Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal P2P Tahun 2022
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal P2P Tahun 2022
KINERJA 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmatNya sehingga Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun
2022 dapat disusun dengan baik.
Tahun 2022 merupakan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN, Renstra dan RAP Ditjen P2P
periode 2020-2024. Tahun 2022 telah dilakukan revisi terhadap Renstra Kementerian
Kesehatan dan RAP Ditjen P2P, sehingga Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja
Kegiatan mengalami perubahan. Laporan Kinerja Ditjen P2P akan menyajikan capaian dan
analisa Indikator Kinerja Program yang telah direvisi. Pencapaian Indikator Kinerja Program
tahun 2022 telah menunjukkan capaian yang optimal tetapi masih terdapat gap capaian
antar indikator. Laporan kinerja ini akan menjelaskan secara memadai hasil analisis
terhadap pengukuran Indikator Kinerja Program P2P.
Pada akhirnya, kami berharap dapat memperoleh umpan balik untuk peningkatan kinerja
Ditjen P2P melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar, mulai dari
perencanaan, pengukuran, pelaporan, evaluasi dan pencapaian kinerja, sehingga dapat
menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta
meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas instansi pemerintah yang akuntabel dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
i|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal P2P kepada Menteri
Kesehatan Republik Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung. Laporan Kinerja Ditjen P2P menjabarkan capaian kinerja
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Ditjen P2P, mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dan Rencana Aksi Program Ditjen P2P Tahun
2020-2024. Rata-rata capaian indikator kinerja Ditjen P2P tahun 2022 sebesar 102%
dengan capaian setiap indikator adalah sebagai berikut:
1. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin, tercapai 74.9% dari
target 75% dengan capaian kinerja sebesar 99.9%
2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) tercapai
42% dari target 45% dengan capaian kinerja sebesar 93%
3. Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC, tercapai 68.3% dari target 90%
dengan capaian kinerja sebesar 76%
4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk, telah mencapai 459
Kab/Kota dari target 484 Kab/Kota dengan capaian kinerja sebesar 95%
5. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat, tercapai 82.9% dari target 89% atau dengan
capaian kinerja sebesar 92.7%
6. Persentase pengobatan penyakit menular pada balita, tercapai 71.9% dari target 50%
atau dengan capaian kinerja sebesar 144%
7. Persentase skreening penyakit menular pada kelompok berisiko, tercapai 94% dari
target 95% atau dengan capaian kinerja sebesar 99%
8. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit tropis terabaikan, tercapai
203 Kab/Kota dari target 166 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 122%
9. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM, tercapai 514
Kab/Kota dari target 514 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 100%
10. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko, tercapai 46
Kab/Kota dari target 43 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 107%
11. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan, tercapai
53.11% dari target 40% atau dengan capaian kinerja sebesar 133%
12. Persentase kabupaten/kota yang memiliki laboratorium kesehatan masyarakat dengan
kemampuan surveilans, tercapai 32.5% dari target 39% atau dengan capaian kinerja
sebesar 83%
13. Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi surveillans
berbasis digital, tercapai 61.04% dari target 60% atau dengan capaian kinerja sebesar
102%
14. Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan, tercapai 99.9% dari
target 93% atau dengan capaian kinerja sebesar 107%
15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko penyakit berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan, tercapai 85% dari target 90% atau dengan capaian kinerja sebesar
94%
ii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
16. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
tercapai 35.24 dari target 35.3 atau dengan capaian kinerja sebesar 99.8%
Untuk kinerja keuangan pada tahun 2022, data per 19 Januari 2022 berdasarkan
OMSPAN, 23 Januari 2023, realisasi anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit sebesar Rp. 3.531.420.455.454 dari pagu Rp. 4.043.641.889.000 (87.33%).
iii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
DAFTAR ISI
iv |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.2. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022.......... 9
Grafik 1.3. Distribusi pegawai berdasarkan pendidikan Tahun 2022 .................................. 9
Grafik 1.4. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2022 .... 10
Grafik 1.5. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan Tahun 2022...
.......................................................................................................................... 10
Grafik 1.6. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan Fungsional
Tahun 2022 ....................................................................................................... 11
Grafik 3.7. Cakupan ODHIV on ART di Regional Asia Pasifik Tahun 2021...................... 38
Grafik 3.8. Target dan Capaian Persentase ODHA on ART Tahun 2020-2024 ............... 38
Grafik 3.9. Cascade HIV dan ART sampai desember 2021 .............................................. 39
Grafik 3.10. Capaian Program HIV AIDS untuk indikator 95 – 95 – 95 Tahun 2018–2022 40
Grafik 3.11. Target dan Capaian Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC Tahun 2020-
2024 .................................................................................................................. 45
Grafik 3.12. Cakupan Penemuan dan Pengobatan Kasus TB per Provinsi Tahun 2022 ... 46
Grafik 3.13. Sepuluh Negara dengan Penurunan Jumlah Kasus TB .................................. 47
Grafik 3.14. Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC Tahun 2022 ................................ 48
Grafik 3.15. Capaian Jumlah Kabupaten/Kota mencapai API Malaria < 1/1000 penduduk
Tahun 2018-2022 ............................................................................................. 57
Grafik 3.16. Target dan Capaian Kab/Kota mencapai API < 1/1000 penduduk Tahun 2020-
2024 .................................................................................................................. 57
Grafik 3.17. Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah ........................................................ 58
Grafik 3.18. Persentasi Malaria Positif diobati sesuai standar ............................................ 59
Grafik 3.19. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Tahun 2020-2024 .......................... 70
Grafik 3.20. Persentase Kasus Pneumonia Balita yang diberikan antibiotik ...................... 77
Grafik 3.21. Persentase Kasus Diare yang diberikan oralit dan zinc Tahun 2022.............. 77
Grafik 3.22. Target dan Capaian Persentase Pengobatan Penyakit Menular pada Balita
Tahun 2022-2024 ............................................................................................. 78
Grafik 3.23. Target dan Capaian Persentase skrining Penyakit Menular Pada kelompok
Berisiko Tahun 2020 – 2024 ............................................................................ 84
Grafik 3.24. Persentase skrining Penyakit Menular Pada kelompok Berisiko Berdasarkan
Provinsi Tahun 2022......................................................................................... 84
Grafik 3.25. Persentase Ibu Hamil diskrining Penyakit Menular (Hepatitis B) Berdasarkan
Provinsi Tahun 2022 ......................................................................................... 85
Grafik 3.26. Target dan Capaian Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis terabaikan Tahun 2022–2024 ...................................... 90
Grafik 3.27. Jumlah Kab/Kota berhasil mencapai eliminasi penyakit Infeksi Tropis
Terabaikan per Provinsi Tahun 2022 ............................................................... 91
Grafik 3.28. Capaian Kab/Kota Eradikasi Frambusia Tahun 2021-2022 ............................ 92
Grafik 3.29. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai Eliminasi Tahun
2018-2022 ......................................................................................................... 92
Grafik 3.30. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai Eliminasi Tahun
2022-2024 ......................................................................................................... 93
Grafik 3.31. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko
PTM Tahun 2020-2024..................................................................................... 99
v|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.32. Capaian Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini FR PTM Tahun
2022 .................................................................................................................. 99
Grafik 3.33. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Hipertensi
Tahun 2022 ..................................................................................................... 100
Grafik 3.34. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Diabetes
Mellitus Tahun 2022 ....................................................................................... 101
Grafik 3.35. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Obesitas
Tahun 2022 ..................................................................................................... 102
Grafik 3.36. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim Tahun 2022............................................................................... 103
Grafik 3.37. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Kanker
Payudara Tahun 2022 .................................................................................... 104
Grafik 3.38. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Gangguan
Indera Tahun 2022 ......................................................................................... 105
Grafik 3.39. Kabupaten/Kota yang melakukan Pengendalian Faktor Risiko PTM Tahun
2022 ................................................................................................................ 108
Grafik 3.40. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan Pengendalian Faktor
Risiko PTM Tahun 2022-2024........................................................................ 108
Grafik 3.41. Kab/Kota yang melaksanakan Pandu PTM ≥80% Puskesmas Tahun 2022 109
Grafik 3.42. Target dan Capaian Kab/Kota yang melaksanakan pelayanan terpadu
(Pandu) PTM ≥80% Puskesmas Tahun 2020-2024 ...................................... 110
Grafik 3.43. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Tahun 2022 ..................................................................................................... 111
Grafik 3.44. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Tahun 2020-2024 ..................................................................... 111
Grafik 3.45. Kabupaten/Kota yang melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM) Tahun
2022 ................................................................................................................ 112
Grafik 3.46. Jumlah Kab/Kota yang ≥40% Puskesmasnya Menyelenggarakan Layanan
UBM Tahun 2020-2024 .................................................................................. 113
Grafik 3.47. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi Kualitas
Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024 ..................................................... 116
Grafik 3.48. Proporsi Capaian Kabupaten/Kota yang memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan Tahun 2022 ................................................................................. 117
Grafik 3.49. Target dan Capaian Persentase Kabupaten Kota yang memiliki Labkesmas
dengan kemampuan surveilans Tahun 2022 ................................................. 129
Grafik 3.50. Provinsi dengan 80% Kabupaten/Kota yang telah memiliki labkesmas dengan
mempunyai kemampuan surveilans Tahun 2022 .......................................... 129
Grafik 3.51. Target dan Capaian Persentase Fasyankes terintegrasi sistem surveilans
berbasis digital Tahun 2022-2024 .................................................................. 133
Grafik 3.52. Fasyankes Yang Menggunakan Aplikasi NAR Dan SKDR Tahun 2022 ....... 134
Grafik 3.53. Fasyankes Yang Terintegrasi Puskesmas dan Klinik .................................... 134
Grafik 3.54. Target dan Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk yang dikendalikan
Tahun 2020-2024 ........................................................................................... 138
Grafik 3.55. Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk yang dikendalikan oleh KKP
Tahun 2022 ..................................................................................................... 139
vi |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.56. Target dan Capaian Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan
penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan Tahun 2020 - 2024 ...... 142
Grafik 3.57. Persentase capaian rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang dimanfaatkan Tahun 2022 ................................ 143
Grafik 3.58. Target Dan Capaian Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P Tahun 2020-2024
…..................................................................................................................... 150
Grafik 3.59. Distribusi Pagu Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022 ............. 154
Grafik 3.60. Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen P2P Tahun 2019-2021 ....................... 155
vii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis Program P2P ....................................................... 14
Tabel 2.2. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Pada RAP
Awal Tahun 2020-2024 ......................................................................................... 16
Tabel 2.3. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Pada Revisi
RAP Tahun 2020-2024 ......................................................................................... 17
Tabel 2.4. Indikator Kinerja Program pada Renstra Awal dan Renstra Revisi ..................... 19
Tabel 2.5. Perjanjian Kinerja Awal Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tahun
2022 ....................................................................................................................... 20
Tabel 2.6. Perjanjian Kinerja Revisi Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2022 ........................................................................................................... 21
Tabel 3.1. Target dan Capaian Indikator Program P2P Tahun 2022 .......................................... 24
Tabel 3.2. Capaian Penduduk Berdasarkan Endemisitas 2022 ................................................... 55
Tabel 3.3. Jumlah Kab/Kota dengan API 1/1000 penduduk Tahun 2022 .................................. 55
Tabel 3.4. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Per Provinsi Tahun 2022........................ 69
Tabel 3.5. Proporsi Kasus Kusta Baru Cacat Tingkat 2 secara global........................................ 71
Tabel 3.6. Analisis SWOT untuk Indikator Kabupaten/Kota Memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan Tahun 2022 .................................................................................................... 117
Tabel 3.7. Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi .................................................................... 147
Tabel 3.8. HASIL PENILAIAN MANDIRI RB DITJEN P2P TAHUN 2020-2022...................... 149
Tabel 3.9. Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan Tahun 2022 .................................. 154
Tabel 3.10. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2022.......................... 155
Tabel 3.11. Realisasi Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022 ......................... 155
Tabel 3.12. Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2022 ........................... 156
Tabel 3.13. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2022 .................................... 157
Tabel 3.14. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja Tahun 2022 ............ 159
Tabel 3.15. Nilai Efisiensi Per Indikator Kinerja Tahun 2022 ............................................. 161
viii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit .............................................................................................................. 8
Gambar 3.1. Koordinasi Lintas Kementerian dalam mendukung Program Imunisasi ......... 34
Gambar 3.2. Advokasi dan Sosialisasi Lintas Kementerian untuk Pelaksanaan Imunisasi
Antigen Baru ..................................................................................................... 34
Gambar 3.3. SKB 4 Menteri dan Surat Menko PMK kepada Mendagri ............................... 34
Gambar 3.4. Sosialisasi Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi di Puskesmas 35
Gambar 3.5. Pelaksanaan Monitoring SOS di Daerah dengan Geografis Sulit .................. 35
Gambar 3.6. Orientasi Petugas Introduksi Antigen Baru ..................................................... 35
Gambar 3.7. Pelaksanaan On the Job Training melalui Pembinaan Teknis Program
Imunisasi Rutin ................................................................................................. 36
Gambar 3.8. Desk PWS Imunisasi Rutin .............................................................................. 36
Gambar 3.9. Workshop Modul Kader ................................................................................... 36
Gambar 3.10. Penemuan Kasus Melalui Skrining (Mobile Clinic) ........................................ 42
Gambar 3.11. Bimbingan Teknis ke Layanan ....................................................................... 43
Gambar 3.12. Pelatihan Penggunaan TCM .......................................................................... 50
Gambar 3.13. Pertemuan Advokasi Perpres No 67 tahun 2021 antara Tim Pusat dengan
Sekda dan perwakilan daerah di Provinsi Jawa Barat .................................. 51
Gambar 3.14. Active Case Finding TBC ............................................................................... 52
Gambar 3.15. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2022 ..................................... 54
Gambar 3.16. Pemeriksaan uji silang di lab RSUD Wates dan diskusi dengan tim di
Puskesmas Samigaluh I................................................................................. 61
Gambar 3.17. Surveilans dan Pengendalian Faktor Risiko Malaria di Kab. Pesawaran dan
Kab. Sorong Tahun 2022 ............................................................................... 63
Gambar 3.18. Peta Sebaran Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat .............................. 68
Gambar 3.19. Sosialisasi ISPA pada kegiatan Germas di Sulawesi Selatan ...................... 80
Gambar 3.20. Germas dalam Sosialisasi Pengobatan Diare di Kota Surabaya .................. 81
Gambar 3.21. Seminar dan deteksi dini Hepatitis ................................................................ 87
Gambar 3.22. Advokasi Kepala Daerah untuk Pembangunan Air Minum dan Sanitasi .... 120
Gambar 3.23. Advokasi kepada pemangku kepentingan melalui deklarasi SBS yang
disinergikan dengan kegiatan Sail Wakatobi dan Program Intervensi Kesling
di Desa.......................................................................................................... 122
Gambar 3.24. Advokasi dan membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan agar
penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS merata di Indonesia.............. 123
ix |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan kinerja Ditjen P2P akan menjelaskan secara memadai hasil analisis terhadap
capaian program, permasalahan dan tantangan serta strategi pemecahan masalah.
Penyusunan Laporan Kinerja merupakan wujud melaksanakan Perpres No. 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan dan
RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Tujuan
penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal P2P adalah untuk:
1|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
1. Memberikan informasi kinerja Ditjen P2P selama tahun 2021 yang telah
ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban Ditjen P2P dalam mencapai sasaran/tujuan
strategis instansi.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Ditjen P2P untuk
meningkatkan kinerjanya.
4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah
satu agenda penting dalam reformasi pemerintah.
5. Sebagai alat dan bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Ditjen P2P dimasa
depan.
B. ISU STRATEGIS
Selain itu terjadi perubahan penyebab utama Disability Adjusted Life Years (DALYs)
lost. 10 penyebab utama DALYs di Indonesia tahun 2019 adalah stroke (4,0%;
3.280 per 1000 penduduk), ischaemic heart disease (2,8%; 2.330 per 1000
penduduk), tuberculosis (2.2%; 1.840 per 1000 penduduk), neonatal condition
(2,1%; 1.710 per 1000 penduduk), diabetes mellitus (1,8%; 1.4461 per 1000
penduduk), cirrhosis of the liver (1,2%; 961 per 1000 penduduk), diarrhoeal
diseases (1,0%; 802 per 1000 penduduk), chronic obstructive pulmonary disease
(1,0%; 787 per 1000 penduduk), lower respiratory infections (0,9%; 776 per 1000
penduduk) dan HIV/AIDS (0,9%; 752 per 1000 penduduk). Hampir sama dengan di
dunia, lebih dari setengah DALYs lost di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak
menular (69%) diantaranya 10,9% disebabkan oleh stroke, 8,6% malignant
neoplasms dan 7,7% ischaemic heart disease (GDB 2019; WHO 2019). Tekanan
darah sistolik tinggi, tembakau, risiko diet, glukosa plasma puasa tinggi, dan indeks
massa tubuh yang tinggi merupakan lima risiko utama yang berkontribusi terhadap
penurunan kesehatan yang diukur sebagai DALY pada tahun 2019 (GDB 2019).
2|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Kenaikan prevalensi PTM ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok,
kurang aktivitas fisik serta kurang konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013
prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2%
(Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Demikian
juga proporsi kurangnya aktivitas fisik meningkat dari 26,1% menjadi 33,5%, dan
0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Tren ini juga diikuti dengan
peningkatan penduduk di Indonesia yang cenderung memiliki berat badan lebih
(overweight) atau bahkan obesitas dari tahun ke tahun. Overweight meningkat dari
8,6% di tahun 2007 menjadi 13,6% di tahun 2018, obese meningkat dari 10,5% di
tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018. Sementara itu juga tercatat lebih dari
95,5% masyarakat Indonesia yang berusia lebih dari 5 tahun mengkonsumi kurang
dari 5 porsi buah dan sayur dalam sehari. Balitbangkes Kemenkes merilis data
terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa
40,6% pelajar di Indonesia usia 13-15 tahun, 2 dari 3 anak laki-laki dan hampir 1
dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau. Selain itu,
19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan tidak
dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka
dapat membeli rokok secara eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari
10 pelajar melihat iklan atau promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam
30 hari terakhir, dan sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau
media sosial.
2. Penyakit Menular
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi menular seksual (IMS)
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia, dan meluas
hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Kasus HIV di kawasan Asia
Tenggara menyumbang 10% dari total beban HIV di seluruh dunia. Di Indonesia
pada tahun 2020 diperkirakan jumlah orang yang hidup dengan HIV (ODHIV)
berjumlah 543.100 orang. Jumlah ini menurun dari angka sebelumnya pada tahun
2016 sebesar 643.443 ODHIV. Infeksi baru HIV di Indonesia terus mengalami
penurunan, sejalan dengan penurunan infeksi baru HIV global. Namun demikian,
penurunan infeksi baru ini belum sebanyak yang diharapkan. Pada populasi kunci
tertentu (LSL dan waria) terjadi peningkatan infeksi baru HIV.
Perilaku (STBP) populasi kunci tahun 2018 menunjukkan prevalensi HIV pada
populasi kunci di atas 10%. Terjadi pergeseran pola penularan HIV di mana pada
awal tahun 2000 penularan HIV pada penggunaan jarum suntik bersama di
kalangan Penasun, sedangkan pada tahun 2020 penularan melalui hubungan
seksual merupakan cara penularan HIV utama. Epidemi HIV di Tanah Papua
(Provinsi Papua dan Papua Barat) merupakan epidemi meluas tingkat rendah,
dengan angka prevalensi HIV pada populasi umum sebesar 2,3% (STBP Tanah
Papua, 2013). Kecenderungan prevalensi HIV lebih tinggi (2,9%) terjadi di wilayah
pegunungan dan populasi suku Papua, sementara di dataran rendah dan
perkotaan, prevalensi berada di bawah 2,3%.
Tujuan pengendalian HIV AIDS pada tahun 2030 adalah mencapai three zero yaitu
zero new infection, zero AIDS related death dan zero discrimination yang dilakukan
melalui program STOP (Suluh, Tes, Obati dan Pertahankan). Target TOP tahun
2030 sebesar 95-95-95 yaitu 95% orang dengan HIV mengetahui status HIV nya,
95% orang dengan HIV AIDS mendapatkan pengobatan dan 95% orang yang
mendapatkan pengobatan HIV tersupresi virusnya.
Pada tahun 2021, secara global diperkirakan sebanyak 10,6 juta kasus TBC,
meningkat sekitar 4,5% dibandingkan pada tahun 2020 sebanyak 10,1 juta kasus.
Dengan demikian angka insidensi meningkat sekitar 3,6% dari tahun 2020. Beban
kasus TBC kebal obat juga meningkat dari tahun 2020 menjadi 450.000 pada tahun
2021. Estimasi beban TBC selama pandemi Covid-19 hanya dapat ditentukan
berdasarkan model dinamika negara dan regional bagi negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah. Survei beban kasus TBC dan penyebab
kematian terkini dengan cakupan populasi nasional dari sistem registrasi vital
nasional dengan cakupan yang besar juga diperlukan untuk memperkirakan
dampak pandemi yang lebih akurat. Berdasarkan letak geografisnya, kasus TBC
pada tahun 2021 paling banyak di regional Asia Tenggara (45%), Afrika (23%) dan
Pasifik Barat (18%), dan persentase yang sedikit di Timur Tengah (8,1%), Amerika
(2,9%) dan Eropa (2,2%). Ada 8 negara dengan jumlah kasus dua per tiga dari total
kasus global, yaitu India (28%), Indonesia (9,2%), Cina (7,4%), Filipina (7,0%),
Pakistan (5,8%), Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik
Kongo (2,9%).
Data WHO yang dimuat pada Global TB Report 2021, memperlihatkan indikator
yang dipakai dalam mencapai tujuan “End the Global TB epidemic” adalah jumlah
kematian akibat TBC per tahun, angka kejadian (incidence rate) per tahun serta
persentase rumah tangga yang menanggung biaya pengobatan TBC. Menurut TB
Global Report tahun 2022 untuk Indonesia, angka kejadian (insidensi) TBC tahun
2021 adalah 354 per 100.000 (sekitar 969.000 pasien TBC), dan 2,27% (22.000
kasus) di antaranya dengan TB/HIV. Angka kematian TBC adalah 52 per 100.000
penduduk (jumlah kematian 144.000) tidak termasuk angka kematian akibat
TB/HIV. WHO memperkirakan ada 28.000 kasus Multi Drug Resistance
(MDR) di Indonesia.
4|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Menurut World Malaria Report (WMR) tahun 2022 secara global, diperkirakan
terdapat 247 juta kasus malaria pada tahun 2021, meningkat dari 245 juta pada
tahun 2020, dengan sebagian besar peningkatan ini berasal dari negara-negara di
wilayah Afrika. Negara Afrika menyumbangkan sekitar 234 juta (95%) kasus global
pada tahun 2021. Wilayah Asia tenggara menyumbang sekitar 2% dari beban kasus
malaria secara global. Kasus malaria di wiayah Asia Tenggara berkurang 76% dari
23 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 5 juta pada tahun 2021. Indonesia
menyumbangkan kasus malaria terbesar kedua setelah India di wilayah region Asia
Tenggara, dengan estimasi kasus oleh WHO sebesar 811.636 pada tahun 2021.
Berdasarkan laporan rutin malaria menunjukkan terdapat peningkatan kasus
malaria sekitar 30% di Indonesia dari 304.607 tahun 2021 menjadi 400.253 seluruh
kasus positif di Indonesia pada tahun 2022 dengan kasus terbesar terdapat di
Provinsi Papua yang berkontribusi menyumbang kasus positif sebanyak 356.889
(90%) dari kasus nasional.
Sebanyak 863 juta orang di 47 negara di seluruh dunia hidup di daerah endemis
penyakit filariasis dan beresiko tertular penyakit ini. Indonesia telah menetapkan
236 kabupaten/kota di 28 provinsi sebagai daerah endemis filariasis. Program
eliminasi filariasis menjadi memiliki agenda utama yaitu melaksanakan kegiatan
Pemberian Obat Pencegahan secara Massal Filariasis untuk memutus rantai
penularan Filariasis pada penduduk di semua Kabupaten/Kota Endemis Filariasis
serta tatalaksana kasus kronis filariasis. Pada tahun 2021, sebanyak 123.866 kasus
frambusia telah dilaporkan terjadi di 13 negara di dunia. Frambusia juga diketahui
tercantum dalam rencana nasional penanggulangan penyakit pada 4 negara,
termasuk Indonesia. Disebutkan bahwa untuk dapat mendapatkan sertifikasi
eradikasi frambusia, nantinya suatu negara harus dapat membuktikan ketiadaan
frambusia dengan melaporkan hasil surveilans aktif dan survei serologi pada anak-
anak.
Penyakit rabies endemis di lebih dari 150 negara di seluruh dunia. Meskipun rabies
dapat dicegah, penyakit ini diperkirakan membunuh 59.000 orang di dunia setiap
tahunnya. Sekitar 40% dari korban rabies adalah anak-anak berusia di bawah 15
tahun di Asia dan Afrika. Sembilan puluh sembilan persen dari kasus manusia di
Asia dan Afrika disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi. Sebelumnya, respon
5|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
global terhadap rabies masih terfragmentasi dan tidak terkoordinasi. Tahun 2016,
untuk pertama kalinya Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), Badan
Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization), Badan
Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties), dan Global Alliance
for Rabies Control (GARC) bergabung untuk mendukung negara-negara di seluruh
dunia dalam mempercepat aksi-aksi menuju eliminasi rabies yang ditularkan oleh
anjing tahun 2030
Dalam rangka mencapai terwujudnya visi Presiden yakni “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”, maka
telah ditetapkan 9 (sembilan) misi Presiden tahun 2020-2024, yakni:
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing;
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya;
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga;
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.
4. Pembudayaan GERMAS;
5. Memperkuat Sistem Kesehatan.
Untuk mewujudkan tercapainya visi, Ditjen P2P telah menetapkan misi tahun 2022-
2024 yang merupakan penjabaran misi Presiden dan Kementerian Kesehatan yakni:
1. Peningkatan Deteksi, Pencegahan dan Respon Penyakit;
2. Perbaikan Kualitas Lingkungan;
3. Penguatan sistem surveilans berbasis laboratorium penyakit dan faktor risiko;
4. Penguatan sistem tata kelola kesehatan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun 20202
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
4. Direktorat Pengelolaan Imunisasi;
5. Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan; dan
6. Direktorat Penyehatan Lingkungan.
Struktur organisasi Ditjen P2P mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
7|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan digambarkan dalam grafik dibawah ini:
Gambar 1.1.
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Berdasarkan grafik diatas, maka jumlah pegawai Ditjen P2P terbanyak pada
kelompok Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II yaitu 1.656 orang. Jumlah tersebut
8|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
terdiri dari 26 Satker. Selanjutnya diikuti Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I yaitu
1791 orang dan paling sedikit pada KKP Kelas IV.
Distribusi pegawai dengan kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur
36-40 tahun sebanyak 896 orang dan diikuti kelompok umut 41-45 tahun
sebanyak 858 orang. Sedangkan kelompok umur paling sedikit yaitu pada
kelompok umur ≥56 tahun yaitu 218 orang.
Berdasarkan grafik di atas, maka jabatan terbanyak pada Ditjen P2P adalah
jabatan fungsional sebanyak 2.712 orang (60%), jabatan pelaksana sebanyak
10 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
1.666 orang (37%) dan struktural sebanyak 136 orang (3%). Adapun jumlah
jabatan fungsional tertentu yang berada di Ditjen P2P dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:
F. SISTEMATIKA PENULISAN
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada
aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang
dihadapi organisasi.
11 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi.
b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.
4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah
di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerja.
12 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Selain itu, revisi Renstra juga dilakukan karena terjadinya pandemi Covid-19
sehingga dibutuhkan kebijakan dan strategi untuk menghadapi perubahan yang
terjadi dari berbagai sektor dan Kemenkes itu sendiri. Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sebagai salah satu program di Kemenkes yang terkait
langsung dengan pengendalian pandemi memiliki peran kunci untuk menjamin
dimasa depan kejadian Pandemi COVID-19, dan penyakit lain tidak terjadi serta
menjamin semua program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dapat berjalan
sesuai dengan tahapan pengendalian penyakit baik reduksi, eliminasi Maupin
Eradikasi. Saat ini, tantangan utama program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit adalah pengendalian COVID-19 melalui upaya Deteksi dan Vaksinasi.
Selain itu kejadian pandemi juga mempengaruhi perubahan waktu pencapaian target
pengendalian penyakit. Beberapa panyakit yang seharusnya sudah masuk dalam
tahapan reduksi, eliminasi dan eradikasi menjadi tertunda sejak terjadinya panemi
tahun 2020-2021.
13 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dalam revisi RAP Ditjen P2P, telah ditetapkan 13 sasaran strategis Ditjen P2P yakni:
Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis Program P2P
No Tujuan Sasaran Strategis Program
Guna mencapai sasaran strategis, disusun arah kebijakan Ditjen P2P yakni
mendukung Sistem Kesehatan yang tangguh, dengan penekanan pada perluasan
dan penambahan jenis vaksinasi, penemuan dan tatalaksana kasus penyakit menular
di masyarakat dan pelayanan kesehatan (primer dan rujukan), meningkatkan skrining
dan tatalaksana Penyakit Tidak Menular di pelayanan primer, surveilans berbasis
laboratorium dan peningkatan kualitas lingkungan serta penyelenggaraan kesehatan
dengan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi. Arah kebijakan program P2P kemudian dirincikan dalam strategi
peningkatan pengendalian penyakit, melalui peningkatan pengendalian penyakit
dengan perhatian khusus pada jantung, stroke, hipertensi, diabetes, kanker,
tuberkulosis, malaria, HIV/AIDS, emerging diseases, penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis,
schistosomiasis), dan gangguan penglihatan. Selengkapnya strategi ini mencakup:
14 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit utama, seperti diet tidak
sehat, merokok, kurang aktivitas fisik, menggunakan tembakau dan alkohol;
termasuk perluasan cakupan deteksi dini, penguatan surveilans real time,
pengendalian vektor, dan perluasan layanan berhenti merokok;
2. Penguatan health security terutama peningkatan kapasitas untuk pencegahan,
deteksi, dan respons cepat terhadap ancaman penyakit termasuk penguatan
sistem kewaspadaan dini (early warning systems) kejadian luar biasa dan
karantina kesehatan;
3. Peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan serta penguatan tata
laksana penanganan penyakit;
4. Pengendalian resistensi antimikroba;
5. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penguatan sanitasi
total berbasis masyarakat.
15 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Indikator Kinerja Program Ditjen P2P tahun 2020-2024 pada RAB awal digambarkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada RAP Awal Tahun 2020-2024
TARGET
SASARAN INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024
Menurunnya 1. Persentase Orang 40 45 50 55 60
penyakit Dengan HIV-AIDS yang
menular, menjalani Terapi ARV
penyakit tidak (ODHA on ART)
menular serta 2. Persentase angka 90 90 90 90 90
meningkatnya keberhasilan pengobatan
kesehatan jiwa TBC (TBC succes rate)
3. Jumlah kabupaten/kota 325 345 365 385 405
yang mencapai eliminasi
malaria
4. Jumlah kabupaten/kota 416 436 458 482 514
dengan eliminasi kusta
5. Jumlah kabupaten/kota 80 93 106 150 190
endemis filariasis yang
mencapai eliminasi
6. Jumlah kabupaten/kota 50 100 175 275 350
yang melakukan
pencegahan perokok usia
< 18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota 52 129 232 360 514
yang melakukan
pencegahan dan
pengendalian PTM
8. Persentase 79,3 83,8 87,9 91,6 95
kabupaten/kota yang
mencapai 80% imunisasi
dasar lengkap anak usia
0-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota 330 380 430 480 514
yang melaksanakan
deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan napza
10 Persentase 56 65 74 83 86
. kabupaten/kota yang
mempunyai kapasitas
dalam pencegahan dan
pengendalian KKM
11 Jumlah kabupaten/kota 42 172 283 383 472
. yang mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis
16 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
TARGET
SASARAN INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024
terabaikan
12 Persentase faktor resiko 86 89 93 97 100
. penyakit di pintu masuk
yang dikendalikan
13 Persentase rekomendasi 80 85 90 95 100
hasil surveilans faktor
risiko dan penyakit
berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan
Pada revisi Renstra dan RAP Ditjen P2P, Indikator Kinerja Program Ditjen P2P
mengalami perubahan yang digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada Revisi RAP Tahun 2020-2024
Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024
A Sasaran Program: Meningkatnya upaya 34 Provinsi
pencegahan penyakit
17 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024
18 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024
Tabel dibawah ini menunjukkan pembandingan perubahan IKP pada Renstra awal dengan
Renstra Revisi:
Tabel 2.4. Indikator Kinerja Program pada Renstra Awal dan Renstra Revisi
IKP semua (Renstra awal) IKP menjadi (Renstra Revisi)
1. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS 1. Persentase cakupan penemuan dan
yang menjalani Terapi ARV (ODHA on pengobatan kasus HIV (ODHA on
ART) ART)
B. PERJANJIAN KINERJA
20 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
3. Jumlah kabupaten/kota yang 365 kab/kota
mencapai eliminasi malaria
4. Jumlah kabupaten/kota dengan 458 kab/kota
eliminasi kusta
5. Jumlah kabupaten/kota endemis 106 kab/kota
filariasis yang mencapai eliminasi
6. Jumlah kabupaten/kota yang 175 kab/kota
melakukan pencegahan perokok
usia < 18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota yang 232 kab/kota
melakukan pencegahan dan
pengendalian PTM
8. Persentase kabupaten/kota yang 87,9%
mencapai 80% imunisasi dasar
lengkap anak usia 0-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota yang 430
melaksanakan deteksi dini kab/kota
masalah kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan napza
10. Persentase kabupaten/kota yang 74%
mempunyai kapasitas dalam
pencegahan dan pengendalian
KKM
11. Jumlah kabupaten/kota yang 283 kab/kota
mencapai eliminasi penyakit
infeksi tropis terabaikan
12. Persentase faktor resiko penyakit 93%
di pintu masuk yang dikendalikan
13. Persentase rekomendasi hasil 90%
surveilans faktor risiko dan
penyakit berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan
2 Meningkatnya koordinasi 14. Nilai Reformasi Birokrasi 79,32
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
pemberian dukungan
manajemen Kementerian
Kesehatan
Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
4. Meningkatnya kabupaten/ 4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 484
kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk
eliminasi malaria
5. Meningkatnya 5. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 89%
kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi kusta
6. Meningkatnya 6. Persentase pengobatan penyakit 50%
pencegahan dan menular pada Balita
pengendalian penyakit 7. Persentase skreening penyakit menular 95%
menular pada kelompok berisiko
8. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 166
eliminasi peyakit tropis terabaikan
7. Tidak meningkatnya 9. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 514
prevalensi obesitas pada deteksi dini faktor risiko PTM
penduduk usia > 18
tahun
8. Menurunnya persentase 10. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 43
merokok penduduk usia pengendalian faktor risiko
10-18 tahun
9. Meningkatnya jumlah 11. Persentase kabupaten/kota yang 40%
kabupaten/kota sehat memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
22 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
23 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Tabel 3.1. Target dan Capaian Indikator Program P2P Tahun 2022
NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN KINERJA
1 Persentase kabupaten/kota yang 75% 74.9% 99.9%
mencapai target imunisasi rutin
2 Persentase cakupan penemuan dan 45% 42% 93%
pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)
3 Cakupan penemuan dan pengobatan 90% 68.3% 76%
kasus TBC
4 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 484 459 95%
API < 1/1000 penduduk
5 Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 89% 82.9% 92.7%
6 Persentase pengobatan penyakit menular 50% 71.9% 144%
pada Balita
7 Persentase skreening penyakit menular 95% 94% 99%
pada kelompok berisiko
8 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 166 203 122%
eliminasi peyakit tropis terabaikan
9 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 514 514 100%
deteksi dini faktor risiko PTM
10 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 43 46 107%
pengendalian faktor risiko
11 Persentase kabupaten/kota yang 40% 53.11% 133%
memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
12 Persentase kabupaten/kota yang memiliki 39% 32.35% 83%
laboratorium kesehatan masyarakat
dengan kemampuan surveilans
13 Persentase fasyankes yang telah 60% 61.04% 102%
terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital
14 Persentase faktor risiko penyakit dipintu 93% 99.9% 107%
masuk yang dikendalikan
15 Persentase rekomendasi hasil surveilans 90% 85% 94%
24 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Gambaran atas upaya peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit pada tahun
2022 dijelaskan pada 16 Indikator Kinerja Program P2P di bawah ini:
25 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Selanjutnya, penting untuk menjaga cakupan status imunisasi T2+ pada ibu
hamil dalam kategori tinggi di tingkat kabupaten/kota.
b. Definisi Operasional
Persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin yaitu jumlah
kabupaten/kota yang minimal 2 indikator kegiatan mencapai target (Cakupan
IDL, cakupan Antigen Baru, Cakupan Imunisasi Lanjut Baduta, Imunisasi lanjutan
lengkap di usia sekolah dan cakupan WUS yang memiliki status T2+). Adapun
defenisi operasional dan target indikator komposit Persentase kabupaten/kota
yang mencapai target imunisasi rutin adalah sebagai berikut:
1) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat IDL dengan target 80%
adalah Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap meliputi 1 dosis Hepatitis B pada usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis
Polio tetes (bOPV), 1 dosis Polio suntik (IPV), 3 dosis DPT-HB-Hib, serta 1
dosis Campak Rubela (MR) di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
2) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru dengan target
80% adalah Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi
dasar antigen baru, meliputi imunisasi PCV dan imunisasi rotavirus sesuai
dosis jenis vaksin yang digunakan dalam kurun waktu satu tahun.
3) Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta
dengan target 80%, adalah Persentase anak usia 12-24 bulan yang
mendapat imunisasi lanjutan baduta (bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis
imunisasi DPT-HB-Hib serta 1 dosis imunisasi Campak Rubela di satu
wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
4) Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia
sekolah dasar dengan target 70%, adalah Persentase anak usia kelas 6
Sekolah Dasar (SD) yang sudah mendapat imunisasi lanjutan lengkap
meliputi 1 dosis imunisasi DT, 1 dosis imunisasi Campak Rubela, 2 dosis
imunisasi Td di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
5) Persentase wanita usia subur yang memiliki status imunisasi T2+ dengan
target 60%, adalah Persentase ibu hamil yang sudah memiliki status
imunisasi T2+ di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah Kab/Kota yang mencapai target
Persentase IDL dan minimal salah satu target
Kabupaten/Kota cakupan antigen baru, lanjut baduta,
yang mencapai lanjutan lengkap di usia sekolah dan x 100%
=
imunisasi rutin cakupan WUS yang memiliki status T2+
Jumlah Kab/Kota
d. Capaian Indikator
Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang mencapai imunisasi rutin merupakan
indikator baru dalam Renstra Revisi Tahun 2022. Indikator ini menggambarkan
kinerja program imunisasi di Kabupaten/Kota. Indikator persentase
kabupaten/kota mencapai target imunisasi rutin merupakan komposit dari
beberapa indikator dalam program imunisasi yaitu Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL), Imunisasi Lanjutan Baduta, Imunisasi Antigen Baru, Imunisasi pada Anak
Usia Sekolah dan Status Imunisasi T2+ pada Wanita Usia Subur (WUS).
Dari grafik diatas terlihat bahwa capaian tahun 2022 tidak tercapai dengan gap
yang sangat kecil antara target dan capaian, dengan upaya yang lebih optimal
maka diperkirakan target indikator tahun 2023-2024 akan dapat tercapai. Faktor
utama yang mempengaruhi tidak tercapainya indikator imunisasi rutin
disebabkan oleh indikator Kab/Kota yang mencapai Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) sebagai indikator komposit utama capaiannya hanya 78.4%
27 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dari grafik diatas terlihat bahwa semua indikator komposit imunisasi rutin tidak
mencapai target pada tahun 2022 dengan capaian terendah pada persentase
Kab/Kota yang mencapai target Imunisasi Td WUS Tahun 2020-2022 (49%) dan
capaian tertinggi pada persentase Kab/Kota yang mencapai 80% Imunisasi
Dasar Lengkap (78.4%). Indikator Imunisasi Dasar Lengkap sebagai indikator
komposit utama tidak mencapai target sehingga meskipun capaian indikator
komposit pendukung mencapai target tetapi tidak dapat mengungkit capaian
imunisasi rutin. Adapun capaian indikator persentase Kab/kota dengan 80% IDL
tahun 2020-2022 digambarkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 3.3. Persentase Kab/Kota dengan 80% Bayi Usia 0-11 Bulan
Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2020-2022
28 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik diatas menunjukkan bahwa Persentase Kab/Kota dengan 80% bayi usia
0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap meningkat selama 3 tahun
terakhir yakni 56,2% atau 289 Kab/Kota pada tahun 2020, menjadi 60.3% atau
310 Kab/Kota pada tahun 2021 dan 78.4% atau 403 Kab/Kota pada tahun 2022.
Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator Kab/Kota yang mencapai 80%
anak usia 12-23 bulan mendapat imunisasi lanjutan campak tidak mencapai
target setiap tahunnya, dengan capaian tertinggi pada tahun 2022 (61.1%) dan
terendah pada tahun 2020 (28.6%). Pandemi COVID-19 menjadi salah satu
penyebab rendahnya capaian target imunisasi lanjutan campak rubella.
Pemberian imunisasi Td pada WUS dan ibu hamil di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 2010 untuk menggantikan pemberian imunisasi TT yang telah
dilakukan tahun 1990-an. Penggantian ini dilakukan sebagai upaya perlindungan
dari infeksi penyakit tetanus dan difteri bagi WUS khususnya ibu hamil.
Penapisan terhadap status yang belum optimal mengakibatkan monitoring dan
evaluasi hanya ditujukan pada persentase cakupan, dengan target tahunan
29 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Pada grafik di atas, terlihat adanya gap yang sangat besar antara target
kabupaten/kota yang harus mencapai minimal cakupan 60% imunisasi Td2+
pada ibu hamil dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berhasil mencapai
target. Capaian tertinggi pada tahun 2022 (49%) dan terendah pada tahun 2021
(20.8%). Capaian persentase Kab/Kota yang mencapai target imunisasi Td WUS
Tahun 2022 tidak tercapai (49%)
Pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar telah dilakukan sejak tahun 1980-
an melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Hingga saat ini telah
mengalami pengembangan baik usia sasaran/tingkat sekolah maupun vaksin
yang diberikan. Pemberian imunisasi pada BIAS ditujukan pada anak
SD/sederajat kelas 1 yang mendapat imunisasi Campak Rubela dan DT, kelas 2
dan kelas 5 mendapatkan imunisasi Td. Pada beberapa provinsi dan
kabupaten/kota terpilih bahkan telah dilakukan introduksi imunisasi HPV bagi
siswi kelas 5 dan 6 SD/sederajat. Target program ditetapkan dengan
mempertimbangkan konsep kekebalan kelompok pada anak sekolah yang rentan
penularan PD3I karena berkumpul dalam satu waktu yang sama dan dalam
jumlah besar, serta kemudahan dalam menjangkau sasaran yang telah
berkumpul tersebut. Dalam upaya pemerataan cakupan imunisasi BIAS yang
tinggi dan merata, maka ditetapkan target 70%. Capaian indikator Kab/Kota yang
30 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
mencapai target 70% cakupan imunisasi BIAS digambarkan dalam grafik berikut
ini:
Grafik 3.6. Persentase Kabupaten/Kota yang Mencapai Target Persentase
Imunisasi Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Tahun 2020-2022
Pada grafik di atas, terlihat adanya gap yang sangat besar antara target
kabupaten/kota yang harus mencapai minimal cakupan 70% imunisasi BIAS
dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berhasil mencapai target. Selain itu,
selama 3 tahun (2020-2022) capaian indikator ini mengalami peningkatan. Tahun
2020-2021, gap yang sangat besar terjadi karena kondisi pandemi COVID
mempengaruhi aktivitas sekolah tetapi peningkatan cakupan dari 28.8% menjadi
73.7% atau sebesar 155.9% pada tahun 2022 karena aktvitas sekolah telah
berjalan optimal.
33 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1) Melakukan koordinasi intensif dengan lintas Kementerian (Kementerian
Koordinator Bidang PMK, Kementerian dalam Negeri, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama, dan
Kementerian PPA) untuk mendapatkan dukungan mengenai imunisasi.
Kegiatan ini menghasilkan SKB 4 Menteri tentang Peningkatan Status
Kesehatan Peserta Didik untuk mendukung layanan imunisasi khususnya
imunisasi pada peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/bentuk lain
sederajat, dan Surat Menko Bidang PMK kepada Mendagri untuk
menerbitkan instruksi kepada kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota
agar melakukan beberapa upaya yang mendukung peningkatan cakupan
imunisasi.
Gambar 3.3. SKB 4 Menteri dan Surat Menko PMK kepada Mendagri
34 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
35 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
I
Gambar 3.8. Desk PWS Imunisasi Rutin
36 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Defenisi Operasional
Jumlah total orang dengan HIV yang ditemukan masuk dalam layanan tes dan
pengobatan yang masih mendapatkan pengobatan Anti Retro Virus (ART).
Angka ini menggambarkan temuan kasus HIV disuatu wilayah pada waktu
tertentu dan mendapatkan penanganan
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah total orang dengan HIV yang
ditemukan masuk dalam layanan tes dan
Persentase Cakupan pengobatan yang masih mendapatkan
Penemuan dan pengobatan Anti Retro Virus (ART)
Pengobatan Kasus x 100%
=
HIV (ODHA on ART) jumlah orang dengan HIV yang ditemukan
dalam kurun waktu tertentu
d. Capaian Indikator
Tahun 2021, Orang Dengan HIV (ODHIV) on ART yang terlaporkan pada Global
AIDS Monitoring (GAM) tahun 2021 diantara perkiraan ODHIV di Indonesia
mencapai 28% diantara negara-negara di Regional Asia Pasifik. Cakupan
tertinggi pada negara Thailand (86%) dan terendah pada negara Afganistan
(10%). Secara lengkap dapat terlihat pada grafik cakupan ODHIV on ART
dibawah ini:
37 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.7. Cakupan ODHIV on ART di Regional Asia Pasifik Tahun 2021
Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023
38 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dari grafik diatas terlihat selama 2 tahun berturut-turut yakni tahun 2021-2022
capaian ODHA on ART tidak mencapai target. Capaian terendah pada tahun
2021 yakni sebesar 39% dan menurun dari tahun 2020, penurunan capaian ini
terkait dengan pandemic COVID-19 sehingga angka Lost to follow up
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertambahan ODHA baru pada tahun
2021 yang mendapatkan pengobatan ARV. Kondisi pandemi yang melandai
pada tahun 2022 menyebabkan terjadinya peningkatan capaian pada tahun
2022. Dengan fluktuatifnya capaian ODHA on ART selama 3 tahun terakhir maka
diperkirakan capaian tahun 2023-2024 tidak berjalan on track dan perlu upaya
keras untuk mencapai target tersebut.
Data kaskade HIV dan ART sampai Desember 2022 menunjukkan dari estimasi
ODHIV sebanyak 526.841 orang, diketahui ODHIV yang masih hidup dan
mengetahui status sebesar 81% yaitu 429.215 orang. ODHIV yang sedang
mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 179.659 (42%) dan yang di tes viral
load pada tahun 2022 sebanyak 36.821 dimana 91,1% virusnya tersupresi.
Secara lengkap dalam grafik berikut ini:
Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023
Berdasarkan data dari sistem informasi HIV, dari tahun 2018 – 2022,
pertambahan ODHIV baru terlihat menurun pada tahun 2020 – 2021 dan pada
tahun 2022, tercatat temuan kasus sebesar 42.005 menjadi 428.215 orang
mengetahui status dan masih hidup (81%). Jumlah perkiraan ODHIV pada tahun
2020 sebanyak 543.100 orang. Untuk ODHIV yang mengetahui status dan
mendapatkan pengobatan ARV, terjadi penurunan pada tahun 2021 dan pada
tahun 2022 terdapat 42% ODHIV mendapatkan pengobatan. Tahun 2020–2021,
situasi pandemic Covid-19 mempengaruhi temuan kasus dan pengobatan ARV
bagi ODHIV yang telah terdiagnosa terinfeksi HIV. Untuk pemantauan
pengobatan ARV, dilakukan pemeriksaan viral load, pada ODHIV yang baru,
pemeriksaan ini dilakukan setelah minimal mendapatkan ARV selama 6 bulan,
12 bulan dan seterusnya setiap tahunnya. Pada pemeriksaan ini diharapkan
virus ODHIV yang dalam pengobatan ARV tersupresi. Grafik berikut memberikan
gambaran pemeriksaan Viral load pada ODHIV yang mendapatkan pengobatan
ARV masih rendah. Data menunjukkan baru 19% (33.538 orang) ODHIV
39 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023
3. Keterbatasan waktu layanan HIV dan IMS hanya pada jam kerja.
Angka Orang yang terdiagnosa HIV berada pada usia produktif yaitu 20 – 49
tahun, dimana ODHIV yang bekerja kesulitan untuk akses fasyankes pada
jam kerja tersebut.
6. Pengetahuan ODHIV, keluarga dan masyarakat terkait HIV dan PIMS yang
belum optimal
Orang dengan HIV, keluarga dan masyarakat pada umumnya diharapkan
memiliki pengetuan yang baik terkait HIV dan PIMS. Pengetahuan ini akan
mendorong setiap orang melakukan upaya pencegahan penularan dan
menularkan kepada orang lain sekaligus mendukung pengendalian HIV.
Pengetahuan yang baik juga diharapkan dapat menekan stigma dan
diskriminasi yang berhubungan dengan HIV dan PIMS.
7. Masih terdapat stigma dan diskriminasi tentang HIV dan PIMS baik eksternal
maupun internal ODHIV sendiri.
Stigma dan diskriminasi akan mempengaruhi seseorang untuk datang ke
fasyankes untuk mendapatkan layanan Kesehatan yang berhubungan dengan
HIV dan PIMS.
41 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
3) Mentoring Klinis
Penguatan dan peningkatan kualitas layanan Kesehatan dalam memberikan
layanan tes dan pengobatan HIV dan PIMS juga dilakukan melalui mentoring.
Mentoring ini dilakukan oleh para mentor yang telah dibentuk baik di tingkat
Pusat (kementerian Kesehatan), Provinsi dan Kabupaten Kota. Prioritas
mentoring diberikan kepada layanan yang baru dikembangkan. Layanan yang
telah berjalan namun terjadi pergantian petugas dan layanan yang
membutuhkan dukungan mentoring dengan berbagai tantangan yang
dihadapi.
5) Bimbingan teknis
Menjalankan tugas dan fungsi yang ada, dilakukan bimbingan teknis secara
berjenjang ke Dinas Kesehatan, fasyankes dan mitra terkait dalam penerapan
kebijakan pemerintah. Bimbingan ini dilaksanakan secara periodik dan terukur
untuk melihat progres implementasi Program.
42 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
43 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1) Perluasan layanan mampu tes dan pengobatan untuk HIV dan PIMS melalui
kegiatan pelatihan atau orientasi PDP serta di lakukan pendampingan
bersama tim mentor Kabupaten/Kota/Provinsi
2) Peningkatan edukasi atau konseling tentang pengobatan ARV secara
lengkap dan terus menerus kepada ODHA.
3) Penyediaan KIE yang dikemas sesuai dengan perkembangan teknologi saat
ini yang kemudian disebarluaskan dan bisa diakses dengan mudah tentang
pengobatan ARV maupun penyakit HIV serta mendorong penggunaan
layanan kesehatan terkait HIV, AIDS dan IMS kepada individu dan kelompok
agar lebih aman dari risiko penularan HIV dan IMS.
4) Dukungan dan pemberdayaan kelompok-kelompok dukungan sebaya (KDS)
sebagai mitra kerja yang efektif dalam mengurangi stigma dan diskriminasi
5) Pemberdayaan kader, komunitas, dan LSM untuk menjangkau masyarakat,
mendampingi ODHA, dan mengembalikan ODHA yang loss to follow up agar
bisa mengakses kembali ARV.
6) Penerapan kebijakan ARV multi bulan hingga tiga bulan, multi month
dispensing (MMD) bagi ODHA yang stabil dan kerjasama dengan
komunitas/pendukung ODHA untuk memastikan kondisi dan
keberlangsungan ARV pada ODHA.
7) Melakukan integrasi layanan pada layanan rutin dan membentuk jejaring
layanan.
8) Melakukan penyederhanaan sistem pencatatan pelaporan yang terintegrasi
berbasis NIK untuk data individu
b. Definisi Operasional
Definisi operasional cakupan penemuan dan pengobatan TBC adalah
persentase semua kasus TBC ditemukan dan diobati yang dilaporkan di antara
perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden).
44 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah semua kasus TBC ditemukan dan
Cakupan Penemuan diobati yang dilaporkan
dan pengobatan
Perkiraan jumlah semua kasus TBC x 100%
kasus TBC =
(insiden)
d. Capaian Indikator
Penanganan kasus dalam Penanggulangan TBC dilakukan melalui kegiatan
Penemuan dan Pengobatan TBC untuk memutus mata rantai penularan dengan
penemuan kasus melalui penegakan diagnosis, pengobatan dan pelaporan hasil
pengobatan. Indikator Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC merupakan
indikator yang baru menjadi Indikator Kinerja Program P2P pada Revisi Renstra
Tahun 2022, meskipun demikian pada Renstra awal tahun 2020-2024, indikator
ini telah menjadi Indikator Kinerja Kegiatan sehingga pembandingan target dan
capaian dapat dibandingkan dengan tahun 2020-2021. Capaian Indikator
Penemuan dan Pengobatan TBC secara lengkap dapat dilihat pada grafik
berikut:
Dari grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator cakupan penemuan dan
pengobatan TBC tidak mencapai target pada tahun 2022, yakni tercapai 68.3%
dari target 90% atau dengan capaian kinerja sebesar 75.9%. Bila dibandingkan
dengan capaian target tahun 2020-2021, maka terlihat bahwa selama 3 tahun
berturut-turut tidak mencapai target dan gap antara capaian dan target cukup
besar, sehingga dapat diperkirakan capaian tahun 2023-2024 juga tidak berjalan
on track. Meskipun demikian, dari grafik juga menunjukkan bahwa capaian
indikator terus meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2022 berdasarkan Global TB Report tahun 2022, terjadi perubahan
estimasi insidensi TBC dari semula hanya 824.000 kasus per tahun menjadi
969.000 kasus. Jika jumlah kasus yang ditemukan dan diobati pada tahun 2022
45 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
dibandingkan dengan estimasi kasus TBC awal tahun, yaitu 661.784 kasus
dibagi 824.000 kasus dikali 100% maka persentase capaian sebesar 80,31%,
lebih besar bila dibandingkan dengan estimasi kasus pada akhir tahun 2022. Hal
ini menunjukkan sudah terjadi peningkatan capaian indikator yang signifikan
walaupun belum mencapai target. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
perbaikan agar kinerja di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi dan
mencapai target yang telah ditentukan.
sembuh juga tinggi maka proses penularan penyakit TBC di masyarakat akan
berkurang dan kasus TBC juga akan berukurang sehingga angka insiden kasus
TBC juga akan menurun. Data Global TB Report 2022, menunjukkan bahwa
insidensi TBC di Indonesia sebesar 354 per 100.000 penduduk pada tahun 2021,
meningkat bila dibandingkan dengan insidensi TBC tahun 2020 yakni 301 per
100.000 penduduk. Angka insidensi menggambarkan jumlah kasus TBC di
populasi, tidak hanya kasus TBC yang datang ke pelayanan kesehatan dan
dilaporkan ke program. Angka ini dipengaruhi oleh kondisi masyarakat termasuk
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, akses terhadap layanan kesehatan, gaya
hidup, dan buruknya sanitasi lingkungan yang berakibat pada tingginya risiko
masyarakat terjangkit TBC. Meningkatnya insidensi dari tahun 2020 sebesar 301
per 100.000 penduduk menjadi 354 per 100.000 pada tahun 2021 dimungkinkan
karena rendahnya penemuan dan pengobatan TBC selama masa pandemi
sehingga potensi penularan dari yang belum ditemukan cukup besar.
Bila dibandingkan dengan kondisi penemuan dan pengobatan TBC secara global
maka negara-negara yang berkontribusi terhadap penurunan kasus global pada
tahun 2020 dibandingkan tahun 2019, terlihat pada gambar di bawah ini:
Grafik 3.13. Sepuluh Negara dengan Penurunan Jumlah Kasus TB
47 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
48 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
49 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sebagaimana amanat pada Perpres No.67 Tahun 2021 bahwa dalam rangka
koordinasi percepatan Penanggulangan TBC, dibentuk Tim Percepatan
Penanggulangan TBC (TP2TB) di pemerintah pusat dan setiap daerah.
TP2TB memiliki tugas mengoordinasikan, menyinergikan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan percepatan eliminasi TBC secara efektif, menyeluruh, dan
terintegrasi. Dalam menjalankan amanah tersebut TP2TB di pusat perlu
melakukan supervisi program kesehatan yang merupakan kegiatan
pembinaan untuk memperbaiki faktor-faktor yang memengaruhi proses
50 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
51 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
dilakukan ini akan dipantau sampai pemberian TPT atau OAT. Sehingga,
harapannya juga dapat meningkatkan cakupan pemberian TPT di Indonesia.
h. Pemecahan Masalah
Untuk mencapai target, Program TBC melaksanakan kegiatan yang berdasarkan
6 strategi yaitu:
1) Penguatan Kepemimpinan Program TBC di Kabupaten/Kota
- Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
- Regulasi dan peningkatan pembiayaan
- Koordinasi dan sinergi program
2) Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TBC” yang Bermutu
- Peningkatan jejaring layanan TBC melalui PPM (public-private mix)
- Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat
52 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk sebesar 484
Kab/Kota
a. Penjelasan Indikator
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 22 tahun 2022
tentang penanggulangan malaria serta dokumen rencana strategi (Renstra)
2020-2024 bahwa sampai tahun 2024, Indonesia harus mencapai API < 1 per
1000 penduduk sebesar 500 kabupaten/kota. Annual Parasite Incidence (API)
merupakan angka kesakitan malaria per 1000 penduduk berisiko dalam satu
tahun. Capaian indikator API < 1 merupakan salah indikator utama persyaratan
eliminasi malaria, selain tidak ada kasus indigenous selama 3 tahun berturut-
turut dan positivity rate (PR) mencapai < 5 %.
b. Definisi operasional
Suatu Kabupaten/Kota yang telah mencapai angka kesakitan kurang dari 1 per
1000 penduduk merupakan salah satu kriteria eliminasi malaria sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 22 tahun 2022 tentang
53 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
c. Rumus/cara perhitungan
Indikator Jumlah Kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi malaria dihitung
berdasarkan akumulasi jumlah kab/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk
diakhir tahun. Sedangan rumus untuk menghitung API adalah:
Annual Parasite Jumlah Kasus Positif yang terkonfirmasi
Incidence = laboratorium
x 1000
(API) Jumlah Penduduk
d. Capaian indikator
Secara kumulatif pada tahun 2022 terdapat 459 kabupaten/kota dengan API <
1/1000 penduduk, dimana sekitar 89% penduduk Indonesia berada di wilayah
bebas malaria, sedangkan 11% penduduk masih berada pada daerah dengan
endemis malaria, seperti digambarkan berikut ini:
54 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebanyak 372 Kab/Kota (72%) telah
bebas malaria sedangkan 142 Kab/Kota di Indonesia masih berada pada daerah
endemis malaria. Jumlah Kab/Kota pada tahun 2022 yang mencapai API < 1 per
1000 penduduk sebanyak 459 kabupaten/kota dari target yang ditentukan
sebesar 484 kab/kota atau pencapaian kinerja sebesar 94,8%. Berikut jumlah
Kab/Kota dengan API < 1/1000 penduduk:
Tabel 3.3. Jumlah Kab/Kota dengan API 1/1000 penduduk Tahun 2022
Kabupaten/
JUMLAH Kabupaten/Kota % API < 1
Kota
NO PROVINSI KAB/ API < 1 per per 1000
API > 1 per
KOTA 1000 penduduk penduduk
1000 penduduk
1 ACEH 23 23 0 100%
SUMATERA
2 33 30 3 91%
UTARA
SUMATERA
3 19 19 0 100%
BARAT
4 RIAU 12 12 0 100%
5 JAMBI 11 11 0 100%
SUMATERA
6 17 17 0 100%
SELATAN
7 BENGKULU 10 10 0 100%
8 LAMPUNG 15 15 0 100%
KEPULAUAN
9 BANGKA 7 7 0 100%
BELITUNG
10 KEP. RIAU 7 7 0 100%
11 DKI JAKARTA 6 6 0 100%
12 JAWA BARAT 27 27 0 100%
13 JAWA TENGAH 35 35 0 100%
14 DI YOGYAKARTA 5 5 0 100%
15 JAWA TIMUR 38 38 0 100%
16 BANTEN 8 8 0 100%
17 BALI 9 9 0 100%
55 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Kabupaten/
JUMLAH Kabupaten/Kota % API < 1
Kota
NO PROVINSI KAB/ API < 1 per per 1000
API > 1 per
KOTA 1000 penduduk penduduk
1000 penduduk
NUSA
18 TENGGARA 10 10 0 100%
BARAT
NUSA
19 TENGGARA 22 13 9 59%
TIMUR
KALIMANTAN
20 14 14 0 100%
BARAT
KALIMANTAN
21 14 13 1 93%
TENGAH
KALIMANTAN
22 13 13 0 100%
SELATAN
KALIMANTAN
23 10 6 4 60%
TIMUR
KALIMANTAN
24 5 5 0 100%
UTARA
SULAWESI
25 15 15 0 100%
UTARA
SULAWESI
26 13 13 0 100%
TENGAH
SULAWESI
27 24 24 0 100%
SELATAN
SULAWESI
28 17 17 0 100%
TENGGARA
29 GORONTALO 6 6 0 100%
SULAWESI
30 6 6 0 100%
BARAT
31 MALUKU 11 8 3 73%
32 MALUKU UTARA 10 9 1 90%
33 PAPUA BARAT 13 3 10 23%
34 PAPUA 29 5 24 17%
TOTAL 514 459 55 89%
Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023
56 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.16. Target dan Capaian Kab/Kota mencapai API < 1/1000 penduduk
Tahun 2020-2024
Dari grafik diatas terlihat bahwa pada gap target dan capaian cukup besar pada
tahun 2022 bila dibandingkan dengan tahun 2021 dan 2022, dengan kenaikan
target 1.8% dari tahun 2021 ke 2022, capaian mengalami penurunan sebesar
2.5%. Hal ini bukan berarti kinerja tahun 2022 lebih buruk dibandingkan tahun
sebelumnya tetapi karena adanya perubahan strategi penemuan yang dilakukan
menjadi active case finding dimasyarakat.
Bila dibandingkan dengan Indikator Sasaran Strategis (ISS) dalam RPJMN dan
Renstra Kemenkes yakni eliminasi malaria maka API <1/1000 penduduk
57 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
merupakan salah satu kriteria utama untuk menilai eliminasi malaria selain
Positivity Rate < 5% dan tidak adanya penularan setempat malaria selama tiga
tahun berturut-turut. Dengan demikian semakin banyak Kab/Kota yang mencapai
API <1/1000 penduduk maka semakin banyak pula Kab/Kota yang mencapai
eliminasi malaria. Untuk mencapai target eliminasi malaria maka diperlukan
indikator komposit untuk mendukung tercapainya cakupan yaitu persentase
konfirmasi sediaan darah serta persentase pengobatan standar yang juga
merupakan indikator Pemantauan Program Prioritas Janji Presiden tahun 2022
oleh Kemenko PMK dan KSP (Kantor Staf Presiden). Persentase pemeriksaan
sediaan darah adalah persentasi suspek malaria yang dilakukan konfirmasi
laboratorium baik menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostik Test (RDT)
dari semua suspek yang ditemukan. Target dan capaian indikator persentase
pemeriksaan darah adalah sebagai berikut:
Persentase Pasien Malaria positif yang diobati sesuai standar ACT (Artemisinin
based Combination Therapy) adalah proporsi pasien Malaria yang diobati sesuai
standar tata laksana malaria dengan menggunakan ACT. Artemisinin based
Combination Therapy (ACT) saat ini merupakan obat yang paling efektif untuk
membunuh parasit Malaria. Pemberian ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan
58 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
laboratorium. Target dan capaian indikator Persentasi Pasien Malaria positif yang
diobati sesuai standar ACT adalah sebagai berikut:
Selain penggunaan OAM yang rasional, salah satu pilar untuk mencapai
eliminasi malaria adalah menjamin universal akses dalam pencegahan,
diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukan keterlibatan semua sektor
terkait termasuk swasta (public private mix partnership). Berikut beberapa
kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung kualitas tatalaksana
malaria tahun 2022 yaitu:
a. Workshop Tatalaksana Kasus Malaria Bagi Fasyankes Kabupaten/Kota
di Denpasar (26 September 2022)
b. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Malaria ke Kab. Kulon
Progo (10-13 Oktober 2022)
61 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
63 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
6) Alat dan Bahan serta Media KIE pencegahan dan pengendalian malaria
Sarana dan prasarana Malaria adalah bangunan beserta alat dan bahan yang
digunakan pada program pengendalian malaria di Indonesia. Alat dan bahan
digunakan dalam kegiatan diagnostik (deteksi), pengobatan dan pengendalian
vektor. Ketersediaan sarana dan prasarana malaria sangat penting dalam
pencapaian eliminasi malaria. Selain itu media kie juga sangat berperan sebagi
media untuk promosi dan sosialisasi terkait pencegahan dan pengendalian
malaria.
Alat dan bahan pengendalian malaria yang diadakan pada tahun 2022 seperti
mikroskop trinokuler, mist blower, APD, larvasida malaria, insektisida malaria,
RDT malaria, immertion oil dan giemsa. Sedangkan media KIE pencegahan
dan pengendalian malaria, yaitu Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor
Risiko malaria dan Buku Kurikulum dan Pelatihan Tatalaksana Malaria bagi
Dokter.
h. Pemecahan Masalah
Beberapa permasalahan yang disebutkan diatas memerlukan pemecahan
masalah sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien dan indikator dapat
dicapai. Berikut ini beberapa pemecahan masalah yang dilakukan:
1) Peningkatan akses layanan malaria yang bermutu.
- Desentralisasi pelaksanaan program oleh kab/kota.
- Integrasi kedalam layanan kesehatan primer.
- Penemuan dini dengan konfirmasi dan pengobatan yang tepat sesuai
dengan standar dan pemantauan kepatuhan minum obat.
- Penerapan sistem jejaring public-privite mix partnership layanan malaria.
2) Mendorong kabupaten/kota yang sudah endemis rendah >3 tahun agar
segera mencapai eliminasi dengan melakukan advokasi dan memfasilitasi
asesmen serta upaya mempercepat eliminasi kabupaten/kota stagnan.
3) Peningkatan upaya percepatan penurunan kasus dan eliminasi malaria di
Papua dan IKN.
4) Intervensi kombinasi (LLIN, IRS, Larvasida, pengelolaan lingkungan,
personal protection, profilaksis) dengan berbasis bukti melalui pendekatan
kolaboratif.
5) Pemantauan efektifitas dan resistensi OAM.
6) Penguatan surveilans termasuk surveilans migrasi, Sistem Kewaspadaan
Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) dan penanggulangan KLB.
6) Sosialisasi penggunaan dana yang bisa dimanfaatkan untuk Penyelidikan
Epidemiologi baik Dana Dekonsentrasi, DAK non fisik, APBD, Global Fund,
Dana Desa, dan Dana Kapitasi.
7) Terdapat tenaga pendamping dari UNICEF dan WHO untuk Dinas
Kesehatan Kab/kota dalam mempercepat penurunan kasus dan
66 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Salah satu strategi nasional dalam program pengendalian penyakit kusta adalah
menemukan kasus kusta baru sedini mungkin tanpa cacat, mengobati sampai
sembuh dan melakukan monitoring secara Semi Aktif Survey (SAS) pasca
pengobatan guna menghindari terjadinya cacat selama pengobatan ataupun
pasca pengobatan. Pengobatan diberikan sesuai obat yang terstandar secara
global dengan prinsip Multidrug therapy (MDT). Dalam Program Pengendalian
Penyakit Kusta digunakan indikator proporsi kasus baru tanpa cacat sebagai
monitoring dan evaluasi keberhasilan program tersebut, yang dapat
merefleksikan dalam kegiatan bahwa adanya penemuan kasus yang dilakukan
secara lebih dini, sehingga dapat menekan angka keterlambatan penemuan
kasus dan angka cacat serendah mungkin.
b. Definisi operasional
Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat adalah Persentase Jumlah Penderita
Kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) di antara total Penderita Kusta baru
yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode waktu satu tahun
67 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi dengan total kasus
kusta baru pada periode tertentu dalam persentase dengan rumus perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang
Proporsi kasus ditemukan (cacat tingkat 0)
kusta baru tanpa = x 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam
cacat
periode 1 tahun
d. Capaian indikator
Indikator proporsi kasus kusta baru tanpa cacat ditetapkan sebagai indikator
nasional pada periode pertama yaitu 2015-2019, kemudian dilanjutkan pada
periode selanjutnya yaitu 2020-2024. Evaluasi di akhir periode pertama, diketahui
target tidak tercapai selama 5 tahun dalam periode tersebut, sehingga menjadi
pertimbangan penetapan target pada periode selanjutnya. Pada periode tahun
2020-2024, target indikator tersebut adalah 87%, 88%, 89%, 90%, dan >90%
secara berturut-turut. Peta sebaran proporsi kasus kusta tanpa cacat di
Indonesia digambarkan dalam peta berikut ini yang menunjukkan masih banyak
daerah di Indonesia yang mempunyai proporsi kasus kusta baru tanpa cacat
yang masih rendah yaitu kurang dari 89%.
Gambar 3.18. Peta Sebaran Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat
Peta diatas menunjukkan sebaran proporsi kasus kusta baru tanpa cacat di
Indonesia, yang menunjukkan sebanyak 12 Provinsi (35.3%) telah mencapai target
minimal 89%, yaitu Provinsi Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku
Utara, Sulawesi Tengah, Papua Barat, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali, Nusa
Tenggata Timur dan Gorontalo, sedangkan Provinsi lainnya belum mencapai target.
Secara lengkap capaian proporsi kasus kusta baru tanpa cacat terlihat dalam tabel
berikut ini:
68 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Tabel 3.4. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Per Provinsi
Tahun 2022
No Provinsi Kasus Kusta Kasus Kusta Baru Proporsi Kasus
Baru Tanpa Cacat (Cacat Kusta Baru Tanpa
Tk.0) Cacat (Cacat Tk.0)
1 ACEH 208 181 87,02
2 SUMUT 153 105 68,63
3 SUMBAR 54 17 31,48
4 SUMSEL 227 180 79,30
5 RIAU 81 77 95,06
6 KEPRI 36 33 91,67
7 JAMBI 41 13 31,71
8 BENGKULU 26 16 61,54
9 BABEL 32 28 87,50
10 LAMPUNG 126 90 71,43
11 BANTEN 572 475 83,04
12 JABAR 1705 1231 72,20
13 JATENG 973 813 83,56
14 JATIM 2067 1547 74,84
15 DKI JAKARTA 328 303 92,38
16 DIY 36 30 83,33
17 BALI 100 91 91,00
18 NTB 166 151 90,96
19 NTT 281 216 76,87
20 KALBAR 59 48 81,36
21 KALSEL 100 77 77,00
22 KALTENG 83 71 85,54
23 KALTIM 127 110 86,61
24 KALTARA 40 34 85,00
25 GORONTALO 149 134 89,93
26 SULSEL 716 599 83,66
27 SULTRA 218 190 87,16
28 SULTENG 306 287 93,79
29 SULUT 480 455 94,79
30 SULBAR 155 147 94,84
31 MALUKU 287 214 74,56
32 MALUT 609 576 94,58
33 PAPUA 864 842 97,45
34 PAPUA BARAT 690 642 93,04
INDONESIA 12.095 10.923 82,87
Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs, 23 Januari 2023
Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi kasus kusta baru tanpa cacat tertinggi di
Provinsi Papua (97.45%) sedangkan terendah di Provinsi Sumatera Barat
(31.48%). Sebanyak 12 Provinsi telah mencapai/melebihi target Nasional 89%
69 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
yakni Provinsi Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara,
Sulawesi Tengah, Papua Barat, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali, NTB dan
Gorontalo.
Target Indikator Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat pada tahun 2020-2023
meningkat 1% setiap tahunnya. Tahun 2022, dari target 89% tercapai 82.89%
atau sebesar 93.13%. Capaian indikator ini tidak mencapai target, seperti yang
digambarkan dalam grafik dibawah ini:
Grafik 3.19. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Tahun 2020-2024
Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator proposi kasus Baru Kusta
tanpa cacat mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2020, capaian
81,6% dari target 87%, tahun 2021 capaian meningkat menjadi 87% dari target
88%, kemudian pada tahun 2022 menurun menjadi 82,9% dari target 89%.
Belum tercapainya target nasional ini dikarenakan dari penemuan kasus baru
kusta sebanyak 12.095 kasus, hanya terdapat 10.023 kasus baru kusta tanpa
cacat, sedangkan 2.072 kasus ditemukan dalam keadaan cacat, baik cacat
tingkat 1 sebesar 1.124 kasus, dan cacat tingkat 2 sebesar 771 kasus. Secara
lengkap jumlah kasus kusta baru tanpa cacar per Provinsi digambarkan dalam
tabel berikut ini:
70 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi kasus kusta baru cacat tingkat 2 di
Indonesia sebanyak 678 kasus baru dengan cacat tingkat 2 (6.13% dari kasus
baru) menempati posisi ke-3 setelah negara India (1.863 kasus) dan negara
Brazil (1.737 kasus).
71 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dampak dari anggaran yang diberikan pusat ke beberapa kab/kota dapat terlihat
pada penemuan kasus yang meningkat dan hasil capaian proporsi kasus baru
tanpa cacat mencapai target, seperti di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 6
Kab/Kota yang telah diberikan pendanaan, yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur, Kota Manado, Kepulauan Talaud, Kota Bitung,
Minahasa Tenggara. Data menunjukkan bahwa di Kab/Kota yang memperoleh
dana tersebut target mencapai 94,7%. Sedangkan untuk provinsi Sumatera Barat
hanya diberikan pendanaan untuk kegiatan penemuan kasus hanya 1 kab/kota
saja yaitu Kota Padang Panjang, menunjukkan capaian yang rendah hanya
31.48%. Adanya dukungan alokasi anggaran untuk kegiatan ICF akan
meningkatkan penemuan kasus kusta secara dini sehingga proporsi kasus kusta
baru tanpa cacat akan meningkat.
72 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
73 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1) Melakukan sosialisasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan
dengan memaksimalkan penggunaan perangkat digital;
2) Melakukan kegiatan koordinasi pemantauan kabupaten/kota dengan target
penemuan kasus baru tanpa cacat;
3) Melakukan validasi data secara berjenjang, mulai dari kabupaten/kota, dan
provinsi yang dilakukan dengan menggunaan dana masing-masing daerah;
4) Melakukan superfisi dan monitoring mulai dari pusat ke provinsi, kabupaten
sampai puskesmas dan melakukan pendampingan provinsi dan atau
kab/kota yang mempunyai penemuan kasus kusta baru terutama yang
mempunyai angka kecacatan yang tinggi baik cacat tingkat 1 maupun cacat
tingkat 2;
5) Meningkatkan cakupan pemberian kemoprofilaksis kusta pada kasus kontak
guna memutus rantai penularan kasus kusta di masyarakat;
74 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
kesakitan serta dapat mencegah terjadinya diare berulang yang nantinya dapat
mencegah terjadinya kasus stunting pada balita.
b. Definisi operasional
Indikator Persentase Pengobatan Penyakit Menular pada balita adalah
persentase kasus pneumonia balita yang ditemukan dan diberikan pengobatan
antibiotik dan kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc.
c. Rumus/cara perhitungan
Persentase pengobatan penyakit menular pada balita adalah rerata dari
persentase kasus pneumonia pada balita yang diberikan antibiotik dan
persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc dibagi 2. Perhitungan
persentase kasus pneumonia adalah sebagai berikut:
Persentase kasus Jumlah kasus pneumonia balita yang diobati
pneumonia balita dengan antibiotik
= x 100%
yang diberikan Total kasus pneumonia balita yang
antibiotik ditemukan di Fasyankes
Sedangkan perhitungan persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan
zinc adalah sebagai berikut:
Persentase Jumlah kasus diare balita yang diberi oralit
Persentase kasus dan zinc
diare balita yang = Total kasus diare balita yang ditemukan di x 100%
diberikan oralit Fasyankes
dan zinc
d. Capaian indikator
Indikator persentase pengobatan penyakit menular pada balita merupakan
indikator baru dalam Revisi Renstra Tahun 2022. Indikator ini terdiri dari 2
indikator komposit yakni persentase kasus balita yang diberikan antibiotik dan
persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc.
Capaian persentase kasus pneumonia balita yang diberikan antibiotik tahun 2022
adalah sebesar 53.2% dari target 50% dengan kinerja 106.4%. Sebanyak 88.681
balita mendapatkan pengobatan dengan antibiotik dari 166.702 kasus
pneumonia balita yang ditemukan. Sampai dengan tanggal 23 Januari 2022
masih ada beberapa Provinsi yang belum mengirimkan laporan sehingga data
final capaian masih dapat berubah. Secara lengkap capaian persentase kasus
pneumonia balita yang diberikan antibiotik terlihat pada grafik berikut ini:
76 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Capaian indikator nasional tahun 2022 untuk pengobatan kasus diare sebesar
90,63% dan telah melebihi target pada tahun 2022. Capaian per provinsi
digambarkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 3.21. Persentase Kasus Diare yang diberikan oralit dan zinc
Tahun 2022
77 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber data : Laporan Tim Kerja ISPA dan Tim Kerja HISP, 23 Januari 2023
Grafik diatas menunjukkan capaian indikator ini telah melebihi target pada tahun
2022 dan 2023 sehingga diperkirakan capaian tahun 2023-2024 akan berjalan on
track.
78 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
80 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
81 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi antara
lain:
1) Mengatasi masalah Undetected (under-diagnosis cases) dengan cara
melakukan active case finding dengan kegiatan edukasi di masyarakat dan
tokoh masyarakat serta LS dan LP, pemberdayaan kader untuk penemuan
kasus di masyarakat.
2) Mengatasi masalah Under-reporting cases dengan melakukan kegiatan
validasi data di Puskesmas, penyisiran kasus di fasyankes swasta,
mengguankan format catpor standar dan seragam.
3) Peningkatan kapasitas pengelola program dalam tatalaksana termasuk
dalam pencatatan dan pelaporan pneumonia dan diare
82 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Defenisi Operasional
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B dan atau
Hepatiits C pada populasi berisiko.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B dan atau C
pada salah satu kelompok berisisiko (ibu hamil, tenaga Kesehatan, WBP,
Pednasun, ODHA, pasien HD, dll) dibagi jumlah kabupatem/kota yang ada di
Indonesia di kali 100%
d. Capaian Indikator
Indikator persentase screening penyakit menular pada kelompok berisiko
menggambarkan sebaran dan seberapa banyak/kabupaten kota berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan melakukan skrining
Hepatitis B dan C pada populasi berisiko. Indikator ini merupakan indikator
kinerja program sejak tahun 2022 seperti yang tercantum dalam Revisi Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Tahun 2020-2021 indikator
83 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
ini belum menjadi indikator yang akan dinilai sehingga tidak mempunyai target
tetapi datanya dikumpulkan oleh Ditjen P2P sehingga capaian bisa diperoleh
datanya. Tahun 2022, target kinerja belum tercapai, dari 95% kabupaten/kota
yang ditargetkan melaksanakan skrining penyakit menular pada kelompok
berisiko, hanya sebesar 94% atau sebanyak 483 kabupaten/kota yang
melaksanakan skrining seperti tergambar pada grafik di bawah ini:
84 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
86 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
87 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1. Mengoptimalkan teknologi komunikasi dalam meningkatkan komunikasi
(Koordinasi dan kerjasama) dengan dinas kesehatan provinsi,
kabupaten/kota dan puskesmas misalnya melalui aplikasi zoom, youtube dan
Whatsapp
2. Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu hamil, bekerjasama dengan subdit HIV dan
maternal Neonatal melalui Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
(PPIA) HIV, Sifilis dan Hepatitis B (Triple Eliminasi)
3. Kolaborasi dengan Subdit HIV-AIDS untuk menjangkau populasi Berisiko
Hepatitis C
4. Peningkatan Kapasitas Pengelola program dalam Deteksi dini termasuk
dalam pencatatan dan pelaporan.
5. Penggerakan dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang Hepatitis Virus melalui peringatan hari Hepatitis Sedunia (HHS)
6. Peningkatan kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra dalam dan luar negeri,
ahli, United Nation, lintas program dalam penanggulangan Hepatitis.
Selama 5 tahun terakhir kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) rata-rata
pertahun adalah 83.775 kasus dengan angka kematian rata-rata 81 orang, situasi
ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia untuk mencapai target eliminasi
rabies 2030. Saat ini di Indonesia ada 26 provinsi yang tertular rabies yang
berlokasi di 313 kabupaten/kota. Delapan provinsi yang masih dinyatakan
sebagai daerah bebas rabies adalah Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan
Jawa Timur. Indonesia sebagai bagian dari negara-negara dunia harus selalu
aktif dan turut serta dalam kolaborasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan
Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO), dan
Aliansi Global Pengendalian Rabies (GARC), serta lebih dari 100 negara-negara
endemik rabies lainnya di dunia dalam berkomitmen menjalankan strategi global
eliminasi rabies yang tertuang dalam dokumen berjudul “Zero by 30” (The Global
Strategic Plan to end human deaths from dog-mediated rabies by 2030).
89 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Definisi operasional
Indikator jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan adalah jumlah kabupaten/kota yang telah mencapai eradikasi
frambusia dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan (filariasis dan rabies).
Pada program eradikasi frambusia, kabupaten/kota kabupaten/kota dinyatakan
bebas frambusia berdasarkan rekomendasi Tim Penilai Bebas Frambusia setelah
melalui proses penilaian. Sedangkan Kabupaten/kota eliminasi filariasis adalah
kabupaten/kota endemis yang telah lulus survei evaluasi penularan
(Transmission Assesment Survey) tahap kedua. Kemudian yang dimaksud
Kabupaten kota eliminasi rabies adalah Kabupaten/Kota yang tidak ditemukan
kasus kematian pada manusia dan spesimen hewan positif rabies dalam kurun
waktu dua tahun terakhir.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan dihitung dari Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eradikasi
frambusia dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan (filariasis dan rabies).
d. Capaian indikator
Indikator jumlah Kab/Kota yang berhasil mencapai eliminasi penyakit infeksi
tropis terabaikan meliputi frambusia, filariasis dan rabies. Indikator ini merupakan
pengembangan dari indikator sebelumnya terkait dengan eradikasi Frambusia.
Target dan capaian indikator jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai
eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023
90 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023
91 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023
Pada tahun 2018 – 2022, target jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis yang
mencapai eliminasi berhasil dicapai meningkat setiap tahunnya yakni 38
Kab/Kota tahun 2018 menjadi 103 Kab/Kota pada tahun 2022. Data target dan
capaian jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis yang mencapai eliminasi
tahun 2018–2022 terlihat dalam grafik dibawah ini:
92 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik diatas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2022, sebanyak 103
kabupaten/kota dari 236 kabupaten/kota endemis Filariasis telah berhasil
mencapai eliminasi Filariasis. Peningkatan jumlah kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi Filariasis menunjukkan semakin meningkatnya komitmen
kabupaten/kota dalam melaksanakan program pengendalian Filariasis melalui
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis selama minimal 5 tahun
berturut-turut dengan cakupan minimal 65% total penduduk untuk memutus
rantai penularan.
Pada tahun 2022 ditetapkan Indikator Kinerja Kegiatan baru program Zoonosis
yaitu jumlah kabupaten/kota eliminasi rabies. Data capaian target indicator
Jumlah kabupaten/kota eliminasi rabies dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2022 capaian
Indikator jumlah kabupaten/kota eliminasi Rabies dari target 211 kabupaten/kota,
berhasil dicapai sebanyak 263 kabupaten/kota atau dengan presentase capaian
sebesar 124,64%.
94 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
95 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pelaksanaan kegiatan Frambusia
dilakukan alternatif pemecahan masalah/solusi antara lain:
1. Membuat surat tanggapan simplifikasi menu dan efisiensi anggaran
dekonsentrasi penyakit tropis terabaikan ke Sekretaris Jenderal Kemenkes
agar kegiatan NTDs dapat dialokasikan dengan menggunakan anggaran di
internal Ditjen P2P
2. Bimtek dan pendampingan teknis pada provinsi dan atau kab/kota yang
ditargetkan eradikasi frambusia secara intensif.
3. Meningkatkan kegiatan advokasi dan sosialisasi program terhadap
pemangku kepentingan terkait agar dapat meningkatkan komitmen dalam
pencapaian eradikasi frambusia
4. Menganggarkan dan melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
secara rutin
5. Pelaksanaan assessment eradikasi frambusia pada beberapa kabupaten
kota melalui metode daring.
97 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Definisi Operasional
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM. Deteksi
ini terdiri dari deteksi dini hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah, deteksi
dini diabetes melitus dengan pemeriksaan gula darah, deteksi dini obesitas
dengan pemeriksaan indeks masa tubuh, deteksi dini kanker payudara dengan
pemeriksaan payudara klinik (SADANIS), deteksi dini kanker leher rahim dengan
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan deteksi dini gangguan
indera dengan pemeriksaan penglihatan dan pendengaran.
c. Rumus/Cara perhitungan
Jumlah kumulatif Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.
Sasaran kegiatan dalam indikator ini adalah penduduk sesuai kelompok usia
dilakukan skrining PTM prioritas yaitu hipertensi, DM, obesitas, kanker payudara,
kanker leher rahim dan gangguan indera. Kabupaten/Kota dikatakan melakukan
deteksi dini faktor risiko PTM apabila melakukan 1 atau lebih skrining PTM
prioritas.
d. Capaian Indikator
Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM
tahun 2022 merupakan indikator yang ada dalam Renstra awal tetapi mengalami
perubahan defenisi operasional dan cara perhitungan pada Renstra revisi. Pada
Renstra awal indikator ini ada pada level Indikator Kinerja Kegiatan dengan
numenklatur jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥
80% Populasi Usia ≥ 15 tahun dengan DO Kabupaten/Kota yang melakukan
deteksi dini faktor risiko PTM meliputi pemeriksaan TD, GDs, IMT dan lingkar
perut pada ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun. Pada Renstra revisi tahun 2022,
indikator ini direvisi menjadi jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor
risiko PTM, dengan tidak membatasi populasi usia ≥ 15 tahun, tetapi disesuaikan
dengan kelompok usia dengan deteksi dini yang dilakukan. Deteksi dini yang
dimaksudkan adalah skrining PTM prioritas meliputi hipertensi, DM, obesitas,
kanker payudara, kanker leher rahim dan gangguan indera dengan minimal salah
satu skrining dilakukan oleh Kab/Kota. Data diperoleh dari Aplikasi Sehat
IndonesiaKu (ASIK)
Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM
telah mencapai target 100% yakni dari 514 target Kabupaten/Kota semua
Kab/Kota telah melakukan deteksi dini, seperti digambarkan dalam grafik berikut
ini:
98 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu
yang paling tinggi menyebabkan kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak
menular ini adalah tekanan darah tinggi, konsumsi rokok, asupan gula, garam
dan lemak tinggi, serta indeks massa tubuh tinggi (berat badan berlebih).
Dengan mengetahui faktor risiko dan penyakit ini diketahui lebih dini atau lebih
awal, maka angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini dapat ditekan,
pembiayaan kesehatan menjadi lebih kecil, produktifitas dan kualitas hidup
masyarakat menjadi meningkat. Adapun jenis deteksi dini faktor risiko dan
penyakit tidak menular minimal yang harus dilakukan adalah pengukuran
obesitas (berat badan, tinggi badan, lingkar perut), tekanan darah, gula darah,
kanker payudara dan kanker leher rahim pada wanita, kanker paru, Penyakit
Paru Obstruksi Kronis (PPOK), serta gangguan penglihatan dan pendengaran
(komplikasi dari diabetes dan hipertensi). Deteksi dini dilakukan minimal 1 (satu)
tahun sekali, kecuali untuk kanker yang dilakukan deteksi dini minimal 3 (tiga)
tahun sekali, dan dilakukan secara berkesinambungan.
Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu
100 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
cakupan deteksi dini tertinggi adalah NTB (48,12%), diikuti Gorontalo (34,84%)
dan Banten (24,79%). 3 Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua
(1,65%), DI Yogyakarta (2,83%) dan Bali (3,62%). Terdapat 1 provinsi dengan
angka cakupan deteksi dini yang telah melebihi target, yakni NTB dengan
cakupan sebesar 48,12%.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa
darah. Hiperglikemia, juga disebut peningkatan glukosa darah atau
peningkatan gula darah, adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dan seiring waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah. Deteksi dini diabetes melitus dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia 40 tahun
(108.163.288 orang) dan penduduk usia 15-39 tahun dengan faktor risiko
obesitas (23.592.428 orang) sehingga total sasaran deteksi dini diabetes
melitus adalah sebanyak 124.411.045 orang.
Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu
untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Sasaran deteksi ini adalah
208.982.372 penduduk usia 15 tahun.
Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu
102 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
103 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
104 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu
105 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
3) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.
4) Advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam penggunaan APBD,
Anggaran Dana Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko
penyakit tidak menular dengan menggiatkan deteksi dini faktor risiko
penyakit tidak menular melalui Posbindu PTM dan Gerakan Tekan Angka
Obesitas
5) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator
SPM.
6) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat, Posyandu Lansia, Kampus Sehat dan lainnya.
7) Penguatan NSPK Posbindu, faktor risiko PTM, Pandu PTM, Gangguan
Indra/Pendengaran dan kanker.
8) Pembuatan Media Informasi baik cetak maupun elektronik tentang PTM
serta penyebarluasan informasi melalui semua kanal media Kementerian
Kesehatan RI dan Direktorat P2PTM seperti radio kemenkes, website dan
sosial media (facebook, twitter dan Instagram).
9) Inovasi dengan pemanfaatan teknologi dan informasi serta deteksi dini
secara mandiri.
10) Penguatan jejaring kemitraan menunjang keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara
terintegrasi, komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dengan baik untuk
mencapai hubungan kerjasama yang produktif dan kemitraan yang
harmonis. Peran serta aktif berbagai pihak lintas program, sektor,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan,
swasta, dunia usaha dan mitra potensial lainnya bersama-sama berupaya
menekan kecenderungan peningkatan PTM dengan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas melalui program Pandu PTM.
11) Pendampingan Implementasi pandu PTM di FKTP melalui assisten Pandu
PTM di Puskesmas.
12) Pertemuan, media briefing dan webinar dalam Rangka Hari Penglihatan
Sedunia dan Hari Pendengaran Sedunia, Peringatan Hari Stroke Sedunia,
Peringatan Peringatan Hari Diabetes Sedunia, Peringatan Hari Jantung
Sedunia, Peringatan Hari Hipertensi Sedunia, Peringatan Hari Ginjal
Sedunia dan Peringatan Hari Kanker Sedunia.
13) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan penanggungjawab PTM di
daerah.
106 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu
PTM melalui pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana
dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai
dengan peraturan yang berlaku
2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM,
melalui penguatan Posbindu di daerah.
3) Penguatan sistem informasi deteksi dini berbasis mobile (Aplikasi Sehat
IndonesiaKu)
4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK),
Posyandu Lansia, SPM, Germas, Rmah Sehat, Kampus Sehat dan
institusi lainnya (OPD, swasta, sekolah, dll)
5) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana
dan prasarana (Posbindu Kit dan Bahan Habis Pakai) sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.
6) Melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi secara berkala.
7) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM.
b. Definisi Operasional
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM
(hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok).
c. Rumus/Cara perhitungan
Jumlah kumulatif Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko
PTM (hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok). Lingkup pengendalian
faktor risiko PTM terdiri dari Kabupaten/Kota yang minimal 80% puskesmasnya
melakukan Pelayanan Terpadu PTM (Pandu PTM), penyandang hipertensi
yang tekanan darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, penyandang diabetes
melitus yang gula darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, Kabupaten/Kota
yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kabupaten/Kota yang
melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM).
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2022, terdapat 46 Kabupaten/Kota yang telah melakukan
pengendalian PTM seperti digambarkan dalam grafik berikut:
107 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
108 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dari grafik diatas terlihat bahwa meskipun target indikator tahun 2022 tercapai
tetapi bila dibandingkan peningkatan target tahun 2022 ke tahun 2021 yang
cukup tinggi yakni sebesar 46.5%, maka diperlukan upaya dan kerja keras
yang optimal sehingga capaian tahun 2023-2024 dapat berjalan on track atau
target dapat tercapai.
110 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
111 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
112 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
113 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
114 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
1) Percepatan dan penyempurnaan ASIK serta mendorong Kab/Kota untuk
mengoptimalkan penggunaan ASIK di Puskesmas.
2) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana
dan prasarana khususnya obat-obatan hipertensi dan DM sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.
3) Mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan pengendalian faktor risiko PTM
4) Mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan peraturan dan
kebijakan tentang KTR serta melaksanakan implementasi KTR
5) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka peningkatan cakupan pengendalian faktor risiko PTM.
6) Meningkatkan advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan
pelayanan pengendalian faktor risiko PTM.
7) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan
pengendalian faktor risiko PTM melalui pelatihan berjenjang dan
pembekalan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik
maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku Melakukan
bimbingan teknis dan monitoring evaluasi secara berkala.
115 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang memenuhi 3 dari 5 kualitas kesling yaitu kabupaten/kota
yang:
1. 50% Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
2. 65% Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai
standar
3. 68% sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standar
4. 60% desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
5. 40% RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang
Persentase Kabupaten Kota memenuhi kualitas kesehatan
yang memenuhi kualitas lingkungan
= x 100%
kesehatan lingkungan Jumlah kabupaten/kota
d. Capaian Indikator
Capaian indikator kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan sebesar 53,11%, lebih tinggi dari target 40% di tahun 2022. Namun
masih perlu upaya lebih keras untuk mencapai target 80% di tahun 2024 seperti
digambarkan dalam grafik berikut ini:
Bila sesuai kriteria definisi operasional 3 dari 5 kriteria telah memenuhi kualitas
lingkungan, Namun, berdasarkan grafik 3.2 berikut masih terdapat 241
kabupaten/kota yang belum memenuhi kualitas kesehatan lingkungan hal ini
bisa terjadi karena hanya memenuhi dibawah 2 indikator, 1 indikator atau
bahkan tidak ada yang memenuhi. Hal ini disebabkan belum meratanya
penyebaran capaian indikator pembentuk komposit dari indikator
kabupaten/kota memenuhi kualitas kesehatan lingkungan dan ini dapat menjadi
116 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
117 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
118 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
120 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
122 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
124 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
Secara umum kendala dan permasalahan dalam mencapai indikator kabupaten
kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan dapat dipecahkan dengan
strategi:
1) Peningkatan pengawasan kualitas kesling
2) Pemetaan wilayah berbasis risiko/ kerentanan menjadi dasar untuk
intervensi
3) Peningkatan jejaring kemitraan
4) Meningkatkan advokasi dan sosialisasi kepada pemegang kebijakan
5) Peningkatan kualitas Kesehatan lingkungan melalui intervensi
peningkatan akses/perbaikan kualitas untuk pencegahan penyakit
6) Peningkatan kapasitas dan jejaring laboratorium
7) Penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas lingkungan
8) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait
9) Pelayanan kesehatan lingkungan didukung dengan sistem
informasi/digitalisasi di setiap layanan
10) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait
11) Pelayanan kesehatan lingkungan didukung dengan sistem
informasi/digitalisasi di setiap layanan
12) Pemberian reward kepada daerah yang berprestasi dalam rangka
percepatan pembangunan sanitasi
Namun, secara spesifik pemecahan masalah dapat dilakukan dengan:
1. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
• Melakukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan lingkungan di
Daerah secara berkala
• Membuat video-video pembelajaran tentang pengawasan higiene
sanitasi pangan agar mudah diakses oleh Puskesmas.
125 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
126 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Definisi Operasional
Persentase provinsi yang 80% Kabupaten/Kotanya telah memiliki laboratorium
kesehatan masyarakat (Labkesmas) dan mempunyai kemampuan surveilans
epidemiologi (kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit
potensi KLB/wabah/KKM). Labkesmas yang menjadi sasaran adalah laboratorium
kesehatan pada tingkat II ke atas yang ada di wilayah kerja Kab/Kota seperti
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi/Kab/Kota, Laboratorium
RSUD Provinsi/Kab/Kota, Laboratorium RS vertikal Kementerian Kesehatan,
B/BTKLPP, BBLK, B/BKPM, Balai/Loka Litbang, Laboratorium Prof. Dr. Sri
Oemiyati, Laboratorium B2P2VRP Salatiga.
c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah Provinsi dengan 80%
Persentase Kabupaten Kota Kabupaten/Kota yang telah memiliki
yang memiliki Labkesmas labkesmas dan mempunyai
dengan kemampuan = kemampuan surveilans epidemiologi x 100%
surveilans Seluruh Provinsi di Indonesia
(34 Provinsi)
d. Capaian Indikator
Indikator Persentase Kabupaten Kota yang memiliki Labkesmas dengan
kemampuan surveilans merupakan indikator baru dalam Revisi Renstra Tahun
2022, capaian indikator persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Laboratorium
Kesehatan Masyarakat dengan kemampuan surveilans sebesar 32,35% dari
target 39% yang ditetapkan pada tahun 2022, sehingga capaian kinerja nya
sebesar 82,95%.
128 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.49. Target dan Capaian Persentase Kabupaten Kota yang memiliki
Labkesmas dengan kemampuan surveilans Tahun 2022
82.95%
39.00%
32.35%
129 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
131 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
Strategi Pemecahan Masalah dalam mencapai indikator persentase
Kabupaten/Kota yang Memiliki Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan
Kemampuan Surveilans, adalah:
1. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah dalam mendukung
penyelenggaraan surveilans penyakit berbasis laboratorium
2. Melakukan sosialisasi program surveilans berbasis laboratorium terintegrasi
dengan kegiatan lain
3. Dukungan asistensi, bimbingan teknis dan pelatihan/peningkatan kapasitas
bagi petugas laboratorium dan petugas surveilans di daerah.
4. Dukungan anggaran dan sarana prasarana untuk penyelenggaraan surveilans
berbasis laboratorium pada laboratorium Kesehatan daerah.
5. Membuat sistem Informasi laboratorium terintegrasi (Sistem Informasi
Laboratorium Nasional)
b. Definisi Operasional
Persentase fasyankes yang meliputi laboratorium kesehatan masyarakat,
puskesmas, klinik dan rumah sakit yang telah terintegrasi dalam sistem informasi
surveilans berbasis digital. Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam
sistem informasi surveilans berbasis digital yaitu:
- Pencapaian fasyankes yang menggunakan Aplikasi NAR dan SKDR
(penyakit potensial KLB/wabah) dengan target sebesar 60%
- Pencapaian untuk fasyankes yang terintegrasi terdiri dari Puskesmas/Klinik
dengan target sebesar 60%
132 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
c. Rumus/Cara Perhitungan
Persentase Fasyankes yang Jumlah puskesmas dan klinik yang
telah terintegrasi dalam terintegrasi sistem surveilans
sistem informasi surveilans = x 100%
berbasis digital Jumlah seluruh puskesmas dan klinik
d. Capaian Indikator
Pada tahun 2022, persentase puskesmas dan klinik yang terintegrasi dan
melaporkan hasil surveilans ke sistem informasi Kemenkes dengan target
indikator sebesar 60%. Capaian indikator kinerja program yang di dapatkan pada
tahun 2022 sebesar 61,04% sehingga capaian kinerja sebesar 101,73%, seperti
grafik berikut ini:
Indikator ini merupakan indikator baru pada Revisi Renstra Tahun 2022,
sehingga pembandingan dengan tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan.
Tahun 2022, Fasyankes yang dihitung adalah Puskesmas, klinik dan RS tetapi
Labkesmas belum dimasukkan dalam perhitungan. Berikut ini grafik capaian
komposit Fasyankes yang menggunakan aplikasi NAR dan SKDR.
133 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Indikator komposit lainnya adalah fasyankes yang terintegrasi yang terdiri dari
Puskesmas dan klinik dengan capaian dalam grafik berikut ini:
100
77.3
80
60
60
40
20
0
TARGET CAPAIAN KINERJA
dari 22.494 faskes yang mempunyai akun aplikasi NAR Antigen. Sedangkan
data SKDR sebesar 71%, yakni 7.741 puskesmas yang melaporkan penyakit
yang ada dalam SKDR dari 10.864 Puskesmas yang terdaftar.
135 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
14. Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan sebesar
93%
a. Penjelasan indikator
Faktor risiko penyakit yang dikendalikan di pintu masuk adalah faktor risiko
yang dapat menimbulkan permasalahan kekarantinaan kesehatan yang terdiri
dari faktor risiko pada alat angkut dan isinya, faktor risiko lingkungan darat, air,
udara, limbah, dan faktor risiko pada tempat-tempat umum. Pengendalian faktor
risiko dilakukan dengan melakukan respon pengendalian terhadap semua
faktor risiko yang ditemukan.
Faktor risiko yang ditemukan pada pemeriksaan orang dapat berupa pelaku
perjalanan dengan suhu tinggi > 37,50 C, karantina, covid positif, sakit, saturasi
<95, hamil >32 minggu, atau pada pelaku perjalanan haji dengan Hb <8.5,
hamil <14 minggu dan >26 minggu, penyakit menular yang menimbulkan
wabah, belum vaksin meningitis, ditemukan ICV palsu/expired, ditemukan
positif pada pemeriksaan HIV/TB/malaria baik diwilayah perimeter atau buffer.
Pengendalian faktor risiko pada pemeriksaan orang meliputi rujukan, isolasi,
tolak berangkat, vaksinasi (tidak termasuk COVID), pertolongan gawat darurat,
pemberian obat, ijin angkut orang sakit, surat layak terbang bagi yang beresiko,
rekomendasi perjalanan berupa clearance untuk orang selesai karantina.
Faktor risiko pada pemeriksaan alat angkut antara lain ditemukannya vektor
kecoa, tikus, lalat, nyamuk dan vector lainnya. Selain itu pada alat angkut
136 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
b. Definisi Operasional
Faktor risiko yang dikendalikan berdasarkan temuan pada pemeriksaan orang,
alat angkut, barang dan lingkungan dalam satu tahun.
c. Cara perhitungan
d. Capaian indikator
Capaian indikator persentase faktor risiko penyakit di pintu masuk yang
dikendalikan pada tahun 2022 telah tercapai 99,98% dari target 93% dengan
capaian kinerja sebesar 107.5%. Data tahun 2022 menunjukkan jumlah faktor
137 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
ririko yang dikendalikan sebanyak 641.433 dari 641.535 faktor risiko yang
dikendalikan. Secara lengkap terlihat dalam grafik berikut ini:
Grafik 3.54. Target dan Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk
yang dikendalikan Tahun 2020-2024
Semua KKP telah melakukan upaya optimal dalam respon pengendalian faktor
risiko yang digambarkan dalam apaian persentase faktor risiko di pintu masuk
untuk setiap KKP dalam grafik berikut ini:
138 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
139 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
140 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
i. Pemecahan Masalah
▪ Penambahan SDM teknis untuk pengendalian faktor risiko di KKP dan
peningkatan kapasitas SDM secara berkelanjutan.
▪ Meningkatkan jejaring kemitraaan, advokasi dan kordinasi dengan Lintas
Program Lintas Sektor seperti Satgas, TNI, kepolisian, Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit, B/BTKL untuk pengendalian faktor risiko dipintu masuk
negara.
15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 90%
a. Penjelasan Indikator
Rekomendasi kajian surveilans faktor risiko penyakit yang berbasis laboratorium
adalah rekomendasi dari B/BTKLPP tentang hasil surveilans faktor risiko
penyakit yang digunakan sebagai upaya deteksi dini pencegahan dan respon
kejadian penyakit. Setiap tahunnya B/BTKLPP mengelurakan rekomendasi
terkait kajian, pelaksanaan surveilans epidemiologi, survei-survei, hasil pengujian
dan kendali mutu laboratorium.
b. Definisi operasional
Rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau kajian/Survei faktor risiko
kesehatan berbasis laboratorium baik surveilans epidemiologi, surveilans faktor
risiko penyakit, kajian/survei penyakit dan faktor risiko penyakit, pengembangan
pengujian dan kendali mutu laboratorium oleh B/BTKLPP yang ditindaklanjuti/
dilaksanakan oleh B/BTKLPP dan stakeholder terkait dalam periode 3 tahun
terakhir.
141 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau
Persentase kajian/survei faktor risiko kesehatan berbasis
rekomendasi hasil laboratorium yang dilaksanakan/ ditindaklajuti oleh
surveilans faktor B/BTKLPP dan stakeholder terkait sampai dengan
risiko dan penyakit 3 tahun sejak rekomendasi dikeluarkan
= x 100%
berbasis Jumlah rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau
laboratorium yang kajian/survei faktor risiko kesehatan berbasis
dimanfaatkan laboratorium yang disampaikan kepada stakeholder
terkait selama 3 tahun terakhir
d. Capaian indikator
Sebanyak 1967 rekomendasi telah dikeluarkan oleh B/BTKLPP selama 3 tahun
terakhir sejak tahun 2020-2023, dan sebanyak telah dimanfaatkan sebanyak
1668 rekomendasi baik oleh B/BTKLPP sendiri maupun lintas sektor lainnya
sehingga capaian indikator ini sebesar 85%. Bila dibandingkan dengan target
90% maka indikator ini tidak tercapai dengan capaian kinerja sebesar 94.4%.
Capaian persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang dimanfaatkan digambarkan dalam grafik berikut ini:
dan 6 lainnya tidak mencapai target nasional. B/BTKLPP yang tidak mencapai
target adalah BBTKLPP Jakarta, Banjarbaru, Yogyakarta, BTKL Makasar,
Batam, Manado dan Ambon. Secara lengkap dalam grafik berikut ini:
143 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
i. Pemecahan Masalah
Terhadap permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan,
BBTKLPP melakukan pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan koordinasi dan jejaring dengan LPLS dalam melaksanakan
kegiatan terkait dengan tindak lanjut yang telah direkomendasikan sehingga
terjadi kesinambungan kegiatan.
2) Melakukan pemetaan awal terhadap hasil pelaksanaan kegiatan surveilans
faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium;
3) Melakukan monitoring evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan untuk
mengetahui tindak lanjut yang telah dilaksanakan, termasuk umpan balik
secara tertulis.
4) Bekerja sama dengan instansi lain yang diluar dinas Kesehatan seperti
otoritas bandara sehingga mengetahui tindak lanjut yang telah dilaksanakan.
145 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
g. Definisi Operasional
Indikator Nilai Reformasi Birokrasi dilingkungan Direktorat Jenderal P2P adalah
hasil pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilingkungan Direktorat Jenderal P2P.
Data diperolah dari Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) Tingkat Unit Utama Kementerian Kesehatan. Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model penilaian mandiri yang
digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang
menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja instansi
pemerintah.
Penilaian PMPRB tidak hanya difokuskan pada data yang tertuang dalam
dokumen formal semata, tetapi juga dari sumber lain yang akurat dan relevan
dengan pelaksanaan reformasi birokrasi Ditjen P2P. Hasil Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Pokja Unit Utama atau Eselon I
Kementerian Kesehatan hanya dilakukan terhadap Komponen Pengungkit yang
terdiri dari Aspek Pemenuhan dan Aspek Reform. Sedangkan untuk Pokja
Kemenkes PMPRB dilakukan terhadap Komponen Pengungkit dan Komponen
Hasil.
h. Rumus/Cara perhitungan
Penilaian dan penyimpulan penilaian atas kemajuan pelaksanaan reformasi
birokrasi yakni:
1. Dalam penilaian terdapat 3 variabel, yaitu : (i) komponen, (ii) sub-komponen,
dan (iii) indikator.
2. Setiap komponen dan sub-komponen penilaian diberikan alokasi nilai
sebagai berikut:
146 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
148 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
aspek hasil antara tidak dilakukan penilaian, demikian pula dengan komponen
hasil tidak dilakukan penilaian terhadap unit Eselon I.
i. Capaian Indikator
Tahun 2022, PMPRB dilakukan secara Online dengan menggunakan instrument
bantu berupa aplikasi tekhnologi informasi (TI) berbasis Web untuk kemudahan
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). Hasil PMPRB
tahun 2022 menunjukkan nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sebesar 35,24. Bila dibandingkan target sebesar 35.3,
maka capaian nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P masih belum mencapai target
dengan persentase capaian sebesar 99.8%. Adapun hasil setiap komponen
PMPRB Ditjen P2P Tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Hasil Penilaian Mandiri RB Ditjen P2P
Tahun 2020-2022
NO KOMPONEN NILAI CAPAIAN CAPAIAN
PENGUNGKIT STANDAR PENILAIAN PENILAIAN
TAHUN 2021 TAHUN 2022
I. ASPEK PEMENUHAN 14,6 14,57 14,60
1 Manajemen Perubahan 2 2 2
2 Deregulasi Kebijakan 1 1 1
3 Penataan dan Penguatan 2 2 2
Organisasi
4 Penataan Tata Laksana 1 1 1
5 Penataan Sistem 1,4 1,37 1,40
Manajemen SDM
6 Penguatan Akuntabilitas 2,5 2,5 2,5
7 Penguatan Pengawasan 2,2 2,2 2,2
8 Peningkatan Kualitas 2,5 2,5 2,5
Pelayanan Publik
II. ASPEK REFORM 21,7 20,6 20,64
1 Manajemen Perubahan 3 3 3
2 Deregulasi Kebijakan 2 2 2
3 Penataan dan Penguatan 1,5 1,5 1,5
Organisasi
4 Penataan Tata Laksana 3,75 3,75 3,75
5 Penataan Sistem 2 1,62 1,7
Manajemen SDM
6 Penguatan Akuntabilitas 3,75 3,03 2.99
7 Penguatan Pengawasan 1,95 1,94 1,95
8 Peningkatan Kualitas 3,75 3,75 3,75
Pelayanan Publik
TOTAL 36,3 35.16 35,24
PERSENTASE 100% 96.87% 97.08%
Sumber data: Laporan Tim Kerja Hukormas Tahun 2023
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) Ditjen P2P tahun 2022 sebesar 35,24 (97,08%)
149 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Grafik 3.58. Target Dan Capaian Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P
Tahun 2020-2024
Dari grafik diatas terlihat bahwa tren capaian selama 3 tahun yakni tahun 2020-
2022, tidak mencapai target sehingga diperkirakan bahwa capaian pada tahun
2021-2024 juga tidak berjalan on track dan target tidak dapat tercapai.
1. Pada area Penataan Sistem Manajeman SDM baru mencapai 1,70 dari nilai
maksimal 2,00. Nilai maksimal yang belum tercapai disebabkan karena masih
tingginya jumlah pelanggaran disiplin pegawai di lingkungan Ditjen P2P,
namun sudah terjadi persentase penurunan jumlah pelanggaran disiplin
pegawai (sebesar 89,89%) di tahun 2022 (sebanyak 9 orang) dibandingkan
tahun 2021 (sebanyak 89 orang).
2. Selain itu, area Penguatan Akuntabilitas baru mencapai 2,99 dari nilai
maksimal 3,75. Ini disebabkan karena persentase anggaran Ditjen P2P Tahun
2021 yang berhasil direfocussing untuk mendukung tercapainya kinerja utama
organisasi sebesar 12,46% (Rp 524.000.000, -) dari anggaran total Ditjen P2P
tahun 2021 (Rp 4.203.943.210.000, -).
151 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
152 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
h. Pemecahan Masalah
a Melibatkan Pimpinan didalam rapat koordinasi Tim RB baik Tim RB Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, maupun Tim RB Kementerian
Kesehatan.
b Melibatkan para Asessor dalam rapat koordinasi dengan Tim RB Ditjen P2P
maupun Tim RB Kementerian Kesehatan.
c Mengagendakan rapat rutin Tim RB Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit guna membahas pelaksanaan RB di Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit berdasarkan Rencana Kerja RB dan Roadmap RB
Kemenkes yang sudah ditetapkan.
d Tim RB Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit harus selalu
berkoordinasi secara intens dengan Satker Pusat dan UPT Ditjen P2P guna
melengkapi isian Lembar Kerja Evaluasi (LKE) RB Ditjen P2P beserta data
dukung pada 8 Area Perubahan.
e Membuat laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Ditjen P2P secara periodik per triwulan.
f Mengupdate dan mengumpulkan daftar inovasi-inovasi dan penghargaan
terbaru di Satker Pusat dan UPT Ditjen P2P.
153 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
B. REALISASI ANGGARAN
Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2023
Bila dibandingkan dengan target realisasi anggaran yakni 95% maka realisasi
anggaran Ditjen P2P tidak melebihi target. Bila dibandingkan realisasi anggaran
Ditjen P2P selama 3 tahun terakhir, maka dalam grafik dibawah ini terlihat bahwa
154 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
anggaran Ditjen P2P meningkat dari tahun 2019 ke 2022 sedangkan realisasi
fluktuatif dengan realisasi tertinggi pada tahun 2021 dan terendah pada tahun 2022.
Grafik 3.60. Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen P2P Tahun 2019-2021
Bila dilihat realisasi anggaran Ditjen P2P berdasarkan sumber dana maka terlihat
bahwa realisasi tertinggi pada Hibah Langsung Luar Negeri (99,21%) dan terendah
realisasi Rupiah Murni (84,78%), secara lengkap dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.11. Realisasi Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022
Realisasi Sudah
No Jenis Belanja Pagu %
SP2D
155 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
156 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
157 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi anggaran tertinggi pada indikator
Persentase cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) yakni
sebesar 96%, sedangkan terendah pada realisasi kinerja indikator
1. Realisasi anggaran pada indikator Persentase pengobatan penyakit menular
pada Balita masih sangat rendah khususnya untuk komposit persentase
pengobatan pneumonia dengan antibiotik dari pagu Rp. 10.775.633.000, hanya
tercapai Rp. 1.765.055.800 atau sebesar 16%. Rendahnya realisasi ini
disebabkan oleh adanya pengadaan ARI soundtimer dan pulse oximeter yang
tidak dapat terlaksana karena barang yang sesuai spesifikasi tidak tersedia
sampai akhir tahun 2022.
2. Realisasi anggaran indikator Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini
faktor risiko PTM masih rendah karena adanya Pengadaan HVP DNA dengan PCR
hanya terlaksana 50% dari 16.000 tersedia 8000 tes. Hal ini dikarenakan
ketersedian d E-Katalog hanya 8.000 tes. Selain itu, pengadaan BHP gula
158 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
darah sebesar Rp. 1.082.611.200, - tidak terlaksana, hal ini dikarenakan revisi
DIPA ditetapkan pada akhir tahun pada akhir tahun. Kegiatan implementasi
Introduksi HPV DNA sebesar Rp. 2.816.714.000, - juga tidak dapat
dilaksanakan dikarenakan ketersedian bahan baru ada di bulan Desember.
3. Realisasi anggaran pada indikator persentase kabupaten/kota yang memiliki
laboratorium kesehatan masyarakat dengan kemampuan surveilans sangat
rendah, dikarenakan beberapa hal yaitu adanya kegagalan pada 1 output
pengadaan swakelola yang disebabkan alasan teknis dan keterbatasan waktu
dengan anggaran sebesar 70% dari total anggaran yang tersedia, sisa proses
pengadaan barang/jasa, anggaran transportasi spesimen yang tidak terserap
oleh daerah, sisa transport perjalanan dinas dan honor narasumber.
4. Realisasi anggaran pada indikator Persentase fasyankes yang telah
terintegrasi dalam sistem informasi surveillans berbasis digital masih karena
adanya sisa paket meeting pertemuan, pengadaan swakelola yang gagal
lelang dan sisa transport perjalanan dinas.
159 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
160 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran
CKi : Capaian Keluaran
Nilai efisiensi diperoleh dengan asumsi bahwa miniman efisiensi yang dicapai sebesar
-20% dan nilai paling tinggi sebesar 20%. Oleh karena itu dilakukan transformasi skala
efisiensi agar diperoleh skala nilai yang berkisar 0% sampai 100% dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
NE : Nilai Efisiensi
E : Efisiensi
Jika efisiensi diperoleh lebih dari 20%, maka NE yang digunakan dalam perhitungan
adalah nilai skala maksimal (100%) dan jika efisiensi yang diperoleh kurang dari -20%,
maka NE yang digunakan adalah skala minimal 0%. Dari hasil perhitungan tersebut,
diperoleh Nilai Efisiensi sebagai berikut:
Tabel 3.15. Nilai Efisiensi Per Indikator Kinerja Tahun 2022
Pagu Anggaran Realisasi Capaian
Nilai
No Indikator Keluaran Anggaran Keluaran Efisiensi Kategori
Efisiensi
(PAKi) Keluaran (RAKi) (CKi)
1. Persentase 99,243,613,000 72,832,253,729 0.83 0.12 79% Efisien
kabupaten/ kota
yang mencapai
target imunisasi rutin
2. Persentase cakupan 384,144,266,000 370,517,269,176 0.93 -0.03 42% Tidak
penemuan dan efisien
pengobatan kasus
HIV (ODHA on ART)
3. Cakupan penemuan 965,444,308,000 874,872,612,161 0.76 -0.19 1% Tidak
dan pengobatan efisien
kasus TBC
4. Jumlah 77,887,910,000 71,083,345,660 0.95 0.04 59% Efisien
kabupaten/kota yang
mencapai API <
1/1000 penduduk
5. Proporsi kasus kusta 9,581,205,000 7,755,034,640 0.93 0.13 83% Efisien
baru tanpa cacat
161 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Indikator disebut efisien bisa nilai efisien sebesar 50%, berdasarkan tabel diatas
terlihat bahwa ada 2 indikator yang tidak berjalan efisien yakni indikator Persentase
cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) dan indikator
Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC, sedangkan 14 indikator lainnya telah
efisien sesuai dengan rumus perhitungan tersebut diatas.
162 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. TINDAK LANJUT
Berikut ini Rencana Tindak Lanjut yang akan dilaksanakan oleh Ditjen P2P yakni:
1. Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat pada tahun 2022 mengalami
penundaan dan sebagian besar baru terlaksana pada bulan Juni 2022 yang
163 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Direktorat Jenderal P2P selalu berupaya untuk memberikan alternatif solusi terhadap
seluruh masalah penyakit guna mencegah, mengendalikan berbagai penyakit menular
dan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik yang
bersifat endemis, pandemi, potensial menimbulkan wabah, maupun antisipasi terhadap
munculnya penyakit baru. Demikian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022 disusun sebagai bahan masukan untuk
penyusunan perencanaan tahun 2023 dan 2024.
164 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
LAMPIRAN
165 |
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
I?
t
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerlntahan yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
/*rap,a
Budi G. Sadikin Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
PERJANJIAN KINERJA TA}IVN 2022
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
No,
Sasaran Program / Indikator Kinerja Target
Kegiatan
(1) (21 (3) (4)
1 Menurunnya penyakit 1 Persentase Orang Dengan HIV-AIDS 50%
menular, penyakit yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
tidak memular, serta ART)
meningkatnya 2. Persentase angka keberhasilan 9Oo/o
kesehatarr jiwa pengobatal TBC (TBC succes rate)
3. Jumlah kabupaten/kota yang 365
mencapai eliminasi malaria kab/kota
4. Jumlah kabupaten/kota dengal 458
eliminasi kusta kab/kota
5. Jumlah kabupaten/kota endemis 106
fiIariasis yang mencapai eliminasi kab/kota
6. Jumlah kabupaten/kota yang 775
melakukan pencega-han perokok usia < kab/kota
18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota yang 232
melakukan pencegahan dan kab/ kota
pengenda-1ian PTM
8. Persentase kabupaten/kota yang 87 ,90/o
mencapai 807o imunisasi dasar lengkap
anak usia O-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota yang 430
melaksalakan deteksi dini masalah kab/kota
kesehatan jiwa dal penyalahgunaal
napza
10. Persentase kabupaten/kota yang 7 4o/o
mempunyai kapasitas da-lam
pencegahan dan pengenda-Iian KKM
I 1. Jumlah kabupaten/kota yallg 243
mencapai eliminasi penyakit infeksi kab/ kota
tropis terabaikan
12. Persentase faktor resiko penyakit di 930k
pintu masuk yalg dikendalikan
13. Persentase rekomendasi hasil 900k
surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang
dimanfaatkan
2 Meningkatnya koordinasi I . Nilai Reformasi Brrokrasi 79,32
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
pemberian dukungan
manajemen Kementerial
Kesehatan
Program Anggaran
1. Program Pencegahan dan Rp. 2.672.191.885.000
Pengendalian Penyakit
2. Program Dukungan Manajemen Rp. 1..222.7 55. 1 4 1.OOO
i,W*A
Budi G. Sadikin Drdr:!!2"ndonuwu, DHSM, MARS
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESTA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
a2
5
PERJANJIAN KINERJA TAIJVN 2022
Daiam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan meiakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
Sasaran Program/
No.
Kegiatan Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1 Meningkatnya upaya 1. Persentase kabupaten/kota yang 7 5o/o
pencegahan penyakit mencapai ta rgel imunisasi rutin
la24,*n
Budi G. Sadikin Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu,
DHSM., MARS
DAF TA R KA B UPA TEN/KOTA
76
RIAU KUA NTAN SINGINGI 74,1 58,3 93,0 44,t Tidak Tercap ai 0
77
RIAU INDRAGIRI HULU 72,6 33,5 93,4 24,4 Tidak Tercapai 0
78
RIAU INDRAGIRI HILIR 67,2 67,2 69,3 60,7 Tidak Tercapai 0
79
RIAU PELALAWAN 83,3 66,8 7,6 38,7 Tidak Tercapai 0
80
RIAU SIAK 63,9 38,9 47,8 19,9 Tidak Tercapai 0
8 1
RIAU KAMPAR 96,2 73,6 19,6 60,0 Tercap ai 1
82
RIAU ROKAN HULU 90,3 90,3 64,9 60,2 Tercapai 1
83
RIAU BENGKALIS 102,3 40,5 154,8 13,4 Tercapai 1
84
RIAU ROKAN HILIR 87,6 63,1 48,2 40,2 Tidak Tercapai 0
85
RIAU KEPULAUAN MERANTI 109,2 93,2 68,4 70,7 Tercap ai 1
86
RIAU KOTA PEKANBARU 86,4 59,9 33,6 76,9 Tercapa i 1
87
RIAU KOTA DUMAI 120,8 61,6 62,8 124,8 Tercapai 1
88
JAMBI KERINCI 120,3 136.8 107,8 53,7 Tercapai 1
89
JAMBI MERANG IN 109,0 82,3 96,1 42,8 Tercap ai 1
90
JAMBI SAROLANGUN 119,6 94,6 111,2 43,3 Tercap ai 1
9 1
JAMBI BATANGHARI 107,4 97,7 116,8 38,5 Tercapai 1
92
JAMBI MUARO JAMB I
103,0 97,3 96,3 9,5 Tercapai 1
93
JAMBI TANJ UNG JABUN G TIMUR 119,5 111,0 127,2 26,5 Tercapai 1
94
JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 96,2 95,2 lOS ,S 153,5 Tercapai 1
95
JAMBI TEBO 107,4 117,2 115,5 77,1 Terc apai 1
96
JAMBI BUNGO 88,4 80,2 98,2 72,3 Terca pai 1
97
JAMBI KOTA JAMBI 101,4 98,9 98,9 87,6 Tercapai 1
98
JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 103,8 161,4 89,7 71,8 Tercapai 1
99
SUMSEL OGAN KOMERING ULU 105,7 91,2 101,6 114,8 Tercapai 1
100
SUMSEL OGAN KOMER ING ILiR 105,8 66,6 114,0 86,4 Tercapai 1
101
SUMSEL MUARA ENIM 91,3 104,3 100,0 67,4 Tercapai 1
102
SUMSEL LAHAT 108,8 161,7 110,3 11,1 Tercapai 1
103
SUMSEL MUSI RAWAS 102,7 100,3 103,7 58,8 Terca pai 1
104
SUMSEL MUSI BANYUAS IN 106,9 125,8 118,0 108,2 Tercapai 1
105
SUMSEL BANYUAS IN 96,9 79,6 94,9 76,2 Tercapai 1
106
SUMSEL OGAN KOMERING ULU SELATAN 90,9 83,7 97,6 64,8 Tercapai 1
107
SUMSEL OGAN KOMERING ULU TIMUR 101,5 100,3 100,5 98,4 Tercapai 1
108
SUMSEL OGAN ILiR 126,4 136,0 88,5 96,1 Tercapai 1
109
SUMSEL EMPAT LAWA NG 112,8 117,8 93,7 92,2 Tercapai 1
110
SUMSEL PENUKAL ABAB LEMATANG ILiR 105,9 74,9 113,1 36,4 Tercapai 1
111
SUMSEL MUSI RAWAS UTARA 104,0 135,2 47,0 109,2 Terca pai 1
112
SUMSEL KOTA PALEMBANG 99,4 72,0 97,2 64,8 Terca pai 1
113
SUMSEL KOTA PRABUMU LIH 111,2 192,4 102,7 105,3 Tercapai 1
114
SUMSEL KOTA PAGA R ALAM 113,2 89,6 103,5 44,6 Tercapai 1
115
SUMSEL KOTA LUBUK L1 NGGA U 96,9 104,4 95,0 100,7 Tercapai 1
116
BENGKULU BENG KULU SELATAN 107,8 98,8 107,8 21,4 Tercapai 1
117
BENGKULU REJANG LEBONG 99,8 80,9 101.7 93,8 Tercapai 1
118
BENGKULU BENGKULU UTARA 104,6 95,6 113,2 150 ,6 Tercapai 1
119
BENGKULU KAUR 105,6 75,2 91,9 105,8 Tercapai 1
120
BENGKULU SELUMA 87,1 69,2 75,3 36,6 Tercapai 1
121
BENGKULU MUKOMUKO 95,3 78,3 99,4 78,4 Ter capai 1
122
BENGKULU LEBONG 107,3 92,1 84,4 47,5 Tercapai 1
123
BENGKULU KEPA HIANG 96,0 76,2 103,7 40,3 Ter capai 1
124
BENGKULU BENGKULU TENGAH 105,5 106,6 97,3 70,8 Tercapai 1
125
BENGKULU KOTA BENGKULU 108,9 111,7 90,0 58,7 Tercapai 1
126
LAMPUNG LAMPUNG BARAT 110,5 95,9 107,8 70,9 Terca pai 1
127
LAMPUNG TANGGAMUS 106,7 94,2 98,6 55,7 Tercapa i
1
128
LAMPUNG LAMPUN G SELATAN 108,7 147,3 104,5 67,2 Tercapai 1
129
LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 99,0 93,S 103.6 70,5 Tercapai 1
130
LAMPUNG LAMPUNG TENGAH 105,9 90,1 101.7 18,3 Terca pai 1
131
LAMPUNG LAMPUNG UTARA 98,4 82,7 99,S 26,7 Tercapai 1
132
LAMPU NG WAY KANAN 111,8 122,5 104,1 111,5 Tercapa i
1
133
LAMPUNG TULAN GBAWANG 112,8 117,7 99,9 57,7 Tercapai 1
134
LAMPUNG PESAW ARAN 106,8 128,4 98,8 72,1 Tercapai 1
135
LAMPUNG PR INGSEWU 115,0 119,9 105,2 92,2 Tercapai 1
136
LAMPUNG MESUJI 116,5 146,0 123,5 73,7 Tercapai 1
137
LAMPUNG TULAN GBAWANG BARAT 119,6 127,3 108,9 94,0 Tercapai 1
138
LAMPUNG PESISIR BARAT 103,6 109,2 111,1 67,1 Tercapai 1
139
LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUN G 101,9 106,0 96,9 92,0 Tercapai 1
140
LAMPUNG KOTA METRO 101,8 114,4 117,2 53,5 Tercapai 1
141
BABEL BANGKA 90,3 73,0 81,0 93,6 82,4 Tercapai 1
142
BABE L BELITUNG 105,1 138,3 126,6 94,3 89,6 Tercapai 1
143
BABEL BANGKA BARAT 70,8 57,1 74,7 96,4 55,7 Tidak Tercapai 0
144
BABEL BANGKA TENGAH 71,7 49,9 74,2 95,5 29,2 Tidak Tercapai 0
145
BABEL BANGKA SELATAN 77,7 64,1 88,0 107,5 58,9 Tidak Terca pai 0
146
BABEL BEll TUNG TIMUR 130,3 128,3 128,7 103,1 85,4 Tercapai 1
147
BABEL PANGKALP INANG 115,4 103,5 114,0 80,S 95,8 Tercapa i 1
148
KEPRI KAR IMUN 106,5 97,9 79,6 64,1 Terca pai 1
149
KEPRI BINTAN 106,6 98,9 105,7 85,1 Tercapai 1
150
KEPRI NAT UNA 108,0 88,0 68,8 49 ,6 Tercapai 1
151
KEPRI LINGGA 118,3 75,3 100,7 29,S Tercapai 1
152
KEPRI KEPULAUA N ANAM BAS 127,1 121,2 9 1,4 37,7 T e rca~i 1
153
KEPRI KOTA BATAM 92,1 80,1 66,2 44,8 Tercapai 1
154
KEPRI KOTA TANJUNG PINANG 116,6 133,1 95,9 74,2 Tercapai 1
155
OKI JAKAR TA KEPU lAUAN SERIBU 124,7 144,3 97,2 109,7 Tercao ai 1
156
OKI JAKAR TA KOTA JAKARTA SElATAN 103,3 107,4 95 ,4 88,8 Ter ca pai 1
157
DKI JAKA RTA KOTA JAKARTA TIMU R 101,7 110,0 103,6 92,2 Tercapai 1
158
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 116,5 135,6 107, 1 91 ,9 Tereapai 1
159
DKI JAKAR TA KOTA JAKARTA BARAT 103,9 108,7 94 ,9 78,4 Tereapai 1
160
DKI JAKA RTA KOTA JAKARTA UT ARA 97,0 104 ,7 96,2 73,3 Terca oai 1
16 1
JA BAR BOGaR 100,8 102,9 60,4 85,3 78 ,9 Terca pal 1
162
JABAR SUKABUMI 100.0 84,4 97,7 6 1,5 Tercapal 1
163
JA BAR CIAN JUR 105,7 105,0 92,4 80,7 Ter eapai 1
164
JABAR BAND UNG 101,7 97,0 88,1 90 ,7 57,7 Ter cap ai 1
165
JABAR GAR UT 99,7 97,2 90 ,6 91,1 Te rca pal 1
166
JABAR TASIKMAl AYA 122,3 117,8 91, 6 88 ,1 Tercapat 1
167
JABAR CIAM IS 125,8 107,0 102,5 79,8 Tercaoai 1
168
JA BAR KUNINGA N in .s 116,6 108,7 8 1,4 Terca pai 1
169
JABAR CIREBON 139,5 139,9 97,1 12 1,7 Tercaoai 1
170
JA BAR MA JA lENGKA 108,0 102,4 111,1 77 ,3 Ter ca pai 1
171
JA BAR SUM EOANG 111,3 105,1 111,0 85,9 Tercapai 1
172
JABA R IND RAMA YU 101,4 79,5 94,4 66,1 Ter eapai 1
173
JA BAR SUBANG 119,5 145,6 105,0 113,6 Te rcap ai 1
174
JA BAR PURWAKARTA 105,4 124,9 t 05,1 79,8 Tercapai 1
175
JA BAR KARAWANG 113,1 l IS ,S 109,0 104,8 9 1,9 Terca oai 1
176
JABAR BEKASI 102,4 119,0 31,8 77,9 97 ,1 Terca pai 1
177
JA BAR BANDUNG BARA T 116,1 110,4 98,8 94 ,3 Terca pai 1
178
JABAR PAN GANDARAN 113,9 122,1 102,2 93,4 Tercapai 1
179
JABAR KOTA BOGa R 100,0 104,9 103,7 91 ,5 Tereap ai 1
180
JABAR KOTA SUKA BUMI 101,9 104,7 112,6 86 ,5 Terca oai 1
181
JABA R KOTA BANDUNG 97,5 131 ,8 58,6 101,0 56 ,6 Tereapai 1
182
JABAR KO TA CIREBON 89,S 78,4 111,6 63,9 Ter cap ai 1
183
JABAR KO TA BE KASI 100,6 93,1 48,2 79,7 80 ,7 T ereapai 1
184
JABAR KOTA DEPOK 104,9 134,7 82,6 78 ,9 Terea pai 1
185
JABAR KOTA CIMAHI 101,8 95,7 94,9 68,5 Tercapai 1
186
JA BAR KOTA TASIKMAlAYA 104,8 110,6 103 ,0 122,1 Tereap ai 1
187
JABAR KOTA BANJAR 109,9 102,6 90,8 122,7 Tercaoai 1
188
JAT ENG CILACAP 127,1 128,3 98,3 88 ,2 Tercapai 1
189
JATENG BANY UMAS 106,2 111.6 109,6 71.0 Tereapai 1
190
JATENG PU RBAU NGGA 114,0 117,4 2 10,1 65,0 T ereapai 1
19 1
JATENG BANJARNEGARA 105,4 111,4 108,5 38,0 Terca pai 1
192
JAT ENG KEBUM EN 128,4 121,1 101,5 15,9 Tereap ai 1
193
JATE NG PURWOR EJO 102,3 97,2 98 ,4 95,6 Tereapai 1
194
JATEN G W ONOSOB O 119,5 109,6 106,9 127,7 Terca pai 1
195
JATENG MAGELAN G 116,1 216 ,5 99 ,6 75,9 Terca pai 1
196
JATENG BOYOLAU 117,7 148,9 lOS,S 100.9 Tercapal 1
197
JATENG KLAT EN 96,9 110,0 118.8 66.3 Tercapai 1
198
JATENG SUKOHAR JO 94,9 119.9 100.7 174,4 Tereapai 1
199
JATENG WONOGIR I
118,5 114,7 98, 1 79,6 Ter ca pai 1
200
JATE NG KARA NGANYAR 98,9 104,5 105,0 57,7 Tercapai 1
20 1
JATE NG SRAGE N 120,0 113,9 112,8 82,4 Tercaoai 1
202
JAT ENG GRO BOGA N 120,7 134,4 99.0 80,S Tercapei 1
203
JATEN G BlORA 113,8 139,4 98.7 95,6 Tereapai 1
204
JATEN G REMBANG 108. 1 114,2 10 1,2 88 ,7 Terca pai 1
205
JATENG PATI 111,5 125,6 108.2 38,5 Tereap ai 1
206
JATENG KUDUS 119,1 158,9 108,9 102, 1 Te rcapai 1
207
JAT ENG JE PARA 104,7 101,4 100,2 62,6 Te rca pai 1
208
JAT ENG DE MAK 1210
129,9 101,6 44,3 Tercapai 1
209
JATEN G SEMARA NG 98,0 93,7 108,6 114,8 Terea pai 1
210
JATENG TE MANGGUN G 99,0 111,0 110,8 129,4 Tereap ai 1
211
JATENG KENDAL 100,1 102,2 81,4 78.8 Tereapai 1
212
JATENG BATANG III ,S 88,0 105,4 69.2 Terea pai 1
213
JATENG PEKAlONGAN 132,3 148,4 98,8 16,7 Tereapai 1
214
JAT ENG PEMALANG 139,4 118,3 98,4 86,7 Tercapat 1
215
JATE NG TEGAl 118,9 109,8 101,4 80,6 Tercapai 1
216
JATEN G BR EBE S 115,4 119,8 94,9 54,5 Te rca pai 1
217
JATEN G KOTA MAGEl ANG 99,6 182,9 139 ,6 39,2 Tercapai 1
218
JAT ENG KOTA SURA KAR TA 150,7 248 .8 156.2 361,4 Te rca pai 1
219
JATENG KOTA SALATIGA 100.0 115,3 173,7 112.0 Tereapai 1
220
JATE NG KOTA SEMARANG 107.8 122,3 107,3 83,3 Tercapa i
1
221
JATE NG KOTA PEKAlONGAN 124,6 205,4 10 4,8 118,2 Terca pai 1
222
JATENG KOTA TEG Al 98,3 106,9 120 ,3 64 ,7 Tercanai 1
223
DIY KUl ON PROGO 99,7 66,9 97,0 58,7 Ter ca pai 1
224
DIY BAN TUl 87,2 57,4 99,1 92, 8 Tarcapai 1
225
DIY GUN UNG KIDUl 104,1 73,9 83,9 45.6 Tereap ai 1
226
DIY SlEMAN 96,6 53,6 105,5 108.9 Tercapai 1
227
DIY KO TA YOGYAKARTA 118,3 50,6 134,4 24,2 Te reapai 1
228
JATIM PAC ITAN 99,7 112,5 104,6 38,2 Tercapai 1
229
JAT IM PON OROGO 96,4 94,5 96,9 113.3 88 ,1 Terca pai 1
230
JATIM TR ENGGAlE K 105, 3 103,8 110,3 99 ,7 Tercapai 1
231
JAT IM TUlUNGAGUN G 105.7 104,4 114,7 93,2 Tercapai 1
232
JATIM BUTA R 94,5 97 ,2 120,4 81,S Tercapa i 1
233
JAT IM KED IRI 99,2 103,5 94,7 94,1 84 ,S Tercap ai 1
234
JATIM MALANG 102,5 100,4 94,9 104,2 96 ,5 Tercapai 1
235
JATIM LUMAJANG 103,0 88 ,8 106,9 105,2 Tereapai 1
236
JATIM JEMBER 76,1 89,5 94,2 98 ,2 99 ,5 Tidak Tercapa i
0
237
JATIM BANYUWANG I
105,5 104.8 115,5 94.5 T ercapai 1
238
JATIM BONOOWOSO 115.0 105,3 103,2 85,6 Tercapai 1
239
JATIM SITUBO NOO 63,3 66,7 95,2 110,7 T;dak Tercapai 0
240
JATIM PROBOLINGGO 98,7 120,9 95,8 107,1 Tercapa i
1
241
JATIM PA SURUA N 101,9 106.0 95,9 82,3 Tereapa i 1
242
JATIM SIOOARJO 105,3 109,4 105,3 110,9 98,7 Terca pai 1
243
JATI M MOJOKERTO 105,4 107.2 110,0 92,1 T ereapa i 1
244
JATIM JOMBANG 100,6 102,8 114,7 74,8 Ter capai 1
245
JATIM NGA NJUK 95,9 104,6 114,2 88,0 Tercapal 1
246
JATIM MAOIUN 98,5 115,1 111,3 68,0 Tercaoa i
1
247
JATIM MAG ETAN 97,3 103,7 117,6 91,5 Tereapai 1
248
JATIM NGAWI 102,2 107,3 106,8 83,6 Terca pai 1
249
JATIM BOJONEGORO 107,1 108,6 106,0 84,6 Tereapa i
1
250
JATIM TUBAN 105,9 112,2 110,8 103,6 Tercap ai 1
251
JATIM LAM ONGAN 105,1 99,9 103,0 96 ,1 Tercao ai 1
252
JATIM GRESIK 104,0 112,0 105,4 113,6 115, 1
Te rcap ai 1
253
JATIM BAN GKALAN 67,9 50,1 81,1 82,4 Tidak Tercap al 0
254
JATIM SAMPANG 75,4 48 ,S 61,9 12,6 T;dak Tereapai 0
255
JATI M PAM EKAS AN 90,1 77,5 59,7 86,6 Tercaoal 1
256
JATIM SUMENEP 110,2 113,7 95,0 102,9 Tercap ai 1
257
JATIM KOTA KEOIRI 100,5 99,7 88 ,1 149,5 95,3 Tercapal 1
258
JATIM KOTA BLiTAR 95,6 86,3 152,7 80,7 Tereap ai 1
259
JATIM KOTA MALANG 88.4 92,S 88,4 134,8 31,0 Tercapai 1
260
JATIM KOTA PROB OLINGGO 102,6 98,1 105,1 183,0 Tereapai 1
261
JATIM KOTA PA SURUAN 104,2 140,0 120,2 87,2 Tercaoai 1
262
JATIM KOTA MOJOKERTO 102,3 108 ,0 166,9 99 ,9 Terca oai 1
263
JAT IM KOTA MAOIUN 99,8 103,9 169,4 97,9 Tercapai 1
264
JATIM KOTA SURABAYA 104,7 112,9 128,8 103,6 Tereapai 1
265
JATIM KOTA BATU 97,9 97,5 112,2 93, 1 Tercaoai 1
266
BANTEN PANOE GLAN G 111,6 83,9 101,1 12,9 Tercapa i
1
267
BANTEN LEBAK 106,5 120,9 84 ,8 65,9 Tercapai 1
268
BANTEN TAN GERANG 101,3 104,0 92.1 87 ,S Tercap ai 1
269
BANTEN SERA NG 151,8 122,1 99,2 103,8 Tercap ai 1
270
BANTEN KOTA TANGER AN G 99,6 108,4 94,5 72,5 Terca pai 1
271
BANTEN KOTA CILEGO N 113,8 154,6 95,7 75,7 Tercan al 1
272
BANTEN KOTA SERANG 130,0 123,2 85 ,5 77,6 Tercapai 1
273
BANTEN KOT A TANGERANG SELATAN 104,3 108,3 101,9 74,7 Tercapai 1
274
BALI JEMBRANA 109,2 101,8 108,8 75,9 Tercapai 1
275
BALI TABANAN 109,8 107,3 82,8 87,1 Tercapal 1
276
BALI BAOUN G 102,5 96,4 92,8 113,3 Tercapai 1
277
BALI GIANYAR 100,5 103,8 101.2 61,0 Tercapai 1
278
BALI KLUNG KUNG 114,9 130,4 114 ,7 9 1,8 Tereapa ! 1
279
BALI BAN GLI 107,9 104,3 107,0 137,0 Tercapai 1
280
BALI KARAN G ASEM 103,8 110,6 111,7 77,9 Tercap ai 1
281
BALI BULELEN G 111,0 110,0 112,7 94,9 Terc aoai 1
282
BALI KOTA OENPA SAR 103.5 88,0 102.5 99,S Tereapa! 1
283
NTB LOMBOK BAR AT 113,3 109,1 127,7 101,8 53,3 Terc apai 1
284
NTB LOMBOK TEN GAH 107,7 100,5 113,7 119,0 26,2 Tercapai 1
285
NTB LOMBOK TIMUR 117,9 114,2 128,4 115,2 63,3 Tereapa! 1
286
NTB SUMBAWA 10 1,2 102,4 66 ,3 71,2 85,9 Tercaoai 1
287
NTB OOMPU 110,7 119,7 89,4 91,4 57 ,0 Tereapa i
1
288
NTB BIMA 121.1 89,1 118.7 85,S 78,7 Tercapai 1
289
NTB SUMBAWA BARAT 82,7 67,9 78,3 109,7 21,2 Tercapai 1
290
NTB LOMBOK UTARA 124,1 135,3 nr.s 103,5 54,9 Tercaoai 1
291
NTB KOTA MATA RAM 90,3 75,0 86,0 84,0 61,6 Ter caoai 1
292
NTB KOTA BIMA 113,5 104,5 115,6 77,1 59,0 Tercapai 1
293
NIT SUMBA BARAT 104,0 98,5 91,2 178,7 Tercapai 1
294
NIT SUMBA TIMUR 74,0 59,0 86,S 24,5 Tidak Ter capal 0
295
NIT KUPANG 90,5 87,6 90,2 28,6 Ter caoai 1
296
NIT TIMOR TEN GAH SELATAN 103,4 103,4 120,2 18,9 Tercapai 1
297
NTT TIMOR TENG AH UTARA 98,6 117,9 118,9 60,5 Tercapai 1
298
NIT BELU 93,8 69,6 90,9 47 ,6 Tercaoai 1
299
NTT ALOR 71,2 66,8 68 ,7 5,9 Tidak Tercapai 0
300
NTT LEMBATA 66,6 54,9 99,8 31,7 T;dak Tercapai 0
30 1
NTT FLORE S TIMUR 89,6 81,6 88,5 35 ,3 Tercapai 1
302
NTT SIKKA 84,8 84,5 111,0 49,4 Tercapai 1
303
NTT ENOE 92,1 93,4 95,8 46 .6 Ter capa i
1
304
NTT NGAOA 77,3 54,3 93 ,1 27,8 T;dak Tercapai 0
305
NTT MANGGARAI 91 ,6 79,5 110,7 37,2 Tercap ai 1
306
NTT ROTE NOAO 52,7 61,4 106,2 34,4 Tidak Tercapai 0
307
NTT MANGGARAI BARAT 80,6 74,4 85,5 34,6 Tercaoa i 1
308
NIT SUMBA TENGAH 99,S 93,3 105,9 32,7 Tercapai 1
309
NTT SUMBA BARAT OAYA 63,4 57,2 SO,I 25,2 Tidak Tereapai 0
310
NTT NAGE KEO 75,0 79,6 106,6 40 ,2 T;dak Tercanai 0
311
NIT MANGGARAI TIMUR 103,1 44, 1
77,3 47,7 Terca oa! 1
312
NTT SABU RAI JUA 59,9 37,7 98 ,1 20,8 Tida k Tercapai 0
CAKUPAN CA KU PA N INOIKATOR PENOUKUNG
INOIKATOR Status
Imunisasl Pencapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imun isa s l Im unisasi Imun is asi Status
Oasar terhadap Pencapaian
Lanjutan A ntigen Anak Us ia Imunisas l
Lengkap Ind lk at or
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80% ) (80%) (70% ) WUS(60%)
313
NIT MALAKA 100,0 46,0 89 ,7 22 ,6 Tercapa i
1
3 14
NIT KOTA KUPANG 94, 9 100 ,2 75,7 69,1 Ter capa l 1
315
KAL BAR SAMBA S 107,8 91,8 129,2 68, 7 Tercapai 1
3 16
KALBAR BENGKAYANG 88,4 75 ,9 114,2 30, 1
Tercapai 1
317
KALBAR LAN OAK 109,8 95 ,9 96 ,4 77,4 Ter capai 1
318
KALBAR MEMP AWAH 83,6 59 ,7 69,9 60 ,4 Tercapai 1
319
KALBAR SANGG AU 94, 9 93,0 104,6 133,1 Tercapai 1
320
KALBAR KETA PA NG 64,8 63 ,2 43 ,8 49,1 Tlda k Terca pai 0
321
KAL BAR SINTANG 89,4 81 ,1 121,4 29,8 Ter capal 1
322
KA LBAR KAP UAS HU LU 82,7 66 ,9 94 ,5 13,7 Tercapai 1
323
KALBA R SEKA OAU 102,3 65 ,3 105,8 38 ,5 Te rcapai 1
324
KALBAR MELAWI 85 ,2 82,0 100,4 30,8 Tercapai 1
325
KALBAR KAYON G UTAR A 68,8 47 ,9 47 ,4 32,9 Tidak Terca pai 0
326
KA LBAR KUBU RA YA 69,7 69 ,8 69 ,1 71,8 Tida k Tercap ai 0
327
KALBAR KOT A PONTIANAK 75,7 53 ,6 58,4 47, 8 Tidak Te rcap ai 0
328
KALBAR KOTA SINGKAWANG 43,8 37,4 82 ,8 41,1 Tidak Te rcapai 0
329
KALTENG KOT AWARING IN BARAT 101,1 84 ,9 100,8 55, 8 Te rcap ai 1
330
KAL TENG KO TAWARINGIN TIMU R 96,8 83,6 99 ,4 32 ,4 Te rcapai 1
33 1
KALTEN G KA PUAS 80 ,6 63,6 93,5 3 7,1 Tercapai 1
332
KALTENG BARI TO SELATA N 91,4 55,9 100 ,2 38,2 Tercaoai 1
333
KALTEN G BA RITO UTA RA 93,2 76,3 82,0 58,4 Tercapai 1
334
KALTENG SUKAMARA 106,5 95,2 96 ,7 31,1 Tercapai 1
335
KALTEN G LAMANOAU 125,0 107 ,2 144,8 39 ,1 Te rcapa i
1
336
KALTENG SER UYAN 9 1,7 83 ,5 81 ,7 55,6 Terca pai 1
337
KALTEN G KATINGAN 89 ,9 78,0 99,3 56 ,9 Tercap ai 1
338
KAL TENG PULAN G PISA U 98 ,0 88,6 95,2 28,3 Te rcapa i
1
339
KALTEN G GUNUNG MA S 114,5 122,1 118,2 81,2 Tercapai 1
340
KALTENG BARIT O TIMU R 92 ,5 147,9 10 1,4 43,5 Ter ca pai 1
341
KALTEN G MU RUN G RA YA 71.1 45 ,9 103,1 27,9 Tidak Te rcapai 0
342
KALTENG KO TA PALAN GKA RAY A 83,7 56 ,6 86 ,0 38,9 Ter capai 1
343
KALSEL TAN AH LAUT 93 ,9 70,0 88,8 50, 2
Te rcapa i
1
344
KALSEL KOTA BAR U 89,4 58,0 89 ,6 16,5 Ter cap ai 1
345
KALSEL BANJAR 89,2 67,5 57,1 6 1,4 Te rcapai 1
346
KALSEL BA R ITO KUALA 92 ,5 64,7 84 ,0 62,4 Ter cap ai 1
347
KAL SEL TAPI N 90 ,3 71 ,3 90 ,3 50 ,7 Terca pai 1
348
KA LSEL HUL U SUNG A I SELA TA N 100 ,4 158 ,2 87 ,1 55 ,8 Terca pai 1
349
KALS EL HUL U SUNGAI TEN GAH 100 ,7 75,9 73,7 59 ,7 Terca pai 1
350
KAL SEL H ULU S UNGAI UTA RA 75,0 76,0 68 ,3 44, 0 Tidak Terca pai 0
35 1
KA LSEL TA BAL ON G 80 ,9 62 ,6 89,0 39, 1 Terca pai 1
352
KAL SEL TANAH BUMB U 89 ,6 93 ,1 75 ,9 44 ,0 Terca pai 1
353
KAL SEL BAL AN GAN 92 ,2 83,2 84,9 50 ,7 Tercapai 1
354
KALS EL KOTA BANJARMAS IN 92 ,2 85 ,2 86 ,4 84,4 Tercapai 1
355
KALSEL KOTA BANJA R BAR U 97 ,1 117,2 82 .4 78,0 Tercapai 1
356
KA LT IM PAS ER 86 ,5 66 ,5 93,8 34,6 Terc apai 1
357
KA LT IM KUTA I BARAT 125 ,0 148,3 144,6 2,6 Ter ca oai 1
358
KA LTIM KU TAI KAR TA NE GARA 83 ,5 53,0 107,5 25 ,7 Tercap ai 1
359
KAL T IM KU TAI TI MUR 117,7 74,2 118 ,8 68,0 Terca pai 1
360
KA LTI M BE RAU 98 ,0 73 ,7 108,5 39,5 Terc apai 1
36 1
KA LT IM PE NA JAM PAS ER UTARA 111,0 94 ,1 115 ,5 74 ,2 Tercapai 1
362
KAL T IM MAH AKAM UL U 160,2 111 ,7 152,7 164 ,9 Tercapa i
1
363
KA LT IM KOTA BAlIKPAP A N 100,6 105,6 101,7 322, 0 Tercapai 1
364
KA LTIM KOTA SAMA RINOA 91,4 80,3 116,1 61,7 Ter ca pai 1
365
KA LT IM KOT A BONTANG 98,4 95,3 86,4 72,8 Te rca pai 1
366
KALTARA MAliNAU 107,6 78,7 59,0 148,4 Te rca pai 1
367
KA LTARA BUL UN GAN 134,3 102,7 127 .3 114,9 Terca oai 1
368
KALTARA TA NA TIOUNG 253,5 205 ,0 81,1 196,2 Ter ca oai 1
369
KAL TA RA NUNUKAN 148 ,9 99,5 82.2 5,6 Terca pai 1
370
KALT ARA KOTA TAR AKA N 53,2 43,7 81,8 3,6 Tidak Tercapai 0
37 1
SULUT BOlAANG MONGONOOW 84,3 74,9 49,2 37,5 Tidak Terca pai 0
372
SULUT MIN AHASA 116 ,3 99 ,9 81,5 82,8 Ter caoa i
1
373
SUL UT KEPULA UAN SA NG IHE 70,5 84 ,5 67 ,3 Tidak Tercap ai 0
374
SULUT KEPULAUAN TALAU O 29,6 20,5 17,5 Tid ak Terca pai 0
375
SULUT MIN AH A SA SELA TAN 109 ,6 96,8 66 ,5 66,8 Tercapai 1
376
SUL UT MIN AHASA UTARA 120 ,7 106,7 43, 6 21 ,7 Ter capai 1
377
SULU T BOlAANG MONGONOOW UTA RA 83.6 68 ,0 43 ,2 0.0 Tidak Tercapai 0
378
SULUT SIAU TA GULANOANG BIARO 117 ,8 111,0 9,8 68,4 Tercap ai 1
379
SULUT MINAHA SA TENGGARA 66 ,5 56,2 46 ,3 8,7 Tidak Ter caoai 0
380
SULUT BOLAAN G MONG ONO OW SE LA TAN 79,1 86,9 89,9 51 ,6 Tidak Tercapat 0
381
SULUT BOlAANG MONGON OOW TIMUR 97 ,4 91,5 88,2 24,5 Tercapai 1
382
SULUT KOTA MANAOO 104 ,2 99,6 73,1 67 ,5 Ter ca pai 1
383
SULUT KO TA BIT UNG 98.6 77.9 74,4 97,9 Tercapai 1
384
SULUT KOTA TOMOHON 110 ,0 108,2 70 ,8 142,3 Tercaoa i 1
385
SULUT KOTA KO TAMOBAG U 57.0 74,6 5.9 48 .2
Tidak Ter capai 0
386
SULTENG BANG GA I KEPULAU AN 86,6 83,6 95 ,6 52,3 Terca pai 1
387
SULTENG BANGGAI 97,S 68.1 83 ,4 25,4 Ter capai 1
388
SULTENG MOROWALI 163,7 107,9 119,5 102 ,9 Tercap ai 1
389
SULTE NG PO SO 86 ,6 76,0 75 ,9 65, 1 Terca pai 1
390
SULTE NG OONG GALA 91,9 94 ,3 84, 9
73,9 Tercapai 1
39 1
SULTE NG TOll TOll 93 ,7 86,8 55 ,3 75,6 Tercapa i
1
392 SULTE NG BUOL 96,6 56,2 38, 4 33,1 Tidak Terca oal 0
393 SULT ENG PA RIGI MOUTONG 79,7 62,6 71,7. 45,6 Tidak Terca pai 0
394 SULTE NG TOJO UNA UNA 76,3 48 ,2 65,9 30, 2 Tidak Tercapai 0
395 SULTE NG SIG I 104,4 52,9 44,7 59, 4 Tida k Terca pai 0
396 SU LTENG BANGGAI LAUT 67,8 63,6 64,3 41 ,0 Tidak Tercapai 0
397 SULTE NG MOROWALI UTA RA 109,9 86,5 89,9 55,0 Terca pai 1
398 SULTE NG KOTA PALU 108,6 131,9 78,5 7 1,9 Tercapai 1
399 SULS EL SELAYAR 88,6 87,8 110,5 32,2 Tercapai 1
400 SULSE L BUL UKUMBA 116,5 103,6 100,0 45,5 Ter ca pai 1
401 SULSE L BAN TAENG 123,3 123,6 106,0 81,8 Tercapai 1
402 SULSEL JEN EPON TO 115,4 97,4 98 ,8 65,1 Ter cap ai 1
403 SULSE L TAKA LAR 131,0 125,1 110,6 85,5 Terca pai 1
404 SULSEL GOWA 116,0 100,4 90,4 60 ,1 Tercapai 1
405 SULSE L SINJA I 128,7 120,6 25,8 26,9 Te rcapai 1
406 SULSE L MAR OS 109,8 102,1 108,0 52,2 Ter capai 1
407 SULSE L PANGKAJ ENE KEPULAUA N 111,4 138,3 101,7 71,4 Ter cap ai 1
408 SULSE L BARRU 128,8 98,9 105,1 76,4 Te rca pai 1
409 SULSE L BONE 127,9 121,5 101,3 37, 4 Terca pai 1
410 SULSEL SO PPENG 119,1 112,5 103,0 70,0 Terca pai 1
411 SULS EL WAJO 104,3 113,6 96,8 54,7 Te rcapai 1
412 SULSE L SIDENR ENG RA PPAN G 130,9 122,0 110,2 81 ,1 Ter capai 1
413 SULSE L PINRA NG 117,7 101,8 105,5 57,6 Ter ca pai 1
4 14 SULSE L ENREKANG 96,4 83, 1 98,8 34,7 Ter ca pai 1
4 15 SULSE L LUW U 113,6 106,5 99,1 55,6 Tercapai 1
4 16 SULSEL TANA TO RAJA 92,1 85,7 107,8 26,3 Terca pai 1
417 SU LSEL LUWU UTA RA 105,5 72,3 65,5 40,4 Tidak Tercapa i 0
418 SULSE L LUWU TIMUR 101,6 98,9 99,0 68,7 Terca pai 1
419 SULSEL TO RAJA UTA RA 108,5 106,6 98,0 55,2 Tercapai 1
420 SULS EL KO TA MAKA SSAR 113,6 137,7 87 ,8 85,6 Tercapai 1
421 SULSEL KO TA PA RE PA RE 125,7 122,1 98 ,6 72,3 Terca pai 1
422 SULSEL KO TA PALOPO 102,1 100,9 93,4 50,6 Tercap ai 1
423 SULTRA BUTON 113,2 110,1 82,0 39,9 Terca pal 1
424 SULTRA MUNA 86 ,4 51,8 68,5 3 1,2 T idak Tercapai 0
425 SULTRA KON AW E 67,9 62, 8 79,9 60,0 Tidak Tercapai 0
426 SULTRA KO LAKA 74,8 60,9 89,5 40,1 Tidak Tercaoa i 0
427 SULTRA KONAWE SELA TAN II 86,8 69,8 92,0 47,9 Ter capai 1
428 SULTRA BOMBANA II 87,3 73,0 90,9 30, 1 Terca pai 1
429 SULTRA WAKATOBI 71,9 46.2 45,4 47,5 Tid ak Tercapai 0
430 SULTRA KOLAKA UTA RA II 93 ,7 72,8 81,9 65 ,5 T ercapai 1
431 SULTRA BUTON UTAR A 91,8 102,9 82 ,9 49,3 Tercaoal 1
432 SULTRA KONAWE UTARA 100,5 88 ,1 117,4 52,6 Ter capai 1
433 SULTRA KOLAKA TIMU R 103,5 78,9 46,1 57,6 Tid ak T ercapai 0
434 SULTRA KONAWE KEP ULA UA N 137,5 129,6 94,9 39,7 Ter ca pai 1
435 SULTRA MUNA BARAT 101,6 100,2 9 1,1 38,7 T erca pai 1
436 SULTRA BUTON SELATA N 98,5 78,7 59,8 59,8 Tid ak Terca pai 0
437 SULTRA BUTON T ENGAH 111,3 91,0 109,5 30,4 Tercap ai 1
438 SULTRA KOTA KENDARI 80,3 73, 1 53,1 71,0 Te rcapai 1
439 SULTR A KOTA BAU BAU 84,4 77,7 78,9 29,9 Ter capai 1
440 GORON TA LO BOAL EMO 81,6 65,1 70,0 76,5 Ter ca pai 1
44 1 GORO NTALO GORONTALO 110,8 109,4 15,9 80 ,9 Tercapai 1
442 GORON TALO POHUWATO 98,4 70,7 43,8 81,2 Te rcapai 1
443 GORO NTALO BONE BOLA NGO 94,1 96 ,6 71,4 55,2 Terca pai 1
444 GORONTALO GORO NTALO UTARA 101,3 119,8 87,9 93,2 Tercapai 1
445 GORONTALO KOTA GORONTA LO 81,2 67,0 53,0 82,2 Tercaoa! 1
446 SULBA R MAJE NE 94,4 114,6 84,4 46 ,1 Terca oai 1
CAKUPAN CAKUPAN INDIKATOR PENDUKUNG ~
INDIKA TOR Status
Imunisasi Pencapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunisas i Imunl sasl Imunisasl Status
Dasar terhadap Pencapaian
Lan jutan Antigen Anak Us ia Imun isa si
Leng kap Ind lkator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80%) (80%) (70%) WUS(60%)
447 SULBAR POLEW ALI MANDAR 96,9 84,4 73,3 61 ,0 Tercapai 1
448 SULBAR MAMASA 88,7 73,7 74,5 23,6 Tercapai 1
449 SULBAR MAMUJU 87,8 69,9 76,8 29,2 Tercapai 1
450 SULBAR MAMUJU UTARA 62,8 36,1 83,5 31,9 Tida k Tercapai 0
451 SULBAR MAMUJU TENGAH 106,4 96,7 86,9 73, 1 Tercapai 1
452 MALU KU MALUKU TEN GGARA BARA T 120,9 115,9 56, 7 56,9 Tercapai 1
453 MALU KU MALUKU TENGGARA 75,3 74,8 70,9 64,6 Tidak Tercaoai 0
454 MALUKU MALUK U TE NGAH 104, 1 110,4 53,1 Tercapai 1
455 MALUKU BURU 69,0 43,3 58,6 Tidak T ercapai 0
456 MALUKU KEPULAUAN ARU 60 ,3 69,5 52,0 Tidak Terca pai 0
457 MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 85,0 55,7 20,7 Tidak Tercapai 0
458 MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 83,9 89,9 24,5 Tercapai 1
459 MALUKU MALUKU BARAT DAYA 90,0 96,0 8,5 Tercapai 1
460 MALUKU BURU SELATAN 151,6 87,6 139 ,7 Terca pai 1
461 MALUKU KOTA AMBON 61,4 79,2 48,5 Tidak Terca pai 0
462 MALU KU KOTA TUAL 64,4 82,1 55,9 36,8 Tidak Terca pai 0
463 MALUT HALM AHE RA BARA T 85,4 72,4 77 ,6 53,5 Tercapa i 1
464 MALUT HALMAHERA TE NGAH 90,9 76,5 93,6 50,9 Tercapai 1
465 MALUT KEP ULAUAN SULA 78,8 79,4 49,7 62,8 Tidak Tercapai 0
466 MA LUT HALMAHE RA SELATAN 95,8 66,2 18,4 48.7 Tidak Tercapa i 0
467 MALUT HALMA HERA UTARA 101,3 225,1 48,0 51,2 Tercapai 1
468 MALUT HALMAHE RA TIM UR 82,6 62,3 40,3 42,9 Tidak Tercapai 0
469 MAL UT PULAU MOR OTAI 112,9 181,2 81,8 76,4 Tercapai 1
470 MALUT PULAU TALIABU 118,5 105,9 61 ,1 35,9 Tercapai 1
471 MALUT KOTA TERNATE 96,5 92,1 45 ,0 89 ,3 Tercapai 1
472 MALUT KOTA TIDO RE KEPULAUA N 118,4 126,5 106,6 87,2 Tercapai 1
473 PAPUA BARAT FAKFAK 113,5 296 ,7 121,3 90,0 T ercapai 1
474 PAPU A BARAT KAIMA NA 109,5 129,9 62,1 13,7 Tercapai 1
475 PAPUA BARAT TELU K W ONDAMA 80,8 81,9 32,1 43,6 Tercapai 1
476 PAPUA BARAT TELUK BINTUNI 38,6 48,7 82,6 32,3 Tidak Tercapai 0
477 PAPUA BARAT MANOK WARI 65,9 58,8 34,2 64,7 Tidak Tercapai 0
478 PA PUA BARAT Sa RONG SELATAN 52,6 42,5 28,6 12,0 Tidak Tercapai 0
479 PAPUABARAT SaRONG 128,0 72,2 34 ,0 24,2 Tidak Tercapai 0
480 PAPUABARAT RAJA AMPAT 90 ,0 69,9 76,4 116,5 Tercapai 1
481 PAPUA BARAT TAMBRAUW 23 1,5 6 1.8 28,3 40,5 Tidak Tercapai 0
482 PAPUA BARAT MAYBRAT 105,5 96,3 33 ,5 28,0 Tercapai 1
483 PAPUA BARAT MAN OKWARI SELATA N 27,6 57,9 9,9 26,3 Tidak T ercapai 0
484 PAPUA BARAT PEGUNUN GAN ARFAK 2,1 1,7 Tidak Tercapai 0
485 PAPUA BARAT KOT A SORO NG 75,9 89 ,8 42,9 37 ,5 Tidak Tercap ai 0
486 PAPUA MERAUKE 86,5 73,6 111,6 51,9 Tercapai 1
487 PAPUA JAYAWIJ AYA 40,7 32,1 11,7 12,3 Tidak Tercapai 0
488 PAPUA JAYAPURA 124,6 115,9 168,4 80,2 Tercap ai 1
489 PAPUA NABIRE 94 ,2 63 ,3 91 ,7 18,7 Terca pai 1
490 PAPUA YAPEN W AROPEN 93,4 53,1 42,9 54 ,1 Tidak Tercapai 0
491 PAPUA BIAK NUMFOR 76,9 121,1 133,1 47,4 Tidak Tercap al 0
492 PAPUA PANIAI 14,4 53,6 33,1 Tidak Tercap ai 0
493 PAPUA PUNCAK JAYA 6, 1 18,9 12,5 1,1 Tidak T ercapai 0
494 PAPUA MIMIKA 838 69,8 88,8 60 ,8 Tercapai 1
495 PAPUA BOVEN DIGOE L 78,3 62,0 129,6 17,3 Tida k Tercapai 0
496 PAPUA MAPPI 81,2 42,4 114,3 20,6 Tercapai 1
497 PAPUA AS MAT 29,3 50,5 81,8 45,2 Tidak Tercaoai 0
498 PAPUA YAHUKIMO 4,1 16,6 2,3 0,0 Tidak Tercapai 0
499 PAPUA PEGUNUNGAN BINTANG 4,5 9,2 12,5 4,1 Tida k Tercaoai 0
500 PAPUA TOLIKARA 12,7 74,2 4,0 13,3 Tidak Terca pai 0
50 1 PAPUA SARM I 8 1,4 56 ,0 130,7 3 ,8 Tercap ai 1
502 PAPUA KEEROM 108,1 84,3 t 14,1 69,4 Tercap ai 1
503 PAPUA WAROPEN 61,8 73,7 88,6 44,0 Tidak Tercapai 0
504 PAPUA SUPIORI 74,2 29,6 14,9 34,5 Tidak Tercapai 0
505 PAP UA MAMBERAMO RAYA 5,6 7,4 0,0 Tidak Tercapai 0
506 PAPUA ND UGA 9,1 0,0 Tidak Tercapai 0
507 PAPUA LANNY JAYA 22,1 10,1 7,8 2,7 Tidak Tercapai 0
508 PAPUA MAMBERAMO TEN GAH 73,6 131,6 18,7 163,0 Tidak Tercapa i 0
509 PAPUA YALIMO 29,2 12,5 1,6 6,6 Tidak Tercapai 0
510 PAPUA PUNCAK 2,4 47,0 0 ,0 Tidak Tercapai 0
5 11 PAPUA DOG IYAI 8,3 7,8 0,0 Tidak Tercapai 0
5 12 PAPU A INTAN JAYA 3,0 3,4 7,8 0 ,0 Tidak Terca oai 0
5 13 PAPUA DE IYAI 5,9 3,1 3,6 Tidak Terca pai 0
514 PAPUA KOTA JAYAPURA 114 ,2 77,9 138,1 18 ,9 Tercapai 1
Jumlah Kabupaten/Kota 403 314 23 379 252 385
~o
~«; 0'«
,m"",,,,,
~ ~ i\ ..
~ DIRO. , ..
. I~r.:-
Pf "Yf ~i,~ 'On.~~ !l1XPSE , MKM .~
7l
~
0<)
'r'Jj P 1 ~~5 ~
. 200 1
c..
'I ':J' ' ;-'
- -~)~~
-
DATA DUKUNG TIMJA HIV AIDS DAN PIMS
ODHIV YANG MENJALANI PENGOBATAN ARV
Mengetahui,
Katimja HIV AIDS dan PIMS
Jumlah
No Provinsi Estimasi Insiden TC (%)
kasus
1 ACEH 23,374 11,668 49.92%
2 SUMUT 72,738 37,528 51.59%
3 SUMBAR 26,829 13,836 51.57%
4 RIAU 31,899 12,407 38.90%
5 KEPRI 13,896 5,548 39.92%
6 JAMBI 15,441 5,616 36.37%
7 SUMSEL 38,940 19,353 49.70%
8 BABEL 6,823 2,617 38.36%
9 BENGKULU 8,666 3,225 37.21%
10 LAMPUNG 34,099 16,922 49.63%
11 BANTEN 38,200 37,562 98.33%
12 DKI JAKARTA 53,773 49,604 92.25%
13 JABAR 148,069 164,714 111.24%
14 JATENG 92,870 70,873 76.31%
15 DIY 10,530 5,522 52.44%
16 JATIM 107,547 73,841 68.66%
17 KALBAR 19,586 11,287 57.63%
18 KALTENG 11,007 4,286 38.94%
19 KALSEL 17,578 7,799 44.37%
20 KALTIM 16,573 8,632 52.08%
21 KALTARA 3,275 1,672 51.05%
22 SULUT 10,835 8,199 75.67%
23 GORONTALO 4,718 4,474 94.84%
24 SULTENG 12,195 6,548 53.70%
25 SULSEL 35,210 23,239 66.00%
26 SULBAR 5,020 2,867 57.11%
27 SULTRA 10,611 5,745 54.14%
28 BALI 14,514 4,422 30.47%
29 NTB 20,830 9,017 43.29%
30 NTT 21,927 7,847 35.79%
31 MALUKU 7,584 4,384 57.81%
32 MALUT 4,896 3,037 62.03%
33 PAPUA 21,096 14,476 68.62%
34 PAPUA BARAT 7,851 3,017 38.43%
Indonesia 969,000 661,784 68.30%
Data per 2 Januari 2023
Penyusun Mengetahui
Ketua Tim Kerja Malaria
Mengatahui,
Ketua Tim Kerja NTDs,
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Aceh Simeulue 158 11 11 129 81.65%
Aceh Aceh Singkil N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Aceh Selatan 128 70 140 0 0.00%
Aceh Aceh Tenggara N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Aceh Timur 1,250 226 135 957 76.56%
Aceh Aceh Tengah 158 75 75 157 99.37%
Aceh Aceh Barat 101 50 67 52 51.49%
Aceh Aceh Besar 243 57 60 116 47.74%
Aceh Pidie 1,422 28 56 1,038 73.00%
Aceh Bireuen 325 10 25 283 87.08%
Aceh Aceh Utara 1,920 127 170 1,450 75.52%
Aceh Aceh Barat Daya 648 0 0 648 100.00%
Aceh Gayo Lues 51 0 0 0 0.00%
Aceh Aceh Tamiang 339 35 57 241 71.09%
Aceh Nagan Raya 33 0 0 33 100.00%
Aceh Aceh Jaya 322 13 5 227 70.50%
Aceh Bener Meriah 18 0 0 18 100.00%
Aceh Pidie Jaya 39 107 23 0 0.00%
Aceh Kota Banda Aceh 61 366 61 0 0.00%
Aceh Kota Sabang N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Kota Langsa 155 1 10 128 82.58%
Aceh Kota Lhokseumawe N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Kota Subulussalam 25 138 50 0 0.00%
Aceh Provinsi Aceh 7,396 1,314 945 5,477 74.05%
Sumatera Utara Medan 3,994 0 0 3,994 100.00%
Sumatera Utara Binjai 201 0 0 201 100.00%
Sumatera Utara T. Tinggi 180 0 0 180 100.00%
Sumatera Utara P. Siantar 192 0 0 192 100.00%
Sumatera Utara Tanjung Balai 457 0 0 457 100.00%
Sumatera Utara Sibolga 653 0 0 653 100.00%
Sumatera Utara P. Sidempuan 634 0 0 634 100.00%
Sumatera Utara Deli Serdang 4,161 0 0 4,161 100.00%
Sumatera Utara Langkat 1,556 0 0 1,556 100.00%
Sumatera Utara Sergai 253 0 0 253 100.00%
Sumatera Utara Karo 691 0 0 691 100.00%
Sumatera Utara Dairi 360 0 0 360 100.00%
Sumatera Utara Pak-pak Barat 108 0 0 108 100.00%
Sumatera Utara Simalungun 1,475 0 0 1,475 100.00%
Sumatera Utara Tobasa 459 0 0 459 100.00%
Sumatera Utara Humbahas 482 0 75 409 84.85%
Sumatera Utara Samosir 152 0 0 152 100.00%
Sumatera Utara Tap. Utara 529 0 0 529 100.00%
Sumatera Utara Tap. Tengah 330 130 5 286 86.67%
Sumatera Utara Tap. Selatan 966 0 0 966 100.00%
Sumatera Utara Madina 1,418 0 0 790 55.71%
Sumatera Utara Batubara 753 0 0 753 100.00%
Sumatera Utara Asahan 944 0 0 944 100.00%
Sumatera Utara Labuhan Batu 446 9 0 311 69.73%
Sumatera Utara Nias 390 0 0 374 95.90%
Sumatera Utara Nias Selatan 93 0 0 93 100.00%
Sumatera Utara Palas Utara 1,476 0 0 1,476 100.00%
Sumatera Utara Palas 1,075 0 562 950 88.37%
Sumatera Utara Nias Barat 166 0 0 166 100.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sumatera Utara Nias Utara 49 0 0 49 100.00%
Sumatera Utara Gunung Sitoli 157 0 0 157 100.00%
Sumatera Utara Labusel 506 0 0 506 100.00%
Sumatera Utara Labura 596 0 0 596 100.00%
Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara 25,902 139 642 24,881 96.06%
Sumatera Barat Pasaman 1,048 0 0 1,029 98.19%
Sumatera Barat Pasaman Barat 952 0 0 952 100.00%
Sumatera Barat Agam 1,013 149 118 997 98.42%
Sumatera Barat Tanah Datar 679 71 9 578 85.13%
Sumatera Barat Solok 534 0 0 529 99.06%
Sumatera Barat Solok Selatan 402 4 4 401 99.75%
Sumatera Barat Dharmasraya 530 90 6 468 88.30%
Sumatera Barat Sijunjung 1,585 3 12 1,586 100.06%
Sumatera Barat 50 Kota 955 37 3 914 95.71%
Sumatera Barat Pesisir Selatan 1,545 322 22 1,201 77.73%
Sumatera Barat Kep Mentawai 589 147 127 587 99.66%
Sumatera Barat Padang Pariaman 572 3 0 555 97.03%
Sumatera Barat Kota Padang 1,054 0 0 1,054 100.00%
Sumatera Barat Kota Padang Panjang 175 0 0 175 100.00%
Sumatera Barat Kota Payakumbuh 301 0 0 301 100.00%
Sumatera Barat Kota Solok 278 3 0 250 89.93%
Sumatera Barat Kota Sawahlunto 290 0 1 286 98.62%
Sumatera Barat Kota Pariaman 247 12 7 226 91.50%
Sumatera Barat Kota Bukittinggi 287 0 0 287 100.00%
Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat 13,036 841 309 12,376 94.94%
Riau Pekan Baru 180 10 2 165 91.67%
Riau Kampar 845 13 8 820 97.04%
Riau Pelalawan 99 0 3 92 92.93%
Riau Rokan Hulu 733 74 52 503 68.62%
Riau Indragiri Hulu 140 0 0 128 91.43%
Riau Kuantan Singingi 280 7 15 243 86.79%
Riau Indragiri Hilir 154 2 8 103 66.88%
Riau Bengkalis 772 27 3 724 93.78%
Riau Dumai 722 5 5 671 92.94%
Riau Siak 165 41 6 111 67.27%
Riau Rokan Hilir 23 0 0 23 100.00%
Riau Kep. Meranti 543 12 0 530 97.61%
Riau Provinsi Riau 4,656 191 102 4,113 88.34%
Jambi Kota Jambi 841 49 7 760 90.37%
Jambi Sarolangun 550 11 0 539 98.00%
Jambi Batang Hari 214 0 0 214 100.00%
Jambi Tanjab Barat 70 7 6 57 81.43%
Jambi Tanjab Timur 335 30 4 295 88.06%
Jambi Tebo 491 7 12 445 90.63%
Jambi Kerinci 271 0 0 249 91.88%
Jambi Kota Sungai Penuh 112 2 6 104 92.86%
Jambi Muaro Jambi 213 0 0 213 100.00%
Jambi Merangin 743 6 0 731 98.38%
Jambi Bungo 711 0 6 705 99.16%
Jambi Provinsi Jambi 4,551 112 41 4,312 94.75%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu 495 0 0 495 100.00%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir 591 27 8 531 89.85%
Sumatera Selatan Muara Enim 1,305 73 2 1,187 90.96%
Sumatera Selatan Lahat 171 458 574 27 15.79%
Sumatera Selatan Musi Rawas 315 80 85 112 35.56%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1,560 5 0 1,556 99.74%
Sumatera Selatan Banyu Asin 2,274 2,032 169 1,504 66.14%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur 370 7 11 363 98.11%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Selatan 168 0 0 153 91.07%
Sumatera Selatan Ogan Ilir 706 441 91 420 59.49%
Sumatera Selatan Empat Lawang 105 324 2 0 0.00%
Sumatera Selatan Penukal Abab Lematang Ilir 626 4 14 608 97.12%
Sumatera Selatan Musi Rawas Utara 300 75 16 30 10.00%
Sumatera Selatan Kota Palembang 6,218 0 0 3,815 61.35%
Sumatera Selatan Kota Pagar Alam 170 8 0 155 91.18%
Sumatera Selatan Lubuk Linggau 27 1 0 26 96.30%
Sumatera Selatan Prabumulih 819 11 2 815 99.51%
Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan 16,220 3,546 974 11,797 72.73%
Bengkulu Kota Bengkulu 367 3 0 249 67.85%
Bengkulu Kabupaten Kaur 36 0 0 36 100.00%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan 64 0 0 64 100.00%
Bengkulu Kabupaten Seluma 29 2 0 24 82.76%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah 61 0 1 60 98.36%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Bengkulu Kabupaten Mukomuko 24 12 0 3 12.50%
Bengkulu Kabupaten Kepahiang 2 1 0 0 0.00%
Bengkulu Kabupaten Rejang Lebong 109 0 0 109 100.00%
Bengkulu Kabupaten Lebong N/A N/A N/A N/A N/A
Bengkulu Provinsi Bengkulu 692 23 1 545 78.76%
Lampung Lampung Selatan 4,596 303 228 3,978 86.55%
Lampung Lampung Tengah 2,943 81 41 2,737 93.00%
Lampung Lampung Utara 84 9 7 56 66.67%
Lampung Lampung Barat 225 4 1 208 92.44%
Lampung Tulangbawang 17 0 0 17 100.00%
Lampung Tanggamus 1,041 13 0 942 90.49%
Lampung Lampung Timur 1,110 24 0 1,065 95.95%
Lampung Way Kanan 984 71 14 906 92.07%
Lampung Pesawaran 989 59 5 830 83.92%
Lampung Pringsewu 514 50 2 457 88.91%
Lampung Kab.Mesuji 255 4 4 226 88.63%
Lampung Tulang Bawang Barat 323 12 13 297 91.95%
Lampung Pesisir Barat 123 0 0 123 100.00%
Lampung Kota Bandar Lampung 3,310 28 0 3,244 98.01%
Lampung Kota Metro 290 1 3 282 97.24%
Lampung Provinsi Lampung 16,804 659 318 15,368 91.45%
Kep. Bangka Belitung Bangka 1,158 6 0 1,152 99.48%
Kep. Bangka Belitung Belitung 219 7 2 210 95.89%
Kep. Bangka Belitung Bangka Tengah 341 0 0 341 100.00%
Kep. Bangka Belitung Bangka Barat 277 0 0 277 100.00%
Kep. Bangka Belitung Bangka Selatan 300 0 0 300 100.00%
Kep. Bangka Belitung Belitung Timur 139 0 0 139 100.00%
Kep. Bangka Belitung Pangkalpinang 384 0 0 384 100.00%
Kep. Bangka Belitung Provinsi Kep. Bangka Belitung 2,818 13 2 2,803 99.47%
Kep. Riau Tanjungpinang 369 0 0 325 88.08%
Kep. Riau Batam 2,100 77 4 1,988 94.67%
Kep. Riau Bintan 206 16 4 180 87.38%
Kep. Riau Karimun 510 0 0 507 99.41%
Kep. Riau Lingga 204 18 1 116 56.86%
Kep. Riau Natuna 55 1 0 55 100.00%
Kep. Riau Anambas 40 19 7 42 105.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Kep. Riau Provinsi Kep. Riau 3,484 131 16 3,213 92.22%
DKI Jakarta Jakarta Pusat 4,960 0 0 4,960 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Utara 10,954 0 0 10,954 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Barat 11,547 0 0 11,547 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Selatan 8,855 0 0 8,855 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Timur 12,344 14 0 12,344 100.00%
DKI Jakarta Kep. Seribu 326 0 0 326 100.00%
DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta 48,986 14 0 48,986 100.00%
Jawa Barat Bogor 15,189 165 128 14,292 94.09%
Jawa Barat Sukabumi N/A N/A N/A N/A N/A
Jawa Barat Cianjur 10,467 46 53 9,571 91.44%
Jawa Barat Bandung 6,837 44 41 6,094 89.13%
Jawa Barat Garut 5,006 104 134 4,356 87.02%
Jawa Barat Tasikmalaya 3,291 33 52 2,339 71.07%
Jawa Barat Ciamis 4,336 84 84 3,934 90.73%
Jawa Barat Kuningan 4,794 7 0 4,772 99.54%
Jawa Barat Cirebon 12,284 318 145 11,035 89.83%
Jawa Barat Majalengka 4,927 97 59 4,415 89.61%
Jawa Barat Sumedang 4,508 150 208 3,665 81.30%
Jawa Barat Indramayu 4,099 214 31 3,629 88.53%
Jawa Barat Subang 5,167 27 1 4,265 82.54%
Jawa Barat Purwakarta 8,608 17 2 8,545 99.27%
Jawa Barat Karawang 3,803 38 147 3,258 85.67%
Jawa Barat Bekasi 5,732 58 20 5,242 91.45%
Jawa Barat Bandung Barat 4,495 103 121 3,928 87.39%
Jawa Barat Pangandaran 839 1 10 660 78.67%
Jawa Barat Kota Bogor 2,639 129 11 2,295 86.96%
Jawa Barat Kota Sukabumi 2,348 21 8 2,268 96.59%
Jawa Barat Kota Bandung 5,580 118 14 5,370 96.24%
Jawa Barat Kota Cirebon 2,709 1 0 2,696 99.52%
Jawa Barat Kota Bekasi 992 48 13 771 77.72%
Jawa Barat Kota Depok 2,136 155 2 1,976 92.51%
Jawa Barat Kota Cimahi 1,268 109 10 989 78.00%
Jawa Barat Kota Tasikmalaya 879 14 0 851 96.81%
Jawa Barat Kota Banjar 1,029 0 0 1,022 99.32%
Jawa Barat Provinsi Jawa Barat 123,962 2,101 1,294 112,238 90.54%
Jawa Tengah Cilacap 4,649 94 128 4,351 93.59%
Jawa Tengah Banyumas 2,232 71 194 1,795 80.42%
Jawa Tengah Purbalingga 4,674 46 530 3,707 79.31%
Jawa Tengah Banjarnegara 2,860 176 121 2,389 83.53%
Jawa Tengah Kebumen 5,521 6 0 5,499 99.60%
Jawa Tengah Purworejo 686 48 128 356 51.90%
Jawa Tengah Wonosobo 2,260 87 202 1,700 75.22%
Jawa Tengah Magelang 672 0 0 672 100.00%
Jawa Tengah Boyolali 1,388 0 0 1,402 101.01%
Jawa Tengah Klaten 1,608 69 113 860 53.48%
Jawa Tengah Sukoharjo 2,436 203 657 598 24.55%
Jawa Tengah Wonogiri 1,001 0 0 1,001 100.00%
Jawa Tengah Karanganyar 1,865 61 119 1,498 80.32%
Jawa Tengah Sragen 1,218 13 32 736 60.43%
Jawa Tengah Grobogan 930 71 7 834 89.68%
Jawa Tengah Blora 875 57 67 662 75.66%
Jawa Tengah Rembang 1,525 90 275 491 32.20%
Jawa Tengah Pati 778 90 25 599 76.99%
Jawa Tengah Kudus 1,201 38 3 1,057 88.01%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Jawa Tengah Jepara 1,054 62 129 644 61.10%
Jawa Tengah Demak 2,488 26 51 2,176 87.46%
Jawa Tengah Semarang 2,365 93 242 1,288 54.46%
Jawa Tengah Temanggung 591 8 20 519 87.82%
Jawa Tengah Kendal 1,940 125 85 1,720 88.66%
Jawa Tengah Batang 285 35 77 67 23.51%
Jawa Tengah Pekalongan 1,788 115 313 1,470 82.21%
Jawa Tengah Pemalang 1,700 68 225 1,206 70.94%
Jawa Tengah Tegal 4,921 35 199 4,519 91.83%
Jawa Tengah Brebes 1,290 47 37 1,127 87.36%
Jawa Tengah Kota Magelang 590 78 103 374 63.39%
Jawa Tengah Kota Surakarta 1,433 50 51 1,315 91.77%
Jawa Tengah Kota Salatiga 287 5 0 263 91.64%
Jawa Tengah Kota Semarang 6,444 38 353 6,008 93.23%
Jawa Tengah Kota Pekalongan 1,122 13 52 971 86.54%
Jawa Tengah Kota Tegal 1,220 3 78 980 80.33%
Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah 67,897 2,021 4,616 54,854 80.79%
DI Yogyakarta Bantul 1,205 55 8 1,086 90.12%
DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 863 83 93 576 66.74%
DI Yogyakarta Gunung Kidul 1,110 17 27 999 90.00%
DI Yogyakarta Kulon Progo 648 7 36 543 83.80%
DI Yogyakarta Sleman 700 8 47 559 79.86%
DI Yogyakarta Provinsi D I Yogyakarta 4,526 170 211 3,763 83.14%
Jawa Timur Bangkalan 5,474 4 0 5,468 99.89%
Jawa Timur Banyuwangi 4,987 32 13 4,934 98.94%
Jawa Timur Kota Batu 1,596 17 6 1,576 98.75%
Jawa Timur Blitar 2,926 31 3 2,836 96.92%
Jawa Timur Kota Blitar 888 16 32 693 78.04%
Jawa Timur Bojonegoro 2,377 228 100 2,033 85.53%
Jawa Timur Bondowoso 1,954 64 0 1,888 96.62%
Jawa Timur Gresik 52 0 0 52 100.00%
Jawa Timur Jember 4,492 201 8 4,096 91.18%
Jawa Timur Jombang 3,647 383 234 2,799 76.75%
Jawa Timur Kediri 509 18 21 357 70.14%
Jawa Timur Kota Kediri 2,207 65 0 2,141 97.01%
Jawa Timur Lamongan 2,241 5 0 2,236 99.78%
Jawa Timur Lumajang 276 1 0 269 97.46%
Jawa Timur Madiun 2,784 39 20 2,649 95.15%
Jawa Timur Kota Madiun 1,111 0 0 1,111 100.00%
Jawa Timur Magetan 3,267 10 0 3,255 99.63%
Jawa Timur Malang 9,278 44 2 9,190 99.05%
Jawa Timur Kota Malang 1,079 29 8 998 92.49%
Jawa Timur Mojokerto 3,045 35 0 3,006 98.72%
Jawa Timur Kota Mojokerto 905 16 5 787 86.96%
Jawa Timur Nganjuk 1,150 9 0 1,026 89.22%
Jawa Timur Ngawi 1,664 34 28 1,524 91.59%
Jawa Timur Pacitan 410 18 1 388 94.63%
Jawa Timur Pamekasan 734 2 0 731 99.59%
Jawa Timur Pasuruan 2,710 64 3 2,484 91.66%
Jawa Timur Kota Pasuruan 758 28 18 687 90.63%
Jawa Timur Ponorogo 1,538 52 15 1,463 95.12%
Jawa Timur Probolinggo 411 0 8 389 94.65%
Jawa Timur Kota Probolinggo 1,559 0 38 1,521 97.56%
Jawa Timur Sampang 95 0 5 61 64.21%
Jawa Timur Sidoarjo 9,608 180 8 9,484 98.71%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Jawa Timur Situbondo 4,076 127 5 3,881 95.22%
Jawa Timur Sumenep 222 9 6 369 166.22%
Jawa Timur Kota Surabaya 15,859 256 3 15,476 97.58%
Jawa Timur Trenggalek 4,273 97 5 4,167 97.52%
Jawa Timur Tuban 6,036 39 0 5,962 98.77%
Jawa Timur Tulung Agung 5,295 22 0 5,271 99.55%
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur 111,493 2,175 595 107,258 96.20%
Banten Lebak 4,770 250 41 4,350 91.19%
Banten Pandeglang 2,517 49 39 2,293 91.10%
Banten Tangerang 15,870 413 194 15,804 99.58%
Banten Serang 5,490 20 4 5,378 97.96%
Banten Kota Serang 814 75 60 751 92.26%
Banten Kota Tangerang 8,627 0 0 8,627 100.00%
Banten Kota Tangerang selatan 3,837 74 22 3,566 92.94%
Banten Kota Cilegon 1,412 16 5 932 66.01%
Banten Provinsi Banten 43,337 897 365 41,701 96.22%
Bali Buleleng N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Jembrana N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Tabanan N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Badung 854 31 3 722 84.54%
Bali Denpasar 2,777 111 270 1,996 71.88%
Bali Gianyar N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Klungkung 593 103 0 471 79.43%
Bali Bangli N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Karangasem 1,120 51 28 817 72.95%
Bali Provinsi Bali 5,344 296 301 4,006 74.96%
Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 3,984 60 100 4,087 102.59%
Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah 1,529 7 11 1,519 99.35%
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur 9,350 201 176 8,377 89.59%
Nusa Tenggara Barat Sumbawa 1,228 57 28 1,138 92.67%
Nusa Tenggara Barat Dompu 1,063 0 0 1,022 96.14%
Nusa Tenggara Barat Bima 3,977 0 6 3,971 99.85%
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat 367 5 0 346 94.28%
Nusa Tenggara Barat Lombok Utara 2,070 0 0 2,070 100.00%
Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 2,281 10 0 2,269 99.47%
Nusa Tenggara Barat Kota Bima 578 0 0 571 98.79%
Nusa Tenggara Barat Provinsi NTB 26,427 340 321 25,370 96.00%
Nusa Tenggara Timur Kota Kupang 1,129 27 14 1,076 95.31%
Nusa Tenggara Timur Kupang 1,040 2 0 1,037 99.71%
Nusa Tenggara Timur TTS 533 0 0 533 100.00%
Nusa Tenggara Timur TTU 544 2 0 541 99.45%
Nusa Tenggara Timur Belu 881 0 0 881 100.00%
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao 555 25 33 479 86.31%
Nusa Tenggara Timur Alor 149 0 0 147 98.66%
Nusa Tenggara Timur Flotim 794 0 0 803 101.13%
Nusa Tenggara Timur Lembata 370 0 0 370 100.00%
Nusa Tenggara Timur Ende 920 0 0 926 100.65%
Nusa Tenggara Timur Sikka 1,039 0 0 678 65.26%
Nusa Tenggara Timur Ngada 135 0 0 135 100.00%
Nusa Tenggara Timur Nagekeo 255 0 0 255 100.00%
Nusa Tenggara Timur Manggarai 494 0 0 205 41.50%
Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur 478 0 0 364 76.15%
Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat 1,013 27 7 937 92.50%
Nusa Tenggara Timur Sumba Timur 1,005 275 139 1,097 109.15%
Nusa Tenggara Timur Sumba Barat 290 0 0 290 100.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya 1,764 92 134 1,735 98.36%
Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah 685 4 29 627 91.53%
Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua 244 3 11 211 86.48%
Nusa Tenggara Timur Malaka 343 0 0 332 96.79%
Nusa Tenggara Timur Provinsi NTT 14,660 457 367 13,659 93.17%
Kalimantan Barat Sintang 406 0 10 396 97.54%
Kalimantan Barat Sanggau 396 0 53 264 66.67%
Kalimantan Barat Melawi 228 0 2 226 99.12%
Kalimantan Barat Landak 673 0 33 640 95.10%
Kalimantan Barat Kota Pontianak 1,106 0 82 1,024 92.59%
Kalimantan Barat Kayong Utara 252 0 6 246 97.62%
Kalimantan Barat Sambas 887 0 22 865 97.52%
Kalimantan Barat Mempawah 781 1 35 744 95.26%
Kalimantan Barat Bengkayang 257 1 31 224 87.16%
Kalimantan Barat Kota Singkawang 260 0 11 222 85.38%
Kalimantan Barat Sekadau 423 0 32 391 92.43%
Kalimantan Barat Kapuas Hulu 628 11 48 555 88.38%
Kalimantan Barat Ketapang 956 0 79 877 91.74%
Kalimantan Barat Kubu Raya 292 0 57 235 80.48%
Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat 7,545 13 501 6,909 91.57%
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat 721 0 0 721 100.00%
Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur 863 0 0 863 100.00%
Kalimantan Tengah Kapuas 825 0 0 825 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Selatan 405 0 0 405 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Utara 232 0 0 232 100.00%
Kalimantan Tengah Sukamara 199 0 0 199 100.00%
Kalimantan Tengah Lamandau 100 0 0 100 100.00%
Kalimantan Tengah Seruyan 103 0 0 103 100.00%
Kalimantan Tengah Katingan 311 0 0 311 100.00%
Kalimantan Tengah Pulang Pisau 314 0 0 323 102.87%
Kalimantan Tengah Gunung Mas 374 0 0 374 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Timur 499 0 5 499 100.00%
Kalimantan Tengah Murung Raya 776 0 0 776 100.00%
Kalimantan Tengah Kota Palangkaraya 296 0 0 296 100.00%
Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Tengah 6,018 0 5 6,027 100.15%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara 910 1 0 908 99.78%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan 453 24 53 359 79.25%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Tengah 689 45 0 607 88.10%
Kalimantan Selatan Tabalong 347 12 30 284 81.84%
Kalimantan Selatan Balangan 461 2 17 442 95.88%
Kalimantan Selatan Banjarmasin 2,005 42 119 1,729 86.23%
Kalimantan Selatan Banjarbaru 419 2 2 382 91.17%
Kalimantan Selatan Banjar 541 12 16 456 84.29%
Kalimantan Selatan Tanah Laut 334 4 18 287 85.93%
Kalimantan Selatan Tanah Bumbu 673 0 0 669 99.41%
Kalimantan Selatan Kotabaru 640 0 1 635 99.22%
Kalimantan Selatan Tapin 425 17 115 212 49.88%
Kalimantan Selatan Barito Kuala 380 3 0 283 74.47%
Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan 8,277 164 371 7,253 87.63%
Kalimantan Timur Samarinda 1,207 23 55 1,065 88.24%
Kalimantan Timur Balikpapan 2,307 35 30 2,109 91.42%
Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 103 2 2 98 95.15%
Kalimantan Timur Paser N/A N/A N/A N/A N/A
Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 2,004 49 76 1,657 82.68%
Kalimantan Timur Bontang 617 33 69 404 65.48%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Kalimantan Timur Kutai Timur 1,354 50 216 952 70.31%
Kalimantan Timur Kutai Barat 448 60 21 313 69.87%
Kalimantan Timur Berau 555 14 47 438 78.92%
Kalimantan Timur Mahakam Ulu 60 0 16 34 56.67%
Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur 8,655 266 532 7,070 81.69%
Kalimantan Utara Kota Tarakan 1,783 267 111 1,064 59.67%
Kalimantan Utara Kab. Malinau 634 0 93 613 96.69%
Kalimantan Utara Kab. Nunukan 1,264 82 118 891 70.49%
Kalimantan Utara Kab. Bulungan 1,585 86 22 1,472 92.87%
Kalimantan Utara Kab. Tana Tidung 203 9 21 178 87.68%
Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Utara 5,469 444 365 4,218 77.13%
Sulawesi Utara Manado 591 34 0 408 69.04%
Sulawesi Utara Bitung 354 0 0 316 89.27%
Sulawesi Utara Tomohon 140 85 1 11 7.86%
Sulawesi Utara Kotamobagu 202 86 95 61 30.20%
Sulawesi Utara Minahasa 178 26 0 109 61.24%
Sulawesi Utara Minsel 273 53 17 175 64.10%
Sulawesi Utara Minut 222 0 0 166 74.77%
Sulawesi Utara Mitra 68 18 11 31 45.59%
Sulawesi Utara Bolmong 358 1,535 670 132 36.87%
Sulawesi Utara Bolsel 254 31 19 345 135.83%
Sulawesi Utara Boltim N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Utara Bolmut 109 20 0 103 94.50%
Sulawesi Utara Sangihe 138 205 131 2 1.45%
Sulawesi Utara Sitaro 48 47 30 20 41.67%
Sulawesi Utara Talaud 140 22 20 66 47.14%
Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara 3,075 2,162 994 1,945 63.25%
Sulawesi Tengah Palu 1,449 67 0 1,327 91.58%
Sulawesi Tengah Donggala 354 0 0 0 0.00%
Sulawesi Tengah Sigi 341 16 8 279 81.82%
Sulawesi Tengah Parigi Moutong 564 0 8 467 82.80%
Sulawesi Tengah Poso 312 2 1 295 94.55%
Sulawesi Tengah Tojo Una Una 149 22 1 125 83.89%
Sulawesi Tengah Banggai 893 46 61 768 86.00%
Sulawesi Tengah Bangkep 331 34 9 279 84.29%
Sulawesi Tengah Banggai Laut 315 5 10 296 93.97%
Sulawesi Tengah Morowali 788 23 10 706 89.59%
Sulawesi Tengah Morowali Utara 334 3 15 316 94.61%
Sulawesi Tengah Tolitoli 411 53 54 323 78.59%
Sulawesi Tengah Buol 410 55 26 214 52.20%
Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah 6,651 326 203 5,395 81.12%
Sulawesi Selatan Bantaeng 808 17 61 693 85.77%
Sulawesi Selatan Barru N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Bone N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Bulukumba 1,207 23 55 1,065 88.24%
Sulawesi Selatan Enrekang 2,307 35 30 2,109 91.42%
Sulawesi Selatan Gowa 103 2 2 98 95.15%
Sulawesi Selatan Jeneponto N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Luwu 2,004 49 76 1,657 82.68%
Sulawesi Selatan Luwu Timur 617 33 69 404 65.48%
Sulawesi Selatan Luwu Utara 1,354 50 216 952 70.31%
Sulawesi Selatan Makassar 448 60 21 313 69.87%
Sulawesi Selatan Maros 555 14 47 438 78.92%
Sulawesi Selatan Palopo 60 0 16 34 56.67%
Sulawesi Selatan Pangkep N/A N/A N/A N/A N/A
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sulawesi Selatan Pare-pare N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Pinrang N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Selayar N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Sidrap N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Sinjai 192 12 0 180 93.75%
Sulawesi Selatan Soppeng N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Takalar N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Tanah Toraja N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Tanah Toraja Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Wajo N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan 9,655 295 593 7,943 82.27%
Sulawesi Tenggara Buton 439 11 176 178 40.55%
Sulawesi Tenggara Muna N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka 160 9 86 63 39.38%
Sulawesi Tenggara Konawe Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Bombana N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Wakatobi N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka Timur N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Muna Barat N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kota Kendari N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kota Bau-Bau 134 5 52 74 55.22%
Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara 733 25 314 315 42.97%
Gorontalo Kota Gorontalo 383 15 107 330 86.16%
Gorontalo Kab. Gorontalo 527 36 39 392 74.38%
Gorontalo Boalemo 447 1 3 442 98.88%
Gorontalo Pohuwato 262 17 29 212 80.92%
Gorontalo Bone Bolango 359 17 19 304 84.68%
Gorontalo Gorontalo Utara 293 8 80 199 67.92%
Gorontalo Provinsi Gorontalo 2,271 94 277 1,879 82.74%
Sulawesi Barat Mamuju 84 26 10 46 54.76%
Sulawesi Barat Majene 249 0 0 210 84.34%
Sulawesi Barat Polewali Mandar 552 18 51 444 80.43%
Sulawesi Barat Mamasa 155 182 336 185 119.35%
Sulawesi Barat Mateng 31 14 28 6 19.35%
Sulawesi Barat Pasangkayu 217 196 196 221 101.84%
Sulawesi Barat Provinsi Sulawesi Barat 1,288 436 621 1,112 86.34%
Maluku Kepulauan Tanimbar 681 256 675 631 92.66%
Maluku Maluku Tenggara 190 581 1,041 186 97.89%
Maluku Maluku Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Buru 278 37 25 243 87.41%
Maluku Kepulauan Aru 526 0 0 469 89.16%
Maluku Seram Bagian Barat N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Seram Bagian Timur 176 52 34 92 52.27%
Maluku Maluku Barat Daya 236 61 125 6 2.54%
Maluku Buru Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Ambon 554 18 42 438 79.06%
Maluku Tual N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Provinsi Maluku 2,641 1,005 1,942 2,065 78.19%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Maluku Utara Halmahera Barat 17 0 1 14 82.35%
Maluku Utara Halmahera Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Kepulauan Sula 270 28 18 243 90.00%
Maluku Utara Halmahera Selatan 1,810 14 28 1,157 63.92%
Maluku Utara Halmahera Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Halmahera Timur 283 66 127 130 45.94%
Maluku Utara Pulau Morotai N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Pulau Taliabu 147 0 0 146 99.32%
Maluku Utara Kota Ternate 749 82 171 628 83.85%
Maluku Utara Kota Tidore Kepulauan N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Provinsi Maluku Utara 3,276 190 345 2,318 70.76%
Papua Barat Fakfak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Kaimana 89 0 0 89 100.00%
Papua Barat Teluk Wondama 387 0 0 387 100.00%
Papua Barat Teluk Bintuni 2,222 0 0 2,222 100.00%
Papua Barat Manokwari 114 0 0 114 100.00%
Papua Barat Sorong Selatan 295 0 0 295 100.00%
Papua Barat Sorong 442 0 0 442 100.00%
Papua Barat Raja Ampat N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Tambraw N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Maybrat 115 0 0 115 100.00%
Papua Barat Manokwari Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Pegunungan Arfak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Kota Sorong N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Provinsi Papua Barat 3,664 0 0 3,664 100.00%
Papua Merauke 210 26 43 125 59.52%
Papua Jayawijaya 595 16 57 523 87.90%
Papua Jayapura 558 20 6 441 79.03%
Papua Nabire 913 0 0 910 99.67%
Papua Kepulauan Yapen N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Biak Numfor 271 0 0 271 100.00%
Papua Paniai 446 0 0 441 98.88%
Papua Puncak Jaya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Mimika 454 366 254 258 56.83%
Papua Boven Digoel 745 150 72 364 48.86%
Papua Mappi 1,253 28 30 1,252 99.92%
Papua Asmat 3,028 138 250 2,427 80.15%
Papua Yahukimo N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Pegunungan Bintang N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Tolikara N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Sarmi N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Kerom N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Waropen N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Supiori N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Mamberamo Raya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Nduga N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Lanny Jaya 79 56 42 40 50.63%
Papua Mamberamo Tengah 10 0 0 0 0.00%
Papua Yalimo N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Puncak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Dogiyai N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Intan Jaya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Deiyai N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Kota Jayapura N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Provinsi Papua 8,562 941 918 7,052 82.36%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
TOTAL 619,971 21,801 19,401 561,885 90.63%
230 Jawa Tengah Kota Tegal Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
231 Jawa Timur Kabupaten Bangkalan Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
232 Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
233 Jawa Timur Kabupaten Blitar Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
234 Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
235 Jawa Timur Kabupaten Bondowoso Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
236 Jawa Timur Kabupaten Gresik Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
237 Jawa Timur Kabupaten Jember Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
238 Jawa Timur Kabupaten Jombang Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
239 Jawa Timur Kabupaten Kediri Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
240 Jawa Timur Kabupaten Lamongan Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
241 Jawa Timur Kabupaten Lumajang Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
242 Jawa Timur Kabupaten Madiun Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
243 Jawa Timur Kabupaten Magetan Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
244 Jawa Timur Kabupaten Malang Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
245 Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
246 Jawa Timur Kabupaten Nganjuk Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
247 Jawa Timur Kabupaten Ngawi Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
248 Jawa Timur Kabupaten Pacitan Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
249 Jawa Timur Kabupaten Pamekasan Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
250 Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
251 Jawa Timur Kabupaten Ponorogo Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
252 Jawa Timur Kabupaten Probolinggo Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
253 Jawa Timur Kabupaten Sampang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
254 Jawa Timur Kabupaten Sidoarjo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
255 Jawa Timur Kabupaten Situbondo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
256 Jawa Timur Kabupaten Sumenep Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
257 Jawa Timur Kabupaten Trenggalek Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
258 Jawa Timur Kabupaten Tuban Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
259 Jawa Timur Kabupaten Tulungagung Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
260 Jawa Timur Kota Batu Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
261 Jawa Timur Kota Blitar Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
262 Jawa Timur Kota Kediri Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
263 Jawa Timur Kota Madiun Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
264 Jawa Timur Kota Malang Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
265 Jawa Timur Kota Mojokerto Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
266 Jawa Timur Kota Pasuruan Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
267 Jawa Timur Kota Probolinggo Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
268 Jawa Timur Kota Surabaya Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
269 DI Yogyakarta Kabupaten Bantul Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
270 DI Yogyakarta Kabupaten Gunung kidul Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
271 DI Yogyakarta Kabupaten Kulon Progo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
272 DI Yogyakarta Kabupaten Sleman Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
273 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
274 Bali Kabupaten Badung Non Endemis Berhasil eliminasi
275 Bali Kabupaten Bangli Non Endemis Berhasil eliminasi
276 Bali Kabupaten Buleleng Non Endemis Belum berhasil eliminasi
277 Bali Kabupaten Gianyar Non Endemis Berhasil eliminasi
278 Bali Kabupaten Jembrana Non Endemis Berhasil eliminasi
279 Bali Kabupaten Karangasem Non Endemis Berhasil eliminasi
280 Bali Kabupaten Klungkung Non Endemis Belum berhasil eliminasi
281 Bali Kabupaten Tabanan Non Endemis Berhasil eliminasi
282 Bali Kota Denpasar Non Endemis Berhasil eliminasi
283 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Bima Non Endemis Berhasil eliminasi
284 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Dompu Non Endemis Berhasil eliminasi
285 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Barat Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
286 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Tengah Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
287 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Timur Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
288 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Utara Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
289 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Non Endemis Belum berhasil eliminasi
290 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Barat Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
291 Nusa Tenggara Barat Kota Bima Non Endemis Belum berhasil eliminasi
292 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
293 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Alor Non Endemis Belum berhasil eliminasi
294 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
295 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ende Belum berhasil eliminasi
296 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur Belum berhasil eliminasi
297 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kupang Non Endemis Belum berhasil eliminasi
298 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Lembata Belum berhasil eliminasi
299 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Malaka Non Endemis Belum berhasil eliminasi
300 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Belum berhasil eliminasi
301 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Barat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
302 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Timur Belum berhasil eliminasi
303 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Nagekeo Belum berhasil eliminasi
304 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ngada Belum berhasil eliminasi
305 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao Non Endemis Belum berhasil eliminasi
306 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sabu Raijua Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
307 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sikka Berhasil eliminasi
308 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN
309 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
310 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Tengah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
311 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Timur Non Endemis Belum berhasil eliminasi
312 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
313 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
314 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
315 Kalimantan Barat Kabupaten Bengkayang Belum berhasil eliminasi
316 Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas hulu Belum berhasil eliminasi
317 Kalimantan Barat Kabupaten Kayong Utara Non Endemis Berhasil eliminasi
318 Kalimantan Barat Kabupaten Ketapang Belum berhasil eliminasi
319 Kalimantan Barat Kabupaten Kubu Raya Belum berhasil eliminasi
320 Kalimantan Barat Kabupaten Landak Non Endemis Belum berhasil eliminasi
321 Kalimantan Barat Kabupaten Melawi Belum berhasil eliminasi
322 Kalimantan Barat Kabupaten Mempawah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
323 Kalimantan Barat Kabupaten Sambas Belum berhasil eliminasi
324 Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau Belum berhasil eliminasi
325 Kalimantan Barat Kabupaten Sekadau Berhasil eliminasi
326 Kalimantan Barat Kabupaten Sintang Belum berhasil eliminasi
327 Kalimantan Barat Kota Pontianak Non Endemis Belum berhasil eliminasi
328 Kalimantan Barat Kota Singkawang Non Endemis Belum berhasil eliminasi
329 Kalimantan Selatan Kabupaten Balangan Berhasil eliminasi
330 Kalimantan Selatan Kabupaten Banjarnegara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
331 Kalimantan Selatan Kabupaten Barito Kuala Berhasil eliminasi
332 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Belum berhasil eliminasi
333 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
334 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Berhasil eliminasi
335 Kalimantan Selatan Kabupaten Kotabaru Berhasil eliminasi
336 Kalimantan Selatan Kabupaten Tabalong Berhasil eliminasi
337 Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu Berhasil eliminasi
338 Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Laut Non Endemis Belum berhasil eliminasi
339 Kalimantan Selatan Kabupaten Tapin Belum berhasil eliminasi
340 Kalimantan Selatan Kota Banjarbaru Non Endemis Berhasil eliminasi
341 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Non Endemis Berhasil eliminasi
342 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Selatan Berhasil eliminasi
343 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Timur Belum berhasil eliminasi
344 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Utara Non Endemis Berhasil eliminasi
345 Kalimantan Tengah Kabupaten Gunung Mas Berhasil eliminasi
346 Kalimantan Tengah Kabupaten Kapuas Berhasil eliminasi
347 Kalimantan Tengah Kabupaten Katingan Belum berhasil eliminasi
348 Kalimantan Tengah Kabupaten Kotawaringin Barat Berhasil eliminasi
349 Kalimantan Tengah Kabupaten Kotawaringin Timur Belum berhasil eliminasi
350 Kalimantan Tengah Kabupaten Lamandau Berhasil eliminasi
351 Kalimantan Tengah Kabupaten Murung Raya Non Endemis Berhasil eliminasi
352 Kalimantan Tengah Kabupaten Pulang Pisau Belum berhasil eliminasi
353 Kalimantan Tengah Kabupaten Sukamara Berhasil eliminasi
354 Kalimantan Tengah Kabupaten Seruyan Belum berhasil eliminasi
355 Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
356 Kalimantan Timur Kabupaten Berau Belum berhasil eliminasi
357 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Barat Belum berhasil eliminasi
358 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Kartanegara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
359 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Timur Belum berhasil eliminasi
360 Kalimantan Timur Kabupaten Mahakam Ulu Berhasil eliminasi
361 Kalimantan Timur Kabupaten Paser Berhasil eliminasi
362 Kalimantan Timur Kabupaten Penajam Paser Utara Berhasil eliminasi
363 Kalimantan Timur Kota Balikpapan Non Endemis Berhasil eliminasi
364 Kalimantan Timur Kota Bontang Non Endemis Berhasil eliminasi
365 Kalimantan Timur Kota Samarinda Non Endemis Belum berhasil eliminasi
366 Kalimantan Utara Kabupaten Bulungan Belum berhasil eliminasi
367 Kalimantan Utara Kabupaten Malinau Belum berhasil eliminasi
368 Kalimantan Utara Kabupaten Nunukan Berhasil eliminasi
369 Kalimantan Utara Kabupaten Tana Tidung Non Endemis Berhasil eliminasi
370 Kalimantan Utara Kota Tarakan Non Endemis Berhasil eliminasi
371 Gorontalo Kabupaten Boalemo Berhasil eliminasi
372 Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Berhasil eliminasi
373 Gorontalo Kabupaten Gorontalo Non Endemis Belum berhasil eliminasi
374 Gorontalo Kabupaten Gorontalo Utara Non Endemis Berhasil eliminasi
375 Gorontalo Kabupaten Pohuwato Non Endemis Belum berhasil eliminasi
376 Gorontalo Kota Gorontalo Berhasil eliminasi
377 Sulawesi Barat Kabupaten Majene Non Endemis Belum berhasil eliminasi
378 Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa Belum berhasil eliminasi
379 Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju Belum berhasil eliminasi
380 Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju Tengah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
381 Sulawesi Barat Kabupaten Pasangkayu Berhasil eliminasi
382 Sulawesi Barat Kabupaten Polewali Mandar Berhasil eliminasi
383 Sulawesi Selatan Kabupaten Bantaeng Non Endemis Belum berhasil eliminasi
384 Sulawesi Selatan Kabupaten Barru Non Endemis Belum berhasil eliminasi
385 Sulawesi Selatan Kabupaten Bone Non Endemis Belum berhasil eliminasi
386 Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba Non Endemis Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN
1 2 3 4 5 6 7 9 10 12 13 15 16 18 19 21 22
1 Aceh 23 23 100% 11.06% 23 12.45% 23 13.5% 23 3.03% 18 4.88% 20 7.87% 23
2 Sumatera Utara 33 33 100% 12.14% 33 12.85% 33 10.8% 33 8.41% 33 8.74% 33 7.13% 33
3 Sumatera Barat 19 19 100% 7.50% 19 10.18% 19 9.2% 19 7.50% 19 8.21% 17 7.04% 19
4 Riau 12 12 100% 5.27% 12 5.25% 12 6.3% 12 2.81% 17 2.77% 19 3.80% 12
5 Jambi 11 11 100% 6.60% 11 7.68% 11 3.3% 11 5.76% 12 5.76% 12 4.56% 11
6 Sumatera Selatan 17 17 100% 6.13% 17 6.36% 17 5.0% 17 33.49% 7 32.46% 7 3.93% 17
7 Bengkulu 10 10 100% 8.51% 10 9.12% 10 8.7% 10 11.23% 11 10.60% 11 7.19% 10
8 Lampung 15 15 100% 19.78% 15 20.32% 15 22.3% 15 12.27% 10 19.34% 10 21.18% 15
9 Kepulauan Bangka Belitung7 7 100% 15.97% 7 17.08% 7 27.8% 7 25.76% 7 28.20% 7 10.99% 7
10 Kepulauan Riau 7 7 100% 8.23% 7 10.64% 7 8.8% 7 4.44% 15 4.44% 15 7.18% 7
11 DKI Jakarta 6 6 100% 12.40% 6 19.95% 6 13.8% 6 14.24% 8 18.53% 8 11.03% 6
12 Jawa Barat 27 27 100% 9.60% 27 10.23% 27 11.2% 27 3.65% 6 4.53% 6 8.89% 27
13 Jawa Tengah 35 35 100% 6.62% 35 7.01% 35 9.1% 35 16.72% 27 16.72% 27 5.63% 35
14 DI Yogyakarta 5 5 100% 2.79% 5 3.60% 5 4.0% 5 2.08% 35 2.09% 35 2.21% 5
15 Jawa Timur 38 38 100% 17.17% 38 21.38% 38 12.9% 38 4.71% 38 9.83% 38 15.26% 38
16 Banten 8 8 100% 27.07% 8 27.44% 8 28.3% 8 19.53% 5 16.09% 5 15.64% 8
17 Bali 9 9 100% 3.03% 9 3.58% 9 4.1% 9 12.26% 9 11.74% 9 2.42% 9
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100% 47.02% 10 49.70% 10 59.6% 10 34.08% 10 35.28% 10 35.36% 10
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100% 14.92% 22 20.37% 22 10.0% 22 8.34% 22 10.81% 22 11.96% 22
20 Kalimantan Barat 14 14 100% 12.98% 14 10.15% 14 7.5% 14 2.69% 14 2.74% 14 8.95% 14
21 Kalimantan Tengah 14 14 100% 10.88% 14 10.83% 14 6.0% 14 3.56% 5 4.11% 5 8.09% 14
22 Kalimantan Selatan 13 13 100% 14.65% 13 16.22% 13 15.8% 13 3.88% 14 3.87% 14 13.29% 13
23 Kalimantan Timur 10 10 100% 15.61% 10 19.47% 10 26.7% 10 5.14% 10 5.14% 10 12.26% 10
24 Kalimantan Utara 5 5 100% 5.23% 5 6.52% 5 10.4% 5 5.35% 13 7.39% 13 5.09% 5
25 Sulawesi Utara 15 15 100% 13.91% 15 12.61% 15 14.0% 15 0.68% 6 0.19% 6 11.66% 15
26 Sulawesi Tengah 13 13 100% 12.66% 13 17.02% 13 18.5% 13 9.48% 14 13.63% 12 10.34% 13
27 Sulawesi Selatan 24 24 100% 17.24% 24 20.48% 24 16.1% 24 5.36% 6 6.17% 6 15.63% 24
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100% 12.69% 17 16.63% 17 12.3% 17 1.56% 17 3.34% 17 9.89% 17
29 Gorontalo 6 6 100% 45.89% 6 44.68% 6 58.5% 6 1.28% 13 1.25% 13 25.61% 6
30 Sulawesi Barat 6 6 100% 9.28% 6 9.63% 6 14.5% 6 2.79% 24 3.80% 24 6.85% 6
31 Maluku 11 11 100% 5.09% 11 4.92% 11 3.6% 11 1.25% 9 1.51% 9 3.33% 11
32 Maluku Utara 10 10 100% 9.15% 10 10.19% 10 8.8% 10 2.52% 9 4.14% 9 7.41% 10
33 Papua 29 29 100% 6.40% 29 8.33% 29 7.7% 29 0.13% 4 0.17% 3 1.31% 24
34 Papua Barat 13 13 100% 1.59% 13 1.73% 13 2.6% 13 0.36% 5 0.34% 5 5.16% 12
Nasional 514 514 100% 12.70% 514 14.41% 514 13.2% 514 9.19% 472 10.58% 471 10.37% 403
Penyusun laporan,
1 ACEH KAB. SIMEULEU 34.06% 0.00% 4.89% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
2 ACEH KAB. ACEH SINGKIL 14.66% 0.00% 2.77% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
3 ACEH KAB. ACEH SELATAN 5.77% 64.52% 79.93% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
4 ACEH KAB. ACEH TENGGARA 13.77% 9.09% 8.89% 100.00% 52.24% TIDAK MEMENUHI
5 ACEH KAB. ACEH TIMUR 53.89% 33.33% 35.00% 0.00% 50.85% TIDAK MEMENUHI
6 ACEH KAB. ACEH TENGAH 23.39% 71.08% 34.50% 50.00% 100.00% MEMENUHI
7 ACEH KAB. ACEH BARAT 37.89% 83.33% 7.96% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
8 ACEH KAB. ACEH BESAR 37.09% 0.00% 3.40% 0.00% 77.27% TIDAK MEMENUHI
9 ACEH KAB. P I D I E 10.67% 76.47% 11.26% 0.00% 53.62% TIDAK MEMENUHI
10 ACEH KAB. BIREUN 24.14% 0.00% 55.01% 25.00% 56.34% TIDAK MEMENUHI
11 ACEH KAB. ACEH UTARA 17.37% 86.40% 42.18% 0.00% 81.67% TIDAK MEMENUHI
12 ACEH KAB. ACEH BARAT DAYA 7.24% 0.00% 22.50% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
13 ACEH KAB. ACEH GAYO LUES 2.76% 43.08% 20.34% 0.00% 53.33% TIDAK MEMENUHI
14 ACEH KAB. ACEH TAMIANG 66.20% 0.00% 33.52% 100.00% 100.00% MEMENUHI
15 ACEH KAB. NAGAN RAYA 13.51% 0.00% 10.00% 0.00% 51.85% TIDAK MEMENUHI
16 ACEH KAB. ACEH JAYA 42.44% 100.00% 29.21% 0.00% 81.54% TIDAK MEMENUHI
17 ACEH KAB. BENER MERIAH 31.76% 51.52% 48.81% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
18 ACEH KAB. PIDIE JAYA 33.78% 100.00% 16.41% 0.00% 51.22% TIDAK MEMENUHI
19 ACEH KOTA BANDA ACEH 100.00% 0.00% 20.88% 26.67% 100.00% TIDAK MEMENUHI
20 ACEH KOTA SABANG 83.33% 100.00% 22.22% 0.00% 100.00% MEMENUHI
21 ACEH KOTA LANGSA 6.06% 100.00% 53.10% 25.00% 100.00% MEMENUHI
22 ACEH KOTA LHOKSEUMAWE 32.35% 100.00% 5.57% 60.00% 100.00% MEMENUHI
23 ACEH KOTA SUMBULUSSAUM 8.54% 0.00% 21.08% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SUMATERA
24 KAB. N I A S 0.00% 62.07% 48.86% 50.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
25 KAB. MANDAILING NATAL 3.44% 41.67% 38.46% 75.00% 68.25% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
26 KAB. TAPANULI SELATAN 13.71% 0.00% 5.45% 100.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
27 KAB. TAPANULI TENGAH 0.93% 0.00% 33.81% 100.00% 69.64% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
28 KAB. TAPANULI UTARA 3.97% 0.00% 2.56% 100.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
29 KAB. TOBA SAMOSIR 11.07% 100.00% 4.55% 100.00% 68.42% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
30 KAB. LABUHANBATU 47.96% 100.00% 57.68% 88.89% 68.63% MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
31 KAB. ASAHAN 7.35% 100.00% 44.03% 0.00% 69.64% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
32 KAB. SIMALUNGUN 1.94% 50.00% 43.68% 100.00% 68.83% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
33 KAB. D A I R I 23.08% 55.56% 20.55% 100.00% 68.12% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
34 KAB. KARO 19.33% 0.00% 33.33% 83.33% 68.85% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
35 KAB. DELI SERDANG 100.00% 33.33% 36.44% 91.30% 68.42% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
36 KAB. LANGKAT 10.11% 0.00% 5.70% 88.89% 70.97% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
37 KAB. NIAS SELATAN 2.60% 33.33% 75.68% 100.00% 68.97% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
38 KAB. HUMBANG HASUNDUTAN 31.17% 0.00% 27.40% 0.00% 70.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
39 KAB. PAKPAK BARAT 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% 68.75% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
40 KAB. SAMOSIR 43.28% 0.00% 22.22% 100.00% 56.60% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
41 KAB. SERDANG BEDAGAI 9.88% 68.00% 14.86% 100.00% 56.60% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
42 KAB. BATUBARA 38.41% 49.34% 16.84% 100.00% 52.63% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
43 KAB. PADANG LAWAS UTARA 47.94% 25.00% 12.92% 100.00% 59.80% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
44 KAB. PADANG LAWAS 19.74% 100.00% 10.24% 100.00% 53.33% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA KAB. LABUHAN BATU
45 12.96% 53.77% 31.64% 100.00% 55.26% TIDAK MEMENUHI
UTARA SELATAN
SUMATERA
46 KAB. LABUHAN BATU UTARA 32.22% 75.00% 66.67% 100.00% 55.26% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
47 KAB. NIAS UTARA 5.31% 0.00% 33.33% 100.00% 75.56% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
48 KAB. NIAS BARAT 0.95% 0.00% 33.33% 100.00% 75.61% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
49 KOTA SIBOLGA 0.00% 0.00% 50.54% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
50 KOTA TANJUNG BALAI 6.45% 100.00% 28.88% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
51 KOTA PEMATANG SIANTAR 20.75% 0.00% 9.71% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
52 KOTA TEBINGTINGGI 8.57% 0.00% 53.68% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
53 KOTA MEDAN 3.97% 86.67% 43.35% 96.25% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
54 KOTA B I N J A I 0.00% 0.00% 28.57% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
55 KOTA PADANG SIDEMPUAN 0.00% 0.00% 58.33% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
56 KOTA GUNUNG SITOLI 5.94% 63.89% 44.98% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
57 KAB. KEPULAUAN MENTAWAI 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 75.53% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
58 KAB. PESISIR SELATAN 100.00% 97.30% 88.52% 25.00% 68.39% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
59 KAB. S O L O K 44.59% 100.00% 64.84% 50.00% 50.63% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
60 KAB. SINJUNJUNG 98.39% 100.00% 43.50% 0.00% 68.18% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
61 KAB. TANAH DATAR 2.67% 97.70% 73.59% 50.00% 56.44% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
62 KAB. PADANG PARIAMAN 31.67% 90.00% 49.88% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
63 KAB. AGAM 32.93% 12.50% 85.09% 50.00% 50.56% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
64 KAB. LIMAPULUH KOTA 2.53% 100.00% 54.67% 0.00% 50.60% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
65 KAB. PASAMAN 16.22% 73.91% 48.34% 0.00% 50.60% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
66 KAB. SOLOK SELATAN 0.00% 34.38% 43.94% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
67 KAB. DHARMAS RAYA 100.00% 0.00% 62.24% 0.00% 68.18% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
68 KAB. PASAMAN BARAT 0.00% 61.97% 44.92% 0.00% 56.98% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
69 KOTA PADANG 100.00% 77.57% 52.08% 22.22% 75.86% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
70 KOTA SOLOK 100.00% 4.76% 62.61% 20.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
71 KOTA SAWAH LUNTO 67.57% 0.00% 69.23% 100.00% 69.23% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
72 KOTA PADANG PANJANG 100.00% 4.76% 28.37% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
73 KOTA BUKIT TINGGI 100.00% 32.43% 63.03% 14.29% 100.00% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
74 KOTA PAYAKUMBUH 97.92% 68.00% 72.99% 0.00% 69.23% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
75 KOTA PARIAMAN 100.00% 75.00% 52.90% 0.00% 78.95% MEMENUHI
BARAT
76 RIAU KAB. KUANTAN SINGINGI 44.98% 48.68% 33.27% 0.00% 68.09% TIDAK MEMENUHI
77 RIAU KAB. INDRAGIRI HULU 45.36% 41.11% 42.81% 66.67% 68.38% TIDAK MEMENUHI
78 RIAU KAB. INDRAGIRI HILIR 60.59% 47.75% 60.41% 25.00% 79.85% MEMENUHI
79 RIAU KAB. PELALAWAN 80.51% 90.23% 87.02% 0.00% 80.36% MEMENUHI
80 RIAU KAB. SIAK 81.68% 95.65% 56.41% 75.00% 63.29% MEMENUHI
81 RIAU KAB. KAMPAR 86.00% 69.08% 22.08% 28.57% 70.45% MEMENUHI
82 RIAU KAB. ROKAN HULU 60.81% 87.04% 60.23% 0.00% 60.71% MEMENUHI
83 RIAU KAB. BENGKALIS 81.29% 62.96% 46.97% 42.86% 71.54% MEMENUHI
84 RIAU KAB. ROKAN HILIR 22.84% 55.61% 20.80% 28.57% 60.61% TIDAK MEMENUHI
85 RIAU KAB. KEPULAUAN MERANTI 49.50% 100.00% 42.86% 0.00% 71.95% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
86 RIAU KOTA PEKAN BARU 100.00% 40.48% 32.77% 51.52% 100.00% MEMENUHI
87 RIAU KOTA DUMAI 90.91% 40.00% 59.30% 33.33% 82.35% MEMENUHI
88 JAMBI KAB. KERINCI 54.70% 96.97% 30.72% 100.00% 51.72% TIDAK MEMENUHI
89 JAMBI KAB. MERANGIN 43.72% 68.33% 61.90% 0.00% 75.86% MEMENUHI
90 JAMBI KAB. SAROLANGUN 100.00% 96.23% 46.10% 0.00% 68.93% MEMENUHI
91 JAMBI KAB. BATANGHARI 75.81% 94.87% 52.55% 33.33% 69.35% MEMENUHI
92 JAMBI KAB. MUARO JAMBI 81.29% 100.00% 58.58% 33.33% 68.75% MEMENUHI
KAB. TANJUNG JABUNG
93 JAMBI 36.56% 91.67% 55.40% 0.00% 76.81% MEMENUHI
TIMUR
KAB. TANJUNG JABUNG
94 JAMBI 17.91% 79.26% 54.43% 50.00% 52.11% MEMENUHI
BARAT
95 JAMBI KAB. T E B O 100.00% 76.67% 55.15% 50.00% 68.60% MEMENUHI
96 JAMBI KAB. BUNGO 41.83% 86.73% 64.19% 12.50% 51.43% TIDAK MEMENUHI
97 JAMBI KOTA JAMBI 100.00% 85.71% 48.03% 11.76% 100.00% MEMENUHI
98 JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 92.75% 97.44% 68.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SUMATERA
99 KAB. OGAN KOMERING ULU 41.40% 15.32% 50.81% 85.71% 51.58% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
100 KAB. OGAN KOMERING ILIR 35.17% 100.00% 84.29% 0.00% 50.78% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
101 KAB. MUARA ENIM 57.65% 99.04% 77.43% 57.14% 50.94% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
102 KAB. L A H A T 60.37% 0.00% 24.40% 0.00% 68.45% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
103 KAB. MUSI RAWAS 91.46% 10.00% 50.39% 50.00% 68.26% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
104 KAB. MUSI BANYU ASIN 88.33% 81.92% 71.99% 66.67% 68.48% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
105 KAB. BANYUASIN 67.11% 50.00% 39.01% 0.00% 68.49% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
106 KAB. OKU SELATAN 81.85% 0.00% 32.58% 0.00% 68.47% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
107 KAB. OKU TIMUR 84.94% 0.00% 90.70% 0.00% 68.36% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
108 KAB. OGAN ILIR 45.64% 65.48% 16.79% 33.33% 50.92% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
109 KAB. EMPAT LAWANG 11.54% 100.00% 19.05% 0.00% 51.22% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA KAB. PENUKAL ABAB
110 100.00% 42.86% 25.93% 100.00% 68.33% MEMENUHI
SELATAN LEMATANG ILIR
SUMATERA
111 KAB. MUSI RAWAS UTARA 5.62% 100.00% 77.61% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
112 KOTA PALEMBANG 95.33% 77.02% 33.48% 44.44% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
113 KOTA PRABUMULIH 100.00% 100.00% 89.89% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
114 KOTA PAGAR ALAM 100.00% 0.00% 21.84% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
115 KOTA LUBUK LINGGAU 100.00% 25.00% 96.18% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
116 BENGKULU KAB. BENGKULU SELATAN 53.46% 97.62% 41.83% 100.00% 96.15% MEMENUHI
117 BENGKULU KAB. REJANG LEBONG 48.08% 96.39% 43.76% 0.00% 82.89% TIDAK MEMENUHI
118 BENGKULU KAB. BENGKULU UTARA 31.44% 100.00% 31.46% 50.00% 7.84% TIDAK MEMENUHI
119 BENGKULU KAB. K A U R 48.72% 100.00% 28.57% 100.00% 98.04% MEMENUHI
120 BENGKULU KAB. SELUMA 35.15% 100.00% 40.89% 100.00% 96.43% MEMENUHI
121 BENGKULU KAB. MUKO-MUKO 47.37% 92.86% 66.46% 50.00% 32.56% MEMENUHI
122 BENGKULU KAB. LEBONG 37.50% 100.00% 72.04% 0.00% 81.63% MEMENUHI
123 BENGKULU KAB. KEPAHIANG 54.17% 99.02% 51.45% 0.00% 68.29% MEMENUHI
124 BENGKULU KAB. BENGKULU TENGAH 67.13% 83.05% 30.66% 100.00% 82.35% MEMENUHI
125 BENGKULU KOTA BENGKULU 100.00% 100.00% 67.78% 45.45% 100.00% MEMENUHI
126 LAMPUNG KAB. LAMPUNG BARAT 100.00% 69.12% 62.32% 0.00% 68.97% MEMENUHI
127 LAMPUNG KAB. TANGGAMUS 27.81% 43.82% 53.90% 50.00% 100.00% MEMENUHI
128 LAMPUNG KAB. LAMPUNG SELATAN 100.00% 100.00% 67.22% 0.00% 90.64% MEMENUHI
129 LAMPUNG KAB. LAMPUNG TIMUR 65.53% 26.67% 48.51% 57.14% 68.38% MEMENUHI
130 LAMPUNG KAB. LAMPUNG TENGAH 100.00% 35.62% 56.71% 30.00% 51.94% TIDAK MEMENUHI
131 LAMPUNG KAB. LAMPUNG UTARA 29.96% 40.24% 58.66% 50.00% 34.48% TIDAK MEMENUHI
132 LAMPUNG KAB. WAY KANAN 100.00% 43.94% 67.13% 0.00% 72.73% MEMENUHI
133 LAMPUNG KAB. TULANG BAWANG 100.00% 37.59% 58.59% 75.00% 68.04% MEMENUHI
134 LAMPUNG KAB. PESAWARAN 22.92% 66.67% 37.50% 0.00% 81.98% TIDAK MEMENUHI
135 LAMPUNG KAB. PRINGSEWU 100.00% 60.00% 39.17% 71.43% 100.00% MEMENUHI
136 LAMPUNG KAB. MESUJI 80.95% 42.35% 39.80% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
137 LAMPUNG KAB. TULANG BAWANG BARAT 100.00% 46.15% 39.19% 100.00% 100.00% MEMENUHI
138 LAMPUNG KAB. PESISIR BARAT 44.92% 32.26% 48.53% 100.00% 68.89% TIDAK MEMENUHI
139 LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 61.90% 39.81% 46.76% 43.48% 100.00% MEMENUHI
140 LAMPUNG KOTA METRO 100.00% 84.13% 52.89% 0.00% 100.00% MEMENUHI
KEP BANGKA
141 KAB. BANGKA 95.06% 83.33% 82.74% 66.67% 69.39% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
142 KAB. BELITUNG 53.06% 51.72% 58.90% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
143 KAB. BANGKA BARAT 35.94% 67.01% 59.11% 0.00% 53.13% TIDAK MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
144 KAB. BANGKA TENGAH 80.95% 100.00% 63.60% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
145 KAB. BANGKA SELATAN 81.13% 87.50% 76.79% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
146 KAB. BELITUNG TIMUR 100.00% 94.44% 46.91% 100.00% 72.22% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
147 KOTA PANGKALPINANG 80.95% 97.14% 64.72% 14.29% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
148 KEP RIAU KAB. KARIMUN 32.39% 82.50% 41.58% 25.00% 75.00% TIDAK MEMENUHI
149 KEP RIAU KAB. BINTAN 41.18% 90.63% 65.57% 0.00% 100.00% MEMENUHI
150 KEP RIAU KAB. NATUNA 30.26% 82.22% 54.79% 33.33% 65.66% TIDAK MEMENUHI
151 KEP RIAU KAB. LINGGA 30.49% 70.37% 76.64% 0.00% 65.00% TIDAK MEMENUHI
152 KEP RIAU KAB. ANAMBAS 7.41% 78.13% 33.58% 100.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
153 KEP RIAU KOTA BATAM 56.25% 86.58% 59.76% 70.00% 100.00% MEMENUHI
154 KEP RIAU KOTA TANJUNG PINANG 33.33% 62.07% 81.58% 50.00% 80.00% MEMENUHI
155 DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 83.33% 100.00% 46.48% 0.00% 100.00% MEMENUHI
156 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA SELATAN 13.85% 67.65% 77.05% 51.85% 100.00% MEMENUHI
157 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA TIMUR 15.38% 95.51% 80.35% 93.33% 100.00% MEMENUHI
158 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 11.36% 52.63% 64.61% 9.76% 100.00% TIDAK MEMENUHI
159 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA BARAT 23.21% 74.16% 73.53% 13.33% 100.00% MEMENUHI
160 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA UTARA 9.68% 88.57% 74.16% 15.38% 100.00% MEMENUHI
161 JAWA BARAT KAB. BOGOR 14.22% 64.57% 23.66% 93.33% 75.96% TIDAK MEMENUHI
162 JAWA BARAT KAB. SUKABUMI 100.00% 12.73% 13.48% 87.50% 75.30% MEMENUHI
163 JAWA BARAT KAB. CIANJUR 83.61% 80.16% 54.59% 100.00% 70.89% MEMENUHI
164 JAWA BARAT KAB. BANDUNG 100.00% 43.59% 23.94% 44.44% 68.50% MEMENUHI
165 JAWA BARAT KAB. GARUT 100.00% 74.05% 43.36% 71.43% 68.25% MEMENUHI
166 JAWA BARAT KAB. TASIKMALAYA 82.34% 49.71% 28.37% 100.00% 69.95% MEMENUHI
167 JAWA BARAT KAB. CIAMIS 71.26% 36.84% 17.50% 100.00% 68.97% MEMENUHI
168 JAWA BARAT KAB. KUNINGAN 63.83% 67.21% 42.67% 91.67% 68.39% MEMENUHI
169 JAWA BARAT KAB. CIREBON 89.62% 79.80% 46.13% 100.00% 68.52% MEMENUHI
170 JAWA BARAT KAB. MAJALENGKA 64.14% 52.00% 19.45% 100.00% 100.00% MEMENUHI
171 JAWA BARAT KAB. SUMEDANG 92.58% 41.07% 10.51% 100.00% 69.04% MEMENUHI
172 JAWA BARAT KAB. INDRAMAYU 89.87% 57.21% 50.17% 91.67% 78.95% MEMENUHI
173 JAWA BARAT KAB. SUBANG 100.00% 54.59% 40.68% 80.00% 75.50% MEMENUHI
174 JAWA BARAT KAB. PURWAKARTA 89.06% 74.85% 50.90% 100.00% 76.40% MEMENUHI
175 JAWA BARAT KAB. KARAWANG 90.94% 39.75% 42.58% 88.00% 78.95% MEMENUHI
176 JAWA BARAT KAB. BEKASI 35.29% 68.85% 39.67% 95.56% 76.04% MEMENUHI
177 JAWA BARAT KAB. BANDUNG BARAT 100.00% 45.81% 33.49% 88.89% 75.25% MEMENUHI
178 JAWA BARAT KAB. PANGANDARAN 98.91% 30.67% 20.00% 100.00% 76.12% MEMENUHI
179 JAWA BARAT KOTA BOGOR 2.94% 71.32% 39.29% 88.46% 100.00% MEMENUHI
180 JAWA BARAT KOTA SUKABUMI 90.91% 84.29% 56.37% 100.00% 100.00% MEMENUHI
181 JAWA BARAT KOTA BANDUNG 100.00% 58.23% 32.30% 27.27% 100.00% TIDAK MEMENUHI
182 JAWA BARAT KOTA CIREBON 81.82% 53.40% 43.80% 30.77% 100.00% TIDAK MEMENUHI
183 JAWA BARAT KOTA BEKASI 37.50% 49.49% 80.15% 15.52% 100.00% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
184 JAWA BARAT KOTA DEPOK 100.00% 31.03% 25.55% 16.67% 100.00% TIDAK MEMENUHI
185 JAWA BARAT KOTA CIMAHI 60.00% 64.94% 48.27% 12.50% 100.00% TIDAK MEMENUHI
186 JAWA BARAT KOTA TASIKMALAYA 17.39% 52.78% 32.55% 50.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
187 JAWA BARAT KOTA BANJAR 92.00% 31.40% 17.83% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
188 JAWA TENGAH KAB. CILACAP 100.00% 86.11% 77.20% 30.77% 68.07% MEMENUHI
189 JAWA TENGAH KAB. BANYUMAS 100.00% 82.67% 59.49% 42.31% 68.39% MEMENUHI
190 JAWA TENGAH KAB. PURBALINGGA 100.00% 57.14% 81.40% 20.00% 68.45% MEMENUHI
191 JAWA TENGAH KAB. BANJARNEGARA 47.48% 96.43% 60.32% 50.00% 68.21% MEMENUHI
192 JAWA TENGAH KAB. KEBUMEN 100.00% 97.37% 70.83% 18.18% 68.33% MEMENUHI
193 JAWA TENGAH KAB. PURWOREJO 65.79% 90.43% 78.61% 41.67% 68.16% MEMENUHI
194 JAWA TENGAH KAB. WONOSOBO 38.49% 75.32% 89.85% 40.00% 68.36% MEMENUHI
195 JAWA TENGAH KAB. MAGELANG 100.00% 84.27% 46.17% 0.00% 68.09% MEMENUHI
196 JAWA TENGAH KAB. BOYOLALI 100.00% 93.04% 68.21% 30.77% 68.45% MEMENUHI
197 JAWA TENGAH KAB. KLATEN 100.00% 70.93% 79.28% 61.54% 68.59% MEMENUHI
198 JAWA TENGAH KAB. SUKOHARJO 100.00% 52.03% 51.96% 11.11% 68.54% MEMENUHI
199 JAWA TENGAH KAB. WONOGIRI 100.00% 32.04% 40.66% 50.00% 68.28% MEMENUHI
200 JAWA TENGAH KAB. KARANGANYAR 100.00% 100.00% 70.14% 20.00% 68.39% MEMENUHI
201 JAWA TENGAH KAB. SRAGEN 100.00% 45.64% 76.81% 45.45% 68.32% MEMENUHI
202 JAWA TENGAH KAB. GROBOGAN 100.00% 57.18% 84.69% 63.64% 68.45% MEMENUHI
203 JAWA TENGAH KAB. BLORA 100.00% 75.14% 56.04% 66.67% 68.45% MEMENUHI
204 JAWA TENGAH KAB. REMBANG 100.00% 65.65% 93.90% 33.33% 68.18% MEMENUHI
205 JAWA TENGAH KAB. PATI 100.00% 14.29% 48.50% 66.67% 68.29% MEMENUHI
206 JAWA TENGAH KAB. KUDUS 100.00% 94.79% 67.61% 50.00% 61.36% MEMENUHI
207 JAWA TENGAH KAB. JEPARA 100.00% 50.79% 65.12% 33.33% 68.54% MEMENUHI
208 JAWA TENGAH KAB. DEMAK 100.00% 100.00% 91.08% 20.00% 69.19% MEMENUHI
209 JAWA TENGAH KAB. SEMARANG 100.00% 66.67% 82.18% 42.86% 69.27% MEMENUHI
210 JAWA TENGAH KAB. TEMANGGUNG 100.00% 57.46% 87.62% 75.00% 69.00% MEMENUHI
211 JAWA TENGAH KAB. KENDAL 100.00% 58.24% 71.84% 50.00% 68.39% MEMENUHI
212 JAWA TENGAH KAB. BATANG 35.89% 47.06% 69.48% 33.33% 70.65% TIDAK MEMENUHI
213 JAWA TENGAH KAB. PEKALONGAN 25.96% 91.43% 65.81% 75.00% 68.25% MEMENUHI
214 JAWA TENGAH KAB. PEMALANG 100.00% 50.00% 70.23% 0.00% 68.51% MEMENUHI
215 JAWA TENGAH KAB. TEGAL 100.00% 54.03% 62.62% 50.00% 68.60% MEMENUHI
216 JAWA TENGAH KAB. BREBES 100.00% 81.54% 97.38% 42.86% 67.30% MEMENUHI
217 JAWA TENGAH KOTA MAGELANG 100.00% 93.94% 39.88% 50.00% 100.00% MEMENUHI
218 JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA 100.00% 59.38% 94.65% 27.27% 100.00% MEMENUHI
219 JAWA TENGAH KOTA SALATIGA 100.00% 100.00% 87.88% 0.00% 100.00% MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
220 JAWA TENGAH KOTA SEMARANG 100.00% 65.52% 82.94% 26.67% 68.54% MEMENUHI
221 JAWA TENGAH KOTA PEKALONGAN 57.45% 100.00% 87.62% 44.44% 68.75% MEMENUHI
222 JAWA TENGAH KOTA TEGAL 100.00% 97.67% 82.41% 0.00% 100.00% MEMENUHI
223 DI YOGYAKARTA KAB. KULON PROGO 100.00% 100.00% 36.10% 50.00% 70.00% MEMENUHI
224 DI YOGYAKARTA KAB. BANTUL 100.00% 80.00% 75.61% 41.18% 69.35% MEMENUHI
225 DI YOGYAKARTA KAB. GUNUNG KIDUL 100.00% 89.33% 76.24% 12.50% 69.23% MEMENUHI
226 DI YOGYAKARTA KAB. SLEMAN 100.00% 97.45% 75.72% 50.00% 69.35% MEMENUHI
227 DI YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 100.00% 93.75% 30.15% 29.17% 100.00% MEMENUHI
228 JAWA TIMUR KAB. PACITAN 100.00% 97.58% 68.94% 0.00% 68.57% MEMENUHI
229 JAWA TIMUR KAB. PONOROGO 100.00% 58.37% 69.73% 85.71% 68.06% MEMENUHI
230 JAWA TIMUR KAB. TRENGGALEK 100.00% 43.06% 57.24% 33.33% 68.75% MEMENUHI
231 JAWA TIMUR KAB. TULUNG AGUNG 100.00% 70.71% 84.18% 23.08% 68.29% MEMENUHI
232 JAWA TIMUR KAB. BLITAR 100.00% 77.93% 73.11% 44.44% 68.29% MEMENUHI
233 JAWA TIMUR KAB. KEDIRI 78.78% 90.55% 72.05% 0.00% 69.05% MEMENUHI
234 JAWA TIMUR KAB. MALANG 48.46% 86.51% 49.68% 40.00% 69.33% MEMENUHI
235 JAWA TIMUR KAB. LUMAJANG 100.00% 86.67% 69.19% 57.14% 66.02% MEMENUHI
236 JAWA TIMUR KAB. JEMBER 24.19% 54.84% 69.95% 7.69% 69.57% TIDAK MEMENUHI
237 JAWA TIMUR KAB. BANYUWANGI 100.00% 58.39% 67.48% 13.33% 100.00% MEMENUHI
238 JAWA TIMUR KAB. BONDOWOSO 91.78% 98.98% 75.19% 0.00% 68.69% MEMENUHI
239 JAWA TIMUR KAB. SITUBONDO 61.76% 100.00% 57.98% 0.00% 68.54% MEMENUHI
240 JAWA TIMUR KAB. PROBOLINGGO 25.76% 40.07% 66.09% 16.67% 68.82% TIDAK MEMENUHI
241 JAWA TIMUR KAB. PASURUAN 41.37% 55.00% 54.34% 0.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
242 JAWA TIMUR KAB. SIDOARJO 55.97% 62.38% 53.30% 0.00% 69.61% TIDAK MEMENUHI
243 JAWA TIMUR KAB. MOJOKERTO 100.00% 90.95% 54.00% 27.27% 69.57% MEMENUHI
244 JAWA TIMUR KAB. JOMBANG 67.32% 63.64% 52.39% 71.43% 69.35% MEMENUHI
245 JAWA TIMUR KAB. NGANJUK 100.00% 44.93% 89.59% 0.00% 68.67% MEMENUHI
246 JAWA TIMUR KAB. MADIUN 100.00% 47.62% 71.58% 0.00% 69.49% MEMENUHI
247 JAWA TIMUR KAB. MAGETAN 100.00% 91.40% 65.15% 33.33% 69.39% MEMENUHI
248 JAWA TIMUR KAB. NGAWI 100.00% 94.64% 75.08% 100.00% 68.42% MEMENUHI
249 JAWA TIMUR KAB. BOJONEGORO 100.00% 100.00% 83.98% 54.55% 68.37% MEMENUHI
250 JAWA TIMUR KAB. TUBAN 58.84% 33.33% 71.86% 0.00% 66.32% TIDAK MEMENUHI
251 JAWA TIMUR KAB. LAMONGAN 100.00% 86.02% 60.99% 0.00% 68.07% MEMENUHI
252 JAWA TIMUR KAB. GRESIK 100.00% 91.82% 52.24% 0.00% 68.82% MEMENUHI
253 JAWA TIMUR KAB. BANGKALAN 72.24% 57.98% 70.21% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
254 JAWA TIMUR KAB. SAMPANG 100.00% 79.87% 61.81% 0.00% 66.06% MEMENUHI
255 JAWA TIMUR KAB. PAMEKASAN 100.00% 93.33% 75.76% 14.29% 69.86% MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
256 JAWA TIMUR KAB. SUMENEP 78.92% 41.18% 54.12% 0.00% 69.89% MEMENUHI
257 JAWA TIMUR KOTA KEDIRI 100.00% 100.00% 72.63% 27.27% 100.00% MEMENUHI
258 JAWA TIMUR KOTA BLITAR 100.00% 100.00% 85.15% 60.00% 100.00% MEMENUHI
259 JAWA TIMUR KOTA MALANG 100.00% 90.96% 81.23% 11.11% 100.00% MEMENUHI
260 JAWA TIMUR KOTA PROBOLINGGO 82.76% 50.00% 41.11% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
261 JAWA TIMUR KOTA PASURUAN 52.94% 96.70% 57.98% 0.00% 100.00% MEMENUHI
262 JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO 100.00% 77.14% 91.46% 0.00% 100.00% MEMENUHI
263 JAWA TIMUR KOTA MADIUN 100.00% 100.00% 79.86% 0.00% 100.00% MEMENUHI
264 JAWA TIMUR KOTA SURABAYA 81.17% 75.00% 94.78% 48.39% 100.00% MEMENUHI
265 JAWA TIMUR KOTA BATU 100.00% 66.67% 63.78% 0.00% 100.00% MEMENUHI
266 BANTEN KAB. PANDEGLANG 8.55% 29.92% 25.38% 60.00% 63.89% TIDAK MEMENUHI
267 BANTEN KAB. LEBAK 24.93% 55.51% 19.15% 75.00% 56.28% TIDAK MEMENUHI
268 BANTEN KAB. TANGERANG 15.33% 72.40% 45.72% 55.56% 69.14% MEMENUHI
269 BANTEN KAB. SERANG 22.39% 75.98% 47.09% 33.33% 62.66% TIDAK MEMENUHI
270 BANTEN KOTA TANGERANG 100.00% 65.66% 60.82% 66.67% 100.00% MEMENUHI
271 BANTEN KOTA CILEGON 100.00% 100.00% 35.41% 85.71% 100.00% MEMENUHI
272 BANTEN KOTA SERANG 33.33% 25.00% 33.63% 63.64% 100.00% TIDAK MEMENUHI
273 BANTEN KOTA TANGERANG SELATAN 24.07% 98.36% 80.85% 93.75% 100.00% MEMENUHI
274 BALI KAB. JEMBRANA 45.10% 0.00% 69.43% 25.00% 97.06% TIDAK MEMENUHI
275 BALI KAB. TABANAN 34.59% 66.67% 18.60% 40.00% 100.00% MEMENUHI
276 BALI KAB. BADUNG 100.00% 96.00% 72.40% 30.00% 100.00% MEMENUHI
277 BALI KAB. GIANYAR 88.57% 97.14% 70.26% 75.00% 100.00% MEMENUHI
278 BALI KAB. KLUNGKUNG 88.14% 100.00% 51.46% 100.00% 81.25% MEMENUHI
279 BALI KAB. BANGLI 76.39% 3.85% 28.74% 33.33% 96.36% TIDAK MEMENUHI
280 BALI KAB. KARANGASEM 37.18% 100.00% 43.84% 66.67% 100.00% MEMENUHI
281 BALI KAB. BULELENG 40.54% 97.44% 29.70% 22.22% 72.31% TIDAK MEMENUHI
282 BALI KOTA DENPASAR 97.67% 100.00% 92.73% 59.09% 100.00% MEMENUHI
NUSA TENGGARA
283 KAB. LOMBOK BARAT 100.00% 38.82% 38.57% 0.00% 69.32% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
284 KAB. LOMBOK TENGAH 100.00% 8.15% 10.93% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
285 KAB. LOMBOK TIMUR 100.00% 78.95% 48.51% 14.29% 68.32% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
286 KAB. SUMBAWA 100.00% 0.00% 61.73% 0.00% 69.14% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
287 KAB. DOMPU 100.00% 0.00% 60.94% 0.00% 68.33% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
288 KAB. B I M A 100.00% 100.00% 61.23% 16.67% 68.69% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
289 KAB. SUMBAWA BARAT 100.00% 23.21% 41.53% 50.00% 68.89% MEMENUHI
BARAT
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
NUSA TENGGARA
290 KAB. LOMBOK UTARA 100.00% 0.00% 51.05% 0.00% 68.29% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
291 KOTA MATARAM 100.00% 30.05% 24.86% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
292 KOTA BIMA 100.00% 0.00% 31.92% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
293 KAB. SUMBA BARAT 16.22% 0.00% 11.11% 25.00% 52.11% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
294 KAB. SUMBA TIMUR 48.08% 34.15% 73.12% 33.33% 51.52% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
295 KAB. KUPANG 87.57% 0.00% 13.64% 83.33% 68.46% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA KAB. TIMOR TENGAH
296 78.42% 56.67% 53.55% 50.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR SELATAN
NUSA TENGGARA
297 KAB. TIMOR TENGAH UTARA 11.98% 2.33% 9.56% 0.00% 51.09% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
298 KAB. B E L U 100.00% 14.29% 62.25% 50.00% 69.12% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
299 KAB. A L O R 100.00% 0.00% 7.41% 50.00% 68.53% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
300 KAB. LEMBATA 92.05% 33.78% 12.41% 100.00% 68.75% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
301 KAB. FLORES TIMUR 100.00% 19.05% 33.10% 50.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
302 KAB. S I K K A 50.00% 10.07% 13.88% 33.33% 51.46% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
303 KAB. E N D E 98.92% 38.62% 72.32% 66.67% 69.01% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
304 KAB. NGADA 86.67% 20.29% 24.22% 100.00% 68.52% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
305 KAB. MANGGARAI 105.56% 28.57% 9.02% 0.00% 68.25% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
306 KAB. ROTE NDAO 27.73% 100.00% 89.08% 0.00% 51.28% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
307 KAB. MANGGARAI BARAT 60.36% 57.81% 60.26% 33.33% 68.18% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
308 KAB. SUMBA TENGAH 27.69% 0.00% 3.45% 100.00% 50.88% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
309 KAB. SUMBA BARAT DAYA 45.80% 14.29% 5.77% 100.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
310 KAB. NAGEKEO 21.24% 23.53% 42.11% 100.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
311 KAB MANGGARAI TIMUR 63.07% 42.86% 1.96% 100.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
312 KAB. SABU RAIJUA 77.78% 75.00% 16.67% 100.00% 69.09% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
313 KAB. MALAKA 64.80% 53.33% 15.84% 0.00% 51.06% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
314 KOTA KUPANG 100.00% 11.59% 60.61% 50.00% 69.39% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
315 KAB. SAMBAS 56.52% 59.54% 28.22% 25.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
316 KAB. BENGKAYANG 15.32% 30.00% 25.68% 0.00% 67.03% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
317 KAB. LANDAK 5.13% 25.00% 50.35% 100.00% 67.29% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
318 KAB. PONTIANAK/MEMPAWAH 13.43% 93.33% 56.02% 100.00% 67.21% MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
319 KAB. SANGGAU 7.10% 40.00% 73.84% 20.00% 67.82% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
320 KAB. KETAPANG 5.62% 32.17% 29.74% 0.00% 67.02% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
321 KAB. SINTANG 20.64% 51.35% 59.70% 28.57% 67.01% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
322 KAB. KAPUAS HULU 9.93% 39.52% 53.45% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
323 KAB. SEKADAU 31.03% 38.24% 30.06% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
324 KAB. MELAWI 12.43% 74.29% 51.50% 25.00% 67.90% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
325 KAB. KAYONG UTARA 4.65% 70.49% 40.59% 0.00% 67.50% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
326 KAB. KUBU RAYA 22.32% 52.38% 27.93% 0.00% 67.50% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
327 KOTA PONTIANAK 75.86% 76.60% 61.16% 40.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
328 KOTA SINGKAWANG 34.62% 23.91% 18.96% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
329 KAB. KOTAWARINGIN BARAT 86.17% 100.00% 61.35% 75.00% 69.84% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
330 KAB. KOTAWARINGIN TIMUR 14.61% 10.45% 56.20% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
331 KAB. KAPUAS 18.03% 0.00% 70.89% 100.00% 68.87% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
332 KAB. BARITO SELATAN 58.06% 94.34% 55.26% 0.00% 68.97% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
333 KAB. BARITO UTARA 17.48% 51.43% 60.62% 100.00% 70.00% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
334 KAB. SUKAMARA 50.00% 50.00% 52.14% 0.00% 71.43% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
335 KAB. LAMANDAU 47.73% 25.00% 45.25% 0.00% 69.39% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
336 KAB. SERUYAN 10.00% 64.29% 45.79% 0.00% 68.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
337 KAB. KATINGAN 36.65% 9.09% 36.55% 100.00% 68.92% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
338 KAB. PULANG PISAU 18.18% 61.54% 26.32% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
339 KAB. GUNUNG MAS 48.03% 70.27% 46.43% 100.00% 70.00% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
340 KAB. BARITO TIMUR 56.31% 100.00% 73.57% 0.00% 68.52% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
341 KAB. MURUNG RAYA 5.65% 0.00% 58.33% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
342 KOTA PALANGKARAYA 10.00% 0.00% 23.84% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
343 KAB. TANAH LAUT 19.26% 9.52% 19.09% 20.00% 50.43% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
344 KAB. KOTABARU 14.36% 10.62% 36.14% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
345 KAB. BANJAR 43.10% 69.52% 48.79% 0.00% 96.05% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
346 KAB. BARITO KUALA 14.43% 34.04% 61.39% 100.00% 50.36% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
347 KAB. TAPIN 100.00% 36.09% 44.52% 50.00% 71.11% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
348 KAB. HULU SUNGAI SELATAN 50.00% 75.00% 40.18% 20.00% 33.06% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
349 KAB. HULU SUNGAI TENGAH 26.04% 68.67% 58.10% 100.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
350 KAB. HULU SUNGAI UTARA 54.34% 46.58% 15.10% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
351 KAB. TABALONG 100.00% 43.48% 29.49% 50.00% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
352 KAB. TANAH BUMBU 87.33% 81.25% 25.64% 100.00% 36.00% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
353 KAB. BALANGAN 56.69% 47.17% 48.30% 0.00% 97.87% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
354 KOTA BANJARMASIN 15.38% 63.64% 46.29% 7.69% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
355 KOTA BANJARBARU 100.00% 58.96% 47.37% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
356 KAB. P A S E R 19.44% 96.36% 68.05% 33.33% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
357 KAB. KUTAI BARAT 15.87% 75.00% 28.95% 0.00% 92.78% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
358 KAB. KUTAI KERTANEGARA 9.70% 98.63% 69.35% 33.33% 58.62% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
359 KAB. KUTAI TIMUR 34.07% 73.24% 45.76% 55.56% 58.97% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
360 KAB. B E R A U 80.00% 96.67% 78.85% 100.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
361 KAB. PENAJAM PASER UTARA 64.81% 97.83% 69.23% 0.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
362 KAB. MAHAKAM ULU 46.94% 100.00% 36.84% 50.00% 60.00% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
363 KOTA BALIKPAPAN 85.29% 88.00% 64.16% 13.33% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
364 KOTA SAMARINDA 100.00% 84.92% 41.44% 43.75% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
365 KOTA BONTANG 60.00% 100.00% 95.80% 20.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
366 KAB. MALINAU 23.85% 82.80% 31.36% 66.67% 54.55% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
367 KAB. BULUNGAN 65.43% 83.33% 21.67% 0.00% 68.52% MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
368 KAB. NUNUKAN 35.00% 83.33% 70.27% 25.00% 56.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
369 KAB. TANA TIDUNG 56.67% 44.90% 58.63% 100.00% 61.29% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
370 KOTA TARAKAN 5.00% 92.86% 77.90% 42.86% 100.00% MEMENUHI
UTARA
371 SULAWESI UTARA KAB. BOLAANG MONGONDOW 98.83% 0.00% 42.22% 50.00% 68.85% MEMENUHI
372 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA 92.22% 0.00% 49.50% 28.57% 68.24% TIDAK MEMENUHI
373 SULAWESI UTARA KAB. KEPULAUAN SANGIHE 95.81% 0.00% 77.42% 33.33% 68.48% MEMENUHI
374 SULAWESI UTARA KAB. KEPULAUAN TALAUD 76.47% 0.00% 13.43% 0.00% 54.17% TIDAK MEMENUHI
375 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA SELATAN 63.64% 11.76% 0.83% 33.33% 68.89% TIDAK MEMENUHI
376 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA UTARA 93.08% 0.00% 45.18% 100.00% 69.64% MEMENUHI
KAB. BOLAANG MONGONDOW
377 SULAWESI UTARA 100.00% 20.00% 69.06% 100.00% 69.81% MEMENUHI
UTARA
KAB. KEP. SIAU
378 SULAWESI UTARA 79.57% 0.00% 50.38% 0.00% 68.66% MEMENUHI
TAGULANDANG BIARO
379 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA TENGGARA 88.19% 0.00% 39.20% 50.00% 62.50% TIDAK MEMENUHI
KAB. BOLAANG MONGONDOW
380 SULAWESI UTARA 72.46% 0.00% 30.36% 0.00% 50.79% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KAB. BOLAANG MONGONDOW
381 SULAWESI UTARA 92.50% 0.00% 23.81% 100.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
382 SULAWESI UTARA KOTA MANADO 100.00% 53.57% 12.50% 10.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
383 SULAWESI UTARA KOTA BITUNG 100.00% 0.00% 13.88% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
384 SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON 100.00% 100.00% 65.38% 33.33% 100.00% MEMENUHI
385 SULAWESI UTARA KOTA KOTAMOBAGO 100.00% 0.00% 56.18% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SULAWESI
386 KAB. BANGGAI KEPULAUAN 15.28% 42.86% 80.41% 50.00% 64.89% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
387 KAB. BANGGAI 30.38% 100.00% 74.46% 33.33% 64.58% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
388 KAB. MOROWALI 49.62% 100.00% 90.45% 0.00% 63.83% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
389 KAB. P O S O 44.38% 75.00% 73.25% 66.67% 62.99% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
390 KAB. DONGGALA 34.91% 32.65% 72.41% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
391 KAB. TOLI-TOLI 16.19% 9.23% 92.57% 0.00% 65.22% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
392 KAB. B U O L 79.13% 0.00% 68.31% 0.00% 68.18% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
393 KAB. PARIGI MOUTONG 36.29% 51.85% 69.37% 25.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
394 KAB. TOJO UNA-UNA 10.42% 87.10% 73.66% 50.00% 65.42% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
395 KAB. SIGI 50.00% 0.00% 93.12% 0.00% 65.59% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
396 KAB. BANGGAI LAUT 16.67% 53.57% 84.65% 0.00% 63.64% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SULAWESI
397 KAB. MOROWALI UTARA 51.20% 35.29% 74.26% 100.00% 62.50% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
398 KOTA PALU 57.78% 0.00% 75.59% 50.00% 100.00% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
399 KAB. KEPULAUAN SELAYAR 100.00% 61.90% 22.64% 0.00% 69.01% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
400 KAB. BULUKUMBA 100.00% 40.70% 49.21% 0.00% 68.07% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
401 KAB. BANTAENG 100.00% 40.48% 49.37% 0.00% 68.29% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
402 KAB. JENEPONTO 100.00% 21.43% 55.28% 50.00% 69.01% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
403 KAB. TAKALAR 100.00% 0.00% 6.85% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
404 KAB. GOWA 100.00% 60.00% 59.36% 100.00% 68.24% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
405 KAB. SINJAI 100.00% 45.61% 44.13% 0.00% 69.35% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
406 KAB. MAROS 95.15% 49.04% 63.72% 0.00% 69.49% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI KAB. PANGKAJENE
407 100.00% 94.70% 65.48% 33.33% 69.57% MEMENUHI
SELATAN KEPULAUAN
SULAWESI
408 KAB. BARRU 100.00% 44.83% 44.40% 0.00% 68.57% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
409 KAB. BONE 100.00% 70.18% 35.29% 0.00% 68.75% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
410 KAB. SOPPENG 100.00% 32.39% 23.16% 100.00% 72.00% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
411 KAB. WAJO 100.00% 42.11% 34.93% 0.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
412 KAB. SIDENRENG RAPPANG 100.00% 29.66% 26.38% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
413 KAB. PINRANG 100.00% 41.18% 34.91% 25.00% 68.83% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
414 KAB. ENREKANG 100.00% 38.78% 72.80% 0.00% 68.29% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
415 KAB. LUWU 100.00% 66.67% 42.67% 0.00% 69.05% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
416 KAB. TANATORAJA 100.00% 0.00% 38.98% 0.00% 68.55% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
417 KAB. LUWU UTARA 100.00% 75.29% 92.37% 66.67% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
418 KAB. LUWU TIMUR 100.00% 50.00% 62.66% 33.33% 68.29% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
419 KAB. TORAJA UTARA 100.00% 32.65% 64.96% 100.00% 68.18% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
420 KOTA MAKASSAR 81.05% 0.00% 32.90% 3.64% 68.75% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
421 KOTA PARE-PARE 100.00% 100.00% 82.91% 14.29% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
422 KOTA PALOPO 100.00% 55.22% 54.21% 0.00% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SULAWESI
423 KAB. BUTON 76.84% 60.00% 18.45% 100.00% 69.09% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
424 KAB. MUNA 27.27% 79.13% 13.66% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
425 KAB. KONAWE 41.64% 57.25% 19.19% 66.67% 71.43% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
426 KAB. KOLAKA 100.00% 90.91% 60.29% 25.00% 69.12% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
427 KAB. KONAWE SELATAN 98.58% 48.75% 36.02% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
428 KAB. BOMBANA 55.32% 80.70% 43.62% 0.00% 68.85% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
429 KAB. WAKATOBI 100.00% 0.00% 14.63% 0.00% 70.00% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
430 KAB. KOLAKA UTARA 69.17% 23.08% 48.41% 0.00% 69.35% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
431 KAB. BUTON UTARA 23.08% 88.06% 28.93% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
432 KAB. KONAWE UTARA 32.19% 53.57% 5.26% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
433 KAB. KOLAKA TIMUR 48.12% 27.27% 23.16% 100.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
434 KAB. KONAWE KEPULAUAN 59.46% 85.71% 8.00% 100.00% 68.29% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
435 KAB. MUNA BARAT 9.30% 0.00% 0.00% 0.00% 69.57% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
436 KAB. BUTON TENGAH 38.96% 68.75% 34.93% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
437 KAB. BUTON SELATAN 66.67% 0.00% 36.36% 0.00% 72.22% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
438 KOTA KENDARI 100.00% 90.00% 62.30% 58.82% 100.00% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
439 KOTA BAU-BAU 100.00% 100.00% 51.65% 25.00% 100.00% MEMENUHI
TENGGARA
440 GORONTALO KAB. BOALEMO 34.52% 92.03% 44.37% 50.00% 86.42% MEMENUHI
441 GORONTALO KAB. GORONTALO 11.71% 47.87% 33.82% 20.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
442 GORONTALO KAB. POHUWATO 14.42% 73.94% 14.65% 100.00% 79.57% MEMENUHI
443 GORONTALO KAB. BONE BOLANGO 16.97% 22.58% 48.40% 50.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
444 GORONTALO KAB. GORONTALO UTARA 35.77% 42.11% 43.26% 0.00% 84.06% TIDAK MEMENUHI
445 GORONTALO KOTA GORONTALO 82.00% 44.66% 17.23% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
446 SULAWESI BARAT KAB. MAJENE 64.63% 100.00% 64.89% 0.00% 71.11% MEMENUHI
447 SULAWESI BARAT KAB. POLEWALI MANDAR 53.89% 56.60% 61.83% 0.00% 67.39% TIDAK MEMENUHI
448 SULAWESI BARAT KAB. MAMASA 13.19% 59.46% 35.58% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
449 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU 11.11% 29.03% 41.90% 33.33% 68.97% TIDAK MEMENUHI
450 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU UTARA 30.16% 100.00% 36.60% 0.00% 65.00% TIDAK MEMENUHI
451 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU TENGAH 35.71% 91.67% 42.86% 0.00% 61.82% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KAB. MALUKU TENGGARA
452 MALUKU 100.00% 81.82% 0.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
453 MALUKU KAB. MALUKU TENGGARA 51.69% 67.35% 0.00% 0.00% 85.37% TIDAK MEMENUHI
454 MALUKU KAB. MALUKU TENGAH 45.95% 0.00% 0.00% 40.00% 88.41% TIDAK MEMENUHI
455 MALUKU KAB. PULAU BURU 20.48% 51.85% 60.36% 0.00% 90.32% TIDAK MEMENUHI
456 MALUKU KAB. KEPULAUAN ARU 9.24% 95.74% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
457 MALUKU KAB. SERAM BAGIAN BARAT 25.00% 26.92% 61.11% 0.00% 83.72% TIDAK MEMENUHI
458 MALUKU KAB. SERAM BAGIAN TIMUR 44.81% 100.00% 0.00% 0.00% 90.00% TIDAK MEMENUHI
459 MALUKU KAB. MALUKU BARAT DAYA 36.75% 0.00% 0.00% 0.00% 42.05% TIDAK MEMENUHI
460 MALUKU KAB. BURU SELATAN 1.23% 100.00% 0.00% 50.00% 50.68% TIDAK MEMENUHI
461 MALUKU KOTA AMBON 10.00% 76.74% 57.74% 45.45% 100.00% MEMENUHI
462 MALUKU KOTA TUAL 13.33% 27.78% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
463 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA BARAT 23.53% 66.67% 9.84% 50.00% 100.00% MEMENUHI
464 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TENGAH 27.42% 0.00% 45.45% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
465 MALUKU UTARA KAB. KEPULAUAN SULA 2.56% 87.50% 44.83% 0.00% 80.43% TIDAK MEMENUHI
466 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA SELATAN 27.84% 98.31% 34.38% 33.33% 37.88% TIDAK MEMENUHI
467 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA UTARA 3.05% 88.89% 46.97% 0.00% 34.69% TIDAK MEMENUHI
468 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TIMUR 4.72% 80.77% 68.99% 100.00% 34.88% MEMENUHI
469 MALUKU UTARA KAB. PULAU MOROTAI 5.68% 100.00% 64.29% 0.00% 35.29% TIDAK MEMENUHI
470 MALUKU UTARA KAB. PULAU TALIABU 4.23% 0.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
471 MALUKU UTARA KOTA TERNATE 64.10% 98.57% 61.94% 30.00% 100.00% MEMENUHI
472 MALUKU UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN 49.44% 35.00% 93.08% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
473 PAPUA BARAT KAB. FAK FAK 18.40% 100.00% 28.57% 0.00% 54.17% TIDAK MEMENUHI
474 PAPUA BARAT KAB. KAIMANA 24.42% 100.00% 59.71% 0.00% 54.55% TIDAK MEMENUHI
475 PAPUA BARAT KAB. TELUK WONDAMA 27.63% 100.00% 34.15% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
476 PAPUA BARAT KAB. TELUK BINTUNI 29.06% 91.43% 62.91% 0.00% 100.00% MEMENUHI
477 PAPUA BARAT KAB. MANOKWARI 86.25% 94.83% 89.50% 0.00% 69.64% MEMENUHI
478 PAPUA BARAT KAB. SORONG SELATAN 28.46% 93.94% 53.97% 100.00% 77.94% MEMENUHI
479 PAPUA BARAT KAB. SORONG 48.59% 0.00% 41.20% 20.00% 33.33% TIDAK MEMENUHI
480 PAPUA BARAT KAB. RAJA AMPAT 19.01% 27.12% 19.33% 100.00% 34.78% TIDAK MEMENUHI
481 PAPUA BARAT KAB. TAMBRAUW 16.67% 0.00% 75.00% 0.00% 34.48% TIDAK MEMENUHI
482 PAPUA BARAT KAB. MAYBRAT 33.55% 0.00% 34.21% 0.00% 33.96% TIDAK MEMENUHI
483 PAPUA BARAT KAB. MANOKWARI SELATAN 61.40% 50.00% 69.57% 0.00% 34.29% TIDAK MEMENUHI
484 PAPUA BARAT KAB. PEGUNUNGAN ARFAK 6.15% 0.00% 0.00% 0.00% 68.00% TIDAK MEMENUHI
485 PAPUA BARAT KOTA SORONG 61.29% 0.00% 52.94% 0.00% 100.00% MEMENUHI
486 PAPUA KAB. MERAUKE 25.60% 85.14% 83.11% 20.00% 100.00% MEMENUHI
487 PAPUA KAB. JAYA WIJAYA 1.28% 100.00% 43.75% 0.00% 39.22% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
488 PAPUA KAB. JAYAPURA 46.53% 41.67% 52.80% 66.67% 41.18% TIDAK MEMENUHI
489 PAPUA KAB. NABIRE 1.23% 74.29% 63.69% 0.00% 41.38% TIDAK MEMENUHI
490 PAPUA KAB. KEPULAUAN YAPEN 5.31% 50.00% 39.22% 0.00% 38.71% TIDAK MEMENUHI
491 PAPUA KAB. BIAK-NUMFOR 106.95% 91.38% 19.90% 0.00% 69.23% MEMENUHI
492 PAPUA KAB. PANIAI 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 42.86% TIDAK MEMENUHI
493 PAPUA KAB. PUNCAK JAYA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
494 PAPUA KAB. MIMIKA 7.53% 84.27% 71.06% 40.00% 100.00% MEMENUHI
495 PAPUA KAB. BOVEN DIGOEL 6.25% 81.82% 52.21% 0.00% 100.00% MEMENUHI
496 PAPUA KAB. MAPPI 2.19% 81.52% 59.76% 0.00% 33.33% TIDAK MEMENUHI
497 PAPUA KAB. ASMAT 1.02% 34.69% 69.57% 0.00% 50.33% TIDAK MEMENUHI
498 PAPUA KAB. YAHUKIMO 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
499 PAPUA KAB. PEGUNUNGAN BINTANG 2.17% 87.50% 100.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
500 PAPUA KAB. TOLIKARA 0.19% 100.00% 0.00% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
501 PAPUA KAB. SARMI 10.47% 67.65% 50.98% 0.00% 100.00% MEMENUHI
502 PAPUA KAB. KEEROM 18.03% 66.67% 66.41% 0.00% 34.78% TIDAK MEMENUHI
503 PAPUA KAB. WAROPEN 8.05% 100.00% 90.91% 0.00% 97.22% MEMENUHI
504 PAPUA KAB. SUPIORI 7.89% 100.00% 54.17% 0.00% 100.00% MEMENUHI
505 PAPUA KAB. MAMBERAMO RAYA 13.79% 0.00% 0.00% 0.00% 32.65% TIDAK MEMENUHI
506 PAPUA KAB NDUGA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
507 PAPUA KAB. LANNY JAYA 1.40% 50.00% 0.00% 0.00% 35.00% TIDAK MEMENUHI
508 PAPUA KAB. MAMBERAMO TENGAH 30.51% 100.00% 72.73% 0.00% 34.15% TIDAK MEMENUHI
509 PAPUA KAB. YALIMO 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
510 PAPUA KAB. PUNCAK 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
511 PAPUA KAB. DOGIYAI 0.00% 100.00% 50.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
512 PAPUA KAB. INTAN JAYA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
513 PAPUA KAB. DEIYAI 3.33% 71.43% 50.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
514 PAPUA KOTA JAYAPURA 84.62% 69.62% 73.22% 55.56% 100.00% MEMENUHI
247 249 253 206 389 273
KESIMPULAN
Indikator Target 2022 Capaian Persentase
IKP b) Kabupaten/Kota memenuhi 65% Indikator TFU 40% 249 / 514 48.44%
Unit Pelapor
IKK II
Unit Pelapor
Jumlah
Jumlah Jumlah Capaian
Jumlah Puskesmas Puskesmas yang
NO Puskesmas/Klinik Puskesmas/Klinik Puskesmas/Klinik yang
yang terdaftar Dalam melaporkan Persentase Persentase
yang Mempunyai Aktif Melapor di NAR terintegrasi
SKDR penyakit dalam
Akun NAR Antigen Antigen
SKDR
1 10,864 7,741 71 22,494 18,796 83.6 77.4
Note:
1. Jumlah PKM yang ada di Pusdatin: 10.846 dan aktif melaporkan 7.741
2. Jumlah PKM yang mempunyai akun SKDR dan aktif melaporkan : 10.481
3. Jumlah RS yang di Pusdatin = 3.122 dan aktif melaporkan: 2.800
4. Jumlah RS yang terdapatar dalam SKDR dan aktif melaporkan: 770 (masih banyak RS yang belum implementasi ke dalam SKDR), dikarenakan belum
semua Provinsi melaksanakan SKDR berbasis RS
Timestamp Satker Jumlah FR Jumlah FR Jumlah FR Jumlah Faktor Total jumlah Jumlah Faktor Persentase
yang yang yang Risiko (FR) FR yang Risiko (FR) Capaian
ditemukan ditemukan ditemukan yang ditemukan yang
pada orang pada alat pada barang ditemukan dikendalikan
angkut pada
1/16/2023 17.33.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam 546 451 0 5 1.002 1.002 100,00%
1/16/2023 16.07.53 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar 12.676 - 0 264 12.940 12.940 100,00%
1/16/2023 17.53.36 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar 359 30 2 3 394 394 100,00%
1/16/2023 21.27.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan 3.558 790 0 53 4.401 4.372 99,34%
1/17/2023 8.05.18 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno Hatta 438.554 14.160 0 18 452.732 452.732 100,00%
1/16/2023 19.12.52 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya 3.726 175 33 320 4.254 4.254 100,00%
1/17/2023 8.59.44 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok 60.254 133 0 156 60.387 60.387 100,00%
1/16/2023 16.42.08 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon 1.555 16 0 53 1.624 1.624 100,00%
1/16/2023 16.11.28 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan 5.845 242 0 68 6.155 6.155 100,00%
1/16/2023 16.17.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banda Aceh 9 3 2 270 285 285 100,00%
1/17/2023 10.24.27 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Bandung 2.383 1 7 84 2.475 2.475 100,00%
1/16/2023 16.41.13 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banjarmasin 8.155 24 1 69 8.249 8.247 99,98%
1/17/2023 9.49.20 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten 138 102 11 960 161 161 100,00%
1/17/2023 8.17.40 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Cilacap 34 - 0 78 112 112 100,00%
1/16/2023 22.11.48 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Dumai 435 6 0 114 555 555 100,00%
1/16/2023 21.13.51 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Gorontalo 1.023 8 0 47 1.078 1.078 100,00%
1/16/2023 16.58.42 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Jayapura 1.821 22 0 4 1.847 1.826 98,86%
1/17/2023 7.17.26 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari 378 17 1 0 395 378 95,70%
1/17/2023 8.53.19 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kupang 2.240 2.028 0 46 4.314 4.314 100,00%
1/17/2023 8.03.29 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Manado 3.436 - 0 213 3.649 3.631 99,51%
1/16/2023 16.28.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram 2.743 5.763 0 538 9.044 9.044 100,00%
1/16/2023 16.28.55 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang 97 26 0 23 146 146 100,00%
1/17/2023 7.58.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Palembang 978 14 0 16 1.008 1.008 100,00%
1/17/2023 8.10.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang 173 10 1 9 193 193 100,00%
1/17/2023 7.48.29 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru 1.268 11 0 25 1.304 1.303 99,92%
1/16/2023 17.14.55 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak 17.187 1.944 0 353 19.484 19.484 100,00%
1/16/2023 17.36.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo 116 11 31 206 364 364 100,00%
1/16/2023 20.29.08 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda 13.540 147 0 114 13.801 13.801 100,00%
1/16/2023 16.13.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang 491 50 0 295 836 836 100,00%
1/16/2023 16.18.42 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Balai Karimun 519 19 0 40 578 578 100,00%
1/16/2023 16.42.14 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Pinang 367 12 12 378 769 769 100,00%
1/17/2023 9.25.12 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan 7.151 3 0 288 7.442 7.442 100,00%
1/17/2023 10.44.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ternate 16 7 2 37 62 62 100,00%
1/16/2023 22.31.17 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bengkulu 107 124 107 935 1.273 1.273 100,00%
1/16/2023 16.46.48 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak 69 19 0 7 95 95 100,00%
1/16/2023 18.51.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung 27 19 0 833 879 879 100,00%
1/16/2023 16.09.19 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi 8.183 1 358 7 8.549 8.549 100,00%
1/16/2023 16.09.18 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Lhokseumawe 17 - 0 133 150 150 100,00%
1/17/2023 6.19.39 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Manokwari 1.019 - 0 4 1.023 1.023 100,00%
1/16/2023 20.22.44 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Merauke 200 - 0 46 246 246 100,00%
1/16/2023 17.04.24 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangkaraya 3.444 3 0 18 3.465 3.465 100,00%
1/16/2023 16.15.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palu 1.260 - 0 96 1.356 1.342 98,97%
1/16/2023 19.07.28 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkal Pinang 101 23 0 76 200 200 100,00%
1/16/2023 17.57.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Poso 129 31 0 189 349 349 100,00%
1/17/2023 10.11.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sabang 7 - 10 106 113 113 100,00%
1/16/2023 18.51.03 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit 4 - 0 3 7 7 100,00%
1/17/2023 9.26.06 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sorong 33 37 0 245 315 315 100,00%
1/16/2023 16.27.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan 50 1 0 12 63 63 100,00%
1/17/2023 7.49.22 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Yogyakarta 105 - 0 5 5 5 100,00%
1/17/2023 8.28.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IV Entikong 202 582 8 290 1.082 1.082 100,00%
1/17/2023 10.01.20 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IV Labuan Bajo 75 7 0 243 325 325 100,00%
Total 606.803 27.072 586 8.395 641.535 641.433 99,98%
Persentase
Nama Satker
Capaian
KKP Kelas II Kendari 95,70%
KKP Kelas IV Labuan Bajo 100,00%
KKP Kelas II Jayapura 98,86%
KKP Kelas IV Entikong 100,00%
KKP Kelas III Palu 98,97%
KKP Kelas III Yogyakarta 100,00%
KKP Kelas I Medan 99,34%
KKP Kelas III Tembilahan 100,00%
KKP Kelas II Manado 99,51%
KKP Kelas III Sorong 100,00%
KKP Kelas II Pekanbaru 99,92%
KKP Kelas III Sampit 100,00%
KKP Kelas II Banjarmasin 99,98%
KKP Kelas III Sabang 100,00%
KKP Kelas I Batam 100,00%
KKP Kelas III Poso 100,00%
KKP Kelas I Denpasar 100,00% KKP Kelas III Pangkal Pinang 100,00%
KKP Kelas I Makassar 100,00% KKP Kelas III Palangkaraya 100,00%
KKP Kelas I Soekarno Hatta 100,00% KKP Kelas III Merauke 100,00%
KKP Kelas I Surabaya 100,00% KKP Kelas III Manokwari 100,00%
KKP Kelas I Tanjung Priok 100,00% KKP Kelas III Lhokseumawe 100,00%
KKP Kelas II Ambon 100,00% KKP Kelas III Jambi 100,00%
KKP Kelas II Balikpapan 100,00% KKP Kelas III Bitung 100,00%
KKP Kelas II Banda Aceh 100,00% KKP Kelas III Biak 100,00%
KKP Kelas II Bandung 100,00% KKP Kelas III Bengkulu 100,00%
KKP Kelas II Banten 100,00% KKP Kelas II T ernate 100,00%
KKP Kelas II Cilacap 100,00% KKP Kelas II T arakan 100,00%
KKP Kelas II Dumai 100,00% KKP Kelas II T anjung Pinang 100,00%
KKP Kelas II Gorontalo 100,00% KKP Kelas II T anjung Balai Karimun 100,00%
KKP Kelas II Kupang 100,00% KKP Kelas II Semarang 100,00%
KKP Kelas II Mataram 100,00% KKP Kelas II Samarinda 100,00%
KKP Kelas II Padang 100,00% KKP Kelas II Probolinggo 100,00%
KKP Kelas II Palembang 100,00% KKP Kelas II Pontianak 100,00%
KKP Kelas II Panjang 100,00% KKP Kelas II Panjang 100,00%
KKP Kelas II Pontianak 100,00% KKP Kelas II Palembang 100,00%
Jumlah
Rekomendasi
Jumlah
yang Total
Jumlah rekomendasi
dimanfaatkan Rekomendasi Persentase
Satker rekomendasi yang
oleh yang Capaian
yang dikeluarkan dimanfaatkan
instansi/satker/ dimanfaatkan
oleh BTKLPP
LPLS diluar
BTKLPP
BTKLPP Kelas I Batam 193 12 133 145 75%
BTKLPP Kelas I Makassar 131 9 105 114 87%
BBTKLPP Jakarta 300 14 238 252 84%
BTKLPP Kelas I Manado 90 9 52 61 68%
BBTKLPP Yogyakarta 321 22 227 249 78%
BTKLPP Kelas II Ambon 295 95 178 273 93%
BBTKLPP Surabaya 160 80 80 160 100%
BTKLPP Kelas I Palembang 129 8 121 129 100%
BTKLPP Kelas I Medan 76 21 55 76 100%
BBTKLPP Banjarbaru 272 10 199 209 77%
Total 1967 280 1388 1668 85%