You are on page 1of 8

Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

FORGIVENESS PADA WANITA YANG TERSAKITI


Rachmat Taufiq1
Amir Nuyman Setyadireja2
Stella Syifa Saraswati3

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI1,2,3


rachmat.taufiq@lecture.unjani.ac.id

Kata Kunci : Abstrak


forgiveness, Pacaran (intimate relationship) identik dengan hubungan penuh cinta,
wanita dewasa kasih sayang, dan kebahagian. Namun kenyatannya tidaklah demikian.
awal, kekerasan Terdapat banyak kasus kekerasan terhadap wanita yang dilakukan
dalam berpacaran kekasihnya. Namun demikian, menurut Duley (2012) 40 -76% wanita
yang mengalami kekerasan tetap mempertahankan hubungan
pacarannya. Apakah itu artinya mereka memaafkan (forgiveness)
pasangannya? Penelitian ini bertujuan menggambarkan forgiveness
dari wanita yang mengalami kekerasan dalam berpacaran. Forgiveness
menurut McCullough (2000) adalah berkurangnya keinginan untuk
menghindari orang yang pernah menyakiti kita (avoidance
motivations) dan berkurangnya keinginan untuk melukai atau
membalas dendam terhadap orang tersebut (revenge motivations), dan
disertai dengan peningkatan belas kasih dan keinginan untuk bertindak
positif terhadap orang yang menyakitinya (benevolence motivations).
Penelitian dekriptif kuantitatif ini melibatkan 65 orang responden
wanita berusia 18 - 24 tahun yang pernah atau sedang mengalami
kekerasan dalam berpacaran. Penentuan responden menggunakan
teknik snowball sampling dan pengambilan data menggunakan
googleform. Alat ukur yang digunakan adalah Transgression-Related
Interpersonal Motivations-18 (TRIM 18) yang dialih bahasa (ω =
0,950). Hasil penelitian menunjukan sebanyak 75,4% responden
memiliki skor forgiveness yang tergolong rendah sedangkan 24,6%
lainnya tergolong tinggi. Temuan menarik dalam penelitian ini adalah
dari semua responden yang memiliki skor forgiveness yang tergolong
rendah, semuanya memiliki skor yang rendah dalam aspek avoidance
motivations.

Universitas Jenderal Achmad Yani | 50


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

Keywords: Abstract
forgiveness, Dating (intimate relationship) is synonymous with a relationship
young adult full of love, affection and happiness. But in reality, There are many
women, cases of violence against women committed by their lovers.
violence in However, according to Duley (2012) 40-76% of women who
dating/intimate experience violence still maintain their dating relationship. Does
relationship that mean they forgive their partner? This study aims to describe
the forgiveness of women who experience violence in dating.
Forgiveness according to McCullough (2000) is a reduced desire
to avoid people who have hurt us (avoidance motivations) and a
reduced desire to hurt or take revenge against that person (revenge
motivations), and is accompanied by an increase in compassion
and the desire to act positively towards people who hurt him
(benevolence motivations). This quantitative descriptive study
involved 65 female respondents aged 18-24 who had or are
currently experiencing dating violence. Determination of
respondents using snowball sampling technique and data retrieval
using googleform. The measuring instrument used is
Transgression-Related Interpersonal Motivations-18 (TRIM 18)
which is translated into Bahasa Indonesia (ω = 0.950). The results
showed that 75.4% of respondents had a low forgiveness score,
while the other 24.6% were high. An interesting finding in this
study is that of all respondents who have a low score of forgiveness,
all of them have low scores in the aspect of avoidance motivations

Universitas Jenderal Achmad Yani | 51


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

I. PENDAHULUAN tersebut (Duley, 2012). Semudah itukah wanita


Tujuan utama dalam intimate memaafkan (forgive) pasangannya yang telah
relationship atau pacaran adalah untuk saling menyakitinya?
mengenal satu sama lain (DeGenova, 2005). Menurut McCullough (2000) pemaafan
Sebelum nanti pasangan kekasih melanjutkan (forgiveness) adalah berkurangnya keinginan
hubungan mereka ke jenjang selanjutnya yaitu untuk menghindari orang yang pernah
pernikahan. Pacaran identik dengan hubungan menyakiti kita dan berkurangnya keinginan
penuh cinta, kasih sayang, kebahagiaan dan untuk melukai atau membalas dendam terhadap
kesenangan. Namun kenyataan tak seindah individu tersebut; dan disertai dengan
harapan, adakalanya hal sebaliknya yang peningkatan belas kasih dan keinginan untuk
terjadi, hubungan yang terjalin malah diwarnai bertindak positif terhadap individu yang
pertengkaran dan konflik bahkan tak jarang menyakiti. Namun menurut Latifah Tri
terjadinya kekerasan fisik, seksual maupun Wardhati (2008) keinginan untuk berbuat
psikologis. Dan sang wanita lah yang sering positif tidak berarti melupakan hal negatif yang
menjadi korban. pernah ada. forgiveness bukanlah melupakan,
Menurut Komnas Perempuan, di tahun forgiveness adalah saat seseorang tetap
2018 terjadi 3.982 kasus kekerasan fisik, 2.979 mengingat peristiwa yang dialaminya, dan pada
kasus kekerasan seksual, 1.404 kasus kekerasan saat yang sama terbebas dari emosi-emosi yang
psikis, dan 1.244 kasus kekerasan ekonomi tidak nyaman (Ghani, 2011).
pada perempuan. Data ini adalah data yang Memaafkan (forgiveness) merupakan
tercatat, bisa jadi jumlah sebenarnya lebih salah satu cara untuk mengatasi suatu
banyak dari data tersebut. Hal yang menarik hubungan yang rusak dan bermasalah dengan
dari data tersebut adalah ternyata lebih dari melakukan tingkah laku prososial. Dengan
setengah kasus tersebut pelaku kekerasan memafkan (forgiveness) dapat membantu
adalah kekasih dari pelaku. seseorang dalam perubahan emosi dan sikap
Dampak kekerasan dalam pacaran kepada pelaku, sehingga individu mampu
tentunya sangat merugikan bagi korban. menjalin hubungan interpersonal dengan baik.
Perempuan yang mengalami kekerasan dalam Individu dapat menerima kenyataan pahit yang
pacaran bisa terluka secara fisik dari ringan pernah menimpa dirinya dan dapat berdamai
sampai dengan berat, bahkan bisa saja dengan orang yang telah menyakitinya, namun
mengalami kecacatan fisik hingga kematian. yang lebih penting adalah ia dapat berdamai
Tak hanya dampak fisik, kekerasan dalam dengan dirinya sendiri.
pacaran juga dapat menimbulkan dampak
psikologis. Rasa takut, cemas, stress, trauma Menurut McCullough (2000) forgiveness
bahkan gangguan psikologis mungkin saja memiliki tiga aspek yaitu:
terjadi. a. Avoidance Motivations, yaitu keinginan
Namun demikian, Walaupun mengalami untuk menghindari orang yang pernah
kekerasan dalam pacaran banyak wanita yang menyakiti. Avoidance motivations
telah tersakiti tersebut justru tetap memilih ditandai dengan adanya dorongan atau
bertahan dalam hubungan pacaran itu. motivasi individu yang menghindar atau
Sebanyak 40% sampai 76% wanita yang menarik diri dari pelaku yang dinilai telah
menjadi korban kekerasan dalam pacaran menyakiti atau menyinggung
berusaha mempertahankan hubungan mereka perasaannya. Avoidance motivations
atau bahkan kembali ke dalam hubungan merupakan dimensi negatif dari

Universitas Jenderal Achmad Yani | 52


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

forgiveness, yang artinya bahwa Dengan kata lain, seseorang yang telah
rendahnya motivasi menghindar memaafkan (forgiveness) adalah seseorang
menggambarkan semakin dekat yang memiliki aspek avoidance motivations
seseorang pada keadaan forgiveness. dan revenge motivations yang rendah serta
b. Revenge Motivations, yaitu keinginan memiliki aspek benevolence motivations yang
untuk melukai atau membalas dendam tinggi.
terhadap orang yang menyakiti. Revenge
Mengapa memaafkan (forgiveness) itu
motivations ditandai dengan adanya
penting? Karena orang yang sudah memaafkan
dorongan atau motivasi individu untuk
adalah orang telah berdamai dengan dirinya
membalas perbuatan pelaku
sendiri (Ghani, 2011). Dengan berdamai
(McCullough, et al., 1998). Ketika
dengan diri sendiri, seseorang dapat
individu dalam keadaan marah, benci dan
mengoptimalkan kemampuan dirinya. Ia tidak
penuh dengan emosi negatif lainnya,
lagi “dihantui” oleh rasa sakit hati, dendam,
memunculkan rasa dendam dan
keinginan menghindar. Menurut Lopez (2002)
keinginan untuk membalas. Dimensi ini
forgiveness berkorelasi negatif dengan
juga merupakan dimensi negatif dari
kemarahan, kecemasan, neurotis, rasa
forgiveness, sehingga rendahnya
permusuhan, perilaku agresi dan bahkan
motivasi membalas menggambarkan
depresi. Sehingga orang yang telah memaafkan
semakin dekat seseorang pada keadaan
tentunya adalah orang yang sehat secara
forgiveness, serta korban dapat
psikologis dan mempunyai kemungkinan besar
meminimalisir rasa marah untuk
untuk mengembangkan potensi yang
membalas dendam kepada pelaku atas
dimilikinya. Sebalikannya, seseorang yang
perilaku yang telah dilakukannya (Wade,
“gagal move on” belum bisa memaafkan
2006).
(forgiveness) tentunya sulit untuk
c. Benevolence Motivations, yaitu adanya
mengembangkan dirinya karena masih diliputi
keinginan untuk bertindak positif
oleh rasa marah, keinginan menghindar,
terhadap individu yang pernah menyakiti
keinginan membalas dendam, cemas atau bisa
dan disertai dengan peningkatan belas
jadi memiliki trauma, rasa cemas yang
kasih. Benevolence motivations ditandai
berlebihan bahkan berpotensi mengalami
dengan adanya dorongan atau motivasi
depresi.
untuk berbuat kebaikan terhadap pelaku,
walaupun ia merasa menjadi korban, Oleh karena itu, penelitian ini
akan tetapi ia tetap ingin berbuat mengangkat judul forgiveness pada wanita
kebaikan kepada pelaku. Sehingga yang tersakiti, disebabkan kekerasan yang
seseorang dalam situasi ini akan tetap dilakukan pasangannya dalam hubungan
menjalin hubungan yang baik agar tetap pacaran. Dengan mengetahui gambaran
baik dengan pelakunya (Luchies, Finkel, forgiveness diharapkan dapat memberikan
McNulty, & Kumashiro, 2010). informasi tentang forgiveness pada wanita yang
Benevolence motivations merupakan menjadi korban kekerasan dalam berpacaran
dimensi positif dari forgiveness, artinya sebagai bekal memahami masalah yang terjadi
tingginya motivasi berbuat kebaikan dan kelak jangka panjangnya merumuskan dan
semakin menggambarkan bahwa menentukan intervensi yang tepat kepada
seseorang telah melakukan forgiveness. wanita-wanita yang menjadi korban kekerasan.

Universitas Jenderal Achmad Yani | 53


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

II. METODOLOGI PENELITIAN orang yang menyakitinya (revenge


motivations) dan dapat melakukan hal-hal yang
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif baik kepada orang yang menyakitinya
kuantitatif, yang bertujuan menggambarkan meskipun telah disakiti (benevolence
forgiveness pada wanita yang mengalami motivations). Sehingga pada penelitian ini
kekerasan dalam berpacaran. Teknik sampling responden yang bisa memaafkan adalah yang
yang digunakan adalah non probability memiliki skor tinggi di ketiga aspek
sampling dengan menggunakan snowball forgiveness. Maka dari penelitian ini terdapat
sampling yang melibatkan 65 orang responden 24,6% responden yang sudah dapat memaafkan
wanita yang pernah atau sedang mengalami pasangan yang pernah menyakitinya.
kekerasan dalam pacaran dengan rentang usia
18 – 24 tahun. Pengukuran Forgiveness Namun demikian lebih banyak responden
menggunakan Transgression-Related yang belum bisa memaafkan pasangannya
Interpersonal Inventory-18 (TRIM-18) yang (75,6%). Artinya responden tersebut memiliki
dikembangkan oleh McCullough, Root & skor yang rendah pada salah satu aspek
Cohen (2006) yang dialih bahasakan. Alat ukur forgiveness atau lebih. Maka terdapat beberapa
ini mengukur tiga aspek forgiveness, yaitu kondisi pada responden yang belum bisa
revenge motivation, avoidance motivation dan memaafkan pasangannya. Yang pertama adalah
benevolence motivation. Uji validitas yang yang memiliki skor rendah pada semua aspek
digunakan adalah content validity yang forgiveness sebanyak 32,3%, artinya mereka
melibatkan tiga orang experts judgement, memiliki keinginan untuk menghindari dan
kemudian dilakukan perhitungan Aiken’s V enggan untuk berhubungan dengan orang yang
dengan hasil koefisien 0,667 – 1. Sedangkan menyakitinya, memiliki keinginan untuk
uji reliabilitas menggunakan McDonald’s ω membalas dendam terhadap apa yang sudah
menunjukkan hasil ω = 0,950. Pengumpulan dilakukan oleh pasangan yang telah
data dilakukan secara online pengisiannya oleh menyakitinya dan tidak mau melakukan hal-hal
responden dengan menggunakan Google-form. yang baik kepada pasangannya yang telah
menyakitinya.
III. HASIL PENELITIAN
Kondisi kedua adalah responden yang
Hasil penelitian menunjukkan dari 65 hanya memiliki skor tinggi pada salah satu
orang responden, sebanyak 24,6% memiliki aspek forgiveness, jumlah 27,7%. Rinciannya
skor forgiveness yang tinggi dan 75,4% adalah sebagai berikut: yang hanya memiliki
memiliki skor forgiveness yang rendah. Artinya skor tinggi pada aspek benevolence motivations
Sebagian besar responden wanita yang 16,9%, artinya mereka mau berbuat baik
mengalami kekerasan dalam berpacaran dengan pasangannya yang telah menyakitinya
(intimate relationship) belum dapat namun tidak mau bertemu dan masih memiliki
memaafkan pasangannya yang telah dendam kepada pasangan yang telah
menyakitinya. menyakitinya. Selanjutnya yang memiliki skor
tinggi pada aspek revenge motivations 9,2%,
Wanita yang sudah dapat memaafkan
artinya mereka tidak memiliki keinginan
(forgiveness) tidak lagi menghindari orang
membalas dendam terhadap apa yang telah
yang menyakitinya (avoidance motivations),
terjadi dan memilih menghindar dan tidak mau
tidak memiliki rasa dendam dan keinginan
melakukan kebaikan kepada pasangannya yang
untuk membalas apa yang sudah dilakukan oleh
Universitas Jenderal Achmad Yani | 54
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

telah menyakitinya. Lalu yang memiliki skor hal-hal yang baik kepada orang yang
tinggi pada avoidance motivations 1,5% artinya menyakitinya meskipun telah disakiti
ia tidak berniat menghindari pasangan yang (benevolence motivations). Keinginan
menyakitinya dan berniat membalas dendam menghindari orang yang menyakitinya
apa yang sudah dialaminya dan tidak ingin (avoidance motivations) merupakan hal yang
melakukan kebaikan kepada orang yang telah paling sulit. Melakukan penelitian lebih lanjut
menyakitinya. tentang alasan mengapa demikian tentulah
sangat menarik dan tentunya bermanfaat akan
Kondisi ketiga adalah responden yang dalam memahami proses healing bagi wanita
memiliki skor tinggi pada dua aspek yang menjadi korban kekerasan. Data
forgiveness, berjumlah 15,4%. Yang menarik demografi terkait usia dan lamanya hubungan
pada kondisi ini adalah dua aspek yang tinggi didapatkan tidak memiliki perbedaan diantara
itu adalah revenge motivations dan responden, namun demikian memastikannya
benevolence motivations. Tidak ditemukan dengan penelitian lebih lanjut dan juga
kombinasi aspek lain yang tinggi. Artinya mengaitkan dengan faktor-faktor lain seperti
mereka tidak memiliki keinginan untuk bentuk kekerasan yang dilakukan,
membalas dendam dan mau berbuat baik sosioekonomi, dan yang lainnya tentu akan
kepada pasangan yang sudah menyakitinya, dapat menggambarkan lebih lanjut tentang
namun memilih menghindar dari orang yang forgiveness pada wanita yang disakiti dalam
sudah menyakitinya. Nampaknya bagi wanita berpacaran.
yang tersakiti, hal yang paling sulit dilakukan
dalam pemaafan (forgiveness) adalah tetap V. KESIMPULAN
“dekat” dengan orang yang telah menyakitinya
(avoidance motivations). Adapun faktor-faktor Kesimpulan yang diperoleh dalam
seperti perbedaan usia dan lamanya hubungan penelitian ini adalah sebagai berikut:
tampaknya pada responden tidak menunjukkan 1. Sebagian besar wanita yang tersakiti
perbedaan skor forgiveness yang signifikan. belum dapat memaafkan (forgiveness)
pasangannya yang telah menyakitinya.
IV. DISKUSI 2. Aspek dalam forgiveness yang paling
sulit dilakukan bagi wanita yang
Penelitian ini menunjukkan bahwa
tersakiti dalam penelitian ini adalah
memaafkan (forgiveness) bukanlah hal yang
avoidance motivations.
mudah dilakukan oleh wanita yang pernah
3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
disakiti oleh pasangannya. Dari seluruh
melengkapi penelitian ini.
responden baru sebagian kecil (24,6%) yang
dapat memaafkan apa yang pernah dialaminya VI. SARAN
dan sebagian besar (75,4%) belum bisa Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini
memaafkan. Dari konsep McCullough (2000) adalah:
yang menyatakan bahwa memaafkan
(forgiveness) adalah tidak lagi menghindari  Perlu dilakukan penelitian lanjutan
orang yang menyakitinya (avoidance terkait forgiveness pada wanita yang
motivations), tidak memiliki rasa dendam dan mengalami kekerasan, terkait
keinginan untuk membalas apa yang sudah bagaimana proses forgiveness yang
dilakukan oleh orang yang menyakitinya terjadi, pengaruh faktor-faktor lain dan
(revenge motivations) dan dapat melakukan

Universitas Jenderal Achmad Yani | 55


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

sebagainya untuk mendapatkan Relationships. Personality and


gambaran yang lebih baik dan Social Psychology , 321-336 .
mendalam, sehingga kelak dapat
McCullough, M. E., Rachal, K. C.,
bermanfaat untuk menentukan
Sandage, S. J., L, E.,
intervensi healing yang tepat bagi
Worthington, Brown, S. W., &
wanita korban kekerasan.
Hight, T. L. (1998).
VII. DAFTAR PUSTAKA Interpersonal Forgiving in Close
Relationships: II. Theoretical
DeGenova, M. K. (2005). Intimate Elaboration and Measurement.
Relationship, Marriages and Journal of Personality and
Families . New York: MCGraw Social Psychology, 1586-1603.
Hill. McCullough, M. E. (2000). Forgiveness
Duley, L. A. (2012). A Qualitative As Human Strength: Theory,
Phenomenological Study of the Measurement, And Links To
Lived Experiences of Women Well-Being. Journal of Social
Remaining in Abusive and Clinical Psychology, 43-55.
Relationships. Prescott Valley, McCullough, M. E. (2001).
Arizona: ProQuest LLC. Forgiveness: Who Does It and
Gani, A. H. (2011). Forgiveness Therapy. How Do They Do It ? 194-197.
Yogyakarta: Kanisius. McCullough, M. E. (2003).
KOMNAS Perempuan. (2018). Forgiveness, Forbearance and
Tergerusnya Ruang Aman Time : The Temporal Unfolding
Perempuan dalam Pusaran of Transgression-Related
Politik Populisme. Jakarta: Interpersonal Motivations.
Komnas Perempuan. Journal of Personality and
Social Psychology, 540-557.
Latifah Tri Wardhati, F. (2008). Psikologi
Pemaafan. Yogyakarta: UGM. McCullough, M. E., Root, L.M., &
Cohen, A.D. (2006). Writing
Lopez, C. R. (2002). Handbook Of Positive About the Benefits of an
Psychology. New York: Oxford University Interpersonal Transgression
Press. Facilitates Forgiveness. Journal
Luchies, L., Finkel, E., McNulty, J., & of Consulting and Clinical
Kumashiro, M. (2010). The Doormat Psychology, 74, 887–897
Effect: When Forgiving Erodes Self- Wade, N. G. (2006). Sex, Group
Respect and Self-Concept Clarity. Composition, and The Effecacy
Journal of Personality and Social of Group Interventions to
Psychology, Vol. 98, hlm. 734–749. Promote Forgiveness. Group
McCullough, M. E. (1997). Dynamics: Theory, Research,
Interpersonal Forgiving in Close and Pratice, Vol. 10 (4), hlm.
297-308

Universitas Jenderal Achmad Yani | 56


Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel

Universitas Jenderal Achmad Yani | 57

You might also like