Professional Documents
Culture Documents
Cinta
Cinta
Kejadian itu terekam jelas dikepalaku, bagaimana ibu dan ayah selalu bertengkar di kamar tapi suara
mereka tetap terdengar menembus dinding kamarku. Aku sering menangis, berharap telinga ini tuli. Aku
benci ayah dan durhakanya aku, aku selalu berdoa agar ibu cepat berpisah saja. Aku rasa perpisahan
bagi dua orang yang sudah tak sepadangan tentang hidup bukanlah hal buruk. At least baik ibu dan ayah
bisa lebih bahagia tanpa harus saling bertengkar dan teriak tiap hari. Dan doaku terkabul diusiaku yang
ke 12. Aku tinggal dengan ibu, dan ayah tak pernah lagi ada kabar entah kemana. Bibiku bilang dia jadi
pengusaha sepatu di antah berantah. Tak pernah ku cari tau karena merindukan sajapun aku tak pernah.
Ditengah perasaan skeptisku terhadap cinta dan laki-laki, Rio datang mebepis semua prasangkaku.
Meyakinkanku bahwa masih ada cinta hari ini. Dimataku, dia sempurna dan aku mencintainya seperti
aku mencintai diriku. Teman aku berjuang meraih impianku, jadi dokter spesialis anak. Bekerja di rumah
sakit nomor 1 di negeri ini dan setelah semua itu terwujud dia pergi. Rio kayak malaikat yang ngasih aku
sayap buat terbang. Saat sudah terbang tinggi, he said good bye seolah tugasnya sudah selesai. Aku rasa,
aku tak akan pernah menikah. Kali ke 2, prasangka aku terhadap cinta, Tuhan cederai. Aku terluka.
Sungguh.