Professional Documents
Culture Documents
395
N |PII||jBB(Bf
A.HASJMY
e
MEUKUTA ALAM
m
ISKANDAR MUDA MEUKUTA ALAM
KARANGAN-KARANGAN/TERJEMAHAN A. HASJMY.
Yang sudah diterbitkan oleh "Bulan Bintang".
ISKANDAR MUDA
MEUKUTA ALAM
•£ £1
A. Hasjmy
5
DAFTAR ISI
- MUKADDIMAH 5
- ISKANDAR MUDA M A R A KE M E L A K A 6 4
- KEPUSTAKAAN ] 0 4
6
ALAM ATJEH
( Bendera Atjeh )
Bendera dari Kerajaan Aceh Darussalam yang hernama "Alam Peudeué'ng", artinya
bendera cap pedang. (Dari buku: Tarikh Aceh dan Nusantara).
7
PENUNJUK H A L A M A N CAMBAR
8. Cakra Donya 61
9. Laksamana Malahayati 96
10. Teungku Fakinah 99
11. Makam Iskandar Muda 103
8
P A D A S U A T U SUBUH T A H U N 1593
9
putera Sulthan Alaiddin Syamsu Syah yang memerintah dalam
tahun 902-916 h.(1497-1511 m.), putera Maharaja Munauwar
Syah, putera Sulthan A l a i d d i n Husain Syah 1 yang memerintah
dalam tahun 870-885 h.( 1465-1480 m,), putera Sulthan Alaiddin
Mahmud II Johan Syah yang memerintah dalam tahun 811-870 h.
(1408-1465 m.). Sampai disini bertemu silsilah ayahanda dengan
silsilah ibundanya.
10
Selagi masih dalam kandungan bunda telah ada tanda-tanda,
bahwa yang akan lahir itu adalah manusia yang akan merobah
wajah sejarah, seperti yang terlukis dalam Hikayat Aceh:
"Maka tatkala baginda itu dikandungkan bunda tujuh bulan,
maka pada suatu malam bunda bagindapun bermimpi. Maka
ada mimpi bunda baginda itu bertutup sanggulkan bulan,
cahayanya amat cemerlang dan bersandangan bihtang ter-
karang. Kemudian dari itu, tatkala baginda dikandungkan
bunda sembilan bulan, maka pada suatu malam ketika dinihari
bunda bagindapun bermimpi pula. Maka ada yang dimimpi
bunda baginda itu suatu cahaya rupanya bunga karang.
Maka dipertunjuk oleh tuan puteri terjerlai-jerlai.
Maka kemudian dari itu pada malam jum'at, bunda baginda
berbaring pada kelambu peraduan di atas geta keinderaan
antara tidur dan jaga, maka terlihat tuan puteri seperti bulan
purnama, maka cahaya itu mengëlubungi seberhana tubuh
hingga limpah cahayanya daripada kelambu itu penuh segala
istana, maka laku padam olehnya segala cahaya tanglung dan
dian dan kandil. Maka tuan puteripun terkejut dan tiada
dikatakan kepada seorang juapun penglihat demikian.
Maka pada siang harinya dipersembahkan tuan puteri kepada
Syah Alam segala yang terlihat itu. Maka sabda Syah Alam
akan tuan puteri Raja Indra Wangsa: "Hai anakda,bahwa
alamat cahaya itu terlalu sempurna kebajikan diperoleh
anakkü daripada berkat kemuliaan cucuku akan menambah
bahagia anakku jua. Janganlah anakku dukacita. Bahwa
rahasia ini hubaya jangan dikatakan anakku kepada seorang
juapun, karena kebesaran dan kemuliaan yang diperoleh
anakda daripada berkat cucuku yang dikandungkan anakda
itu insya Allah ta'ala niscaya dilihat anakda kemudiannya . . .
"Bahwa cucuku ini tak dapat tiadalah dijadikan Allah ta'ala
dalam alam dunia ini raja yang amat besar dan ialah beroleh
daulat yang keras lagi tinggi daripada segala raja-raja yang
dahulu daripadanya dan yang kemudiannya "( )
2
11
Silsilah raja-raja
yang menurunkan Iskandar Muda
Demikian lukisan dalam Hikayat Aceh!
Menurut catatan di halarnan lain dalam Hikayat Aceh tersebut,
bahwa setelah lahir Iskandar Muda, maka datang seorang ahli
hikmat menghadap Syah Alam di Istana Keraton Darud Dunia.
Ahli hikmat yang bernama Hakim Mahmud itu berdatang sembah:
"Tuanku, bahwa cucunda yang jadi ini menyatakan karunia Allah
ta'ala yang amat besar akan tuanku. Sebermula yang dinyatakan
Allah Ta'ala pada diperhamba bahwa cucunda ini tak dapat tiada
beroleh kerajaan yang amat besar."
Bayi yang baru lahir itu, pada mulanya dinamakan dengan
Raja Sulaiman. Menurut Hikayat Aceh lagi, bahwa setelah berusia
tiga tahun, nenekandanya Syah Alam memberi nama cucundanya
itu dengan Abangta Raja Munauwar Syah. Selanjütnya dalam usia
yang masih muda, dia mendapat bermacam nama sesuai dengan
kehaibatannya, seperti Pancagah dan lain-lainnya.
0O0
13
Ratu Safiatuddin, puteri Sulthan Iskandar Muda dari Permaisuri Puteri Sani.
Sulthanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat memerintah dalam
tahun 1050-1085 h.(1641-1675 m.). Gambar ini adalah lukisan dari seorang
pelukis Eropah yang dulu pernah menghadap Ratu di Istana Keraton Darud Dunia.
14
A B A N G T A MUNAUWAR SYAH WAKTU BAYI
Do doda idang,
Rcmgkang diblang tameh. bangka,
Beurijang rayek banta sedang,
Beu'ek taprang nanggro'è dumna.
15
Alah hai do, doda idi,
Anoë pasi riyeuk timpa,
Ngon teu rayek banta cutdi.
Ulée Ui prang tapuga.
Do doda idi,
Bijéeh sawi dalam kaca,
Beuna umu banta cutli,
Gantoé doli mat ncuraca. ( 3
'
Terjemahannya:
Buai, buailah sarong,
Gubuk di sawah bakau tiangnya,
Lekaslah dewasa banta sedang.
Tabah menyerang segala negara.
16
Jak Idn timang putik rambot,
Beungoh seupöt Ion peumanoë.
Beurijang rayek bintang kutöb,
Ek taleugöt dumna nanggroè.
Terjemahannya:
17
Mari kuayun putik tupah,
Emas bertatah dalam peti,
Lekaslah dewasa kekasih Allah,
Sanggup memerintah segala negeri.
0O0
18
Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, wakil Panglima dari A r m a d a
Inong Bale. Peperangan itu terkenal dengan Perang Teluk . A r u
di lautan dan Perang Suka Mandi di daratan.
Sulthan Saidil M u k a m m i l disamping bergembira karena men-
dapat kemenangan, juga. sangat murung karena syahidnya dua
Pahlawan pilihan, yaitu menantunya Laksamana Maharaja Mansur
Syah dan perwira pilihannya Laksamana M u d a Sa'ad Sri U d a h n a ,
suami dari Laksamana Muda Meurah Inseun, Wakil Panglima
Pasukan Gabungan pengawal Keraton Darud Dunia.
Kedua Mayat Perwira Tinggi dari Angkatan Laut Kerajaan
Aceh Darussalam itu dibawa pulang ke Ibukota Negara Banda
Aceh. dan dikebumikan di makam Baitur Rijal dalam Keraton
Darud Dunia.
Kerajaan Aceh Darussalam menyatakan perkabungan nasional
selama 44 hari.
Syahidnya Laksamana Maharaja Mansur Syah, telah membuat
isterinya Puteri Maharaja Indera Wangsa berdukacita yang sangat
mendalam, bukan karena dirinya telah menjadi janda daiam usia
yang sangat muda, tetapi karena Tanah A i r telah kehilangan seorang
pahlawan besar, disamping karena puteranya yang hanya . satu-
satunya itu telah menjadi yatim dalam usia dua tahun.
Kalau Laksamana Muda Cut Meurah Inseun, setelah syahid
suaminya Laksamana Muda Sa'ad Sri Udahna, dia menumpahkan
segenap hidupnya untuk membangun terus A r m a d a Inong Bale
bersama-sama dengan Panglimanya Laksamana Malahayati, maka
Puteri Raja Indera Wangsa menumpahkan sebahagian besar waktu-
nya untuk mendidik puteranya Abangta Munauwar Syah, agar
dia setelah dewasa dapat menuntut bela ayahandanya, dapat mem-
bangun A c e h sehingga menjadi negara besar di Asia Tenggara
dengan pemerintahannya yang setabil dan Angkatan Perangnya
yang kuat.
Mari kita perhatikan bagaimana Puteri Raja Indera Wangsa
membuai anaknya yang baru pandai bicara patah-patah dan baru
dapat befjalan langkah demi langkah.
19
Alangkah terharunya Indera Wangsa kalau kadang-kadang
dengan suara yang patah-patah Abangta memanggil-manggil ayah-
andanya. Pada saat-saat yang demikianlah Puteri Raja Indera
Wangsa bermadah merayu membuai putera kesayangannya, dengan
nazam-nazam seperti yang di bawah ini:
La Ilaha lllallah,
Kalimah Thaibah payong page,
Muhammad Rasul Allah,
Kalimah Syahadah pangkee mate.
20
Hit sang sahit,
Umong lé pade diet,
Bukonlé sayang Perkasa Alam, ,
Keubah lé ayah euntong ubit,
Soe nyang papah, soë nyang sayang,
Teukeudirullah ayah ka syahit. < ) 5
Terjemahannya.
La llaha illallah,
Kalimah Thaibah pelindung nanti,
Muhammad Rasul Allah,
Kalimah Syahadah pengantar mati.
21
Buai buai, buaüah gunung,
Aduhai sayang kekasih bunda,
Terkenang nasib herhati murung,
Patah lidah suara tiada.
22
Brok deungon gct teükeudirullah,
Seunung ngori söhsah, kina rnulia,
Si jent dóhya meu-ubah-übdh,
Habéh gundah teu ka r.euda.
Terjemahannya:
23
Buruk dan baik takdir Allah,
Senang susah, hina mulia,
Sifat dunia berubah-ubah,
' Setelah gundah datang bahagia.
--0O0--
24
, I
P E N D I D I K A N D A L A M ISTANA
25
26
2. Khuja Manaseeh (Guru besar dari Turky), ditugaskan mengajar
bahasa-bahasa Arab,Turky), Portugis, Belanda dan Inggeris.
3. HakimMahmudHukamaIndra,ditugaska.n mengajar ilmu hukum,
baik hukum Jslam ataupun hukum Internasional.
4. Meugat Daila Syah, Ma'un Meugat Setia Jaya, Meugat Bangsi
Kara, Sri Nanta Suara Daudy, kepada mereka ditugaskan menga-
jar seni-budaya.
5. Untuk mengajar ketangkasan kemiliteran dan olahraga diserah-
kan kepada Pcndekar Saiful Muluk (mempergunakan/memper-
mainkan senjata tajam), Meugat Ratna Indra dan Sida Umar
Mansur Khan (memacu dan menunggang kuda), Tun Khuja
Manai dan Sida Tuha Meugat Dilam Caya (menunggang dan
mempergunakan gajah), Laksamana Maharaja Gurah dengan
pembantu-pembantunya Kapitan Moer Daver Karwal (orang
Inggeris), Kapitan Tjaul (Orang Gujarat) dan Kapitan Koetji
(orang Malabar) khusus kemiliteran.
27
Diureung inong pisaboh bangon,
Teuduk-teudong meugisa-gisa,
Dak jeul bekcré meu sinyawong,
Nyum sinyawong ngon Abangta.
Terjemahannya:
28
5. Iskandar Muda; bersemangat waja, cepat dan tepat dalam tindak-
an, teguh pendirian dan memiliki watak Iskandar Zulkarnain
(Alexander the Great) atau Iskandar Akbar.
29
C A R A SAIDIL M U K A M M I L M E M B I N A
DAN MENGEMBANGKAN BAKAT CUCUANDANYA
30
Dalam membina dan mengembangkan bakat-bakat cucuanda-
nya ini, disamping menugaskan sejumlah guru/ulama, juga Saidil
Mukammil melaksanakan sendiri dengan caranya. Dalam Hikayat
Aceh telah dilukiskan dengan jelas sekali bagaimana cara Saidil
Mukammil melakukan itu, dan di bawah ini akan saya ikhtisarkan
sebahagiannya:
Saidil Mukammil melihat cucuanda senang kepada kuda
dan gajah, maka disuruhlah menempa kuda dan gajah dari emas.
Tetapi, kuda dan gajah emas itu tidak puas bagi Abangta Raja,
karena ia tidak bisa diberi minum dan makan. Karena itu setelah
Abangta berusia lima tahun maka diberikanlah kepadanya seekor
anak gajah, hal mana sangat menggembirakan cucuandanya, dan
anak gajah itu dinamakan Indera Jaya serta disuruh mengawalnya
pada seorang ahli-gajah yang bernama si Bulbul.
Indera Jaya menjadi kesayangan Abangta Raja, dan dimulai
dengan Indera Jaya akhirnya pada satu waktu nanti Abangta Ra-
ja menjadi ahli gajah yang menyayangi dan disayangi gajah, seperti
halnya dengan kuda.
Tentang bagaimana senangnya Abangta Raja Munauwar Syah
dengan gajah, Hikayat Aceh melukiskan sebagai berikut (hlm 125):
" bagindapun senantiasa bermain dengan anak segala
raja-raja dan anak segala ceteria dan anak segala hulubalang
dan segala kanak-kanak yang mengiringkan baginda bermain
itu, dan diiringkan inang-pengasuh dan nenda kakanda dan
embuwai tuan.
Pertama-tama kakanda itu, kakanda Seri Bangsa, kakanda
Tengah, kakanda Dilansyah, kakanda Sofyan, kakanda Ab -
durrahman, kakanda Puteh, kakanda Hitam, kakanda Mah-
mud, kakandaMegat, kakandaMuhammad, kakanda Abdullah,
kakanda Kamah, kakanda Ruj, kakanda Amin Khan dan
beberapa kakanda yang lain dari itu dan beratus-ratus
kanak-kanak yang mengiringkan kakanda bermain.
31
Dan beberapa daripada gajah-yang kecil-kecil, yang baik-baik
paras akan permainan baginda itu;'ada yang sejengkal gading-
nya, ada yang sehasta gadingnya, ada yang setapak gading-
nya', ada yang setunjuk gadingnya. Pertama-tama gajah itu
Raksyasya, kemudian Rawana, Biram Mutia, Gangsar, Mutia
Sejemput, Lela Genta, Ceracap Cina, Tinggal Piatu,Caping
Lunggi, Tinggal Gumit, Ratna Bundai, Bibi Kaca, Indera Jaya,
Bundai Ratna, Lela Mutia, Dara Nirah, Gelang Kaca, Bibi
Daulat, Bibi Patung dan Bunga Seganda.
Maka ada gajah yang sebanyak itu yang sangat dikasihi ba-
ginda itu, yaitu gajah laki bernama Raksyasya dan gajah bini
bernama Dang Ambar Kasturi "
Pada waktu-waktu tertentu Pancagah (Nama lain dari Iskandar
Muda) melakukan perang-perangan di Pulau Rahmat denganmem-
pergunakan kendaraan gajah, dan dari Pulau Rahmat ke Pantai
Cuaca, ke Pantai Cermin, ke Darul Isyki dan ke Darul Kamal,
dan akhirnya mandi berkecimpung dalam sungai As Safa.
Pada waktu yang lain diadakan perang-perangan di air,
perang armada. Mengenai dengan latihan perang laut ini, Hikayat
Aceh antara lain melukiskan:
"Setelah musta'idlahsegala perahu itu, maka disuruh setengah
bersama-sama dengan kakanda Sabtu, yang bergelar Kapitan
Mur Damis Karwal dan kakanda Jum'at akan pengamit ber-
nama Chung Wazir. Maka kakanda Ruah dan kakanda Munau-
war dan kakanda Megat berlabuh di. Kampung Jawa yang
bernama Bandar Makmur, serta Kapitan Mur dengan seratus
buah angkatan. Maka Pancagah berlabuh di Pantai Cuaca
dengan seratus buah angkatan. Maka disuruh Kapitan Mur
yang bernama Damis Karwal dan Kapitan Caul dan Kapitan
Kuci menyuruh sulu dimana angkatan Aceh berlabuh. Maka
dilihat kakanda Pidir Sulu itu datang, maka kakanda Pidir
berdatang sembah kepada Pancagah: "Tuanku, sulu Kapitan
Mur datang berlabuh dibalik Tanjung di Selat Cibrau". Maka
disuruh Pancagah lcngkapi perahu yang baik-baik kadar
32
berapa buah akan melihati sulu Kapitan Mur iut. Maka
apabila bertemulah kedua sulu itu, maka berbedil-bedilanlah
kedua sulu itu. Maka kedengaranlah suara bedil itu kepada
Pancagah. Maka Pancagah menyuruh orang meniup nafi'ri
suasa. Maka ada panjang nafiri itu sehasta. Maka berhimpun-
lah segala anak hulubalang dan segala kakanda menghadap
Pancagah. Maka kata Pancagah: "Naiklah kamumasing-ma-
sing kepada perahu kamu, kita melanggar Kapitan Mur itu".
Maka sekalian mereka itu naik perahunya serta mengisi bedil
meriam dan lela dan cecorong. Maka disuruh Pancagah palu
gung suasa. Maka Pancagahpun bangkit dengan segala angkatan
itu, lalu ilir ke kampung Jawa yang bernama Bandar Makmur
itu. Maka tatkala bertemulah Pancagah dengan angkatan
Kapitan Mur, maka dipalu oranglah daripada kedua pihak
angkatan itu genderang perang. Maka segala anak hulubalang
dansegalakakandamasing-masingbercakap melanggar Kapitan
Mur itu, maka berbedil-bedilanlah kedua pihak angkatan itu
dari pada segenap perahu kecil dan besar ".
Demikianlah terus menerus Saidil Mukammil menyuruh para
guru untuk mengembangkan bakat-bakat dari cucuandanya dengan
berbagai latihan, baik latihan perang air, latihan perang darat,
latihan perang siang hari, latihan perang malam, latihan perang
berkendaraan gajah atau kuda ataupun latihan perang tanpa
kendaraan.
Berkat latihan-latihan yang berat itu, disamping Abangta Raja
memang memihki bakat luar biasa, maka dalam usia di bawah
üma belas tahun Pancagah telah ahli benar mengenderai kuda dan
gajah, bahkan telah menjadi ahli binatang-binatang tersebut, di-
samping telah sangat mahir berkelahi, bersilat dan berperang
dalam arti yang sungguh-sungguh. Bukan itu saja, bahkan bakat
kepemimpinannya menonjol sekali.
Keahlian cucuandanya berkali-kali dicoba oleh Saidil Mukammil,
umpamanya waktu dua orang utusan Raja Portugis, yang dalam
Hikayat Aceh nama mereka disebut Dong Dawis dan .Dong Tumis,
33
mengantar bingkisan kepada Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah I V
Saidil M u k a m m i l yang berupa dua ekor kuda T i z i Portugali, maka
diberilah kesempatan waktu itu kepada cucuandanya, untuk me-
macu kuda itu tanpa pelana, sehingga dalam perpacuan itu se-
orang ahli pacu-kuda dari Portugal dapat dikalahkannya. Mengenai
hal i n i , Hikayat Aceh antara lain m e l ü k i s k a n :
" maka mangmanglah Perkasa A l a m kepada kuda i t u .
Maka disuruh baginda nyahkan pelananya. Maka kata Perkasa
A l a m kepada antusan (Portugis) i t u : " K a r e n a kudengarorang
yang tahu mengendarai kuda i t u , j i k a kuda itu berpelana
perempuanpun dapat menduduki dia
" M a k a Perkasa A l a m melompat ke atas kuda itu serta di-
gertak Perkasa A l a m ke Medan K h a y a l i . Maka berkilat-kilatlah
tubuh kuda,itu putih, sebab kena cahaya permata intan dan
tandai delima merekah itu. Maka tubuh kuda putih itupun
seperti benang raja dan serupa mega d i langit lengkap serba
warna. Maka medan itupun putih berkilat-kilat seperti sinar
matahari
"Hatta Perkasa A l a m menggertak kudanya ke Pintu Tanni.
Maka dibelayamkan Perkasa A l a m p u n kuda i t u seperti pen-
dekar tahu belayam pedang perisai
"Syahdan maka Perkasa A l a m p u n memacu kudanya seperti
kilat yang maha tangkas. Maka tatkala Perkasa A l a m memacu
kuda itu seraya tinggung jua. Maka dipasang baginda kuda itu
dihadapan Syah A l a m diderapkannya tiga depa jaraknya dari-
pada Syah A l a m . Setelah dihadapan Syah A l a m kuda itu ,
maka Syah A l a m p u n bersabda: Hai Perkasa A l a m , nyawa
nenenda yang metimbang alam dunia i n i , padailah tuan
mengenderai kuda. Maka Perkasa A l a m p u n turun dari atas
kuda. Maka segala sida-sidapun datang mengalu-ngalukan
Perkasa A l a m . Maka Perkasa A l a m p u n lalu mengadap Syah
A l a m serta menyembah. Maka Perkasa A l a m p u n d i c i u m Syah
Alam "
34
sampai dimana keahlian cucuandanya, apakah sudali dapat menga-
lahkan gurunya Penghulu Pendekar itu. Mengenai hal ini,antara
lain Hikayat Aceh melukiskannya:
" tatkala dipalu Johan Alam (Johan Alam nama gelaran
Iskandar' Muda) maka terbit api tersemburan daripada cetai.
Maka daripada derap palu Johan Alam itu maka ranap cetai
Penghulu Pendekar itu hingga sampai palu Johan Alam itu
kekepalanya jatuh oengan tengkuluknya. Maka kata Penghulu
Pendekar: "Syabas sekali Tuanku!" Maka Syah Alampun ter-
senyum serta bersabda: "Padalah kamu bermain". Maka
Johan Alampun dipanggil kelepau. Maka baginda itupun naik
serta menyembah. Maka Syah Alampun mendakap dan men-
cium Johan Alam. Maka Syah Alam menanggal destar dari
ulu, maka dikenakan kepada kepala Johan Alam. Maka
sabda Syah Alam: "Cucuku inilah bernama Muhammad
Hanafïah akhir zaman yang mengalahkan Deli dan menang-
kap Merah Miru dan berhamba Raja Johor dan segala Raja-
Raja Melayu dan mengalahkan segala Raja-Raja yang tiada
mau takluk ke Aceh. Dan cucuku inilah yang mengempukan
bumi masyrik dan ialah yang menjunjung karunia Allah Ta'ala
menjadi Khalifah Allah yang dalam negeri Aceh Darussalam
dan negeri Tiku dan Pariaman dengan menyatakan adilnya
ke atas segala isi negeri yang diserahkan Allah Ta'ala kepada
tangannya danialah mengempukan dan menjadikan segala Raja-
Raja Melayu itu hamba padanya dengan kuasanya "
35
T E R P A U T HAT1 P A D A
PUTERI SENDI R A T N A I N D R A
36
Syah IV Saidil Mukammil wafat, yang kemudian disusul oleh wa-
fatnya Laksamana Malahayati. ( 1 0 )
37
Dalam Istana Reubee Iskandar Muda bersama ibundanya
hidup seperti dalam- rum ah sendiri, apalagi Reubée itu berada
dalam wilayah kekuasaan pamandanya Raja Hussain Syah sebagai
Raja Muda untuk Pidie.
Sejak masih kecil sudah kelihatan bahwa Iskandar Muda
mempunyai semangat waja, tinggi cita-cita, keras hati dan pantang
tunduk. Namun demikian, baru beberapa bulan Perkasa Alam
tinggal dalam Istana Reubee hatinya telah terpaut pada sekuntum
mawar istana yang bernama Puteri Sani, yang juga bergelar Puteri
Sendi Ratna Indra, puteri dari Maharaja Lela Daeng Mansur
Teungku Chik di Reubée.
Hasrat cinta remaja Iskandar Muda berlabuh dengan tenang
dalam jiwa Puteri Sani yang baru meningkat remaja, sehingga
dalam masa hanya beberapa tahun ia telah menjelma dalam
bentuk pertunangan. ( 1 2 )
38
mengambil langkah-langkah untuk membebaskan Aceh dari ben-
cana yang semakin besar. ( 1 3 )
— 0 O 0 —
39
ISKANDAR MUDA TERTAWAN
40
Dalam perjalanan menuju, Ibukota Negara Banda A c e h
Darussalam, d i ruang mata Iskandar M u d a selalu terbayang dua
mata bening Puteri Sani yang m e n i t i k k a n butiran embun waktu
akan berangkat pada pagi hari keberangkatannya itu, tetapi
di balik i t u pesan yang berbunyi : Udép saré,' maté syahid, tetap
terpateri dalam hati Perkasa A l a m Iskandar Muda, yang men-
dorongnya maju terlalu bergegas hendak merebut Keraton Darud
Dunia, sehingga menyebabkan dia tertawan oleh pasukan pengawal
keraton, dan atas perintah Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V ,
Iskandar M u d a dipenjarakan dalam Keraton Darud Dunia. (14)
41
pasukan Portugis d i bawah pimpinan Laksamana Martin Affonso
de Castro, yang telah menduduki pelabuhan Kuala Gigieng.
Penyerangan mana berhasil baik, sehingga waktu matahari terbit
kekuatan Portugis, telah dapat dihancur-luluhkan, dan Iskandar
Muda mendapat rampasan yang banyak sekali, yang berupa
alat senjata dan sebagainya. (17)
Kemenangan Iskandar Muda atas angkatan perang Portugis
itu, telah menyebabkan Sulthan A l a i d d i n Riayat Syah V gementar
ketakutan, d e n ü k i a n pula Raja Muda Pidie Hussain.
Dari Kuala Gigieng dengan membawa kemenangan dan
harta serta senjata rampasan, Iskandar Muda bersama pasukannya
kembali ke R e u b é e , dan kepada tunangannya Puteri Sani d i -
hadiahkan sebuah pestol keeil-mungil yang diambil dari pinggang
seorang perwira tinggi Portugis yang tertawam
Kedatangan Iskandar Muda dan angkatannya d i R e u b é e
disambut dengan upacara besar-besaran. Upacara penyambutan
dipimpin langsung oleh Teungku C h i k d i R e u b é e Maharaja Lela
Daeang Mansur, dalam upacara mana turut serta T u a n Puteri
Mahri/.a Z u h r i (isteri terakhir Sulthan Saidil M u k a m m i l , Puteri
Raja Indera Wangsa (ibunda Iskandar Muda) dan tentu tidak
ketinggalan Puteri Sani Seri Kandi Istana Reubee, yang selama
ini tiap malam sehabis shalat mendoakan keselamatan tunangan-
nya Perkasa A l a m .
42
Syah V diserang penyakit jantung, sehingga meninggal dunia
dengan mendadak pada Senin tanggal 28 Zulka'idah tahun 1015 h.
(2 A p r i l 1607 m.)
oOo
43
1
A C E H DI B A W A H PIMPINAN I S K A N D A R M U D A
44
Kemudian dari itu maka baginda menaklukkari nege-
ri Pahang pada tatkala hijrah 1026 tahun
"Kemudian dari itu maka alah negeri Kedah, pada tat-
kala hijrah 1027 tahun, Kemudian dari itu maka alah
negeri Perak pada tatkala hijrah 1029 tahun. kemudian
dari itu alah Nias, pada tatkala hijrah 1034 tahun.
Kemudian dari itu maka dititahkan Orang Kaya Maharaja
Seri Maharaja dan Orang Kaya Laksamana untuk me-
nyerang Melaka, pada tatkala hijrah 1308 tahun, tetapi
tiada alah karena berbantah antara dua orang Panglima
itu. Pada ketika itulah segala oran« Islam banyak
mati syahid. Syahdan pada masa itulah wafat Syekh
Syamsuddin Ibnu Abdullah As Sumatrai(Sumatrani),pada
malam Isnin, duabelas hari bulan Rajab, pada hijrah
1039 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu,
dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu tasawuf,
dan beberapa kitab yang dita'lifkannya
"Kemudian dari itu maka wafat Syekh Ibrahim ibn
Abdullah Asy-Syamy Asy-Syafi'i, pada hari Arba'a
waktu asar, duabelas hari bulan Muharram, pada hijrah
1040 tahun. Adalah Syekh itu alim pada segala ilmu
dan ialah yang termasyhur alimnya pada ilmu feqh.
"Kemudian dari itu alah pula negeri Pahang, pada
tatkala hijrah 1045 tahun. Adalah masa itu mendiami
. negeri Pahang Raja Johor. Dan beberapa negeri lain
dialahkannya, daripada negeri yang kecil-kecil. Dan
ialah yang berbuat Masjid Baitur Rahman dan beberapa
masjid pada tiap-tiap manzil. Dan ialah yang mengeras-
kan Agama Islam dan menyuruhkan segala rakyat
sembahyang lima waktu, dan puasa bulan Ramadlan
dan puasa sunat, dan menegahkan sekalian mereka itu
minum arak dan berjudi. Dan ialah yang membai'atkan
Baitul Mal dan 'Usyur negeri Aceh Darussalam dan
cukai pekan. Dan ialah yang sangat murah kurnianya
45
akan segala rakyatnya, dan mengurniai sedekah akan
fakir-miskin pada tiap-tiap berangkat sembahyang
W a t " ( 1 9 )
46
baginda itu menyusun ghorab yang besar-besar diniatkan
dengan niat rrtlijahid dan ghaza dengan segala kuffar
'alaihil la'na "
"Tuanku, tiadalah tersifatkan kami diperhamba yang
kedua ini daripada peri amat ajaib sarwa bagainya
itu " (20)
Mengenai dengan Aceh di bawah pimpinan Iskandar Muda,
antara lain M . Yunus Jamil melukiskan sebagai berikut :
Wilayah kerajaan Aceh beransur-ansur direbut
kembali. Daerah Aru dan Deli dalam tahun 1020 h.
(1612 m) dikuasai kembali, di mana diangkat menjadi
Raja Mudanya Panglima Perkasa Alam, ialah nenek-
moyang Sulthan Deli yang dalam turun temurunnya.
"Dalam tahun itu, Sulthan Iskandar menerima tamu
agung, yaitu utusan Sulthan Turky, yaitu Sulthan
Ahmad bin Sulthan Muhammad Khan, yang meme-
rintah Turky dalam tahun 1012-1026 h. (1603-1617 m),
yaitu Celebei Ahmad dan Celebei Ridwan, dan Nakhdda
Yakut Istambul serta rombongannya. Mereka diutus
ke Aceh Darussalam untuk mencari minyak tanah
dan minyak kamfer untuk obatnya.
"Dalam tahun 1021 h. (1613 m.) Sulthan Iskandar
Muda terpaksa menyerang Johor karena mereka ber-
sekutu dengan Portugis menentang Aceh. Dalam masa
itu telah dapat ditawan Sulthan Johor dan dibawa
ke Aceh. Juga dibawa serta Raja Abdullah (Raja Se-
berang = Raja Raden) serta Puteri Pahang, yang nanti
jadi Permaisuri Sulthan Iskandar Muda. Dalam tahun
1025-1028 h. (1617-1620 m.) telah dapat mengalahkan
Bintan, Banan (Baning), Pahang, Kedah dan Perak.
Dalam waktu itu Sulthan Ahmad Perak serta keluarga-
47
3 Q 6-. jf &. 3 S 2
B B H* & ff 5 = S
Si
=
I w I 11' *
3 C 3 = | C
' -
| E l sr «< i w
I
lïliilII
«111 * g & 1
a='3 3
a-sa 3
* H 13 8 o FS
= • •< &• S" • 2. &
ï « B 5 5 ^ * re O"
£ ^ * 3 K r £ „
g o-Trre 3 M 5 »
§• 3 _ 3
SL
| T J « £ 3 > *
3 O T3 3. ? _
_ 3 re » w H. re
g. p w 3 P_ 3
yw » M
Ca.
S S j -3 |
3
•o s-'s 1g> |
S sf g" 1
3 3 3 5L c » 5
48
3 s
= 1.
Sri
r 3
u
5
f
O-
•o'
re
•i
cr
rs
CA
S
O.
ba
3
Q.
•5'
c
|
?
BS
7T
>
s
, • ë
3'
*<
49
nya (anaknya bakal jadi Iskandar Sani) dibawa ke Aceh.
"Dalam tahun 1032-1034 h. (1623-1625 m.) telah
dapat menaklukkan Pulau Nias, negeri Asaiian, negeri
Indragiri dan Jambi. Dalam tahun 1038-h. (1629 m.)
Sulthan Iskandar mengangkat satu angkatan perang
yang terbesar yang terdiri dari 400 kapal perang dan
20.000 lasykar untuk menggempur Portugis di Me-
laka " ( 2 1 )
50
" D a l a m pada itu jelaslah bahwa masa Iskandar Muda
merupakan masa kebanggaan dan kemegahan A c e h ,
tidak hanya dalam pengaruh dan kekuasaan tapi d i
bidang penertiban susunan pemerintahan, terutama
dalam hal mengadakan penertiban perdagangan, pe-
nertiban kedudukan rakyat sesama rakyat (sipil), ke-
dudukan rakyat terhadap pemerintahan, kedudukan sesa-
ma anggota pemerintali dan sebagainya. Pun dalam soal
ilmu pengetahuan atau kecerdasan terutama di bidang
agama, dibanding masa lampau, masa Sulthan Iskandar
M u d a itu dapat dikatakan sebagai suatu masa kesadaran.
"Iskandar Muda mempunyai jasa yang besar sekali
untuk mendirikan mesjid atau rumah ibadah, pesantren
dan sebagainya. Mesjid terbesar dan indah telah dibangun
oleh Iskandar M u d a d i Bandar A c e h Darussalam sendiri,
yaitu Baitur Rahman. Sayang mesjid i n i kemudian
terbakar.
"Iskandar M u d a telah mengadakan perundang-undang-
an yang terkenal dengan sebutan Adat Makota A l a m
yang disadur dan dijadikan batudasar k e m u d i a n ketika
puterinya Tajul A l a m Safiatuddin dan raja-raja seterus-
nya memerintah.
"Beberapa peraturan disempurnakan. Penertiban h u k u m
yang dibangun Iskandar Muda memperluas kemasyhur-
annya sampai ke luar negeri, ke India, A r a b , T u r k i ,
Mesir, Belanda, Inggeris, Portugis, Sepanyoh dan
T i o n g k o k . Banyak negeri tetangga mengambil peraturan-
peraturan h u k u m di Aceh untuk menjadi teladan,
terutama karena peraturan itu berunsur kepribadian
yang dijiwai sepenuhnya oleh h u k u m - h u k u m agama,
jadinya Adat Makota A l a m adalah adat bersendi syarak.
"Sebuah kerajaan yang jaya dimasa lampau di Kaliman-
tan yang bernama Brunei (kini masuk jajahan Inggeris),
ketika diperintah oleh seorang Sulthan yang bernama
Sulthan Hasan, seorang yang keras dan pemeluk agama
51
yang setia, telah mengambil pedoman-pedoman untuk
peraturan negerinya dengan terus terang mengatakan
mengambil teladan undang-undang Makota Alam Aceh.
Ini suatu bukti kemasyhuran dan nilai tinggi negeri
Aceh yang sudah dimaklumi orang dewasa itu.
" D i bidang ilmu pengetahuan agama (theologi), khusus
Islam, masa Iskandar Muda semakin terkenal. Nama-
nania ulama maupün pujangga seperti Hamzah Fansuri,
Syamsuddin Pasai, Syekh Nuruddin A r Raniry dan
Syekh Abdurrauf Singkel (Teungku di Kuala) adalah
nama-nama yang tidak asing hingga kini. Kegiatan
untuk mengetahui lebih dalam, tinggi dan sempurna
ilmu agama, menempatkan Aceh menjadi lebih banyak
pula memusatkan perhatian di bidang pendidikan
>' (22)
(22) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 147, 167 dan 173 - 174.
52
"Pada bahagian pertengahan perlania dari abad ke
XVII Aceh telah sampai di puncak kemegahan dan
kemajuan, dan pada saat itu Aceh berada di bawah
pimpinan Iskandar yang bergelar dengan Meukuta Alam.
Dalam zamannya Kerajaan Aceh Darussalam sangat
luas wilayah kekuasaannya, dan dengan sebuah armada
yang amat besar, Iskandar Muda telah menyerang
Banang dan Melaka, sehingga riwayat penyerangannya
itu diceritakan dalam sebuah buku yang bernama
Hikayat Malem Dagang, buku mana telah pernah di-
cetak di Den Haag dalam tahun 1937. "(23)
Tentang kemajuan dan kebesaran Aceh pada abad XVII itu,
Anderson seorang pengarang Inggeris menceritakan, bahwa per-
dagangan Aceh waktu itu sangat maju, juga industrinya; Aceh
menghasilkan sutera yang terbaik di dunia. Aceh sanggup mem-
buat kapal sendiri, baik kapal perang ataupun kapal dagang,
bahkan merencanakan sendiri oleh ahli-ahlinya. Juga Anderson
menceritakan Armada Iskandar Muda mara ke Melaka. < ) 24
53
sedangkan istananya yang besar dan agung adalah pusat
kegiatan ilmu dan kesarjanaan yang tidak ada banding-
nya di kepulauan Nusantara " ( 2 5 )
54
55
Pintu Biram Indera Bangsa. yang sekarang lebih terkenal dengan nama Pinto Khob.
Pintu Biram Indera Bangsa ini juga terletak daiam Taman Gairah di tepi krueng
Oaroy.
Kedua bangunan kebudayaan ini (hal. 55 dan 56) didirikan waktu Sulthan
Iskandar Muda dan disempurnakan Taman Gairahnya waktu Sulthan Iskandar
Sani, dan pada waktu Ratu Safiatuddin Taman Gairah telah gemilang sekali.
56
sudah terlatih untuk lari, untuk berbelok, untuk ber-
henti, duduk berlindung dan sebagainya.
"Mudab saja dijumpai tukang-tukang besi yang ahli,
apalagi tukang-tukang membikin kapal banyak sekali.
Pun banyak sekali dijumpai tukang-tukang yang pandai
menuang tembaga. Sebagai pegawai Sulthan saja di
dalam istana didapati tidak kurang dari 300 orang
tukang mas, dan banyak sekali tukang-tukang kayu.
Ada sejumlah 1500 hamba sahaya, yang cukup di-
percayai dan yang segera dapat menjalankan perintah
dengan tanpa pikir-pikir dan bimbang. Mereka itu ke-
banyakan asal dari orang asing (Habsyi). .
"Istana dikelilingi oleh lapangan kira-kira satu setengah
mil berbentuk bentuk bulat telur
"Melewati istana mengalir sungai yang airnya jernih
sekali. Kiri kanannya banyak tangga untuk turun mandi
berkecimpung ke dalamnya. Sebelum sampai ke ruang
istana sebenarnya, harus dilalui dulu empat buah pintu
gerbang. Terakhir sengaja dipertebal temboknya daripada
batu-batu yang tebalnya 50 langkah. D i empat penjuru
didapati empat buah menara tinggi. Sesudah dinding
terakhir, didapati lapangan luas. D i situlah nampak
sejumlah 4000 perajurit dan 300 gajah yang bertugas
di dalam " (26)
Dari kutipan-kutipan yang telah dinukilkan di atas, jelaslah
sudah bagaimana keadaan Aceh di bawah pimpinan Sulthan
Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah.
57
ARMADA CAKRA DONYA
58
kembali ke Johor untuk menjadi Sulthan. Bersama dengan 30 buah
kapal yang penuh dengan berbagai perbekalan yang disediakan
Iskandar Muda, maka Raja Bungsu bersama isterinya (adik
Iskandar Muda) dan para pembesar Johor lainnya yang tadinya
ditawan, berangkatlah ke Johor. Bersama mereka ikut juga 2000
orang perwira dan tenaga ahli Aceh untuk membantu bangun
Johor kembali.
Setibanya di Johor, Raja Bungsu dinobatkan menjadi Sulthan
Johor dengan gelar Sulthan Abdullah Maayat Syah.
Dalam tahun 1615 Sulthan Iskandar mempersiapkan suatu
Armada Aceh yang besar untuk menyerang Kekuatan Portugis
yang menjajah Melaka, artinya untuk memerdekakan Ummat
Islam di Malaya dari penjajahan imperialis Portugis, apalagi
Iskandar Muda mendapat lapuran bahwa iparnya Sulthan Johor
Maayat Syah telah mengadakan hubungan rahsia dengan Portugis.
Persiapan dan mara ke Melaka ini diceritakan dengan indah
sekali oleh Hikayat Malém Dagartg, salah satu karya sastera
Aceh yang terbaik. (28)
Hikayat Malem Dagang menceritakan, bahwa pada permulaan
Pemerintahan Iskandar Muda datanglah ke Aceh dari Johor
Raja Raden bersama dengan isterinya yang bernama PuteriPahang.
Dia datang ke Aceh untuk meminta perlindungan dari gangguan
adiknya yang bernama Raja Si Ujut, seorang raja yang kejam
dan ganas. Raja Raden mengatakan bahwa Puteri Pahang adalah
adiknya, dan ditawarkan untuk menjadi permaisuri Sulthan
Iskandar Muda, tawaran mana diterima baik, dan sebagai balas
budi Iskandar Muda mengawinkan adiknya sendiri dengan Raja
Raden.
(28) Menurut ketenagan yang saya peroleh waktu melakukan riset untuk mencari
bahan-bahan buat buku Sejarah Kebudayaan Aceh, bahwa pengarang Hikayat
Malem Dagang, yaitu Teungku Chik Pante Geulima, seorang ulama besar
dari Dayah (Pesantren) Pante Geulima di daerah Merdu (Pidieï Dayah Pante
Geulima termasuk salah satu pusat pendidikan Islam yang besar dalam Ke-
rajaan Aceh Darussalam.
59
Tiada berapa lama kemudian, datang pula ke Aceh Raja
Si Ujut menyusul abangnya. Penerimaan baik oleh Iskandar Muda
dibalasnya dengan pengacauan dan perampokan, penganiayaan
terhadap rakyat, dan setelah penggarongan yang hebat Si Ujut
lari dengan kapalnya pulang ke negerinya.
Untuk menebus arang yang telah lercoreng di mukanya itu,
Sulthan Iskandar Muda memimpin sendiri sebuah armada besar
untuk menghajar Si Ujut di negerinya atau di mana saja. Armada
Besar ini bernama " A R M A D A C A K R A D O N Y A " , karena kapal
pemimpinnya yang ditumpangi Iskandar Muda bernama Cakra
Donya.
60
... . «
Waktu Sulthan Iskandar Muda akan mara ke Melaka dengan sebuah Armada Aceh
yang besar, Ionceng ini ditempatkan dalam Kapal Perang Pemimpin, dimana
Iskandar Muda duduk. Lonceng ini diberi nama Cakra Donya. Karena itulah ,
maka armada ini juga dinamakan dengan armada Cakra Donya.
61
Atas dasar penafsiran Guha dengan Goa oleh G o w a n , maka
beralasanlah untuk d i y a k i n k a n bahwa yang dimaksud d è n g a n
Si Ujut dalam Hikayat Malem Dagang y a i t u "imperialis Portugis",
sementara yang dimaksud dengan Raja Raden yaitu U m m a t Islam
Semenanjung Tanah Melayu, yang dalam Hikayat Malem Dagang
dilambangkan oleh Raja Bungsu atau Raja A b d u l l a h alias Raja
Raden.
Berpijak atas pendapat ini, maka tujuan A r m a d a Cakra D o n y a
adalah membebaskan saudara seagamanya dari penjajahan bangsa
kulit putih yang beragama lain.
Tentang penamaan armada A c e h yang mara ke Melaka ini
dengan Armada Cakra Donya, H i k a y a t M a l e m Dagangmenceritakan
sebagai berikut :
Pada waktu Sulthan Iskandar Muda sibuk mengadakan per-
siapan perang, dengan membangun kapal-kapal, membuat alat-
alat persenjataan, melatih tentara dan lain-lain perlengkapan,
hanyutlah sebuah kapal besar yang masih kerangka. .datangnya
dari Guha (Goa), dari pusat kekuasaan Si Ujut. Kapal yang
masih kerangka tersebut terus berlabuh di Kuala, hal mana
dilapurkan orang kepada Sulthan Iskandar Muda.
Sulthan dengan para penasehat. para ahli dan para ulama
datang ke Kuala untuk menyaksikan kapal yang masih kerangka
tersebut, yang hanyutnya dari Guha. Waktu datang Iskandar Muda
ke dekat kapal itu, maka makhluk halus yang menyertai kapal
menyatakan, bahwa kapal yang belum siap itu datangnya dari
G u h a , yang sedang dipersiapkan oleh Raja Si Ujut untuk mc-
merangi Aceh. Kalau kapal itu siap dan si Ujut sentpat mem-
pergunakannya, pasti A c e h akan takluk dan hancur.
K a m i yang berbicara ini adalah " J i n Islam", yang memaksa
k a m i melarikan kapal yang masih belum siap i n i , demikian kata
makhluk halus itu selanjutnya. Hcndaklah tuanku siapkan kapal
ini, dan T u a n k u sendiri yang memakainya. Dengan kapal ini
T u a n k u akan dapat mengalahkan Raja Si Ujut. K e m u d i a n Iskandar
M u d a memerintahkan para ahli kapal untuk segera menyelesaikan
62
kapal yang datang dari G u h a itu. Ini satu perlambang lagi, yang
harus dicari artinya.
— 0 O 0 —
63
ISKANDAR MUDA MARA KE MELAKA
64
•Pada waktu itu, dengan disaksikan bulan purnama dan dirayu
deru nam Krueng Daroy yang melanda batu, terjadilah percakapan
yang indah, terharu dan romantis sekali antara Iskandar Muda
dengan Puteri Pahang, yang sebahagiannya kalau dipuisikan dalam
bahasa Indonesia akan berbunyi:
65
Selanjutnya Puteri Pahang menangisi dirinya yang jauh dari
orang-tua dan sanak saudara, jauh dari tanah tempat lahirnya; me-
nyesali suaminya Sulthan Iskandar Muda, karena terlambat ber-
musyawarah dengannya dalam hal hendak berangkat ke
Semenanjung Tanah Melayu untuk mengejar Raja Si Ujut. Setelah
Iskandar Muda memberi penjelasan, bahwa itu rahsia perang yang
harus ditutup rapat, lebih-lebih dalam masa persiapan, barulah
Puteri Pahang merasa puas dan rela meiepaskan Sulthan pergi.
Akhir pembicaraan sampai kepada suatu klimak yang sangat ro-
mantis, yang kalau dipuisikan dalam bahasa Indonesia akan ber-
bunyi:
"Andai tuanku jadi berangkat,
Tinggalkan dimana puteri yang hina,
Sebelum pasti kami bertempat,
Tuanku pergi rela tiada.
66
"Kalau Allah tempat menyerah,
Rela tuanku beranglcat pergi,
Andai bukan kepada Allah,
Kami takrela wahai mahkota!"
67
* Dalam penyefangan kali ini, menurut Hikayat Malem Dagang,
Sulthan Iskandar Muda dapat menawan Raja Si Ujut (Raja Johor
Sulthan Alauddin Riayat Syah) dan dibawa ke Aceh, di mana dia
menghadapi hukuman mati dengan menuangkan timah mendidih
ke dalam mulutnya, karena dia tidak bisa mati dengan cara yang
lain, dan penuangan timah itu atas permintaannya sendiri. ( >
33
68
Meriam berdentum membahana alam,
Puteri Pahang menyambut raja,
Suara pelor gemparkan insan,
Gemuruh suara gegap gempita.
Tersiarlah berita bahwa kabaran
Si Ujut tertawan dinegeri Guha,
Sulthan pulang bawa kemenangan,
Rakyatpun datang menyambut Mahkota.
Rakyat berduyun dari dusun,
Sunyi kampung, kosong desa,
Dalam kota rakyat berhimpun,
Rayakan kemenangan Iskandar Muda.
Tiga bulan telah berlalu,
Keluarlah titah Mahkota Alam,
Kepada Panglima sabda tertuju,
Amaran raja Iskandar Muda.
"Dengarlah titah Malem Dagang,
Oh Panglima Perang laksanakan segera,
Raja Si Ujut musuh yang garang,
Haruslah sekarang dicabut nyawa."
Setelah Si Ujut nyawanya hilang,
Rakyat pulang bawa kepuasan,
Meukuta Alam masuk ke Dalam,
Puteri Pahang sambut gembira. < ) 34
(34) Yang dimaksud dengan D A L A M di sini yaitu Keraton. Dalam istilah bahasa
Aceh dahulu Keraton disebut Dalam. (Baca Dr. Hoesein Djajadiningrat:
Atjehsch-Nederlandsch Woordenboek jilid 1 h. 274).
69
ORGANISASI
Kanun AI Asyi.
Sulthan A l a i d d i n A l i Mughaiyat Syah dicatat dalam sejarah
sebagai Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, dan Sulthan
Alaiddin Riayat Syah II A b d u l Qahhar Pembina Organisasi
Kerajaan dengan menyusun undang-undang dasar negara yang di-
beri nama Kanun Al Asyi, yang kemudian oleh Sulthan Iskandar
Muda K a n u n A l A s y i i n i disempurnakannya.
Dalam perjalanan sejarah kemudian, Kanun A l A s y i ini ada-
kalanya disebut Adat Aceh dan juga seringkali disebut juga Adat
Meukuta Alam atau Kanun Meukuta Alam.
Dengan adanya undang-undang dasar yang bernama K a n u n A l
A s y i atau Kanun Meukuta A l a m i n i . maka Kerajaan A c e h
Darussalam telah berdiri atas satu landasan yang teratur dan kuat.
Dalam hal i n i , Sulthan Iskandar Muda telah berbuat banyak sekali.
A d a p u n organisasi dari Kerajaan Aceh Darussalam seperti
yang tersebut dalam Kanun A l A s y i , adalah sebagai berikut:
i
70
a. Negara berbentuk kerajaan, di mana Kepala Negara bergelar
sulthan yang diangkat turun temurun. Dalam keadaan dari
keturunan tertentu tidak ada yang memenuhi syarat-syarat,
boleh diangkat dari bukan turunan raja.
b. Kerajaan bernama Kerajaan Aceh Darussalam, dengan Ibukota
Negara Banda Aceh Darussalam.
c. Kepala Negara disebut Sulthan Imam Adil, yang dibantu oleh
Sekretaris Negara yang bergelar Rama Setia Kerukon Katibul
Muluk.
d. Orang kedua dalam kerajaan, yaitu Qadli Malikul Adil, dengan
empat orang pembantunya yang bergelar Mufti Empat.
e. Untuk membantu sulthan dalam menjalankan pemerintahan,
kanun menetapkan beberapa pejabat tinggi yang bergelar Wazir
(Perdana Menteri dan Menteri-Menteri).
Rukun Kerajaan.
Kanun menetapkan empat Rukun Kerajaan, yaitu: (36)
a. Pedang Keadilan; Jika tiada pedang, maka tidak ada kerajaan.
b. Q a lam. Jika tidak ada kitab undang-undang, tidak ada ke-
rajaan.
c. / / m u . Jika tidak mengetahui ilmu dunia-akhirat, tidak bisa
mengatur kerajaan.
d; K a l a m . Jika tidak ada bahasa, maka tidak bisa berdiri keraja-
an.
Untuk dapat terlaksana keempat rukun tersebut dalam kerajaan,
maka kanun menetapkan empat syarat, yaitu:
a. Ilmu yang bisa memegang pedang,
b. Ilmu yang bisa menulis.
c. Ilmu yang bisa mengetahui mengatur dan menyusun negeri.
d. Ilmu bahasa.
71
Negava Hukum.
" Dalam kanun ditetapkan, bahwa Kerajaan Aceh Darussalam
adalah Negara Hukum yang mutlak sah, dan rakyat bukan patung
yang terdiri ditengah padang, akan tetapi rakyat seperti pedang
sembilan mata yang amat tajam, lagi besar matanya, lagi panjang
sampai ke timur dan ke barat. (37)
Sumber Hukum.
Kanun menetapkan bahwa sumber hukum bagi Kerajaan Aceh
Darussalam, yaitu:
a. A l Quran.
b. A l Hadis.
c. Ijmak Ulama.
d. Qias. (38)
Cap Sikureueng.
Dalam kanun ditetapkan, bahwa cap (setempel) negara yang
tertinggi, yaitu Cap Sikureueng (Setempel Sembilan), berbentuk
bundar bertunjung keliling, ditengah-tengah nama sulthan yang se-
dang memerintah, dan kelilingnya nama delapan orang sulthan yang
memerintah sebelumnya. Menurut kanun, bahwa delapan orang
sulthan kelilingnya melambangkan empat dasar hukum ( A l Quran,
A l Hadis, IjmakUlama dan Qias) dan empat jenis hukum (Hukum,
Adat, Kanun dan Resam), yang berarti bahwa sulthan dikelilingi
oleh hukum. (39)
72 I
dan run dan serta akal dan pikiran. Sekalian rakyat hendaklah
memperhutangkan derham kepada Raja bila masa perlu, dan jika
menang maka kerajaan berhak mutlak membayar kembali kepada
rakyat dan anak negeri seluruhnya. (40)
Lembaga-Lembaga Negara.
Kanun menetapkan adanya lembaga-lembaga negara dan pe-
jabat-jabat tinggi yang m e m i m p i n n y a , yang ikhtisarnya sebagai
berikut: (41)
a. Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh sulthan sen-
diri, yang anggota-anggotanya terdiri dari Hulubalang Empat
dan Ulama Tujuh. Kira-kira semacam B A P E N A S kalau sekarang.
b. Balai Majelis Mahkamah Rakyat, yang d i p i m p i n oleh Qadli
M a l i k u l A d i l , yang beranggotakan 73 orang. Kira-kira semacam
Dewan Perwakilan Rakyat.
c. Balai Gading, yang d i p i m p i n oleh Wazir M u ' a z z a m Orangkaya
Perdana M e n t c r i . Kira-kira seperti Kabinet Perdana Menteri.
d. Balai Furdhah, dibawah pimpinan seorang wazir yang bergelar
Menteri Seri Paduka, kira-kira sama dengan Departemen Perda-
gangan.
e. Balai Laksamana, dibawah pimpinan seorang wazir yang berge-
lar Orangkaya Laksamana A m i r u l Harb. Kira-kira sama de-
ngan Departemen Pertahanan.
f. Balai Majlis Mahkamah, dibawah pimpinan seorang wazir yang
bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan, kira-kira seperti
Departemen K e h a k i m a n .
g. Balai Baitul Mal, di bawah pimpinan seorang wazir yang berge-
lar Orangkaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Derham,
kira-kira seperti Departemen Keuangan.
Kecuali balai-balai tersebut di atas, masih ada sejumlah wa-
zir-wazir yang mengurus sesuatu urusan, kira-kira kalau sekarang
disebut Menteri Negara. Wazir-wazir tersebut, y a i t u :
73
a. Seri Maharaja Mqngkubumi, yaitu wazir yang mengurus segala
hulubalang (pamongpraja), kira-kira seperti Menteri Dalam
Negeri.
b. Wazir Badlul Muluk, yaitu wazir yang mengurus perutusan
keluar negeri dan perutusan yang datang dari luar negeri, kira-
kira seperti Menteri Luar Negeri.
c. Wazir Kun Diraja, yaitu wazir yang mengurus urusan Dalam
(Keraton Darud Dunia) dan merangkap menjadi Syahbandar
(Walikota) Banda Aceh.
d. Menteri Raina Setia, yaitu wazir yang mengurus urusan cukai
pekan seluruh kerajaan.
e. Seri Maharaja Gurah, yaitu wazir yang mengurus hal ikhwal
kehutanan, kira-kira Mênteri Kehutanan.
Disamping itu masih ada lembaga-lembaga yang juga bernama
Balai, tetapi bukan kementerian, hanya semacam Jawatan Pitsat
kalau sekarang, dan pejabat yang memimpinnyu bukan bergelar
wazir, hanya Tuha. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:
a. Balai Setia Hukama, tempat berkumpulnya para Hukama dan
Ulama.
b. Balai Ahli Siyasah, kira-kira seperti Biro politik.
c. Balai Musafir, kira-kira seperti Biro Turisme.
d. Balai Safinah, semacam kantor Urusan Pelayaran.
e. Balai Fakir-Miskin, kira-kira Jawatan Sosial.
Pemerintah Daerah.
Kerajaan Aceh Darussalam, selain dari Pemerintah Pusat. juga
terdiri dari wilayah-wilayah sampai pada tingkat yang paling ren-
dah, yang susunannya seperti yang diatur dalam kanun sebagai
berikut: (42)
a. Gampong.
Tingkat pemerintahan terendah yaitu Gampong atau kampung
(Pemerintah Desa). Pimpinan Gampong terdiri dari Keuchik
dan Teungku Meunasah yang juga disebut Imam Rawatib, dan
dibantu oleh Tuha Peut (empat orang cerdik-pandai), kira-kira
seperti Badan Pemerintah Harian (BPH).
(42) D i Meulek: Kanun Meukuta A l a m hlm 44-46.
74
b. Mukim.
Mukim merupakan federasi dari gampong-gampong, yang satu
mukim paling kurang terdiri dari delapan gampong. Federasi
Mukim dipimpin oleh seorang lmeum Mukim dan Qadli Mukim.
c. Nanggroè.
Wilayah Nanggroè (Negeri) kira-kira sama dengan daerah keca-
camatan sekarang. Nanggroè dipimpin oleh seorang Uleébalang
(Hulubalang) dan seorang Qadli Nanggroè. Uleébalang mempu-
nyai gelar yang berbeda, menurut nanggroënya masing-masing;
umpamanya ada yang bergelar Teuku Laksamana, ada yang
bergelar Teuku Bentara, ada yang bergelar Teuku Bendahara
dan sebagainya.
d. Sagoë.
Dalam wilayah Aceh Besar dibentuk tiga buah federasi yang
bernama Sagoé, yang di bawah masing-masing Sagoë terdapat
beberapa buah Nanggroè. Tiap-tiap Sagoé (Sagi) dipimpin oleh
seorang Panglima Sagoë dan seorang Qadli Sagoë.
Pertama, Sagoë Teungoh Lheeploh (Sagi 25), terdiri dari 25
Mukim: Panglima Sagoënya bergelar Qadli Malikul Alam Seri Se-
tia Ulama.
Kedua, Sagoé Duaploh Nam (Sagi 26), yang terdiri dari 26
Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Seri Imam Muda 'Oh.
Ketiga, Sagoë Duaploh Dua (Sagi 22), yang terdiri dari 22
Mukim; Panglima Sagoënya bergelar Panglima Polem Seri Muda
Perkasa.
Mata Uang Aceh.
Sebelum berdiri Kerajaan Aceh Darussalam,Kerajaan Islam
Samudra/Pasai telah pernah mencetak mata-uangnya sendiri yang
bernama derham, yang dibuat pada awal abad X I V ; yang mana
mata uang Samudra/Pasai ini adalah mata-uang asli yang pertama
di Kepulauan Nusantara. (43)
75
yang memerintah dalam tahun 945-979 h. (1539-1571 m.) dan
terdiri dari tiga jenis: (44)
a. Keueti, yaitu mata-uang yang dibuat dari timah. Pada satu
sisi ditulis dengan huruf Arab tahun pembuatannya, dan pada
sisi yang lain ditulis nama Ibukota Negara Benda Aceh Darus-
salam.
b. Kupang, yaitu mata-uang yang dibuat dari perak. Pada sisi per-
tama ditulis tahun pembuatannya, dan pada sisi kedua ditulis
nama ibukota negara Banda Aceh Darussalam, dan ada juga yang
ditulis nama Sulthan yang memerintah waktu pembuatannya.
c. Derham, yaitu mata-uang yang dibuat dari emas. Pada sisi perta-
ma ditulis nama Sulthan waktu pembuatannya dan pada sisi
yang lain ditulis tahun pembuatannya, dan ada juga yang ditulis
bersama-sama dengan Banda Aceh Darussalam.
76
PEMB A N G U N A N EKONOMI
Balai Furdhah.
Telah dijelaskan pada pasal yang lalu, bahwa salah satu lem-
baga negara yang tertinggi, yaitu Balai Furdhah yang dipimpin
oleh seorang Wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka. Balai ini
bertugas untuk mengurus masaalah-masaalah ekonomi. Balai Fur-
dhah ini termasuk lembaga yang penting sekali dalam kerajaan,
karena bukan saja hanya mengurus soal-soal perdagangan dalam
dan luar negeri, tetapi juga mengurus dan mengawasi bidang-bidang
usaha yang menghasilkan bahan-bahan perdagangan, seperti perta-
nian, peternakan, pertambangan, perindustrian, perkapalan/pela-
yaran dan sebagainya.
Agar dapat terlaksana tugas-tugas yang begitu penting dan
amat luas bidang-bidangnya, maka banyak pejabat-pejabat penting
yang ditugaskan pada Balai Furdhah, pejabat-pejabat mana mem-
punyai gelar-gelar antara lain: (45)
1. Orangkaya Seri Maharaja Lela, orang kedua dalam kementerian,
kira-kira Sekjen kalau sekarang.
2. Penghulu Kawal,
77
3. Syahbandar Muktabar Khan, pcjabat yang mengepalai pelabuh-
an-pelabuhan.
4. Syahbandar Saiful Muluk, pejabat tinggi yang mengurus urusan
tera.
5. Syahbandar Seri Rama Setia,
6. Syahbandar Mu'izzul Muluk.
7. Penghulu Kerukon.
8. Seri Purba Khan.
9. Nadhar Majlis Khan.
10. Nadhar Maharaja Indera Dewa.
11. Nadhar Seri Maharaja Purba.
12. Nadhar Seri Muda Setia.
13. Nadhar Mahsur Diraja.
14. Seri Indera Suwara.
1 5. Keurukon Seri Indera Muda.
16. Kerukon Empat.
17. Kerukon Enam.
18. Bujang Tujuh.
19. Penghulu Kunci.
20. Penghulu Dacing.
21. Penghulu Furdhah.
22. Bendahara.
23. Tandil Ka wal.
24. Sagi Panglima.
25. Sagi Kawal.
26. Tandil Dacing.
27. Penghulu Cap.
28. Kerukon Bauwab.
29. Kejrun Kawal.
30. Bujang Dalam.
31. Tandil Menteri Dagang.
32. Lasykar Raja Tun Guna Setia Tandil.
78
Perdagangan Dalam Negeri.
Agar perdagangan dalam negeri berjalan dengan lancar, maka
telah ditetapkan berbagai macam peraturan dan adat, umpamanya:
a. Hukum Wase Adat, yaitu peraturan yang mengatur adat (cukai)
pekan, adat blang, adat hariya, adat kamsen, wase kuala, wase
lhok, wase gle dan lain-lain. (46)
b. Hukum Adat Ukuran, yaitu peraturan yang mengatur jenis-jenis
ukuran, timbangan dan suka tan, cara-cara pemakaiannya. (47)
c. Hukum Larangan, yaitu peraturan yang mengatur bahwa para
menteri, para panglima, para pejabat tinggi lainnya dalam kera-
jaan, tidak boleh sekali-kali berniaga, juga tidak boleh mem-
beri modal kepada para saudagar. (48)
79
Tentang peraturan pelaksanaannya telah diatur sedemikian
mendetail, sehingga rasa-rasanya tidak ada sesuatii yang tinggal
lagi. (51)
Dalam peraturan tersebut telah dicantumkan sebanyak 73
macam barang-barangyang boleh dieksport atau/dan diimport serta
ditetapkan jumlah bea-cukainya. (52)
Anderson mencatat, bahwa dalam musim lada tahun 1823,
telah berlabuh di pelabuhan-pelabuhan Aceh sebanyak 27 buah
kapal dari Amerika, yang membawa pedagang-pedagang dari enam
negara; empat buah kapal Perancis, disamping sejumlah besar
kapal-kapal kepunyaan East India Company, serta kapal-kapal dan
perahu-perahu penduduk pribumi dari Penang. (53)
Sebelum 1784,sebelum Penang dibangun oleh Inggeris, penga-
ruh perdagangan luar negeri Aceh terasa sangat, karena hasil bumi
Aceh yang sangat banyak itu merupakan kebutuhan mutlak di
luar negeri. (54)
Perindustrian/Pertambangan.
80
Dalam Ibukota Kerajaan A c e h Darussalam Banda A c e h ter-
dapat satu daerah sebagai daerah industri, yaitu Gampong Pandé,
kira-kira sama dengan yang disebut sekarang industrial-area.
Anderson mencatat, bahwa orang A c e h tidak saja sebagai
ahli pelayaran yang sangat mahir, juga terkenal sebagai pembuat
kapal dari hasil perencanaan (design) oleh ahli-ahlinya sendiri,
baik kapal dagang ataupun kapal perang . Juga dikatakan, bahwa
Rakyat Aceh menghasilkan sendiri bahan-bahan pakaian dari kapas,
bahkan dari sutera, sehingga kain sutera A c e h sangat indah dan
mahal. (55)
Sebagaimana diakui Anderson, memang benar bahwa industri
sutera A c e h sangat terkenal dan maju, sehingga sutera A c e h tidak
saja untuk dipakai sendiri dalam negeri, bahkan juga untuk dieks-
port. Pertambangan di A c e h sudah mulai dibuka semenjak zaman
Kerajaan Pasai, terutama sekali tambang emas. (5 6)
Pelayaran.
Seperti telah diakui dunia, bahwa rakyat Aceh adalah bangsa
pelaut yang mahir mengarungi lautan. Pengakuan ini d i b u k t i k a n -
oleh kenyataan, bahwa semenjak zaman Perlak dan Samudcra/
Pasai, A c e h telah melayari lautan dengan kapal-kapalnya, baik
kapal dagang ataupun kapal perang. Menurut catatan Ibnu Batutah,
bahwa kapal-kapal dagang A c e h (Samudera/Pasai) telah melayari
lautan kearah barat sampai ke negeri-negeri Arab dan Parsia, dan
ke arah timur sampai ke negeri Cina. Beliau sendiri waktu kembali
dari negeri Cina menumpang kapal dagang kepunyaan Aceh
(Samudera/Pasai) yang berukuran besar. (57)
Menurut Pinto (seorang Petualang Portugis) bahwa Kerajaan
Aceh Darussalam telah memiliki armada kapal yang cukup besar,
sehingga pernah satu armada kapal dagang Aceh sebanyak empat
buah sampai ke T u r k i membawa barang dagangan dan pulang
dengan selamat membawa senjata. ( 5 8 )
81
Suatu catatan Anderson lagi yang membuktikan bahwa A c e h
telah memiliki kapal dagangnya sendiri yang cukup banyak, dimana
dia menyatakan pada 6 Desember 1815 Sulthan A c e h Jauhar A l a m
telah tiba d i Penang dengan sebuah armada dagang sendiri,yang
terdiri dari beberapa buah kapal, dengan tujuan hendak mengada-
kan pembicaraan dengan Gubernur Penang. ( 5 8 )
Pertanian/Perikananj
Sudah tidak dapat diragukan lagi, bahwa pertanian dan per-
ikanan telah mencapai kemajuan yang pesat di zaman Kerajaan
Aceh Darussalam terbukti dengan eksport Aceh yang terdiri dari
lada, padi.ikan asin, kayu, pinang, damar, gambir dan sebagainya. (60)
82 '
Yang dibolehkan membuka tanah mati untuk membuat
s e u n e u b ö k , hanyalah orang-orang Islam. Pelopor yang membuka
tanah mati untuk menjadi s e u n e u b ö k , diangkat menjadi pemimpin-
nya dengan gelar Peutuwa Seuneubok; artinya setelah ada bebera-
pa kebun dalam seuneubok tersebut. Yang mengepalai beberapa
buah gabungan dari beberapa buah seuneubok, disebut Peutuwa
Chik S e u n e u b ö k , yang di bawahnya ada beberapa orang Peuteuwa
Seuneubok. ( > 62
83
mengambi-1 madu lebah dan sebagainya. Adapun pejabat-pe-
jabat yang diangakt untuk itu, yaitu:
a. Keujrun Gle, yaitu tenaga ahli kehutanan yang ditugas
mengepalai urusan-urusan kehutanan.
b. Pawang Glé, yaitu tenaga ahli kehidupan rimba yang
ditugas memimpin dan melindungi para pemburu, mengatur
daerah-daerah pemburuan, juga ditugas untuk melindungi
binatang rimba. (64)
5. Hukum Adat Geumeubeu, yaitu peraturan-peraturan me -
ngenai peternakan, yaitu mengatur masaalah mawahuntung
(bagi untung), mawah aneuk (bagi untung anak hewan),
pemasaran hewan, tempat-tempat pemeliharaan te mak dan
sebagainya.
Pada suatu tempat yang telah ditetapkan menjadi daerah
pemeliharaan ternak, dilarang disitu untuk bertani, tempat
tersebut dinamakan Padang Geumeubeu (Padang Gembala),
dalam padang mana didirikan berpuluh-puluh " w e ü e " (kan-
dang ternak berpagar kawat dan beratap langit), tempat ternak
gembalaan berteduh waktu malam. Masing-masingpemilik
ternak mempunyai weue, dan petugas yang disuruh menggem-
bala bernama si Geumeubeue (Penggembala), dan yang men-
jadi pemimpin dari Padang Geumeubeue itu, yaitu seorang pe-
jabat yang bergelar Pawang Geumeubeue, tenaga ahli dalam
hal pcnggembalaan ternak. ( 6 5 )
— 0 O 0 - -
84
HUBUNGAN LUAR NEGERI
85
2. Walaupun Kerajaan Melayu yang jaya di Malaka sudah
tumbang oleh Portugis dan kepercayaan telah mu'lai retak
bahwa orang-orang Timur akan dapat mempertahankan
diri dari imperialisme Barat, tetapi hancurnya Portugis di
Aceh telah mengembalikan kepercayaan dan keyakinan
bahwa penjajahan asing selalu bisa dihalau.
3. Untuk menghadapi agressi imperialisme asing, perlu di-
bangun armada yang kuat.
4. Ekonomi harus dipersehat dan terhadap soal ini -sesuatu
negara harus dapat menguasai sendiri. < 6 6 )
Diplomasi Aceh .
Apabila kita rrteneliti sejarah perjalanan "Diplomasi Aceh"
sejak zaman Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai, terutama
sekali dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam, dapatlah kita
mengambil suatu kesimpulan bahwa Aceh telah menjalankan
86
empat macam diplomasi, yang merupakan " D i p l o m a s i Klassik",
yang dipakai dan diperbaharui oleh banyak negara di abad ke X X
ini, y a i t u :
87
Iskandar Muda menetapkan lima pasai politik luar negerinya
ini, adalah untuk menghadapi bahaya agressi yang haus penjajahan
dari Portugis, Belanda dan Inggeris. ( ) 69
88
propokasi perwakilan dagang Portugis yang telah berada di Aceh;
hal mana mengakibatkan terbunuhnya Cornelis de Houtman
dan ditawan saudaranya Frederik de Houtman bersama delapan
orang pengikutnya.
Belanda menghadapi kegagalan ini dengan dingin dan ber-
tekad untuk mengirim perutusan yang lain yang lebih bijaksana. )
72
89
Pada waktu itulah dengan resmi Kerajaan A c e h Darussalam
mengakui Republik Belanda yang baru dibangun sebagai kerajaan
berdaulat pertama yang mengakuinya.
Hubungan Dengan Inggeris.
Tidak berapa lama setelah diikat hubungan dengan Belanda,
datang pula ke Banda A c e h perutusan Inggeris di bawah pimpinan
Sir James Lancaster dengan rombongannya yang terdiri dari
tiga buah kapal, yaitu Dragon, Hector dan Ascention. W a k t u
mereka berlabuh d i pelabuhan A c e h , mereka dapati kapal-kapal
banyak sekali yang datang dari berbagai negara.
Setelah diadakan pertukaran utusan antara Istana dengan
kapal, maka pada hari ketiga Delegasi Landcaster diteri.ma meng-
hadap Sulthan, di mana kepada mereka diberi penghormatan yang
cukup wajar, karena mereka akan mempersembahkan Surat R a t u
Inggeris kepada " H i s Majesty King of Acheen and Sumatra"
(istilah mereka). Landcaster menghadap Sulthan dengan 30 orang
anggota delegasi.
Selama mereka di Banda A c e h , telah diberi bermacam peng-
hormatan, antaranya jamuan kenegaraan, , malam kesenian dan
sebagainya.
Sir James Landcaster m e r . y t a k a n bahwa tujuan missinya,
yaitu untuk membangun perdamaian dan persahabatan antara
yang dipertuannya R a t u Inggeris dengan kakandanya yang ter-
cinta, Raja A c e h yang besar dan perkasa.
Hasil perkunjungan perutusan Landcaster baik sekali, antara
lain diikatnya hubungan diplomatik dan dagang antara dua ke-
rajaan, diadakan surat-menyurat lanjutan antara R a t u Inggeris
dengan Sulthan A c e h , dalam surat-surat mana dinyatakan maksud
baik kedua belah pihak untuk tetap berhubungan dan bermuhib-
bah, juga sama-sama memuji satu sama l a i n . ) 73
90
membangun Aceh dalam segala bidang, termasuk bidang luar
negeri. D i samping beberapa prinsip yang telah diuraikan pada
pasal-pasal yang lalu, Iskandar Muda menganut dua filsafat :
L. Kemajuan suatu negara bergantung pada kemajuan ekonomi-
nya.
2. Siapa kuat hidup, siapa lemah tenggelam.
Dengan berpedoman kepada dua filsafat ini, Iskandar Mu-
da menjalankan diplomasi-diplomasi berikut :
1. Perjanjian antara Aceh-Belanda yang memberi hak kepada
Belanda untuk membuat " L o j i " d i ' A c e h (ditandatangani
17 Januari 1607) yang merugikan ekonomi dan militer
Aceh, dibatalkannya
2. Kerajaan-kerajaan di Malaya yang pro dan membantu Por-
tugis ditaklukkannya dan rajanya serta pembesar-pembesar
lainnya ditawan serta dibawa ke Aceh, umpamanya Raja
Bungsu dari Johor dan Tun Seri Lanang (Pengarang Sejarah
Melayu.)
3. Setelah ternyata Raja Bungsu tidak pro Portugis lagi, maka
dia dikembalikan ke Johor untuk menjadi Raja kembali.
Bersama dengan kembalinya Raja Bungsu diberangkatkan
pula 30 buah kapal penuh berisi beberapa bahan/alat untuk
membangun Johor kembali. 2000 tenaga ahli di bawah pim-
pinan Orangkaya Lelawangsa menyertai Raja Bungsu untuk
membantunya.
4. Menolak permintaan Raja Inggeris James I untuk mendiri-
kan kantor dagang Inggeris di Pariaman. Dalam hal ini,
telah terjadi suatu surat-menyurat diplomatik yang sangat
menarik. Dari surat penolakan Iskandar Muda jelaslah ke-
lihatan sekaligus dia mempergunakan Diplomasi Kekuatan
dan Diplomasi Ekonomi. Panglima Thomas Best, keiua
Delegasi Inggeris yang mengantar surat Raja Inggeris kepada
Iskandar Muda diberi penghormatan besar, yaitu diberinya
gelar tertinggi dalam kerajaan, yaitu Orangkaya Putih.( ) 74
(74) M. Said: Aceh Sepanjang Abad hlm 145-147, 155-157 dan 161-163.
91
ANGKATAN PERANG ACEH
Balai Laksamana
92
Pembangunan Angkatan Perang
Sulthan A l i Mughaiyat Syah, Pembangun Kerajaan Aceh
Darussalam, telah menetapkan empat dasar program negara, yang
salah satu di antaranya yaitu: membangun angkatan laut yang
kuat, di samping Angkatan Darat yang telah dibangun semenjak
Kerajaan Islam Perlak dan Samudra/Pasai. (76)
Pendidikan Tentara
Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam, Sulthan Alaiddin
Ali Mughaiyat Syah dan para pelanjutnya: Sulthan Abdul Qahhar,
Iskandar Muda, Iskandar Sani, Safiatuddin dan lain-lainnya, me-
nyadari bahwa Angkatan Perang yang dapat diandalkan untuk
menaikkan martabat negara, hanyalah Angkatan Perang yang
berpendidikan dan terlatih baik. Oleh karena itu, dalam mem-
bangun Angkatan Perang, sektor pendidikannya mendapat tem-
pat istimewa.
Untuk mendapat tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman,
Kerajaan Darussalam mendatangkan para guru dan instruktur
dari negara-negara sahabat, terutama dari negara-negara Islam,
umpamanya dari Kerajaan Turki Usmaniyah. (79)
A r m a d a Inong Bale
Semenjak pertama kali di masa Sulthan A b d u l Qahhar
mengirim A r m a d a A c e h ke Malaka untuk menghancurkan kubu
kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para Sulthan pehg-
gantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat ke
daerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka
94
banyak sudah perajurit yang syahid dengan isterinya menjadi
janda atau "inong bale".
, Pada zaman Sulthan Alaiddin Riayat IV Saidil Mukammil
yang memerintah dalam tahun 997-1011 h. (1589-1604 rn.J,
dibentuklah sebuah armada yang sebahagian perajurit-perajurit-
nya terdiri dari janda-janda (inong-balé) pahlawan-pahlawan yang
telah tewas. Armada ini dinamakan dengan Armada Inong Balé
di bawah pimpinan Laksamana Malahayati, yang suaminya telah
syahid dalam suatu pertempuran laut.
Berkali-kali Armada Inong Bale ikut bertempur di Selat
Malaka dan pantai-pantaj timur Sumatera dan Malaya. Seorang
.Pengarang wanita Belanda, Marie van Zuchyelen, dalam bukunya
"Vrouwolijke Admiral Malahayati" sangat memuji-muji Laksa-
mana Malahayati dengan Armada Inong Balénya, yang terdiri
dari 2000 perajurit wanita yang gagah-gagah dan tangkas. Laksa-
mana Malahayati pula yang diserahkan oleh Sulthan Alaiddin
Riayat Syah IV untuk menerima dan menghadapi utusan Ratu
Inggeris, Sir James Lancaster, yang datang ke Banda Aceh Darus-
salam pada tanggal 6 Yuni 602 dengan surat dari Ratu Inggeris. (84)
95
Laksamana Malahayati, yang menjadi panglima dari Armada Inong Balé (Armada
Wanita Janda). Pangkalan dari Armada Inong Balé diteluk Krueng Raya, yang
pada waktu dulu pernah bernama Teluk Malahayati. Disana sekarang sedang
dibangun sebuah pelabuhan samudra yang dinamakan Pelabuhan Malahayati.
Gambar Laksamana Malahayati ini, menurut lukisan seorang wanita Belanda yang
dulu pernah berkunjung ke Pangkalan Armada Inong Bale.
96
Dipisi Kemala Cahaya.
Industeri Perang.
97
logislah kalau dengan cepat membina industri perkapalan dengan
mendirikan galangan-galangan kapal yang sanggup membuat kapal
perang dan kapal niaga, yang juga direncanakan oleh tehnisi-tehnisi
A c e h sendiri, seperti yang d i akui oleh Anderson. (88)
-0O0-
(91) Anthony Reid: The Contest for North Sumatra hlm 137.
98
l e u n g k u Hakman, yaitu pahlawan wanita dalam perang Aceh, yang juga Ulama
besar sehingga bergelar Teungku Chik Fakinah. Fakinah menjadi Panglima dari
sebuah Sukey (Resimen) yang kemudian terkenal dengan nama Sukey Fakinah
Dibawah behau ada empat buah balang(Bataliyon), yang tiga diantara bataliyon
itu komandannya pria. .ladi dibawah Panglima Fakinah terdapat tiga orang ko-
mandan bataliyon yang pria. Keistimewaan Fakinah dari Pahlawan-pahla-
wan wanita yang lain, karena Fakinah setelah habis perang terus mendirifcan
Dayah (pesantren).
99
KEADILAN ISKANDAR MUDA
f
Sudah menjadi keharusan mutlak bagi Kerajaan A c e h D a -
russalam yang telah menjadikan dirinya sebagai "Negara H u -
kum" , berusaha untuk membina dan menegakkan h u k u m .
( 9 2 )
100
tangkap, karena zalim, membunuh orang dan melawan hukum/
adat yang berlaku. (93)
101
Iskandar Muda Wafat
Setelah pelaksanaan hukum bunuh terhadap puteranya yang
tercinta itu, maka Sulthan Iskandar Muda jatuh sakit, yang dari
hari ke hari bertambah berat. Dalam keadaan baginda sakit itu.
para pembantunya menanyakan mengapa sampai hati beliau
melakukan hukum bunuh terhadap puteranya. Dengan tenang
dan penuh rasa tanggung jawab, beliau menjawab:
"Mate aneuk na jeurat, maté adat ho tamita", yang arti-
nya: Mati anak ada makamnya, tetapi kalau mati adat atau
hukum kemana akan d i c a r i ? (95)
TAMMAT
»
102
MAKAM SULTAN ISKANDAR MUDA.
Makam Iskandar Muda yang asli, yang terkenal dengan Kandang Emas, sudah
dirubuhkan Belanda setelah Banda Aceh didudukinya. Diatas makam Iskandar
Muda didirikan kantor Gubernur Belanda di Aceh. Sekarang kantor Gubernur
kolonial itu telah diruntuhkan, dan daerah itu termasuk dalam komplek BAPERIS.
Jadi makam yang diatas ini bukanlah asli, hanya yang dibangun kembali diatas
tempat yang lama pada beberapa tahun yang lalu. Sudah tentu sama sekali tidak
sama seperti yang asli. Yang asli tentu jauh lebih cantik dan mempunyai nilai
seni yang tinggi.
103
K E P U S T A K A A N
Muhammad Said. , w,
1. Aceh Sepanjang Abad, cetakan pertama, penerbit pengarang sendiri, Medan ï y b l .
M. Yunus Jamil.
2. Gajah Putih, penerbit Lembaga Kebudayaan Aceh, Banda Aceh 1959.
3. Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh, penerbit Ajdam 1 Iskandar Muda, Banda Aceh
1968.
H.M. Zainuddin.
4. Tarikh Aceh dan Nusantara, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1961.
5. Singa Aceh, penerbit Pustaka Iskandar Muda, Medan 1957.
6. Srikandi Aceh, Pustaka Iskandar Muda, Medan 1966.
M. Husin.
7. Adat Aceh, penerbit Dinas P . D . K . Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh 1970.
Dr. T. Iskandar.
8. De Hikajat Atjeh, penerbit N . V . Nederlandsche Boek E n Steendrukkrij
S-Gravenhage Nederland 1959.
9. Bustanus Salathin, penerbit Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala L u m p u r 1966.
John Anderson.
10. Acheen, penerbit Oxford University Press, London-New Y o r k 1971.
Prof. Dr. Anthony Reid.
11. 77ie Contest For North Sumatra, penerbit University of Malaya Press, Kuala
Lumpur 1969.
Prof. Dr. Drewer. ,
12. The Adat Atjeh, With Introduction and Notes, penerbit S-Gravennage-Martmus
Nijhoof, Nederland 1958. Yang ada dalam perpustakaan pribadi saya, yaitu salinan
dari buku asli yang dicetak; jadi nomer halaman yang tersebut dalam buku i n i ,
yaitu nomer halaman dari salinan itu, bukan nomer halaman dari buku asli yang
dicetak.
Ibnu Batutah.
13. Rihlah Ibnu Batutah, penerbit Mathba'ah A l A z h a n y a h , Kaïro 1927.
Di Meulek.
14. Kanun Meukuta Alam, naskah lama tulisan tangan huruf Arab, Perpustakaan A .
Hasjmy Banda Aceh.
H.K.J. Gowan.
15. De Hikajat Malém Dagang, penerbit het Koningklijk voor de Taal, Land end
Volkenkunde van Nederland-lndie, 1937.
Lain-lain.
16. Encyclopaedia of Islam edisi bahasa Arab jilid I, penerbit AsySya'bu, Kairo 1969.
17. Majallah Sinar Darussalam, Yayasan Pembina Darussalam, Banda A c e h Darussalam.
104