yang datang ke Banda Aceh Darus-
salam pada tanggal 6 Yuni 602 dengan surat dari Ratu Inggeris. (84)

Resimen Wanita Pengawal Istana.


Dalam masa pemerintahan Sulthan Muda A l i Riayat Syah V,
yang memerintah dalam tahun 1011-1015 h. (1604-1607 m.)
dibentuklah Sukey Kaway Istana (Resimen Pengawal Istana) yang
terdiri dari Si Pa-i Inong (Perajurit Wanita) di bawah pimpinan dua
pahlawan wanita : Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana
Muda Cut Meurah Inseuen.
Kedua pahlawan puteri inilah yang telah berjasa membebas-
kan Iskandar Muda dari penjara tahanan Sulthan Muda A l i
Riayat Syah V , seorang sulthan yang bodoh dan bejat moral. ( 8 5 )

(84 M. Yunus Jamil: Sulthan Iskandar Muda hlm 4, Tawarikh Raja-Raja


Kerajaan Aceh hlm 45.
H.M. Zainuddin: Serikandi Aceh hlm 8-15.

(85) M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 114.

95
Laksamana Malahayati, yang menjadi panglima dari Armada Inong Balé (Armada
Wanita Janda). Pangkalan dari Armada Inong Balé diteluk Krueng Raya, yang
pada waktu dulu pernah bernama Teluk Malahayati. Disana sekarang sedang
dibangun sebuah pelabuhan samudra yang dinamakan Pelabuhan Malahayati.
Gambar Laksamana Malahayati ini, menurut lukisan seorang wanita Belanda yang
dulu pernah berkunjung ke Pangkalan Armada Inong Bale.

96
Dipisi Kemala Cahaya.

Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa A l a m Syah,


yang memerintah dalam tahun 1 0 1 6 - 1 0 4 5 h. ( 1 6 0 7 - 1 6 3 6 m,)'
yang telah memperbesar dan mempermoderen Angkatan Perang'
A c e h , yang telah membentuk suatu dipisi pengawal istana, yang
terdiri dari perajurit-perajurit wanita melulu dan panglimanyapun
seorang jenderal wanita, Jenderal Kemala Cahaya. Menurut ca-
tatan sejarah, satu bataliyun dari dipisi wanita yang bernama
Dipisi Kemala Cahaya i n i , dijadikan Bataliyun Kawal Kehormatan
yang perajurit-perajuritnya dipilih dari dara-dara yang ramping
semampai dan berwajah rupawan. Bataliyun inilah yang ditugas-
kan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan ke-
hormatannya. ( 8 6 )

Industeri Perang.

Pada waktu Sulthan T u r k i Sulaiman Khan menawarkan


senjata dan perlengkapan perang lainnya kepada Sulthan A l a i d d i n
Riayat Syah I V A b d u l Qahhar, beliau hanya menerima untuk
satu kali saja, dan untuk selanjutnya beliau meminta bantuan
tenaga ahli yang sanggup membantu pembangunan industeri
perang.

A b d u l Qahhar yang berpandangan jauh, melihat bahwa antara


T u r k i dengan A c e h terlalu jauh, yang sangat sulit membina
perhubungan laut, sehingga terjamin apabila kapal-kapal mengang-
kat alat-alat perlengkapan perang ke A c e h . Karena itulah, A b d u l
Qahhar, berpendapat bahwa A c e h perlu memiliki industeri pe-
rangnya sendiri. Maka demikianlah untuk pertama kali, Sulthan
Sulaimanpun mengirimkan tenaga-tenaga ahli sebanyak 300 orang
teknisi ke A c e h , seperti yang diceritakan petualang Portugis
Pinto. ( 8 7 )

A b d u l Qahhar yang memusatkan perhatiannya untuk mem-


bangun Angkatan laut yang kuat dan A r m a d a Niaga yang besar,

86) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 193.

87) M. Said: Aceh Sepanjang Abad.

97
logislah kalau dengan cepat membina industri perkapalan dengan
mendirikan galangan-galangan kapal yang sanggup membuat kapal
perang dan kapal niaga, yang juga direncanakan oleh tehnisi-tehnisi
A c e h sendiri, seperti yang d i akui oleh Anderson. (88)

A h l i sejarah M . Said mencatat, bahwa pembangunan kapal


digiatkan. Suatu masa A c e h dapat menginsafkan ahli Portugis
dari Malaka supaya belut dari pemerintahnya. Tenaga ahli i n i
yang sesudah memeluk Agama Islam di A c e h bernama K h o y a
Zainal A b i d i n , dapat dipergunakan untuk m e m b i k i n kapal-kapal
yang moderen.
Demikianlah, hampir semua barang-barang dari pertukangan
dan kerajinan yang dikerjakan orang-orang d i luar negeri, sudah
dapat dibuat sendiri d i A c e h masa A b d u l Qahhar i t u . Kemajuan
industeri meriam dan senjata di A c e h telah sedemikian mening-
katnya, sehingga pesanan-pesanan dari negeri lain, di antaranya
dari Demak dan Banten, dapat dipenuhi. < >- 89

Davis, Kapitan kapal berbangsa Belanda yang sempat


mengunjungi Aceh dalam tahun 1959, antara lain mencatat
tentang hasil industeri perang A c e h sebagai berikut : " B a h w a
Sulthan mempunyai juga banyak sekali meriam-meriam dari waja.
Kekuatan pertahanan dapat diperhebat pula dengan adanya
barisan g a j a h .(90)

Seorang teknisi A m e r i k a yang telah masuk islam dan telah


naik haji, bekerja pada Kerajaan A c e h Darussalam, yaitu mem-
bantu membuat dan memimpin pembuatan senjata pada industeri
perang d i daerah Samalanga, namanya F . J . S h e p p a r d . (91)

-0O0-

(88) John Anderson: Aeheen hlm 24.


(89) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 109-110.
(90) Ibid hlm 124.

(91) Anthony Reid: The Contest for North Sumatra hlm 137.

98
l e u n g k u Hakman, yaitu pahlawan wanita dalam perang Aceh, yang juga Ulama
besar sehingga bergelar Teungku Chik Fakinah. Fakinah menjadi Panglima dari
sebuah Sukey (Resimen) yang kemudian terkenal dengan nama Sukey Fakinah
Dibawah behau ada empat buah balang(Bataliyon), yang tiga diantara bataliyon
itu komandannya pria. .ladi dibawah Panglima Fakinah terdapat tiga orang ko-
mandan bataliyon yang pria. Keistimewaan Fakinah dari Pahlawan-pahla-
wan wanita yang lain, karena Fakinah setelah habis perang terus mendirifcan
Dayah (pesantren).

99
KEADILAN ISKANDAR MUDA
f
Sudah menjadi keharusan mutlak bagi Kerajaan A c e h D a -
russalam yang telah menjadikan dirinya sebagai "Negara H u -
kum" , berusaha untuk membina dan menegakkan h u k u m .
( 9 2 )

Agar pelaksanaan h u k u m terjamin sesuai dengan ketentuan


K a n u n Meukuta A l a m , maka dibentuk sebuah lembaga tinggi
dalam tingkat kementerian yang bernama Balai Majlis M a h k a m a h
di bawah pimpinan seorang menteri yang bergelar Seri Raja
Panglima Wazir Mizan, yang bertugas membina dan memelihara
h u k u m dalam arti seluas kata.
D i bawah Balai Majlis Mahkamah, d i tiap-tiap tingkat pe-
merintahan, dibentuk badan-badan pengadilan, yang dipimpin
oleh seorang Qadli.
Para pejabat negara, sejak dari Sulthan Imam A d i l , Q a d l i
M a l i k u l A d i l , para wazir, dan sampai-sampai kepada pejabat-
pejabat. yang lebih rendah, diwajibkan untuk menegakkan dan
melaksanakan h u k u m dalam negara dengan melakukan atas diri-
nya sendiri terlebih dahulu, untuk menjadi c o n t o h kepada rakyat.
Sulthan A l a i d d i n Riayat S y a h II A b d u l Qahhar, telah me-
lakukan h u k u m bunuh terhadap puteranya sendiri Abangta, d i -

(92) Di Meulek: Kanun Meukuta Alam hlm 73-74.

100
tangkap, karena zalim, membunuh orang dan melawan hukum/
adat yang berlaku. (93)

Pada akhir pemerintahannya, Sulthan Iskandar Muda me-


lakukan hukuman mati terhadap puteranya dari salah seorang
isteri yang bukan permaisuri, yaitu putera tersayang yang ber-
nama Meurah Peupök, yang ternyata bersalah berzina dengan
isteri orang. Duduk perkaranya sebagai berikut:
Salah seorang perwira muda waktu pulang dari tempat la-
tihan (Blang Peurade), didapatinya di rumah Meurah Peupök
sedang berzina dengan isterinya yang cantik itu. Waktu perwira
muda kita itu sampai di rumah, si Pangeran Meurah Peupök
terus melarikan diri, sehingga karena aib dan marahnya si Per-
wira kita itu terus menghunus pedang-perwiranya dan dibunuh-
lah isterinya itu yang selama ini sangat dicintainya.
Kemudian dia -bersama-sama dengan ayah isterinya (mertua)
pergi ke istana untuk melapor kepada Sulthan Iskandar Muda,
dimana oleh Sulthan segera diperintahkan Menteri Kehakiman
(Seri Raja Panglima Wazir Mizan) untuk melakukan penyelidikan
dan pemeriksaan terhadap hal tersebut.
Dalam waktu yang amat singkat para pejabat yang bertugas
dalam bidang kepolisian dan kehakiman selesai melakukan pe-
nyelidikan dan pemeriksaan, dimana ternyata Meurah Peupök
bersalah atas pengakuannya sendiri. Hasil pemeriksaan itu di-
laporkan oleh Menteri Mizan kepada Sulthan Iskandar Muda,
yang kemudian oleh Sulthan dilaksanakanlah hukum bunuh ter-
hadap puteranya itu di depan umura.' ' 94

Dengan demikian, hidup dan tegaklah keadilan.


Inilah satu contoh dari Keadilan Sulthan Iskandar Muda,
disamping beribu-ribu contoh yang lain.

(93) H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 185.

f94) H.M. Zainuddin: Singa Aceh hlm 185-188.

101
Iskandar Muda Wafat
Setelah pelaksanaan hukum bunuh terhadap puteranya yang
tercinta itu, maka Sulthan Iskandar Muda jatuh sakit, yang dari
hari ke hari bertambah berat. Dalam keadaan baginda sakit itu.
para pembantunya menanyakan mengapa sampai hati beliau
melakukan hukum bunuh terhadap puteranya. Dengan tenang
dan penuh rasa tanggung jawab, beliau menjawab:
"Mate aneuk na jeurat, maté adat ho tamita", yang arti-
nya: Mati anak ada makamnya, tetapi kalau mati adat atau
hukum kemana akan d i c a r i ? (95)

Setelah lebih sebulan jatuh sakit, maka pada hari Sabtu


tanggal 29 Rajab 1046 h. (27 Desember 1636 m.), Iskandar
Muda berpulang ke rahmatullah, dan dimakamkan di sebelah
selatan Mesjid Baiturrahim dalam Keraton Darud D u n i a .
<96)

Inna lillahi wainna ilaihi raji'un !

Dengan rahmat Allah dan bimbihgannya, hari Isnin tanggal


5 Rajab 1395 bertepatan dengan 14 Juli 1975 pada pukul 6.45
pagi, selesailah saya menyusun kitab kecil ini.
Wabillahit Taufiq wal Hidayah !

TAMMAT
»

(95) Ibid hlm 182.


(96) Ibid hlm 181.
M. Yunus Jamil: Gajah Putih hlm 118.

102
MAKAM SULTAN ISKANDAR MUDA.
Makam Iskandar Muda yang asli, yang terkenal dengan Kandang Emas, sudah
dirubuhkan Belanda setelah Banda Aceh didudukinya. Diatas makam Iskandar
Muda didirikan kantor Gubernur Belanda di Aceh. Sekarang kantor Gubernur
kolonial itu telah diruntuhkan, dan daerah itu termasuk dalam komplek BAPERIS.
Jadi makam yang diatas ini bukanlah asli, hanya yang dibangun kembali diatas
tempat yang lama pada beberapa tahun yang lalu. Sudah tentu sama sekali tidak
sama seperti yang asli. Yang asli tentu jauh lebih cantik dan mempunyai nilai
seni yang tinggi.

103
K E P U S T A K A A N

Muhammad Said. , w,
1. Aceh Sepanjang Abad, cetakan pertama, penerbit pengarang sendiri, Medan ï y b l .
M. Yunus Jamil.
2. Gajah Putih, penerbit Lembaga Kebudayaan Aceh, Banda Aceh 1959.
3. Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh, penerbit Ajdam 1 Iskandar Muda, Banda Aceh
1968.
H.M. Zainuddin.
4. Tarikh Aceh dan Nusantara, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1961.
5. Singa Aceh, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1957.
6. Srikandi Aceh, Pustaka Iskandar Muda, Medan 1966.
M. Husin.
7. Adat Aceh, penerbit Dinas P . D . K . Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh 1970.
Dr. T. Iskandar.
8. De Hikajat Atjeh, penerbit N . V . Nederlandsche Boek E n Steendrukkrij
S-Gravenhage Nederland 1959.
9. Bustanus Salathin, penerbit Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala L u m p u r 1966.
John Anderson.
10. Acheen, penerbit Oxford University Press, London-New Y o r k 1971.
Prof. Dr. Anthony Reid.
11. 77ie Contest For North Sumatra, penerbit University of Malaya Press, Kuala
Lumpur 1969.
Prof. Dr. Drewer. ,
12. The Adat Atjeh, With Introduction and Notes, penerbit S-Gravennage-Martmus
Nijhoof, Nederland 1958. Yang ada dalam perpustakaan pribadi saya, yaitu salinan
dari buku asli yang dicetak; jadi nomer halaman yang tersebut dalam buku i n i ,
yaitu nomer halaman dari salinan itu, bukan nomer halaman dari buku asli yang
dicetak.
Ibnu Batutah.
13. Rihlah Ibnu Batutah, penerbit Mathba'ah A l A z h a n y a h , Kaïro 1927.
Di Meulek.
14. Kanun Meukuta Alam, naskah lama tulisan tangan huruf Arab, Perpustakaan A .
Hasjmy Banda Aceh.
H.K.J. Gowan.
15. De Hikajat Malém Dagang, penerbit het Koningklijk voor de Taal, Land end
Volkenkunde van Nederland-lndie, 1937.
Lain-lain.
16. Encyclopaedia of Islam edisi bahasa Arab jilid I, penerbit AsySya'bu, Kairo 1969.
17. Majallah Sinar Darussalam, Yayasan Pembina Darussalam, Banda A c e h Darussalam.
104

You might also like