You are on page 1of 12

Kelompok 6-The Anti Dumping

Agreement

Kelompok 6

1. Riski Ananda : 1201112491


2. Titi Sumbari : 1201113963
3. Meriza Sastri Nenda : 1201120096
4. Qathru Nada Andrias : 1201134979

Tulisan ini diresume dari buku The World Trade Organization: Legal, Economic
and Political Analysis, oleh Arthur E. Appleton dan Michael G. Plummer,
Chapter 11 (the Anti dumping Agreement) halaman 485-529

The Anti Dumping Agreement (Perjanjian Anti Dumping)

Pendahuluan

Penggunaan undang-undang Anti Dumping dibuat untuk menutup


kerugian (mengimbangi) efek dari impor-impor yang dianggap telah dijual di
bawah harga normal, telah dikembangkan di beberapa dekade terakhir. Aturan
anti dumping yang pertama diberlakukan di awal abad ke 20 sebagai sebuah
pertahanan melawan dumping yang menjarah. Pendukung peraturan anti dumping
yang kuat yang ada saat ini tidak lagi mengklaim bahwa dumping dilakukan
dengan maksud menghancurkan kompetisi, tapi lebih ditujukan untuk
melemahkan kompetisi.

Banyak komentar yang mengungkapkan keprihatinannya mengenai


penggunaan anti dumping sebagai sebuah alat proteksi. Tahun 1998, ahli ekonomi
mengamati bahwa anti dumping merupakan suatu alat yang muncul sebagai
senjata kimia dari perang perdangan dunia. Tindakan anti dumping telah menjadi
alternatif bagi industri dalam negeri yang mencari bantuan dari persaingan impor,
dibandingkan dengan countervailing measures atau safeguard. Sejak 1995,
jumlah dari penyelidikan anti dumping yang diprakarsai oleh anggota-anggota
WTO telah delapan kali lebih tinggi seperti kombinasi jumlah penyelidikan
countervailing measures atau safeguard, dan rasionya hampir sama dengan
tindakan yang diberlakukan. Pertama, kerugian standar yang dikenakan oleh
GATT( aturan WTO), kerugian materi muncul di awal untuk menjadi perjanjian

1
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

yang baik lebih mudah untuk dihilangkan, daripada kerugian serius yang
diterapkan dalam kasus safeguard.

Kedua, Karena Dumping dianggap sebagai sebuah praktik ketidakadilan


perdagangan, tidak ada kompensasi atau balasan yang diperlukan ketika anti
dumping diberlakukan, tidak seperti kasus safeguard. Ketiga, mengingat
kerumitan perhitungan margin (selisih antara harga pokok dengan harga jual),
terutama dimana biaya dilibatkan, ini sangatlah mudah bagi sebuah otoritas untuk
menemukan margin dumping jika ingin melakukannya. Selain itu, fakta bahwa
dalam banyak situasi penjualan ekspor di bawah biaya secara penuh yang
dialokasikan akan dianggap sebagai tindakan dumping membuatnya sangat
mustahil untuk industri padat modal, seperti baja, untuk menghindari dumping
selama kemerosotan siklus bisnis.

Keempat, undang-undang anti dumping dari beberapa pengguna utama


dari anti damping, seperti AS, memberikan sedikit atau tidak ada kebebasan bagi
pemerintah memilih untuk tidak menerapkan tindakan anti dumping, jadi ketika
penemuan dumping yang diperlukan dan menghasilkan kerugian, kurang lebih
otomatis akan menerapkan bea masuk anti dumping. Suatu penyelidikan biasanya
dimulai melalui sebuah aplikasi yang diajukan oleh atau atas nama suatu industri
dalam negeri, yang harus mencakup bukti dumping, kerugian, dan hubungan
sebab-akibat antara keduanya. Penyelidikan menentukan apakah ada atau tidaknya
dumping, yang terlihat dimana harga eskpor lebih rendah di bawah harga normal,
yang dilakukan pada produk yang sama di pasar lokal.

Penyelidikan tersebut juga menentukan apakah tindakan impor dumping


menyebabkan atau mengancam kerugian materil terhadap sebuah produksi
industri dalam negeri dalam produk yang sejenis. Apabila penetapan dumping
dan kerugian keduanya afirmatif, perubahan bea masuk anti dumping
diberlakukan pada impor selanjutnya. Tindakan sementara dapat diterapkan
selama penyelidikan, setelah awal penentuan dumping dan kerugian yang telah
dibuat. Hal ini berupa obligasi atau deposito tunai yang dibutuhkan untuk
mengiringi semua impor yang akan datang, dan semua impor tersebut akan

2
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

menjadi subjek untuk merubah bea masuk anti dumping dalam hal bahwa
tindakan anti dumping telah dilakukan.

Penyelidikan Dumping dapat ditangguhkan atau dihentikan jika eksportir


memberikan usaha harga, yaitu, suatu usaha merubah harga untuk menghilangkan
efek merugikan dari Dumping. Tindakan anti-dumping harus dihentikan setelah
lima tahun kecuali pemerintah menentukan bahwa ini akan memicu kerugian
dumping selama mungkin atau secara terus menerus. Tindakan anti dumping juga
harus dihentikan disaat tidak lagi diperlukan untuk mengatasi dumping atau
mencegah kerugian.

ISI

Sejarah Anti Dumping

a. Awal pelaksanaan Anti dumping

Anti dumping pertama diawali dengan peristiwa masa lalu di Kanada


tahun 1904, dalam menanggapi produsen baja AS yang melakukam dumping rel
baja ke Kanada. Kemudian diikuti oleh beberapa negara persemakmuran inggris,
Selaindia baru (1905), Australia (1906) afrika selatan (1914). Percobaan pertama
oleh AS untuk menyetujui dumping dengan pendekatan yang berbeda. The
revenue act di tahun 1916 adalah sebuah amandemen dari the Clayton Act, hukum
antimonopoli dimana mendeklarasikan dumping dengan tujuan "menghancurkan
atau merugikan" sebuah industri AS menjadi pelanggaran pidana dan juga bisa
untuk mempertanggung jawabkan ganti rugi 3 kali lipat terhadap tindakan sipil.

Kesulitan pembuktian sekedarnya dari tujuan di bagian kebijakan produsen


asing membuatnya sulit untuk menggugat dan memenangkan kasus ini. Oleh
sebab itu, 5 tahun kemudian kongres AS meloloskan undang-undang anti
dumping tahun 1921 yang disahkan Departemen Keuangan AS untuk
memberlakukan bea masuk anti dumping, setelah itu telah ditemukan bahwa
Dumping telah terjadi dan telah merugikan atau menjadi ancaman bagi industri
AS. Bagian dari undang-undang itu didorong terutama keras oleh industri kimia
AS, yang khawatir persaingan yang ketat setelah Perang Dunia I dari produsen

3
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

kimia Jerman, kartelisasi yang tinggi dan perlindingan terhadap kompetisi impor
di pasar Jerman dengan tarif yang tinggi.

b. Pasal IV GATT

Para pembuat Havana Charter dan aturan GATT tidak berusaha untuk
meregulasi dumping, karena itu adalah tugas badan swasta bukannya pemerintah
dan karena itu tidak tergantung pada aturan GATT. Perhatian mereka sebaliknya
adalah untuk mencegah penegakan anti dumping secara berlebihan yang akan
membatasi harga yang cukup murah serta impor yang didumping. Dengan
demikian, Pasal VI GATT mengizinkan penggunaan bea masuk anti dumping
untuk menangkal dampak dumping tapi perangkat aturan dasar pasti yang
dimaksud yang meregulasi penggunaannya. Dua yang paling penting dari ini
adalah bahwa bea masuk antidumping tidak dapat dikenakan kecuali "adanya
pengaruh dumping seperti penyebab atau yang bisa mengancam terbentuknya
pasar industri, atau memperlambat terbentuknya pasar industri".

Dan kegiatan anti dumping tidak bisa melebihi margin dari dumping itu.
Margin dumping digambarkan sepeti selisih antara harga ekspor dan harga
normal, atau didefenisikan seperti :

(a) harga yang sebanding, dalam kegiatan perdagangan, untuk produk seperti
ketika ditujukan untuk konsumsi di negara pengekspor, atau;

(b) Dengan tidak adanya harga tersebut,

 harga sebanding tertinggi untuk produk seperti untuk ekspor ke negara


ketiga dalam kegiatan perdagangan, atau
 biaya produksi produk di negara asal ditambah tambahan wajar untuk
biaya penjualan dan laba.

C. Peraturan Putaran Kennedy Anti-Dumping International

Putaran Kennedy (1964-1967) difokuskan terutama pada pemotongan tarif.


Namun, putaran ini juga menghasilkan salah satu perjanjian pertama GATT untuk
menangani hambatan nontarif, Perjanjian tentang Pelaksanaan Pasal VI dari

4
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

GATT, umumnya dikenal sebagai the International Agreement on Anti-dumping


(“IAA”), yang dirancang untuk memperkenalkan berbagai disiplin ilmu
substantif dan prosedural dalam penggunaan hukum nasional antidumping,
yang beberapa orang percaya mungkin digunakan dengan cara pembatasan
perdagangan.

IAA adalah pilihan, hanya mengikat pihak-pihak yang


menandatanganinya. IAA memberlakukan sejumlah persyaratan substantif dan
prosedural yang dirancang untuk membatasi penyalahgunaan undang-undang anti-
dumping, banyak yang telah dilakukan ke depan dengan sedikit atau bahkan tidak
ada perubahan ke ADA(Anti Dumping Agreement). IAA menemukan kesulitan,
Kongres AS, yang menempatkan bahwa perwakilan AS di Putaran Kenedy hanya
mempunyai kewenangan untuk menegosiasikan pengurangan tarif, dan bukanlah
perjanjian hambatan non-tarif. Pemerintah menyatakan bahwa undang-undang AS
yang telah ada adalah sejalan dengan IAA, jadi undang-undang AS tidak harus
diubah ke dalam perjanjian tersebut, tetapi Kongres tidak setuju.

Hal tersebut sangat diperhatikan bahwa standar penyebab yang lebih tinggi
serta ketentuan dari penemuan kerugian material(ancaman), sebelum bea masuk
anti damping dapat dikenakan, akan membuat sulit untuk industri AS untuk
mendapatkan bantuan daripada hanya uji coba kerugian yang diwajibkan oleh
hukum AS. Hal ini sesuai dengan peraturan yang diberlakukan yang menyatakan
bahwa undang-undang AS harus didahulukan daripada kewajiban terhadap
perjanjian tersebut.

D. Putaran anti dumping Tokyo

Putaran Tokyo menghasilkan sejumlah kesepakatan prulilateral, atau


peraturan yang ada hanya mengikat negara yang telah menandatangani GATT.
Salah satunya adalah the Agreement on Implementation of Article VI of the
General Agreement on Tariffs and Trade, yang biasanya disebut dengan Anti
Dumping Code, yang menggantikan Perjanjian tahun 1967. Bahkan, kesepakatan
tersebut membuat beberapa perubahan terhadap perjanjian tahun 1967. Yang

5
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

paling penting mungkin, kesepakatan itu diterapkan dengan batas waktu untuk
penyelidikan, yang biasanya akan selesai dalam waktu satu tahun(pasal 5.5).

Kesepakatan tersebut menjabarkan aturan yang terkait dengan usaha harga.


Kesepakatan tersebut menambahkan ketentuan yang mengharuskan bahwa
“perlakuan khusus” yang diberikan oleh negara-negara maju untuk situasi khusus
yang dihadapi negara-negara berkembang ketika mempertimbangkan penerapan
tindakan anti-dumping, dan diperlukan bahwa "solusi yang membangun"
dieksplorasi sebelum menerapkan bea masuk anti-dumping di mana mereka akan
mempengaruhi kepentingan esensial negara-negara berkembang(pasal 13).

Aturan tersebut juga menetapkan prosedur penyelesaian sengketa, di mana


Komite Praktik Anti-Dumping, dibuat menurut peraturan, ini berusaha melakukan
konsiliasi, dan jika itu gagal, maka mengangkat sebuah panel untuk memeriksa
masalah ini. (pasal 15). Dalam suatu hubungan yang signifikan, peraturan
melemahkan kesepakatan pada Putaran Kenedy. Alih-alih mengharuskan impor
yang didumping menjadi penyebab utama kerugian material, Impor yang
didumping hanya harus menyebabkan kerugian. Pemerintah tidak lagi diharuskan
menimbang dampak dumping terhadap faktor-faktor lain, walaupun mereka
diharuskan untuk tidak mengaitkannya dengan kerugian impor dumping yang
disebabkan oleh faktor lain(pasal 3.4). 25 anggota GATT menandatangani
peraturan tersebut. ADA telah memasukkan sebagian besar ketentuan pada aturan
yang ada.

E. Proses pengadilan di GATT

Sepuluh hal yang melibatkan anti-dumping dibawa ke panel GATT, dan


delapan antaranya  diputuskan antara tahun 1990 dan 1995. Memang, hanya satu
kasus anti-dumping, Bea masuk Anti Dumping Swedia, yang diputuskan pertama
kali setelah 38 tahun GATT, mungkin mencerminkan fakta bahwa undang-undang
anti-dumping yang sedikit digunakan sampai tiga puluh tahun terakhir atau lebih.
Sebuah ringkasan singkat dari kasus tersebut adalah sebagai berikut:

Panel menemukan bahwa sistem anti-dumping Swedia, yang didasarkan


pada harga terendah, pada hakikatnya bukan pelanggaran Pasal VI GATT,

6
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

meskipun diingatkan bahwa dalam praktek sistem dapat menyebabkan


pelanggaran. Impor Listrik Selandia Baru transformator dari Finlandia. Panel
mengukuhkan penemuan dumping tetapi menemukan bahwa penentuan kerugian
tidak konsisten dengan Pasal VI GATT. Panel menolak argumen Selandia Baru
bahwa penentuan kerugian tidak bisa diselidiki di GATT.

NEGOSIASI PUTARAN URUGUAY

Pada awal Putaran Uruguay, tidak ada rencana untuk mengubah undang-
undang Anti Dumping pada Putaran Tokyo. Komite Praktik Anti Dumping telah
melaporkan pada tahun 1982 dan 1985 bahwa sebenarnya masalah implementasi
yang muncul bisa efektif diatasi oleh Komite. Namun masalah yang berkaitan
mengenai anti dumping terus muncul. Sejumlah negara menyuarakan keprihatinan
mengenai berbagai praktik yang terlibat pada beberapa negara lain, terutama
Amerika Serikat dan Komisi Eropa, meskipun tidak selalu ilegal, menurut GATT
Pasal VI atau undang-undang Anti dumping, memang tampaknya tidak adil.

Kegagalan Amerika Serikat untuk menggunakan prosedur "sunset" yang


diterapkan oleh banyak negara lain, di mana (beamasuk dan countervailing) pada
antidumping secara otomatis menentukan dari waktu ke waktu apakah mereka
masih perlu melakukan pencegahan terhadap kerugian dumping atau tidak.

PERJANJIAN ANTI DUMPING

ADA, yang dibentuk pada tahun 1979, menjabarkan secara rinci prinsip-
prinsip bahwa anggota harus mengikuti ketika mereka melakukan penyelidikan
anti dumping dan menerapkan tindakan anti dumping. Hal ini memberikan aturan
yang rumit tentang bagaimana margin dumping harus dikalkulasikan serta
menentukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan kerugian.
Hal ini juga berisi aturan prosedural rinci yang dirancang untuk memberikan para
pihak dalam proses anti dumping dengan ukuran proses pengadilan.

Aturan-aturan prosedural sangat mirip, meskipun tidak identik dengan


yang tercantum dalam Bab V dari Persetujuan tentang Subsidi dan Countervailing
Measures, yang berurusan dengan countervailing duty proceedings. Perjanjian

7
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

Anti dumping terdiri dari 18 pasal. Beberapa pasal dari perjanjian anti dumping,
yaitu :

PASAL 1 : PRINSIP

Pada Pasal 1 ADA mensyaratkan bahwa investigasi dan langkah-langkah


anti dumping memenuhi ketentuan dari GATT Pasal VI dan Perjanjian. Undang-
undang tahun 1916 di Amerika Serikat, Badan Banding juga memutuskan
mengenai ketentuan ini, serta Pasal 18.1 yang membatasi langkah-langkah anti
dumping bagi mereka dengan tegas diizinkan oleh GATT pada Pasal VI dan
ADA, untuk berkewajiban dalam menentukan anti dumping, yaitu tindakan
sementara dan perjanjian harga.

Hal itu ditegakkan pada sebuah panel dengan memutuskan memberikan


hukuman pidana dan ganti rugi kerusakan tiga kali lipat dalam kasus dumping
yang disengaja. Namun, UU Amerika Serikat pada Anti Dumping tahun 1916
tidak konsisten dengan Pasal 1 ADA, serta dengan Pasal VI : 1 dan VI : 2 dari
GATT dan berbagai ketentuan lain dari ADA.

PASAL 2 : PENENTUAN DUMPING

Pasal 2 ADA menetapkan aturan rinci yang berkaitan dengan penentuan


dumping. Seperti disebutkan di atas, banyak aturan tersebut terdapat dalam
undang-undang 1979 Anti Dumping tetapi yang lain diperkenalkan untuk
memenuhi keprihatinan yang muncul selama negosiasi Putaran Uruguay.

a. Dasar Perbandingan

Pasal 2.1 dan 2.2 memperkuat Pasal VI GATT yang menyatakan bahwa (i)
Dumping terjadi ketika harga ekspor produk adalah "kurang dari harga yang
sebanding dalam kegiatan perdagangan, untuk produk seperti ketika dikonsumsi
dalam negara pengekspor," dan bahwa (ii) ketika penjualan pasar dalam negeri
yang tidak mengizinkan perbandingan yang tepat karena volume yang rendah atau
"situasi pasar tertentu", nilai yang normal mungkin didasarkan pada ekspor ke
negara ketiga yang sesuai atau biaya produksi di daerah asal ditambah jumlah
yang wajar untuk penjualan, biaya pokok dan administrasi dan laba.

8
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

b. Penjualan Di bawah harga

Pasal 2.2.1 menspesifikasi bahwa penjualan di pasar lokal atau pasar


negara ketiga di bawah biaya produksi per unitnya (tetap dan variabel) ditambah
administrasi, penjualan dan bebab usaha mungkin dalam kondisi tertentu
diperlakukan sebagai kegiatan dari perdagangan dan diabaikan dalam menentukan
harga normal. Ketentuan ini, yang belum termasuk dalam Undang-undang 1979
mengenai Anti dumping adalah salah satu perkembangan yang paling penting
dalam penegakan anti dumping sejak disahkannya undang-undang yang asli.

c. Penetapan biaya
Pihak berwenang harus menentukan biaya produksi dalam dua situasi.
Pertama, di mana mereka sedang menyelidiki apakah penjualan di pasar dalam
negeri atau negara-negara ketiga di bawah biaya produksi dan karenanya harus
dikesampingkan dalam penentuan nilai normal dalam Article 2.1 Perjanjian.
Kedua, di mana mereka mendasarkan harga normal pada harga dibuat dengan
tidak adanya pasar lokal yang layak atau pasar negara ketiga.
Pasal 2.2.1.1 menspesifikasi biaya biasanya harus didasarkan pada catatan
produsen asalkan sesuai dengan prinsip perhitungan yang berlaku umum dari
negara pengekspor dan bahwa cukup mencerminkan biaya yang berkaitan dengan
produksi dan penjualan produk. Semua bukti yang tersedia harus dipertimbangkan
sehubungan dengan alokasi biaya, termasuk metode historis digunakan oleh
eksportir atau produsen
d. Pembentukan harga ekspor
Pasal 2.3 menyatakan bahwa jika tidak ada harga ekspor, atau di mana
harga ekspor tidak dapat diandalkan karena dasar atau pengaturan kompensasi
antara eksportir dan importir atau pihak ketiga, harga ekspor dapat dibangun
berdasarkan harga di mana produk impor adalah pertama dijual kembali kepada
pembeli yang independen, atau, jika tidak dijual kembali kepada pembeli
independen atau tidak dijual kembali dalam kondisi di mana impor, pada setiap
dasar memadai.

9
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

e. Perbandingan yang Adil


Pasal 2.4 menspesifikasi bahwa perbandingan antara harga ekspor dan
harga normal harus "adil." Hal ini juga menyediakan sejumlah aturan rinci yang
berkaitan dengan perbandingan: Perbandingan akan dilakukan pada tingkat yang
sama dari perdagangan, biasanya di tingkat bekas pabrik, dan penjualan dilakukan
di sedekat mungkin pada waktu yang sama. Persyaratan bekas pabrik berarti
bahwa semua biaya yang timbul dalam transportasi produk dari pabrik ke titik
penjualan (misalnya angkutan darat, angkutan laut, asuransi) harus dikurangi dari
kedua harga ekspor dan harga yang digunakan untuk menentukan harga normal.
f. Konversi Mata Uang
Pasal 2.4.1 menspesifikasi bahwa konversi mata uang harus dibuat dengan
menggunakan laju perubahan tanggal penjualan, meskipun ketika penjualan mata
uang selanjutnya secara langsung terkait dengan penjualan ekspor pada tarif yang
akan digunakan. Kurs fluktuasi harus diabaikan, dan dalam investigasi eksportir
harus diizinkan setidaknya enam puluh hari untuk menyesuaikan harga ekspor
mereka untuk mencerminkan gerakan berkelanjutan nilai tukar selama periode
penyelidikan.
g. Pemerataan Harga

Menurut Pasal 2.4.2, perbandingan dalam tahap investigasi biasanya harus


berada pada pemerataan tertimbang ke pemerataan terimbang atau transaksi pada
basis transaksi yang tertimbang. Pelibatan pihak ini dimasukkan karena
keprihatinan atas praktek beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Komisi
Eropa membandingkan harga setiap penjualan ekspor individu dengan harga
normal yang didasarkan pada semua pasar lokal atau penjualan negara ketiga
selama periode investigasi.

h. Pengangkutan

Pasal 2.5 menyatakan bahwa di mana barang-barang yang diimpor tidak


langsung dari negara asal tetapi dari negara ketiga, harga ekspor dari negara ketiga
biasanya akan dibandingkan dengan harga yang sebanding di negara itu, meskipun
perbandingan harga mungkin dibuat dengan harga di negara asal apabila barang
hanya dipindahmuatkan melalui negara ketiga, produk tersebut tidak diproduksi di

10
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

negara ketiga, atau tidak ada harga yang sebanding bagi mereka di negara
pengekspor.

i. Produk Sejenis

Pasal 2.6 mendefinisikan "produk sejenis" sebagai "produk yang identik,


yaitu sama dalam segala hal dengan produk di bawah pertimbangan, atau jika
tidak ada produk seperti ini, produk lain yang, meskipun tidak sama dalam segala
hal, memiliki karakteristik sangat mirip dari produk yang sedang
dipertimbangkan.

j. Ekonomi non pasar

Dengan mengacu ketentuan tambahan pada Pasal VI GATT 1994, pada Pasal 2.7
kewenangan anggota untuk menyimpang dari Pasal 2 aturan dalam penyelidikan
yang melibatkan impor dari negara yang memiliki monopoli lengkap atau secara
substansial lengkap perdagangannya dan di mana semua harga domestik yang
ditetapkan oleh Negara, Karena harga dan biaya di negara-negara tersebut tidak
didasarkan pada kekuatan pasar, praktek telah dikembangkan menggunakan harga
pengganti dan biaya dari negara-negara ekonomi pasar.

PERKEMBANGAN KONVENSI DOHA

Berdasarkan pertemuan tingkat menteri di Doha, AS mennyatakan bahwa


Anti Dumping harus diteruskan dalam negosiasi. Namun, atas desakan anggota
lain pertemuan tingkat menteri Doha termasuk kesepakatan "untuk perundingan
yang ditujukan untuk menjelaskan dan meningkatkan disiplin di bawah Perjanjian
tentang Pelaksanaan Pasal VI GATT 1994 dan pada Subsidi dan Countervailing
Measures.

Tapi sangat penting bagi Amerika Serikat sebagai negosiator, yang seperti
biasa dalam menghadapi oposisi yang kuat untuk melemahkan anti dumpingnya
dan hukum countervailing dari anggota Kongres AS dan berbagai industri dalam
negeri yang kuat, syarat dalam menjaga konsep dasar, prinsip-prinsip dan
efektivitas perjanjian ini, dimasukkan ke dalam Deklarasi. Deklarasi itu juga
menyerukan untuk kebutuhan pengembangan dan negara maju yang akan

11
Kelompok 6-The Anti Dumping
Agreement

diperhitungkan dalam gerakan menuju proposal asli AS untuk masa studi dua
tahun, menyatakan bahwa "dalam tahap awal negosiasi, peserta akan
menunjukkan ketentuan, termasuk disiplin pada perdagangan mendistorsi praktek,
bahwa mereka berusaha untuk memperjelas dan meningkatkan dalam fase
berikutnya. "

Dalam sebuah submisi Negosiasi Kelompok Aturan, menyatakan:


“Kebijakan industri suatu pemerintah atau aspek-aspek kunci dari sistem ekonomi
yang didukung oleh kelambanan pemerintah dapat menimbulkan kerugian dari
dumping yang berlangsung. Amerika Serikat juga telah memunculkan pertanyaan
tentang proses penyelesaian sengketa, terutama menyangkut apakah panel dan
Badan Banding mengikuti standar yang sesuai dengan ulasan dan menghindari
kewajiban memaksakan pada otoritas nasional yang tidak terkandung dalam
Perjanjian”.

Hal ini tentu saja merupakan reaksi terhadap serangkaian kerugian oleh
Amerika Serikat dalam kasus yang melibatkan penegakan hukum anti-dumping-
nya. Akhirnya, Amerika Serikat juga menyerukan peningkatan transparansi dan
keadilan prosedural dalam proses bea masuk anti-dumping dan countervailing,
mengakui bahwa penggunaannya harus diperluas dengan undang-undang anti-
dumping oleh anggota WTO.

KESIMPULAN

Tindakan anti dumping merupakan perlawanan terhadap dumping yang


dilakukan oleh suatu negara terhadap produk negara lain yang terikat dalam rezim
WTO. Penggunaan undang-undang Anti Dumping dibuat untuk menutup kerugian
(mengimbangi) efek dari impor-impor yang dianggap telah dijual di bawah harga
normal. Anti dumping pertama diawali dengan peristiwa masa lalu di canada
tahun 1904, dalam menanggapi produsen baja AS yang melakukam dumping rel
baja ke canada. Kemudian diikuti oleh beberapa negara persemakmuran inggris,
Selaindia baru, Australia, afrika selatan Pasal VI GATT mengizinkan penggunaan
bea masuk anti dumping untuk menangkal dampak dumping. Dan perjanjian Anti
dumping dibicarakan dalam delapan putaran WTO dan menghasilkan 18 pasal.

12

You might also like