You are on page 1of 253

LAPORAN

KINERJA 2022

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN


DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmatNya sehingga Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun
2022 dapat disusun dengan baik.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006


tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnslansi Pemerintah,
Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja lnstansi Pemerintah (SAKIP), dan Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maka Ditjen P2P menyusun Laporan Kinerja
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas capaian kerja berdasarkan penggunaan
anggaran yang telah dialokasikan. Laporan Kinerja Ditjen P2P merupakan laporan tingkat
pencapaian kinerja selama tahun 2022 sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
dokumen perjanjian kinerja tahun 2022, yang merupakan sasaran program dalam Rencana
Aksi Program Ditjen P2P.

Tahun 2022 merupakan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN, Renstra dan RAP Ditjen P2P
periode 2020-2024. Tahun 2022 telah dilakukan revisi terhadap Renstra Kementerian
Kesehatan dan RAP Ditjen P2P, sehingga Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja
Kegiatan mengalami perubahan. Laporan Kinerja Ditjen P2P akan menyajikan capaian dan
analisa Indikator Kinerja Program yang telah direvisi. Pencapaian Indikator Kinerja Program
tahun 2022 telah menunjukkan capaian yang optimal tetapi masih terdapat gap capaian
antar indikator. Laporan kinerja ini akan menjelaskan secara memadai hasil analisis
terhadap pengukuran Indikator Kinerja Program P2P.

Pada akhirnya, kami berharap dapat memperoleh umpan balik untuk peningkatan kinerja
Ditjen P2P melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar, mulai dari
perencanaan, pengukuran, pelaporan, evaluasi dan pencapaian kinerja, sehingga dapat
menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta
meningkatkan akuntabilitas dan kredibilitas instansi pemerintah yang akuntabel dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Semoga informasi yang disajikan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 31 Januari 2023


Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS

i|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal P2P kepada Menteri
Kesehatan Republik Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung. Laporan Kinerja Ditjen P2P menjabarkan capaian kinerja
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Ditjen P2P, mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dan Rencana Aksi Program Ditjen P2P Tahun
2020-2024. Rata-rata capaian indikator kinerja Ditjen P2P tahun 2022 sebesar 102%
dengan capaian setiap indikator adalah sebagai berikut:

1. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin, tercapai 74.9% dari
target 75% dengan capaian kinerja sebesar 99.9%
2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) tercapai
42% dari target 45% dengan capaian kinerja sebesar 93%
3. Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC, tercapai 68.3% dari target 90%
dengan capaian kinerja sebesar 76%
4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk, telah mencapai 459
Kab/Kota dari target 484 Kab/Kota dengan capaian kinerja sebesar 95%
5. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat, tercapai 82.9% dari target 89% atau dengan
capaian kinerja sebesar 92.7%
6. Persentase pengobatan penyakit menular pada balita, tercapai 71.9% dari target 50%
atau dengan capaian kinerja sebesar 144%
7. Persentase skreening penyakit menular pada kelompok berisiko, tercapai 94% dari
target 95% atau dengan capaian kinerja sebesar 99%
8. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit tropis terabaikan, tercapai
203 Kab/Kota dari target 166 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 122%
9. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM, tercapai 514
Kab/Kota dari target 514 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 100%
10. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko, tercapai 46
Kab/Kota dari target 43 Kab/Kota atau dengan capaian kinerja sebesar 107%
11. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan, tercapai
53.11% dari target 40% atau dengan capaian kinerja sebesar 133%
12. Persentase kabupaten/kota yang memiliki laboratorium kesehatan masyarakat dengan
kemampuan surveilans, tercapai 32.5% dari target 39% atau dengan capaian kinerja
sebesar 83%
13. Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi surveillans
berbasis digital, tercapai 61.04% dari target 60% atau dengan capaian kinerja sebesar
102%
14. Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan, tercapai 99.9% dari
target 93% atau dengan capaian kinerja sebesar 107%
15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko penyakit berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan, tercapai 85% dari target 90% atau dengan capaian kinerja sebesar
94%

ii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

16. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
tercapai 35.24 dari target 35.3 atau dengan capaian kinerja sebesar 99.8%

Untuk kinerja keuangan pada tahun 2022, data per 19 Januari 2022 berdasarkan
OMSPAN, 23 Januari 2023, realisasi anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit sebesar Rp. 3.531.420.455.454 dari pagu Rp. 4.043.641.889.000 (87.33%).

iii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i


IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iv
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
B. ISU STRATEGIS ..................................................................................................... 2
C. VISI DAN MISI ......................................................................................................... 6
D. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI ............................................... 7
E. SUMBER DAYA MANUSIA..................................................................................... 8
F. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................................. 11
BAB II PERENCANAAN KINERJA .................................................................................... 13
A. PERENCANAAN KINERJA................................................................................... 13
B. PERJANJIAN KINERJA ........................................................................................ 20
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA................................................................................... 24
A. CAPAIAN KINERJA .............................................................................................. 24
B. REALISASI ANGGARAN .................................................................................... 154
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 163
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 163
B. TINDAK LANJUT ................................................................................................. 163

iv |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.2. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022.......... 9
Grafik 1.3. Distribusi pegawai berdasarkan pendidikan Tahun 2022 .................................. 9
Grafik 1.4. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2022 .... 10
Grafik 1.5. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan Tahun 2022...
.......................................................................................................................... 10
Grafik 1.6. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan Fungsional
Tahun 2022 ....................................................................................................... 11
Grafik 3.7. Cakupan ODHIV on ART di Regional Asia Pasifik Tahun 2021...................... 38
Grafik 3.8. Target dan Capaian Persentase ODHA on ART Tahun 2020-2024 ............... 38
Grafik 3.9. Cascade HIV dan ART sampai desember 2021 .............................................. 39
Grafik 3.10. Capaian Program HIV AIDS untuk indikator 95 – 95 – 95 Tahun 2018–2022 40
Grafik 3.11. Target dan Capaian Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC Tahun 2020-
2024 .................................................................................................................. 45
Grafik 3.12. Cakupan Penemuan dan Pengobatan Kasus TB per Provinsi Tahun 2022 ... 46
Grafik 3.13. Sepuluh Negara dengan Penurunan Jumlah Kasus TB .................................. 47
Grafik 3.14. Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC Tahun 2022 ................................ 48
Grafik 3.15. Capaian Jumlah Kabupaten/Kota mencapai API Malaria < 1/1000 penduduk
Tahun 2018-2022 ............................................................................................. 57
Grafik 3.16. Target dan Capaian Kab/Kota mencapai API < 1/1000 penduduk Tahun 2020-
2024 .................................................................................................................. 57
Grafik 3.17. Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah ........................................................ 58
Grafik 3.18. Persentasi Malaria Positif diobati sesuai standar ............................................ 59
Grafik 3.19. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Tahun 2020-2024 .......................... 70
Grafik 3.20. Persentase Kasus Pneumonia Balita yang diberikan antibiotik ...................... 77
Grafik 3.21. Persentase Kasus Diare yang diberikan oralit dan zinc Tahun 2022.............. 77
Grafik 3.22. Target dan Capaian Persentase Pengobatan Penyakit Menular pada Balita
Tahun 2022-2024 ............................................................................................. 78
Grafik 3.23. Target dan Capaian Persentase skrining Penyakit Menular Pada kelompok
Berisiko Tahun 2020 – 2024 ............................................................................ 84
Grafik 3.24. Persentase skrining Penyakit Menular Pada kelompok Berisiko Berdasarkan
Provinsi Tahun 2022......................................................................................... 84
Grafik 3.25. Persentase Ibu Hamil diskrining Penyakit Menular (Hepatitis B) Berdasarkan
Provinsi Tahun 2022 ......................................................................................... 85
Grafik 3.26. Target dan Capaian Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis terabaikan Tahun 2022–2024 ...................................... 90
Grafik 3.27. Jumlah Kab/Kota berhasil mencapai eliminasi penyakit Infeksi Tropis
Terabaikan per Provinsi Tahun 2022 ............................................................... 91
Grafik 3.28. Capaian Kab/Kota Eradikasi Frambusia Tahun 2021-2022 ............................ 92
Grafik 3.29. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai Eliminasi Tahun
2018-2022 ......................................................................................................... 92
Grafik 3.30. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai Eliminasi Tahun
2022-2024 ......................................................................................................... 93
Grafik 3.31. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko
PTM Tahun 2020-2024..................................................................................... 99

v|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.32. Capaian Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini FR PTM Tahun
2022 .................................................................................................................. 99
Grafik 3.33. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Hipertensi
Tahun 2022 ..................................................................................................... 100
Grafik 3.34. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Diabetes
Mellitus Tahun 2022 ....................................................................................... 101
Grafik 3.35. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Obesitas
Tahun 2022 ..................................................................................................... 102
Grafik 3.36. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim Tahun 2022............................................................................... 103
Grafik 3.37. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Kanker
Payudara Tahun 2022 .................................................................................... 104
Grafik 3.38. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi Dini Gangguan
Indera Tahun 2022 ......................................................................................... 105
Grafik 3.39. Kabupaten/Kota yang melakukan Pengendalian Faktor Risiko PTM Tahun
2022 ................................................................................................................ 108
Grafik 3.40. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan Pengendalian Faktor
Risiko PTM Tahun 2022-2024........................................................................ 108
Grafik 3.41. Kab/Kota yang melaksanakan Pandu PTM ≥80% Puskesmas Tahun 2022 109
Grafik 3.42. Target dan Capaian Kab/Kota yang melaksanakan pelayanan terpadu
(Pandu) PTM ≥80% Puskesmas Tahun 2020-2024 ...................................... 110
Grafik 3.43. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Tahun 2022 ..................................................................................................... 111
Grafik 3.44. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) Tahun 2020-2024 ..................................................................... 111
Grafik 3.45. Kabupaten/Kota yang melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM) Tahun
2022 ................................................................................................................ 112
Grafik 3.46. Jumlah Kab/Kota yang ≥40% Puskesmasnya Menyelenggarakan Layanan
UBM Tahun 2020-2024 .................................................................................. 113
Grafik 3.47. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang memenuhi Kualitas
Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024 ..................................................... 116
Grafik 3.48. Proporsi Capaian Kabupaten/Kota yang memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan Tahun 2022 ................................................................................. 117
Grafik 3.49. Target dan Capaian Persentase Kabupaten Kota yang memiliki Labkesmas
dengan kemampuan surveilans Tahun 2022 ................................................. 129
Grafik 3.50. Provinsi dengan 80% Kabupaten/Kota yang telah memiliki labkesmas dengan
mempunyai kemampuan surveilans Tahun 2022 .......................................... 129
Grafik 3.51. Target dan Capaian Persentase Fasyankes terintegrasi sistem surveilans
berbasis digital Tahun 2022-2024 .................................................................. 133
Grafik 3.52. Fasyankes Yang Menggunakan Aplikasi NAR Dan SKDR Tahun 2022 ....... 134
Grafik 3.53. Fasyankes Yang Terintegrasi Puskesmas dan Klinik .................................... 134
Grafik 3.54. Target dan Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk yang dikendalikan
Tahun 2020-2024 ........................................................................................... 138
Grafik 3.55. Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk yang dikendalikan oleh KKP
Tahun 2022 ..................................................................................................... 139

vi |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.56. Target dan Capaian Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan
penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan Tahun 2020 - 2024 ...... 142
Grafik 3.57. Persentase capaian rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang dimanfaatkan Tahun 2022 ................................ 143
Grafik 3.58. Target Dan Capaian Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P Tahun 2020-2024
…..................................................................................................................... 150
Grafik 3.59. Distribusi Pagu Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022 ............. 154
Grafik 3.60. Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen P2P Tahun 2019-2021 ....................... 155

vii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis Program P2P ....................................................... 14
Tabel 2.2. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Pada RAP
Awal Tahun 2020-2024 ......................................................................................... 16
Tabel 2.3. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Pada Revisi
RAP Tahun 2020-2024 ......................................................................................... 17
Tabel 2.4. Indikator Kinerja Program pada Renstra Awal dan Renstra Revisi ..................... 19
Tabel 2.5. Perjanjian Kinerja Awal Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tahun
2022 ....................................................................................................................... 20
Tabel 2.6. Perjanjian Kinerja Revisi Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2022 ........................................................................................................... 21
Tabel 3.1. Target dan Capaian Indikator Program P2P Tahun 2022 .......................................... 24
Tabel 3.2. Capaian Penduduk Berdasarkan Endemisitas 2022 ................................................... 55
Tabel 3.3. Jumlah Kab/Kota dengan API 1/1000 penduduk Tahun 2022 .................................. 55
Tabel 3.4. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Per Provinsi Tahun 2022........................ 69
Tabel 3.5. Proporsi Kasus Kusta Baru Cacat Tingkat 2 secara global........................................ 71
Tabel 3.6. Analisis SWOT untuk Indikator Kabupaten/Kota Memenuhi Kualitas Kesehatan
Lingkungan Tahun 2022 .................................................................................................... 117
Tabel 3.7. Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi .................................................................... 147
Tabel 3.8. HASIL PENILAIAN MANDIRI RB DITJEN P2P TAHUN 2020-2022...................... 149
Tabel 3.9. Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan Tahun 2022 .................................. 154
Tabel 3.10. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2022.......................... 155
Tabel 3.11. Realisasi Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022 ......................... 155
Tabel 3.12. Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2022 ........................... 156
Tabel 3.13. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2022 .................................... 157
Tabel 3.14. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja Tahun 2022 ............ 159
Tabel 3.15. Nilai Efisiensi Per Indikator Kinerja Tahun 2022 ............................................. 161

viii |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit .............................................................................................................. 8
Gambar 3.1. Koordinasi Lintas Kementerian dalam mendukung Program Imunisasi ......... 34
Gambar 3.2. Advokasi dan Sosialisasi Lintas Kementerian untuk Pelaksanaan Imunisasi
Antigen Baru ..................................................................................................... 34
Gambar 3.3. SKB 4 Menteri dan Surat Menko PMK kepada Mendagri ............................... 34
Gambar 3.4. Sosialisasi Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi di Puskesmas 35
Gambar 3.5. Pelaksanaan Monitoring SOS di Daerah dengan Geografis Sulit .................. 35
Gambar 3.6. Orientasi Petugas Introduksi Antigen Baru ..................................................... 35
Gambar 3.7. Pelaksanaan On the Job Training melalui Pembinaan Teknis Program
Imunisasi Rutin ................................................................................................. 36
Gambar 3.8. Desk PWS Imunisasi Rutin .............................................................................. 36
Gambar 3.9. Workshop Modul Kader ................................................................................... 36
Gambar 3.10. Penemuan Kasus Melalui Skrining (Mobile Clinic) ........................................ 42
Gambar 3.11. Bimbingan Teknis ke Layanan ....................................................................... 43
Gambar 3.12. Pelatihan Penggunaan TCM .......................................................................... 50
Gambar 3.13. Pertemuan Advokasi Perpres No 67 tahun 2021 antara Tim Pusat dengan
Sekda dan perwakilan daerah di Provinsi Jawa Barat .................................. 51
Gambar 3.14. Active Case Finding TBC ............................................................................... 52
Gambar 3.15. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2022 ..................................... 54
Gambar 3.16. Pemeriksaan uji silang di lab RSUD Wates dan diskusi dengan tim di
Puskesmas Samigaluh I................................................................................. 61
Gambar 3.17. Surveilans dan Pengendalian Faktor Risiko Malaria di Kab. Pesawaran dan
Kab. Sorong Tahun 2022 ............................................................................... 63
Gambar 3.18. Peta Sebaran Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat .............................. 68
Gambar 3.19. Sosialisasi ISPA pada kegiatan Germas di Sulawesi Selatan ...................... 80
Gambar 3.20. Germas dalam Sosialisasi Pengobatan Diare di Kota Surabaya .................. 81
Gambar 3.21. Seminar dan deteksi dini Hepatitis ................................................................ 87
Gambar 3.22. Advokasi Kepala Daerah untuk Pembangunan Air Minum dan Sanitasi .... 120
Gambar 3.23. Advokasi kepada pemangku kepentingan melalui deklarasi SBS yang
disinergikan dengan kegiatan Sail Wakatobi dan Program Intervensi Kesling
di Desa.......................................................................................................... 122
Gambar 3.24. Advokasi dan membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan agar
penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS merata di Indonesia.............. 123

ix |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program
dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam
periode sebelumnya.

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di seluruh


dunia termasuk Indonesia, menyebabkan kematian ratusan ribu orang diseluruh dunia,
membuat sistem kesehatan mengalami tekanan yang sangat besar dan mengganggu
aktivitas ekonomi dan mengubah perilaku pribadi dan sosial. Pandemi juga
menyadarkan bahwa diperlukan ketahanan kesehatan dan perubahan kebijakan dan
strategi dalam menghadapi pandemi. Tahun 2022, sesuai dengan arahan Presiden
Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan upaya
percepatan pelaksanaan vaksinasi untuk mewujudkan herd immunity, penanganan
pandemi secara lebih baik dan berkelanjutan serta transformasi sektor kesehatan.
Transformasi kesehatan dilaksanakan dengan menegakkan enam pilar yakni 1).
Tranfromasi Layanan Primer, 2). Transformasi Layanan Rujukan, 3). Transformasi
Sistem Ketahanan Kesehatan, 4). Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, 5).
Transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan 6). Transformasi Teknologi
Kesehatan. Untuk menjamin pelaksanaan keenam pilar transformasi kesehatan ini
maka Kemenkes merevisi Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2020-2024, sehingga
lebih mencerminkan prinsip dan tujuan dari transformasi kesehatan tersebut.

Sejalan dengan Revisi Renstra Kemenkes, pada tingkat Direktorat Jenderal


Pencegahan dan Pengendalikan Penyakit telah dilakukan revisi Rencana Aksi
Program (RAP) P2P sebagai upaya untuk menjamin berjalannya tranformasi
kesehatan yang telah ditetapkan didalam revisi Renstra Kemenkes tahun 2020-2024.
Pada revisi RAP P2P terdapat perubahan indikator baik pada level Indikator Kinerja
Program maupun Indikator Kinerja Kegiatan, sehingga dokumen Perjanjian Kinerja dan
Laporan Kinerja Ditjen P2P tahun 2022 akan menggunakan indikator yang baru.

Laporan kinerja Ditjen P2P akan menjelaskan secara memadai hasil analisis terhadap
capaian program, permasalahan dan tantangan serta strategi pemecahan masalah.
Penyusunan Laporan Kinerja merupakan wujud melaksanakan Perpres No. 29 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan dan
RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Tujuan
penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal P2P adalah untuk:

1|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

1. Memberikan informasi kinerja Ditjen P2P selama tahun 2021 yang telah
ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban Ditjen P2P dalam mencapai sasaran/tujuan
strategis instansi.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Ditjen P2P untuk
meningkatkan kinerjanya.
4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah
satu agenda penting dalam reformasi pemerintah.
5. Sebagai alat dan bahan evaluasi guna peningkatan kinerja Ditjen P2P dimasa
depan.

B. ISU STRATEGIS

1. Penyakit Tidak Menular


Dalam periode tiga dekade terakhir, telah terjadi perubahan beban penyakit dari
penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM menyebabkan kematian
pada sekitar 41 juta orang setiap tahunnya, angka ini setara dengan 74% dari
seluruh penyebab kematian di dunia. Sekitar 17 juta orang meninggal sebelum usia
70 tahun akibat PTM dan 86% kematian dini tersebut terjadi di negara dengan
pendapatan rendah dan menengah (low and middle-income countries). Penyakit
kardiovaskular merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan angka
kematian tertinggi yakni sekitar 17,9 juta kematian setiap tahunnya, diikuti dengan
kanker (9,3 juta kematian), penyakit pernapasan kronik (4,1 juta kematian) dan
diabetes (2 juta kematian termasuk penyakit ginjal kronik akibat diabetes). Keempat
penyakit tersebut menyebabkan sekitar 80% kematian dini akibat PTM (WHO,
2022).

Selain itu terjadi perubahan penyebab utama Disability Adjusted Life Years (DALYs)
lost. 10 penyebab utama DALYs di Indonesia tahun 2019 adalah stroke (4,0%;
3.280 per 1000 penduduk), ischaemic heart disease (2,8%; 2.330 per 1000
penduduk), tuberculosis (2.2%; 1.840 per 1000 penduduk), neonatal condition
(2,1%; 1.710 per 1000 penduduk), diabetes mellitus (1,8%; 1.4461 per 1000
penduduk), cirrhosis of the liver (1,2%; 961 per 1000 penduduk), diarrhoeal
diseases (1,0%; 802 per 1000 penduduk), chronic obstructive pulmonary disease
(1,0%; 787 per 1000 penduduk), lower respiratory infections (0,9%; 776 per 1000
penduduk) dan HIV/AIDS (0,9%; 752 per 1000 penduduk). Hampir sama dengan di
dunia, lebih dari setengah DALYs lost di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak
menular (69%) diantaranya 10,9% disebabkan oleh stroke, 8,6% malignant
neoplasms dan 7,7% ischaemic heart disease (GDB 2019; WHO 2019). Tekanan
darah sistolik tinggi, tembakau, risiko diet, glukosa plasma puasa tinggi, dan indeks
massa tubuh yang tinggi merupakan lima risiko utama yang berkontribusi terhadap
penurunan kesehatan yang diukur sebagai DALY pada tahun 2019 (GDB 2019).

2|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan


prevalensi PTM jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, PTM yang mengalami
peningkatan antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan
hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8%, prevalensi stroke naik
dari 7% menjadi 10,9% dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi
8,5% dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi
34,1%.

Kenaikan prevalensi PTM ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok,
kurang aktivitas fisik serta kurang konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013
prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2%
(Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Demikian
juga proporsi kurangnya aktivitas fisik meningkat dari 26,1% menjadi 33,5%, dan
0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Tren ini juga diikuti dengan
peningkatan penduduk di Indonesia yang cenderung memiliki berat badan lebih
(overweight) atau bahkan obesitas dari tahun ke tahun. Overweight meningkat dari
8,6% di tahun 2007 menjadi 13,6% di tahun 2018, obese meningkat dari 10,5% di
tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018. Sementara itu juga tercatat lebih dari
95,5% masyarakat Indonesia yang berusia lebih dari 5 tahun mengkonsumi kurang
dari 5 porsi buah dan sayur dalam sehari. Balitbangkes Kemenkes merilis data
terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa
40,6% pelajar di Indonesia usia 13-15 tahun, 2 dari 3 anak laki-laki dan hampir 1
dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau. Selain itu,
19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan tidak
dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka
dapat membeli rokok secara eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari
10 pelajar melihat iklan atau promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam
30 hari terakhir, dan sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau
media sosial.

2. Penyakit Menular
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi menular seksual (IMS)
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia, dan meluas
hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Kasus HIV di kawasan Asia
Tenggara menyumbang 10% dari total beban HIV di seluruh dunia. Di Indonesia
pada tahun 2020 diperkirakan jumlah orang yang hidup dengan HIV (ODHIV)
berjumlah 543.100 orang. Jumlah ini menurun dari angka sebelumnya pada tahun
2016 sebesar 643.443 ODHIV. Infeksi baru HIV di Indonesia terus mengalami
penurunan, sejalan dengan penurunan infeksi baru HIV global. Namun demikian,
penurunan infeksi baru ini belum sebanyak yang diharapkan. Pada populasi kunci
tertentu (LSL dan waria) terjadi peningkatan infeksi baru HIV.

Secara nasional, epidemi HIV di Indonesia adalah epidemi terkonsentrasi pada


populasi kunci dengan prevalensi sebesar 0,26%. Hasil Survei Terpadu Biologi dan
3|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Perilaku (STBP) populasi kunci tahun 2018 menunjukkan prevalensi HIV pada
populasi kunci di atas 10%. Terjadi pergeseran pola penularan HIV di mana pada
awal tahun 2000 penularan HIV pada penggunaan jarum suntik bersama di
kalangan Penasun, sedangkan pada tahun 2020 penularan melalui hubungan
seksual merupakan cara penularan HIV utama. Epidemi HIV di Tanah Papua
(Provinsi Papua dan Papua Barat) merupakan epidemi meluas tingkat rendah,
dengan angka prevalensi HIV pada populasi umum sebesar 2,3% (STBP Tanah
Papua, 2013). Kecenderungan prevalensi HIV lebih tinggi (2,9%) terjadi di wilayah
pegunungan dan populasi suku Papua, sementara di dataran rendah dan
perkotaan, prevalensi berada di bawah 2,3%.

Tujuan pengendalian HIV AIDS pada tahun 2030 adalah mencapai three zero yaitu
zero new infection, zero AIDS related death dan zero discrimination yang dilakukan
melalui program STOP (Suluh, Tes, Obati dan Pertahankan). Target TOP tahun
2030 sebesar 95-95-95 yaitu 95% orang dengan HIV mengetahui status HIV nya,
95% orang dengan HIV AIDS mendapatkan pengobatan dan 95% orang yang
mendapatkan pengobatan HIV tersupresi virusnya.

Pada tahun 2021, secara global diperkirakan sebanyak 10,6 juta kasus TBC,
meningkat sekitar 4,5% dibandingkan pada tahun 2020 sebanyak 10,1 juta kasus.
Dengan demikian angka insidensi meningkat sekitar 3,6% dari tahun 2020. Beban
kasus TBC kebal obat juga meningkat dari tahun 2020 menjadi 450.000 pada tahun
2021. Estimasi beban TBC selama pandemi Covid-19 hanya dapat ditentukan
berdasarkan model dinamika negara dan regional bagi negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah. Survei beban kasus TBC dan penyebab
kematian terkini dengan cakupan populasi nasional dari sistem registrasi vital
nasional dengan cakupan yang besar juga diperlukan untuk memperkirakan
dampak pandemi yang lebih akurat. Berdasarkan letak geografisnya, kasus TBC
pada tahun 2021 paling banyak di regional Asia Tenggara (45%), Afrika (23%) dan
Pasifik Barat (18%), dan persentase yang sedikit di Timur Tengah (8,1%), Amerika
(2,9%) dan Eropa (2,2%). Ada 8 negara dengan jumlah kasus dua per tiga dari total
kasus global, yaitu India (28%), Indonesia (9,2%), Cina (7,4%), Filipina (7,0%),
Pakistan (5,8%), Nigeria (4,4%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik
Kongo (2,9%).

Data WHO yang dimuat pada Global TB Report 2021, memperlihatkan indikator
yang dipakai dalam mencapai tujuan “End the Global TB epidemic” adalah jumlah
kematian akibat TBC per tahun, angka kejadian (incidence rate) per tahun serta
persentase rumah tangga yang menanggung biaya pengobatan TBC. Menurut TB
Global Report tahun 2022 untuk Indonesia, angka kejadian (insidensi) TBC tahun
2021 adalah 354 per 100.000 (sekitar 969.000 pasien TBC), dan 2,27% (22.000
kasus) di antaranya dengan TB/HIV. Angka kematian TBC adalah 52 per 100.000
penduduk (jumlah kematian 144.000) tidak termasuk angka kematian akibat
TB/HIV. WHO memperkirakan ada 28.000 kasus Multi Drug Resistance
(MDR) di Indonesia.

4|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Menurut World Malaria Report (WMR) tahun 2022 secara global, diperkirakan
terdapat 247 juta kasus malaria pada tahun 2021, meningkat dari 245 juta pada
tahun 2020, dengan sebagian besar peningkatan ini berasal dari negara-negara di
wilayah Afrika. Negara Afrika menyumbangkan sekitar 234 juta (95%) kasus global
pada tahun 2021. Wilayah Asia tenggara menyumbang sekitar 2% dari beban kasus
malaria secara global. Kasus malaria di wiayah Asia Tenggara berkurang 76% dari
23 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 5 juta pada tahun 2021. Indonesia
menyumbangkan kasus malaria terbesar kedua setelah India di wilayah region Asia
Tenggara, dengan estimasi kasus oleh WHO sebesar 811.636 pada tahun 2021.
Berdasarkan laporan rutin malaria menunjukkan terdapat peningkatan kasus
malaria sekitar 30% di Indonesia dari 304.607 tahun 2021 menjadi 400.253 seluruh
kasus positif di Indonesia pada tahun 2022 dengan kasus terbesar terdapat di
Provinsi Papua yang berkontribusi menyumbang kasus positif sebanyak 356.889
(90%) dari kasus nasional.

Penyakit Tropis Terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTDs) adalah


sekelompok penyakit tropis yang beragam dan sangat umum terjadi pada populasi
berpendapatan rendah di wilayah berkembang. Secara global penyakit ini telah
membebani lebih dari 1 milyar penduduk di dunia terutama di daerah tropis dan
subtropis WHO telah mengelompokkan 20 jenis penyakit sebagai penyakit tropis
terabaikan dan delapan diantaranya ada di Indonesia. Dalam Pertemuan ke 73
World Health Assembly (WHA) secara Virtual tanggal 12 November 2020, WHO
telah meluncurkan Roadmap untuk penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical
Diseases/NTDs) tahun 2021−2030. Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia telah
mentargetkan eliminasi dan eradikasi pada penyakit NTDs pada tahun 2030
diantaranya adalah eradikasi frambusia, eliminasi filariasis dan eliminasi rabies.

Sebanyak 863 juta orang di 47 negara di seluruh dunia hidup di daerah endemis
penyakit filariasis dan beresiko tertular penyakit ini. Indonesia telah menetapkan
236 kabupaten/kota di 28 provinsi sebagai daerah endemis filariasis. Program
eliminasi filariasis menjadi memiliki agenda utama yaitu melaksanakan kegiatan
Pemberian Obat Pencegahan secara Massal Filariasis untuk memutus rantai
penularan Filariasis pada penduduk di semua Kabupaten/Kota Endemis Filariasis
serta tatalaksana kasus kronis filariasis. Pada tahun 2021, sebanyak 123.866 kasus
frambusia telah dilaporkan terjadi di 13 negara di dunia. Frambusia juga diketahui
tercantum dalam rencana nasional penanggulangan penyakit pada 4 negara,
termasuk Indonesia. Disebutkan bahwa untuk dapat mendapatkan sertifikasi
eradikasi frambusia, nantinya suatu negara harus dapat membuktikan ketiadaan
frambusia dengan melaporkan hasil surveilans aktif dan survei serologi pada anak-
anak.

Penyakit rabies endemis di lebih dari 150 negara di seluruh dunia. Meskipun rabies
dapat dicegah, penyakit ini diperkirakan membunuh 59.000 orang di dunia setiap
tahunnya. Sekitar 40% dari korban rabies adalah anak-anak berusia di bawah 15
tahun di Asia dan Afrika. Sembilan puluh sembilan persen dari kasus manusia di
Asia dan Afrika disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi. Sebelumnya, respon

5|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

global terhadap rabies masih terfragmentasi dan tidak terkoordinasi. Tahun 2016,
untuk pertama kalinya Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), Badan
Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization), Badan
Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties), dan Global Alliance
for Rabies Control (GARC) bergabung untuk mendukung negara-negara di seluruh
dunia dalam mempercepat aksi-aksi menuju eliminasi rabies yang ditularkan oleh
anjing tahun 2030

C. VISI DAN MISI

Visi Nasional pembangunan jangka panjang Indonesia adalah terciptanya manusia


yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta masyarakat yang makin
sejahtera dalam pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur sesuai dengan RPJPN 2005-2025,
Presiden terpilih sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan
Visi Presiden 2020-2024 yakni “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”.

Untuk melaksanakan visi Presiden 2020-2024 tersebut, Kementerian Kesehatan


menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan, yaitu “Menciptakan Manusia yang
Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”. Ditjen P2P menjabarkan visi Presiden dan
Kementerian Kesehatan tersebut dalam visi bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit yakni “Mewujudkan masyarakat bebas penyakit dan kesehatan lingkungan
yang berkualitas”

Dalam rangka mencapai terwujudnya visi Presiden yakni “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”, maka
telah ditetapkan 9 (sembilan) misi Presiden tahun 2020-2024, yakni:
1. Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia;
2. Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing;
3. Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan;
4. Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan;
5. Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa;
6. Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya;
7. Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh
Warga;
8. Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya;
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan


struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing khususnya di bidang
farmasi dan alat kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menjabarkan misi Presiden,
sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kesehatan Reproduksi, Ibu, Anak, dan Remaja;
2. Perbaikan Gizi Masyarakat;
3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
6|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

4. Pembudayaan GERMAS;
5. Memperkuat Sistem Kesehatan.

Untuk mewujudkan tercapainya visi, Ditjen P2P telah menetapkan misi tahun 2022-
2024 yang merupakan penjabaran misi Presiden dan Kementerian Kesehatan yakni:
1. Peningkatan Deteksi, Pencegahan dan Respon Penyakit;
2. Perbaikan Kualitas Lingkungan;
3. Penguatan sistem surveilans berbasis laboratorium penyakit dan faktor risiko;
4. Penguatan sistem tata kelola kesehatan

D. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun 20202
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, susunan organisasi
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
3. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
4. Direktorat Pengelolaan Imunisasi;
5. Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan; dan
6. Direktorat Penyehatan Lingkungan.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas


menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit melaksanakan fungsi antara lain sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular, penyakit menular langsung dan tidak langsung, surveilans dan
kekarantinaan kesehatan, dan penyehatan lingkungan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular, penyakit menular langsung dan tidak langsung, surveilans dan
kekarantinaan kesehatan, dan penyehatan lingkungan;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular, penyakit menular langsung dan tidak
langsung, surveilans dan kekarantinaan kesehatan, dan penyehatan lingkungan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular, penyakit menular langsung dan tidak langsung, surveilans
dan kekarantinaan kesehatan, dan penyehatan lingkungan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular, penyakit menular langsung dan tidak langsung, surveilans
dan kekarantinaan kesehatan, dan penyehatan lingkungan;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Ditjen P2P mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
7|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan digambarkan dalam grafik dibawah ini:

Gambar 1.1.
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

E. SUMBER DAYA MANUSIA

1. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Satuan Kerja


Pada tahun 2022 pegawai Ditjen P2P sebanyak 4.514 orang. Ditjen P2P memiliki
67 satuan kerja/unit kerja, yakni 1 satuan kerja dan 5 unit kerja di Pusat dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) sebanyak 61 Satker. Distribusi pegawai Ditjen P2P tahun
2022 dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 1.1. Distribusi Pegawai pada Ditjen P2P Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

Berdasarkan grafik diatas, maka jumlah pegawai Ditjen P2P terbanyak pada
kelompok Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II yaitu 1.656 orang. Jumlah tersebut
8|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

terdiri dari 26 Satker. Selanjutnya diikuti Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas I yaitu
1791 orang dan paling sedikit pada KKP Kelas IV.

2. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Satuan Kerja


Ditjen P2P memiliki jumlah pegawai perempuan lebih banyak dari jumlah pegawai
laki-laki. Berdasarkan grafik dibawah ini, jumlah pegawai perempuan sebanyak
2.470 orang (55%) dan jumlah pegawai laki-laki sebanyak 2.044 orang (45%)

Grafik 1.2. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Jenis Kelamin


Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

3. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan


Pegawai Sekretariat Ditjen P2P memiliki latar belakang pendidikan yang beragam.
Distribusi pegawai berdasarkan Jenjang Pendidikan dapat dilihat pada grafik
berikut ini:

Grafik 1.3. Distribusi pegawai berdasarkan pendidikan Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

Berdasarkan grafik di atas, latar belakang Pendidikan terbanyak adalah


Pendidikan S1/DIV sebanyak 2.112 orang. Pendidikan lainnya yaitu DIII sebanyak
1284 orang, S2/Spesialis sebanyak 871 orang, SLTA sebanyak 172 orang, DI
sebanyak 39 orang, SLTP sebanyak 14 orang, S3 sebanyak 12 orang dan SD
sebanyak 10 orang.
9|
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

4. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur


Pegawai Sekretariat Ditjen P2P terbagi menjadi beberapa kelompok umur.
Distribusi pegawai berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada grafik berikut
ini:

Grafik 1.4. Distribusi Pegawai Ditjen P2P Berdasarkan Kelompok Umur


Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

Distribusi pegawai dengan kelompok umur terbanyak yaitu pada kelompok umur
36-40 tahun sebanyak 896 orang dan diikuti kelompok umut 41-45 tahun
sebanyak 858 orang. Sedangkan kelompok umur paling sedikit yaitu pada
kelompok umur ≥56 tahun yaitu 218 orang.

5. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan


Pegawai Ditjen berdasarkan jabatan terbagi menjadi jabatan pelaksana, jabatan
struktural, dan jabatan fungsional tertentu, seperti pada grafik berikut ini:

Grafik 1.5. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan


Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

Berdasarkan grafik di atas, maka jabatan terbanyak pada Ditjen P2P adalah
jabatan fungsional sebanyak 2.712 orang (60%), jabatan pelaksana sebanyak
10 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

1.666 orang (37%) dan struktural sebanyak 136 orang (3%). Adapun jumlah
jabatan fungsional tertentu yang berada di Ditjen P2P dapat dilihat pada grafik di
bawah ini:

Grafik 1.6. Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen P2P Berdasarkan Jabatan


Fungsional Tahun 2022

Sumber Data: Tim Kerja Kepegawaian dan Umum, 29 Januari 2023

Berdasarkan grafik di atas, terdapat 22 kelompok jabatan fungsional yang berada


pada Ditjen P2P. Jabatan fungsional terbanyak di Ditjen P2P adalah Epidemiolog
Kesehatan sebanyak 774 orang dan Sanitarian sebanyak 439 orang. Selain
jabatan fungsional kesehatan tersebut, terdapat jabatan fungsional non
kesehatan dengan jumlah terbanyak yaitu pranata keuangan APBN sebanyak
103 orang.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada
aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang
dihadapi organisasi.

2. Bab II Perencanaan Kinerja


Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Ditjen P2P Tahun 2020.

3. Bab III Akuntabilitas Kinerja


a. Capaian Kinerja Organisasi

11 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi.

b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen
Perjanjian Kinerja.

4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah
di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerja.

12 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari RPJPN 2005-2025,


sehingga merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting
dan strategis. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target pembangunan RPJPN. Sesuai
dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur,
tatanan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, khususnya
dalam program pencegahan dan pengendalian penyakit dalam bidang kesehatan
ditandai dengan terjaminnya ketahanan sistem kesehatan melalui kemampuan dalam
melakukan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap ancaman kesehatan global.

Pada tahun 2022, Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengalami


revisi, yang diikuti dengan Revisi Rencana Aksi Program (RAP). Sejak diterbitkannya
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan, yang
mengatur mengenai uraian tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan sampai
level Eselon I. Kementerian Kesehatan telah merubah Organisasi dan Tata Kerja
(OTK) melalui Permenkes No. 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan. Adanya perubahan OTK ini menjadi salah satu dasar revisi
Renstra Kemenkes melalui Permenkes No 13 tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Perubahan Struktur Organisasi
Kementerian Kesehatan ini juga secara otomatis akan merubah struktur program dan
kegiatan di Direktorat Jenderal P2P.

Selain itu, revisi Renstra juga dilakukan karena terjadinya pandemi Covid-19
sehingga dibutuhkan kebijakan dan strategi untuk menghadapi perubahan yang
terjadi dari berbagai sektor dan Kemenkes itu sendiri. Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sebagai salah satu program di Kemenkes yang terkait
langsung dengan pengendalian pandemi memiliki peran kunci untuk menjamin
dimasa depan kejadian Pandemi COVID-19, dan penyakit lain tidak terjadi serta
menjamin semua program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dapat berjalan
sesuai dengan tahapan pengendalian penyakit baik reduksi, eliminasi Maupin
Eradikasi. Saat ini, tantangan utama program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit adalah pengendalian COVID-19 melalui upaya Deteksi dan Vaksinasi.
Selain itu kejadian pandemi juga mempengaruhi perubahan waktu pencapaian target
pengendalian penyakit. Beberapa panyakit yang seharusnya sudah masuk dalam
tahapan reduksi, eliminasi dan eradikasi menjadi tertunda sejak terjadinya panemi
tahun 2020-2021.

13 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Dalam revisi RAP Ditjen P2P, telah ditetapkan 13 sasaran strategis Ditjen P2P yakni:
Tabel 2.1. Tujuan dan Sasaran Strategis Program P2P
No Tujuan Sasaran Strategis Program

1 Terwujudnya Pencegahan 1. Meningkatnya upaya pencegahan


dan Pengendalian Penyakit penyakit
yang komprehensif dan 2. Menurunnya infeksi penyakit HIV
berkualitas serta penguatan 3. Menurunnya Insiden TBC
pemberdayaan masyarakat 4. Meningkatnya kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi malaria
5. Meningkatnya kabupaten/ Kota yang
mencapai eliminasi Kusta
6. Meningkatnya Pencegahan dan
pengendalian penyakit menular
7. Tidak meningkatnya prevalensi
obesitas pada penduduk usia > 18
tahun
8. Menurunnya persentase merokok
penduduk usia 10-18 tahun

2 Terwujudnya 9. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota


Kabupaten/Kota Sehat. sehat

3 Terciptanya sistem 10. Meningkatnya kemampuan surveilans


surveilans berbasis berbasis laboratorium
laboratorium penyakit dan 11. Meningkatnya Pelayanan
faktor risiko diwilayah dan kekarantinaan di pintu masuk negara
pintu masuk. dan wilayah
12. Meningkatnya pelayanan surveilans
dan laboratorium kesehatan
masyarakat

4 Terbangunnya tata kelola 13. Meningkatnya dukungan manajemen


program yang baik, dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
transparan, partisipatif dan pada Program Pencegahan dan
akuntabel. Pengendalian Penyakit

Guna mencapai sasaran strategis, disusun arah kebijakan Ditjen P2P yakni
mendukung Sistem Kesehatan yang tangguh, dengan penekanan pada perluasan
dan penambahan jenis vaksinasi, penemuan dan tatalaksana kasus penyakit menular
di masyarakat dan pelayanan kesehatan (primer dan rujukan), meningkatkan skrining
dan tatalaksana Penyakit Tidak Menular di pelayanan primer, surveilans berbasis
laboratorium dan peningkatan kualitas lingkungan serta penyelenggaraan kesehatan
dengan tata kelola pemerintahan yang baik, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi. Arah kebijakan program P2P kemudian dirincikan dalam strategi
peningkatan pengendalian penyakit, melalui peningkatan pengendalian penyakit
dengan perhatian khusus pada jantung, stroke, hipertensi, diabetes, kanker,
tuberkulosis, malaria, HIV/AIDS, emerging diseases, penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis,
schistosomiasis), dan gangguan penglihatan. Selengkapnya strategi ini mencakup:
14 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit utama, seperti diet tidak
sehat, merokok, kurang aktivitas fisik, menggunakan tembakau dan alkohol;
termasuk perluasan cakupan deteksi dini, penguatan surveilans real time,
pengendalian vektor, dan perluasan layanan berhenti merokok;
2. Penguatan health security terutama peningkatan kapasitas untuk pencegahan,
deteksi, dan respons cepat terhadap ancaman penyakit termasuk penguatan
sistem kewaspadaan dini (early warning systems) kejadian luar biasa dan
karantina kesehatan;
3. Peningkatan cakupan penemuan kasus dan pengobatan serta penguatan tata
laksana penanganan penyakit;
4. Pengendalian resistensi antimikroba;
5. Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penguatan sanitasi
total berbasis masyarakat.

Dalam rangka menjamin tercapainya tujuan strategis program, sasaran strategis


program, maka ditetapkan Indikator Kinerja Program, maka ditetapkan Sasaran
Program dan Indikator Kinerja Program (IKP). Pada Renstra dan RAP Ditjen P2P
awal ditetapkan IKP sebagai berikut:
1. Persentase Orang dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
ART) sebesar 60% pada akhir tahun 2024;
2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate) sebesar
90% pada akhir tahun 2024;
3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria sebanyak 405
kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebanyak 514 kabupaten/kota
pada akhir tahun 2024;
5. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi sebanyak 190
kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun
sebanyak 350 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM
sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
8. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak
usia 0-11 bulan sebesar 95% pada akhir tahun 2024;
9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
dan penyalahgunaan napza sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun
2024;
10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan
pengendalian KKM sebesar 86% pada akhir tahun 2024;
11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan sebanyak 472 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024.
12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 100%
pada akhir tahun 2024;
13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 100% pada akhir tahun 2024.

15 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Indikator Kinerja Program Ditjen P2P tahun 2020-2024 pada RAB awal digambarkan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada RAP Awal Tahun 2020-2024
TARGET
SASARAN INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024
Menurunnya 1. Persentase Orang 40 45 50 55 60
penyakit Dengan HIV-AIDS yang
menular, menjalani Terapi ARV
penyakit tidak (ODHA on ART)
menular serta 2. Persentase angka 90 90 90 90 90
meningkatnya keberhasilan pengobatan
kesehatan jiwa TBC (TBC succes rate)
3. Jumlah kabupaten/kota 325 345 365 385 405
yang mencapai eliminasi
malaria
4. Jumlah kabupaten/kota 416 436 458 482 514
dengan eliminasi kusta
5. Jumlah kabupaten/kota 80 93 106 150 190
endemis filariasis yang
mencapai eliminasi
6. Jumlah kabupaten/kota 50 100 175 275 350
yang melakukan
pencegahan perokok usia
< 18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota 52 129 232 360 514
yang melakukan
pencegahan dan
pengendalian PTM
8. Persentase 79,3 83,8 87,9 91,6 95
kabupaten/kota yang
mencapai 80% imunisasi
dasar lengkap anak usia
0-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota 330 380 430 480 514
yang melaksanakan
deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan napza
10 Persentase 56 65 74 83 86
. kabupaten/kota yang
mempunyai kapasitas
dalam pencegahan dan
pengendalian KKM
11 Jumlah kabupaten/kota 42 172 283 383 472
. yang mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis
16 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

TARGET
SASARAN INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024
terabaikan
12 Persentase faktor resiko 86 89 93 97 100
. penyakit di pintu masuk
yang dikendalikan
13 Persentase rekomendasi 80 85 90 95 100
hasil surveilans faktor
risiko dan penyakit
berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan

Pada revisi Renstra dan RAP Ditjen P2P, Indikator Kinerja Program Ditjen P2P
mengalami perubahan yang digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Indikator Kinera Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Pada Revisi RAP Tahun 2020-2024
Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024
A Sasaran Program: Meningkatnya upaya 34 Provinsi
pencegahan penyakit

1 Persentase kabupaten/kota yang mencapai 75 85 95


target imunisasi rutin
B Sasaran Program: Menurunnya Infeksi penyakit 34 Provinsi
HIV

2 Persentase cakupan penemuan dan 45 50 60


pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)
C Sasaran Program: Menurunnya Insiden TBC 34 Provinsi

3 Cakupan penemuan dan pengobatan kasus 90 90 90


TBC
D Sasaran Program: Meningkatnya kabupaten/ 34 Provinsi
kota yang mencapai eliminasi malaria

4 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API 484 495 500


< 1/1000 penduduk
E Sasaran Program: Meningkatnya 34 Provinsi
kabupaten/kota yang mencapai eliminasi kusta

5 Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 89 90 90


F Sasaran Program: Meningkatnya pencegahan 34 Provinsi
dan pengendalian penyakit menular

6 Persentase pengobatan penyakit menular 50 70 90


pada Balita

17 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024

7 Persentase skreening penyakit menular 95 100 100


pada kelompok berisiko

8 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai


eliminasi peyakit tropis terabaikan 166 236 316
G Sasaran Program: Tidak meningkatnya 34 Provinsi
prevalensi obesitas pada penduduk usia > 18
tahun

9 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 514 514 514


deteksi dini faktor risiko PTM
H Sasaran Program: Menurunnya persentase 34 Provinsi
merokok penduduk usia 10-18 tahun

10 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 43 63 90


pengendalian faktor risiko
I Sasaran Program: Meningkatnya jumlah 34 Provinsi
kabupaten/kota sehat

11 Persentase kabupaten/kota yang memenuhi 40 65 80


kualitas kesehatan lingkungan

J Sasaran Program: Meningkatnya kemampuan


surveilans berbasis laboratorium

12 Persentase kabupaten/kota yang memiliki 39 58 100


laboratorium kesehatan masyarakat dengan
kemampuan surveilans

13 Persentase fasyankes yang telah 60 90 100


terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital
K Sasaran kegiatan : Meningkatnya Pelayanan 51 KKP
kekerantinaan di pintu masuk negara dan
wilayah

14 Persentase faktor risiko penyakit dipintu 93 97 100


masuk yang dikendalikan

L Sasaran Kegiatan : Meningkatnya pelayanan 10 BTKLPP


surveilans dan lab kesehatan masyarakat

15 Persentase rekomendasi hasil surveilans 90 95 100


faktor risiko penyakit berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan
M Sasaran Kegiatan : Meningkatnya dukungan Pusat
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya

18 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Target
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
No Lokasi
Kegiatan (Output)/Indikator
2022 2023 2024

16 Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat 35,3 35,5 36


Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit

Tabel dibawah ini menunjukkan pembandingan perubahan IKP pada Renstra awal dengan
Renstra Revisi:
Tabel 2.4. Indikator Kinerja Program pada Renstra Awal dan Renstra Revisi
IKP semua (Renstra awal) IKP menjadi (Renstra Revisi)
1. Persentase Orang Dengan HIV-AIDS 1. Persentase cakupan penemuan dan
yang menjalani Terapi ARV (ODHA on pengobatan kasus HIV (ODHA on
ART) ART)

2. Persentase angka keberhasilan 2. Cakupan penemuan dan pengobatan


pengobatan TBC (TBC succes rate) kasus TBC
3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 3. Jumlah kabupaten/kota yang
eliminasi malaria mencapai API < 1/1000 penduduk
4. Jumlah kabupaten/kota dengan 4. Proporsi kasus kusta baru tanpa
eliminasi kusta cacat
5. Jumlah kabupaten/kota endemis -
filariasis yang mencapai eliminasi
6. Jumlah kabupaten/kota yang 5. Jumlah kabupaten/kota yang
melakukan pencegahan perokok usia < melakukan pengendalian faktor risiko
18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota yang 6. Jumlah kabupaten/kota yang
melakukan pencegahan dan melakukan deteksi dini faktor risiko
pengendalian PTM PTM

8. Persentase kabupaten/kota yang 7. Persentase kabupaten/kota yang


mencapai 80% imunisasi dasar lengkap mencapai target imunisasi rutin
anak usia 0-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota yang -
melaksanakan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
napza
10. Persentase kabupaten/kota yang -
mempunyai kapasitas dalam
pencegahan dan pengendalian KKM

11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 8. Jumlah kabupaten/kota yang


eliminasi penyakit infeksi tropis mencapai eliminasi peyakit tropis
terabaikan terabaikan

12. Persentase faktor resiko penyakit di 9. Persentase faktor resiko penyakit


pintu masuk yang dikendalikan di pintu masuk yang dikendalikan
13. Persentase rekomendasi hasil 10. Persentase faktor resiko penyakit
surveilans faktor risiko dan penyakit di pintu masuk yang dikendalikan
19 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

IKP semua (Renstra awal) IKP menjadi (Renstra Revisi)


berbasis laboratorium yang
dimanfaatkan
14. Nilai Reformasi Birokrasi 11. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat
Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
- 12. Persentase pengobatan penyakit
menular pada Balita
- 13. Persentase skreening penyakit
menular pada kelompok berisiko
- 14. Persentase kabupaten/kota yang
memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan
- 15. Persentase kabupaten/kota yang
memiliki laboratorium kesehatan
masyarakat dengan kemampuan
surveilans
- 16. Persentase fasyankes yang telah
terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja atas penggunaan
anggaran antara Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk mewujudkan target-target Indikator
Kinerja Program Ditjen P2P. Perjanjian Kinerja Ditjen P2P disusun berdasarkan
indikator yang tertuang dalam Revisi Rencana Rencana Aksi Program Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020-2024 dan telah mendapat persetujuan
anggaran. Perjanjian Kinerja Ditjen P2P Tahun 2022 telah ditandatangani,
didokumentasikan dan ditetapkan setelah turunnya DIPA Tahun 2022 sebanyak 2 kali
yakni Perjanjian Kinerja Awal yang memuat IKP sesuai RAP awal dan Perjanjuan
Kinerja Revisi sesuai dengan RAP Revisi Tahun 2022. Target-target kinerja sasaran
kegiatan yang ingin dicapai Ditjen P2P dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun
2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Perjanjian Kinerja Awal Program Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
1. Menurunnya penyakit 1. Persentase Orang Dengan HIV- 50%
menular, penyakit AIDS yang menjalani Terapi ARV
tidak memular, serta (ODHA on ART)
meningkatnya 2. Persentase angka keberhasilan 90%
kesehatan jiwa pengobatan TBC (TBC succes
rate)

20 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
3. Jumlah kabupaten/kota yang 365 kab/kota
mencapai eliminasi malaria
4. Jumlah kabupaten/kota dengan 458 kab/kota
eliminasi kusta
5. Jumlah kabupaten/kota endemis 106 kab/kota
filariasis yang mencapai eliminasi
6. Jumlah kabupaten/kota yang 175 kab/kota
melakukan pencegahan perokok
usia < 18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota yang 232 kab/kota
melakukan pencegahan dan
pengendalian PTM
8. Persentase kabupaten/kota yang 87,9%
mencapai 80% imunisasi dasar
lengkap anak usia 0-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota yang 430
melaksanakan deteksi dini kab/kota
masalah kesehatan jiwa dan
penyalahgunaan napza
10. Persentase kabupaten/kota yang 74%
mempunyai kapasitas dalam
pencegahan dan pengendalian
KKM
11. Jumlah kabupaten/kota yang 283 kab/kota
mencapai eliminasi penyakit
infeksi tropis terabaikan
12. Persentase faktor resiko penyakit 93%
di pintu masuk yang dikendalikan
13. Persentase rekomendasi hasil 90%
surveilans faktor risiko dan
penyakit berbasis laboratorium
yang dimanfaatkan
2 Meningkatnya koordinasi 14. Nilai Reformasi Birokrasi 79,32
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
pemberian dukungan
manajemen Kementerian
Kesehatan

Pada Perjanjian Kinerja Awal Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Tahun 2022 telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. Rp. 3.894.947.026.000.

Tabel 2.6. Perjanjian Kinerja Revisi Program Pencegahan


Dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022
Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
1. Meningkatnya upaya 1. Persentase kabupaten/kota yang 75%
pencegahan penyakit mencapai target imunisasi rutin
2. Menurunnya Infeksi 2. Persentase cakupan penemuan dan 45%
penyakit HIV pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)
3. Menurunnya Insiden TBC 3. Cakupan penemuan dan pengobatan 90%
kasus TBC
21 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Sasaran Program/
No. Indikator Kinerja Target
Kegiatan
4. Meningkatnya kabupaten/ 4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 484
kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk
eliminasi malaria
5. Meningkatnya 5. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 89%
kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi kusta
6. Meningkatnya 6. Persentase pengobatan penyakit 50%
pencegahan dan menular pada Balita
pengendalian penyakit 7. Persentase skreening penyakit menular 95%
menular pada kelompok berisiko
8. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 166
eliminasi peyakit tropis terabaikan
7. Tidak meningkatnya 9. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 514
prevalensi obesitas pada deteksi dini faktor risiko PTM
penduduk usia > 18
tahun
8. Menurunnya persentase 10. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 43
merokok penduduk usia pengendalian faktor risiko
10-18 tahun
9. Meningkatnya jumlah 11. Persentase kabupaten/kota yang 40%
kabupaten/kota sehat memenuhi kualitas kesehatan lingkungan

10. Meningkatnya 12. Persentase kabupaten/kota yang 39%


kemampuan surveilans memiliki laboratorium kesehatan
berbasis laboratorium masyarakat dengan kemampuan
surveilans
13. Persentase fasyankes yang telah 60%
terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital
11 Meningkatnya Pelayanan 14. Persentase faktor risiko penyakit dipintu 93%
kekerantinaan di pintu masuk yang dikendalikan
masuk negara dan
wilayah
12 Meningkatnya pelayanan 15. Persentase rekomendasi hasil surveilans 90%
surveilans dan lab faktor risiko penyakit berbasis
kesehatan masyarakat laboratorium yang dimanfaatkan

13 Meningkatnya dukungan 16. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat 35.3


manajemen dan Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
pelaksanaan tugas teknis Penyakit
lainnya pada Program
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit

Pada Perjanjian Kinerja Revisi ditetapakan dengan alokasi anggaran Rp.


3.914.119.011.000. Laporan Kinerja tahun 2022 akan menyajikan penjelasan capaian
kinerja dan analisa yang memadai untuk setiap Indikator Kinerja Program sesuai
dengan Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2022.

22 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

23 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA

Capaian kinerja menggambarkan hasil pelaksanaan Rencana Aksi Program


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022. Pengukuran kinerja dilakukan
dengan membandingkan capaian kinerja dengan target kinerja dari masing-masing
indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Berikut adalah target
dan capaian indikator program pencegahan dan pengendalian penyakit tahun 2022:

Tabel 3.1. Target dan Capaian Indikator Program P2P Tahun 2022
NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN KINERJA
1 Persentase kabupaten/kota yang 75% 74.9% 99.9%
mencapai target imunisasi rutin
2 Persentase cakupan penemuan dan 45% 42% 93%
pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)
3 Cakupan penemuan dan pengobatan 90% 68.3% 76%
kasus TBC
4 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 484 459 95%
API < 1/1000 penduduk
5 Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 89% 82.9% 92.7%
6 Persentase pengobatan penyakit menular 50% 71.9% 144%
pada Balita
7 Persentase skreening penyakit menular 95% 94% 99%
pada kelompok berisiko
8 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 166 203 122%
eliminasi peyakit tropis terabaikan
9 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 514 514 100%
deteksi dini faktor risiko PTM
10 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 43 46 107%
pengendalian faktor risiko
11 Persentase kabupaten/kota yang 40% 53.11% 133%
memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
12 Persentase kabupaten/kota yang memiliki 39% 32.35% 83%
laboratorium kesehatan masyarakat
dengan kemampuan surveilans
13 Persentase fasyankes yang telah 60% 61.04% 102%
terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital
14 Persentase faktor risiko penyakit dipintu 93% 99.9% 107%
masuk yang dikendalikan
15 Persentase rekomendasi hasil surveilans 90% 85% 94%

24 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN KINERJA


faktor risiko penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan
16 Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat 35.3 35.24 99.8%
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Rata-Rata Capaian 103%

Dari 16 indikator pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit Tahun 2020, terdapat 6 indikator yang melebihi target yang
ditetapkan, 1 indikator mencapai target 100% sedangkan 9 indikator tidak mencapai
target, dengan rata-rata capaian kinerja sebesar 103%. Jika dibandingkan dengan hasil
rata-rata capaian tahun 2021, maka rata-rata capaian tahun 2022 (103%) lebih tinggi
dari tahun 2021 (96.6%) dengan peningkatan capaian sebesar 6.6%.

Gambaran atas upaya peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit pada tahun
2022 dijelaskan pada 16 Indikator Kinerja Program P2P di bawah ini:

1. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin sebesar 75%


a. Penjelasan Indikator
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan menjadi sakit, atau hanya akan
mengalami sakit ringan. Pemberian imunisasi tidak hanya memberikan
kekebalan spesifik pada individu yang bersangkutan, tetapi juga dapat
membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Kekebalan kelompok di suatu
daerah (dalam hal ini kabupaten/kota) dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi
tinggi dan merata. Indikator yang digunakan untuk mengukur hal tersebut adalah
persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin. Indikator ini
merupakan indikator komposit yang terpenuhi melalui pencapaian target satu
indikator utama yaitu cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL), dan salah satu
dari empat indikator pendukung yaitu cakupan Imunisasi Lanjutan Baduta,
Imunisasi Antigen Baru, Imunisasi Lanjutan Usia Sekolah dan cakupan Status
Imunisasi T2+ pada ibu hamil.

Berubahnya indikator ini sejalan dengan perubahan paradigma mengenai konsep


imunisasi lengkap, yang semula hanya imunisasi dasar lengkap, dimana
kelengkapan imunisasi cukup hanya imunisasi dasar yang harus dilengkapi
sebelum anak berusia 1 tahun, menjadi imunisasi rutin lengkap. Paradigma
imunisasi rutin lengkap ini merangkul berbagai kelompok sasaran imunisasi rutin
yang merupakan kelompok rentan yaitu bayi, anak usia bawah dua tahun
(baduta), dan anak usia sekolah, dan juga menegaskan bahwa tidak cukup
seorang anak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap saja akan tetapi
harus dilanjutkan hingga seorang anak menyelesaikan sekolah dasarnya.

25 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Selanjutnya, penting untuk menjaga cakupan status imunisasi T2+ pada ibu
hamil dalam kategori tinggi di tingkat kabupaten/kota.

Setiap indikator memiliki target pencapaian masing-masing untuk dapat


memastikan bahwa setiap kelompok mendapatkan perlindungan yang optimal
melalui pemberian imunisasi. Dengan tercapainya target pada tingkat
kabupaten/kota untuk masing-masing indikator tersebut, maka diharapkan
konsep kekebalan kelompok pada sasaran imunisasi rutin dapat lebih
menyeluruh.

b. Definisi Operasional
Persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin yaitu jumlah
kabupaten/kota yang minimal 2 indikator kegiatan mencapai target (Cakupan
IDL, cakupan Antigen Baru, Cakupan Imunisasi Lanjut Baduta, Imunisasi lanjutan
lengkap di usia sekolah dan cakupan WUS yang memiliki status T2+). Adapun
defenisi operasional dan target indikator komposit Persentase kabupaten/kota
yang mencapai target imunisasi rutin adalah sebagai berikut:
1) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat IDL dengan target 80%
adalah Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap meliputi 1 dosis Hepatitis B pada usia 0-7 hari, 1 dosis BCG, 4 dosis
Polio tetes (bOPV), 1 dosis Polio suntik (IPV), 3 dosis DPT-HB-Hib, serta 1
dosis Campak Rubela (MR) di satu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
2) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru dengan target
80% adalah Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi
dasar antigen baru, meliputi imunisasi PCV dan imunisasi rotavirus sesuai
dosis jenis vaksin yang digunakan dalam kurun waktu satu tahun.
3) Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan baduta
dengan target 80%, adalah Persentase anak usia 12-24 bulan yang
mendapat imunisasi lanjutan baduta (bawah 2 tahun) meliputi 1 dosis
imunisasi DPT-HB-Hib serta 1 dosis imunisasi Campak Rubela di satu
wilayah dalam kurun waktu 1 tahun.
4) Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia
sekolah dasar dengan target 70%, adalah Persentase anak usia kelas 6
Sekolah Dasar (SD) yang sudah mendapat imunisasi lanjutan lengkap
meliputi 1 dosis imunisasi DT, 1 dosis imunisasi Campak Rubela, 2 dosis
imunisasi Td di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
5) Persentase wanita usia subur yang memiliki status imunisasi T2+ dengan
target 60%, adalah Persentase ibu hamil yang sudah memiliki status
imunisasi T2+ di satu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam melakukan penilaian dan perhitungan, indikator persentase


kabupaten/kota mencapai target imunisasi rutin didapat melalui jumlah
kabupaten/kota yang mencapai target cakupan IDL sebagai indikator utama,
dan minimal mencapai target salah satu indikator pendukung yaitu cakupan
antigen baru/cakupan imunisasi lanjutan baduta/Imunisasi lanjutan lengkap di
usia sekolah/cakupan WUS yang memiliki status T2+.
26 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah Kab/Kota yang mencapai target
Persentase IDL dan minimal salah satu target
Kabupaten/Kota cakupan antigen baru, lanjut baduta,
yang mencapai lanjutan lengkap di usia sekolah dan x 100%
=
imunisasi rutin cakupan WUS yang memiliki status T2+
Jumlah Kab/Kota

d. Capaian Indikator
Indikator Persentase Kabupaten/Kota yang mencapai imunisasi rutin merupakan
indikator baru dalam Renstra Revisi Tahun 2022. Indikator ini menggambarkan
kinerja program imunisasi di Kabupaten/Kota. Indikator persentase
kabupaten/kota mencapai target imunisasi rutin merupakan komposit dari
beberapa indikator dalam program imunisasi yaitu Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL), Imunisasi Lanjutan Baduta, Imunisasi Antigen Baru, Imunisasi pada Anak
Usia Sekolah dan Status Imunisasi T2+ pada Wanita Usia Subur (WUS).

Berdasarkan data sampai dengan 31 Januari 2023, persentase kabupaten/kota


mencapai target imunisasi rutin tercapai 74.9% (385 kabupaten/kota) dari target
75% (386 kabupaten/kota), sehingga capaian kinerja tahun 2022 sebesar 99.9%,
seperti yang digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.1. Target dan Capaian Persentase Kab/Kota yang mencapai


imunisasi rutin Tahun 2022-2024

Sumber data : Laporan Direktorat Imunisasi per 31 Januari 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa capaian tahun 2022 tidak tercapai dengan gap
yang sangat kecil antara target dan capaian, dengan upaya yang lebih optimal
maka diperkirakan target indikator tahun 2023-2024 akan dapat tercapai. Faktor
utama yang mempengaruhi tidak tercapainya indikator imunisasi rutin
disebabkan oleh indikator Kab/Kota yang mencapai Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL) sebagai indikator komposit utama capaiannya hanya 78.4%

27 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Untuk dapat membandingkan pencapaian kinerja indikator komposit, maka


dilakukan pembandingan persentase kabupaten/kota dari masing-masing
indikator komposit tersebut selama tahun 2020-2022, kecuali indikator imunisasi
antigen baru tidak bisa dibandingkan karena baru mulai dilakukan pada tahun
2022. Adapun capaian setiap indikator komposit digambarkan sebagai berikut:
Grafik 3.2. Target dan Capaian Indikator Komposit Imunisasi Rutin
Tahun 2022

Sumber data : Laporan Direktorat Pengelolaan Imunisasi per 31 Januari 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa semua indikator komposit imunisasi rutin tidak
mencapai target pada tahun 2022 dengan capaian terendah pada persentase
Kab/Kota yang mencapai target Imunisasi Td WUS Tahun 2020-2022 (49%) dan
capaian tertinggi pada persentase Kab/Kota yang mencapai 80% Imunisasi
Dasar Lengkap (78.4%). Indikator Imunisasi Dasar Lengkap sebagai indikator
komposit utama tidak mencapai target sehingga meskipun capaian indikator
komposit pendukung mencapai target tetapi tidak dapat mengungkit capaian
imunisasi rutin. Adapun capaian indikator persentase Kab/kota dengan 80% IDL
tahun 2020-2022 digambarkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 3.3. Persentase Kab/Kota dengan 80% Bayi Usia 0-11 Bulan
Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap Tahun 2020-2022

Sumber data : Laporan Direktorat Pengelolaan Imunisasi per 31 Januari 2023

28 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik diatas menunjukkan bahwa Persentase Kab/Kota dengan 80% bayi usia
0-11 bulan yang mendapat Imunisasi Dasar Lengkap meningkat selama 3 tahun
terakhir yakni 56,2% atau 289 Kab/Kota pada tahun 2020, menjadi 60.3% atau
310 Kab/Kota pada tahun 2021 dan 78.4% atau 403 Kab/Kota pada tahun 2022.

Sebagai bentuk monitoring dan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan introduksi


imunisasi Campak Rubela dosis ke-2 bagi anak usia baduta, digambarkan
melalui indikator persentase anak usia 12-23 bulan yang mendapat imunisasi
lanjutan campak. Dengan mempertimbangkan target global terhadap minimal
kabupaten/kota yang diharapkan dapat mencapai target cakupan imunisasi dosis
kedua campak rubella yaitu 80%, maka target ini pula yang digunakan untuk
menilai dan membandingkan capaian pada indikator persentase kabupaten/kota
yang mencapai target persentase anak usia 12-23 bulan mendapat imunisasi
lanjutan campak tahun 2020-2022. Capaian indikator komposit persentase
Kab/Kota yang mencapai target anak usia 12-23 bulan mendapat Imunisasi
Lanjutan Campak Tahun 2020-2022 digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.4. Persentase Kabupaten/Kota yang Mencapai Anak Usia 12-23


Bulan Mendapat Imunisasi Lanjutan Campak Rubela Tahun 2020-2022

Sumber data: Laporan Direktorat Pengelolaan Imunisasi per 31 Januari 2023

Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator Kab/Kota yang mencapai 80%
anak usia 12-23 bulan mendapat imunisasi lanjutan campak tidak mencapai
target setiap tahunnya, dengan capaian tertinggi pada tahun 2022 (61.1%) dan
terendah pada tahun 2020 (28.6%). Pandemi COVID-19 menjadi salah satu
penyebab rendahnya capaian target imunisasi lanjutan campak rubella.

Pemberian imunisasi Td pada WUS dan ibu hamil di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 2010 untuk menggantikan pemberian imunisasi TT yang telah
dilakukan tahun 1990-an. Penggantian ini dilakukan sebagai upaya perlindungan
dari infeksi penyakit tetanus dan difteri bagi WUS khususnya ibu hamil.
Penapisan terhadap status yang belum optimal mengakibatkan monitoring dan
evaluasi hanya ditujukan pada persentase cakupan, dengan target tahunan
29 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

minimal 60%. Indonesia berkomitmen untuk melakukan eliminasi tetanus


maternal dan neonatal dengan pemerataan cakupan imunisasi Td pada ibu hamil
dan memastikan ibu hamil telah mendapatkan status imunisasi T2+ sebelum
persalinannya, agar bayi dan ibu terhindar dari penyakit tetanus pada saat
proses persalinan. Pemerataan ini ditujukan kepada minimal 80%
kabupaten/kota, dan menjadikannya target pada indikator persentase
kabupaten/kota yang mencapai target persentase imunisasi td WUS tahun 2020-
2022. Capaian indikator Persentase Kab/Kota yang mencapai target imunisasi Td
WUS Tahun 2020-2022 digambarkan pada grafik berikut ini:
Grafik 3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Mencapai Target Persentase
Imunisasi Td WUS Tahun 2020-2022

Sumber data : Laporan Direktorat Pengelolaan Imunisasi per 31 Januari 2023

Pada grafik di atas, terlihat adanya gap yang sangat besar antara target
kabupaten/kota yang harus mencapai minimal cakupan 60% imunisasi Td2+
pada ibu hamil dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berhasil mencapai
target. Capaian tertinggi pada tahun 2022 (49%) dan terendah pada tahun 2021
(20.8%). Capaian persentase Kab/Kota yang mencapai target imunisasi Td WUS
Tahun 2022 tidak tercapai (49%)

Pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar telah dilakukan sejak tahun 1980-
an melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Hingga saat ini telah
mengalami pengembangan baik usia sasaran/tingkat sekolah maupun vaksin
yang diberikan. Pemberian imunisasi pada BIAS ditujukan pada anak
SD/sederajat kelas 1 yang mendapat imunisasi Campak Rubela dan DT, kelas 2
dan kelas 5 mendapatkan imunisasi Td. Pada beberapa provinsi dan
kabupaten/kota terpilih bahkan telah dilakukan introduksi imunisasi HPV bagi
siswi kelas 5 dan 6 SD/sederajat. Target program ditetapkan dengan
mempertimbangkan konsep kekebalan kelompok pada anak sekolah yang rentan
penularan PD3I karena berkumpul dalam satu waktu yang sama dan dalam
jumlah besar, serta kemudahan dalam menjangkau sasaran yang telah
berkumpul tersebut. Dalam upaya pemerataan cakupan imunisasi BIAS yang
tinggi dan merata, maka ditetapkan target 70%. Capaian indikator Kab/Kota yang
30 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

mencapai target 70% cakupan imunisasi BIAS digambarkan dalam grafik berikut
ini:
Grafik 3.6. Persentase Kabupaten/Kota yang Mencapai Target Persentase
Imunisasi Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Tahun 2020-2022

Sumber data : Laporan Direktorat Pengelolaan Imunisasi per 31 Januari 2023

Pada grafik di atas, terlihat adanya gap yang sangat besar antara target
kabupaten/kota yang harus mencapai minimal cakupan 70% imunisasi BIAS
dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berhasil mencapai target. Selain itu,
selama 3 tahun (2020-2022) capaian indikator ini mengalami peningkatan. Tahun
2020-2021, gap yang sangat besar terjadi karena kondisi pandemi COVID
mempengaruhi aktivitas sekolah tetapi peningkatan cakupan dari 28.8% menjadi
73.7% atau sebesar 155.9% pada tahun 2022 karena aktvitas sekolah telah
berjalan optimal.

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian


Indikator persentase kabupaten/kota yang mencapai target imunisasi rutin tidak
dapat mencapai target pada tahun 2022. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tidak tercapainya target antara lain adanya kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Nasional (BIAN) pada tahun 2022, sehingga petugas imunisasi harus
menghadapi kegiatan pemberian vaksinasi/imunisasi massal yang membutuhkan
fokus dan pengerahan sumber daya tenaga kesehatan yang sangat banyak
untuk percepatan penyelesaian kegiatan dan pencapaian target yang cukup
tinggi. Kegiatan BIAN merupakan pemberian imunisasi masal Campak Rubela
pada kelompok umur 9 bulan hingga <12 tahun atau <15 tahun dengan total
sasaran secara nasional sebanyak 36.497.638 orang anak dan target cakupan
95% yang berakhir pada pertengahan November 2022, serta pemberian
imunisasi kejar >10 juta anak usia 12-59 bulan yang diselesaikan pada akhir
Desember 2022. Kegiatan BIAN dilakukan sebagai upaya menutup kesenjangan
imunitas dan memutus rantai penularan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yang meningkat karena menurunnya cakupan
imunisasi yang terjadi selama masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020-2021.
Faktor lainnya adalah menurunnya permintaan masyarakat akan imunisasi rutin
pada anak menjadi salah satu isu utama yang muncul pasca pandemi COVID-19
31 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dan pemberian vaksinasi COVID-19 pada anak. Hal ini menyebabkan


menurunnya cakupan imunisasi rutin di berbagai daerah dibandingkan sebelum
terjadinya pandemi. Selain itu, dalam pelaksanaan program imunisasi dihadapi
berbagai permasalahan dan tantangan seperti masih rendahnya komitmen
Pemda khususnya dalam pengalokasian tenaga kesehatan dan anggaran.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Berbagai upaya telah dilakukan sepanjang tahun 2022 untuk target indikator
kabupaten/kota mencapai target imunisasi rutin antara lain:
a) Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi, melalui:
1) Menyusun petunjuk teknis antigen baru, buku saku dan pedoman
imunisasi tetanus pada WUS, dan petunjuk teknis mengenai imunisasi
pada anak sekolah;
2) Melakukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam melakukan
penapisan dan penentuan status imunisasi tetanus pada WUS;
3) Melakukan sosialisasi dan orientasi kepada petugas kesehatan mengenai
petunjuk teknis dan pedoman yang telah dibuat pada tahun yang sama
maupun tahun sebelumnya seperti Pedoman Praktis Manajemen Program
Imunisasi di Puskesmas, Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi di
Fasyankes Swasta baik yang dilakukan secara daring maupun luring;
4) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan
Kefarmasian Kementerian Kesehatan untuk percepatan penyediaan
vaksin dan logistik imunisasi serta distribusinya;
5) Melakukan supervisi dan monitoring serta on the job training melalui
kunjungan lapangan sebagai bentuk pengawasan dan pembinaan kepada
daerah;
6) Melakukan desk review PWS dan data cakupan imunisasi rutin baik IDL,
imunisasi lanjutan baduta, imunisasi antigen baru, imunisasi pada WUS;
b) Peningkatan kesadaran masyarakat dan permintaan akan layanan imunisasi,
melalui:
1) Kegiatan webinar bagi masyarakat umum mengenai pentingnya
melengkapi imunisasi pada Pekan Imunisasi Dunia tahun 2022 dengan
melibatkan narasumber ahli;
2) Koordinasi dan penguatan sinergitas dengan berbagai organisasi
keagamaan dan organisasi profesi di Indonesia seperti MUI,
Muhammadiyah, NU, IDAI, IBI, PKK dan lainnya;
3) Penyebarluasan informasi dan pemberian edukasi mengenai imunisasi
kepada masyarakat melalui berbagai media informasi seperti pencetakan
petunjuk teknis antigen baru, spanduk, leaflet, penayangan iklan layanan
masyarakat mengenai imunisasi rutin dan imunisasi lanjutan baduta pada
media luar ruang (bandara, stasiun, dan commuterline), dan media sosial
(Instagram, Youtube, Facebook, dan TikTok);
32 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c) Melakukan advokasi dan peningkatan koordinasi dengan lintas program dan


lintas sektor terkait dalam hal pelayanan dan penggerakkan masyarakat
seperti advokasi dan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang
PMK, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi, dan Kementerian Agama.

g. Kendala/masalah yang dihadapi


Dalam pelaksanaan program imunisasi ditemukan beberapa permasalahan dan
tantangan antara lain:
a) Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah khususnya dalam penyediaan
SDM pelaksana dan dana operasional imunisasi;
b) Adanya kesenjangan kapasitas dan keterampilan petugas imunisasi dalam
pengelolaan program imunisasi dan pelaksanaan layanan imunisasi
khususnya penapisan dalam penentuan status imunisasi Tetanus pada
Wanita Usia Subur (WUS);
c) Adanya penolakan imunisasi oleh masyarakat karena isu kehalalan vaksin,
kekhawatiran akan efek simpang vaksin, kekhawatiran akan pemberian
vaksinasi COVID-19 pada anak dengan selubung imunisasi rutin;
d) Kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
imunisasi, khususnya imunisasi lanjutan pada anak usia bawah dua tahun
(baduta), adanya vaksin baru dan jadwal imunisasi baru;
e) Kekhawatiran orang tua terhadap pemberian imunisasi ganda pada anak
yang menyebabkan terjadinya missed opportunity pada anak saat datang ke
posyandu untuk mendapatkan dua imunisasi sekaligus;
f) Kendala geografis (daerah sulit dijangkau);
g) Kurangnya dukungan lintas sektor khususnya lintas kementerian dalam hal
ini Dinas Pendidikan dan Kanwil Kementerian Agama dalam pelaksanaan
pemberian imunisasi pada anak sekolah;
h) Masih adanya sekolah-sekolah yang memberikan informed consent kepada
orang tua/wali murid untuk pemberian imunisasi dalam pelaksanaan
kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), dimana hal ini tidak sesuai
dengan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi;
i) Keterlambatan pengadaan vaksin imunisasi rutin dan logistik imunisasi;
j) Belum optimalnya koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan swasta
terutama dalam mendapatkan laporan hasil pelayanan imunisasi.

33 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

h. Pemecahan Masalah
1) Melakukan koordinasi intensif dengan lintas Kementerian (Kementerian
Koordinator Bidang PMK, Kementerian dalam Negeri, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Agama, dan
Kementerian PPA) untuk mendapatkan dukungan mengenai imunisasi.
Kegiatan ini menghasilkan SKB 4 Menteri tentang Peningkatan Status
Kesehatan Peserta Didik untuk mendukung layanan imunisasi khususnya
imunisasi pada peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/bentuk lain
sederajat, dan Surat Menko Bidang PMK kepada Mendagri untuk
menerbitkan instruksi kepada kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota
agar melakukan beberapa upaya yang mendukung peningkatan cakupan
imunisasi.

Gambar 3.1. Koordinasi Lintas Kementerian dalam mendukung


Program Imunisasi

Gambar 3.2. Advokasi dan Sosialisasi Lintas Kementerian untuk


Pelaksanaan Imunisasi Antigen Baru

Gambar 3.3. SKB 4 Menteri dan Surat Menko PMK kepada Mendagri

34 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2) Melakukan sosialisasi Pedoman Praktis Manajemen Program Imunisasi di


Puskesmas secara daring yang ditujukan bagi pengelola imunisasi di tingkat
provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas;

Gambar 3.4. Sosialisasi Pedoman Praktis Manajemen Program


Imunisasi di Puskesmas

3) Melakukan koordinasi intensif dan rutin secara daring dengan Direktorat


Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam upaya
percepatan penyediaan vaksin;
4) Melakukan monitoring Sustainable Outreach Services (SOS) untuk
memastikan pelayanan imunisasi dapat menjangkau daerah-daerah dengan
geografis sulit;

Gambar 3.5. Pelaksanaan Monitoring SOS di Daerah dengan


Geografis Sulit

5) Melakukan peningkatan kompetensi petugas kesehatan secara berjenjang


baik melalui virtual training maupun secara luring untuk antigen baru;

Gambar 3.6.Orientasi Petugas Introduksi Antigen Baru

35 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

6) Melakukan supervisi suportif dan monitoring evaluasi pelaksanaan imunisasi


secara berkala dan berjenjanq disertai dengan pelaksanaan on the job
training serta pemberian umpan balik/ tindakan perbaikan secara langsung;

Gambar 3.7. Pelaksanaan On the Job Training melalui Pembinaan


Teknis Program Imunisasi Rutin

7) Pelaksanaan desk PWS imunisasi rutin secara rutin untuk memonitoring


cakupan baik IDL, imunisasi lanjutan baduta, status T2+ WUS dan ibu hamil
maupun antigen baru. Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan
mengundang petugas imunisasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota;

I
Gambar 3.8. Desk PWS Imunisasi Rutin

8) Melaksanakan workshop modul kader untuk penguatan imunisasi rutin;

Gambar 3.9. Workshop Modul Kader

9) Sosialisasi Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi di Fasyankes Swasta,


dilanjutkan dengan orientasi petugas imunisasi di Fasyankes Swasta. Hal ini
untuk menyampaikan standar pengelolaan imunisasi di fasyankes swasta
dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petugas dalam
pengelolaan imunisasi di fasyankes swasta. Kegiatan dilakukan secara
daring.

36 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

10) Penggunaan Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) untuk pencatatan dan


pelaporan imunisasi rutin. Penggunaan ASIK untuk imunisasi rutin
diharapkan dapat membantu program imunisasi dalam meningkatkan
kualitas data cakupan imunisasi dan membantu program imunisasi dalam
pencatatan dan pelaporan hasil layanan imunisasi secara real time.

2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)


sebesar 45%
a. Penjelasan Indikator
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) adalah orang yang secara positif didiagnosa
terinfeksi HIV/AIDS. Indikator ODHA on ART merupakan salah satu indikator
dalam pencegahan dan pengendalian penyakit HIV AIDS. Untuk memutuskan
mata rantai penularan HIV AIDS untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030, maka
diharapkan setiap ODHA yang ditemukan diobati, sehingga virus dapat tersupresi
(jumlah virus didalam tubuh sangat rendah) dan tidak lagi berpotensi menularkan
kepada orang lain.

b. Defenisi Operasional
Jumlah total orang dengan HIV yang ditemukan masuk dalam layanan tes dan
pengobatan yang masih mendapatkan pengobatan Anti Retro Virus (ART).
Angka ini menggambarkan temuan kasus HIV disuatu wilayah pada waktu
tertentu dan mendapatkan penanganan

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah total orang dengan HIV yang
ditemukan masuk dalam layanan tes dan
Persentase Cakupan pengobatan yang masih mendapatkan
Penemuan dan pengobatan Anti Retro Virus (ART)
Pengobatan Kasus x 100%
=
HIV (ODHA on ART) jumlah orang dengan HIV yang ditemukan
dalam kurun waktu tertentu

d. Capaian Indikator
Tahun 2021, Orang Dengan HIV (ODHIV) on ART yang terlaporkan pada Global
AIDS Monitoring (GAM) tahun 2021 diantara perkiraan ODHIV di Indonesia
mencapai 28% diantara negara-negara di Regional Asia Pasifik. Cakupan
tertinggi pada negara Thailand (86%) dan terendah pada negara Afganistan
(10%). Secara lengkap dapat terlihat pada grafik cakupan ODHIV on ART
dibawah ini:

37 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.7. Cakupan ODHIV on ART di Regional Asia Pasifik Tahun 2021

Sumber data: Global AIDS monitoring, 2021

Penguatan fasilitas layanan kesehatan untuk mampu memberikan tes dan


pengobatan, melakukan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan lengkap serta
penguatan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang tersedia diharapkan mampu
meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada masyakarat. Upaya lain untuk
meningkatkan pengetahuan dan peran masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian HIV di Indonesia juga perlu dilakukan untuk menekan stigma dan
diskriminasi yan berhubungan dengan HIV.

Indikator ODHA on ART menggambarkan sejauh mana program mampu


mengendalikan laju transmisi penyakit. Capaian indikator persentase ODHA on
ART tahun 2022 belum mencapai target yakni tercapai 42% dari target 45% atau
sebesar 93,33%, meskipun demikian terdapat peningkatan capaian pada tahun
2022 bila dibandingkan dengan tahun 2021. Secara lengkap digambarkan dalam
grafik berkut ini:

Grafik 3.8. Target dan Capaian Persentase ODHA on ART


Tahun 2020-2024

Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023

38 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Dari grafik diatas terlihat selama 2 tahun berturut-turut yakni tahun 2021-2022
capaian ODHA on ART tidak mencapai target. Capaian terendah pada tahun
2021 yakni sebesar 39% dan menurun dari tahun 2020, penurunan capaian ini
terkait dengan pandemic COVID-19 sehingga angka Lost to follow up
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertambahan ODHA baru pada tahun
2021 yang mendapatkan pengobatan ARV. Kondisi pandemi yang melandai
pada tahun 2022 menyebabkan terjadinya peningkatan capaian pada tahun
2022. Dengan fluktuatifnya capaian ODHA on ART selama 3 tahun terakhir maka
diperkirakan capaian tahun 2023-2024 tidak berjalan on track dan perlu upaya
keras untuk mencapai target tersebut.

Data kaskade HIV dan ART sampai Desember 2022 menunjukkan dari estimasi
ODHIV sebanyak 526.841 orang, diketahui ODHIV yang masih hidup dan
mengetahui status sebesar 81% yaitu 429.215 orang. ODHIV yang sedang
mendapatkan pengobatan ARV sebanyak 179.659 (42%) dan yang di tes viral
load pada tahun 2022 sebanyak 36.821 dimana 91,1% virusnya tersupresi.
Secara lengkap dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.9. Cascade HIV dan ART sampai desember 2021

Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023

Berdasarkan data dari sistem informasi HIV, dari tahun 2018 – 2022,
pertambahan ODHIV baru terlihat menurun pada tahun 2020 – 2021 dan pada
tahun 2022, tercatat temuan kasus sebesar 42.005 menjadi 428.215 orang
mengetahui status dan masih hidup (81%). Jumlah perkiraan ODHIV pada tahun
2020 sebanyak 543.100 orang. Untuk ODHIV yang mengetahui status dan
mendapatkan pengobatan ARV, terjadi penurunan pada tahun 2021 dan pada
tahun 2022 terdapat 42% ODHIV mendapatkan pengobatan. Tahun 2020–2021,
situasi pandemic Covid-19 mempengaruhi temuan kasus dan pengobatan ARV
bagi ODHIV yang telah terdiagnosa terinfeksi HIV. Untuk pemantauan
pengobatan ARV, dilakukan pemeriksaan viral load, pada ODHIV yang baru,
pemeriksaan ini dilakukan setelah minimal mendapatkan ARV selama 6 bulan,
12 bulan dan seterusnya setiap tahunnya. Pada pemeriksaan ini diharapkan
virus ODHIV yang dalam pengobatan ARV tersupresi. Grafik berikut memberikan
gambaran pemeriksaan Viral load pada ODHIV yang mendapatkan pengobatan
ARV masih rendah. Data menunjukkan baru 19% (33.538 orang) ODHIV

39 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

mengetahui virusnya tersupresi. Secara lengkap trend kasus HIV/AIDS


digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.10. Capaian Program HIV AIDS untuk indikator 95 – 95 – 95


Tahun 2018–2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja HIV dan PIMS, 23 Januari 2023

Bila dibandingkan dengan indikator RPJMN dan indikator sasaran strategis


dalam Renstra Kementerian Kesehatan yakni menurunnya insidensi HIV menjadi
0,18 per 1.000 penduduk yang tidak terinfeksi HIV, maka indikator ODHA on ART
akan mempengaruhi insidensi HIV karena apabila ODHA teratur minum ART
maka setelah 6 bulan virusnya akan tersupresi dan potensi penularan kepada
orang lain menjadi sangat rendah. Hal ini tentu dapat menekan terjadinya infeksi
baru.

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian


Indikator ODHA on ART belum mencapai target pada tahun 2022, beberapa
faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target antara lain:
1. Belum semua fasyankes mampu melakukan tes dan pengobatan.
Setiap orang yang bersiko terinfeksi HIV diharapkan dapat mengakses
fasilitas layanan kesehatan untuk mengetahui statusnya apakah terinfeksi HIV
atau tidak. Bila terdiagnosa, diharapkan segera mendapatkan pengobatan
ARV. Layanan yang hanya mampu melakukan diagnostik, harus membangun
jejaring dan mekanisme untuk merujuk dan memastikan orang yang terinfeksi
mendapatkan pengobatan. Data dari sistem informasi menunjukkan bahwa
terdapat kesenjangan antara orang yang sudah mengetahui status dengan
orang yang mendapatkan pengobatan.

2. Terdapat jumlah ODHIV yang lost to follow up


Pengobatan HIV adalah seumur hidup, pada awal pengobatan (6 bulan)
terdapat beberapa keluhan ODHIV dengan obat yang digunakan yang
mengakibatkan ODHIV berpikir untuk menghentikan pengobatan. Pengobatan
jangka panjang juga mempengaruhi kepatuhan ODHIV dan terdapat lost to
follow up pada setiap periode pengobatan tersebut. Hal lain yang
40 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

mempengaruhi adalah ODHIV merasa sudah sehat, tidak membutuhkan


pengobatan serta ODHIV merasa bosan menelan ARV dalam waktu lama.

3. Keterbatasan waktu layanan HIV dan IMS hanya pada jam kerja.
Angka Orang yang terdiagnosa HIV berada pada usia produktif yaitu 20 – 49
tahun, dimana ODHIV yang bekerja kesulitan untuk akses fasyankes pada
jam kerja tersebut.

4. Ketersediaan logistik untuk menunjang pelaksanaan program


Penguatan penyediaan logistik (reagen dan obat) yang tepat waktu untuk
mendukung pelaksanaan program sangat diperlukan, sehingga setiap orang
yang datang ke fasyankes dapat terlayani dengan baik.

5. Pendampingan dan konseling yang belum optimal


Pada awal pengobatan ARV, dibutuhkan dukungan pendampingan dan
konseling yang dapat membantu ODHIV memahami pentingnya kepatuhan
minum ARV, mendapatkan upaya-upaya pencegahan dan bagaimana
melakukan pemantauan pengobatan ARV sehingga dapat hidup secara sehat
dan tetap produktif tanpa menularkan kepada orang lain terutama pasangan

6. Pengetahuan ODHIV, keluarga dan masyarakat terkait HIV dan PIMS yang
belum optimal
Orang dengan HIV, keluarga dan masyarakat pada umumnya diharapkan
memiliki pengetuan yang baik terkait HIV dan PIMS. Pengetahuan ini akan
mendorong setiap orang melakukan upaya pencegahan penularan dan
menularkan kepada orang lain sekaligus mendukung pengendalian HIV.
Pengetahuan yang baik juga diharapkan dapat menekan stigma dan
diskriminasi yang berhubungan dengan HIV dan PIMS.

7. Masih terdapat stigma dan diskriminasi tentang HIV dan PIMS baik eksternal
maupun internal ODHIV sendiri.
Stigma dan diskriminasi akan mempengaruhi seseorang untuk datang ke
fasyankes untuk mendapatkan layanan Kesehatan yang berhubungan dengan
HIV dan PIMS.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Berbagai upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator ODHA on ART antara
lain:
1) Penemuan kasus dini melalui skrining yang dilakukan oleh komunitas
Upaya untuk penemuan kasus dini dilakukan dengan memperluas skrining
kasus HIV yang dilakukan oleh komunitas dengan menggunakan oral fluid.
Skrining ini terutama dilakukan pada populasi kunci yang sangat tersembunyi
dan tidak pernah akses fasyankes. Skrining terhadap semua orang berisiko
lainnya telah dilakukan secara pasif di fasyankes sejalan dengan Standar
Pelayanan Minimum bidang kesehatan. Skrining aktif juga dilakukan oleh
fasyankes dan komunitas melalui kegiatan mobile clinic.

41 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Gambar 3.10. Penemuan Kasus Melalui Skrining (Mobile Clinic)

2) Perluasan layanan komprehensif


Untuk memastikan semua kasus yang ditemukan mendapatkan pengobatan
ARV sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, dilakukan perluasan
penyediaan fasyankes komprehensif dimana dapat melakukan upaya promosi
kesehatan, pencegahan dan upaya penanggulangan kasus. Percepatan
pembentukan fasyankes mampu tes dan pengobatan HIV dan PIMS ini
dengan memanfaatkan anggaran APBN, APBD maupun dukungan dana
hibah.

3) Mentoring Klinis
Penguatan dan peningkatan kualitas layanan Kesehatan dalam memberikan
layanan tes dan pengobatan HIV dan PIMS juga dilakukan melalui mentoring.
Mentoring ini dilakukan oleh para mentor yang telah dibentuk baik di tingkat
Pusat (kementerian Kesehatan), Provinsi dan Kabupaten Kota. Prioritas
mentoring diberikan kepada layanan yang baru dikembangkan. Layanan yang
telah berjalan namun terjadi pergantian petugas dan layanan yang
membutuhkan dukungan mentoring dengan berbagai tantangan yang
dihadapi.

4) Penguatan layanan mampu tes dan pengobatan yang telah tersedia


Semua layanan yang telah mampu melakukan tes dan pengobatan HIV dan
PIMS secara rutin dilakukan penguatan dan update terkait kebijakan
pencegahan dan pengendalian HIV dan PIMS di Indonesia. Penguatan ini
juga dilakukan melalui webinar serial dengan topik penguatan terkait berbagai
upaya yang dilakukan.

5) Bimbingan teknis
Menjalankan tugas dan fungsi yang ada, dilakukan bimbingan teknis secara
berjenjang ke Dinas Kesehatan, fasyankes dan mitra terkait dalam penerapan
kebijakan pemerintah. Bimbingan ini dilaksanakan secara periodik dan terukur
untuk melihat progres implementasi Program.

42 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Gambar 3.11. Bimbingan Teknis ke Layanan

6) Monitoring dan Evaluasi Program


Monitoring dan evaluasi program perlu dilakukan pada berbagai kegiatan yang
dilaksanakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia. Hasil monitoring
dan evaluasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan inovasi
dan kebijakan yang harus ditetapkan untuk menutup semua kesenjangan
yang ditemukan baik di layanan maupun secara manajemen di dinas
Kesehatan. Monitoring Evaluasi pada tahun 2022 dilakukan secara online
maupun dilakukan kunjungan lapangan ke Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Fasilitas layanan Kesehatan sesuai capaian dan kebutuhan program.

7) Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan


Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan salah satu tujuannya adalah
untuk meningkatkan kapasitas petugas tentang sistem informasi pencatatan
dan pelaporan program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan PIMS
sehingga diharapkan informasi dan data yang didapat dari petugas layanan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

g. Kendala/masalah yang dihadapi


Dalam pelaksanaan program dan kegiatan ditemukan kendala dan permasalahan
yakni:
1. Belum semua daerah didukung dengan jaringan internet yang stabil untuk
melakukan pencatatan pelaporan secara online.
2. Terdapat berbagai sistem pencatatan pelaporan bidang kesehatan sehingga
tidak semua fasilitas layanan kesehatan melakukan pelaporan yang tepat dan
lengkap serta terdapat layanan tidak melakukan pelaporan.
3. Adanya rotasi dan mutasi yang cukup tinggi di tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota dan di fasilitas layanan Kesehatan
4. Koordinasi dan sinergisitas upaya pencegahan dan pengendalian HIV oleh
Kementerian/Lembaga terkait dan mitra pembangunan belum terimplementasi
di daerah secara optimal
5. Belum optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap capaian program sampai
ke fasyankes secara terintegrasi dengan program lainnya yang terkait.

43 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

h. Pemecahan Masalah
1) Perluasan layanan mampu tes dan pengobatan untuk HIV dan PIMS melalui
kegiatan pelatihan atau orientasi PDP serta di lakukan pendampingan
bersama tim mentor Kabupaten/Kota/Provinsi
2) Peningkatan edukasi atau konseling tentang pengobatan ARV secara
lengkap dan terus menerus kepada ODHA.
3) Penyediaan KIE yang dikemas sesuai dengan perkembangan teknologi saat
ini yang kemudian disebarluaskan dan bisa diakses dengan mudah tentang
pengobatan ARV maupun penyakit HIV serta mendorong penggunaan
layanan kesehatan terkait HIV, AIDS dan IMS kepada individu dan kelompok
agar lebih aman dari risiko penularan HIV dan IMS.
4) Dukungan dan pemberdayaan kelompok-kelompok dukungan sebaya (KDS)
sebagai mitra kerja yang efektif dalam mengurangi stigma dan diskriminasi
5) Pemberdayaan kader, komunitas, dan LSM untuk menjangkau masyarakat,
mendampingi ODHA, dan mengembalikan ODHA yang loss to follow up agar
bisa mengakses kembali ARV.
6) Penerapan kebijakan ARV multi bulan hingga tiga bulan, multi month
dispensing (MMD) bagi ODHA yang stabil dan kerjasama dengan
komunitas/pendukung ODHA untuk memastikan kondisi dan
keberlangsungan ARV pada ODHA.
7) Melakukan integrasi layanan pada layanan rutin dan membentuk jejaring
layanan.
8) Melakukan penyederhanaan sistem pencatatan pelaporan yang terintegrasi
berbasis NIK untuk data individu

3. Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC sebesar 90%


a. Penjelasan Indikator
Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC (TBC Treatment Coverage)
merupakan indikator yang sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran
layanan Penemuan dan pengobatan pasien TBC dalam rangka memutus mata
rantai penularan dan mencegah terjadinya kebal obat. Angka ini menggambarkan
jumlah kasus TBC yang ditemukan dan mendapat layanan pengobatan yang
dilaporkan ke program. Indikator ini juga memberikan gambaran upaya dalam
menemukan pasien TBC melalui serangkaian kegiatan penjaringan terduga TBC,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, menentukan
diagnosis, menentukan klasifikasi dan tipe pasien dan dilanjutkan pengobatan
yang adequat sampai sembuh sehingga tidak menular penyakit TBC ke orang
lain.

b. Definisi Operasional
Definisi operasional cakupan penemuan dan pengobatan TBC adalah
persentase semua kasus TBC ditemukan dan diobati yang dilaporkan di antara
perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden).

44 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah semua kasus TBC ditemukan dan
Cakupan Penemuan diobati yang dilaporkan
dan pengobatan
Perkiraan jumlah semua kasus TBC x 100%
kasus TBC =
(insiden)

d. Capaian Indikator
Penanganan kasus dalam Penanggulangan TBC dilakukan melalui kegiatan
Penemuan dan Pengobatan TBC untuk memutus mata rantai penularan dengan
penemuan kasus melalui penegakan diagnosis, pengobatan dan pelaporan hasil
pengobatan. Indikator Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC merupakan
indikator yang baru menjadi Indikator Kinerja Program P2P pada Revisi Renstra
Tahun 2022, meskipun demikian pada Renstra awal tahun 2020-2024, indikator
ini telah menjadi Indikator Kinerja Kegiatan sehingga pembandingan target dan
capaian dapat dibandingkan dengan tahun 2020-2021. Capaian Indikator
Penemuan dan Pengobatan TBC secara lengkap dapat dilihat pada grafik
berikut:

Grafik 3.11. Target dan Capaian Cakupan Penemuan


dan Pengobatan TBC Tahun 2020-2024

Sumber data: Laporan Tim Kerja Tuberkulosis, 23 Januari 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator cakupan penemuan dan
pengobatan TBC tidak mencapai target pada tahun 2022, yakni tercapai 68.3%
dari target 90% atau dengan capaian kinerja sebesar 75.9%. Bila dibandingkan
dengan capaian target tahun 2020-2021, maka terlihat bahwa selama 3 tahun
berturut-turut tidak mencapai target dan gap antara capaian dan target cukup
besar, sehingga dapat diperkirakan capaian tahun 2023-2024 juga tidak berjalan
on track. Meskipun demikian, dari grafik juga menunjukkan bahwa capaian
indikator terus meningkat setiap tahunnya.

Pada tahun 2022 berdasarkan Global TB Report tahun 2022, terjadi perubahan
estimasi insidensi TBC dari semula hanya 824.000 kasus per tahun menjadi
969.000 kasus. Jika jumlah kasus yang ditemukan dan diobati pada tahun 2022
45 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dibandingkan dengan estimasi kasus TBC awal tahun, yaitu 661.784 kasus
dibagi 824.000 kasus dikali 100% maka persentase capaian sebesar 80,31%,
lebih besar bila dibandingkan dengan estimasi kasus pada akhir tahun 2022. Hal
ini menunjukkan sudah terjadi peningkatan capaian indikator yang signifikan
walaupun belum mencapai target. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
perbaikan agar kinerja di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi dan
mencapai target yang telah ditentukan.

Bila dibandingkan capaian cakupan penemuan dan pengobatan kasus TB per


Provinsi maka terlihat gap antar capaian Provinsi terlihat dalam grafik berikut:
Grafik 3.12. Cakupan Penemuan dan Pengobatan Kasus TB per Provinsi
Tahun 2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja Tuberkulosis, 23 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan bahwa:


a. Terdapat 4 provinsi dengan capaian melebihi target indikator, yaitu Provinsi
Jawa Barat (112,24%), Banten (98,33%), Gorontalo (94,84%) dan DKI
Jakarta (92,25%).
b. Terdapat 5 Provinsi dengan beban kasus tinggi tapi belum mencapai target
indikator yakni Provinsi Jawa Tengah (76,31%), Jawa Timur (68,66%),
Sulawesi Selatan (66,00%), Sumatera Utara (51,59%) dan Provinsi Sumatera
Selatan (49,70%).
c. Terdapat 5 Provinsi yang paling rendah capaiannya yakni Provinsi Bangka
Belitung (38,36%), Bengkulu (37,21%), Jambi (36,37%), Nusa Tenggara
Timur (35,79%) dan Provinsi Bali (30,47%).

Bila dibandingkan dengan Indikator Sasaran Strategis (ISS) pada Renstra


Kementerian Kesehatan dan RPJMN, yakni indikator Insidensi TB maka indikator
cakupan penemuan dan pengobatan pasien TBC dengan indikator insidensi TBC
memiliki hubungan negatif, yang artinya jika angka penemuan dan pengobatan
pasien TBC semakin tinggi maka diharapkan angka insiden TBC juga akan
menurun. Peningkatan indikator penemuan dan pengobatan pasien TBC juga
harus diimbangi dengan angka keberhasilan pengobatan yang tinggi sehingga
semakin banyak pasien TBC yang ditemukan dan diobati serta hasil pengobatan
46 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

sembuh juga tinggi maka proses penularan penyakit TBC di masyarakat akan
berkurang dan kasus TBC juga akan berukurang sehingga angka insiden kasus
TBC juga akan menurun. Data Global TB Report 2022, menunjukkan bahwa
insidensi TBC di Indonesia sebesar 354 per 100.000 penduduk pada tahun 2021,
meningkat bila dibandingkan dengan insidensi TBC tahun 2020 yakni 301 per
100.000 penduduk. Angka insidensi menggambarkan jumlah kasus TBC di
populasi, tidak hanya kasus TBC yang datang ke pelayanan kesehatan dan
dilaporkan ke program. Angka ini dipengaruhi oleh kondisi masyarakat termasuk
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, akses terhadap layanan kesehatan, gaya
hidup, dan buruknya sanitasi lingkungan yang berakibat pada tingginya risiko
masyarakat terjangkit TBC. Meningkatnya insidensi dari tahun 2020 sebesar 301
per 100.000 penduduk menjadi 354 per 100.000 pada tahun 2021 dimungkinkan
karena rendahnya penemuan dan pengobatan TBC selama masa pandemi
sehingga potensi penularan dari yang belum ditemukan cukup besar.

Bila dibandingkan dengan kondisi penemuan dan pengobatan TBC secara global
maka negara-negara yang berkontribusi terhadap penurunan kasus global pada
tahun 2020 dibandingkan tahun 2019, terlihat pada gambar di bawah ini:
Grafik 3.13. Sepuluh Negara dengan Penurunan Jumlah Kasus TB

Grafik diatas menunjukkan 10 negara dengan penurunan jumlah pelaporan TBC


yang berkontribusi terhadap ≥ 90% penurunan jumlah notifikasi kasus TBC baru
secara global pada tahun 2020 dan 2021 dibandingkan dengan tahun 2019.
Grafik sebelah kiri menunjukkan penurunan kasus yang dilaporkan tahun 2020
dibandingkan tahun 2019 sedangkan grafik sebelah kanan menunjukkan
penurunan kasus yang dilaporkan tahun 2021 dibandingkan tahun 2019. Dari
grafik diatas terlihat bahwa Negara-negara yang berkontribusi terhadap
penurunan global pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 adalah India
(41%), Indonesia (14%), Filipina (12%) dan China (8%); dan 6 negara lainnya
hingga total 90% dari penurunan global. Selain itu, grafik menunjukkan telah
terjadi penurunan besar-besaran notifikasi kasus TBC pada tahun 2020 dan
2021 dibandingkan tahun 2019. Hal ini berpotensi untuk terjadinya penularan
besar-besaran dari kasus TBC yang belum ditemukan di masyarakat
(undetected/ under diagnosed) maupun yang belum mendapatkan pengobatan
(untreated). Dengan demikian memungkinkan meningkatnya insidensi TBC.

47 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.14. Cakupan Penemuan dan Pengobatan TBC Tahun 2022

Sumber data : Global TBC Report, 2022

Tabel diatas menunjukkan cakupan penemuan dan pengotan kasus TBC


secara global. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
capaian penemuan dan pengobatan TBC secara global, yang semula dapat
ditemukan sebanyak 7,1 juta pada tahun 2019 dengan angka notifikasi 71%,
menjadi hanya 5,8 juta pada tahun 2020 dengan angka notifikasi 58,59%.
Sudah terjadi peningkatan capaian pada tahun 2021, dengan penemuan dan
pengobatan TBC sebanyak 6,4 juta kasus dan angka notifikasi menjadi 60,38%

e. Analisa Penyebab Kegagalan


Belum tercapainya target cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC
dipengaruhi oleh adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada
pelaksanaan program TBC. Berkurangnya sumber daya program TBC karena
dialihkan dalam penanggulangan pandemi COVID-19. Penggunaan alat tes
cepat molekuler (TCM) untuk diagnosa TBC dan TBC resisten obat, juga
dipergunakan untuk diagnosa COVID-19. Selain itu faktor yang mempengaruhi
lainnya yakni belum semua kasus TBC baru berhasil ditemukan dan dijangkau,
investigasi kontak belum maksimal yang dikarenakan adanya kekhawatiran
kader untuk aktif melakukan tracking dan tracing kasus TBC ke masyarakat.
Namun demikian, dengan berakhirnya pandemi dan upaya yang semakin aktif
dan massif dalam penemuan dan pengobatan kasus TBC mendukung
peningkatan persentase penemuan dan pengobatan kasus TBC.

48 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1. Memberikan umpan balik hasil capaian tiap triwulan pada provinsi dan
kabupaten/kota yang belum melapor dan capaiannya masih rendah.
2. Upaya melakukan deteksi dini TB/kontak investigasi secara virtual atau
dengan memperhatikan protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19.
3. Penigkatan kapasitas melalui virtual terkait pencatatan dan pelaporan untuk
provinsi, kabupaten/kota (khususnya Rumah Sakit Pemerintah, Swasta, dan
DPM/Klinik)
4. Berkolaborasi dengan mitra/ partner untuk menyusun kegiatan intervensi
pelayanan TBC pada masa COVID yang bersumber pembiayaan dari Hibah
seperti pengiriman obat pada pasien TBC melalui kurir, optimalisasi
pengiriamn transport sputum, invenstigasi kontak dan konseling TBC by
phone, dukungan komunitas/kader untuk APD dan transport dalam
melakukan pelacakan kasus dan sebagai PMO
5. Melakukan supervisi ke Prov. Kab/kota dan faskes terpilih untuk monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapangan dalam rangka meningkatkan
capaian indikator.
6. Melaksanakan Pelatihan Penggunaan TCM dan TBC RO
Strategi global WHO untuk pencegahan, perawatan dan pengendalian
Tuberkulosis (TB) tahun 2015-2035 yang dikenal sebagai End TB Strategy
menyerukan diagnosis dini TB dan uji kepekaan obat (DST) universal yang
menggaris bawahi peran penting laboratorium dalam strategi tersebut. Untuk
memenuhi target End TB Strategy, alat tes cepat TB yang direkomendasikan
WHO (WHO-recommended rapid TB diagnostic/WRD) harus tersedia untuk
semua orang dengan gejala TB dan semua pasien TB yang dikonfirmasi
secara bakteriologis harus diperiksa uji kepekaan setidaknya untuk rifampisin
serta semua pasien TB yang resistan terhadap rifampisin harus diperiksa uji
kepekaan untuk fluorokuinolon dan obat suntik lini kedua (Second Line
Injectable Drugs=SLID). Hal ini memacu program TB nasional terus
melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program
sebagai bentuk pengendalian TB termasuk penggunaan alat laboratorium
Tes Cepat Molekuler (TCM), penggunaan alur pemeriksaan baru TCM dan
perluasan akses penggunaan TCM TB. Alat TCM yang saat ini ada di
Indonesia adalah mesin TCM dengan modul 6 color yang dapat digunakan
untuk mendeteksi M. tuberculosis (MTB) dan resistensi terhadap rifampisin.
Pasien yang terkonfirmasi resistan terhadap rifampisin memerlukan
pemeriksaan lanjutan berupa uji kepekaan lini dua secara fenotipik yang
membutuhkan waktu 3 bulan. Sementara itu teknologi pemeriksaan TB terus
berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah dengan telah tersedianya
mesin TCM dengan modul 10 color dan kartrid XDR yang digunakan untuk
mendeteksi MTB dan resistensi terhadap INH, obat lini dua golongan
fluorokuinolon dan SLID secara bersamaan dalam waktu lebih cepat. Pada
bulan September 2022 telah terdistribusi sebanyak 1.812 alat TCM diseluruh
Indonesia yang ditempatkan di 725 Rumah Sakit, 32 laboratorium, dan 925
Puskesmas.

49 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Peningkatan jumlah layanan baik diagnosis maupun pengobatan harus


diimbangi dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehubungan
dengan hal tersebut diselenggarakan pelatihan pemeriksaan TCM,
monitoring data TBC RO serta penyegaran fasyankes mikroskopis untuk
mendukung tatalaksana kasus TBC mulai dari penegakan diagnosis sampai
tatalaksana pengobatan pasien sebanyak 5 angkatan pada bulan November -
Desember 2022.

Gambar 3.12. Pelatihan Penggunaan TCM

7. Advokasi dan Monitoring Tindak Lanjut Perpres No. 67 tahun 2021


Pada tahun 2022 dengan telah menurunnya pandemi COVID 19 di Indonsia,
perhatian sudah mulai kembali difokuskan pada program tuberculosis. Upaya
yang telah dilakukan dalam peningkatan penemuan kasus TBC baik sensitif
obat maupun resistan obat, angka keberhasilan pengobatan, investigasi
kontak dan pemberian terapi pencegahan tuberkulosis lebih diintensifkan lagi
guna mencapai target indikator program TBC.
Komitmen pemerintah dalam eliminasi TBC ditegaskan oleh Bapak Presiden
Republik Indonesia pada kegiatan “Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC
tahun 2030” dan penerbitan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021
Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Penerbitan Perpres Nomor 67 Tahun
2021 adalah penegasan kembali tentang komitmen presiden dan sebagai
acuan bagi kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota, pemerintah desa, serta pemangku kepentingan lainnya
dalam melaksanakan penanggulangan TBC.

Sebagaimana amanat pada Perpres No.67 Tahun 2021 bahwa dalam rangka
koordinasi percepatan Penanggulangan TBC, dibentuk Tim Percepatan
Penanggulangan TBC (TP2TB) di pemerintah pusat dan setiap daerah.
TP2TB memiliki tugas mengoordinasikan, menyinergikan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan percepatan eliminasi TBC secara efektif, menyeluruh, dan
terintegrasi. Dalam menjalankan amanah tersebut TP2TB di pusat perlu
melakukan supervisi program kesehatan yang merupakan kegiatan
pembinaan untuk memperbaiki faktor-faktor yang memengaruhi proses
50 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

pelaksanaan program kesehatan di lapangan. Supervisi di tingkat pusat ke


tingkat di bawahnya merupakan penerapan fungsi pengawasan dan
pembinaan kepada pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dalam
pelaksanaan program TBC nasional yang melibatkan organisasi pemerintah
daerah dan pemangku kepentingan serta multisektor lainnya. Kegiatan ini
diharapkan akan memberikan rekomendasi dan langkah tindak lanjut untuk
mengatasi hambatan dalam penerapan amanat pada Perpres No. 67 Tahun
2021 di pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota.

Pada Triwulan IV tahun 2022 sudah dilaksanakan Advokasi dan Monitoring


Tindak Lanjut Perpres No. 67 tahun 2021 pada Provinsi dengan beban kasus
TB yang tinggi seperti: DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, serta Provinsi Kalimantan
Timur sebagai lokasi Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Kegiatan advokasi
diikuti oleh Perwakilan Kemenko PMK, Kantor Staf Presiden, Kemendes,
Setkab, Kemendagri, Kemenkes dan Mitra.

Gambar 3.13. Pertemuan Advokasi Perpres No 67 tahun 2021


Tim Pusat dengan Sekda dan perwakilan daerah di Provinsi Jawa Barat

8. Akselerasi penemuan kasus yang belum ditemukan (undetected cases)


melalui kegiatan active case finding (skrining gejala TBC dan X-ray) pada
kontak serumah.
Pada tahun 2022 telah dilakukan skrining gejala pada populasi umum di 7
kabupaten/kota yakni Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten Bekasi,
Kota Bandung, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Karawang, dan Kota
Surabaya. Hasilnya yakni ditemukan 125 kasus (0,3%) dari total 41.960
orang yang diskrining. Pada tahun yang sama juga dilakukan skrining gejala
dan X-ray di 3 kabupaten/kota yakni Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, dan
Kabupaten Bogor yang menghasilkan kasus TBC yang terkonfirmasi
bakteriologis sebesar 73 orang (2,2%) dan 238 (7,3%) kasus TBC yang
terdiagnosis klinis dari jumlah yang diskrining TBC sebesar 3.246 orang.
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka dilakukan upaya akselerasi
penemuan kasus yang belum ditemukan (undetected cases) melalui kegiatan
active case finding yakni skrining gejala TBC dan X-ray pada kontak serumah
di 8 provinsi prioritas yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, NTT, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan pada bulan
November 2022 sampai April 2023. Pada kegiatan skrining TBC yang

51 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dilakukan ini akan dipantau sampai pemberian TPT atau OAT. Sehingga,
harapannya juga dapat meningkatkan cakupan pemberian TPT di Indonesia.

Gambar 3.14. Active Case Finding TBC

g. Kendala/masalah yang dihadapi


Pandemi COVID-19 masih mempengaruhi pelaksanaan program TB antara lain:
1. Pemberian terapi pencegahan TBC (TPT) belum terlaksana dengan
maksimal karena masih adanya kekhawatiran masyarakat untuk mendatangi
fasilitas Kesehatan. Selain itu karena merasa tidak sakit, kontak erat enggan
untuk minum TPT.
2. Terganggunya keberlangsungan pengobatan karena pasien tidak datang
mengambil obat
3. Terganggunya monitoring pengobatan pasien karena pasien tidak
mengumpulkan dahak dan ada kendala pengiriman spesimen.
4. Beberapa laboratorium berhenti melakukan pemeriksaan terduga TBC
5. Pengawasan minum obat terganggu, terutama pada PMO nya adalah kader
yang tidak tinggal dekat rumah pasien. Karena masih ada kekhawatiran
terkait covid, maka kader tidak secara rutin mendatangi rumah pasien
6. Enabler tidak bisa diberikan secara rutin tetapi enabler diberikan kepada
pasien TBC kebal obat yang sudah terkonfirmasi dan mendapatkan
pengobatan untuk mendukung pengobatan yang teratur sampai sembuh.
Enabler semestinya diberikan secara rutin (setiap bulan) kepada pasien,
namun karena masih ada kekhawatiran selama pandemi, maka pemberian
enabler 3 bulan sekali.

h. Pemecahan Masalah
Untuk mencapai target, Program TBC melaksanakan kegiatan yang berdasarkan
6 strategi yaitu:
1) Penguatan Kepemimpinan Program TBC di Kabupaten/Kota
- Promosi: Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
- Regulasi dan peningkatan pembiayaan
- Koordinasi dan sinergi program
2) Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TBC” yang Bermutu
- Peningkatan jejaring layanan TBC melalui PPM (public-private mix)
- Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat

52 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

- Peningkatan kolaborasi layanan melalui TBC-HIV, TBC-DM, MTBCS,


PAL, dan lain sebagainya
- Inovasi diagnosis TBC sesuai dengan alat / saran diagnostik yang baru
- Kepatuhan dan Kelangsungan pengobatan pasien atau Case holding
- Bekerjasama dengan asuransi kesehatan dalam rangka Cakupan
Layanan Semesta (health universal coverage).
3) Pengendalian Faktor Risiko
- Promosi lingkungan dan hidup sehat.
- Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC.
- Pengobatan pencegahan dan imunisasi TBC.
- Memaksimalkan penemuan TBC secara dini, mempertahankan cakupan
dan keberhasilan pengobatan yang tinggi.
4) Peningkatan Kemitraan melalui Forum Koordinasi TBC
- Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TBC di pusat
- Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TBC di daerah
5) Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Penanggulangan TBC
- Peningkatan partisipasi pasien, mantan pasien, keluarga dan masyarakat.
- Pelibatan peran masyarakat dalam promosi, penemuan kasus, dan
dukungan pengobatan TBC.
- Pemberdayan masyarakat melalui integrasi TBC di upaya kesehatan
berbasis keluarga dan masyarakat.
6) Penguatan Sistem kesehatan
- Sumber Daya Manusia yang memadai dan kompeten.
- Mengelola logistic secara efektif.
- Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan regulasi.
- Memperkuat Sistem Informasi Startegis, surveilans proaktif termasuk
kewajiban melaporkan (mandatory notification).
- Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.

4. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk sebesar 484
Kab/Kota
a. Penjelasan Indikator
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 22 tahun 2022
tentang penanggulangan malaria serta dokumen rencana strategi (Renstra)
2020-2024 bahwa sampai tahun 2024, Indonesia harus mencapai API < 1 per
1000 penduduk sebesar 500 kabupaten/kota. Annual Parasite Incidence (API)
merupakan angka kesakitan malaria per 1000 penduduk berisiko dalam satu
tahun. Capaian indikator API < 1 merupakan salah indikator utama persyaratan
eliminasi malaria, selain tidak ada kasus indigenous selama 3 tahun berturut-
turut dan positivity rate (PR) mencapai < 5 %.
b. Definisi operasional
Suatu Kabupaten/Kota yang telah mencapai angka kesakitan kurang dari 1 per
1000 penduduk merupakan salah satu kriteria eliminasi malaria sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 22 tahun 2022 tentang
53 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

penanggulangan malaria. Selain itu, daerah tersebut harus memenuhi tiga


kriteria utama yaitu API kurang dari 1 Per 1000 penduduk, Positivity Rate (PR)
kurang dari 5% dan tidak ada penularan setempat malaria selama tiga tahun
berturut-turut serta memenuhi beberapa persyaratan lainnya. Status API < 1 per
1000 penduduk diperoleh dari jumlah kasus positif dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada tahun yang sama. Angka kasus kesakitan malaria berupa
parasite incidence per tahun, dengan kabupaten/kota sebagai satuan wilayah
terkecil. Angka parasite incidence merupakan kasus positif malaria yang
diagnosisnya ditegakkan sesuai standar nasional menggunakan mikroskop dan
atau RDT.

c. Rumus/cara perhitungan
Indikator Jumlah Kabupaten/kota yang telah mencapai eliminasi malaria dihitung
berdasarkan akumulasi jumlah kab/kota yang mencapai API < 1/1000 penduduk
diakhir tahun. Sedangan rumus untuk menghitung API adalah:
Annual Parasite Jumlah Kasus Positif yang terkonfirmasi
Incidence = laboratorium
x 1000
(API) Jumlah Penduduk

d. Capaian indikator
Secara kumulatif pada tahun 2022 terdapat 459 kabupaten/kota dengan API <
1/1000 penduduk, dimana sekitar 89% penduduk Indonesia berada di wilayah
bebas malaria, sedangkan 11% penduduk masih berada pada daerah dengan
endemis malaria, seperti digambarkan berikut ini:

Gambar 3.15. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2022

Tabel berikut ini menunjukkan capaian penduduk berdasarkan endemisitas di


Indonesia pada tahun 2022 yakni

54 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Tabel 3.2. Capaian Penduduk Berdasarkan Endemisitas 2022


Penduduk 2022 Kabupaten 2022
No Endemisitas
Jumlah % Jumlah %
1 Eliminasi (Bebas Malaria) 243,796,793 89% 372 72%
2 Endemis Rendah (API <1‰) 22,004,854 8% 87 17%
3 Endemis Sedang (API 1 - 5 ‰) 5,457,056 2% 27 5%
4 Endemis Tinggi (API > 5 ‰) 3,600,391 1% 28 5%
TOTAL 274,859,094 100% 514 100%

Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebanyak 372 Kab/Kota (72%) telah
bebas malaria sedangkan 142 Kab/Kota di Indonesia masih berada pada daerah
endemis malaria. Jumlah Kab/Kota pada tahun 2022 yang mencapai API < 1 per
1000 penduduk sebanyak 459 kabupaten/kota dari target yang ditentukan
sebesar 484 kab/kota atau pencapaian kinerja sebesar 94,8%. Berikut jumlah
Kab/Kota dengan API < 1/1000 penduduk:

Tabel 3.3. Jumlah Kab/Kota dengan API 1/1000 penduduk Tahun 2022
Kabupaten/
JUMLAH Kabupaten/Kota % API < 1
Kota
NO PROVINSI KAB/ API < 1 per per 1000
API > 1 per
KOTA 1000 penduduk penduduk
1000 penduduk

1 ACEH 23 23 0 100%
SUMATERA
2 33 30 3 91%
UTARA
SUMATERA
3 19 19 0 100%
BARAT
4 RIAU 12 12 0 100%
5 JAMBI 11 11 0 100%
SUMATERA
6 17 17 0 100%
SELATAN
7 BENGKULU 10 10 0 100%
8 LAMPUNG 15 15 0 100%
KEPULAUAN
9 BANGKA 7 7 0 100%
BELITUNG
10 KEP. RIAU 7 7 0 100%
11 DKI JAKARTA 6 6 0 100%
12 JAWA BARAT 27 27 0 100%
13 JAWA TENGAH 35 35 0 100%
14 DI YOGYAKARTA 5 5 0 100%
15 JAWA TIMUR 38 38 0 100%
16 BANTEN 8 8 0 100%
17 BALI 9 9 0 100%
55 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Kabupaten/
JUMLAH Kabupaten/Kota % API < 1
Kota
NO PROVINSI KAB/ API < 1 per per 1000
API > 1 per
KOTA 1000 penduduk penduduk
1000 penduduk
NUSA
18 TENGGARA 10 10 0 100%
BARAT
NUSA
19 TENGGARA 22 13 9 59%
TIMUR
KALIMANTAN
20 14 14 0 100%
BARAT
KALIMANTAN
21 14 13 1 93%
TENGAH
KALIMANTAN
22 13 13 0 100%
SELATAN
KALIMANTAN
23 10 6 4 60%
TIMUR
KALIMANTAN
24 5 5 0 100%
UTARA
SULAWESI
25 15 15 0 100%
UTARA
SULAWESI
26 13 13 0 100%
TENGAH
SULAWESI
27 24 24 0 100%
SELATAN
SULAWESI
28 17 17 0 100%
TENGGARA
29 GORONTALO 6 6 0 100%
SULAWESI
30 6 6 0 100%
BARAT
31 MALUKU 11 8 3 73%
32 MALUKU UTARA 10 9 1 90%
33 PAPUA BARAT 13 3 10 23%
34 PAPUA 29 5 24 17%
TOTAL 514 459 55 89%
Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak sebanyak 89% kabupaten/kota di Indonesia


telah mencapai API<1 per 1000 penduduk, dimana pada tahun 2022 terdapat 26
Provinsi yang telah mencapai API < 1 per 1000 penduduk. Provinsi dengan
Kab/Kota API <1/1000 penduduk adalah Provinsi Papua (17%) dan Papua Barat
(23%). Tren capaian Kab/Kota yang mencapai API <1/1000 penduduk
digambarkan dalam grafik berikut ini:

56 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.15. Capaian Jumlah Kabupaten/Kota mencapai API Malaria


< 1/1000 penduduk Tahun 2018-2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan tren capaian Kab/Kota mencapai API <1/1000


penduduk mengalami peningkatan selama tahun 2018 (453 Kab/Kota), tahun
2019 (460 Kab/Kota), tahun 2020 (467 Kab/Kota), tahun 2021 (471 Kab/Kota) dan
menurun pada tahun 2022 (459 Kab/Kota). Selain itu, selama 3 tahun berturut-
turut yakni tahun 2020-2022, indikator ini tidak tidak mencapai target seperti
dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.16. Target dan Capaian Kab/Kota mencapai API < 1/1000 penduduk
Tahun 2020-2024

Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa pada gap target dan capaian cukup besar pada
tahun 2022 bila dibandingkan dengan tahun 2021 dan 2022, dengan kenaikan
target 1.8% dari tahun 2021 ke 2022, capaian mengalami penurunan sebesar
2.5%. Hal ini bukan berarti kinerja tahun 2022 lebih buruk dibandingkan tahun
sebelumnya tetapi karena adanya perubahan strategi penemuan yang dilakukan
menjadi active case finding dimasyarakat.

Bila dibandingkan dengan Indikator Sasaran Strategis (ISS) dalam RPJMN dan
Renstra Kemenkes yakni eliminasi malaria maka API <1/1000 penduduk

57 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

merupakan salah satu kriteria utama untuk menilai eliminasi malaria selain
Positivity Rate < 5% dan tidak adanya penularan setempat malaria selama tiga
tahun berturut-turut. Dengan demikian semakin banyak Kab/Kota yang mencapai
API <1/1000 penduduk maka semakin banyak pula Kab/Kota yang mencapai
eliminasi malaria. Untuk mencapai target eliminasi malaria maka diperlukan
indikator komposit untuk mendukung tercapainya cakupan yaitu persentase
konfirmasi sediaan darah serta persentase pengobatan standar yang juga
merupakan indikator Pemantauan Program Prioritas Janji Presiden tahun 2022
oleh Kemenko PMK dan KSP (Kantor Staf Presiden). Persentase pemeriksaan
sediaan darah adalah persentasi suspek malaria yang dilakukan konfirmasi
laboratorium baik menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostik Test (RDT)
dari semua suspek yang ditemukan. Target dan capaian indikator persentase
pemeriksaan darah adalah sebagai berikut:

Grafik 3.17. Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah

Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa 22 provinsi di Indonesia (65%)


telah mencapai target nasional dalam konfirmasi laboratorium terhadap suspek
malaria. Target nasional adalah 95% dengan capaian tahun 2022 sebesar 99%
dengan jumlah suspek sebanyak 2.957.743 dan jumlah pemeriksaan sediaan
darah dikonfirmasi laboratorium sebanyak 2.988.414 orang. Pemberian terapi
pengobatan pada pasien malaria saat ini telah diatur sesuai Kepmenkes No. 556
tahun 2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Malaria, dimana pasien positif malaria (berdasarkan pemeriksaan lab) diobati
dengan menggunakan ACT dengan dosis yang disesuaikan dengan berat badan
pasien. ACT (Artemisinin based Combination Therapy) merupakan obat yang saat
ini dianggap paling efektif untuk membunuh parasit Malaria.

Persentase Pasien Malaria positif yang diobati sesuai standar ACT (Artemisinin
based Combination Therapy) adalah proporsi pasien Malaria yang diobati sesuai
standar tata laksana malaria dengan menggunakan ACT. Artemisinin based
Combination Therapy (ACT) saat ini merupakan obat yang paling efektif untuk
membunuh parasit Malaria. Pemberian ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan

58 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

laboratorium. Target dan capaian indikator Persentasi Pasien Malaria positif yang
diobati sesuai standar ACT adalah sebagai berikut:

Grafik 3.18. Persentasi Malaria Positif diobati sesuai standar

Sumber data: Laporan Tim Kerja Malaria, 22 Januari 2023

Dari grafik di atas tercatat ada 22 kabupaten/kota di Indonesia (65%) telah


mencapai target nasional dalam pengobatan malaria sesuai standar. Target
capaian pengobatan standar ACT yaitu sebesar 95% sementara capaian pada
tahun 2022 yaitu sebesar 93% dengan jumlah positif malaria sebanyak 388.782
orang dan jumlah yang diobati dengan pengobatan standar sebanyak 360.374.
Berdasarkan data di atas, capaian indikator persentase pasien malaria positif
yang diobati sesuai standar ACT tahun 2022 belum mencapi target. Hal ini
dikarenakan anggaran tahun 2022 baru dapat digunakan di pertengahan tahun
2022 sehingga sempat terjadi stock out OAM.

e. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian


Indikator jumlah kabupaten/kota yg mencapai API<1 per 1000 penduduk belum
mencapai target yang ditetapkan. Namun hal ini bukan suatu hal yang buruk
karena pada tahun 2022 banyak upaya pengendalian malaria yang telah
dilakukan, diantaranya yaitu:
1) Terjadi peningkatan penemuan kasus dengan strategi active case finding
melalui pemberdayaan kader malaria.
2) Upaya Public Private Mix (PPM) dalam pengendalian malaria yang dilakukan
membuat akses layanan semakin terbuka dan baik sehingga berpengaruh
juga pada penemuan, pencatatan, dan pelaporan kasus malaria.
3) Surveilans malaria juga semakin baik sehingga pelaporan yang dilaporkan
daerah menjadi lebih lengkap, tepat waktu, dan kualitasnya semakin baik.
Hal ini berpengaruh pada menurunnya kasus yang tidak dilaporkan (under
reporting).
59 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

4) Penyediaan logistik melalui pendekatan epidemiologis (estimasi jumlah


suspek yang mau diobati, dll) sehingga lebih tergambar sesuai dengan
kasus di lapangan dibandingkan cara perhitungan yang dilakukan
sebelumnya melalui pola konsumsi dan buffer 10% saja.
5) Bersama dengan WHO telah dilakukan perhitungan estimasi kasus positif
sehingga upaya yang dilakukan lebih tinggi dengan adanya gambaran kasus
yang lebih besar.

Sehingga dengan dilakukannya berbagai upaya tersebut, menyebabkan adanya


peningkatan API di kabupaten/kota di Indonesia terutama pada daerah yang
sebelumnya sudah masuk kategori daerah endemis rendah/sedang. Kondisi ini
akan terus meningkat di awal perubahan upaya yang dilakukan, namun pada
tahun-tahun selanjutnya diharapkan akan terjadi penurunan kasus karena sudah
adanya penanggulangan malaria yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
ada di lapangan.

f. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indikator


Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, antara lain:
1) Diagnostik Malaria
Kebijakan pengendalian malaria terkini dalam rangka mendukung eliminasi
malaria adalah bahwa diagnosis malaria harus terkonfirmasi melalui
pemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskop ataupun Rapid Diagnostic
Test (RDT). Penegakkan diagnosa tersebut harus berkualitas dan bermutu
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan memberikan
data yang tepat dan akurat. Berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan
mutu diagnosis terus dilakukan. Kualitas pemeriksaan sediaan darah
dipantau melalui mekanisme uji silang di tingkat kab/kota, provinsi dan pusat.
Kualitas pelayanan laboratorium malaria sangat diperlukan dalam
menegakan diagnosis dan sangat tergantung pada kompetensi dan kinerja
petugas laboratorium di setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan.
Penguatan laboratorium pemeriksaan malaria yang berkualitas dilakukan
melalui pengembangan jejaring dan pemantapan mutu laboratorium
pemeriksa malaria mulai dari tingkat pelayanan seperti laboratorium
Puskesmas, Rumah Sakit serta laboratorium kesehatan swasta sampai ke
laboratorium rujukan uji silang di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Pusat. Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas diagnostik malaria telah
dilaksanakan sepanjang tahun 2022, antara lain:
a. Pelatihan Jarak Jauh Mikroskopis Malaria (Daring, 14-16 September dan
4-6 Oktober 2022)
b. On the Job Training Diagnostik Malaria (Kubu Raya, 25-28 Oktober 2022
dan Sumba Barat, 22-25 November 2022)
c. Koordinasi Pemantapan Mutu Laboratorium Pemeriksa Malaria (11 Juli
2022)
d. Pelatihan Jarak Jauh Malaria Bagi Tenaga ATLM Fasyankes (13-14 April
2022 dan 19-23 April 2022)
60 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

e. Pelatihan Manajemen Quality Assurance (QA) Laboratorium Malaria (28


November – 3 Desember 2022)
f. Pendampingan Diagnosi dan Tatalaksana Malaria di Papua Barat (16-19
Maret 2022)
g. On The Job Training Mikroskopis Malaria di Kabupaten Landak (20-24
September 2022)
h. On The Job Training Mikroskopis Malaria di Provinsi Jawa Barat (16-30
November 2022)
i. Uji Kompetensi Petugas Uji Silang Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (27
November - 1 Desember 2022)

Gambar 3.16. Pemeriksaan uji silang di lab RSUD Wates dan


diskusi dengan tim di Puskesmas Samigaluh I

2) Tatalaksana Kasus Malaria


Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan pengobatan malaria
menggunakan obat pilihan yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat
anti malaria lainnya yang biasa disebut dengan Artemisinin based
Combination Therapy (ACT). ACT merupakan obat yang paling efektif untuk
membunuh parasit sedangkan obat lainnya seperti klorokuin telah resisten.
Pada tahun 2019 telah ditetapkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Malaria dalam bentuk Keputusan Menkes RI Nomor
HK.01.07/Menkes/556/2019. Berdasarkan Kepmenkes tersebut juga
diterbitkan buku pedoman tata laksana kasus malaria sesuai dengan
perkembangan terkini dan hasil riset mutakhir. Adapun penggunaan ACT
harus berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, sebagai salah satu
upaya mencegah terjadinya resistensi obat.

Selain penggunaan OAM yang rasional, salah satu pilar untuk mencapai
eliminasi malaria adalah menjamin universal akses dalam pencegahan,
diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukan keterlibatan semua sektor
terkait termasuk swasta (public private mix partnership). Berikut beberapa
kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung kualitas tatalaksana
malaria tahun 2022 yaitu:
a. Workshop Tatalaksana Kasus Malaria Bagi Fasyankes Kabupaten/Kota
di Denpasar (26 September 2022)
b. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Malaria ke Kab. Kulon
Progo (10-13 Oktober 2022)

61 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Malaria ke Kab. Yapen (31


Oktober-3 November 2022)
d. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Malaria ke Kab. Muara
Enim (6-9 Desember 2022)
e. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana ke Nusa Tenggara Timur (7-
10 Juni 2022)
f. pendampingan diagnosis dan tatalaksana malaria di Kab. Sumba (22-
25 Juni 2022)
g. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Ke Kab. Lampung Selatan
(17-20 Mei 2022)
h. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana di Kab. Indramayu, Jawa
Barat (5-8 April 2022)
i. Pendampingan Diagnosis Tatalaksana di Provinsi Gorontalo (23-25
Maret 2022)
j. Pendampingan Diagnosis dan Tatalaksana Ke Papua Barat (15-18
Maret 2022)
k. Supervisi dalam rangka Pertemuan Penguatan Peran Tenaga
Kesehatan dalam Tatalaksana dan Sistem Pelaporan Malaria di Kab.
Bangka Barat (23-25 Mei 2022)

3) Surveilans Malaria, Sistem Informasi dan Monitoring Evaluasi


Surveilans merupakan kegiatan penting dalam upaya eliminasi, karena salah
satu syarat eliminasi adalah pelaksanaan surveilans yang baik dimana
surveilans diperlukan untuk mengidentifikasi daerah atau kelompok populasi
yang berisiko malaria serta melakukan perencanaan sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan pengendalian malaria. Kegiatan
surveilans malaria dilaksanakan sesuai dengan tingkat endemisitas. Daerah
yang telah masuk pada tahap eliminasi dan pemeliharaan harus melakukan
penyelidikan epidemiologi terhadap setiap kasus positif malaria sebagai upaya
kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria dengan melakukan pencegahan
terjadinya penularan.

Sistem informasi malaria yang disebut SISMAL V2 mulai disosialisasikan pada


Tahun 2018 dan sepenuhnya digunakan pada Tahun 2019. Sebanyak 9.155
fasyankes telah melaporkan data malaria melalui SISMAL V2 pada Tahun
2019. Inputan data SISMAL V2 di fasyankes menggunakan excel sehingga
beberapa kendala masih ditemui seperti sulitnya melakukan validasi data
selain itu Pusdatin telah mengembangkan ASDK (Aplikasi Satu Data
Kesehatan) dengan menggunakan platfom DHIS2. Untuk memudahkan
interoperabilitas data dengan data yang lainnya maka migrasi SISMAL V2 ke
SISMAL V3 menggunakan DHIS2 perlu dilaksanakan workshop
pengembangan Esismal versi 3. Berikut beberapa kegiatan yang telah
dilakukan dalam mendukung kegiatan surveilans, sistem informasi dan
monitoring dan evaluasi malaria:
a. Workshop Pengelola SISMAL (13-14 Oktober 2022)
b. On The Job Training SISMAL
62 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Update Modul Surveilans Malaria (28 April 2022)


d. Pertemuan Penguatan Surveilans Migrasi Lintas Sektoral Tingkat
Kabupaten Kulonprogo Melalui Daring Tanggal 4 November dan 3
Desember 2022
e. Supervisi Monev peningkatan kapasitas surveilans malaria dan notifikasi
silang bagi 6 Kabupaten/ Kota yg berbatasan dengan Timor Leste,(2-5
Agustus 2022)
f. Workshop Surveilans Migrasi Bagi Tenaga KKP, TNI/Polri dan Dinkes
Provinsi (9 Agustus 2022)
g. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria Kab Labuhan Batu Utara, Sumut
(15-18 Maret 2022)
h. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria Kab Bangka Barat Babel (15-18
Maret 2022)
i. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria Kab Batubara Sumut (8-11 Maret
2022)
j. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria Pada Populasi Khusus (MMP) Kab
Rejang Lebong Prov Bengkulu (21-25 Maret 2022)
k. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria di Prov NTB Tanggal 18-21 April
2022
l. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria di Bangka Belitung Tanggal 9-13
Mei 2022
m. Surveilans dan Faktor Risiko Malaria ke Kab Purworejo Jawa Tengah
Tanggal 18-21 Mei 2022
n. Surveilans dan Pengendalian Faktor Risiko Malaria di Kab. Pesawaran,
Lampung (26-29 Oktober 2022)

Gambar 3.17. Surveilans dan Pengendalian Faktor Risiko Malaria di


Kab. Pesawaran dan Kab. Sorong Tahun 2022

o. Surveilans dan Pengendalian Faktor Risiko Malaria di Kab. Sorong,


Papua Barat (23-26 November 2022)
p. Refreshing Penggunaan Sismal bagi Kabupaten/Kota dan Faskes di
Provinsi Bali
q. Penyusunan Modul Pelatihan SISMAL V3, (1-2 November 2022)
r. Supervisi dalam Rangka Pertemuan Refreshing E-Sismal di Banten (24-
26 Mei 2022)

63 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

s. Supervisi dalam rangka Pertemuan Refreshing E-Sismal Tangerang


Selatan (17 Juni 2022)
t. Asessment Peningkatan Kasus SKD/KLB Malaria di Sumatera Barat Kab
Kep Mentawai (22-26 Agustus 2022)
u. Asessment KLB Malaria di Maluku Tengah (11-15 Desember 2022)

4) Pengendalian Vektor Malaria


Sampai saat ini nyamuk Anopheles telah dikonfirmasi menjadi vektor malaria
di Indonesia sebanyak 25 jenis (species). Jenis intervensi pengendalian vektor
malaria dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain memakai kelambu
berinsektisida (LLINs = Long lasting insecticide nets), melakukan
penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS = Indoor Residual
Spraying), melakukan larviciding, melakukan penebaran ikan pemakan larva,
dan pengelolaan lingkungan. Penggunaan kelambu berinsektisida merupakan
cara perlindungan dari gigitan nyamuk anopheles. pembagian kelambu ke
masyarakat dilakukan dengan 2 metode, yaitu pembagian secara massal
(mass campaign) dan pembagian rutin. Pembagian secara massal dilakukan
pada daerah/kabupaten/kota endemis tinggi dengan cakupan minimal 80%.
Pembagian ini diulang setiap 3 tahun, jika belum ada penurunan tingkat
endemisitas. Pembagian kelambu secara rutin diberikan kepada ibu hamil
yang tinggal di daerah endemis tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi
populasi prioritas, yaitu ibu hamil dari risiko penularan malaria. Selain
tersebut, pembagian kelambu juga dilakukan pada daerah yang terkena
bencana. Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung
kegiatan pengendalian vektor malaria:
a. Survei Longitudinal Vektor Ke Kab Keerom Papua Tanggal 18-23 Mei
2022.
b. Pemantauan Resistensi Insektisida pada Vektor Malaria ke Sulawesi Utara
Tanggal 13-20 Juni 2022.
c. Pemantauan Resistensi Insektisida pada Vektor Malaria ke Papua Barat
Tanggal 13-20 Juni 2022.
d. Pemantauan Resistensi Insektisida pada Vektor Malaria ke Kalimantan
Timur Tanggal 13-20 Juni 2022.
e. Pemantauan Resistensi Insektisida Pada Vektor Malaria Tanggal 23-30
Agustus 2022 di Provinsi Kalimantan Timur Kab Paser.
f. Survei Longitudinal Vektor ke Provinsi NTT Kab Sumba Barat Tanggal 30
Agustus - 4 September 2022.
g. Pemantauan Resistensi Insektisida Pada Vektor Malaria di Prov Jambi
Kab Batanghari Tanggal 5-12 September 2022.
h. Pemantauan Resistensi Insektisida pada Vektor Malaria ke Kab Lampung
Selatan.
i. Survei Longitudinal Vektor -Pengumpulan Data Lapangan ke NTT Kab
Sumba Barat Tanggal 4 - 9 Desember 2022.
j. Surveilans Vektor di Daerah Reseptif Kab Kulon Progo Tahun 2022.

5) Promosi, Advokasi dan kemitraan dalam upaya pengendalian malaria


64 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Sosialisasi pentingnya upaya pengendalian malaria merupakan hal yang


penting dengan sasaran meliputi pengambil kebijkan, pelaksana teknis dan
masyarakat luas. Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE) kepada
masyarakat luas dilakukan dengan membuat Iklan Layanan Masyarakat (ILM)
mengenai Malaria. Beberapa kegiatan selama Tahun 2022 dalam mendukung
promosi, advokasi dan kemitraan dalam upaya pengendalian malaria yakni:
a. Pertemuan Pengembangan Media KIE Tatalaksana Kasus Malaria
Sebagai Sarana Komunikasi Tanggal 28-29 Maret 2022
b. Cetak Media KIE Hari Malaria Sedunia 2022
c. Instagram (IG) Live dalam Rangka Hari Malaria Sedunia (HMS) Tahun
2022
d. Uji Coba Pengembangan Media KIE Tatalaksana Malaria Sebagai Sarana
Komunikasi Tanggal 12-15 Desember 2022 di Sumba Timur

6) Alat dan Bahan serta Media KIE pencegahan dan pengendalian malaria
Sarana dan prasarana Malaria adalah bangunan beserta alat dan bahan yang
digunakan pada program pengendalian malaria di Indonesia. Alat dan bahan
digunakan dalam kegiatan diagnostik (deteksi), pengobatan dan pengendalian
vektor. Ketersediaan sarana dan prasarana malaria sangat penting dalam
pencapaian eliminasi malaria. Selain itu media kie juga sangat berperan sebagi
media untuk promosi dan sosialisasi terkait pencegahan dan pengendalian
malaria.

Alat dan bahan pengendalian malaria yang diadakan pada tahun 2022 seperti
mikroskop trinokuler, mist blower, APD, larvasida malaria, insektisida malaria,
RDT malaria, immertion oil dan giemsa. Sedangkan media KIE pencegahan
dan pengendalian malaria, yaitu Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Faktor
Risiko malaria dan Buku Kurikulum dan Pelatihan Tatalaksana Malaria bagi
Dokter.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi


Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai eliminasi malaria di
Indonesia, ditemukan permasalahan yang menjadi tantangan seperti:
1) Under Reporting pelaporan data pada sistem pencatatan dan pelaporan
sismal
2) Pelaporan malaria secara bulanan yang menyebabkan keterlambatan
informasi terkait peningktan kasus malaria
3) Kurang berjalannya sistem kewaspadaan dini terkait malaria
4) Setiap kasus positif di daerah endemis rendah dan eliminasi ( API<1 per
1000 penduduk ) tidak segera dilakukan Penyelidikan Epidemiologi ( PE) 1-
2-5.
5) Akses dan cakupan layanan baik Rumah Sakit, klinik, DPS pada remote
area masih belum memadai.
6) Pengendalian resistensi Obat Anti Malaria (OAM) dengan prinsip one gate
policy, reserve drug policy dan free market control belum optimal.
7) Rujukan layanan dan jejaring tatalaksana belum optimal.
65 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

8) Manajemen ketersediaan OAM terutama artesunate injeksi belum optimal.


9) Pengawasan penggunaan kelambu masih kurang adekuat, daerah belum
melakukan pengawasan penggunaan kelambu.
10) Migrasi penduduk mempengaruhi potensi penyebaran malaria.
11) Di daerah endemis rendah banyak terdapat daerah fokus malaria dengan
Mobile Migrant Population (MMP) dan kondisi wilayah yang sulit (tambang
liar, illegal logging, perkebunan illegal, tambak terbengkelai).
12) Ketepatan dan kelengkapan pelaporan yang belum optimal.
13) Belum semua daerah pembebasan dan pemeliharaan mempunyai pemetaan
daerah fokus.
14) Turn Off petugas malaria di daerah.
15) Masih banyak kabupaten/kota stagnan endemis rendah.
16) Peningkatan kasus malaria malaria di beberapa kabupaten/kota kurang
berjalanya kegiatan surveilans migrasi malaria di daerah endemis rendah
dan tahap pemeliharaan.
17) Komitmen Pemerintah daerah setempat baik terkait kebijkan dan anggaran
untuk program malaria di daerah endemis malaria dan bebas malaria yang
semakin terbatas

h. Pemecahan Masalah
Beberapa permasalahan yang disebutkan diatas memerlukan pemecahan
masalah sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien dan indikator dapat
dicapai. Berikut ini beberapa pemecahan masalah yang dilakukan:
1) Peningkatan akses layanan malaria yang bermutu.
- Desentralisasi pelaksanaan program oleh kab/kota.
- Integrasi kedalam layanan kesehatan primer.
- Penemuan dini dengan konfirmasi dan pengobatan yang tepat sesuai
dengan standar dan pemantauan kepatuhan minum obat.
- Penerapan sistem jejaring public-privite mix partnership layanan malaria.
2) Mendorong kabupaten/kota yang sudah endemis rendah >3 tahun agar
segera mencapai eliminasi dengan melakukan advokasi dan memfasilitasi
asesmen serta upaya mempercepat eliminasi kabupaten/kota stagnan.
3) Peningkatan upaya percepatan penurunan kasus dan eliminasi malaria di
Papua dan IKN.
4) Intervensi kombinasi (LLIN, IRS, Larvasida, pengelolaan lingkungan,
personal protection, profilaksis) dengan berbasis bukti melalui pendekatan
kolaboratif.
5) Pemantauan efektifitas dan resistensi OAM.
6) Penguatan surveilans termasuk surveilans migrasi, Sistem Kewaspadaan
Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) dan penanggulangan KLB.
6) Sosialisasi penggunaan dana yang bisa dimanfaatkan untuk Penyelidikan
Epidemiologi baik Dana Dekonsentrasi, DAK non fisik, APBD, Global Fund,
Dana Desa, dan Dana Kapitasi.
7) Terdapat tenaga pendamping dari UNICEF dan WHO untuk Dinas
Kesehatan Kab/kota dalam mempercepat penurunan kasus dan

66 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

mempercepat eliminasi malaria khususnya Kab/Kota endemis tinggi


sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia.
8) Peningkatan akses layanan malaria pada daerah sulit dan populasi khusus
seperti penambang illegal, pekerja pembalakan liar, perkebunan illegal dan
suku asli yang hidup di hutan.
9) Menjaga daerah yang telah mendapat sertifikat tidak terjadi penularan
kembali.
10) Pengembangan pelaporan secara real-time pada SISMAL V3
11) Pelatihan Penyelidikan Epidemiologi termasuk pelatihan pemetaan GIS.
14) Penguatan sistem informasi strategis dan penelitian operasional untuk
menunjang basis bukti program.
15) Penguatan manajemen fungsional program, advokasi dan promosi program
dan berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan.

5. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat sebesar 89 persen


a. Penjelasan Indikator
Kasus Kusta Baru tanpa Cacat menunjukkan bahwa penemuan kasus baru kusta
yang telah ditemukan sedini mungkin, tidak ditemukan dalam keadaan cacat,
baik cacat tingkat 1 dalam bentuk kelemahan dari fungsi ekstremitas maupun
cacat tingkat 2 yang merupakan cacat yang dapat permanen terjadi akibat kusta,
seperti pada mata, tangan atau kaki. Adanya kasus baru yang ditemukan dalam
keadaan cacat dapat disebabkan oleh adanya sitgma, kurangnya pengetahuan
mengenai kusta di masyarakat dan pengobatan yang tidak tuntas. Hal ini
tentunya akan berdampak dalam kehidupan penderita dalam bekerja dan
bermasyarakat.

Salah satu strategi nasional dalam program pengendalian penyakit kusta adalah
menemukan kasus kusta baru sedini mungkin tanpa cacat, mengobati sampai
sembuh dan melakukan monitoring secara Semi Aktif Survey (SAS) pasca
pengobatan guna menghindari terjadinya cacat selama pengobatan ataupun
pasca pengobatan. Pengobatan diberikan sesuai obat yang terstandar secara
global dengan prinsip Multidrug therapy (MDT). Dalam Program Pengendalian
Penyakit Kusta digunakan indikator proporsi kasus baru tanpa cacat sebagai
monitoring dan evaluasi keberhasilan program tersebut, yang dapat
merefleksikan dalam kegiatan bahwa adanya penemuan kasus yang dilakukan
secara lebih dini, sehingga dapat menekan angka keterlambatan penemuan
kasus dan angka cacat serendah mungkin.

b. Definisi operasional

Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat adalah Persentase Jumlah Penderita
Kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) di antara total Penderita Kusta baru
yang ditemukan di suatu wilayah dalam periode waktu satu tahun

67 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi dengan total kasus
kusta baru pada periode tertentu dalam persentase dengan rumus perhitungan
sebagai berikut:
Jumlah kasus baru kusta tanpa cacat yang
Proporsi kasus ditemukan (cacat tingkat 0)
kusta baru tanpa = x 100%
Jumlah kasus baru yang ditemukan dalam
cacat
periode 1 tahun

d. Capaian indikator
Indikator proporsi kasus kusta baru tanpa cacat ditetapkan sebagai indikator
nasional pada periode pertama yaitu 2015-2019, kemudian dilanjutkan pada
periode selanjutnya yaitu 2020-2024. Evaluasi di akhir periode pertama, diketahui
target tidak tercapai selama 5 tahun dalam periode tersebut, sehingga menjadi
pertimbangan penetapan target pada periode selanjutnya. Pada periode tahun
2020-2024, target indikator tersebut adalah 87%, 88%, 89%, 90%, dan >90%
secara berturut-turut. Peta sebaran proporsi kasus kusta tanpa cacat di
Indonesia digambarkan dalam peta berikut ini yang menunjukkan masih banyak
daerah di Indonesia yang mempunyai proporsi kasus kusta baru tanpa cacat
yang masih rendah yaitu kurang dari 89%.

Gambar 3.18. Peta Sebaran Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat

Peta diatas menunjukkan sebaran proporsi kasus kusta baru tanpa cacat di
Indonesia, yang menunjukkan sebanyak 12 Provinsi (35.3%) telah mencapai target
minimal 89%, yaitu Provinsi Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku
Utara, Sulawesi Tengah, Papua Barat, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali, Nusa
Tenggata Timur dan Gorontalo, sedangkan Provinsi lainnya belum mencapai target.
Secara lengkap capaian proporsi kasus kusta baru tanpa cacat terlihat dalam tabel
berikut ini:

68 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Tabel 3.4. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Per Provinsi
Tahun 2022
No Provinsi Kasus Kusta Kasus Kusta Baru Proporsi Kasus
Baru Tanpa Cacat (Cacat Kusta Baru Tanpa
Tk.0) Cacat (Cacat Tk.0)
1 ACEH 208 181 87,02
2 SUMUT 153 105 68,63
3 SUMBAR 54 17 31,48
4 SUMSEL 227 180 79,30
5 RIAU 81 77 95,06
6 KEPRI 36 33 91,67
7 JAMBI 41 13 31,71
8 BENGKULU 26 16 61,54
9 BABEL 32 28 87,50
10 LAMPUNG 126 90 71,43
11 BANTEN 572 475 83,04
12 JABAR 1705 1231 72,20
13 JATENG 973 813 83,56
14 JATIM 2067 1547 74,84
15 DKI JAKARTA 328 303 92,38
16 DIY 36 30 83,33
17 BALI 100 91 91,00
18 NTB 166 151 90,96
19 NTT 281 216 76,87
20 KALBAR 59 48 81,36
21 KALSEL 100 77 77,00
22 KALTENG 83 71 85,54
23 KALTIM 127 110 86,61
24 KALTARA 40 34 85,00
25 GORONTALO 149 134 89,93
26 SULSEL 716 599 83,66
27 SULTRA 218 190 87,16
28 SULTENG 306 287 93,79
29 SULUT 480 455 94,79
30 SULBAR 155 147 94,84
31 MALUKU 287 214 74,56
32 MALUT 609 576 94,58
33 PAPUA 864 842 97,45
34 PAPUA BARAT 690 642 93,04
INDONESIA 12.095 10.923 82,87
Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs, 23 Januari 2023

Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi kasus kusta baru tanpa cacat tertinggi di
Provinsi Papua (97.45%) sedangkan terendah di Provinsi Sumatera Barat
(31.48%). Sebanyak 12 Provinsi telah mencapai/melebihi target Nasional 89%
69 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

yakni Provinsi Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara,
Sulawesi Tengah, Papua Barat, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Bali, NTB dan
Gorontalo.

Target Indikator Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat pada tahun 2020-2023
meningkat 1% setiap tahunnya. Tahun 2022, dari target 89% tercapai 82.89%
atau sebesar 93.13%. Capaian indikator ini tidak mencapai target, seperti yang
digambarkan dalam grafik dibawah ini:

Grafik 3.19. Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat Tahun 2020-2024

Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs, 23 Januari 2023

Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator proposi kasus Baru Kusta
tanpa cacat mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2020, capaian
81,6% dari target 87%, tahun 2021 capaian meningkat menjadi 87% dari target
88%, kemudian pada tahun 2022 menurun menjadi 82,9% dari target 89%.
Belum tercapainya target nasional ini dikarenakan dari penemuan kasus baru
kusta sebanyak 12.095 kasus, hanya terdapat 10.023 kasus baru kusta tanpa
cacat, sedangkan 2.072 kasus ditemukan dalam keadaan cacat, baik cacat
tingkat 1 sebesar 1.124 kasus, dan cacat tingkat 2 sebesar 771 kasus. Secara
lengkap jumlah kasus kusta baru tanpa cacar per Provinsi digambarkan dalam
tabel berikut ini:

Berdasarkan Weekly Epidemiological Record, tanggal 9 September 2022,


dilaporkan bahwa pada tahun 2021 terdapat 7.362 kasus baru dengan cacat
tingkat 2 (86.8% dari kasus baru) seperti dalam tabel berikut ini:

70 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Tabel 3.5. Proporsi Kasus Kusta Baru Cacat Tingkat 2


secara global

Sumber data: Weekly Epidemiological Record

Dari tabel diatas terlihat bahwa proporsi kasus kusta baru cacat tingkat 2 di
Indonesia sebanyak 678 kasus baru dengan cacat tingkat 2 (6.13% dari kasus
baru) menempati posisi ke-3 setelah negara India (1.863 kasus) dan negara
Brazil (1.737 kasus).

e. Analisa penyebab kegagalan pencapaian


Proporsi kasus baru tanpa cacat adalah indikator yang sangat penting dibanding
indikator kusta lainnya, karena indikator ini dapat melihat bahwa penderita dan
keluarga serta masyarakat mengetahui atau tidak dari gejala kusta secara dini,
dan akan mendatangi pelayanan kesehatan untuk meminta penanganan kusta.
Tahun 2022, indikator proporsi kasus kusta baru tanpa cacat tidak mencapai target
dipengaruhi oleh masih adanya kasus tersembunyi di masyarakat karena adanya
stigma dan diskriminasi sehingga penderita kusta enggan untuk berobat, sehingga
ditemukan sudah dalam keadaaan cacat.

Adanya pandemi Covid-19, menyebabkan fokus pendanaan beralih penanganan


covid 19, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada
penemuan kasus kusta tidak maksimal. Pada tahun 2021 kegiatan penemuan
kasus sudah mulai dapat dilaksanakan dengan pendanaan terbatas dan tetap
memenuhi protokol kesehatan. Tahun 2022, anggaran kegiatan penemuan kasus
kusta (Intensifikasi Case Finding/ICF) kusta direncanakan akan menggunakan

71 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dana dekonsentrasi tetapi pada akhirnya pendanaan ditiadakan. Kemudian


dengan menggunakan anggaran Pusat, Ditjen P2P mengalokasikan anggaran
pendampingan ICF kusta untuk 15 provinsi dan pelaksanaan ICF untuk 43
kab/kota khususnya pada daerah yang tertentu yang merupakan daerah kantong-
kantong kusta. Penemuan kasus kusta tanpa cacat di seluruh Kab/Kota sangat
tergantung dari pembiayaan pusat, hal ini menyebabkan penemuan kasus kusta
baru belum dilakukan secara optimal.

Dampak dari anggaran yang diberikan pusat ke beberapa kab/kota dapat terlihat
pada penemuan kasus yang meningkat dan hasil capaian proporsi kasus baru
tanpa cacat mencapai target, seperti di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 6
Kab/Kota yang telah diberikan pendanaan, yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur, Kota Manado, Kepulauan Talaud, Kota Bitung,
Minahasa Tenggara. Data menunjukkan bahwa di Kab/Kota yang memperoleh
dana tersebut target mencapai 94,7%. Sedangkan untuk provinsi Sumatera Barat
hanya diberikan pendanaan untuk kegiatan penemuan kasus hanya 1 kab/kota
saja yaitu Kota Padang Panjang, menunjukkan capaian yang rendah hanya
31.48%. Adanya dukungan alokasi anggaran untuk kegiatan ICF akan
meningkatkan penemuan kasus kusta secara dini sehingga proporsi kasus kusta
baru tanpa cacat akan meningkat.

Penyebab lain tidak tercapainya target karena pengendalian kusta di beberapa


kabupaten kota berkaitan dengan letak geografis yang sulit dijangkau, terutama di
daerah perbatasan dan kepulauan, sehingga penemuan kasus kusta masih belum
maksimal. Saat ini, penemuan kasus kusta lebih banyak ditemukan di daerah yang
dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator


1. Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta dan Frambusia (Intensified Case
Finding/ ICF) (Pelaksanaan dan pendampingan). Kegiatan tersebut terdiri dari
pelaksanaan kegiatan oleh kabupaten/kota endemis kusta terpilih di 43
Kabupaten/kota di 15 Provinsi dan pendampingan pelaksanaan oleh tim pusat
menggunakan dana APBN. Pelaksanaan penemuan kasus difokuskan pada
daerah lokus kusta dengan tujuan untuk meningkatkan penemuan kasus
kusta secara dini. Pada kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan penemuan dan
pemeriksaan kasus, namun juga dilakukan sosialisasi dan edukasi terhadap
masyarakat tentang penyakit kusta, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap kusta dan partisipasi masyarakat dalam penemuan
kasus, serta menurunkan stigma dan diskriminasi. Pada kegiatan dilakukan
juga advokasi kepada pemangku kepentingan, agar kegiatan selanjutnya
dapat berlangsng dengan menggunakan dana BOK daerah masing-masing;
2. Sosialisasi Program P2 Kusta pada saat Hari Kusta Sedunia. Kegiatan ini
dilakukan secara daring dengan melibatkan para tenaga medis maupun
masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat,
sehingga kusta dapat ditemukan sedini mungkin dan diobati sampai sembuh;

72 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

3. Workshop Pnencegahan dan Pengendalian Kusta dan Frambusia bagi Dokter


Rujukan Kusta dan Frambusia. Kegiatan dilaksanakan secara daring dengan
peserta dokter yang melakukan pelayanan di kab/kota dengan narasumber
dari PERDOSKI dan PAEI. Tujuan kegiatan yakni meningkatkan kompetensi
dokter agar dapat melakukan tatalaksana kusta mulai dari penemuan kasus
sampai dengan pengobatan kusta di layanan kesehatan;
4. Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Kusta Bagi Pengelola Program
Kusta. Kegiatan ini dilakukan secara tatap muka di Makasar untuk 4 batch,
yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengelola kusta dan
frambusia baik untuk tatalaksana kusta dan frambusia maupun dalam
managemen pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
5. Monitoring MDT Program P2P kusta dan managemen logistik obat. Kegiatan
ini dilakukan untuk memantau pencapaian program kusta dan frambusia di
kab/kota di provinsi terpilih, serta melakukan on the job training kepada
petugas kesehatan di layanan kesehatan baik yang belum dilatih maupun
yang telah lama dilatih, guna meningkatkan kompetensi dan melakukan
refreshing program kusta dan frambusia sehingga mendapatkan ilmu yang
update;
6. Menyelenggarakan Kegiatan Gerakan Masyarakat Kampanye Eliminasi Kusta
dan Frambusia bersama mitra pemerintah yaitu DPR RI Komisi IX. Kegiatan
dilaksanakan pada 7 kabupaten/kota terpilih, yaitu Kabupaten Garut dan Kota
Tasikmalaya (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
PALI (Provinsi Sumatera Selatan), Kabupaten Majene (Provinsi Sulawesi
Tenggara), Kabupaten Batubara (Provinsi Sumatera Utara) dan Kabuoaten
Timor Tengah Selatan (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Adapun tujuan dari
kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi program kusta dan frambusia
kepada masyarakat di wilayah tersebut serta advoksi kepada pimpinan
setempat serta lintas program dan lintas sektor untuk mendapatkan dukungan
kebijakan dan kemitraan daerah;
7. Menyelenggarakan Pertemuan Evaluasi Program dan Validasi Data Kohort
Nasional P2 Kusta dan Frambusia yang bertujuan untuk monitoring dan
evaluasi program yang dilaksanakan oleh provinsi di Indonesia serta
melakukan validasi dan finalisasi data tahun 2021. Kegiatan dilakukan secara
daring dengan narasumber dari tim pencatatan dan pelaporan kusta dan
frambusia;
8. Fasilitasi Kegiatan Koordinasi dan Kemitraan Program P2P Kusta. Kegiatan
ini dilakukan atas dasar kebutuhan daerah dalam pelaksanaan kegiatan,
seperti undangan untuk mendampingi kegiatan dalam pelaksanaan program
kusta dan frambusia, launching Kemoprofilaksis di Kabupaten Kep. Morotai
dan kegiatan kemitraan lainnya.

g. Kendala/masalah yang dihadapi


1) Pencapaian target proporsi kusta baru tanpa cacat belum tercapai karena
anggaran dekonsentrasi dihilangkan untuk seluruh provinsi, dan
keterbatasan dari pendanaan pusat.

73 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2) Di banyak kabupaten/kota kantong kusta sekalipun, kusta tidak dipandang


sebagai prioritas masalah kesehatan masyarakat. Hal ini berakibat sebagian
besar wilayah kantong kusta tidak mendapat dukungan dari pemeritah
daerah tempat.
3) Masih adanya stigma baik self-stigma pada penderita kusta maupun stigma
pada masyarakat dan keluarga penderita dan adanya diskriminasi kusta di
masyarakat, akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap
penyakit kusta sehingga menghambat penemuan kasus sedini mungkin.
4) Angka mutasi petugas kesehatan yg cukup tinggi menyebabkan program
pencegahan dan pengendalian kusta di daerah berjalan kurang maksimal.
5) Sebagian besar daerah kantong kusta berada di lokasi yang sulit dijangkau,
menyebabkan sulitnya pencarian kasus dan akses masyarakat menuju
pelayanan kesehatan;
6) Belum maksimalnya kemitraan dengan organisasi profesi, rumah sakit dan
praktek dokter swasta dalam menciptakan pelayanan kusta yang
komprehensif dan terstandar;
7) Pada beberapa daerah endemis rendah, rendahnya kesadaran dan
pengetahuan tentang kusta pada petugas dan masyarakat, serta surveilans
tidak berjalan dengan adekuat, mengakibatkan terjadinya keterlambatan
penemuan kasus;
8) Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara manual dan berjenjang
menyebabkan data yang terlaporkan belum maksimal;
9) Logistik MDT (Multi Drug Therapy) untuk mengobati pasien kusta juga
mengalami kendala proses distribusi akibat pembatasan kegiatan di negara
pengirim. Masalah juga terjadi pada manajemen MDT baik di tingkat
Puskesmas ataupun Kabupaten/Kota, di mana terdapat perbedaan
pengelolaan mulai dari permintaan, penyimpanan ataupun pengelola.
10) Kegiatan peningkatan kapasitas pengelola program dan monitoring evaluasi
baru efektif di 6 bulan terakhir dikarenakan pencairan penggunaan dana
yang terlambat.

h. Pemecahan Masalah
1) Melakukan sosialisasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan
dengan memaksimalkan penggunaan perangkat digital;
2) Melakukan kegiatan koordinasi pemantauan kabupaten/kota dengan target
penemuan kasus baru tanpa cacat;
3) Melakukan validasi data secara berjenjang, mulai dari kabupaten/kota, dan
provinsi yang dilakukan dengan menggunaan dana masing-masing daerah;
4) Melakukan superfisi dan monitoring mulai dari pusat ke provinsi, kabupaten
sampai puskesmas dan melakukan pendampingan provinsi dan atau
kab/kota yang mempunyai penemuan kasus kusta baru terutama yang
mempunyai angka kecacatan yang tinggi baik cacat tingkat 1 maupun cacat
tingkat 2;
5) Meningkatkan cakupan pemberian kemoprofilaksis kusta pada kasus kontak
guna memutus rantai penularan kasus kusta di masyarakat;
74 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

6) Meningkatkan pemantauan pengobatan pada kasus;


7) Meningkatkan kegiatan advokasi dan sosialisasi program terhadap
pemangku kepentingan terkait agar dapat meningkatkan komitmen dalam
pencapaian target proporsi kasus baru tanpa cacat;
8) Melakukan pemetaan kasus kusta serta memperluas cakupan kegiatan
pelaksanaan penemuan kasus kusta secara aktif dan berkelanjutan,
terutama di wilayah yang mempunyai banyak kasus kusta;
9) Menganggarkan dan melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan secara rutin, serta melakukan on the job training pada saat
kegiatan di daerah;
10) Meningkatkan kegiatan promosi serta penyebaran media KIE kepada
penderita, keluarga penderita, dan masyarakat dalam rangka menurunkan
stigma kusta di masyarakat;
11) Melakukan integrasi dengan program dengan program penyakit menular
lainnya maupun penyakit tidak menular, misalnya kusta-TB, kusta-
frambusia, kusta-filariasis, kusta-ispa, kusta-kesling dan lain-lain;
12) Memperkuat jejaring kemitraan dengan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi dan LSM yang berhubungan dengan kusta agar
memperoleh dukungan dalam pelaksanaan program sesuai dengan tupoksi
masing-masing;
13) Melakukan pengembangan pelaporan yang berbasic online dan real time,
sehingga data kasus kusta didapat valid.

6. Persentase pengobatan penyakit menular pada balita sebesar 50%


a. Penjelasan Indikator
Indikator persentase pengobatan penyakit menular pada balita merupakan
indikator menggambarkan kinerja pengendalian ISPA dan diare pada balita.
Pengendalian ISPA dititikberatkan pada pengendalian penyakit pneumonia,
karena penyakit pneumonia yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap
angka kesakitan dan kematian balita. Kegiatannya meliputi deteksi dini dan
tatalaksana kasus pneumonia pada balita. Balita yang datang atau berobat
dengan keluhan batuk atau kesukaran bernapas harus diberikan tatalaksana
pneumonia, dengan menghitung napas selama 1 menit penuh dan melihat ada
tidaknya Tarikan Dinding Dada bagian bawah Kedalam (TDDK), baru kemudian
diklasifikasi menjadi pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia,
serta diberikan tatalaksana sesuai klasifikasi yang telah ditentukan. Terdapat
perluasan definisi tatalaksana pneumonia standar, yang sebelumnya hanya
menekankan pada penemuan kasus melalui pendekatan MTBS menjadi
penemuan kasus dan pengobatan standar menggunakan antibiotik.

Pengendalian penyakit infeksi saluran pencernaan khususnya diare sangat


tergantung dengan tatalaksana yang diberikan. Tatalaksana yang sesuai standar
yaitu dengan pemberian oralit dan zinc pada balita diare. Dengan tatalaksana
yang benar maka diharapkan terjadinya penurunan angka kematian, angka
75 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

kesakitan serta dapat mencegah terjadinya diare berulang yang nantinya dapat
mencegah terjadinya kasus stunting pada balita.

b. Definisi operasional
Indikator Persentase Pengobatan Penyakit Menular pada balita adalah
persentase kasus pneumonia balita yang ditemukan dan diberikan pengobatan
antibiotik dan kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc.

c. Rumus/cara perhitungan
Persentase pengobatan penyakit menular pada balita adalah rerata dari
persentase kasus pneumonia pada balita yang diberikan antibiotik dan
persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc dibagi 2. Perhitungan
persentase kasus pneumonia adalah sebagai berikut:
Persentase kasus Jumlah kasus pneumonia balita yang diobati
pneumonia balita dengan antibiotik
= x 100%
yang diberikan Total kasus pneumonia balita yang
antibiotik ditemukan di Fasyankes

Sedangkan perhitungan persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan
zinc adalah sebagai berikut:
Persentase Jumlah kasus diare balita yang diberi oralit
Persentase kasus dan zinc
diare balita yang = Total kasus diare balita yang ditemukan di x 100%
diberikan oralit Fasyankes
dan zinc

d. Capaian indikator
Indikator persentase pengobatan penyakit menular pada balita merupakan
indikator baru dalam Revisi Renstra Tahun 2022. Indikator ini terdiri dari 2
indikator komposit yakni persentase kasus balita yang diberikan antibiotik dan
persentase kasus diare balita yang diberikan oralit dan zinc.

Capaian persentase kasus pneumonia balita yang diberikan antibiotik tahun 2022
adalah sebesar 53.2% dari target 50% dengan kinerja 106.4%. Sebanyak 88.681
balita mendapatkan pengobatan dengan antibiotik dari 166.702 kasus
pneumonia balita yang ditemukan. Sampai dengan tanggal 23 Januari 2022
masih ada beberapa Provinsi yang belum mengirimkan laporan sehingga data
final capaian masih dapat berubah. Secara lengkap capaian persentase kasus
pneumonia balita yang diberikan antibiotik terlihat pada grafik berikut ini:

76 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.20. Persentase Kasus Pneumonia Balita yang diberikan antibiotik

Sumber data : Laporan Tim Kerja ISPA, 23 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan terdapat 20 Provinsi yang sudah melaporkan capaian


diatas target persentase pengobatan kasus pneumonia sesuai standar yang
sudah ditetapkan yaitu sebesar 50%, sedangkan 8 Provinsi belum melaporkan
persentase pengobatan. Capaian tertinggi pada Provinsi Aceh (100%) dan
Provinsi Kalimantan Utara (100%) dan capaian terendah di Provinsi Sumatera
Selatan (1%)

Capaian indikator nasional tahun 2022 untuk pengobatan kasus diare sebesar
90,63% dan telah melebihi target pada tahun 2022. Capaian per provinsi
digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.21. Persentase Kasus Diare yang diberikan oralit dan zinc
Tahun 2022

Sumber data : Laporan Tim Kerja HISP, 23 Januari 2023

77 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik diatas menunjukkan bahwa sebanyak 33 Provinsi telah mencapai target


50% pengobatan kasus diare dengan oralit dan zinc. Capaian tertinggi >100%
adalah Provinsi Kalimantan Tengah, DKI Jakarta dan Papua Barat dan capaian
terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan capaian 42,97%. Capaian
Provinsi Sulawesi Tenggara berada di bawah 50% karena pada tahun 2022
hanya 3 kab/kota yang mengirimkan laporan ke pusat sehingga tidak semua data
kasus diare terlaporkan dan menyebabkan rendahnya capaian.

Dari kedua indikator komposit tersebut diperoleh capaian Persentase


pengobatan penyakit menular pada balita sebesar 71.9% dari target 50% dengan
capaian kinerja sebesar 143,6%. Indikator ini merupakan indikator baru pada
revisi Renstra tahun 2022-2024 sehingga pembandingan target dan capaian
tahun 2020-2021 tidak bisa disajikan. Target dan capaian tahun 2022-2024
digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.22. Target dan Capaian Persentase Pengobatan Penyakit


Menular pada Balita Tahun 2022-2024

Sumber data : Laporan Tim Kerja ISPA dan Tim Kerja HISP, 23 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan capaian indikator ini telah melebihi target pada tahun
2022 dan 2023 sehingga diperkirakan capaian tahun 2023-2024 akan berjalan on
track.

e. Analisa penyebab keberhasilan pencapaian


Capaian indikator persentase pengobatan penyakit menular pada balita telah
melebihi target pada tahun 2022. Persentase kasus pneumonia pada balita yang
diberikan antibiotik mencapai mencapai target 53 % dipengaruhi beberapa faktor
yakni:
1. Sudah ada pedoman tatalaksana untuk kasus pneumonia balita di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Adanya kegiatan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pebgelola
program ISPA dalam tatalaksana pneumonia sesuai standar termasuk dalam
pencatatan dan peloporan pneumonia

78 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

3. Kegiatan Pendampingan, Supervisi dan Monitoring Evaluasi Program


Pneumonia di Tingkat Provinsi dilakukan secara reguler.

Persentase pengobatan kasus diare dapat mencapai mencapai target


dipengaruhi beberapa faktor yakni:
1. Adanya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pengelola program
terkait tatalaksana diare sesuai standar dan pencatatan dan pelaporan diare.
2. Adanya kegiatan pendampingan dan pemantauan kualitas layanan
Pencegahan dan Pengendalian Diare di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan
puskesmas
3. Tersedianya Pedoman Tatalaksana Diare, baik softcopy maupun hardcopy
yang dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dalam pengobatan balita
diare.
4. Kerjasama lintas program yang baik dalam mendukung pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Diare. Kerjasama yang telah dilakukan
antara lain dengan Direktorat Kesehatan Lingkungan yang
mengkampanyekan CTPS untuk mencegah penyait diare dan pelaksanaan
kajian risiko Analisis Dampak Perubahan Iklim yang di dalamnya mencakup
penyakit diare. Kerjasama dengan Direktorat Promosi Kesehatan terkait
pembuatan media KIE penyakit enterik yang menjadi salah satu isu prioritas
intervensi promosi kesehatan berdasarkan besaran beban penyakit pada
kelompok usia anak dan remaja.

f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator


Kegiatan untuk mencapai target indikator Program Pneumonia antara lain:
1. Penguatan jejaring dan Kemitraan Program Pneumonia
Kegiatan koordinasi guna mendukung program kesehatan secara umum dan
secara khusus dalam peningkatan capaian program P2 ISPA, terlaksana 36
kegiatan koordinasi di 6 provinsi antara lain di Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, DKI Jakarta Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta.
2. Pertemuan Teknis Penanggung Jawab Program ISPA Tingkat Daerah
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan perubahan indikator ISPA
serta penambahan pencatatan pelaporan di laporan rutin ISPA. Kegiatan
dilaksanakan secara daring sebanyak 5 kali pertemuan dengan peserta
terdiri dari Penanggung Jawab program ISPA di Dinas Kesehatan 34
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
3. Pendampingan, Supervisi dan Monitoring Evaluasi Program Pneumonia
Tahun 2022, kegiatan terlaksana di 14 provinsi antara lain; Sumatera Utara,
Bangka Belitung, Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
4. Sosialisasi Program P2 Penyakit ISPA (GERMAS)
Kegiatan yang dilakukan berupa pertemuan advokasi dan sosialisasi terkait
ISPA kepada pemangku kepentingan lokal bekerjasama dengan Pejabat
Lintas Sektor, dengan melibatkan Lintas Program, Lintas Sektor terkait dan
79 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Kepala Puskesmas dan masyarakat. Hasil akhir kegiatan adalah Rencana


Tindak Lanjut yang disepakati oleh seluruh peserta dan ditindaklanjuti dalam
bentuk Rencana Aksi Daerah. Advokasi dan Sosialisasi Program P2
Penyakit ISPA (GERMAS) terlaksana di 3 provinsi yaitu Sumatera Barat,
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Gambar 3.19. Sosialisasi ISPA pada kegiatan Germas


di Sulawesi Selatan

5. Bimbingan Teknis Program P2 ISPA pada petugas ISPA Provinsi,


Kabupaten/Kota, Puskesmas di masing-masing provinsi.
Pengendalian ISPA dititik beratkan pada pengendalian penyakit pneumonia,
karena penyakit pneumonia yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap
angka kesakitan dan kematian balita. Untuk itu diperlukan upaya yang
sinergis diantara petugas dilapangan di tingkat pusat sampai dengan
puskesmas guna mengendalikan angka morbiditas dan mortalitas
ISPA/Pneumonia pada balita tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memastikan pelaksanaan program P2 ISPA disemua level berjalan sesuai
dengan arah kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan Standar
Operasional Prosedur (SOP).

Pada program pencegahan dan pengendalian diare dilakukan beberapa kegiatan


antara lain:
1. Sosialisasi Pengobatan Diare, dilakukukan kepada masyarakat dan
dilaksanakan bersama mitra Kemenkes, yaitu Komisi IX DPR RI. Kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap penyakit diare, sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian akibat diare, terutama pada balita. Pada tahun 2022, kegiatan
dilaksanakan di 4 lokasi, yaitu Kota Surabaya, Kab. Karawang, Kab.
Purwakarta, dan Kota Tomohon.

80 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Gambar 3.20. Germas dalam Sosialisasi Pengobatan Diare


di Kota Surabaya

2. Peningkatan kapasitas pengelola program dan tenaga kesehatan, yang


bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petugas diare dan
penyeragaman pencatatan dan pelaporan.
3. Bimbingan Teknis Pemantauan Minum Zinc pada Balita Diare
Pemantauan minum zinc diperlukan untuk memantau kepatuhan minum zinc
pada balita diare secara lengkap selama 10 hari. Pemberian zinc selama
sepuluh hari dapat mencegah terjadinya diare berulang dan mengurangi
tingkat keparahan penyakit. Diare yang berulang dapat menyebabkan
stunting. Kegiatan bimbingan teknis pencatatan dan pelaporan dilakukan di
dinas kesehatan setempat dengan mendatangkan petugas puskesmas.
Pada kegiatan ini, para petugas puskesmas akan dilatih untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan secara online melalui SIHEPI (Sistem Informasi
Hepatitis dan PISP).
4. Kerjasama dengan organisasi profesi seperti IDI (Ikatan Dokter Indonesia),
Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) untuk meningkatkan layanan diare yang
komprehensif dan terstandar.
5. Melakukan kemitraan baik lokal maupun internasional seperti civitas
akademika, CDC Indonesia, WHO Indonesia, dan UNICEF Indonesia untuk
mendapatkan dukungan dan partisipasi dalam keberjalanan program P2
Diare.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi


Masalah yang dihadapi dalam capaian indikator persentase pengobatan kasus
pneumonia sesuai standar adalah:
1. Perubahan indikator pada bulan April tahun 2022 yang sebelumnya hanya
menekankan pada penemuan kasus melalui pendekatan MTBS menjadi
penemuan kasus dan pengobatan standar menggunakan antibiotik
mempengaruhi format pencatatan pelaporan sebelumnya tidak ada kolom
pengobatan sehingga dibuat format pencatatan pelaporan tambahan
2. Belum semua Puskesmas tersosialisasi dengan penambahan variabel di
sistem pencatatan dan pelaporan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam
perhitungan indikator.

81 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

3. Kurangnya pengetahuan petugas dalam penegakkan diagnosis dan


penatalaksanaan pneumonia

Masalah yang dihadapi dalam capaian indikator persentase pengobatan kasus


diare sesuai standar adalah:
1. Undetected (under-diagnosis cases)
Orang yang sakit diare namun belum mengakses layanan, data SDKI tahun
2017 menunjukkan bahwa 4% balita pernah menderita diare dalam 2 minggu
sebelum survei. Diantara balita tersebut, 80 persen dibawa ke fasilitas atau
tenaga kesehatan.
2. Under-reporting cases
Orang yang sudah mengakses layanan, namun belum terlaporkan atau
tercatatkan. Bisa terjadi di faskes pemerintah dan swasta baik primer ataupun
rujukan. Pada tahun 2022, program Pencegahan dan Pengendalian Diare
belum berjejaring dengan fasyankes swasta, sehingga data pasien diare yg
mengakses layanan di fasyankes swasta tidak terlaporkan
3. Frekuensi pergantian pengelola program PISP yang sering sehingga
kapasitas pengelola program PISP tidak maksimal dalam melaksanakan
program.
4. Masih rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan laporan
bulanan PISP propinsi.
5. Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif (LROA) dalam
anggaran APBN pusat dan dana dekonsentrasi serta APBD sehingga
capaian indikator tidak maksimal.
6. Kurangnya dukungan pemerintah daerah, dinas kesehatan, dan masyarakat
terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan terutama diare baik dalam
pelaksanaan tata laksana diare, surveilans KLB, pelatihan petugas
kesehatan, logistik (oralit dan zinc) dan alokasi anggaran untuk kegiatan-
kegiatan pendukung
7. Belum semua petugas di puskesmas melaporkan data secara online melalui
SIHEPI sehingga menyulitkan untuk analisis dan rekapitulasi data
khsususnya di level pusat.

h. Pemecahan Masalah
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi antara
lain:
1) Mengatasi masalah Undetected (under-diagnosis cases) dengan cara
melakukan active case finding dengan kegiatan edukasi di masyarakat dan
tokoh masyarakat serta LS dan LP, pemberdayaan kader untuk penemuan
kasus di masyarakat.
2) Mengatasi masalah Under-reporting cases dengan melakukan kegiatan
validasi data di Puskesmas, penyisiran kasus di fasyankes swasta,
mengguankan format catpor standar dan seragam.
3) Peningkatan kapasitas pengelola program dalam tatalaksana termasuk
dalam pencatatan dan pelaporan pneumonia dan diare
82 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

4) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam tatalaksana pneumonia dan


diare.
5) Optimalisasi kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra dalam dan luar negeri,
ahli, United Nation serta lintas program.
6) Mobilisasi pendanaan, dan bantuan teknis.
7) Melakukan integrasi program dengan Direktorat Kesehatan Keluarga dan
Direktorat Pengelolaan imunisasi dalam hal pencegahan dan pengendalian
pneumonia dan diare.
8) Pemanfaatan teknologi informasi untuk penguatan kapasitas, bimbingan
teknis, monitoring dan evaluasi program pada masa pandemi Covid 19.
9) Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka percepatan pencapaian
target.
10) Terus mendorong agar petugas pencatatan dan pelaporan di level
Puskesmas untuk dapat melaporkan data diare secara online melalui SIHEPI
dan juga melaporkan data pneumonia dengan cara memberikan bimbingan
dan pelatihan.

7. Persentase skreening penyakit menular pada kelompok berisiko sebesar 95%


a. Penjelasan Indikator
Indikator Persentase Skrining penyakit menular pada kelompok berisiko
merupakan indikator yang menggambarkan penyebaran dan berapa banyak
kabupaten/kota yang telah melaksanakan skrining hepatitis B dan C pada
populasi berisiko. Hepatitis B dan C merupakan penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang bisa menyebabkan sirosis hati,
kanker dan kematian sehingga diperlukan skrining sedini mungkin untuk
mencegah masalah kesehatan yang mungkin timbul seperti sirosis, kanker hati
dan juga untuk mencegah penularan virus hepatitis B dan C.

b. Defenisi Operasional
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B dan atau
Hepatiits C pada populasi berisiko.

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini Hepatitis B dan atau C
pada salah satu kelompok berisisiko (ibu hamil, tenaga Kesehatan, WBP,
Pednasun, ODHA, pasien HD, dll) dibagi jumlah kabupatem/kota yang ada di
Indonesia di kali 100%

d. Capaian Indikator
Indikator persentase screening penyakit menular pada kelompok berisiko
menggambarkan sebaran dan seberapa banyak/kabupaten kota berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan melakukan skrining
Hepatitis B dan C pada populasi berisiko. Indikator ini merupakan indikator
kinerja program sejak tahun 2022 seperti yang tercantum dalam Revisi Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Tahun 2020-2021 indikator
83 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

ini belum menjadi indikator yang akan dinilai sehingga tidak mempunyai target
tetapi datanya dikumpulkan oleh Ditjen P2P sehingga capaian bisa diperoleh
datanya. Tahun 2022, target kinerja belum tercapai, dari 95% kabupaten/kota
yang ditargetkan melaksanakan skrining penyakit menular pada kelompok
berisiko, hanya sebesar 94% atau sebanyak 483 kabupaten/kota yang
melaksanakan skrining seperti tergambar pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.23. Target dan Capaian Persentase skrining Penyakit Menular


Pada kelompok Berisiko Tahun 2020 – 2024

Sumber data : Laporan Tim Kerja HISP, 16 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan capaian indikator persentase skrining penyakit


menular pada kelompok berisiko tidak mencapai target pada tahun 2022 dengan
gap target dan capaian sangat kecil sehingga diperkirakan dengan peningkatan
target 5% pada tahun 2023-2024 diperkirakan target ini akan tercapai dan
berjalan on track bila dilakukan upaya dan kerja keras serta penggalangan
kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program yang optimal. Bila dibandingkan
capaian indikator persentase skrining penyakit menular pada kelompok beresiko
maka terlihat bahwa beberapa Provinsi belum mencapai target yang ditetapkan,
seperti yang digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.24. Persentase skrining Penyakit Menular Pada kelompok Berisiko


Berdasarkan Provinsi Tahun 2022

Sumber data : Laporan Tim Kerja HISP, 16 Januari 2023

84 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik diatas menunjukkan, dari 34 Provinsi yang ada, terdapat 28 Provinsi


(82,4%) sudah seluruh kabupaten/kotanya melaksanakan skrining Penyakit
menular (hepatitis B dan atau C) pada populasi berisiko. Meskipun demikian,
masih terdapat 6 Provinsi (17,6%) yang kabupaten/kotanya belum mencapai
target 95% kabupaten/kota melaksanakan skrining penyakit menular pada
kelompok berisiko dengan capaian terendah yaitu Papua (51,7%) kemudian
Provinsi Sumatera Utara (75,8%), Papua Barat (76,9%), Sulawesi Tenggara
(82,4%), Sulawesi Utara (86,7%) dan Kalimantan Barat (92,9%).

Skrining penyakit menular seperti Hepatitis B dan C bertujuan untuk mencegah


masalah kesehatan yang mungkin timbul seperti sirosis, kanker hati bahkan
kematian dan juga untuk mencegah penularan virus hepatitis B dan C. Di
Indonesia penularan Hepatitis B secara umum terjadi secara vertikal yaitu dari
ibu hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya, dan bila terinfeksi Virus Hepatitis
B saat bayi, 95% akan menjadi kronis. Oleh karena itu, sangat penting untuk
melakukan skrining hepatitis B pada ibu hamil sehingga bisa dilakukan tindakan
pencegahan misalnya dengan pemberian Immunoprofilaksis Hepatitis B (HBIg)
pada bayi dari ibu yang terdeteksi hepatitis B dan pengobatan secepatnya
kepada ibu yang terdeksi Hepatitis B.
Skrining Hepatitis B pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan HBsAg
(Hepatitis B surface Antigen) baik menggunakan RDT (Rapid DiagnosticTest)
maupun Elisa. RDT HBsAg disediakan oleh Kementerian Kesehatan. Tahun
2022, ibu hamil yang diskrining Hepatitis B sebanyak 50,5% (2.474.351 orangl)
dari sasaran 4,897,988 orang, dengan sebaran berdasarkan provinsi seperti
tergambar pada grafik di bawah ini:

Grafik 3.25. Persentase Ibu Hamil diskrining Penyakit Menular (Hepatitis B)


Berdasarkan Provinsi Tahun 2022

Sumber data : Laporan Tim Kerja HISP, 16 Januari 2023


85 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Secara Nasional persentase ibu hamil yang terlaporkan diperiksa Hepatitis B


baru mencapai 50,5% hal ini masih jauh dari target seperti tercantum dalam
KMK no 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency
Virus, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak dimana setiap ibu hamil (100%)
wajib diperiksa HIV, SIfilis dan Hepatitis B. Dari grafik diatas terlihat terdapat 14
Provinsi dengan cakupan di atas 50%, dengan capaian tertinggi yaitu Provinsi
Lampung sebanyak 84,2% kemudian kalimamantan Tengah 70,8% dan
Sumatera Barat 68,6%. Provinsi dengan capaian terendah yaitu Sumatera
Utara 14.1 kemudian Kalimantan Barat 17.8, dan Maluku Utara 24.7%.

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian


Target Indikator Persentase skrining penyakit menular pada kelompok berisiko
tahun 2022 sebesar 95% tahun 2022 belum tercapai dengan capaian target
hanya sebesar 94%. Data ini belum final karena validasi data masih dilakukan
ditingkat provinsi dan akan dilakukan ditingkat Nasional akhir bulan Januari 2023.
Faktor yang mempengaruhi antara lain ketersediaan logistic. Logistik untuk
pemeriksaan Hepatitis B bagi ibu hamil (RDT HBsAg) diadakan oleh Kemenkes
yang kemudian didistribusikan keseluruh Provinsi. Adanya perubahan SOTK di
lingkungan Kementerian Kesehatan juga mempengaruhi proses pengadaan
barang di lingkungan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular termasuk RDT HbsAg yang mengakibatkan pengadaan dan distribusi
logistik RTD HBsAg mengalami keterlambatan dalam penyediaan dan distribusi.
Terdapat 197 Kabupaten/Kota yang mengalami kekosongan RDT sejak bulan
Agustus 2022 s.d. awal Desember 2022 yang mengakibatkan tahun 2022
pengembangan kabupaten/kota melaksanakan skrining hepatitis B menjadi
terhambat.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1. Peningkatan Pengetahuan, Perhatian, Keperdulian dan Komitmen seluruh
komponen masyararakat dalam pencegahan dan pengendalian hepatitis
melalui rangkaian kegiatan Hari Hepatitis Sedunia :
a. Membuat surat Edaran Direktorat Jenderal untuk menghimbau seluruh
Dinas Kesehatan provinsi maupun Kabupaten melaksanakan kegiatan
dalam rangka peringatan hari hepatitis sedunia, seperti siaran radio,
podcast, seminar, dan sebagainya
b. Penyebarluasan media seperti buku saku Hepatitis, Flyer serta
pemasangan media luar seperti umbul-umbul dan poster.
c. Seminar dan Deteksi Dini Hepatitis yang dilaksanakan secara Hybrid
dengan tema mendekatkan akses pengobatan karena Hepatitis tidak
dapat menunggu. Kegiatan ini dilaksanakan di Provinsi DIY dan
Bandung, Jawa Barat.

86 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Gambar 3.21. Seminar dan deteksi dini Hepatitis

d. Siaran Radio Kesehatan yang difasilitasi oleh Biro Komunikasi dan


Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI dengan tema tingkatkan akses
deteksi dini dan pengobatan dengan melibatkan narsumber Direktur
P2PM dan Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesi/PPHI)
e. Pemberian Penghargaan Kepada Kabupaten/Kota dengan capaian
Deteksi Dini Hepatiits terbaik, yang diberikan pada Hari Hepatiits
Sedunia/ Penyediaan logistik untuk deteksi dini hepatitis B dan C
f. Mengingatkan kembali daerah untuk tetap melaksanakan program
Pencegahan dan Pengendalian Hepatitis B dan C sesuai Surat Edaran
Dirjen P2P Nomor HK.02.03/III/9204/2020 tentang Pelaksanaan
Pendegahan dan Pengendalian Hepatitis B dan Hepatitis C dalam era
New Normal.
g. Pembukaan layanan Hepatitis C dengan Pengobatan DAA di beberapa
provinsi seperti: Papua, Kepulauan Riau, Banten, dan Kalimantan
Tengah.
h. Melaksanakan Validasi Data secara Daring dengan mengundang
seluruh Provinsi dan Kabupaten Kota. Validasi data dilaksanakan
selama 3 hari, dan dibagi dalam 11 kelas, Petugas Validasi disesuaikan
dengan penanggung jawab wilayah masing-masing.Pada pertemuan ini
juga dilakukan refreshing pencatatan dan Pelaporan agar petugas P2
Hepatitis mampu melakukan pencatatan dan pelaporan.
i. Peningkatan pencatatan dan pelaporan data Deteksi Dini Hepatitis baik
secara manual maupun elektronik (SIHEPI).
j. Menyusun Juknis Pemanfaatn TCM untuk pemeriksaan Hepatitis B dan
C bersama Tim Kerja TBC.
k. Peningkatan kemitraan dengan organisasi profesi seperti Perhimnpunan
Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Ikatan Dokter Indonesia (IDAI),
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) Indonesia untuk
meningkatkan layanan Hepatitis yang komprehensif dan terstandard.
l. Peningkatan kemitraan dengan komunitas kelompok berisiko untuk
mendapatkan akses terhadap kelompok berisiko yang susah dijangkau.

87 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

g. Kendala/ Masalah yang Dihadapi

1) Masih Kurangnya pengetahuan dan dan keperdulian masyarakat terhadap


hepatitis B dan C.
2) Integrasi dan kerjasama antar program masih kurang program terutama
dengan KIA, HIV dan Promkes.
3) Under-reporting casee, tidak semua ibu hamil atau populasi berisiko lainnya
yang sudah diskrining dicatatkan dan dilaporkan.
4) Program Hepatitis masih belum menjadi prioritas di daerah sehingga
mengakibatnya kurangnya kepedulian dinas kesehatan provinsi dan
Kabupaten akan program hepatitis termasuk dalam hal pencatatan dan
Pelaporan hasil Kegiatan Program Hepatitis.
5) Kurangnya jumlah SDM dan SDM yang rangkap tugas, perpindahan yang
begitu cepat, beban kerja yang tinggi merupakan masalah yang hampir
ditemukan disemua tingkatan, baik layanan, kabupaten maupun Provinsi.
6) Keterbatasan akses layanan Hepatitis B dan C

h. Pemecahan Masalah
1. Mengoptimalkan teknologi komunikasi dalam meningkatkan komunikasi
(Koordinasi dan kerjasama) dengan dinas kesehatan provinsi,
kabupaten/kota dan puskesmas misalnya melalui aplikasi zoom, youtube dan
Whatsapp
2. Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu hamil, bekerjasama dengan subdit HIV dan
maternal Neonatal melalui Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
(PPIA) HIV, Sifilis dan Hepatitis B (Triple Eliminasi)
3. Kolaborasi dengan Subdit HIV-AIDS untuk menjangkau populasi Berisiko
Hepatitis C
4. Peningkatan Kapasitas Pengelola program dalam Deteksi dini termasuk
dalam pencatatan dan pelaporan.
5. Penggerakan dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang Hepatitis Virus melalui peringatan hari Hepatitis Sedunia (HHS)
6. Peningkatan kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra dalam dan luar negeri,
ahli, United Nation, lintas program dalam penanggulangan Hepatitis.

8. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit tropis terabaikan


sebanyak 166 Kab/Kota
a. Penjelasan Indikator
Penyakit infeksi tropis terabaikan adalah sekelompok penyakit tropis yang
beragam dan sangat umum terjadi pada populasi berpendapatan rendah di
wilayah berkembang. Dalam pertemuan ke-73 World Health Assembly (WHA)
secara virtual tanggal 12 November 2020, WHO telah meluncurkan Roadmap
untuk penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTDs) tahun
2021−2030. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia ikut serta dalam
88 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

kesepakatan global yang ditetapkan oleh WHO untuk melaksanakan eliminasi


penyakit tropis terabaikan pada Tahun 2030. Ruang lingkup indikator jumlah
kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan dalam
laporan ini adalah penyakit frambusia, filariasis dan rabies.

Eradikasi frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara


berkelanjutan untuk menghilangkan frambusia secara permanen sehingga tidak
menjadi masalah Kesehatan masyarakat secara nasional. Pemerintah Indonesia
menetapkan target Eradikasi frambusia di seluruh kabupaten/kota pada tahun
2025. Sertifikasi bebas frambusia merupakan salah satu upaya yang
diselenggarakan untuk menilai apakah suatu kabupaten/kota terbukti tidak
ditemukan kasus frambusia baru berdasarkan surveilans yang berkinerja baik.
Kabupaten/Kota akan mendapatkan sertifikat bebas frambusia setelah dilakukan
penilaian program dan surveilans oleh tim penilai bebas frambusia tingkat
Provinsi dan Tim Penilai Bebas Frambusia Pusat.

Program eliminasi filariasis menjadi program nasional dengan agenda utama


melaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM)
filariasis untuk memutus rantai penularan Filariasis pada penduduk di semua
kabupaten/kota endemis filariasis serta seluruh penderita filariasis dapat
terjangkau pelayanan kesehatan yang memadai. Indonesia telah menetapkan
sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 provinsi adalah daerah endemis filariasis.
Provinsi non endemis filariasis antara lain DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara. Dalam pengendalian
filariasis, sebelum suatu kabupaten/kota dinilai tingkat transmisi filariasisnya,
kabupaten/kota tersebut harus telah selesai melaksanakan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) Filariasis pada seluruh penduduk sasaran di
kabupaten/kota tersebut selama minimal 5 tahun berturut-turut dengan cakupan
pengobatan minimal 65% dari total jumlah penduduk. Setelah itu kabupaten/kota
endemis akan mengalami beberapa tahap evaluasi sebelum ditetapkan eliminasi
filariasis.

Selama 5 tahun terakhir kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) rata-rata
pertahun adalah 83.775 kasus dengan angka kematian rata-rata 81 orang, situasi
ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia untuk mencapai target eliminasi
rabies 2030. Saat ini di Indonesia ada 26 provinsi yang tertular rabies yang
berlokasi di 313 kabupaten/kota. Delapan provinsi yang masih dinyatakan
sebagai daerah bebas rabies adalah Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan
Jawa Timur. Indonesia sebagai bagian dari negara-negara dunia harus selalu
aktif dan turut serta dalam kolaborasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan
Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO), dan
Aliansi Global Pengendalian Rabies (GARC), serta lebih dari 100 negara-negara
endemik rabies lainnya di dunia dalam berkomitmen menjalankan strategi global
eliminasi rabies yang tertuang dalam dokumen berjudul “Zero by 30” (The Global
Strategic Plan to end human deaths from dog-mediated rabies by 2030).

89 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

b. Definisi operasional
Indikator jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan adalah jumlah kabupaten/kota yang telah mencapai eradikasi
frambusia dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan (filariasis dan rabies).
Pada program eradikasi frambusia, kabupaten/kota kabupaten/kota dinyatakan
bebas frambusia berdasarkan rekomendasi Tim Penilai Bebas Frambusia setelah
melalui proses penilaian. Sedangkan Kabupaten/kota eliminasi filariasis adalah
kabupaten/kota endemis yang telah lulus survei evaluasi penularan
(Transmission Assesment Survey) tahap kedua. Kemudian yang dimaksud
Kabupaten kota eliminasi rabies adalah Kabupaten/Kota yang tidak ditemukan
kasus kematian pada manusia dan spesimen hewan positif rabies dalam kurun
waktu dua tahun terakhir.

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis
terabaikan dihitung dari Jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eradikasi
frambusia dan atau eliminasi penyakit tropik terabaikan (filariasis dan rabies).

d. Capaian indikator
Indikator jumlah Kab/Kota yang berhasil mencapai eliminasi penyakit infeksi
tropis terabaikan meliputi frambusia, filariasis dan rabies. Indikator ini merupakan
pengembangan dari indikator sebelumnya terkait dengan eradikasi Frambusia.
Target dan capaian indikator jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai
eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 3.26. Target dan Capaian Jumlah kabupaten/kota yang berhasil


mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan
Tahun 2022–2024

Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023

90 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Pada tahun 2022 jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi


penyakit infeksi tropis terabaikan dari target sebesar 166 kabupaten/kota berhasil
dicapai sejumlah 203 kabupaten/kota atau dengan percapaian kinerja sebesar
122,29%. Bila dibandingkan dengan target 2023-2024, dengan capaian
melampau target tahun 2022 maka diprediksikan capaian tahun 2023-2024 akan
tercapai juga, karena hanya dibutuhkan 33 Kab/Kota yang akan mencapai
eliminasi penyakit tropis terabaikan. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya
komitmen kabupaten/kota dalam melaksanakan program pengendalian penyakit
tropis terabaikan antara lain program eradikasi frambusia, eliminasi filariasis, dan
eliminasi rabies. Secara lengkap jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai
eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan per provinsi dapat dilihat dalam tabel
berikut:

Grafik 3.27. Jumlah Kab/Kota berhasil mencapai eliminasi penyakit Infeksi


Tropis Terabaikan per Provinsi Tahun 2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023

Dari data diatas terdapat 1 provinsi dengan seluruh kabupaten/kotanya berhasil


mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan yaitu Provinsi Banten.
Namun masih terdapat provinsi yang capaiannya masih 0% antara lain DI
Yogyakarta, Kepulauan Riau, Maluku Papua, dan Papua Barat. Hal ini
menandakan bahwa program eliminasi penyakit tropis terabaikan di provinsi
tersebut belum berjalan dengan baik.

Sertifikasi bebas frambusia merupakan salah satu upaya yang diselenggarakan


untuk menilai apakah suatu kabupaten/kota terbukti tidak ditemukan kasus
frambusia baru berdasarkan surveilans yang berkinerja baik. Unsur yang dinilai
pada sertifikasi bebas frambusia meliputi kegiatan promosi kesehatan,
pengendalian faktor risiko dan surveilans frambusia yang dilakukan oleh
kabupaten/kota. Pada tahun 2021 sebanyak 55 kabupaten/kota telah ditetapkan
sebagai daerah bebas frambusia, dan pada tahun 2022 berdasarkan
rekomendasi ahli dan Tim Penilai Eradikasi Frambusia ditetapkan sebanyak 158

91 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

kabupaten/kota bebas frambusia. Hasil capaian jumlah kabupaten/kota bebas


frambusia tahun 2021-2022 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 3.28. Capaian Kab/Kota Eradikasi Frambusia Tahun 2021-2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs dan Zoonosis, 20 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan peningkatan capaian jumlah Kab/Kota yang mencapai


eradikasi Frambusia dengan peningkatan capaian sebesar 187%. Pemerintah
Indonesia menetapkan target Eradikasi Frambusia di seluruh kabupaten/kota
pada tahun 2025. Salah satu syarat mencapai target tersebut adalah surveilans
berkinerja baik yang ditandai dengan adanya pelaporan yang rutin dari seluruh
puskesmas di Indonesia serta adanya kegiatan penemuan kasus secara aktif
berupa pemeriksaan anak sekolah dan pemeriksaan di desa atau puskesmas
keliling untuk memperoleh informasi mengenai situasi frambusia yang terjadi di
wilayah tersebut.

Pada tahun 2018 – 2022, target jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis yang
mencapai eliminasi berhasil dicapai meningkat setiap tahunnya yakni 38
Kab/Kota tahun 2018 menjadi 103 Kab/Kota pada tahun 2022. Data target dan
capaian jumlah kabupaten/kota endemis Filariasis yang mencapai eliminasi
tahun 2018–2022 terlihat dalam grafik dibawah ini:

Grafik 3.29. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai


Eliminasi Tahun 2018-2022

Sumber data: Laporan Tim Kerja NTDs, 20 Januari 2023

92 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik diatas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2022, sebanyak 103
kabupaten/kota dari 236 kabupaten/kota endemis Filariasis telah berhasil
mencapai eliminasi Filariasis. Peningkatan jumlah kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi Filariasis menunjukkan semakin meningkatnya komitmen
kabupaten/kota dalam melaksanakan program pengendalian Filariasis melalui
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis selama minimal 5 tahun
berturut-turut dengan cakupan minimal 65% total penduduk untuk memutus
rantai penularan.

Pada tahun 2022 ditetapkan Indikator Kinerja Kegiatan baru program Zoonosis
yaitu jumlah kabupaten/kota eliminasi rabies. Data capaian target indicator
Jumlah kabupaten/kota eliminasi rabies dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Grafik 3.30. Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis Yang Mencapai


Eliminasi Tahun 2022-2024

Sumber data: Data Tim Kerja Zoonosis Tahun 2022

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada Tahun 2022 capaian
Indikator jumlah kabupaten/kota eliminasi Rabies dari target 211 kabupaten/kota,
berhasil dicapai sebanyak 263 kabupaten/kota atau dengan presentase capaian
sebesar 124,64%.

e. Analisa penyebab keberhasilan


Target indikator jumlah kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi
penyakit infeksi tropis terabaikan pada tahun 2022 berhasil tercapai. Hal ini
dipengaruhi oleh komitmen pusat untuk menyediakan logistik, anggaran, legal
aspek, serta asistensi teknis dalam penanggulangan penyakit tropis terabaikan
sehingga dapat meningkatkan komitmen Pemerintah daerah dan partisipasi
masyarakat dalam penanggulangan penyakit tropis terabaikan terutama pada
program Eliminasi Rabies dan Eradikasi Frambusia yang telah mencapai target.

Pada tahun 2022, terjadi simplifikasi dana dekonsentrasi yang mengakibatkan


anggaran beberapa program seperti program NTDs dihapuskan. Berdasarkan
93 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Surat Sekretaris Jenderal Kemenkes Nomor PM.03.03/1/5640/2022 tentang


Tanggapan terkait Dampak Simplikasi Menu dan Efisiensi Anggaran
Dekonsentrasi Penyakit Tropis Terabaikan maka kegiatan terkait pencegahan
dan pengendalian NTDs dapat dialokasikan dengan menggunakan anggaran di
internal Ditjen P2P. Dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam mendukung
pelaksanaan eliminasi penyakit tropis terabaikan untuk program eradikasi
frambusia dan eliminasi filariasis dapat dialokasikan sebagian.

Eliminasi rabies adalah usaha yang bersifat multisektoral (terpadu) dan


berkelanjutan Peningkatan kerjasama lintas sektor dan lintas program
khususnya dengan Kemenko PMK, Kementan, Kemen LHK, Kemendagri, BNPB
dan organisasi non profit lainnya terus dilaksanakan. Sejalan dengan One
Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 maka dilaksanakan vaksinasi
massal anjing yang reguler dapat menurunkan kasus rabies pada manusia
secara bertahap hingga kematian akibat rabies menjadi nol. Vaksin rabies pada
manusia (PEP) dapat mencegah kematian pada saat kejadian kasus gigitan
hewan penular rabies (GHPR).

f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator


Dalam mencapai jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai eradikasi frambusia
dilakukan beberapa upaya antara lain:
1. Penguatan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria dengan disusunnya Buku
Petunjuk Teknis Sertifikasi Bebas Frambusia bagi kabupaten/kota di
Indonesia Tahun 2022.
2. Advokasi, Sosialisasi, serta Koordinasi Program Eradikasi Frambusia melalui
kegiatan pertemuan Pokja/ Komite Ahli Eliminasi Kusta dan Eradikasi
Frambusia, koordinasi Penilaian Sertifikat Frambusia dan workshop P2 Kusta
dan Frambusia bagi Dokter Rujukan Kusta dan Frambusia
3. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia.
4. Surveilans melalui kegiatan melalui intensifikasi penemuan kasus frambusia
(intensified case finding), pelaksanaan dan pendampingan, survei serologi
frambusia dan verifikasi kasus frambusia.
5. Monitoring dan Evaluasi dalam rangka Eradikasi Frambusia melalui kegiatan
Assessment eradikasi frambusia, supervisi dan monitoring program p2 kusta
dan frambusia termasuk data surveilans dan logistik serta pertemuan
evaluasi program dan validasi data kohort Nasional P2 Kusta dan Frambusia
yang bertujuan melakukan monitoring dan evaluasi program yang
dilaksanakan oleh provinsi di Indonesia serta melakukan validasi dan
finalisasi data tahun 2021 dan distribusi KIE serta Pemenuhan RDT dan RPR
untuk evaluasi endemisitas dan surveilans aktif frambusia

Dalam mencapai jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai eliminasi Filariasis


dilakukan beberapa upaya antara lain:

94 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

1. Penguatan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria dengan diterbitkannya


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/1231/2022
tentang Pelaksanaan POPM Filariasis regimen Ivermectin, Diethyl
Carbamazine Citrate, dan Albendazole (IDA) di Kabupaten Kotawaringin
Timur, Bintan, Pangkajene Kepulauan, Bovendigoel, Asmat, Mimika, Sarmi,
dan Belitung. Kegiatan POPM IDA dilaksanakan dalam rangka akslerasi
Eliminasi Filariasis.
2. Advokasi, Sosialisasi, serta Koordinasi Program penanggulangan filariasis
melalui kegiatan koordinasi LS/LP dalam rangka penguatan program
pengendalian Filariasis dan koordinasi National Task Force Filariasis (NTF)
dan Komite Ahli Pengobatan Filariasis (KAPFI)
3. Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di daerah
Endemis Filariasis selama 5 tahun berturut-turut sebelum memasuki tahap
surveilans.
4. Surveilans program filariasis melalui kegiatan surveilans Kasus Kronis
Filariasis dan Supervisi survei penilaian pasca POPM Filariasis
5. Monitoring dan Evaluasi dalam rangka Eliminasi Filariasis melalui kegiatan
Pencegahan Dini dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat
(POPM) Filariasis dan Kecacingan terpadu, serta Assessment Persiapan
Eliminasi Filariasis.
6. Distribusi vaksin, obat, logistik, KIE, dan bahan survei ke daerah.

Dalam mencapai jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai eliminasi Rabies


dilakukan beberapa upaya antara lain:
1. Penguatan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria dengan Penyusunan
Permenkes Zoonosis, Pedoman Pengendalian Rabies, Saku Rabies Center,
Tatalaksana Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies dan Petunjuk Teknis
Surveilans Epidemiologi Rabies Pada Manusia di Indonesia.
2. Advokasi, Sosialisasi, serta Koordinasi Program Eliminasi Rabies melalui
kegiatan koordinasi LP/LS Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis,
koordinasi dalam rangka hari rabies sedunia dan kampanye Hari Rabies
Sedunia.
3. Tatalaksana kasus gigitan hewan penular hewan rabies dengan melakukan
cuci luka gigitan hewan penular rabies, pemebrian VaksinAnti Rabies dan atau
Serum Anti Rabies bagi semua kasus gigitan hewan penular rabies sesuai
indikasi medis.
4. Surveilans melalui kegiatan pembuatan sentinel di wilayah – wilayah tertentu
dalam meningkatkan kemampuan petugas dan juga upaya deteksi dini
5. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan
Penanggulangan Zoonosis dengan Pendekatan One Health bagi Pengelola
Program Zoonosis di Provinsi/Kabupaten/Kota, refreshing Tatalaksana Kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies kepada Petugas Kesehatan dan Pelatihan
Penilaian Risiko Bersama dengan Pendekatan One Health.
6. Monitoring dan Evaluasi dalam rangka eliminasi rabies melalui kegiatan
Assessment Rabies Center, Workshop Pencegahan dan Pengendalian

95 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

penyakit Zoonosis, Monitoring Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan KLB


Zoonosis terpadu Lintas Sektor (Kemkes, Kementan, KLHK)
7. Distribusi KIE serta pemenuhan VAR dan SAR bagi daerah-daerah yang
membutuhkan.

g. Kendala/Masalah yang Dihadapi


Dalam pelaksanaan kegiatan Frambusia ditemukan beberapa
kendala/permasalahan yakni:
1. Adanya simplifikasi dana dekonsentrasi menyebabkan anggaran
dekonsentrasi untuk program frambusia ditiadakan
2. Angka mutasi petugas kesehatan yang cukup tinggi menyebabkan program
pencegahan dan pengendalian frambusia di daerah berjalan kurang
maksimal.
3. Sebagian besar daerah endemis frambusia berada di lokasi yang sulit
dijangkau, menyebabkan sulitnya pencarian kasus dan akses masyarakat
menuju pelayanan kesehatan
4. Pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran akan pelaporan oleh petugas
pengelola program frambusia di tingkat Puskesmas, Kabupaten/Kota dan
Provinsi belum maksimal
5. Revisi DIPA Direktorat P2PM tahun 2022 baru terbit pada pertengahan Juli
2022 menyebabkan terbatasnya waktu kegiatan assessment eradikasi
frambusia pada beberapa daerah yang telah terjadwalkan.

Dalam pelaksanaan kegiatan Filariasis ditemukan beberapa


kendala/permasalahan yakni:
1. Kondisi geografis beberapa wilayah di Indonesia yang sulit terjangkau
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan POPM Filariasis terutama di desa-
desa terpencil.
2. Obat donasi (Ivermectin) datang terlambat sehingga POPM IDA terlaksana
tidak tepat waktu
3. Kegagalan survei evaluasi pasca POPM di beberapa daerah menyebabkan
kabupaten/kota harus mengulang lagi POPM selama 2 tahun sehingga target
eliminasi tidak tercapai
4. Kondisi keamanan menyebabkan cakupan POPM Filariasis di Papua rendah,
serta pelaksanaan survei evaluasi Filariasis tidak dapat dilaksanakan.
5. Adanya rekomendasi WHO untuk menghentikan sementara alat Brugia Rapid
Test sehingga survei Evaluasi Penularan (Transmission Assessment
Survei/TAS) Filariasis dilaksanakan menggunakan metode Brugia Impact
Survey (BIS) yang membutuhkan sumber daya besar menyebabkan survei
TAS di beberapa daerah endemis Brugia Sp tertunda.

Dalam pelaksanaan kegiatan Filariasis ditemukan beberapa


kendala/permasalahan yakni:
1. Ketepatan pengiriman laporan rabies khususnya dan zoonosis pada
umumnya dari provinsi masih dibawah 60 %.
96 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2. Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kurang


maksimal dalam membina puskesmas untuk menjadi rujukan rabies center.
3. Masih belum optimalnya sektor Kesehatan hewan untuk memaksimalkan
cakupan vaksinasi rabies pada hewan

h. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pelaksanaan kegiatan Frambusia
dilakukan alternatif pemecahan masalah/solusi antara lain:
1. Membuat surat tanggapan simplifikasi menu dan efisiensi anggaran
dekonsentrasi penyakit tropis terabaikan ke Sekretaris Jenderal Kemenkes
agar kegiatan NTDs dapat dialokasikan dengan menggunakan anggaran di
internal Ditjen P2P
2. Bimtek dan pendampingan teknis pada provinsi dan atau kab/kota yang
ditargetkan eradikasi frambusia secara intensif.
3. Meningkatkan kegiatan advokasi dan sosialisasi program terhadap
pemangku kepentingan terkait agar dapat meningkatkan komitmen dalam
pencapaian eradikasi frambusia
4. Menganggarkan dan melaksanakan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
secara rutin
5. Pelaksanaan assessment eradikasi frambusia pada beberapa kabupaten
kota melalui metode daring.

Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pelaksanaan kegiatan Filariasi


dilakukan alternatif pemecahan masalah/solusi antara lain:
1) Advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmen dalam
menjangkau daerah-daerah sulit dalam pelaksanaan POPM Filariasis, serta
Mengoptimalkan mobilisasi tenaga kesehatan yang ada untuk menjangkau
daerah-daerah sulit dan terpencil.
2) Meningkatkan koordinasi dengan WHO terkait penyediaan dan distribusi obat
donasi.
3) Optimalisasi koordinasi dan supervisi untuk meningkatkan cakupan POPM
filariasis pada daerah gagal survey evaluasi untuk memutus rantai penularan.
4) Menjamin keamanan pelaksanaan POPM dan survei dengan melibatkan
seluruh Lintas Sektor khususnya TNI/POLRI jika memungkinkan
5) Optimalisasi anggaran dan sumber daya yang ada untuk melaksanakan
survey TAS dengan metode BIS di beberapa kabupaten/kota yang telah
memasuki jadwal evaluasi

Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pelaksanaan kegiatan Rabies


dilakukan alternatif pemecahan masalah/solusi antara lain:
1. Meningkatan sistem pelaporan Bersama dengan merevitalisasi pemanfaatan
aplikasi System Informasi Zoonosis dan EID (SIZE).
2. Memperkuat kapasitas SDM untuk tatalaksana GHPR.
3. Koordinasi secara intensif untuk mendorong sektor Kesehatan hewan agar
memaksimalkan cakupan vaksinasi rabies pada hewan.

97 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

9. Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini PTM sebanyak 514


Kab/Kota
a. Penjelasan Indikator
Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM
bertujuan untuk meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak
menular serta menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak
menular.

b. Definisi Operasional
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM. Deteksi
ini terdiri dari deteksi dini hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah, deteksi
dini diabetes melitus dengan pemeriksaan gula darah, deteksi dini obesitas
dengan pemeriksaan indeks masa tubuh, deteksi dini kanker payudara dengan
pemeriksaan payudara klinik (SADANIS), deteksi dini kanker leher rahim dengan
pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan deteksi dini gangguan
indera dengan pemeriksaan penglihatan dan pendengaran.

c. Rumus/Cara perhitungan
Jumlah kumulatif Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.
Sasaran kegiatan dalam indikator ini adalah penduduk sesuai kelompok usia
dilakukan skrining PTM prioritas yaitu hipertensi, DM, obesitas, kanker payudara,
kanker leher rahim dan gangguan indera. Kabupaten/Kota dikatakan melakukan
deteksi dini faktor risiko PTM apabila melakukan 1 atau lebih skrining PTM
prioritas.

d. Capaian Indikator
Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM
tahun 2022 merupakan indikator yang ada dalam Renstra awal tetapi mengalami
perubahan defenisi operasional dan cara perhitungan pada Renstra revisi. Pada
Renstra awal indikator ini ada pada level Indikator Kinerja Kegiatan dengan
numenklatur jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥
80% Populasi Usia ≥ 15 tahun dengan DO Kabupaten/Kota yang melakukan
deteksi dini faktor risiko PTM meliputi pemeriksaan TD, GDs, IMT dan lingkar
perut pada ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun. Pada Renstra revisi tahun 2022,
indikator ini direvisi menjadi jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor
risiko PTM, dengan tidak membatasi populasi usia ≥ 15 tahun, tetapi disesuaikan
dengan kelompok usia dengan deteksi dini yang dilakukan. Deteksi dini yang
dimaksudkan adalah skrining PTM prioritas meliputi hipertensi, DM, obesitas,
kanker payudara, kanker leher rahim dan gangguan indera dengan minimal salah
satu skrining dilakukan oleh Kab/Kota. Data diperoleh dari Aplikasi Sehat
IndonesiaKu (ASIK)

Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM
telah mencapai target 100% yakni dari 514 target Kabupaten/Kota semua
Kab/Kota telah melakukan deteksi dini, seperti digambarkan dalam grafik berikut
ini:
98 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.31. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan


deteksi dini faktor risiko PTM Tahun 2020-2024

Sumber: LAKIP Direktorat P2PTM, 24 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan


deteksi dini faktor risiko PTM tidak mencapai target pada tahun 2020-2021
disebabkan oleh adanya kriteria cakupan 80% populasi usia ≥ 15 tahun. Tahun
2022 indikator mencapai target 100% dengan perubahan DO dan cara
perhitungan. Dengan target, DO, cara perhitungan dan kriteria yang sama pada
tahun 2023-2024 maka diperkirakan capaian tahun 2023-2024 akan berjalan on
track dan target akan tercapai. Capaian per Provinsi dapat dilihat pada grafik
berikut ini:

Grafik 3.32. Capaian Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi


dini FR PTM Tahun 2022

Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa semua Kab/Kota di Indonesi telah


melakukan deteksi dini faktor risiko PTM. Deteksi dini ini bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PTM. Saat ini Indonesia
tengah menghadapi beban tinggi penyakit katastropik yaitu stroke, penyakit
jantung dan pembuluh darah, diabetes, ginjal dan kanker. Beberapa faktor risiko
99 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

yang paling tinggi menyebabkan kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak
menular ini adalah tekanan darah tinggi, konsumsi rokok, asupan gula, garam
dan lemak tinggi, serta indeks massa tubuh tinggi (berat badan berlebih).
Dengan mengetahui faktor risiko dan penyakit ini diketahui lebih dini atau lebih
awal, maka angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini dapat ditekan,
pembiayaan kesehatan menjadi lebih kecil, produktifitas dan kualitas hidup
masyarakat menjadi meningkat. Adapun jenis deteksi dini faktor risiko dan
penyakit tidak menular minimal yang harus dilakukan adalah pengukuran
obesitas (berat badan, tinggi badan, lingkar perut), tekanan darah, gula darah,
kanker payudara dan kanker leher rahim pada wanita, kanker paru, Penyakit
Paru Obstruksi Kronis (PPOK), serta gangguan penglihatan dan pendengaran
(komplikasi dari diabetes dan hipertensi). Deteksi dini dilakukan minimal 1 (satu)
tahun sekali, kecuali untuk kanker yang dilakukan deteksi dini minimal 3 (tiga)
tahun sekali, dan dilakukan secara berkesinambungan.

Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena kebanyakan orang


dengan hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hal tersebut (tidak
ada tanda atau gejala peringatan). Peningkatan tekanan darah ini berkorelasi
positif terhadap peningkatan risiko untuk terkena penyakit jantung, gagal ginjal,
dan stroke. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengecekan secara berkala guna
mendeteksi secara dini adanya peningkatan tekanan darah sehingga dapat
dilakukan tatalaksana dini dan menghindari kompikasi yang lebih parah. Deteksi
dini hipertensi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Sasaran deteksi ini adalah 208.982.372 penduduk usia 15 tahun. Cakupan
deteksi dini per Provinsi digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.33. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi


Dini Hipertensi Tahun 2022

Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu

Grafik diatas menunjukan bahwa semua kabupaten/kota di seluruh provinsi di


Indonesia telah melakukan deteksi dini hipertensi. Cakupan deteksi dini
Hipertensi di Indonesia berdasarkan data SIPTM dan ASIK sebesar 13,57%
(28.364.181 dari 208.982.372 penduduk usia 15 tahun). Provinsi dengan

100 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

cakupan deteksi dini tertinggi adalah NTB (48,12%), diikuti Gorontalo (34,84%)
dan Banten (24,79%). 3 Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua
(1,65%), DI Yogyakarta (2,83%) dan Bali (3,62%). Terdapat 1 provinsi dengan
angka cakupan deteksi dini yang telah melebihi target, yakni NTB dengan
cakupan sebesar 48,12%.

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa
darah. Hiperglikemia, juga disebut peningkatan glukosa darah atau
peningkatan gula darah, adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dan seiring waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah. Deteksi dini diabetes melitus dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia 40 tahun
(108.163.288 orang) dan penduduk usia 15-39 tahun dengan faktor risiko
obesitas (23.592.428 orang) sehingga total sasaran deteksi dini diabetes
melitus adalah sebanyak 124.411.045 orang.

Grafik 3.34. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan


Deteksi Dini Diabetes Mellitus Tahun 2022

Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu

Grafik di atas menunjukan bahwa semua kabupaten/kota di seluruh provinsi di


Indonesia telah melakukan deteksi dini diabetes melitus. Berdasarkan grafik di
atas diketahui pula cakupan deteksi dini Diabetes Melitus di Indonesia
berdasarkan data SIPTM dan ASIK sebesar 36,6% (45.548.788 dari
124.426.126 sasaran). Provinsi NTB memiliki cakupan deteksi dini tertinggi
(203,8%), diikuti Gorontalo (78,3%) dan Jawa Timur (59,5%). 3 Provinsi
dengan cakupan terendah adalah Papua (2,8%), Riau (2,9%) dan DI
Yogyakarta (3,9%).

Kelebihan berat badan merupakan masalah kesehatan yang serius, dan


merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit tidak menular (PTM) seperti
penyakit karsivaskular (terutama penyakit dantung dan stroke), gangguan
musculoskeletal dan kanker. Deteksi dini obesitas dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan antropometri berupa berat badan dan tinggi badan
101 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Sasaran deteksi ini adalah
208.982.372 penduduk usia 15 tahun.

Grafik 3.35. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan


Deteksi Dini Obesitas Tahun 2022

Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu

Grafik di atas menunjukan bahwa semua kabupaten/kota di seluruh provinsi di


Indonesia telah melakukan deteksi dini Obesitas. Berdasarkan grafik di atas
diketahui pula cakupan deteksi dini Obesitas di Indonesia berdasarkan data
SIPTM dan ASIK sebesar 15,35% (32.084.310 dari 208.982.372 penduduk usia
≥15 tahun). Provinsi NTB memiliki cakupan deteksi dini tertinggi (50,93%),
diikuti Gorontalo (38,83%) dan Lampung (29,39%). 3 Provinsi dengan cakupan
terendah adalah Papua (1,80%), DI Yogyakarta (3,27%) dan Bali (4,23%).

Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan kanker dengan angka kasus


terbanyak ke-2 setelah kanker payudara. Berdasarkan data Globocan 2020,
diestimasikan terdapat 36.633 kasus baru kanker leher rahim dengan angka
kematian sebanyak 21.003. Artinya lebih dari 57% kasus kanker serviks
berakhir dengan kematian. Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling
dapat dicegah di antara semua jenis kanker. Salah satu upaya untuk
mencegah kanker leher rahim adalah dengan melakukan deteksi dini untuk
menemukan adanya lesi pra kanker sedini mungkin sehingga dapat
ditatalaksana sebelum berkembang menjadi kanker. Deteksi dini kanker leher
rahim dilakukan dengan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS). Sasaran
deteksi dini kanker leher rahim di Indonesia adalah wanita usia 30-50 tahun
yakni sebanyak 41.881.534 orang. Target RENTRA tahun 2022 adalah 45%
sehingga total target deteksi dini kanker leher rahim sebanyak 18.846.690
orang.

102 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.36. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi


Dini Kanker Leher Rahim Tahun 2022

Sumber Data: Laporan Tim Kerja PKKD

Grafik di atas menunjukan bahwa terdapat 89% kabupaten/kota (458


kabupaten/kota) di seluruh provinsi Indonesia yang melakukan deteksi dini
kanker leher rahim. Adapun provinsi dengan cakupan kabupaten/kota yang
melakukan deteksi dini <100% adalah Provinsi Papua (10%), Papua Barat
(38%), Aceh (78%), Maluku (82%), Kalimantan Tengah (93%) dan Jawa
Tengah (97%). Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui pula cakupan
deteksi dini kanker leher rahim di Indonesia sebesar 9,32% (3.904.160 dari
41.881.534 perempuan usia 30-50 tahun). Provinsi NTB memiliki cakupan
deteksi dini tertinggi (34,08%), diikuti Sumatera Selatan (33,49%) dan Kep
Bangka Belitung (25,76%). 3 Provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua
(0,13%), Papua Barat (0,36%) dan Sulawesi Utara (0,68%).

Kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah kasus tertinggi di


Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat kanker payudara ini adalah dengan melakukan
deteksi dini untuk menemukan kanker sedini mungkin sehingga dapat
menurunkan angka fatalitasnya, pengobatan yang lebih sederhana serta
menurunkan lama rawatan dan pembiayaan kesehatan.

Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan pemeriksaan Inspeksi Visual


Asam Asetat (IVA). Sasaran deteksi dini kanker payudara di Indonesia adalah
wanita usia 30-50 tahun yakni sebanyak 41.881.534 orang. Target Renstra
tahun 2022 adalah 45% sehingga total target deteksi dini kanker payudara
sebanyak 18.846.690 orang.

103 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.37. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan


Deteksi Dini Kanker Payudara Tahun 2022

Sumber Data: Laporan Tim Kerja PKKD

Grafik di atas menunjukan terdapat 92% Kab/Kota (473 kabupaten/kota) di seluruh


provinsi Indonesia melakukan deteksi dini kanker payudara. Adapun provinsi
dengan cakupan kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini <100% adalah
Provinsi Papua (10%), Papua Barat (54%), Sulawesi Utara (80%), Maluku
Utara (80%), Maluku (82%), Kalimantan Tengah (93%), Sulawesi Selatan
(96%), Aceh (96%) dan Jawa Tengah (97%). Berdasarkan grafik di atas, dapat
diketahui pula cakupan deteksi dini kanker payudara di Indonesia sebesar
10,76% (4.431.417 dari 41.881.534 perempuan usia 30-50 tahun). Provinsi
NTB memiliki cakupan deteksi dini tertinggi (35,28%), diikuti Sumatera Selatan
(32,46%) dan Kep Bangka Belitung (28,20%). 3 Provinsi dengan cakupan
terendah adalah Papua (0,17%), Papua Barat (0,19%) dan Sulawesi Utara
(0,34%).

Gangguan penglihatan dan pendengaran memiliki implikasi yang


multidimensional baik secara fisik yaitu dapat menyebabkan menurunnya
kualitas hidup (quality of live), bahkan sampai pada berkurangnya produktifitas
seseorang dalam melakukan pekerjaan ataupun aktivitas harian (acitivites of
daily living). Deteksi dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran
dilakukan lebih dini untuk mencegah terjadinya kedisabilitasan akibat kebutaan
dan ketulian. Deteksi dini gangguan indera dilakukan dengan pemeriksaan
metode sederhana, pada UKBM dapat dilakukan dengan metode hitung jari
dan tes suara/tes berbisik modifikasi. Untuk di FKTP dapat dilakukan dengan
menggunakan snellen chart, atau E-Chart. Sasaran deteksi dini kanker
payudara di Indonesia adalah pada kelompok usia 7-15 tahun dan ≥15 tahun
sebanyak 211.194.683 orang. Target Renstra tahun 2022 adalah 45%
sehingga total target deteksi dini gangguan indera sebanyak 95.037.607 orang.

104 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.38. Kabupaten/Kota melakukan deteksi dini dan cakupan Deteksi


Dini Gangguan Indera Tahun 2022

Sumber Data: Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), Dashboard Sehat IndonesiaKu

Grafik di atas menunjukan bahwa terdapat 99% kabupaten/kota (508


kabupaten/kota) di seluruh provinsi Indonesia yang melakukan deteksi dini
indera. Adapun provinsi dengan cakupan kabupaten/kota yang melakukan
deteksi dini <100% adalah Papua (83%) dan Papua Barat (92%). Berdasarkan
grafik di atas, dapat diketahui pula cakupan deteksi dini indera di Indonesia
sebesar 10,37% (25.632.942 dari 247.091.316 penduduk usia 7 – 15 tahun dan
≥ 15 tahun). Provinsi NTB memiliki cakupan deteksi dini tertinggi (35,36%),
diikuti Gorontalo (25,61%) dan Lampung (21,18%). 3 Provinsi dengan cakupan
terendah adalah Papua (1,31%), DI Yogyakarta (2,21%) dan Bali (2,42%).

e. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian


Keberhasilan pencapaian indikator mencapai target didorong oleh beberapa
faktor pendukung yakni:
1) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.
2) Pengadaan Posbindu Kit dan BMHP Gula darah untuk stimulan
pengembangan kegiatan pelaksanaan posbindu PTM melalui DAK Fisik.
3) Deteksi dini faktor risiko PTM juga merupakan bagian dari SPM bidang
kesehatan yang menjadi tanggungjawab kepala daerah.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1) Penguatan surveilans faktor risiko PTM melalui Sistem Informasi berbasis
mobile yang merupakan sistem pelaporan hasil deteksi dini Penyakit Tidak
Menular dan faktor risikonya.
2) Pemanfaatan dana dekonsentrasi dalam penyelenggaraan Posbindu PTM
yang bertujuan untuk melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.

105 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

3) Penyediaan alat Posbindu KIT dan Bahan Habis Pakai (BHP) melalui
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.
4) Advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam penggunaan APBD,
Anggaran Dana Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko
penyakit tidak menular dengan menggiatkan deteksi dini faktor risiko
penyakit tidak menular melalui Posbindu PTM dan Gerakan Tekan Angka
Obesitas
5) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator
SPM.
6) Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat, Posyandu Lansia, Kampus Sehat dan lainnya.
7) Penguatan NSPK Posbindu, faktor risiko PTM, Pandu PTM, Gangguan
Indra/Pendengaran dan kanker.
8) Pembuatan Media Informasi baik cetak maupun elektronik tentang PTM
serta penyebarluasan informasi melalui semua kanal media Kementerian
Kesehatan RI dan Direktorat P2PTM seperti radio kemenkes, website dan
sosial media (facebook, twitter dan Instagram).
9) Inovasi dengan pemanfaatan teknologi dan informasi serta deteksi dini
secara mandiri.
10) Penguatan jejaring kemitraan menunjang keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara
terintegrasi, komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dengan baik untuk
mencapai hubungan kerjasama yang produktif dan kemitraan yang
harmonis. Peran serta aktif berbagai pihak lintas program, sektor,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan,
swasta, dunia usaha dan mitra potensial lainnya bersama-sama berupaya
menekan kecenderungan peningkatan PTM dengan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas melalui program Pandu PTM.
11) Pendampingan Implementasi pandu PTM di FKTP melalui assisten Pandu
PTM di Puskesmas.
12) Pertemuan, media briefing dan webinar dalam Rangka Hari Penglihatan
Sedunia dan Hari Pendengaran Sedunia, Peringatan Hari Stroke Sedunia,
Peringatan Peringatan Hari Diabetes Sedunia, Peringatan Hari Jantung
Sedunia, Peringatan Hari Hipertensi Sedunia, Peringatan Hari Ginjal
Sedunia dan Peringatan Hari Kanker Sedunia.
13) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan penanggungjawab PTM di
daerah.

g. Kendala/masalah yang dihadapi


1) Belum optimalnya sosialisasi dan advokasi program pengendalian PTM
kepada Pemerintah Daerah.
2) Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap
program pengendalian PTM.
3) Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah.

106 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

h. Pemecahan Masalah
1) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan Posbindu
PTM melalui pelatihan berjenjang dan pembekalan baik melalui dana
dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik maupun dana lain sesuai
dengan peraturan yang berlaku
2) Melakukan sosialisasi dan advokasi pengendalian faktor risiko PTM,
melalui penguatan Posbindu di daerah.
3) Penguatan sistem informasi deteksi dini berbasis mobile (Aplikasi Sehat
IndonesiaKu)
4) Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat (PIS – PK),
Posyandu Lansia, SPM, Germas, Rmah Sehat, Kampus Sehat dan
institusi lainnya (OPD, swasta, sekolah, dll)
5) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana
dan prasarana (Posbindu Kit dan Bahan Habis Pakai) sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.
6) Melakukan bimbingan teknis dan monitoring evaluasi secara berkala.
7) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka perluasan cakupan Posbindu dan skrining faktor risiko PTM.

10. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko sebanyak


43 Kab/Kota
a. Penjelasan Indikator
Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko
PTM bertujuan untuk meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit
tidak menular serta menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
tidak menular.

b. Definisi Operasional
Jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM
(hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok).

c. Rumus/Cara perhitungan
Jumlah kumulatif Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko
PTM (hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok). Lingkup pengendalian
faktor risiko PTM terdiri dari Kabupaten/Kota yang minimal 80% puskesmasnya
melakukan Pelayanan Terpadu PTM (Pandu PTM), penyandang hipertensi
yang tekanan darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, penyandang diabetes
melitus yang gula darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, Kabupaten/Kota
yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kabupaten/Kota yang
melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM).

d. Capaian Indikator
Pada tahun 2022, terdapat 46 Kabupaten/Kota yang telah melakukan
pengendalian PTM seperti digambarkan dalam grafik berikut:

107 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.39. Kabupaten/Kota yang melakukan Pengendalian Faktor


Risiko PTM Tahun 2022

Sumber Data: Laporan Direktorat P2PTM, 23 Januari 2023

Berdasarkan grafik diatas, capaian Kabupaten/Kota yang melakukan


pengendalian Faktor Risiko PTM terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat (6
Kabupaten/Kota), Sumatera Utara (5 Kabupaten/Kota), dan Nusa Tenggara
Timur (5 Kabupaten/Kota). Sedangkan Provinsi yang semua
Kabupaten/Kotanya tidak melakukan pengendalian faktor risiko PTM adalah
Aceh, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara
dan Papua Barat.

Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko


PTM telah mencapai target pada tahun 2022 yakni tercapai 46 Kab/Kota dari
target 43 Kab/Kota atau sebesar 93.5%, seperti digambarkan dalam grafik
berikut ini:
Grafik 3.40. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang melakukan
Pengendalian Faktor Risiko PTM Tahun 2022-2024

Sumber Data: Laporan Direktorat P2PTM, 23 Januari 2023

108 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Dari grafik diatas terlihat bahwa meskipun target indikator tahun 2022 tercapai
tetapi bila dibandingkan peningkatan target tahun 2022 ke tahun 2021 yang
cukup tinggi yakni sebesar 46.5%, maka diperlukan upaya dan kerja keras
yang optimal sehingga capaian tahun 2023-2024 dapat berjalan on track atau
target dapat tercapai.

Indikator jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko


PTM (hipertensi, diabetes dan konsumsi merokok) merupakan indikator baru
yang tertuang pada revisi Renstra tahun 2022. Indikator ini merupakan
komposit dari Kabupaten/Kota yang minimal 80% puskesmasnya melakukan
Pelayanan Terpadu PTM (Pandu PTM), penyandang hipertensi yang tekanan
darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, penyandang diabetes melitus yang
gula darahnya terkendali di Puskesmas/FKTP, Kabupaten/Kota yang
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kabupaten/Kota yang
melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM). Grafik dibawah ini menunjukkan
jumlah Kab/Kota yang melaksanakan pelayanan terpadu (Pandu) PTM ≥80%
Puskesmas Tahun 2022.

Grafik 3.41. Kab/Kota yang melaksanakan Pandu PTM ≥80%


Puskesmas Tahun 2022

Sumber Data: Laporan Direktorat P2PTM, 23 Januari 2023

Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa secara nasional terdapat 293


Kabupaten/Kota yang telah melakukan Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM di
≥80% Puskesmas. Provinsi dengan persentase tertinggi Kabupaten/Kota dalam
melakukan PANDU PTM di ≥80% Puskesmas adalah Sumatera Selatan
(100%; 17 Kab/Kota), Kepulauan Riau (100%; 7 Kab/Kota), dan DKI Jakarta
(100%; 6 Kab/Kota). Sedangkan Provinsi yang dengan persentase terendah
Kabupaten/Kotanya dalam melakukan PANDU PTM di ≥80% Puskesmas
adalah Papua (0%), Maluku Utara (10%; 1 Kab/Kota dari 10 Kab/Kota yang
ada) dan Maluku (18%; 2 Kab/Kota dari 11 Kab/Kota yang ada).

Bila dibandingkan capaian indikator Kabupaten/Kota yang telah melakukan


PANDU PTM tahun 2020-2022, maka capaiannya terlihat dalam grafik berikut
ini:
109 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.42. Target dan Capaian Kab/Kota yang melaksanakan


pelayanan terpadu (Pandu) PTM ≥80% Puskesmas Tahun 2020-2024

Sumber Data: Laporan Direktorat P2PTM, 23 Januari 2023

Grafik di atas memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah Kab/Kota yang


melaksanakan pelayanan terpadu PTM di ≥80% Puskesmas tahun 2020-2022.
Meskipun demikian selama 3 tahun berturut-turut capaian indikator ini tidak
tercapai sehingga diperkirakan target tahun 2023 dan 2024 tidak berjalan on
track. Tidak tercapainya target PANDU PTM tahun 2022 disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain PANDU PTM sempat terkendala saat pandemi
Covid-19, adanya rotasi petugas terlatih yang tidak diikuti dengan
pelatihan/transfer knowledge, belum semua pengelola program memiliki
pemahaman yang sama terhadap definisi operasional indikator Puskesmas
PANDU-PTM dan semua upaya percepatan yang diusulkan di tahun
sebelumnya termasuk sosialisasi dan pelatihan/TOT baru bisa dijalankan pada
tahun 2022.

Indikator komposit lainnya adalah Penyandang Hipertensi yang tekanan


darahnya terkendali dan Penyandang Diabetes Melitus yang gula darahnya
terkendali, tetapi tidak tersedia datanya dari laporan rutin yang ada di
Puskesmas. Indikator komposit Jumlah Kab/Kota yang menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) merupakan salah satu upaya untuk menurunkan
prevalensi perokok, termasuk perokok pemula (remaja), selain program stop
merokok (quit smoking), menaikkan cukai dan harga rokok (pemberlakuan sin
tax), dan pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok. Capaian Kab/Kota
menerapkan KTR tergambar dalam grafik berikut ini:

110 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.43. Jumlah Kabupaten/Kota yang menerapkan Kawasan


Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2022

Sumber: Laporan Tim Kerja PKGI, 23 Januari 2023

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa secara nasional terdapat 441


Kabupaten/Kota (81.5%) yang telah memiliki peraturan KTR. Namun, masih
terdapat 73 Kab/Kota di 18 Provinsi yang belum memiliki peraturan KTR. Bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2020-2022, maka capaiannya tergambar
dalam grafik dibawah ini:

Grafik 3.44. Target dan Capaian Kabupaten/Kota yang menerapkan


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tahun 2020-2024

Sumber: Laporan Tim Kerja PKGI, 23 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan jumlah kab/kota yang menerapkan KTR meningkat


setiap tahun dari 285 tahun 2020, menjadi 316 tahun 2021 dan 441 pada tahun
2023, tetapi belum mencapai target pada tahun 2021 dan 2022, maka
diperlukan upaya yang optimal sehingga target tahun 2023-2024 akan tercapai.
Selain itu penerapan yang dimaksud masih merupakan target secara kuantitas
belum sampai pada tahap penerapan KTR dengan penegakan dan pemberian
sanksi terhadap pelanggaran terhadap KTR. Ada perbedaan definisi
operasional dalam perhitungan pencapaian target pada tahun 2021 dengan
tahun 2022 sehingga ada peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2021

111 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

hanya menghitung berdasarkan kab/kota yang memiliki Perda KTR saja,


sedangkan definisi operasional tahun 2022 menghitung berdasarkan kab/kota
yang memiliki Perda dan/atau Perkada tentang KTR.

Penerapan KTR menjadi bagian dalam upaya pencapaian target untuk


menurunkan prevalensi perokok penduduk usia 10-18 tahun, meskipun masih
jauh dari harapan. Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS, 2019)
menunjukkan bahwa perokok usia 13-15 tahun justru meningkat dari 18,3%
(2016) menjadi 19,2% (2019). Sehingga perlu upaya bersama dari semua
komponen/unsur baik pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, tokoh
masyarakat, tokoh agama untuk mendukung upaya ini melalui berbagai
kegiatan yang lebih produktif bagi anak-remaja dan edukasi secara
berkelanjutan. Daerah-daerah yang telah berhasil dalam penerapan KTR perlu
mendapatkan apresiasi sebagai pemicu bagi daerah lain untuk ikut serta
mengembangkan penerapan KTR di wilayahnya.

Indikator Kabupaten/Kota yang melakukan Upaya Berhenti Merokok (UBM)


juga merupakan salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi merokok.
Cakupan Kab/Kota yang melakukan upaya berhenti merokok (UBM) di ≥40%
puskesmasnya disetiap Provinsi digambarkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 3.45. Kabupaten/Kota yang melakukan Upaya Berhenti Merokok
(UBM) Tahun 2022

Sumber Data: Laporan Tim Kerja PKGI, 22 Januari 2023

Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa secara nasional terdapat 134


Kabupaten/Kota yang telah melakukan pelayanan upaya berhenti merokok di
Puskesmas. Provinsi dengan jumlah Kabupaten/Kota yang melakukan UBM di
Puskesmas adalah Sumatera Utara (13 Kab/Kota), Nusa Tenggara Timur (10
Kab/Kota), Jawa barat (9 Kab/Kota) dan Jawa Timur (9 Kab/Kota). Sedangkan
Provinsi yang dengan persentase terendah Kabupaten/Kotanya dalam
melakukan pelayanan upaya berhenti merokok di Puskesmas adalah Sulawesi
Utara, Maluku dan Papua (0). Bila dibandingkan capaian jumlah Kab/Kota yang

112 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

melakukan UBM pada tahun 2020-2022 maka perbandingannya terlihat dalam


grafik dibawah ini:

Grafik 3.46. Jumlah Kab/Kota yang ≥40% Puskesmasnya


Menyelenggarakan Layanan UBM Tahun 2020-2024

Sumber Data: Laporan Tim Kerja PKGI, 22 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan jumlah kab/kota yang ≥40% puskesmas


menyelenggarakan layanan UBM mengalami peningkatan dari 13 Kab/Kota
tahun 2020 menjadi 94 Kab/Kota tahun 2021 dan 134 Kab/Kota tahun 2022,
meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Bila dibandingkan selama 3
tahun berturut-turut indikator ini tidak mencapai tergat, sehingga diperkirakan
tahun 2023-2024 juga tidak berjalan on track. Selama masa pandemi COVID-
19 layanan UBM di berbagai daerah terhenti karena khawatir risiko penularan.
Selain itu data dari daerah belum diinput ke dalam SIPTM sehingga secara
otomatis nama puskesmas tidak akan tercatat dalam sistem sebagai
puskesmas yang menyelenggarakan layanan UBM. Begitu juga SDM dan
ketersediaan anggaran di masing-masing daerah perlu diperkuat serta ada
komitmen bersama untuk mewujudkannya layanan UBM sebagai salah satu
upaya dalam menurunkan prevalensi perokok pada penduduk usia 10-18
tahun.

e. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian


Indikator Jumlah Kab/Kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM
tercapai tahun 2022, didorong oleh beberapa faktor pendukung antara lain:
1) Adanya integrasi layanan pengendalian faktor risiko PTM di puskesmas dan
FKTP lainnya.
2) Meningkatnya pemerintah daerah yang menerbitkan peraturan dan
kebijakan tentang KTR
3) Pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular masuk ke dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM)

113 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1) Percepatan dan penyempurnaan Sistem Informasi yang merupakan sistem
pelaporan hasil Pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular
2) Penguatan surveilans faktor risiko PTM melalui Sistem Informasi berbasis
mobile yang merupakan sistem pelaporan hasil deteksi dini Penyakit Tidak
Menular dan faktor risikonya.
3) Pemanfaatan dana dekonsentrasi kegiatan pelayanan pengendalian faktor
risiko PTM.
4) Percepatan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk
Tembakau Bagi Kesehatan
5) Meningkatkan akses layanan konseling UBM untuk masyarakat
6) Penyediaan obat pengendalian faktor risiko PTM oleh pemerintah daerah.
7) Mendorong Integrasi layanan pengendalian faktor risiko penyakit tidak
menular dengan program yang ada pada Badan Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan
8) Meningkatkan layanan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular
melalui integrasi layanan primer puskesmas dan FKTP lainnya.
9) Advokasi kepada Pemerintah Daerah dalam penggunaan APBD,
Anggaran Dana Desa, dan sumber dana lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku dalam rangka pencegahan dan pengendalian faktor risiko
penyakit tidak menular dengan
10) Mendorong pemanfaatan anggaran daerah/dana dekonsentrasi untuk
melaksanakan orientasi/sosialisasi/workshop/pelatihan pegendalian faktor
risiko PTM di Kab/Kota
11) Advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk pencapaian target indikator
SPM.
12) Pembuatan Media Informasi baik cetak maupun elektronik tentang PTM
serta penyebarluasan informasi melalui semua kanal media Kementerian
Kesehatan RI dan Direktorat P2PTM seperti radio kemenkes, website dan
sosial media (facebook, twitter dan Instagram).
13) Penguatan jejaring kemitraan menunjang keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara
terintegrasi, komprehensif, terorganisir, terkoordinasi dengan baik untuk
mencapai hubungan kerjasama yang produktif dan kemitraan yang
harmonis. Peran serta aktif berbagai pihak lintas program, sektor,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan,
swasta, dunia usaha dan mitra potensial lainnya bersama-sama berupaya
menekan kecenderungan peningkatan PTM dengan menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas melalui program Pandu PTM.

g. Kendala/masalah yang dihadapi


1) Sistem Informasi belum optimal, masih dalam proses pengembangan untuk
bisa mengakomodir pencatatan dan pelaporan pengendalian DM dan
Hipertensi baik di Puskesmas maupun FKTP lainnya (jumlah cakupannya
lebih besar).

114 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2) Belum banyak tersedianya variasi obat-obat Hipertensi dan Diabates


Melitus di Puskesmas
3) Masih ada Kabupaten/Kota yang belum mempunyai Peratutan Daerah
tentang Kawasan tanpa Rokok
4) Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap
program pengendalian PTM.
5) Masih sulitnya akses internet di beberapa daerah.

h. Pemecahan Masalah
1) Percepatan dan penyempurnaan ASIK serta mendorong Kab/Kota untuk
mengoptimalkan penggunaan ASIK di Puskesmas.
2) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran sarana
dan prasarana khususnya obat-obatan hipertensi dan DM sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah sasaran diwilayah nya.
3) Mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan pengendalian faktor risiko PTM
4) Mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan peraturan dan
kebijakan tentang KTR serta melaksanakan implementasi KTR
5) Meningkatkan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait
dalam rangka peningkatan cakupan pengendalian faktor risiko PTM.
6) Meningkatkan advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan
pelayanan pengendalian faktor risiko PTM.
7) Peningkatan kapasitas petugas dan kader dalam pelaksanaan
pengendalian faktor risiko PTM melalui pelatihan berjenjang dan
pembekalan baik melalui dana dekonsentrasi, APBD, dana DAK Non Fisik
maupun dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku Melakukan
bimbingan teknis dan monitoring evaluasi secara berkala.

11. Persentase kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan


sebanyak 40%
a. Penjelasan Indikator
Kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan merupakan
indikator komposit yang menggambarkan status kualitas kesehatan lingkungan
skala kabupaten kota. Komposit dari dua indikator RPJMN yaitu desa/kelurahan
Stop Buang Air Besar Sembarangan dan sarana air minum dengan kualitas air
minum sesuai standar. Kemudian ditambah dua indikator Renstra Kemenkes
sebelum revisi yaitu Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar dan
Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar.
Serta ditambah satu indikator baru yaitu RS melaksanakan penyelenggaraan
kesehatan lingkungan yang merupakan pengembangan dari indikator RPJMN
yaitu Fasyankes yang melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar.

115 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

b. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang memenuhi 3 dari 5 kualitas kesling yaitu kabupaten/kota
yang:
1. 50% Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
2. 65% Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai
standar
3. 68% sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standar
4. 60% desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
5. 40% RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah kabupaten/kota yang
Persentase Kabupaten Kota memenuhi kualitas kesehatan
yang memenuhi kualitas lingkungan
= x 100%
kesehatan lingkungan Jumlah kabupaten/kota

d. Capaian Indikator
Capaian indikator kabupaten/kota yang memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan sebesar 53,11%, lebih tinggi dari target 40% di tahun 2022. Namun
masih perlu upaya lebih keras untuk mencapai target 80% di tahun 2024 seperti
digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.47. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang


memenuhi Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2020-2024

Sumber data: Direktorat Penyehatan Lingkungan per 9 Januari 2023

Bila sesuai kriteria definisi operasional 3 dari 5 kriteria telah memenuhi kualitas
lingkungan, Namun, berdasarkan grafik 3.2 berikut masih terdapat 241
kabupaten/kota yang belum memenuhi kualitas kesehatan lingkungan hal ini
bisa terjadi karena hanya memenuhi dibawah 2 indikator, 1 indikator atau
bahkan tidak ada yang memenuhi. Hal ini disebabkan belum meratanya
penyebaran capaian indikator pembentuk komposit dari indikator
kabupaten/kota memenuhi kualitas kesehatan lingkungan dan ini dapat menjadi

116 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

ancaman untuk pencapaian indikator tersebut, seperti digambarkan pada grafik


berikut ini:

Grafik 3.48. Proporsi Capaian Kabupaten/Kota yang memenuhi


Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2022

Sumber data: Direktorat Penyehatan Lingkungan per 9 Januari 2023

e. Analisis Penyebab Keberhasilan Pencapaian


Meskipun pencapaian indikator kabupaten/kota memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan telah melebihi target yaitu sebesar 53,11% dari target 40%, namun
apabila dilakukan analisis lebih dalam terdapat beberapa penyebab yang dapat
diantisipasi untuk mencegah kegagalan pencapaian di tahun depan. Apabila
kita melakukan analisa berdasarkan analisis SWOT maka terdapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 3.6. Analisis SWOT untuk Indikator Kabupaten/Kota Memenuhi
Kualitas Kesehatan Lingkungan Tahun 2022
Membantu Menghambat
Dari Strenghts (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)
Dalam
Indikator pembentuk indikator Kriteria yang harus terpenuhi
komposit lebih banyak (lima) minimal tiga pada suatu
dari pada standar minimal kabupaten/kota
(tiga)
Dari Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)
Luar
Capaian nasional per masing Penyebaran capaian indikator
masing indikator pembentuk pembentuk indikator komposit
indikator komposit telah belum merata
tercapai melebihi target

117 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai kabupaten kota memenuhi
kualitas kesehatan lingkungan, antara lain:
1. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
Sejak tahun 2022 pencapaian TPP memenuhi standar sudah berdasarkan
Permenkes Nomor 14 Tahun 2021. Beberapa NSPK turunan telah dibuat
sebagai pedoman Daerah melakukan percepatan capaian indikator yaitu:
a. Buku Pedoman
Direktorat Penyehatan Lingkungan telah menerbitkan lima buah buku
pedoman penyehatan pangan dan lima video tentang penjelasan IKL
berbasis risiko yaitu:
• Pedoman Higiene Sanitasi Sentra Pangan Jajanan/Kantin atau
Sejenisnya yang Aman dan Sehat
• Pedoman Penyelenggaraan Terminal Sehat
• Pedoman Verifikasi Sistem Hazard Analysis and Critical Control
Point (HACCP) di Tempat Pengelolaan Pangan (TPP)
• Pedoman Pengawasan Higiene Sanitasi Pangan Berbasis Risiko
• Pedoman Higiene dan Sanitasi pada Tempat Pengelolaan Pangan
(TPP) Tempe Kedelai dan Tahu Kedelai
• Pedoman Tata Cara Pengisian Nomor Registrasi Dalam Logo
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS)

b. Buku Saku, telah diterbitkan Buku Saku Pengawasan Higiene Sanitasi


Pangan Berbasis Risiko.
c. Media KIE, yang telah diterbitkan antara lain Media KIE Pangan Aman
Sehat di Kantin Sekolah dan Media KIE Pangan Aman Sehat di
Masyarakat.
d. Video
• Video Pentingnya Pengawasan TPP melalui Inspeksi Pangan
Berbasis Risiko
• Video Profil Pangan & Mitigasi Bahaya Pangan sebagai Penentu
Risiko Pangan
• Video Ukuran & Riwayat Ketidaksesuaian sebagai Penentu Risiko
Bisnis
• Video Menghitung Risiko Tempat Pengelolaan Pangan & Menghitung
Frekuensi Inspeksi
• Video Bersiap menjadi Petugas Inspeksi Pangan Berbasis Risiko
yang Handal
• Video Higiene Sanitasi Depot Air Minum
• Video Manajemen Sampel Depot Air Minum
e. Pelaksanaan Kajian, antara lain Pelaksanaan Kajian terkait Standar
Baku Mutu Pangan Siap Saji dan Kajian Risk Based Food Inspection

118 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

(RBFI) yang mengkaji implementasi pengawasan higiene sanitasi


pangan berbasis risiko.
f. Pendampingan kepada Daerah
• Memberikan pendampingan kepada Daerah dalam melakukan
sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021
melalui dana dekonsentrasi
• Melaksanakan program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) sentra
pangan jajanan di 20 lokus kabupaten/kota
• Mendampingi daerah dalam melakukan pengawasan pangan siap
saji pada event-event khusus seperti jambore nasional, FIBA 2022,
G20, Moto GP, Hari Kesehatan Nasional dan hari keamanan pangan
sedunia.
• Mendampingi daerah dalam melakukan pengawasan pangan siap
saji pada keadaan darurat seperti gempa Cianjur.
g. Penghargaan Kementerian Kesehatan
Pada tahun 2022 Kementerian Kesehatan memberikan penghargaan
kepada sentra pangan jajanan/kantin yang memenuhi syarat higiene
sanitasi.
2. Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai
standar
Kegiatan yang telah dilakukan dalam percepatan pencapaian target indikator
TFU pada lokus prioritas menurut RPJMN, yaitu sekolah, pasar, Puskesmas,
antara lain:
a. Pertemuan Koordinasi Pengawasan Tempat dan Fasilitas Umum (TFU)
b. Penyusunan Pedoman Pengawasan/Inspeksi Kesehatan Lingkungan
(IKL) di Tempat dan Fasilitas Umum (TFU)
c. Penyusunan Video Pengawasan/Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)
di Tempat dan Fasilitas Umum (TFU)
d. Pertemuan Evaluasi Pengawasan Kesehatan Lingkungan di Tempat dan
Fasilitas Umum (TFU) per-Triwulan
e. Asistensi pengawasan TFU kepada 10 provinsi yang capaian
pengawasan TFU rendah

Dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan lingkungan di lokasi TFU


lainnya, dilakukan kegiatan:
a. Penguatan implementasi Sertifikat Laik Sehat (SLS) menurut
Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 kepada petugas Dinas Kesehatan
dan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) tingkat provinsi di seluruh Indonesia.
b. Sosialisasi SLS kepada petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh
Indonesia
c. Sosialisasi SLS di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
d. Pertemuan Lintas Sektor terkait KBLI yang Beririsan dengan SLS
119 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

e. Pemberian Penghargaan Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar


Udara Sehat (PBUS)
f. Pengawasan Kesehatan Lingkungan di Asrama Haji sebagai bentuk
Perlindungan Kesehatan Haji sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
g. Penyusunan rancangan Peraturan Menteri Kesehatan turunan PP
Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan yang berisi
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Media Air, Udara, Tanah, Pangan, Limbah, dan mengatur
faktor kesehatan lingkungan lainnya untuk mewujudkan lingkungan yang
sehat
h. Pemantauan kesehatan lingkungan pada situasi dan event-event khusus
i. Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan di Pondok Pesantren dan
Lembaga Pendidikan Keagamaan Lainnya melalui penyediaan sarana
kesehatan lingkungan berupa sarana Cuci Tangan Pakai Sabun,
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah, dan rehab dapur.

3. Sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standar


a. Sosialisasi dan diseminasi hasil surveilans kualitas air minum TA 2021
kepada pemerintah daerah, pemangku kepentingan serta masyarakat
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya air minum aman.
b. Diskusi dan koordinasi dengan dinas kesehatan untuk meningkatkan
pengawasan terhadap sarana air minum secara berkala
c. Orientasi pengawasan kualitas air minum yang dilakukan secara virtual
kepada seluruh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan Puskesmas yang terbagi dalam 3 regional.
d. Advokasi kepada pemangku kepentingan di daerah terkait dengan
pengawasan kualitas air minum yang telah dilakukan di 10 provinsi
yang memiliki capaian indikator air dan sanitasi terendah.

Gambar 3.22. Advokasi Kepala Daerah untuk Pembangunan


Air Minum dan Sanitasi

120 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

e. Memberikan bantuan teknologi tepat guna air minum di 22 lokasi


sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas air dengan
melibatkan B/BTKL-PP di 10 regional
f. Mengusulkan nomenklatur pengawasan kualitas air minum dalam
kodefikasi nomenklatur perencanaan dan penganggaran daerah
sehingga daerah nantinya dapat mengalokasikan pendanaan
pengawasan kualitas air minum melalui anggaran masing-masing
daerah.

4. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan


a. Pelucuran dan diseminasi Roadmap Stop Buang Air Besar
Sembarangan dan Roadmap Cuci Tangan Pakai Sabun kepada
pemerintah daerah, pemangku kepentingan serta masyarakat
khususnya organisasi wanita kemasyarakatan seperti TP PKK,
Muslimat NU, Aisyiyah Muhammadiyah, Persit Kartika Chandra,
Bhayangkari, Jalasenastri dan organisasi kewanitaan lainnya sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)..
b. Memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah dengan capaian
desa/kelurahan SBS 100% serta kepada tenaga sanitasi lingkungan
terbaik, natural leader terbaik, kepala desa terbaik melalui STBM
Award.
c. Advokasi kepada pemangku kepentingan pada 10 provinsi dengan
capaian indikator air dan sanitasi terendah dan khusus di Provinsi Aceh
terkait dengan penanggulangan KLB Polio serta 4 provinsi tambahan
lokasi kajian.
d. Diskusi dan koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas
kesehatan kabupaten kota untuk meningkatkan capaian desa/kelurahan
SBS secara berkala dengan pengawalan koordinator STBM Provinsi.
e. Orientasi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang
dilakukan secara virtual kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan dan
Permukiman serta Bappeda yang akan menyusun SSK (Strategi
Sanitasi Kabupaten Kota)
f. Memberikan bantuan teknologi tepat guna sarana sanitasi di 127 lokasi
sebagai salah satu stimulan dan percontohan untuk replikasi melalui
anggaran desa dan atau sumber dana lain. Salah satu yang berhasil
adalah di Kab. Waktobi yang telah mencapai 100% desa/kelurahan
SBS.
g. Mengusulkan nomenklatur kegiatan terkait percepatan capaian indikator
SBS dalam kodefikasi nomenklatur perencanaan dan penganggaran
daerah sehingga daerah kepada Kementerian Dalam Negeri sehingga
daerah dapat mengalokasikan pendanaan STBM khususnya SBS
melalui anggaran masing-masing daerah.
h. Mengembangkan media pembelajaran mandiri berupa e-learning STBM
Stunting.
121 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

i. Mengembangkan panduan media KIE dan infografis yang


disebarluaskan melalui sosial media untuk peningkatan kesedaran
masyarakat
j. Menyederhanakan panduan verifikasi SBS dan lima pilar STBM untuk
memangkas birokrasi dan biaya.
k. Menyampaikan data desa kelurahan SBS kepada Kementerian PUPR
untuk dapat dilanjutkan dengan program infrastruktur sarana sanitasi
l. Menyusun pedoman keberlanjutan SBS yang dapat digunakan
pemerintah kabupaten kota dan pemerintah desa untuk meningkatkan
tangga sanitasi menuju aman dan melanjutkan ke pilar STBM lainnya
m. Menyusun pedoman KKN Mahasiswa untuk dapat membantu
peningkatan capaian SBS
n. Menyediakan anggaran lokus STBM di Puskesmas melalui DAK Non
Fisik untuk kegiatan pemicuan, pendampingan dan verifikasi SBS
o. Menyusun pedoman alternatif pembiayaan sanitasi agar sanitarian
dapat memberikan opsi pilihan kepada masyarakat yang telah berubah
perilaku higiene sanitasinya
p. Melakukan kajian kompetensi tenaga sanitasi lingkungan agar dapat
memaksimalkan sumber daya untuk percepatan capaian SBS
q. Melakukan kajian dampak SBS dan penurunan kejadian penyakit serta
stunting sebagai bahan advokasi kepada pemerintah daerah

Gambar 3.23. Advokasi kepada pemangku kepentingan melalui


deklarasi SBS yang disinergikan dengan kegiatan Sail Wakatobi dan
Program Intervensi Kesling di Desa

122 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

5. RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan


a. Pengembangan sistem informasi kelola limbah medis (Sikelim) baru
selesai, saat ini dalam proses pembaruan akun pengguna dan integrasi
pangkalan data dengan Sikelim yang lama agar seluruh data dapat
dilengkapi sehingga mencakup definisi operasional indikator tahun 2020
s.d. 2024.
b. Tersedianya pembaruan akun dan pangkalan data Sikelim sehingga
data dan informasi kelola limbah medis sesuai dengan kondisi terkini
dan definisi operasional dari indikator tahun 2020 s.d. 2024.
c. Pembinaan termasuk sosialisasi dan advokasi serta pelatihan luring
bagi penanggung jawab program di Dinas Kesehatan Provinsi agar
optimal dan dapat diteruskan ke Dinkes dan Fasyankes untuk dapat
memanfaatkan sistem informasi guna melakukan pelaporan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS.
d. Advokasi dan membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan
agar penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS merata di Indonesia.

Gambar 3.24. Advokasi dan membangun kemitraan dengan


pemangku kepentingan agar penyelenggaraan kesehatan
lingkungan RS merata di Indonesia

g. Kendala/masalah yang dihadapi


Untuk mencapai kabupaten/kota memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
tentu saja tidak terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi, antara lain
1. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
• Jumlah TPP yang terus bertambah
• Banyak bermunculan variasi pangan siap saji seiring dengan kemajuan
teknologi
123 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

• Tenaga petugas kesehatan lingkungan di Daerah yang terbatas


• Perputaran/rotasi petugas kesehatan lingkungan di Daerah yang cepat
• Kepatuhan Pelaku usaha memiliki Sertifikat Laik HIgiene Sanitasi
(SLHS) masih rendah
• Kepedulian masyarakat/pelaku usaha yang masih rendah untuk
menerapkan higiene sanitasi pangan.

2. Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai


standar
• Belum optimalnya kepatuhan petugas untuk melaksanakan penginputan
data klaim keberhasilan pengawasan dalam e monev Kesling e satu.
• Belum semua kabupaten/kota sampai dengan tingkat Puskesmas
menyediakan reagensia pemeriksaan kualitas Kesehatan lingkungan (air
minum dan pangan) sehingga sangat berpengaruh terhadap hasil
capaian memenuhi syarat. Puskesmas di seluruh Indonesia, yang sudah
memiliki peralatan pengukuran kualitas kesehatan lingkungan baru
berjumlah 8.908-unit (86,55%) dari total 10.292 Puskesmas.
• Pemenuhan peralatan pengawasan Kesehatan Lingkungan Sanitarian
Kit belum semua semua Puskesmas terpenuhi.
• Kapasitas petugas dalam manajemen strategi pengawasan kualitas
kesehatan lingkungan di tingkat kab/kota sampai dengan Puskesmas
belum optimal.

3. Sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standar


• Pelaporan pengawasan kualitas air minum yang saat ini masih manual
karena sistem pelaporan elektronik yang saat ini masih dalam proses
pengembangan untuk dimasukkan beberapa fitur informasi.
• Kurangnya komitmen daerah dalam penganggaran daerah, yang
terbatas hanya sampai pada inspeksi kesehatan lingkungan sehingga
daerah tidak dapat melakukan pengambilan sampel air minum.
• sarana laboratorium yang tidak tersebar merata di seluruh Indonesia
serta tidak memiliki sanitarian kit serta reagen pengujian kualitas air.
• Belum semua penyelenggara/produsen air minum melaksanakan
rencana pengamanan air minum (RPAM).
• kurangnya pelatihan pengawasan kualitas air minum kepada daerah, hal
ini disebabkan pula karena cukup seringnya rotasi pegawai di daerah.
4. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
• Kurangnya komitmen pimpinan daerah untuk memprioritaskan
pencapaian desa/kelurahan SBS.
• Kurangnya kepedulian dan peran masyarakat secara luas terhadap SBS
• Kurangnya pemenuhan akses sanitasi khususnya bagi masyarakat yang
tidak memiliki kemampuan.
• Keterbatasan lahan dan lahan ilegal pada masyarakat di kawasan
kumuh perkotaan.

124 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

• Keterbatasan akses sanitasi di sekolah dan tempat layanan public


• Kurang maksimalnya penyediaan akses sanitasi emergensi di lokasi
yang terdampak bencana

5. RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan


• Pengembangan sistem informasi kelola limbah medis (Sikelim) baru
selesai sehingga akun dan pangkalan data masih dalam proses
pembaruan.
• Pemahaman pengguna terhadap pengoperasian dan pengisian formulir
di Sikelim masih perlu ditingkatkan melalui diseminasi dan sosialisasi
untuk menjangkau seluruh RS di Indonesia.
• Kemitraan lintas program dan sektor yang perlu diperkuat untuk
mendukung penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS yang merata di
Indonesia.

h. Pemecahan Masalah
Secara umum kendala dan permasalahan dalam mencapai indikator kabupaten
kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan dapat dipecahkan dengan
strategi:
1) Peningkatan pengawasan kualitas kesling
2) Pemetaan wilayah berbasis risiko/ kerentanan menjadi dasar untuk
intervensi
3) Peningkatan jejaring kemitraan
4) Meningkatkan advokasi dan sosialisasi kepada pemegang kebijakan
5) Peningkatan kualitas Kesehatan lingkungan melalui intervensi
peningkatan akses/perbaikan kualitas untuk pencegahan penyakit
6) Peningkatan kapasitas dan jejaring laboratorium
7) Penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas lingkungan
8) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait
9) Pelayanan kesehatan lingkungan didukung dengan sistem
informasi/digitalisasi di setiap layanan
10) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait
11) Pelayanan kesehatan lingkungan didukung dengan sistem
informasi/digitalisasi di setiap layanan
12) Pemberian reward kepada daerah yang berprestasi dalam rangka
percepatan pembangunan sanitasi
Namun, secara spesifik pemecahan masalah dapat dilakukan dengan:
1. Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) memenuhi standar
• Melakukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan lingkungan di
Daerah secara berkala
• Membuat video-video pembelajaran tentang pengawasan higiene
sanitasi pangan agar mudah diakses oleh Puskesmas.

125 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2. Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai


standar
• Melakukan asistensi pengawasan kesehatan lingkungan TFU secara
daring bagi provinsi yang capaian pengawasan TFU rendah untuk
mendorong pencapaian target per kab/kota.
• Melakukan fasilitasi teknis dalam perhitungan target indikator dan
operasionalisasi pengawasan yang sesuai standar kepada daerah yang
masih rendah.
• Peningkatan kapasitas petugas melalui orientasi penggunaan aplikasi e-
satu
• Menyediakan alternatif pengumpulan data hasil pengawasan dengan
cara manual, untuk mengantisipasi adanya hambatan teknis dalam
aplikasi e-satu.
• Pendampingan teknis dengan membentuk tim admin aplikasi e-satu
yang bertugas untuk membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh
petugas Puskesmas dalam menginput hasil pengawasan TFU.
• Pada tahun 2023 dukungan pembiayaan pengukuran kualitas kesehatan
lingkungan melalui penyediaan reagensia per Puskesmas
3. Sarana air minum dengan kualitas air minum sesuai standar
• Direktorat Penyehatan Lingkungan telah mengusulkan menu penyediaan
reagen di daerah melalui dana alokasi khusus (DAK/BOK) Kesehatan TA
2023
• Advokasi kepada pemangku kepentingan di daerah terkait dengan
pengawasan kualitas air
• Orientasi pengawasan kualitas air minum yang dilakukan secara virtual
kepada seluruh dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan Puskesmas yang terbagi dalam 3 regional.
4. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
• Membangun komitmen pemerintah daerah untuk pencapaian target SBS
dan akses sanitasi
• Mempercepat pencapaian tangga sanitasi
• Melakukan penanganan khusus untuk daerah dengan capaian SBS dan
akses sanitasi rendah dan sangat rendah
• Melakukan penanganan daerah dengan tahapan akhir menuju SBS
• Membuat skema pendanaan dan pembiayaan sanitasi untuk masyarakat
• Bekerjasama dengan pemangku kepentingan menyediakan pilihan
teknologi yang responsif terhadap perubahan iklim
• Bekerjasama dengan pemangku kepentingan untuk menyediakan akses
sanitasi emergensi di daerah rawan bencana
• Bekerjasama dengan pemangku kepentingan untuk menyediakan akses
sanitasi pada masyarakat di kawasan kumuh dengan status tempat
tinggal illegal
• Bekerjasama dengan pemangku kepentingan untuk penyediaan akses
sanitasi masyarakat perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan

126 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

• Bekerjasama dengan pemangku kepentingan untuk penyediaan akses


sanitasi sekolah dan tempat publik
• Memastikan keberlanjutan SBS dan peningkatan sanitasi pasca status
SBS
5. RS melaksanakan penyelenggaraan kesehatan lingkungan
• Pembinaan termasuk sosialisasi dan advokasi serta pelatihan luring bagi
penanggung jawab program di Dinas Kesehatan Provinsi agar optimal
dan dapat diteruskan ke Dinkes dan Fasyankes untuk dapat
memanfaatkan sistem informasi guna melakukan pelaporan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS.
• Advokasi dan membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan
agar mendukung penyelenggaraan kesehatan lingkungan RS yang
merata di Indonesia.
• Dukungan mitra pembangunan seperti Unicef, WHO, dan UNDP dalam
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, sistem informasi untuk
pemantauan dan pelaporan, serta sarana penyelenggaraan kesehatan
lingkungan RS.

12. Persentase kabupaten/kota yang memiliki laboratorium kesehatan masyarakat


dengan kemampuan surveilans sebesar 39%
a. Penjelasan Indikator
Laboratorium kesehatan dengan kemampuan surveilans adalah laboratorium
yang memiliki kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit
potensi KLB/wabah/KKM. Laboratorium kesehatan masyarakat diperlukan dalam
rangka mendukung ketahanan kesehatan melalui pemeriksaan penyakit dan
faktor risiko kesehatan dengan mempertimbangkan kecepatan dan akurasi
pengujian laboratorium, serta kecepatan ketepatan pelaporan hasil pengujian
laboratorium, sebagai konfirmasi penyakit tersebut untuk mengetahui pola
sebaran kecenderungan penyakit dalam upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit, khususnya penyakit potensial KLB/wabah/KKM.

Penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB/wabah sesuai dengan


Permenkes nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu
yang dapat menimbukan wabah dan upaya penanggulangan serta 24 penyakit
yang dipantau dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) yaitu diare,
malaria, demam dengue, disentri, demam tifoid, syndrome jaundice akut, flu
burung, chikungunya, campak, difteri, pertussis, AFP/polio, antraks, leptospirosis,
kolera, meningistis/encephalitis, ILI (Influenza Like Illness), hepatitis, pneumonia,
tersangka tetanus/tetanus neonatorum, COVID-19 dan klaster penyakit yang tidak
lazim.

Laboratorium kesehatan masyarakat yang dimaksud sesuai dengan Peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis
127 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Kementerian Kesehatan Tahun 2022 – 2024 ada di 10.134 puskesmas, 233


Labkesda/Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), 4 Balai Besar Laboratorium
Kesehatan (BBLK), 10 B/BTKL – PP, 2.787 Laboratorium Rumah Sakit, 1.056
Laboratorium Klinik swasta, 30 Laboratorium Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (B/BKPM), UTD, Lab Prof. Sri Oemiyati, Balai/Lokalitbang,
Laboratorium yang berkaitan dengan faktor risiko B/B Veteriner, BBLitVet,
B2P2VRP Salatiga dan sebagainya.

b. Definisi Operasional
Persentase provinsi yang 80% Kabupaten/Kotanya telah memiliki laboratorium
kesehatan masyarakat (Labkesmas) dan mempunyai kemampuan surveilans
epidemiologi (kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit
potensi KLB/wabah/KKM). Labkesmas yang menjadi sasaran adalah laboratorium
kesehatan pada tingkat II ke atas yang ada di wilayah kerja Kab/Kota seperti
Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi/Kab/Kota, Laboratorium
RSUD Provinsi/Kab/Kota, Laboratorium RS vertikal Kementerian Kesehatan,
B/BTKLPP, BBLK, B/BKPM, Balai/Loka Litbang, Laboratorium Prof. Dr. Sri
Oemiyati, Laboratorium B2P2VRP Salatiga.

Labkesmas yang memiliki kemampuan surveilans epidemiologi merujuk kepada


definisi indikator kinerja kegiatan, yaitu:
a. Laboratorium kesehatan masyarakat mampu melakukan deteksi dan/atau
identifikasi organisme penyebab penyakit berdasarkan metode mikroskopis,
serologi, biologi molekuler sederhana dan pengepakan/pengiriman spesimen.
b. Laboratorium kesehatan masyarakat mampu mendeteksi dan merespon
penyakit emerging disease, new emerging disease, re-emerging disease (Alert
digital System) melalui NAR dan/atau SKDR.

c. Rumus/Cara Perhitungan
Jumlah Provinsi dengan 80%
Persentase Kabupaten Kota Kabupaten/Kota yang telah memiliki
yang memiliki Labkesmas labkesmas dan mempunyai
dengan kemampuan = kemampuan surveilans epidemiologi x 100%
surveilans Seluruh Provinsi di Indonesia
(34 Provinsi)

d. Capaian Indikator
Indikator Persentase Kabupaten Kota yang memiliki Labkesmas dengan
kemampuan surveilans merupakan indikator baru dalam Revisi Renstra Tahun
2022, capaian indikator persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Laboratorium
Kesehatan Masyarakat dengan kemampuan surveilans sebesar 32,35% dari
target 39% yang ditetapkan pada tahun 2022, sehingga capaian kinerja nya
sebesar 82,95%.

128 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.49. Target dan Capaian Persentase Kabupaten Kota yang memiliki
Labkesmas dengan kemampuan surveilans Tahun 2022

82.95%

39.00%
32.35%

TARGET CAPAIAN KINERJA

Sumber data: Laporan Direktorat SKK, 24 Januari 2023

Berdasarkan grafik diatas persentase Kabupaten/Kota yang memiliki


Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan Kemampuan Surveilans tahun 2022
sebesar 32,35%, dengan capaian kinerja sebesar 82,95%. Capaian indikator
tersebut belum mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2022 yang
sebesar 39% (14 provinsi). Capaian per Provinsi digambarkan dalam grafik
berikut ini:
Grafik 3.50. Provinsi dengan 80% Kabupaten/Kota yang telah memiliki
labkesmas dengan mempunyai kemampuan surveilans Tahun 2022

Sumber data: Hasil Pemetaan Kapasitas Lab Tahun 2022

129 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa terdapat 11 provinsi dengan 80%


Kabupaten/Kota yang memiliki laboratorium Kesehatan dengan kemampuan
surveilans, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan. Laboratorium Kesehatan dengan kemampuan
surveilans terbesar terdapat pada laboratorium Rumah Sakit (RSUP dan RSUD),
Laboratorium rujukan regional dan Laboratorium rujukan nasional. Sedangkan
Laboratorium kesehatan daerah dengan kemampuan surveilans jumlahnya masih
sangat sedikit.

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian Target


Indikator ini tidak mencapai target pada tahun 2022 dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Belum tersedianya laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh Provinsi dan
Kab/Kota.
2. Belum optimalnya pelaksanaan surveilans penyakit, vektor dan faktor risiko
penyakit berbasis Laboratorium di daerah – daerah.
3. Belum adanya sistem Informasi laboratorium yang terintegrasi dalam
mendukung surveilans berbasis laboratorium.
4. Belum adanya integrasi dan sinkronisasi data dan kebijakan pusat dan daerah
dalam sistem surveilans
5. Sarana dan prasarana laboratorium (alat Laboratorium, reagent/Bahan Habis
Pakai (BHP), alat penunjang laboratorium dan Gedung) yang belum
memenuhi standar, khususnya pada Laboratorium kesehatan daerah.
6. Ketersediaan SDM pada Laboratorium Kesehatan daerah belum merata dan
terpenuhi sesuai dengan standar seperti tenaga ATLM, Dokter,
Surveilans/Epidemiolog, dll)

Selain itu, berubahnya regulasi di pusat terkait dengan penyelenggaraan


laboratorium kesehatan masyarakat menjadi salah satu factor yang
mempengaruhi. Pada tahun 2022, terdapat kebijakan peralihan tugas dan fungsi
terkait program Laboratorium Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Surveilans
dan Kekarantinaan Kesehatan, Ditjen P2P ke Direktorat Tata Kelola Kesehatan
Masyarakat, Ditjen Kesmas. Hal ini diperkuat dengan adanya SE Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/1254/2022 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dimana disebutkan bahwa untuk
mendukung optimalisasi penyelenggaraan Labkesmas dab upaya transformasi
Labkesmas, ditetapkan satu pengampu yang berada di Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, yang memiliki tugas dan fungsi dalam mengkoordinasikan
kebijakan Tata Kelola Penyelenggaraan Labkesmas.

Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/1332/2022 tentang Uraian


Tugas dan Fungsi Organisasi Kementerian Kesehatan dan Pembentukan Tim
Kerja dalam Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Organisasi, terdapat fungsi
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan sehingga Indikator Kinerja
Program (IKP) tersebut sudah tidak lagi selaras dengan tugas dan fungsi
130 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan. IKP tersebut diusulkan dipindahkan ke


Ditjen Kesmas sebagai pengampu Labkesmas. Hasil capaian kinerja IKP tersebut
saat ini tidak bisa dimanfaatkan untuk perencanaan program karena tidak
mencakup seluruh fungsi yang terdapat pada Direktorat Surveilans dan
Kekarantinaan Kesehatan. Oleh karena itu tahun 2023, indikator ini
direkomendasikan bukan pada Ditjen P2P lagi.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Upaya mencapai indikator yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemetaan kapasitas laboratorium pada fasyankes kab/kota dan
Provinsi yang berkemampuan surveilans epidemiologi (deteksi penyakit,
vektor, faktor risiko Kesehatan)
2. Mendorong tersusunnya regulasi penyelenggaraan Labkesmas
3. Meningkatkan koordinasi antara Lintas Program dan Lintas Sektor terkait baik
di pusat maupun di daerah.
4. Meningkatkan kapasitas pemeriksaan spesimen penyakit melalui pemenuhan
alat dan sarpras pendukung laboratorium.
5. Meningkatkan kapasitas petugas pengelola labkesmas di tingkat pusat
6. Melakukan pelatihan/peningkatan kapasitas petugas bagi petugas surveilans
dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat
7. Melakukan evaluasi kinerja program secara rutin.
8. Memberikan umpan balik dan diseminasi hasil pemetaan kapasitas
laboratorium kepada pihak – pihak terkait
9. Melakukan advokasi tentang penyelenggaraan surveilans berbasis
laboratorium
10. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi program surveilans berbasis
laboratorium.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi


1) Terbatasnya jumlah, kualitas dan distribusi tenaga analis Kesehatan
(ATLM/Ahli Teknologi Laboratorium Medik pada laboratorium di daerah
khususnya pada labkesmas tingkat I dan tenaga surveilans dan/atau tenaga
epidemiolog pada laboratorium laboratorium kesehatan daerah baik di provinsi
maupun Kab/Kota.
2) Kemampuan surveilans berbasis laboratorium di daerah yang rendah karena
keterbatasan sarana prasarana, alat dan/atau bahan habis pakai serta
kapasitas petugas.
3) Minimnya dukungan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan dan
operasional laboratorium kesehatan daerah khususnya dalam hal
penganggaran.
4) Belum adanya sistem Informasi laboratorium terintegrasi (Sistem Informasi
Laboratorium Nasional) yang dapat memantau penyelenggaraan surveilans
penyakit berbasis laboratorium.

131 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

h. Pemecahan Masalah
Strategi Pemecahan Masalah dalam mencapai indikator persentase
Kabupaten/Kota yang Memiliki Laboratorium Kesehatan Masyarakat dengan
Kemampuan Surveilans, adalah:
1. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah dalam mendukung
penyelenggaraan surveilans penyakit berbasis laboratorium
2. Melakukan sosialisasi program surveilans berbasis laboratorium terintegrasi
dengan kegiatan lain
3. Dukungan asistensi, bimbingan teknis dan pelatihan/peningkatan kapasitas
bagi petugas laboratorium dan petugas surveilans di daerah.
4. Dukungan anggaran dan sarana prasarana untuk penyelenggaraan surveilans
berbasis laboratorium pada laboratorium Kesehatan daerah.
5. Membuat sistem Informasi laboratorium terintegrasi (Sistem Informasi
Laboratorium Nasional)

13. Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi


surveillans berbasis digital sebesar 60%
a. Penjelasan Indikator
Sistem data kesehatan yang terintegrasi, yaitu sistem dengan arsitektur tata
kelola satu data kesehatan, bagian dari sistem big data berbasis single-health
identity, dan memiliki sistem analisis kesehatan berbasis kecerdasan buatan/AI
(Artificial Intelligence) dan dengan perluasan cakupan single-health identity.
Sistem aplikasi kesehatan terintegrasi, yaitu dengan arsitektur interoperabilitas
sistem kesehatan, memiliki sistem informasi fasilitas pelayanan kesehatan
terintegrasi dan memiliki perluasan cakupan.

Fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi surveilans berbasis


digital ini menggambarkan fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi
laboratorium kesehatan masyarakat, puskesmas, klinik dan rumah sakit yang
telah terintegrasi dalam sistem informasi surveilans berbasis digital.

b. Definisi Operasional
Persentase fasyankes yang meliputi laboratorium kesehatan masyarakat,
puskesmas, klinik dan rumah sakit yang telah terintegrasi dalam sistem informasi
surveilans berbasis digital. Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam
sistem informasi surveilans berbasis digital yaitu:
- Pencapaian fasyankes yang menggunakan Aplikasi NAR dan SKDR
(penyakit potensial KLB/wabah) dengan target sebesar 60%
- Pencapaian untuk fasyankes yang terintegrasi terdiri dari Puskesmas/Klinik
dengan target sebesar 60%

132 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Rumus/Cara Perhitungan
Persentase Fasyankes yang Jumlah puskesmas dan klinik yang
telah terintegrasi dalam terintegrasi sistem surveilans
sistem informasi surveilans = x 100%
berbasis digital Jumlah seluruh puskesmas dan klinik

d. Capaian Indikator
Pada tahun 2022, persentase puskesmas dan klinik yang terintegrasi dan
melaporkan hasil surveilans ke sistem informasi Kemenkes dengan target
indikator sebesar 60%. Capaian indikator kinerja program yang di dapatkan pada
tahun 2022 sebesar 61,04% sehingga capaian kinerja sebesar 101,73%, seperti
grafik berikut ini:

Grafik 3.51. Target dan Capaian Persentase Fasyankes terintegrasi


sistem surveilans berbasis digital Tahun 2022-2024

Sumber data: Laporan Direktorat SKK, 24 Januari 2023

Grafik diatas menunjukkan bahwa persentase puskesmas dan klinik yang


terintegrasi dan melaporkan hasil surveilans ke sistem informasi Kemenkes
tahun 2022 sebesar 61,04%, dengan total Fasyankes yang ada di NAR PCR
sebanyak 1.017 dan RS yang ada dalam SKDR sebanyak 542. Total RSU dan
RSK infeksi sebanyak 2.554. Dari grafik terlihat bahwa capaian melebihi target
pada tahun 2022, sehingga diperkirakan capaian tahun 2023 dan 2024 dapat
tercapai bila kriteria Fasyankes yang dipergunakan masih sama yakni
Puskesmas dan klinik.

Indikator ini merupakan indikator baru pada Revisi Renstra Tahun 2022,
sehingga pembandingan dengan tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan.
Tahun 2022, Fasyankes yang dihitung adalah Puskesmas, klinik dan RS tetapi
Labkesmas belum dimasukkan dalam perhitungan. Berikut ini grafik capaian
komposit Fasyankes yang menggunakan aplikasi NAR dan SKDR.

133 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.52. Fasyankes Yang Menggunakan


Aplikasi NAR Dan SKDR Tahun 2022
100
88.3
90
80
70 60
60 53
50
40
30
20
10
0
TARGET CAPAIAN KINERJA

Sumber data: Laporan Direktorat SKK, 24 Januari 2023

Capaian untuk fasyankes RS yang menggunakan Aplikasi NAR dan Sistem


Kewaspadaan dan Respon (SKDR) sebesar 53%. Data NAR PCR, sebagian
besar (89,7%) dari RS yang aktif melaporkan kasus melalui aplikasi NAR.
Sebanyak 2.800 RS mempunyai akun aplikasi NAR dari 3.122 RS di Indonesia.
Sedangkan data SKDR sebesar 16,3%, data tersebut berdasarkan jumlah RS
yang melaporkan penyakit dalam SKDR sebanyak 507 dan jumlah RS yang
terdaftar yakni 3.122 RS.

Indikator komposit lainnya adalah fasyankes yang terintegrasi yang terdiri dari
Puskesmas dan klinik dengan capaian dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.53. Fasyankes Yang Terintegrasi Puskesmas dan Klinik


140 128.8
120

100
77.3
80
60
60

40

20

0
TARGET CAPAIAN KINERJA

Sumber data: Laporan Direktorat SKK, 24 Januari 2023

Capaian untuk fasyankes yang terintegrasi terdiri dari puskesmas/klinik dengan


capaian sebesar 77,3%. Data NAR Antigen sebagian besar (83,6%)
berdasarkan jumlah faskes (Puskesmas dan klinik) yang aktif melaporkan
kasus melalui aplikasi NAR antigen. Sebanyak 18.796 faskes telah melaporkan
134 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dari 22.494 faskes yang mempunyai akun aplikasi NAR Antigen. Sedangkan
data SKDR sebesar 71%, yakni 7.741 puskesmas yang melaporkan penyakit
yang ada dalam SKDR dari 10.864 Puskesmas yang terdaftar.

e. Analisis Penyebab Kegagalan Pencapaian Target


Indikator ini mencapai target pada tahun 2021, hal ini disebabkan adanya
batasan kriteria yang jelas untuk surveilans berbasis digital yakni data NAR dan
SKDR. Faktor yang mempengaruhi tercapainya target antara lain:
1. Sebagian fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas/klinik) mulai
melaporkan penyakit berpotensi KLB untuk deteksi dini penyakit ke dalam
aplikasi NAR dan SKDR.
2. Adanya sistem pelaporan yang terintegrasi untuk melaporkan penyakit New
Emerging sehingga pelaporan lebih terstruktur.
3. Mulai terbentuknya petugas surveilans di RS.
4. Meningkatnya komitmen pimpinan dalam pelaksanaan deteksi dini penyakit
potensi KLB.
5. Mulai tersedianya sarana dan prasarana pendukung (laptop/komputer dan
form pelaporan W2)
6. Koordinasi antara Dinkes Kabupaten/kota dengan RS mulai terjalin.

f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Upaya mencapai indikator yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi capaian program tim kerja surveilans,
2. Peningkatan kapasitas SDM (pelatihan/refreshing)
3. Memberikan umpan balik SKDR serta rekomendasi dalam bentuk surat
ataupun buletin setiap bulan kepada kepala daerah
4. Revisi regulasi terkait penyelenggaraan Surveilans di RS dan klinik swasta
5. Advokasi Pemanfaatan dana BOK
6. Menetapakan penanggungjawab pengelola pelaporan di RS berdasarkan SK
yang di tetapkan oleh pejabat setempat
7. Sosialisasi revisi Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon ke
provinsi.
8. Melakukan bimbingan teknis dan supervisi program surveilans.

g. Kendala/Masalah yang dihadapi


1) Pandemi Covid-19 menyebabkan tenaga surveilans di semua level memiliki
beban yang tinggi untuk melakukan contact tracing, verifikasi dan validasi
data, investigasi, analisa data.
2) Menurunnya pemeriksaan testing di fasyankes meyebabkan fasyankes tidak
aktif meginput laporan ke dalam aplikasi NAR
3) Belum semua RS melaporkan penyakit berpotensi KLB ke dalam aplikasi
SKDR
4) Masih terdapat fitur dalam aplikasi NAR dan SKDR yang belum terfasilitasi
sehingga data yang diharapkan belum dapat terakomodir

135 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

5) Terbatasnya jumlah, kualitas dan distribusi tenaga surveilans (RS,


Puskesmas, Kab/Kota dan Provinsi)
6) Dibeberapa provinsi, kabupaten mengalami rotasi atau pergantian
penanggung jawab sehingga perlu ada refreshing atau on the job training
7) Masih terdapat wilayah kabupaten/puskesmas di Indonesia Bagian Timur
tidak terjangkau oleh jaringan sinyal komunikasi seluler
8) Koordinasi lintas sektor belum terjalin dengan baik untuk verifikasi penyakit

h. Strategi Pemecahan Masalah.


Strategi Pemecahan Masalah dalam persentase fasyankes yang telah
terintegrasi dalam sistem informasi surveilans berbasis digital adalah:
1. Advokasi dan sosialisasi program surveilans terintegrasi dengan kegiatan
lain
2. Dukungan asistensi dan bimbingan teknis bagi petugas pelaksana
surveilans di daerah
3. Untuk puskemas yang koneksi internetnya kurang, maka Dinkes Kabupaten
harus memasukkan laporannya kedalam web SKDR
4. Berkoordinasi dengan BKD untuk membuat peta jabatan epidemiologi di RS
5. Melakukan advokasi kepada kepala Daerah untuk mengalokasikan
anggaran
6. Revisi regulasi terkait penyelenggaraan Surveilans di RS dan klinik swasta

14. Persentase faktor risiko penyakit dipintu masuk yang dikendalikan sebesar
93%
a. Penjelasan indikator
Faktor risiko penyakit yang dikendalikan di pintu masuk adalah faktor risiko
yang dapat menimbulkan permasalahan kekarantinaan kesehatan yang terdiri
dari faktor risiko pada alat angkut dan isinya, faktor risiko lingkungan darat, air,
udara, limbah, dan faktor risiko pada tempat-tempat umum. Pengendalian faktor
risiko dilakukan dengan melakukan respon pengendalian terhadap semua
faktor risiko yang ditemukan.

Faktor risiko yang ditemukan pada pemeriksaan orang dapat berupa pelaku
perjalanan dengan suhu tinggi > 37,50 C, karantina, covid positif, sakit, saturasi
<95, hamil >32 minggu, atau pada pelaku perjalanan haji dengan Hb <8.5,
hamil <14 minggu dan >26 minggu, penyakit menular yang menimbulkan
wabah, belum vaksin meningitis, ditemukan ICV palsu/expired, ditemukan
positif pada pemeriksaan HIV/TB/malaria baik diwilayah perimeter atau buffer.
Pengendalian faktor risiko pada pemeriksaan orang meliputi rujukan, isolasi,
tolak berangkat, vaksinasi (tidak termasuk COVID), pertolongan gawat darurat,
pemberian obat, ijin angkut orang sakit, surat layak terbang bagi yang beresiko,
rekomendasi perjalanan berupa clearance untuk orang selesai karantina.

Faktor risiko pada pemeriksaan alat angkut antara lain ditemukannya vektor
kecoa, tikus, lalat, nyamuk dan vector lainnya. Selain itu pada alat angkut
136 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

ditemukan ada penumpang positif Covid-19. Respon pengendalian yang


dilakukan adalah desinfeksi, desinseksi, dekontaminasi, deratisasi, pemberian
surat bebas karantina kapal dan one-month extention.

Pemeriksaan barang meliputi pemeriksaan kelengkapan dokumen jenazah.


Faktor risiko yang ditemukan meliputi jenazah penyakit menular atau potensial
wabah dengan dokumen yang tidak lengkap. Respon pengendalian yang
dilakukan antara lain jenazah tidak diberangkatkan atau tunda keberangkatan
sampai dokumen lengkap.

Pemeriksaan lingkungan meliputi pemeriksaan Tempat-Tempat Umum (TTU),


Tempat Pengolahan Pangan (TPP) dan pemeriksaan sanitasi air. Pemeriksaan
sanitasi TTU dilakukan dengan memeriksa fisik berupa penilaian kondisi
higiene dan sanitasi gedung/bangunan dan lingkungan. Pemeriksaan sanitasi
TPM dilakukan menyeluruh mulai pemeriksaan higiene bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengelolaan makanan, hingga penyajian
makanan. Seluruh aspek lingkungan baik fisik tempat, peralatan maupun
penjamah juga diperhatikan dalam pemeriksaan ini. Faktor risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan lingkungan meliputi suhu dan kelembaban
tinggi, fisik dan kimia lingkungan tidak memenuhi syarat untuk TTU, e coli dan
MPN coliform tinggi, ALT untuk usap alat makan dan masak, fisik tidak
memenuhi syarat untuk TPP. Ditemukannya coli, MPN coliform, risiko
pencemaran tinggi dan amat tinggi pada sarana air. Disebut faktor risiko bisa
sarana tidak memenuhi syarat dan pemeriksaan vector ditemukan indeks tinggi.
Pengendalian risiko telah dilakukan bila sarana TTU, TPP dan air yang
sebelumnya tidak memenuhi syarat menjadi memenuhi syarat setelah
pengendalian.

b. Definisi Operasional
Faktor risiko yang dikendalikan berdasarkan temuan pada pemeriksaan orang,
alat angkut, barang dan lingkungan dalam satu tahun.

c. Cara perhitungan

Jumlah faktor risiko yang dikendalikan


Persentase faktor pada orang, alat angkut, barang dan
risiko penyakit lingkungan
dipintu masuk yang jumlah faktor risiko yang ditemukan pada x 100%
=
dikendalikan pemeriksaan orang, alat angkut, barang
dan lingkungan

d. Capaian indikator
Capaian indikator persentase faktor risiko penyakit di pintu masuk yang
dikendalikan pada tahun 2022 telah tercapai 99,98% dari target 93% dengan
capaian kinerja sebesar 107.5%. Data tahun 2022 menunjukkan jumlah faktor

137 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

ririko yang dikendalikan sebanyak 641.433 dari 641.535 faktor risiko yang
dikendalikan. Secara lengkap terlihat dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.54. Target dan Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk
yang dikendalikan Tahun 2020-2024

Sumber data : Data 61 KKP melalui google form, 2023

Pada grafik diatas, selama 3 tahun berturut-turut capaian indikator persentase


faktor risiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan telah melebihi target
bahkan melebihi target tahun 2023 sehingga diperkirakan target jangka akhir
tahun 2024 juga akan tercapai. Pandemi COVID-19 yang berlangsung sampai
saat ini mewajibkan KKP melakukan kesiapsiagaan untuk pengawasan dan
pengendalian COVID-19 dipintu masuk, yang berdampak pada peningkatan
jumlah pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan yang
dikendalikan. Faktor risiko terbanyak yang ditemukan adalah pada pemeriksaan
orang yakni sebanyak 606.803, pada alat angkut sebanyak 27.072, pada
lingkungan sebanyak 8.395 dan terendah faktor risiko pada barang yakni 586
faktor risiko.

Pengendalian faktor risiko dilakukan dengan berbagai upaya seperti dalam


pemeriksaan faktor risiko pada orang melalui pemberikan rujukan kasus
penyakit yang memerlukan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan, memberikan
vaksinasi meningitis pada calon jemaah, karantina terhadap kasus positif
penyakit menular, penundaan keberangkatan terhadap penumpang yang tidak
memiliki hasil rapid test/swab test COVID-19 dan pengendalian lainnya.
Pengendalian faktor risiko alat angkut dilakukan dengan disinseksi, disinfeksi,
fumigasi, penetapan kapal dalam karantina terhadap kapal yang membawa
penumpang dengan penyakit menular kekarantinaan. Pengendalian faktor risiko
lingkungan dilakukan dengan cara penyehatan TTU, TPM, kegiatan IRS,
fogging, larvasida, insektisida, pemberdayaan kader dan Teknologi Tepat
Guna. Pengendalian dapat dilakukan oleh KKP sendiri tetapi dapat pula
bekerjasama dengan LPLS dan BTKLPP diwilayah kerja lainnya.

Semua KKP telah melakukan upaya optimal dalam respon pengendalian faktor
risiko yang digambarkan dalam apaian persentase faktor risiko di pintu masuk
untuk setiap KKP dalam grafik berikut ini:
138 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Grafik 3.55. Capaian Persentase faktor risiko di pintu masuk yang


dikendalikan oleh KKP Tahun 2022

Sumber: Data 51 KKP melalui google form, 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa sebanyak 47 KKP (92,2%) telah


mengendalikan 100% faktor risiko dipintu masuk sedangkan 4 KKP (7,8%)
lainnya masih dibawah 100% yakni KKP Kelas I Medan (99%), KKP Kelas III
Palu (99%), KKP Kelas II Jayapura (99%) dan KKP Kelas II Kendari (96%),
meskipun demikian capaian ketiga KKP tersebut tetap melebihi target.

139 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

f. Analisa Penyebab Keberhasilan


Tercapainya target indikator persentase faktor risiko di pintu masuk yang
dikendalikan didukung oleh beberapa faktor:
1) Tersosialisasinya kegiatan KKP kepada mitra dan lintas sektor serta adanya
kerja sama yang baik dengan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten, Otoritas Bandara, KSOP Pelindo, Angkasa Pura, Maskapai
Penerbangan, Agen Pelayaran, Pengelola TTU dan TPM. Koordinasi dan
kerjasama yang efektif, massif, pro aktif dan berkelanjutan antar Lintas
Progam Lintas Sektor untuk mewujudkan tingkat hygiene sanitasi di
pelabuhan dan bandar udara yang optimal serta menjaga pelabuhan dan
bandar udara bebas vektor dan binatang pembawa penyakit pada perimeter
dan buffer area
2) SDM yang berkompeten dibidangnya sejalan dengan peningkatan kapasitas
yang dilakukan secara reguler untuk SDM di Kantor Kesehatan Pelabuhan.
3) Adanya sarana penunjang kegiatan pengendalian faktor risiko diwilayah
KKP.

g. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


Upaya yang dilakukan dalam mencapai indikator melalui:
1) Pencegahan dan penangulangan masuk dan keluarnya penyakit karantina
dan penyakit menular tertentu dipintu masuk negara dan wilayah melalui
pemeriksaan orang, alat angkut, barang dan lingkungan.
2) Meningkatkan jejaring, kordinasi dan kerjasama LPLS seperti Satgas, TNI,
kepolisian, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, B/BTKL lainnya untuk
pengendalian faktor risiko.
3) Pelayanan kesehatan pada situasi khusus arus mudik dan arus balik pada
hari besar keagamaan.
4) Pencegahan dan pengendalian HIV AIDS, deteksi terduga TB,
pemeriksaan faktor risiko kesehatan terhadap TKBM, ABK dan
penumpang.
5) Pemeriksaan higiene sanilasi alat angkut dan pengawasan tindakan
sanitasi alat angkut seperti disinseksi, disinfeksi, fumigasi maupun
dekontaminasi.
6) lnspeksi sanitasi tempat-tempat umum, gedung, bangunan dan perusahaan
di pelabuhan dan bandar udara, serta upaya tindakan perbaikan terhadap
hasil pemeriksaan yang hasilnya kurang dengan diseminasi informasi hasil
inspeksi sanitasi tempat-tempat umum.
7) lnspeksi sanitasi tempat pengelolaan pangan (TPP) di pelabuhan dan
bandar udara serta saran-saran perbaikan dari kelengkapan administrasi
dan kelengkapan teknis.
8) Survey vektor pes, diare, malaria dan DBD pada wilayah kerja KKP.
9) Pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan diantaranya
ambulance paramedik, kendaraan operasional vektor, thermal scanner dan
sarana penunjang lainnya.

140 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

h. Kendala/masalah yang dihadapi


▪ Perbandingan jumlah SDM dengan frekuensi lalu lintas orang dan alat
angkut yang sangat tinggi masih menjadi kendala dimana jumlah SDM teknis
masih belum mencukupi untuk menunjang kegiatan.
▪ Pada beberapa KKP, proses rujukan memerlukan waktu yang cukup lama
apabila pasien berasal dari kapal luar yang ada di muara laut dengan waktu
tempuh yang lama.
▪ Masih ditemukan calon penerima vaksin Covid-19 yang tidak memenuhi
kriteria untuk menerima vaksin saat skrinning sehingga berpengaruh pada
keterlambatan jumlah yang seharusnya terlayani

i. Pemecahan Masalah
▪ Penambahan SDM teknis untuk pengendalian faktor risiko di KKP dan
peningkatan kapasitas SDM secara berkelanjutan.
▪ Meningkatkan jejaring kemitraaan, advokasi dan kordinasi dengan Lintas
Program Lintas Sektor seperti Satgas, TNI, kepolisian, Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit, B/BTKL untuk pengendalian faktor risiko dipintu masuk
negara.

15. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 90%
a. Penjelasan Indikator
Rekomendasi kajian surveilans faktor risiko penyakit yang berbasis laboratorium
adalah rekomendasi dari B/BTKLPP tentang hasil surveilans faktor risiko
penyakit yang digunakan sebagai upaya deteksi dini pencegahan dan respon
kejadian penyakit. Setiap tahunnya B/BTKLPP mengelurakan rekomendasi
terkait kajian, pelaksanaan surveilans epidemiologi, survei-survei, hasil pengujian
dan kendali mutu laboratorium.

Data diperoleh dari laporan hasil monitoring pemanfaatan rekomendasi di


instansi penerima rekomendasi B/BTKLPP, Paparan Dinkes Kab/kota, Propinsi,
Kasubdit, Direktur, Sesditjen, Dirjen, Ka. B/BTKLPP, LS, LP, dll terkait,
Sambutan/ Pidato/ Wawancara/Pers Release yang mengutip rekomendasi,
kegiatan dalam RAP/RAK, RKAKL.

b. Definisi operasional
Rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau kajian/Survei faktor risiko
kesehatan berbasis laboratorium baik surveilans epidemiologi, surveilans faktor
risiko penyakit, kajian/survei penyakit dan faktor risiko penyakit, pengembangan
pengujian dan kendali mutu laboratorium oleh B/BTKLPP yang ditindaklanjuti/
dilaksanakan oleh B/BTKLPP dan stakeholder terkait dalam periode 3 tahun
terakhir.

141 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau
Persentase kajian/survei faktor risiko kesehatan berbasis
rekomendasi hasil laboratorium yang dilaksanakan/ ditindaklajuti oleh
surveilans faktor B/BTKLPP dan stakeholder terkait sampai dengan
risiko dan penyakit 3 tahun sejak rekomendasi dikeluarkan
= x 100%
berbasis Jumlah rekomendasi hasil kegiatan surveilans atau
laboratorium yang kajian/survei faktor risiko kesehatan berbasis
dimanfaatkan laboratorium yang disampaikan kepada stakeholder
terkait selama 3 tahun terakhir

d. Capaian indikator
Sebanyak 1967 rekomendasi telah dikeluarkan oleh B/BTKLPP selama 3 tahun
terakhir sejak tahun 2020-2023, dan sebanyak telah dimanfaatkan sebanyak
1668 rekomendasi baik oleh B/BTKLPP sendiri maupun lintas sektor lainnya
sehingga capaian indikator ini sebesar 85%. Bila dibandingkan dengan target
90% maka indikator ini tidak tercapai dengan capaian kinerja sebesar 94.4%.
Capaian persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang dimanfaatkan digambarkan dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.56. Target dan Capaian Persentase rekomendasi hasil surveilans


faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan
Tahun 2020 - 2024

Sumber data : Data 10 BBTKLPP melalui google form, 2023

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa terjadi peningkatan capaian setiap


tahunnya dari tahun 2020-2022, dan selama 3 tahun berturut-turut, indikator ini
tidak tercapai sehingga diperkirakan target pada tahun 2023-2024 tidak berjalan
on track. Kondisi ini terjadi disebabkan oleh masih mininnya rekomendasi yang
dimanfaatkan oleh stakeholder di wilayah kerja B/BTKLPP.

Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa dari 10 B/BTKLPP yang melaksanakan


indikator ini sebanyak 3 BTKLPP telah mencapai target 100% sedangkan 7
satker lainnya capaian <100%. Target nasional yang ditetapkan adalah 90%
sehingga dari grafik dibawah ini terlihat ada 4 B/BTKLPP yang mencapai target
142 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

dan 6 lainnya tidak mencapai target nasional. B/BTKLPP yang tidak mencapai
target adalah BBTKLPP Jakarta, Banjarbaru, Yogyakarta, BTKL Makasar,
Batam, Manado dan Ambon. Secara lengkap dalam grafik berikut ini:

Grafik 3.57. Persentase capaian rekomendasi hasil surveilans


faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan
Tahun 2022

Sumber data : Data 10 BBTKLPP melalui google form, 2022

e. Analisa Penyebab Kegagalan Pencapaian


Pada 4 B/BTKLPP target indikator ini tercapai dan pada 6 satker lainnya tidak
tercapai, meskipun demikian secara total indikator ini tidak tercapai, hal ini
disebabkan oleh:
1) Perlunya pengembangan kapasitasdan kemampuan laboratorium seperti
kemampuan pemeriksaan MAT Leptospirosis di Instalasi Laboratorium
Mikrobiologi BBTKLPP Jakarta yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan
Surveilans Sentinel dan KLB Leptospirosis, namun pelaksanaannya
terkendala tidak tersedianya serovar untuk pemeriksaan MAT Leptospira,
sedangkan laboratorium, tenaga teknis terlatih, peralatan termasuk
mikroskop medan gelap serta reagennya tersedia.
2) Sebagian stakeholders di daerah memiliki kebijakan dan prioritas masing-
masing, terutama penganggaran, sehingga pemanfaatan rekomendasi yang
diterbitkan bukan sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh stakeholder.
3) Belum optimalnya kegiatan monitoring dan evaluasi tindak lanjut
pemanfaatan rekomendasi pada lintas sektor.

f. Upaya yang Dilaksanakan Mencapai Target Indikator


1. Meningkatkan jejaring, advokasi, koordinasi dan sinkronisasi terkait
pelaksanaan teknis tindak lanjut terhadap rekomendasi.
2. Meningkatkan kualitas rekomendasi (surveilans berbasis laboratorium) agar
peningkatan pemanfaatan dapat dicapai.
3. Meningkatkan kecepatan dan ketepatan waktu penyampaian rekomendasi
yang telah diterbitkan kepada stakeholder

143 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

4. Menyampaikan rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti dengan metode


penyampaian (advokasi) yang lebih praktis, mudah diakses dan dipahami
baik melalui surat, WA, dan/atau forum sosialisasi/diseminasi informasi hasil
kegiatan disesuaikan dengan kondisi sasaran.
5. Monitoring pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi.
6. Peningkatan kapasitas staf B/BTKLPP untuk menghasilkan SDM yang
kompeten.

h. Kendala/Masalah yang Dihadapi


Dalam mencapai target indikator ditemukan beberapa kendala dan
permasalahan yang dialami B/BTKLPP yakni:
1) Belum semua kegiatan terdapat monitoring dan evaluasi sehingga
pemantauan terhadap tindaklanjut hasil rekomendasi pada stakeholder
belum optimal.
2) Kurangnya koordinasi antar lintas sektor terkait dengan pengambil
kebijakan tertinggi pada pemerintah daerah setempat atas tindak lanjut
rekomendasi yang disampaikan.
3) Tidak adanya dokumentasi bukti pemanfaatan untuk rekomendasi yang
lama.
4) Anggaran kegiatan untuk kegiatan untuk monitoring dan evaluasi tindaklanjut
pemanfaatan rekomendasi belum dianggarkan dengan optimal.

i. Pemecahan Masalah
Terhadap permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan,
BBTKLPP melakukan pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan koordinasi dan jejaring dengan LPLS dalam melaksanakan
kegiatan terkait dengan tindak lanjut yang telah direkomendasikan sehingga
terjadi kesinambungan kegiatan.
2) Melakukan pemetaan awal terhadap hasil pelaksanaan kegiatan surveilans
faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium;
3) Melakukan monitoring evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan untuk
mengetahui tindak lanjut yang telah dilaksanakan, termasuk umpan balik
secara tertulis.
4) Bekerja sama dengan instansi lain yang diluar dinas Kesehatan seperti
otoritas bandara sehingga mengetahui tindak lanjut yang telah dilaksanakan.

16. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit sebesar 35.3
a. Pengertian
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
good governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-
aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia
aparatur. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintah dimana uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi
144 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan


berbangsa dan bernegara.

Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan


pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik
harus ditata ulang atau diperharui. Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna
dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional.

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan


Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
2025 sudah memasuki periode ke tiga yaitu tahun 2020-2024. Agar pelaksanaan
reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan arah yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh
mana kemajuan dari hasil pelaksanaannya. Disamping itu, monitoring dan
evaluasi juga dimaksudkan untuk memberikan masukan dalam menyusun
rencana aksi perbaikan berkelanjutan bagi pelaksanaan reformasi birokrasi tahun
berikutnya.

Pada tahun 2014, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi telah menetapkan kebijakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur
kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment),
yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi
Instansi Pemerintah.

Sejalan dengan perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi, agar penilaian


kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan objektif,
maka perlu dilakukan upaya penyempurnaan, diantaranya dari segi kebijakan
dan implementasinya. Dari segi kebijakan, Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 telah dua kali
diubah yaitu melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2018 dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2019.
Penyempurnaan tersebut mencakup: (1) penekanan fokus penilaian pelaksanaan
reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah ditetapkan, (2) tingkat
kedalaman penilaian/evaluasi sampai dengan ke unit kerja, serta (3) perubahan
terhadap sistem daring dan petunjuk teknisnya. Saat ini semua peraturan
tersebut telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020.

Sebagai bentuk implementasi RB Kementerian Kesehatan telah memiliki Road


Map RB Kementerian Kesehatan periode 2015-2019 yang telah ditetapkan

145 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/278/2016, dan


saat ini sedang menyusun Road Map RB untuk periode 2020-2024.

Dalam implementasi RB, sangat diperlukan adanya monitoring dan evaluasi


secara berkala untuk melihat pencapaian target dan sasaran RB yang telah
dicanangkan, sehingga dapat disusun upaya perbaikan yang nyata dalam upaya
pelaksanaan implementasi RB sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
dalam Road Map RB. Monitoring dan evaluasi internal dilakukan melalui
mekanisme PMPRB yang disampaikan ke Kementerian PAN-RB setiap akhir
bulan Maret tahun berjalan dan penilaian eksternal RB dilakukan oleh TRBN
Kementerian PAN-RB biasanya dilakukan pada bulan Agustus di tahun berjalan,
untuk melakukan validasi hasil PMPRB yang telah disubmit oleh Kementerian
Kesehatan. Dalam Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB)
digunakan 2 (dua) unsur penilaian, yaitu:
1. Komponen Pengungkit (Proses), sebesar 60%, yaitu dengan menilai
program-program reformasi birokrasi diukur melalui 8 (delapan) area
perubahan.
2. Komponen Hasil, sebesar 40%, yaitu dengan menilai sasaran hasil
implementasi RB yang dirasakan public.

g. Definisi Operasional
Indikator Nilai Reformasi Birokrasi dilingkungan Direktorat Jenderal P2P adalah
hasil pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilingkungan Direktorat Jenderal P2P.
Data diperolah dari Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) Tingkat Unit Utama Kementerian Kesehatan. Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model penilaian mandiri yang
digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang
menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja instansi
pemerintah.

Penilaian PMPRB tidak hanya difokuskan pada data yang tertuang dalam
dokumen formal semata, tetapi juga dari sumber lain yang akurat dan relevan
dengan pelaksanaan reformasi birokrasi Ditjen P2P. Hasil Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Pokja Unit Utama atau Eselon I
Kementerian Kesehatan hanya dilakukan terhadap Komponen Pengungkit yang
terdiri dari Aspek Pemenuhan dan Aspek Reform. Sedangkan untuk Pokja
Kemenkes PMPRB dilakukan terhadap Komponen Pengungkit dan Komponen
Hasil.

h. Rumus/Cara perhitungan
Penilaian dan penyimpulan penilaian atas kemajuan pelaksanaan reformasi
birokrasi yakni:
1. Dalam penilaian terdapat 3 variabel, yaitu : (i) komponen, (ii) sub-komponen,
dan (iii) indikator.
2. Setiap komponen dan sub-komponen penilaian diberikan alokasi nilai
sebagai berikut:

146 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Tabel 3.7. Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi


No. Komponen Bobot Sub-Komponen
1. Pengungkit 60%

a. Aspek 20% a. Manajemen Perubahan (2%);


Pemenuhan b. Deregulasi Kebijakan (2%);
c. Penataan Organisasi (3%);
d. Penataan Tatalaksana (2,5%);
e. Penataan Manajemen SDM (3%);
f. Penguatan Akuntabilitas (2,5%);
g. Penguatan Pengawasan (2,5%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik(2,5%)

b. Aspek Hasil 10% a. Kualitas Pengelolaan Arsip (1%);


Antara b. Kualitas Pengelolaan Pengadaan
Barang (1%);
c. Kualitas Pengelolaan Keuangan (1%)
d. Kualitas Pengelolaan Aset (1%);
e. Merit System (1%);
f. ASN Profesional (1%);
g. Kualitas Perencanaan (1%);
h. Maturitas SPIP (1%);
i. Kapabilitas APIP (1%);
j. Tingkat Kepatuhan Standar
Pelayanan(1%)

c. Aspek Reform 30% a. Manajemen Perubahan (3%);


b. Deregulasi Kebijakan (3%);
c. Penataan Organisasi (4,5%);
d. Penataan Tatalaksana (3,75%);
e. Penataan Manajemen SDM (4,5%);
f. Penguatan Akuntabilitas (3,75%);
g. Penguatan Pengawasan (3,75%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik(3,75%)
2. Hasil 40%
a. AkuntabilitasKinerja 10% a. Opini BPK (3%);
dan Keuangan b. Nilai Akuntabilitas Kinerja (7%)
b. Kualitas Pelayanan 10% Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan (10%)
Publik
c. Pemerintah yang 10% Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
Bersih dan Bebas
KKN
d. Kinerja Organisasi 10% a. Capaian Kinerja (5%)
b. Kinerja Lainnya (2%)
c. Survei Internal Organisasi (3%)
Total 100%

1. Setiap sub-komponen pada komponen pengungkit akan dibagi kedalam


beberapa pernyataan sebagai indikator pemenuhan sub- komponen tersebut.
147 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Setiap pertanyaan/pernyataan akan dijawab dengan ya/tidak atau a/b/c atau


a/b/c/d/e atau numerik. Jawaban ya/tidak diberikan untuk pertanyaan-
pertanyaan yang langsung dapat dijawab ya atau tidak. Jawaban a/b/c/d/e
dan a/b/c diberikan untuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-
pernyataan yang menggunakan skala ordinal, jawaban numerik diberikan
untuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan- pernyataan yang dapat
dihitung langsung ketercapaiannya.
2. Setiap jawabannya “Ya” akan diberikan nilai 1 sedangkan jawaban “Tidak”
maka akan diberikan nilai 0.
3. Dalam memberikan penilaian “ya” atau “tidak” maupun “a/b/c/d/e”, asesor
harus menggunakan professional judgement- nya dengan
mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi pada setiap indikator, dan
didukung dengan suatu kertas kerja penilaian mandiri.
4. Setiap sub-komponen pada komponen hasil akan dibagi kedalam beberapa
pernyataan sebagai indikator pemenuhan sub-komponen tersebut. Setiap
pertanyaan/pernyataan akan dijawab dengan angka nominal.
5. Setelah setiap pertanyaan diberikan nilai maka penyimpulan akan dilakukan
sebagai berikut:
a. Tahap pertama dijumlahkan nilai pada setiap pertanyaan pada setiap sub-
komponen, sehingga ditemukan suatu angka tertentu, misal: sub-
komponen Pengendalian Gratifikasi mempunyai alokasi nilai 10% dan
memiliki 10 (sepuluh) buah pertanyaan. Dari 10 (sepuluh) pertanyaan
tersebut apabila pertanyaan yang dijawab “Ya” ada 3 (tiga) pertanyaan,
maka nilai untuk sub-komponen tersebut adalah: (3/10) x 10 = 3;
b. Untuk indikator yang berhubungan dengan kondisi yang memerlukan
penyimpulan, karena terdiri dari beberapa sub indikator, penyimpulan
tentang indikator dilakukan melalui nilai rata-rata;
c. Tahap berikutnya adalah melakukan penjumlahan seluruh nilai sub-
komponen yang ada sehingga ditemukan suatu angka tertentu untuk total
nilai dengan range nilai antara 0 s.d. 100.
6. Pertanyaan atau pernyataan dikategorikan ke dalam 2 level, yaitu
pertanyaan atau pernyataan level instansi/pusat dan level unit kerja.
Pemetaan beberapa pertanyaan atau pernyataan tersebut sebagai berikut:
a. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level
instansi/pusat;
b. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level unit kerja;
dan
c. Pertanyaan atau pernyataan yang hanya terdapat pada level
instansi/pusat dan level unit kerja.

Nilai RB dilingkungan Ditjen P2P diperoleh dari penilaian PMPRB terhadap


komponen pengungkit untuk aspek pemenuhan dan aspek reform, sedangkan

148 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

aspek hasil antara tidak dilakukan penilaian, demikian pula dengan komponen
hasil tidak dilakukan penilaian terhadap unit Eselon I.

i. Capaian Indikator
Tahun 2022, PMPRB dilakukan secara Online dengan menggunakan instrument
bantu berupa aplikasi tekhnologi informasi (TI) berbasis Web untuk kemudahan
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). Hasil PMPRB
tahun 2022 menunjukkan nilai Reformasi Birokrasi Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit sebesar 35,24. Bila dibandingkan target sebesar 35.3,
maka capaian nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P masih belum mencapai target
dengan persentase capaian sebesar 99.8%. Adapun hasil setiap komponen
PMPRB Ditjen P2P Tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Hasil Penilaian Mandiri RB Ditjen P2P
Tahun 2020-2022
NO KOMPONEN NILAI CAPAIAN CAPAIAN
PENGUNGKIT STANDAR PENILAIAN PENILAIAN
TAHUN 2021 TAHUN 2022
I. ASPEK PEMENUHAN 14,6 14,57 14,60
1 Manajemen Perubahan 2 2 2
2 Deregulasi Kebijakan 1 1 1
3 Penataan dan Penguatan 2 2 2
Organisasi
4 Penataan Tata Laksana 1 1 1
5 Penataan Sistem 1,4 1,37 1,40
Manajemen SDM
6 Penguatan Akuntabilitas 2,5 2,5 2,5
7 Penguatan Pengawasan 2,2 2,2 2,2
8 Peningkatan Kualitas 2,5 2,5 2,5
Pelayanan Publik
II. ASPEK REFORM 21,7 20,6 20,64
1 Manajemen Perubahan 3 3 3
2 Deregulasi Kebijakan 2 2 2
3 Penataan dan Penguatan 1,5 1,5 1,5
Organisasi
4 Penataan Tata Laksana 3,75 3,75 3,75
5 Penataan Sistem 2 1,62 1,7
Manajemen SDM
6 Penguatan Akuntabilitas 3,75 3,03 2.99
7 Penguatan Pengawasan 1,95 1,94 1,95
8 Peningkatan Kualitas 3,75 3,75 3,75
Pelayanan Publik
TOTAL 36,3 35.16 35,24
PERSENTASE 100% 96.87% 97.08%
Sumber data: Laporan Tim Kerja Hukormas Tahun 2023

Pada tabel di atas terlihat bahwa pada hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) Ditjen P2P tahun 2022 sebesar 35,24 (97,08%)
149 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

bila dibandingkan dengan nilai standar tertinggi sebesar 36,30 (100%).


Pencapaian nilai RB Ditjen P2P tahun 2022 mengalami sedikit peningkatan
dibanding tahun 2021. Capaian Nilai PMPRB Ditjen P2P Tahun 2022 pada aspek
pemenuhan sudah mencapai nilai maksimal untuk semua area, terutama di Area
Penataan Sistem Manajemen SDM yang mengalami peningkatan dibandingkan
Tahun 2021, sehingga total nilai Aspek Pemenuhan mencapai nilai maksimal
14,60. Capaian Nilai PMPRB Ditjen P2P pada aspek reform tahun 2022
mengalami peningkatan dari Tahun 2021 untuk area Penataan Sistem
Manajemen SDM yang mencapai 1,70 dari nilai maksimal 2,00. Namun, untuk
Area Penguatan Akuntabilitas terjadi penurunan dibanding Tahun 2021 yang
baru mencapai 2,99 dari nilai maksimal 3,75.

Bila dibandingkan dengan target jangka menengah dalam dokumen RAK


Setditjen tahun 2020-2024, maka capaian tahun 2020-2022 akan mempengaruhi
trend pencapaian nilai RB Ditjen P2P tahun 2023-2024, seperti dalam grafik
berikut ini:

Grafik 3.58. Target Dan Capaian Nilai Reformasi Birokrasi Ditjen P2P
Tahun 2020-2024

Sumber data: Laproan Tim Kerja Hukormas Tahun 2023

Dari grafik diatas terlihat bahwa tren capaian selama 3 tahun yakni tahun 2020-
2022, tidak mencapai target sehingga diperkirakan bahwa capaian pada tahun
2021-2024 juga tidak berjalan on track dan target tidak dapat tercapai.

j. Analisa Penyebab Kegagalan


Indikator Nilai Reformasi Birokrasi pada Ditjen P2P tidak tercapai pada tahun
2021, Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Ditjen
P2P tahun 2022 sebesar 35,24 dengan persentase 97,08%, sedangkan indikator
Nilai Reformasi Birokrasi pada Ditjen P2P setelah dilakukan revisi sebesar 35,30.
Ini berarti indikator nilai Reformasi Birokrasi ditjen P2P tahun 2022 belum
tercapai. Hal ini disebabkan karena adanya penghitungan pada LKE terutama
pada aspek reform yang belum mencapai nilai maksimal sehingga
mempengaruhi penghitungan nilainya. Faktor penyebab kegagalan pencapaian
indikator terjadi pada 2 (dua) area yang belum mencapai nilai maksimal, yaitu:
150 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

1. Pada area Penataan Sistem Manajeman SDM baru mencapai 1,70 dari nilai
maksimal 2,00. Nilai maksimal yang belum tercapai disebabkan karena masih
tingginya jumlah pelanggaran disiplin pegawai di lingkungan Ditjen P2P,
namun sudah terjadi persentase penurunan jumlah pelanggaran disiplin
pegawai (sebesar 89,89%) di tahun 2022 (sebanyak 9 orang) dibandingkan
tahun 2021 (sebanyak 89 orang).

2. Selain itu, area Penguatan Akuntabilitas baru mencapai 2,99 dari nilai
maksimal 3,75. Ini disebabkan karena persentase anggaran Ditjen P2P Tahun
2021 yang berhasil direfocussing untuk mendukung tercapainya kinerja utama
organisasi sebesar 12,46% (Rp 524.000.000, -) dari anggaran total Ditjen P2P
tahun 2021 (Rp 4.203.943.210.000, -).

k. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator


1. Pada Area Penataan Sistem Manajemen SDM telah dilakukan beberapa
upaya antara lain dengan melaksanakan implementasi aturan disiplin/kode
etik/kode perilaku pegawai melalui berbagai kegiatan di lingkungan Ditjen
P2P dengan melaksanakan sosialisasi Budaya ASN BerAKHLAK,
Penegakan Aturan Disiplin/Kode Etik/Kode Perilaku Pegawai, Pelaksanaan
Konseling, serta pemantauan oleh atasan langsung (pembinaan).
2. Pada Area Penguatan Akuntabilitas telah dilakukan beberapa upaya antara
lain:
a. Telah dilakukan revisi Perjanjian Kinerja tahun 2022 yang melibatkan
pimpinan satuan kerja Direktorat, KKP, B/BTKLPP dan Dinas Kesehatan
Provinsi.
b. Menyusun dan merevisi Rencana Strategis Kemenkes, Rencana Aksi
Program Ditjen P2P dan Rencana Aksi Kegiatan satker Direktorat, KKP
dan B/BTKLPP.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian Perjanjian Kinerja
secara berkala.
d. Melakukan Rapat Koordinasi Teknis (Rakordit) secara berkala yang
melibatkan pimpinan satuan kerja untuk memantau, mengevaluasi dan
menindaklanjuti hasil monev.
e. Telah dilakukan pemutakhiran data kinerja secara bulanan melalui
Aplikasi E-Monev Bappenas, Aplikasi E-Monev DJA Ditjen P2P, e
performance dan Matriks sandingan Capaian RPJMN, Renstra, Renja,
RKP dan RKAKL Triwulan I s.d IV.
f. Mengikutsertakan SDM yang terlibat dalam area penguatan akuntabilitas
dalam peningkatan kapasitas akuntabilitas.
3. Pada area manajemen perubahan telah dilakukan beberapa upaya yakni:
a. Telah ditetapkan Tim RB sesuai OTK Kemenkes yang baru di
lingkungan Ditjen P2P dan semua anggota Tim sudah terlibat aktif
b. Rencana Kerja RB disusun selaras dengan Road Map Kemenkes dan
telah diinternalisasikan kepada seluruh anggota Tim RB.

151 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

c. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan RB dilakukan berkala


melibatkan para asesor dan penanggung jawab RB internal Ditjen P2P
dan hasil evaluasinya telah ditindaklanjuti.
d. Pimpinan sebagai role model positif dan AOC telah membuat perubahan
dalam bentuk konkrit dan system
e. Penerapan perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja oleh anggota
organisasi melalui Budaya BERAKHLAK.
4. Pada area deregulasi kebijakan telah dilakukan beberapa upaya antara lain:
a. Telah dilakukan identifikasi, analisis dan pemetaan terhadap kebijakan
yang tidak harmonis/sinkron/bersifat menghambat
b. Telah dilakukan revisi terhadap kebijakan yang tidak harmonis/sinkron,
c. Semua kebijakan yang terbit telah memiliki keterkaitan dengan
kebijakan lainnya,
d. Telah dibuatkan daftar kebijakan terkait pelayanan/perizinan yang baru.
5. Pada area penataan dan penguatan organisasi telah dilakukan beberapa
upaya antara lain:
a. Evaluasi organisasi dilakukan dalam rangka menilai ketepatan fungsi
dan ukuran, kesesuaian struktur organisasi dengan kinerja yang
dihasilkan dan kemampuan organisasi untuk adaptif terhadap
perubahan lingkungan strategis.
b. Hasil evaluasi telah ditindaklanjuti dengan mengajukan perubahan
organisasi dan penyederhanaan birokrasi
6. Pada area penataan tata laksana telah dilakukan beberapa upaya antara lain:
a. Reviu dan penyempurnaan proses bisnis sudah mengacu pada cascade
kinerja.
b. Penyempurnaan dan penjabaran SOP telah mengacu pada proses
bisnis.
c. Keterbukaan informasi publik sudah dilaksanakan di seluruh lingkungan
Ditjen P2P.
d. Pengintegrasian SPBE telah dilakukan untuk mendorong pelaksanaan
pelayanan publik lebih cepat, efektif dan efisien.
e. Terdapat Transformasi digital pada bidang proses bisnis, administrasi
pemerintahan, dan pelayanan publik yang mampu memberikan nilai
manfaat bagi unit kerja secara optimal.
f. Telah dilakukan penjabaran seluruh peta lintas fungsi ke dalam SOP.
7. Pada area keterbukaan informasi publik telah dilakukan upaya sosialisasi
Keterbukaan Informasi Publik telah dilakukan kepada Satker UPT, dan
monev pelaksanaannya dilakukan secara berkala. Kegiatan keterbukaan
informasi publik beserta Daftar informasi Publik sudah dipublikasikan di
Website, Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube Ditjen P2P, dan dapat
diakses oleh masyarakat.
8. Pada area penataan sistem manajemen SDM telah dilakukan beberapa
upaya antara lain:
a. Perencanaan kebutuhan pegawai telah disusun sesuai kebutuhan unit
kerja, dan penyusunan analisis jabatan dan analisis beban kerja telah
selaras dengan kinerja utama.

152 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

b. Pengembangan pegawai berbasis kompetensi telah diidentifikasi sesuai


dengan rencana kebutuhan pengembangan kompetensi
c. Penetapan kinerja individu telah diukur sesuai dengan indikator kinerja
individu level diatasnya, dilakukan secara periodik (bulanan), telah
dimonev dan sudah dijadikan dasar pemberian reward dan punishment.

l. Kendala/masalah yang dihadapi


1. Kurangnya intensitas pertemuan dan koordinasi Tim RB Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dalam pelaksanaan RB di
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2. Persentase anggaran Ditjen P2P yang direfocussing masih tinggi
3. Masih minimnya inovasi dan penghargaan pada unit kerja ataupun satker
dilingkungan Ditjen P2P.

h. Pemecahan Masalah
a Melibatkan Pimpinan didalam rapat koordinasi Tim RB baik Tim RB Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, maupun Tim RB Kementerian
Kesehatan.
b Melibatkan para Asessor dalam rapat koordinasi dengan Tim RB Ditjen P2P
maupun Tim RB Kementerian Kesehatan.
c Mengagendakan rapat rutin Tim RB Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit guna membahas pelaksanaan RB di Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit berdasarkan Rencana Kerja RB dan Roadmap RB
Kemenkes yang sudah ditetapkan.
d Tim RB Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit harus selalu
berkoordinasi secara intens dengan Satker Pusat dan UPT Ditjen P2P guna
melengkapi isian Lembar Kerja Evaluasi (LKE) RB Ditjen P2P beserta data
dukung pada 8 Area Perubahan.
e Membuat laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Ditjen P2P secara periodik per triwulan.
f Mengupdate dan mengumpulkan daftar inovasi-inovasi dan penghargaan
terbaru di Satker Pusat dan UPT Ditjen P2P.

153 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

B. REALISASI ANGGARAN

1. Realisasi Anggaran Ditjen P2P


Pagu anggaran Ditjen P2P Tahun Anggaran 2022 adalah 4.043.641.889.000, yang
bersumber dari Rupiah Murni sebesar 80.56%, hibah langsung luar negeri 17.1%,
PNBP 2.42% dan hibah langsung dalam negeri sebesar 0.02%. Secara lengkap
distribusi pagu anggaran Ditjen P2P berdasarkan sumber dana terlihat dalam grafik
dibawah ini:
Grafik 3.59. Distribusi Pagu Anggaran Berdasarkan Sumber Dana
Tahun 2022

Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2023

Anggaran tersebut terdistribusi di Kantor Pusat sebesar Rp. 2.476.790.000.000,


Kantor Daerah sebesar Rp. 1.381.327.898.000 dan Dekonsentrasi Dinas Kesehatan
Provinsi sebesar Rp. 185.523.991.000. Adapun realisasi anggaran Ditjen P2P pada
tahun 2022 adalah Rp. 3.531.420.455.454 atau sebesar 87.33%. Realisasi tertinggi
pada Kantor Daerah yakni 92,06% dan terendah pada Dekonsentrasi yakni 77.70%.
Secara lengkap pada tabel berikut ini:
Tabel 3.9. Realisasi Anggaran Berdasarkan Kewenangan Tahun 2022

No Kewenangan Pagu RealisasI %

1 KANTOR PUSAT 2,476,790,000,000 2,115,636,624,542 85.42


2 KANTOR DAERAH (UPT) 1,381,327,898,000 1,271,625,966,880 92.06
1). KKP 1,014,998,105,000 936,702,668,790 92.29
2). B/BTKL-PP 366,329,793,000 334,923,298,090 91.43
3 DEKONSENTRASI 185,523,991,000 144,157,864,032 77.70
Jumlah Total P2P 4,043,641,889,000 3,531,420,455,454 87.33
Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2032

Bila dibandingkan dengan target realisasi anggaran yakni 95% maka realisasi
anggaran Ditjen P2P tidak melebihi target. Bila dibandingkan realisasi anggaran
Ditjen P2P selama 3 tahun terakhir, maka dalam grafik dibawah ini terlihat bahwa

154 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

anggaran Ditjen P2P meningkat dari tahun 2019 ke 2022 sedangkan realisasi
fluktuatif dengan realisasi tertinggi pada tahun 2021 dan terendah pada tahun 2022.

Grafik 3.60. Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen P2P Tahun 2019-2021

Sumber : LAKIP Ditjen P2P, 2019-2022

Bila dibandingkan realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja maka realisasi


tertinggi pada belanja modal (93,40%), kemudian belanja pegawai (91,14%) dan
realisasi terendah pada belanja barang (85,93%), seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10. Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2022


Realisasi Sudah
No Jenis Belanja Pagu %
SP2D
1 BELANJA PEGAWAI 631,623,373,000 575,641,554,729 91.14
2 BELANJA BARANG 3,091,061,190,000 2,656,019,368,569 85.93
3 BELANJA MODAL 320,927,626,000 299,759,532,156 93.40
4 BELANJA BANSOS 29,700,000 - -
Jumlah Total 4,043,641,889,000 3,531,420,455,454 87.33
Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2023

Bila dilihat realisasi anggaran Ditjen P2P berdasarkan sumber dana maka terlihat
bahwa realisasi tertinggi pada Hibah Langsung Luar Negeri (99,21%) dan terendah
realisasi Rupiah Murni (84,78%), secara lengkap dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.11. Realisasi Anggaran Berdasarkan Sumber Dana Tahun 2022
Realisasi Sudah
No Jenis Belanja Pagu %
SP2D

1 RUPIAH MURNI 3,257,418,185,000 2,761,625,859,276 84.78


2 PNBP 97,712,567,000 86,709,579,465 88.74
3 HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI 694,675,000 684,272,180 98.50
4 HIBAH LANGSUNG LUAR NEGERI 687,816,462,000 682,400,744,533 99.21
Jumlah Total 4,043,641,889,000 3,531,420,455,454 87.33
Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2023

155 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

2. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi


Dinas Kesehatan Provinsi sebagai satker penerima dana dekonsentrasi tahun 2022
telah melaksanakan kegiatan dengan total realisasi anggaran Rp. 144,157,864,032
dari pagu Rp. 185,523,991,000 atau sebesar 77.7%. Realisasi tertinggi pada satker
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (97.65%) dan terendah pada Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (74,2%).
Secara lengkap realisasi anggaran per Dinas Kesehatan Provinsi terlihat dalam
tabel sebagai berikut:

Tabel 3.12. Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2022


Realisasi Anggaran
Nama Satker
Pagu Realisasi %
Dinkes Prov. Kepulauan Riau 4,099,972,000 4,003,537,893 97.65
Dinkes Prov. Sulawesi Tengah 4,848,120,000 4,670,454,000 96.34
Dinkes Prov. Dki Jakarta 4,798,955,000 4,536,258,820 94.53
Dinkes Prov. Kalimantan Utara 3,529,848,000 3,222,524,367 91.29
Dinkes Prov. Bengkulu 4,343,740,000 3,912,938,700 90.08
Dinkes Prov. Nusa Tenggara Timur 7,005,812,000 6,232,440,770 88.96
Dinkes Prov. Lampung 5,451,421,000 4,820,556,800 88.43
Dinkes Prov. Gorontalo 3,284,251,000 2,892,958,029 88.09
Dinkes Prov. Sulawesi Tenggara 5,304,086,000 4,649,281,500 87.65
Dinkes Prov. Kalimantan Barat 4,908,035,000 4,292,183,689 87.45
Dinkes Prov. Sulawesi Barat 3,624,344,000 3,140,726,000 86.66
Dinkes Prov. Jambi 4,502,235,000 3,814,089,150 84.72
Dinkes Prov. Sumatera Utara 8,806,984,000 7,451,164,850 84.61
Dinkes Prov. Nusa Tenggara Barat 4,743,333,000 4,011,199,804 84.57
Dinkes Prov. Sulawesi Utara 4,970,710,000 4,190,831,100 84.31
Dinkes Prov. Kalimantan Selatan 4,916,072,000 4,137,480,978 84.16
Dinkes Prov. D.I. Yogyakarta 3,708,091,000 3,076,329,580 82.96
Dinkes Prov. Sumatera Selatan 5,635,176,000 4,654,191,600 82.59
Dinkes Prov. Sulawesi Selatan 6,656,929,000 5,403,428,500 81.17
Dinkes Prov. Riau 4,642,263,000 3,690,481,254 79.50
Dinkes Prov. Jawa Barat 8,586,596,000 6,822,940,000 79.46
Dinkes Prov. Maluku 4,500,980,000 3,570,973,226 79.34
Dinkes Prov. Maluku Utara 4,309,157,000 3,409,642,200 79.13
Dinkes Prov. Jawa Tengah 9,055,786,000 7,047,337,789 77.82
Dinkes Prov. Kalimantan Tengah 4,930,911,000 3,761,693,000 76.29
Dinkes Prov. Papua 9,836,863,000 7,277,254,111 73.98
Dinkes Prov. Kalimantan Timur 4,655,224,000 3,415,184,723 73.36
Dinkes Prov. Bali 4,278,383,000 2,919,261,700 68.23
Dinkes Prov. Banten 4,118,639,000 2,779,459,300 67.48
Dinkes Prov. Jawa Timur 9,829,015,000 6,529,403,781 66.43
Dinkes Prov. Bangka Belitung 3,779,741,000 2,287,641,231 60.52
Dinkes Prov. Nanggroe Aceh Darussalam 6,066,597,000 3,504,661,230 57.77

156 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Nama Satker Realisasi Anggaran


Dinkes Prov. Papua Barat 6,133,913,000 2,360,474,397 38.48
Dinkes Prov. Sumatera Barat 5,661,809,000 1,668,879,960 29.48
JUMLAH 185,523,991,000 144,157,864,032 77.70
Sumber data : Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Kemenkeu per 23 Januari 2023

Realisasi anggaran dana dekonsentrasi paling rendah dibandingkan realisasi


berdasarkan kewenangan lainnya, selain itu terjadi penurunan realisasi anggaran
dekonsentrasi pada tahun 2022 (77.7%) bila dibandingkan tahun 2021 (90.8%). Hal
ini disebabkan oleh terlambatnya pelaksanaan kegiatan satker dekonsentrasi dan
adanya simplifikasi kegiatan dekonsentrasi sehingga pelaksanaan kegiatan baru
dimulai pada bulan Agustus 2022.

3. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja


Data realisasi anggaran per indikator kinerja yang menjadi target dalam RAP Ditjen
P2P, diperoleh dari hasil rekapan pemantauan e monev Bappenas tahun 2021 dan
laporan setiap substansi. Data realisasi tersebut merupakan akumulasi antara
realisasi pada kantor pusat dan dekonsentrasi sedangkan realisasi UPT dihitung
tersendiri sesuai dengan indikator. Pada tabel berikut ini digambarkan bahwa
realisasi anggaran tertinggi pada indikator Persentase rekomendasi hasil surveilans
faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan yakni sebesar
95,9% dan realisasi terendah pada indikator Persentase kabupaten/kota yang
mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan yakni sebesar 58,1%.
Secara lengkap realisasi anggaran per indikator dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.13. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja Tahun 2022
No Indikator Kinerja Program Pagu Realisasi %
1 Persentase kabupaten/kota 99,243,613,000 72,832,253,729 73%
yang mencapai target
imunisasi rutin
2 Persentase cakupan 384,144,266,000 370,517,269,176 96%
penemuan dan pengobatan
kasus HIV (ODHA on ART)
3 Cakupan penemuan dan 965,444,308,000 874,872,612,161 91%
pengobatan kasus TBC
4 Jumlah kabupaten/kota yang 77,887,910,000 71,083,345,660 91%
mencapai API < 1/1000
penduduk
5 Proporsi kasus kusta baru 9,581,205,000 7,755,034,640 81%
tanpa cacat
6 Persentase pengobatan 11,988,793,000 2,591,774,130 22%
penyakit menular pada Balita
7 Persentase skreening penyakit 194,082,355,000 179,545,164,439 93%
menular pada kelompok
berisiko

157 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

8 Jumlah kabupaten/kota yang 29,448,355,000 21,064,851,896 72%


mencapai eliminasi peyakit
tropis terabaikan
9 Jumlah kabupaten/kota yang 16,605,888,000 10,060,429,398 61%
melakukan deteksi dini faktor
risiko PTM
10 Jumlah kabupaten/kota yang 24,438,186,000 18,384,718,226 75%
melakukan pengendalian
faktor risiko
11 Persentase kabupaten/kota 71,458,164,000 63,788,916,991 89%
yang memenuhi kualitas
kesehatan lingkungan
12 Persentase kabupaten/kota 139,765,112,000 26,476,862,932 19%
yang memiliki laboratorium
kesehatan masyarakat dengan
kemampuan surveilans
13 Persentase fasyankes yang 295,426,960,717 125,860,725,172 43%
telah terintegrasi dalam sistem
informasi surveillans berbasis
digital
14 Persentase faktor risiko 176,415,225,000 158,897,807,006 90%
penyakit dipintu masuk yang
dikendalikan
15 Persentase rekomendasi hasil 184,749,382,000 158,336,777,480 86%
surveilans faktor risiko
penyakit berbasis
laboratorium yang
dimanfaatkan
16 Nilai Reformasi Birokrasi 7,565,309,000 6,786,447,647 90%
Direktorat Jenderal
Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Sumber Data : Rekapitulasi E Monev Bappenas per 30 Januari 2023 dan Laporan Tim Kerja

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi anggaran tertinggi pada indikator
Persentase cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) yakni
sebesar 96%, sedangkan terendah pada realisasi kinerja indikator
1. Realisasi anggaran pada indikator Persentase pengobatan penyakit menular
pada Balita masih sangat rendah khususnya untuk komposit persentase
pengobatan pneumonia dengan antibiotik dari pagu Rp. 10.775.633.000, hanya
tercapai Rp. 1.765.055.800 atau sebesar 16%. Rendahnya realisasi ini
disebabkan oleh adanya pengadaan ARI soundtimer dan pulse oximeter yang
tidak dapat terlaksana karena barang yang sesuai spesifikasi tidak tersedia
sampai akhir tahun 2022.
2. Realisasi anggaran indikator Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini
faktor risiko PTM masih rendah karena adanya Pengadaan HVP DNA dengan PCR
hanya terlaksana 50% dari 16.000 tersedia 8000 tes. Hal ini dikarenakan
ketersedian d E-Katalog hanya 8.000 tes. Selain itu, pengadaan BHP gula
158 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

darah sebesar Rp. 1.082.611.200, - tidak terlaksana, hal ini dikarenakan revisi
DIPA ditetapkan pada akhir tahun pada akhir tahun. Kegiatan implementasi
Introduksi HPV DNA sebesar Rp. 2.816.714.000, - juga tidak dapat
dilaksanakan dikarenakan ketersedian bahan baru ada di bulan Desember.
3. Realisasi anggaran pada indikator persentase kabupaten/kota yang memiliki
laboratorium kesehatan masyarakat dengan kemampuan surveilans sangat
rendah, dikarenakan beberapa hal yaitu adanya kegagalan pada 1 output
pengadaan swakelola yang disebabkan alasan teknis dan keterbatasan waktu
dengan anggaran sebesar 70% dari total anggaran yang tersedia, sisa proses
pengadaan barang/jasa, anggaran transportasi spesimen yang tidak terserap
oleh daerah, sisa transport perjalanan dinas dan honor narasumber.
4. Realisasi anggaran pada indikator Persentase fasyankes yang telah
terintegrasi dalam sistem informasi surveillans berbasis digital masih karena
adanya sisa paket meeting pertemuan, pengadaan swakelola yang gagal
lelang dan sisa transport perjalanan dinas.

Tabel 3.14. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja


Tahun 2022
Capaian Realisasi
No Indikator Kinerja Program
Kinerja Anggaran
1 Persentase kabupaten/kota yang 83% 73%
mencapai target imunisasi rutin
2 Persentase cakupan penemuan dan 93% 96%
pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)
3 Cakupan penemuan dan pengobatan 76% 91%
kasus TBC
4 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 95% 91%
API < 1/1000 penduduk
5 Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 93% 81%
6 Persentase pengobatan penyakit menular 144% 22%
pada Balita
7 Persentase skreening penyakit menular 99% 93%
pada kelompok berisiko
8 Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 122% 72%
eliminasi penyakit tropis terabaikan
9 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 100% 61%
deteksi dini faktor risiko PTM
10 Jumlah kabupaten/kota yang melakukan 107% 75%
pengendalian faktor risiko
11 Persentase kabupaten/kota yang 133% 89%
memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
12 Persentase kabupaten/kota yang memiliki 83% 19%
laboratorium kesehatan masyarakat
dengan kemampuan surveilans

159 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

13 Persentase fasyankes yang telah 102% 43%


terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital
14 Persentase faktor risiko penyakit dipintu 107% 90%
masuk yang dikendalikan
15 Persentase rekomendasi hasil surveilans 94% 86%
faktor risiko penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan
16 Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat 99.8% 90%
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Sumber Data : Rekapitulasi E Monev Bappenas per 30 Januari 2023 dan Laporan Tim Kerja

Berdasarkan tabel diatas terlihat perbandingan antara capaian kinerja dengan


anggaran yang dipergunakan yakni:
1. Terdapat 14 indikator dengan capaian kinerja lebih tinggi dengan realisasi
anggaran sedangkan 2 anggaran lainnya realisasi anggaran lebih tinggi
daripada capaian kinerja yakni pada indikator Persentase cakupan penemuan
dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) dan Cakupan penemuan dan
pengobatan kasus TBC
2. Pada indikator Persentase pengobatan penyakit menular pada balita, capaian
kinerja 144% dapat dicapai dengan 22%, perbandingan ini tidak berarti
pencapaian target indikator persentase pengobatan penyakit menular pada
balita hanya membutuhkan anggaran yang rendah tetapi beberapa faktor yang
dapat dianalisa antara lain penetapan target terlalu kecil sehingga tidak
memerlukan anggaran yang besar untuk mencapai target tersebut. Definisi
operasional dan cara perhitungan terlalu longgar yakni hanya rerata dari
capaian indikator balita pneumonia yang mendapatkan antibiotik dan balita
diare yang mendapatkan
3. Pada indikator Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem
informasi surveillans berbasis digital capaian kinerja sebesar 102% dapat
dicapai dengan realisasi anggaran 43%. Hal ini bukan berarti untuk mencapai
indikator Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital hanya memerlukan anggaran yang kecil tetapi
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain sistem yang menjadi dimensi
perhitungan sudah terbentuk sebelum indikator ini dijadikan sebagai IKP seperti
SKDR dan NAR.

C. EFISIENSI SUMBER DAYA


Berdasarkan PMK No.22/PMK.02/2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga, efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan dari selisih
antara perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran dan realisasi

160 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

anggaran keluaran dengan penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran


dengan capaian keluaran. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran
CKi : Capaian Keluaran

Nilai efisiensi diperoleh dengan asumsi bahwa miniman efisiensi yang dicapai sebesar
-20% dan nilai paling tinggi sebesar 20%. Oleh karena itu dilakukan transformasi skala
efisiensi agar diperoleh skala nilai yang berkisar 0% sampai 100% dengan rumus
sebagai berikut:

Keterangan:
NE : Nilai Efisiensi
E : Efisiensi

Jika efisiensi diperoleh lebih dari 20%, maka NE yang digunakan dalam perhitungan
adalah nilai skala maksimal (100%) dan jika efisiensi yang diperoleh kurang dari -20%,
maka NE yang digunakan adalah skala minimal 0%. Dari hasil perhitungan tersebut,
diperoleh Nilai Efisiensi sebagai berikut:
Tabel 3.15. Nilai Efisiensi Per Indikator Kinerja Tahun 2022
Pagu Anggaran Realisasi Capaian
Nilai
No Indikator Keluaran Anggaran Keluaran Efisiensi Kategori
Efisiensi
(PAKi) Keluaran (RAKi) (CKi)
1. Persentase 99,243,613,000 72,832,253,729 0.83 0.12 79% Efisien
kabupaten/ kota
yang mencapai
target imunisasi rutin
2. Persentase cakupan 384,144,266,000 370,517,269,176 0.93 -0.03 42% Tidak
penemuan dan efisien
pengobatan kasus
HIV (ODHA on ART)
3. Cakupan penemuan 965,444,308,000 874,872,612,161 0.76 -0.19 1% Tidak
dan pengobatan efisien
kasus TBC
4. Jumlah 77,887,910,000 71,083,345,660 0.95 0.04 59% Efisien
kabupaten/kota yang
mencapai API <
1/1000 penduduk
5. Proporsi kasus kusta 9,581,205,000 7,755,034,640 0.93 0.13 83% Efisien
baru tanpa cacat

161 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

Pagu Anggaran Realisasi Capaian


Nilai
No Indikator Keluaran Anggaran Keluaran Efisiensi Kategori
Efisiensi
(PAKi) Keluaran (RAKi) (CKi)
6. Persentase 11,988,793,000 2,591,774,130 1.44 0.85 262% Efisien
pengobatan penyakit
menular pada Balita

7. Persentase 194,082,355,000 179,545,164,439 0.99 0.07 66% Efisien


skreening penyakit
menular pada
kelompok berisiko
8 Jumlah 29,448,355,000 21,064,851,896 1.22 0.42 154% Efisien
kabupaten/kota yang
mencapai eliminasi
penyakit tropis
terabaikan
9 Jumlah 16,605,888,000 10,060,429,398 1.00 0.39 149% Efisien
kabupaten/kota yang
melakukan deteksi
dini faktor risiko PTM
10 Jumlah 24,438,186,000 18,384,718,226 1.07 0.30 124% Efisien
kabupaten/kota yang
melakukan
pengendalian faktor
risiko
11 Persentase 71,458,164,000 63,788,916,991 1.33 0.33 132% Efisien
kabupaten/kota yang
memenuhi kualitas
kesehatan
lingkungan
12 Persentase 139,765,112,000 26,476,862,932 0.83 0.77 243% Efisien
kabupaten/kota yang
memiliki laboratorium
kesehatan
masyarakat dengan
kemampuan
surveilans
13 Persentase 295,426,960,717 125,860,725,172 1.02 0.58 195% Efisien
fasyankes yang telah
terintegrasi dalam
sistem informasi
surveillans berbasis
digital
14 Persentase faktor 176,415,225,000 158,897,807,006 1.07 0.16 90% Efisien
risiko penyakit
dipintu masuk yang
dikendalikan
15 Persentase 184,749,382,000 158,336,777,480 0.94 0.09 73% Efisien
rekomendasi hasil
surveilans faktor
risiko penyakit
berbasis
laboratorium yang
dimanfaatkan
15 Nilai Reformasi 7,565,309,000 6,786,447,647 1.00 0.10 75% Efisien
Birokrasi Direktorat
Jenderal
Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
Sumber Data : Rekapitulasi E Monev Bappenas per 30 Januari 2023 dan Laporan Tim Kerja

Indikator disebut efisien bisa nilai efisien sebesar 50%, berdasarkan tabel diatas
terlihat bahwa ada 2 indikator yang tidak berjalan efisien yakni indikator Persentase
cakupan penemuan dan pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) dan indikator
Cakupan penemuan dan pengobatan kasus TBC, sedangkan 14 indikator lainnya telah
efisien sesuai dengan rumus perhitungan tersebut diatas.
162 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pencapaian kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022


menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun 2021. Berdasarkan
Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan, IKP telah tercapai dengan rata–rata
capaian kinerja sebesar 102%. Pencapaian kinerja tahun tahun 2022 (103%) lebih
tinggi dari tahun 2021 (96.6%) dengan peningkatan capaian sebesar 6.6%.
2. Terdapat 6 indikator yang melebihi target yang ditetapkan, 1 indikator mencapai
target 100% sedangkan 9 indikator tidak mencapai target. Pencapaian kinerja
tertinggi pada indikator persentase pengobatan penyakit menular pada Balita
sedangkan capaian terendah pada indikator cakupan penemuan dan pengobatan
kasus TBC.
3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran tahun 2022, realisasi
anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar Rp.
3.531.420.455.454 dari pagu Rp. 4.043.641.889.000 atau sebesar 87.33%.
4. Realisasi tertinggi pada Kantor Daerah yakni 92,06% dan terendah pada
Dekonsentrasi yakni 77.7%.
5. Dari hasil perhitungan efisiensi anggaran, terdapat 2 indikator yang tidak berjalan
efisien karena realisasi anggaran yang digunakan lebih besar dibandingkan capaian
kinerja yang dihasilkan yakni pada indikator Persentase cakupan penemuan dan
pengobatan kasus HIV (ODHA on ART) dan indikator cakupan penemuan dan
pengobatan kasus TBC.
6. Indikator Kinerja Program P2P sebagian besar mengalami perubahan indikator
sesuai Revisi Renstra Kementerian Kesehatan dan RAP Ditjen P2P. Tahun 2022.
Sebanyak 6 indikator merupakan IKP baru yakni persentase Kab/Kota yang
mencapai target imunisasi rutin, persentase pengobatan penyakit menular pada
balita, persentase skrining penyakit menular pada kelompok beresiko, persentase
Kab/Kota yang memenuhi kualitas Kesehatan lingkungan, persentase Kab/Kota
yang memiliki laboratorium Kesehatan masyarakat dengan kemampuan surveilans
dan persentase Fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi berbasis
digital, sehingga perbandingan capaian tahun 2020-2021 tidak bisa dilakukan pada
indikator tersebut, perbandingan dilakukan pada indikator komposit dimensi hitung
indikator tersebut.

B. TINDAK LANJUT

Berikut ini Rencana Tindak Lanjut yang akan dilaksanakan oleh Ditjen P2P yakni:
1. Pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat pada tahun 2022 mengalami
penundaan dan sebagian besar baru terlaksana pada bulan Juni 2022 yang
163 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

berdampak pada tidak optimalnya realisasi anggaran akibat adanya proses


pengadaan yang tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu pada tahun 2023,
pelaksanaan program dan kegiatan harus segera mulai pada awal bulan.
2. Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan dilakukan secara reguler bulanan
atau triwulanan dan berjenjang mulai dari satuan kerja Unit Pelaksana Teknis, unit
kerja pusat dan Ditjen P2P.
3. Hasil evaluasi terhadap indikator Persentase kabupaten/kota yang memiliki
laboratorium kesehatan masyarakat dengan kemampuan surveilans dan indikator
Persentase fasyankes yang telah terintegrasi dalam sistem informasi surveillans
berbasis digital akan dialihkan menjadi tanggung jawab ke Direktorat Kesehatan
Masyarakat. Hal ini sejalan dengan kebijakan peralihan tugas dan fungsi terkait
program Laboratorium Kesehatan Masyarakat dari Direktorat Surveilans dan
Kekarantinaan Kesehatan, Ditjen P2P ke Direktorat Tata Kelola Kesehatan
Masyarakat, Ditjen Kesmas. Hal ini diperkuat dengan adanya Surat Edaran Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/1254/2022 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dimana disebutkan bahwa untuk mendukung
optimalisasi penyelenggaraan Labkesmas dab upaya transformasi Labkesmas,
ditetapkan satu pengampu yang berada di Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, yang memiliki tugas dan fungsi dalam mengkoordinasikan kebijakan
Tata Kelola Penyelenggaraan Labkesmas. Oleh karena itu akan dilakukan revisi
terhadap indikator pada Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan.
4. Hasil analisa tidak tercapainya indikator proporsi kasus kusta baru tanpa cacat,
salah satu penyebabnya adalah tidak adanya anggaran untuk kegiatan penemuan
kasus kusta (Intensifikasi Case Finding/ICF) kusta. Penemuan kusta sejak dini
secara intensif akan mengurangi proporsi kasus kusta baru tanpa cacat, sehingga
anggaran unuk penemuan kusta (ICF) pada perencanaan tahun berikutnya akan
dialokasikan.
5. Hasil evaluasi pada laporan kinerja menunjukkan capaian indikator Persentase
pengobatan penyakit menular pada balita dan indikator Jumlah kabupaten/kota
yang mencapai eliminasi peyakit tropis terabaikan telah tercapai melebihi dari target
yang ditetapkan, sehingga pada perencanaan berikutnya akan dilakukan analisa
terhadap penyesuaian target, definisi operasional dan cara perhitungan.

Direktorat Jenderal P2P selalu berupaya untuk memberikan alternatif solusi terhadap
seluruh masalah penyakit guna mencegah, mengendalikan berbagai penyakit menular
dan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik yang
bersifat endemis, pandemi, potensial menimbulkan wabah, maupun antisipasi terhadap
munculnya penyakit baru. Demikian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022 disusun sebagai bahan masukan untuk
penyusunan perencanaan tahun 2023 dan 2024.

164 |
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2022

LAMPIRAN

165 |
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

I?
t
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerlntahan yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS

Jabatan : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

selanjutnya disebut pihak pertama

Nama : Budi G. Sadikin

Jabatan : Menteri Kesehatan

selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi
tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta, tgDesember 202 1

Pihak Kedua, Pihak Pertama

/*rap,a
Budi G. Sadikin Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
PERJANJIAN KINERJA TA}IVN 2022
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

No,
Sasaran Program / Indikator Kinerja Target
Kegiatan
(1) (21 (3) (4)
1 Menurunnya penyakit 1 Persentase Orang Dengan HIV-AIDS 50%
menular, penyakit yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
tidak memular, serta ART)
meningkatnya 2. Persentase angka keberhasilan 9Oo/o
kesehatarr jiwa pengobatal TBC (TBC succes rate)
3. Jumlah kabupaten/kota yang 365
mencapai eliminasi malaria kab/kota
4. Jumlah kabupaten/kota dengal 458
eliminasi kusta kab/kota
5. Jumlah kabupaten/kota endemis 106
fiIariasis yang mencapai eliminasi kab/kota
6. Jumlah kabupaten/kota yang 775
melakukan pencega-han perokok usia < kab/kota
18 tahun
7. Jumlah kabupaten/kota yang 232
melakukan pencegahan dan kab/ kota
pengenda-1ian PTM
8. Persentase kabupaten/kota yang 87 ,90/o
mencapai 807o imunisasi dasar lengkap
anak usia O-11 bulan
9. Jumlah kabupaten/kota yang 430
melaksalakan deteksi dini masalah kab/kota
kesehatan jiwa dal penyalahgunaal
napza
10. Persentase kabupaten/kota yang 7 4o/o
mempunyai kapasitas da-lam
pencegahan dan pengenda-Iian KKM
I 1. Jumlah kabupaten/kota yallg 243
mencapai eliminasi penyakit infeksi kab/ kota
tropis terabaikan
12. Persentase faktor resiko penyakit di 930k
pintu masuk yalg dikendalikan
13. Persentase rekomendasi hasil 900k
surveilans faktor risiko dan penyakit
berbasis laboratorium yang
dimanfaatkan
2 Meningkatnya koordinasi I . Nilai Reformasi Brrokrasi 79,32
pelaksanaan tugas,
pembinaan dan
pemberian dukungan
manajemen Kementerial
Kesehatan
Program Anggaran
1. Program Pencegahan dan Rp. 2.672.191.885.000
Pengendalian Penyakit
2. Program Dukungan Manajemen Rp. 1..222.7 55. 1 4 1.OOO

Jakarta, t6 Desember 2021

Pihak Kedua, Pihak Pertama,

i,W*A
Budi G. Sadikin Drdr:!!2"ndonuwu, DHSM, MARS
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESTA
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

a2
5
PERJANJIAN KINERJA TAIJVN 2022
Daiam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS

Jabatan : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

selanj utnya disebut pihak pertama

Nama : Budi G. Sadikin

Jabatan : Menteri Kesehatan

selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya


sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi
tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan meiakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

Jakarta,ll J:uni 2022

Pihak Kedua, Pihak Pertama

Budi G. Sadikin Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS


PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2022
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT

Sasaran Program/
No.
Kegiatan Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1 Meningkatnya upaya 1. Persentase kabupaten/kota yang 7 5o/o
pencegahan penyakit mencapai ta rgel imunisasi rutin

2 Menurunn]ra lnfeksi 1. Persentase cakupan penemuan dan 45o/o


penyakit HIV pengobatan kasus HIV (ODHA on ART)

3 Menurunnya Insiden 1. Cakupan penemuan dan pengobatan 900k


TBC kasus TBC

4 Meningkatnya 1. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 484


kabupaten/ kota yang API < 1/100O penduduk
mencapai eliminasi
malaria

5 Meningkatnya 1. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat a9.k


kabupaten/ kota yang
mencapai eliminasi
kusta
6 Meningkatnya 1. Persentase pengobatan penyakit 5Oo/o
pencegahan dan menular pada Balita
pengendalian penyakit
menular 2. Persentase skreening penyakit menular 95%
pada kelompok berisiko

3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai 166


eliminasi peyakit tropis terabaikan

7 Tidak meningkatnya 1. Jumlah kabupaten/ kota yang 514


prevalensi obesitas melakukan deteksi dini faktor risiko
pada penduduk usia > PTM
18 tahun

8. Menurunnya 1 Jumlah kabupaten/ kota yang 43


persentase merokok melakukan pengendalian faktor risiko
penduduk usia 10- 18
tahun

9 Meningkatnya jumlah 1. Persentase kabupaten/kota yang 4Oo/o


kabupaten/ kota sehat memenuhi kualitas kesehatan
lingkungan
Sasaran Program/
No.
Kegiatan Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
10. Meningkatnya 1 Persentase kabupaten/kota yan:g 39o/o
kemampuan surveilans memiliki laboratorium kesehatan
berbasis laboratorium masyarakat dengan kemampuan
surveilans

2. Persentase fasyankes yang telah 60%


terintegrasi dalam sistem informasi
surveillans berbasis digital

11. Meningkatnya 1. Persentase faktor risiko penyakit 93o/o


Pelayanan dipintu masuk yang dikendalikan
kekerantinaan di pintu
masuk negara dan
vrilayah

).2 Meningkatnya 1 Persentase rekomendasi hasil 9Oo/o


pelayanan surveilans surveilans faktor risiko penyakit
dan lab kesehatan berbasis laboratorium yang
masyarakat dimanfaatkan

i3 Meningkatnya 1. Nilai Reformasi Birokrasi Direktorat 35.3


dukungan manajemen Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
dan pelaksanaan tugas Penyakit
teknis lainnya pada
Program Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit
Program Anggaran

1 . Program Pencegahan dan Pengendalian Rp. 2.627.660.329.000


Penyakit

2. Program Kesehatan Masyarakat Rp 1O4.222.165.0O0

3. Program Dukungan Manajemen Rp 1.232.385.860.000

Jakarta, L1 Juni 2022

Pihak Kedua, Pihak Pertama,

la24,*n
Budi G. Sadikin Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu,
DHSM., MARS
DAF TA R KA B UPA TEN/KOTA

DENGAN PENCAPAIAN TERHADAP INDIKA TOR TARGE T IMUNISASI RUTIN

CAK UPAN CAKUPAN IND IKATOR PENDU KUNG


IND IKATOR Status
Imunisas i Peneapalan Skoring
NO PROV INSI KABUPATEN/KOTA Im uni sasl Imunlsasi Imunisasi Status
Dasar terhadap Pen eapalan
Lanjutan An tigen Anak Usia Imun isasi
Lengkap Indikator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(60%)
(60%) (60%) (70%) WUS (60%)

1 ACE H SIMEULUE 48 ,9 33,5 38 ,6 39,S Tidak Terea pai 0


2 ACEH AC EH SIN GKIL 66 ,S 23,1 28,0 28,0 Tidak Tereapa i 0
3 ACEH AC EH SELATAN 38,6 16,5 27,4 51,7 T;dak Tereapai 0
4 AC EH AC EH TE NGGARA 109,6 37 ,0 5 1, 1 97,7 Tereap ai 1
5 ACEH ACE H TI MUR 34,7 24,0 27,3 44,8 Tidak Terea pai 0
6 ACE H ACE H T ENGAH 74,4 59, 2 46 ,0 33,1 Tidak Tereapai 0
7 ACEH ACE H BARAT 26,6 4 ,1 23,1 44 ,4 Tidak Tereapai 0
8 ACE H AC EH BE SAR 35,8 30,0 11,5 30,9 Tidak Tercapai a
9 ACEH PIDIE 5,1 2,3 2,8 39,1 Tidak Tereapai a
10 ACEH BIREUEN 16,2 16,8 9,7 21.7 Tidak Tereapai a
11 ACEH AC EH UTARA 49,S 11,7 20,2 42 ,8 Tidak Tereapai a
12 AC EH AC EH BA RAT DAYA 81,3 14 ,0 43 ,8 76,3 Tercaoa i 1
13 AC EH GAYO LU ES 61,7 47,0 90 ,6 50,2 Tidak Tereap ai a
14 AC EH ACE H TAMI AN G 73,3 44,0 39,2 45 ,3 Tidak Tereapa i a
15 ACE H NAGAN RAYA 70,1 32, 1 47,2 60, 4 Tidak Tereapa ! a
16 ACEH ACE H JAYA 21,7 13,9 35,2 17,3 Tidak Tereapai a
17 ACEH BENE R MERI AH 86,S 94,9 81,S 32,9 Tercapai 1
18 ACEH PIDIE JAYA 20,6 3,3 17,1 36 ,2 Tidak Tereap ai a
19 ACEH KOTA BANDA ACEH 5 1,9 31, 4 15,4 51,3 Tidak Tereapai a
20 ACEH KOTA SABA NG 36,4 26,7 32 ,S 32 ,0 Tidak Tereapai a
21 ACEH KOTA LAN GSA 99,3 46 ,9 60 ,1 68,2 Tereapai 1
22 AC EH KOTA LHOKS EUMAWE 59,9 29,S 7,8 145,5 Tldak Tercapai a
23 ACEH KOTA SUB ULUSSALAM 48,7 19,2 SO,O 32,8 Tida k Tereapai a
24 SUMU T NIAS 104,6 100,8 102.7 61 ,S Terca pai 1
25 SUMUT MANDA ILING NATAL 77,S 115,6 97 ,6 47 ,8 Tidak Tereapai a
26 SUMUT TAPAN ULI SELA TAN 87,2 107,4 93,3 16,3 Tereapai 1
27 SUMUT TAPANULI TENG AH 92,8 94 ,7 80,1 63 ,8 Tercacai 1
28 SUMUT TAPANULI UTARA 118,0 106,7 105,4 25 ,8 Tereapai 1
29 SUMUT TOBA SAMOSIR 10 1,0 84,4 122,1 49,4 Tereapai 1
30 SUMUT LABUHAN BATU 99 ,8 110,8 59,2 Tercap ai 1
31 SUMUT AS AHAN 88,7 69,3 33,S 67,7 Tercapai 1
32 SUMUT SIMALUNGU N 110,7 112,1 96,6 61 ,2 Tercaoat 1
33 SUMU T DA IRI 92,0 124,0 10,3 96, 1 Terca oai 1
34 SUMUT KA RO 115,1 4,7 94,6 12,3 Terca pai 1
35 SUMU T DELI SERDA NG 97,3 113,2 95,4 ISO,S Te reapai 1
36 SUMUT LANGKAT 88,9 61,0 7,0 Tida k Tereapai 0
37 SUMUT NIAS SELA TAN 102,6 82,5 62,9 20 ,1 Tereapa i 1
38 SUMUT HUMBANG HASU NDU TAN 92,S 93,8 112,2 43,2 Tercapai 1
39 SUMUT PAKPAK BHARAT 78,8 56,3 94, 6 35,2 Tida k Terca pai 0
40 SUMUT SAM OS IR 77,9 83,8 114,5 41,6 Tidak Tercaoa a
41 SUMU T SE RDANG BED AG AI 99, 0 90,1 18,9 41,0 Tercapai 1
42 SUMUT BA TU BARA 116,2 103,3 98,4 22,7 Tercaoai 1
43 SUM UT PADANG LAW AS UTARA 108,4 118,5 99,1 44 ,4 Tercapai 1
44 SUMUT PADAN G LAWAS 57,9 77,9 98,S 80,4 Tidak Tercaoai 0
45 SUMUT LABUHAN BATU SELATA N 103,8 106,8 89,2 99 ,9 Tereapai 1
46 SUMUT LABUHAN BATU UTARA 100,8 124,0 105,9 99,0 Tereapai 1
47 SUMU T NIAS UTA RA 59,6 96,3 81.3 16,4 Tidak Tereapai a
48 SUMU T NIAS BAR AT 106,5 81,7 103 ,7 14, 1 Tercan ai 1
49 SUMUT KOTA SIBO LGA 117,4 84,7 65,7 104 ,0 Tercapa i 1
50 SUMUT KOTA TAN JUN G BALA I 105,1 129,6 26,1 Tercapai 1
51 SUMUT KOTA PEMATAN G SIAN TAR 92,6 79,9 99,0 36,7 Tercapai 1
52 SUMUT KOTA TEBING T INGG I 86,9 86,4 60,3 77,7 Terea pai 1
53 SUMUT KOTA MED AN 103,1 94,3 61,6 33 ,9 Tercaoai 1
54 SUMUT KOTA BiNJAI 64,2 37,3 54,2 2,2 Tidak Tereapai a
55 SUMUT KO TA PADANGSIDIMPUAN 79,9 82,6 73,0 101,3 Tidak Tereapai 0
56 SUMUT KOTA GUNUNGSIT OLI 66 ,9 72,6 103,0 51,6 Tid ak Tercapai a
57 SUMB AR KEPULAUA N M ENTAWAI 70,6 6 1,0 70,8 18,1 Tidak Tercaoai 0
58 SUMBAR PESIS IR SELATA N 92,1 91,5 87,4 59,2 Te rcapai 1
59 SUMBAR SOLaK 85,2 6 1,6 77,4 42 ,3 Tercapai 1
60 SUMBAR SIJUNJUNG 70,9 68,8 80,S 31,9 Tldak Tereapai 0
61 SUM BAR TANAH DATAR 52,3 31,2 45,2 52,4 Tidak Tereapai a
62 SUMBAR PADA NG PARIAM AN 86,4 62, 7 55,9 79,2 Tercaoa: 1
63 SUM BAR AG AM 52,7 23,2 II 77,1 5,3 Tidak Tereapai 0
64 SUMBA R L1MAPULUH KOTA 67,6 32 ,1 61,6 33 ,S Tidak Tereapai a
65 SUMBA R PASAMA N 80,8 58 ,S 63,6 SO,3 Tidak Terca oai a
86 SUMB AR SOLaK SELATA N 70,8 65,4 Ii 74,4 44 ,2 Tidak Tercapai a
67 SUMBAR DHAR MAS RA YA 67,6 53,1 77,S 43,9 Tidak T erea pai 0
68 SUMBAR PASAMAN BARAT 55 ,S 36,1 56,4 46,S Tida k Tereapai a
69 SUMBAR KOTA PADA NG 79,8 72,3 35,3 70,1 Tidak Tereapai 0
70 SUMBAR KOTA SO LaK 64,3 38,8 13,9 12,0 Tidak Terca pai a
71 SUMBAR KOTA SAWAHLUNTO 65, 1 62,8 75,6 25,9 Tidak Tereapai a
72 SUMB AR KOTA PA DA NG PANJ AN G 82 ,8 65,5 19,7 68,8 Ter capai 1
73 SUMBAR KOT A BUKITTINGGI 66,0 19,2 36,7 38,9 Tidak Tercaoai 0
74 SUMBAR KOTA PAYAKUMBUH 74,6 29,8 22,6 57,3 Tidak Tercaca: a
75 SUMBA R KO TA PARIAMA N 80,2 50,0 20,8 73,1 Tercapa i 1
CAKU PAN CAKUPAN INDIKATOR PENDU K UNG
INDIKATOR Status
Imunisasi Pencapa ian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunlsasl Imunisasi Im un lsas l Status
Dasar terhadap Pencapalan
Lanjutan Antigen Anak Usi a Imunisasi
Lengkap Indlkator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80%) (80%) (70%) WUS(60%)

76
RIAU KUA NTAN SINGINGI 74,1 58,3 93,0 44,t Tidak Tercap ai 0
77
RIAU INDRAGIRI HULU 72,6 33,5 93,4 24,4 Tidak Tercapai 0
78
RIAU INDRAGIRI HILIR 67,2 67,2 69,3 60,7 Tidak Tercapai 0
79
RIAU PELALAWAN 83,3 66,8 7,6 38,7 Tidak Tercapai 0
80
RIAU SIAK 63,9 38,9 47,8 19,9 Tidak Tercapai 0
8 1
RIAU KAMPAR 96,2 73,6 19,6 60,0 Tercap ai 1

82
RIAU ROKAN HULU 90,3 90,3 64,9 60,2 Tercapai 1

83
RIAU BENGKALIS 102,3 40,5 154,8 13,4 Tercapai 1

84
RIAU ROKAN HILIR 87,6 63,1 48,2 40,2 Tidak Tercapai 0
85
RIAU KEPULAUAN MERANTI 109,2 93,2 68,4 70,7 Tercap ai 1

86
RIAU KOTA PEKANBARU 86,4 59,9 33,6 76,9 Tercapa i 1

87
RIAU KOTA DUMAI 120,8 61,6 62,8 124,8 Tercapai 1

88
JAMBI KERINCI 120,3 136.8 107,8 53,7 Tercapai 1

89
JAMBI MERANG IN 109,0 82,3 96,1 42,8 Tercap ai 1

90
JAMBI SAROLANGUN 119,6 94,6 111,2 43,3 Tercap ai 1

9 1
JAMBI BATANGHARI 107,4 97,7 116,8 38,5 Tercapai 1

92
JAMBI MUARO JAMB I
103,0 97,3 96,3 9,5 Tercapai 1

93
JAMBI TANJ UNG JABUN G TIMUR 119,5 111,0 127,2 26,5 Tercapai 1

94
JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 96,2 95,2 lOS ,S 153,5 Tercapai 1

95
JAMBI TEBO 107,4 117,2 115,5 77,1 Terc apai 1

96
JAMBI BUNGO 88,4 80,2 98,2 72,3 Terca pai 1

97
JAMBI KOTA JAMBI 101,4 98,9 98,9 87,6 Tercapai 1

98
JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 103,8 161,4 89,7 71,8 Tercapai 1

99
SUMSEL OGAN KOMERING ULU 105,7 91,2 101,6 114,8 Tercapai 1

100
SUMSEL OGAN KOMER ING ILiR 105,8 66,6 114,0 86,4 Tercapai 1

101
SUMSEL MUARA ENIM 91,3 104,3 100,0 67,4 Tercapai 1

102
SUMSEL LAHAT 108,8 161,7 110,3 11,1 Tercapai 1

103
SUMSEL MUSI RAWAS 102,7 100,3 103,7 58,8 Terca pai 1

104
SUMSEL MUSI BANYUAS IN 106,9 125,8 118,0 108,2 Tercapai 1

105
SUMSEL BANYUAS IN 96,9 79,6 94,9 76,2 Tercapai 1

106
SUMSEL OGAN KOMERING ULU SELATAN 90,9 83,7 97,6 64,8 Tercapai 1

107
SUMSEL OGAN KOMERING ULU TIMUR 101,5 100,3 100,5 98,4 Tercapai 1

108
SUMSEL OGAN ILiR 126,4 136,0 88,5 96,1 Tercapai 1

109
SUMSEL EMPAT LAWA NG 112,8 117,8 93,7 92,2 Tercapai 1

110
SUMSEL PENUKAL ABAB LEMATANG ILiR 105,9 74,9 113,1 36,4 Tercapai 1

111
SUMSEL MUSI RAWAS UTARA 104,0 135,2 47,0 109,2 Terca pai 1

112
SUMSEL KOTA PALEMBANG 99,4 72,0 97,2 64,8 Terca pai 1

113
SUMSEL KOTA PRABUMU LIH 111,2 192,4 102,7 105,3 Tercapai 1

114
SUMSEL KOTA PAGA R ALAM 113,2 89,6 103,5 44,6 Tercapai 1

115
SUMSEL KOTA LUBUK L1 NGGA U 96,9 104,4 95,0 100,7 Tercapai 1

116
BENGKULU BENG KULU SELATAN 107,8 98,8 107,8 21,4 Tercapai 1

117
BENGKULU REJANG LEBONG 99,8 80,9 101.7 93,8 Tercapai 1

118
BENGKULU BENGKULU UTARA 104,6 95,6 113,2 150 ,6 Tercapai 1

119
BENGKULU KAUR 105,6 75,2 91,9 105,8 Tercapai 1

120
BENGKULU SELUMA 87,1 69,2 75,3 36,6 Tercapai 1

121
BENGKULU MUKOMUKO 95,3 78,3 99,4 78,4 Ter capai 1

122
BENGKULU LEBONG 107,3 92,1 84,4 47,5 Tercapai 1

123
BENGKULU KEPA HIANG 96,0 76,2 103,7 40,3 Ter capai 1

124
BENGKULU BENGKULU TENGAH 105,5 106,6 97,3 70,8 Tercapai 1

125
BENGKULU KOTA BENGKULU 108,9 111,7 90,0 58,7 Tercapai 1

126
LAMPUNG LAMPUNG BARAT 110,5 95,9 107,8 70,9 Terca pai 1

127
LAMPUNG TANGGAMUS 106,7 94,2 98,6 55,7 Tercapa i
1

128
LAMPUNG LAMPUN G SELATAN 108,7 147,3 104,5 67,2 Tercapai 1

129
LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 99,0 93,S 103.6 70,5 Tercapai 1

130
LAMPUNG LAMPUNG TENGAH 105,9 90,1 101.7 18,3 Terca pai 1

131
LAMPUNG LAMPUNG UTARA 98,4 82,7 99,S 26,7 Tercapai 1

132
LAMPU NG WAY KANAN 111,8 122,5 104,1 111,5 Tercapa i
1

133
LAMPUNG TULAN GBAWANG 112,8 117,7 99,9 57,7 Tercapai 1

134
LAMPUNG PESAW ARAN 106,8 128,4 98,8 72,1 Tercapai 1

135
LAMPUNG PR INGSEWU 115,0 119,9 105,2 92,2 Tercapai 1

136
LAMPUNG MESUJI 116,5 146,0 123,5 73,7 Tercapai 1

137
LAMPUNG TULAN GBAWANG BARAT 119,6 127,3 108,9 94,0 Tercapai 1

138
LAMPUNG PESISIR BARAT 103,6 109,2 111,1 67,1 Tercapai 1

139
LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUN G 101,9 106,0 96,9 92,0 Tercapai 1

140
LAMPUNG KOTA METRO 101,8 114,4 117,2 53,5 Tercapai 1

141
BABEL BANGKA 90,3 73,0 81,0 93,6 82,4 Tercapai 1

142
BABE L BELITUNG 105,1 138,3 126,6 94,3 89,6 Tercapai 1

143
BABEL BANGKA BARAT 70,8 57,1 74,7 96,4 55,7 Tidak Tercapai 0
144
BABEL BANGKA TENGAH 71,7 49,9 74,2 95,5 29,2 Tidak Tercapai 0
145
BABEL BANGKA SELATAN 77,7 64,1 88,0 107,5 58,9 Tidak Terca pai 0
146
BABEL BEll TUNG TIMUR 130,3 128,3 128,7 103,1 85,4 Tercapai 1

147
BABEL PANGKALP INANG 115,4 103,5 114,0 80,S 95,8 Tercapa i 1

148
KEPRI KAR IMUN 106,5 97,9 79,6 64,1 Terca pai 1

149
KEPRI BINTAN 106,6 98,9 105,7 85,1 Tercapai 1

150
KEPRI NAT UNA 108,0 88,0 68,8 49 ,6 Tercapai 1

151
KEPRI LINGGA 118,3 75,3 100,7 29,S Tercapai 1

152
KEPRI KEPULAUA N ANAM BAS 127,1 121,2 9 1,4 37,7 T e rca~i 1

153
KEPRI KOTA BATAM 92,1 80,1 66,2 44,8 Tercapai 1

154
KEPRI KOTA TANJUNG PINANG 116,6 133,1 95,9 74,2 Tercapai 1

CAKUPAN CAKUPAN INOIKA TOR PENOUKUNG


INOIK ATOR Status
Imun isasi Peneapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunisasi Imunisasi Imun isas l Status
Oasar terhadap Peneapaian
lanjutan A nti gen Anak Usia Imunisasi
lengkap Ind ikator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80%) (80%) (70%) WUS (60%)

155
OKI JAKAR TA KEPU lAUAN SERIBU 124,7 144,3 97,2 109,7 Tercao ai 1

156
OKI JAKAR TA KOTA JAKARTA SElATAN 103,3 107,4 95 ,4 88,8 Ter ca pai 1

157
DKI JAKA RTA KOTA JAKARTA TIMU R 101,7 110,0 103,6 92,2 Tercapai 1

158
DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 116,5 135,6 107, 1 91 ,9 Tereapai 1

159
DKI JAKAR TA KOTA JAKARTA BARAT 103,9 108,7 94 ,9 78,4 Tereapai 1

160
DKI JAKA RTA KOTA JAKARTA UT ARA 97,0 104 ,7 96,2 73,3 Terca oai 1

16 1
JA BAR BOGaR 100,8 102,9 60,4 85,3 78 ,9 Terca pal 1

162
JABAR SUKABUMI 100.0 84,4 97,7 6 1,5 Tercapal 1

163
JA BAR CIAN JUR 105,7 105,0 92,4 80,7 Ter eapai 1

164
JABAR BAND UNG 101,7 97,0 88,1 90 ,7 57,7 Ter cap ai 1

165
JABAR GAR UT 99,7 97,2 90 ,6 91,1 Te rca pal 1

166
JABAR TASIKMAl AYA 122,3 117,8 91, 6 88 ,1 Tercapat 1

167
JABAR CIAM IS 125,8 107,0 102,5 79,8 Tercaoai 1

168
JA BAR KUNINGA N in .s 116,6 108,7 8 1,4 Terca pai 1

169
JABAR CIREBON 139,5 139,9 97,1 12 1,7 Tercaoai 1

170
JA BAR MA JA lENGKA 108,0 102,4 111,1 77 ,3 Ter ca pai 1

171
JA BAR SUM EOANG 111,3 105,1 111,0 85,9 Tercapai 1

172
JABA R IND RAMA YU 101,4 79,5 94,4 66,1 Ter eapai 1

173
JA BAR SUBANG 119,5 145,6 105,0 113,6 Te rcap ai 1

174
JA BAR PURWAKARTA 105,4 124,9 t 05,1 79,8 Tercapai 1

175
JA BAR KARAWANG 113,1 l IS ,S 109,0 104,8 9 1,9 Terca oai 1

176
JABAR BEKASI 102,4 119,0 31,8 77,9 97 ,1 Terca pai 1

177
JA BAR BANDUNG BARA T 116,1 110,4 98,8 94 ,3 Terca pai 1

178
JABAR PAN GANDARAN 113,9 122,1 102,2 93,4 Tercapai 1

179
JABAR KOTA BOGa R 100,0 104,9 103,7 91 ,5 Tereap ai 1

180
JABAR KOTA SUKA BUMI 101,9 104,7 112,6 86 ,5 Terca oai 1

181
JABA R KOTA BANDUNG 97,5 131 ,8 58,6 101,0 56 ,6 Tereapai 1

182
JABAR KO TA CIREBON 89,S 78,4 111,6 63,9 Ter cap ai 1

183
JABAR KO TA BE KASI 100,6 93,1 48,2 79,7 80 ,7 T ereapai 1

184
JABAR KOTA DEPOK 104,9 134,7 82,6 78 ,9 Terea pai 1

185
JABAR KOTA CIMAHI 101,8 95,7 94,9 68,5 Tercapai 1

186
JA BAR KOTA TASIKMAlAYA 104,8 110,6 103 ,0 122,1 Tereap ai 1

187
JABAR KOTA BANJAR 109,9 102,6 90,8 122,7 Tercaoai 1

188
JAT ENG CILACAP 127,1 128,3 98,3 88 ,2 Tercapai 1

189
JATENG BANY UMAS 106,2 111.6 109,6 71.0 Tereapai 1

190
JATENG PU RBAU NGGA 114,0 117,4 2 10,1 65,0 T ereapai 1

19 1
JATENG BANJARNEGARA 105,4 111,4 108,5 38,0 Terca pai 1

192
JAT ENG KEBUM EN 128,4 121,1 101,5 15,9 Tereap ai 1

193
JATE NG PURWOR EJO 102,3 97,2 98 ,4 95,6 Tereapai 1

194
JATEN G W ONOSOB O 119,5 109,6 106,9 127,7 Terca pai 1

195
JATENG MAGELAN G 116,1 216 ,5 99 ,6 75,9 Terca pai 1

196
JATENG BOYOLAU 117,7 148,9 lOS,S 100.9 Tercapal 1

197
JATENG KLAT EN 96,9 110,0 118.8 66.3 Tercapai 1

198
JATENG SUKOHAR JO 94,9 119.9 100.7 174,4 Tereapai 1

199
JATENG WONOGIR I
118,5 114,7 98, 1 79,6 Ter ca pai 1

200
JATE NG KARA NGANYAR 98,9 104,5 105,0 57,7 Tercapai 1

20 1
JATE NG SRAGE N 120,0 113,9 112,8 82,4 Tercaoai 1

202
JAT ENG GRO BOGA N 120,7 134,4 99.0 80,S Tercapei 1

203
JATEN G BlORA 113,8 139,4 98.7 95,6 Tereapai 1

204
JATEN G REMBANG 108. 1 114,2 10 1,2 88 ,7 Terca pai 1

205
JATENG PATI 111,5 125,6 108.2 38,5 Tereap ai 1

206
JATENG KUDUS 119,1 158,9 108,9 102, 1 Te rcapai 1

207
JAT ENG JE PARA 104,7 101,4 100,2 62,6 Te rca pai 1

208
JAT ENG DE MAK 1210
129,9 101,6 44,3 Tercapai 1

209
JATEN G SEMARA NG 98,0 93,7 108,6 114,8 Terea pai 1

210
JATENG TE MANGGUN G 99,0 111,0 110,8 129,4 Tereap ai 1

211
JATENG KENDAL 100,1 102,2 81,4 78.8 Tereapai 1

212
JATENG BATANG III ,S 88,0 105,4 69.2 Terea pai 1

213
JATENG PEKAlONGAN 132,3 148,4 98,8 16,7 Tereapai 1

214
JAT ENG PEMALANG 139,4 118,3 98,4 86,7 Tercapat 1

215
JATE NG TEGAl 118,9 109,8 101,4 80,6 Tercapai 1

216
JATEN G BR EBE S 115,4 119,8 94,9 54,5 Te rca pai 1

217
JATEN G KOTA MAGEl ANG 99,6 182,9 139 ,6 39,2 Tercapai 1

218
JAT ENG KOTA SURA KAR TA 150,7 248 .8 156.2 361,4 Te rca pai 1

219
JATENG KOTA SALATIGA 100.0 115,3 173,7 112.0 Tereapai 1

220
JATE NG KOTA SEMARANG 107.8 122,3 107,3 83,3 Tercapa i
1

221
JATE NG KOTA PEKAlONGAN 124,6 205,4 10 4,8 118,2 Terca pai 1

222
JATENG KOTA TEG Al 98,3 106,9 120 ,3 64 ,7 Tercanai 1

223
DIY KUl ON PROGO 99,7 66,9 97,0 58,7 Ter ca pai 1

224
DIY BAN TUl 87,2 57,4 99,1 92, 8 Tarcapai 1

225
DIY GUN UNG KIDUl 104,1 73,9 83,9 45.6 Tereap ai 1

226
DIY SlEMAN 96,6 53,6 105,5 108.9 Tercapai 1

227
DIY KO TA YOGYAKARTA 118,3 50,6 134,4 24,2 Te reapai 1

228
JATIM PAC ITAN 99,7 112,5 104,6 38,2 Tercapai 1

229
JAT IM PON OROGO 96,4 94,5 96,9 113.3 88 ,1 Terca pai 1

230
JATIM TR ENGGAlE K 105, 3 103,8 110,3 99 ,7 Tercapai 1

231
JAT IM TUlUNGAGUN G 105.7 104,4 114,7 93,2 Tercapai 1

232
JATIM BUTA R 94,5 97 ,2 120,4 81,S Tercapa i 1

233
JAT IM KED IRI 99,2 103,5 94,7 94,1 84 ,S Tercap ai 1

CAKUPAN CAKUPAN INDIKATOR PENDUKUNG


INDIKATOR Status
Imunisasi Pencapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunisas l Imun lsasl Imunlsasl Status
Dasar terhadap Pencapalan
Lanjutan Antigen Anak Usia Imunlsasi
Lengkap Indikator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80%) (80%) (70%) WUS(60%)

234
JATIM MALANG 102,5 100,4 94,9 104,2 96 ,5 Tercapai 1

235
JATIM LUMAJANG 103,0 88 ,8 106,9 105,2 Tereapai 1

236
JATIM JEMBER 76,1 89,5 94,2 98 ,2 99 ,5 Tidak Tercapa i
0
237
JATIM BANYUWANG I
105,5 104.8 115,5 94.5 T ercapai 1

238
JATIM BONOOWOSO 115.0 105,3 103,2 85,6 Tercapai 1

239
JATIM SITUBO NOO 63,3 66,7 95,2 110,7 T;dak Tercapai 0
240
JATIM PROBOLINGGO 98,7 120,9 95,8 107,1 Tercapa i
1

241
JATIM PA SURUA N 101,9 106.0 95,9 82,3 Tereapa i 1

242
JATIM SIOOARJO 105,3 109,4 105,3 110,9 98,7 Terca pai 1

243
JATI M MOJOKERTO 105,4 107.2 110,0 92,1 T ereapa i 1

244
JATIM JOMBANG 100,6 102,8 114,7 74,8 Ter capai 1

245
JATIM NGA NJUK 95,9 104,6 114,2 88,0 Tercapal 1

246
JATIM MAOIUN 98,5 115,1 111,3 68,0 Tercaoa i
1

247
JATIM MAG ETAN 97,3 103,7 117,6 91,5 Tereapai 1

248
JATIM NGAWI 102,2 107,3 106,8 83,6 Terca pai 1

249
JATIM BOJONEGORO 107,1 108,6 106,0 84,6 Tereapa i
1

250
JATIM TUBAN 105,9 112,2 110,8 103,6 Tercap ai 1

251
JATIM LAM ONGAN 105,1 99,9 103,0 96 ,1 Tercao ai 1

252
JATIM GRESIK 104,0 112,0 105,4 113,6 115, 1
Te rcap ai 1

253
JATIM BAN GKALAN 67,9 50,1 81,1 82,4 Tidak Tercap al 0
254
JATIM SAMPANG 75,4 48 ,S 61,9 12,6 T;dak Tereapai 0
255
JATI M PAM EKAS AN 90,1 77,5 59,7 86,6 Tercaoal 1

256
JATIM SUMENEP 110,2 113,7 95,0 102,9 Tercap ai 1

257
JATIM KOTA KEOIRI 100,5 99,7 88 ,1 149,5 95,3 Tercapal 1

258
JATIM KOTA BLiTAR 95,6 86,3 152,7 80,7 Tereap ai 1

259
JATIM KOTA MALANG 88.4 92,S 88,4 134,8 31,0 Tercapai 1

260
JATIM KOTA PROB OLINGGO 102,6 98,1 105,1 183,0 Tereapai 1

261
JATIM KOTA PA SURUAN 104,2 140,0 120,2 87,2 Tercaoai 1

262
JATIM KOTA MOJOKERTO 102,3 108 ,0 166,9 99 ,9 Terca oai 1

263
JAT IM KOTA MAOIUN 99,8 103,9 169,4 97,9 Tercapai 1

264
JATIM KOTA SURABAYA 104,7 112,9 128,8 103,6 Tereapai 1

265
JATIM KOTA BATU 97,9 97,5 112,2 93, 1 Tercaoai 1

266
BANTEN PANOE GLAN G 111,6 83,9 101,1 12,9 Tercapa i
1

267
BANTEN LEBAK 106,5 120,9 84 ,8 65,9 Tercapai 1

268
BANTEN TAN GERANG 101,3 104,0 92.1 87 ,S Tercap ai 1

269
BANTEN SERA NG 151,8 122,1 99,2 103,8 Tercap ai 1

270
BANTEN KOTA TANGER AN G 99,6 108,4 94,5 72,5 Terca pai 1

271
BANTEN KOTA CILEGO N 113,8 154,6 95,7 75,7 Tercan al 1

272
BANTEN KOTA SERANG 130,0 123,2 85 ,5 77,6 Tercapai 1

273
BANTEN KOT A TANGERANG SELATAN 104,3 108,3 101,9 74,7 Tercapai 1

274
BALI JEMBRANA 109,2 101,8 108,8 75,9 Tercapai 1

275
BALI TABANAN 109,8 107,3 82,8 87,1 Tercapal 1

276
BALI BAOUN G 102,5 96,4 92,8 113,3 Tercapai 1

277
BALI GIANYAR 100,5 103,8 101.2 61,0 Tercapai 1

278
BALI KLUNG KUNG 114,9 130,4 114 ,7 9 1,8 Tereapa ! 1

279
BALI BAN GLI 107,9 104,3 107,0 137,0 Tercapai 1

280
BALI KARAN G ASEM 103,8 110,6 111,7 77,9 Tercap ai 1

281
BALI BULELEN G 111,0 110,0 112,7 94,9 Terc aoai 1

282
BALI KOTA OENPA SAR 103.5 88,0 102.5 99,S Tereapa! 1

283
NTB LOMBOK BAR AT 113,3 109,1 127,7 101,8 53,3 Terc apai 1

284
NTB LOMBOK TEN GAH 107,7 100,5 113,7 119,0 26,2 Tercapai 1

285
NTB LOMBOK TIMUR 117,9 114,2 128,4 115,2 63,3 Tereapa! 1

286
NTB SUMBAWA 10 1,2 102,4 66 ,3 71,2 85,9 Tercaoai 1

287
NTB OOMPU 110,7 119,7 89,4 91,4 57 ,0 Tereapa i
1

288
NTB BIMA 121.1 89,1 118.7 85,S 78,7 Tercapai 1

289
NTB SUMBAWA BARAT 82,7 67,9 78,3 109,7 21,2 Tercapai 1

290
NTB LOMBOK UTARA 124,1 135,3 nr.s 103,5 54,9 Tercaoai 1

291
NTB KOTA MATA RAM 90,3 75,0 86,0 84,0 61,6 Ter caoai 1

292
NTB KOTA BIMA 113,5 104,5 115,6 77,1 59,0 Tercapai 1

293
NIT SUMBA BARAT 104,0 98,5 91,2 178,7 Tercapai 1

294
NIT SUMBA TIMUR 74,0 59,0 86,S 24,5 Tidak Ter capal 0
295
NIT KUPANG 90,5 87,6 90,2 28,6 Ter caoai 1

296
NIT TIMOR TEN GAH SELATAN 103,4 103,4 120,2 18,9 Tercapai 1

297
NTT TIMOR TENG AH UTARA 98,6 117,9 118,9 60,5 Tercapai 1

298
NIT BELU 93,8 69,6 90,9 47 ,6 Tercaoai 1

299
NTT ALOR 71,2 66,8 68 ,7 5,9 Tidak Tercapai 0
300
NTT LEMBATA 66,6 54,9 99,8 31,7 T;dak Tercapai 0
30 1
NTT FLORE S TIMUR 89,6 81,6 88,5 35 ,3 Tercapai 1

302
NTT SIKKA 84,8 84,5 111,0 49,4 Tercapai 1

303
NTT ENOE 92,1 93,4 95,8 46 .6 Ter capa i
1

304
NTT NGAOA 77,3 54,3 93 ,1 27,8 T;dak Tercapai 0
305
NTT MANGGARAI 91 ,6 79,5 110,7 37,2 Tercap ai 1

306
NTT ROTE NOAO 52,7 61,4 106,2 34,4 Tidak Tercapai 0
307
NTT MANGGARAI BARAT 80,6 74,4 85,5 34,6 Tercaoa i 1

308
NIT SUMBA TENGAH 99,S 93,3 105,9 32,7 Tercapai 1

309
NTT SUMBA BARAT OAYA 63,4 57,2 SO,I 25,2 Tidak Tereapai 0
310
NTT NAGE KEO 75,0 79,6 106,6 40 ,2 T;dak Tercanai 0
311
NIT MANGGARAI TIMUR 103,1 44, 1
77,3 47,7 Terca oa! 1

312
NTT SABU RAI JUA 59,9 37,7 98 ,1 20,8 Tida k Tercapai 0
CAKUPAN CA KU PA N INOIKATOR PENOUKUNG
INOIKATOR Status
Imunisasl Pencapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imun isa s l Im unisasi Imun is asi Status
Oasar terhadap Pencapaian
Lanjutan A ntigen Anak Us ia Imunisas l
Lengkap Ind lk at or
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80% ) (80%) (70% ) WUS(60%)

313
NIT MALAKA 100,0 46,0 89 ,7 22 ,6 Tercapa i
1

3 14
NIT KOTA KUPANG 94, 9 100 ,2 75,7 69,1 Ter capa l 1

315
KAL BAR SAMBA S 107,8 91,8 129,2 68, 7 Tercapai 1

3 16
KALBAR BENGKAYANG 88,4 75 ,9 114,2 30, 1
Tercapai 1

317
KALBAR LAN OAK 109,8 95 ,9 96 ,4 77,4 Ter capai 1

318
KALBAR MEMP AWAH 83,6 59 ,7 69,9 60 ,4 Tercapai 1

319
KALBAR SANGG AU 94, 9 93,0 104,6 133,1 Tercapai 1

320
KALBAR KETA PA NG 64,8 63 ,2 43 ,8 49,1 Tlda k Terca pai 0
321
KAL BAR SINTANG 89,4 81 ,1 121,4 29,8 Ter capal 1

322
KA LBAR KAP UAS HU LU 82,7 66 ,9 94 ,5 13,7 Tercapai 1

323
KALBA R SEKA OAU 102,3 65 ,3 105,8 38 ,5 Te rcapai 1

324
KALBAR MELAWI 85 ,2 82,0 100,4 30,8 Tercapai 1

325
KALBAR KAYON G UTAR A 68,8 47 ,9 47 ,4 32,9 Tidak Terca pai 0
326
KA LBAR KUBU RA YA 69,7 69 ,8 69 ,1 71,8 Tida k Tercap ai 0
327
KALBAR KOT A PONTIANAK 75,7 53 ,6 58,4 47, 8 Tidak Te rcap ai 0
328
KALBAR KOTA SINGKAWANG 43,8 37,4 82 ,8 41,1 Tidak Te rcapai 0
329
KALTENG KOT AWARING IN BARAT 101,1 84 ,9 100,8 55, 8 Te rcap ai 1

330
KAL TENG KO TAWARINGIN TIMU R 96,8 83,6 99 ,4 32 ,4 Te rcapai 1

33 1
KALTEN G KA PUAS 80 ,6 63,6 93,5 3 7,1 Tercapai 1

332
KALTENG BARI TO SELATA N 91,4 55,9 100 ,2 38,2 Tercaoai 1

333
KALTEN G BA RITO UTA RA 93,2 76,3 82,0 58,4 Tercapai 1

334
KALTENG SUKAMARA 106,5 95,2 96 ,7 31,1 Tercapai 1

335
KALTEN G LAMANOAU 125,0 107 ,2 144,8 39 ,1 Te rcapa i
1

336
KALTENG SER UYAN 9 1,7 83 ,5 81 ,7 55,6 Terca pai 1

337
KALTEN G KATINGAN 89 ,9 78,0 99,3 56 ,9 Tercap ai 1

338
KAL TENG PULAN G PISA U 98 ,0 88,6 95,2 28,3 Te rcapa i
1

339
KALTEN G GUNUNG MA S 114,5 122,1 118,2 81,2 Tercapai 1

340
KALTENG BARIT O TIMU R 92 ,5 147,9 10 1,4 43,5 Ter ca pai 1

341
KALTEN G MU RUN G RA YA 71.1 45 ,9 103,1 27,9 Tidak Te rcapai 0
342
KALTENG KO TA PALAN GKA RAY A 83,7 56 ,6 86 ,0 38,9 Ter capai 1

343
KALSEL TAN AH LAUT 93 ,9 70,0 88,8 50, 2
Te rcapa i
1

344
KALSEL KOTA BAR U 89,4 58,0 89 ,6 16,5 Ter cap ai 1

345
KALSEL BANJAR 89,2 67,5 57,1 6 1,4 Te rcapai 1

346
KALSEL BA R ITO KUALA 92 ,5 64,7 84 ,0 62,4 Ter cap ai 1

347
KAL SEL TAPI N 90 ,3 71 ,3 90 ,3 50 ,7 Terca pai 1

348
KA LSEL HUL U SUNG A I SELA TA N 100 ,4 158 ,2 87 ,1 55 ,8 Terca pai 1

349
KALS EL HUL U SUNGAI TEN GAH 100 ,7 75,9 73,7 59 ,7 Terca pai 1

350
KAL SEL H ULU S UNGAI UTA RA 75,0 76,0 68 ,3 44, 0 Tidak Terca pai 0
35 1
KA LSEL TA BAL ON G 80 ,9 62 ,6 89,0 39, 1 Terca pai 1

352
KAL SEL TANAH BUMB U 89 ,6 93 ,1 75 ,9 44 ,0 Terca pai 1

353
KAL SEL BAL AN GAN 92 ,2 83,2 84,9 50 ,7 Tercapai 1

354
KALS EL KOTA BANJARMAS IN 92 ,2 85 ,2 86 ,4 84,4 Tercapai 1

355
KALSEL KOTA BANJA R BAR U 97 ,1 117,2 82 .4 78,0 Tercapai 1

356
KA LT IM PAS ER 86 ,5 66 ,5 93,8 34,6 Terc apai 1

357
KA LT IM KUTA I BARAT 125 ,0 148,3 144,6 2,6 Ter ca oai 1

358
KA LTIM KU TAI KAR TA NE GARA 83 ,5 53,0 107,5 25 ,7 Tercap ai 1

359
KAL T IM KU TAI TI MUR 117,7 74,2 118 ,8 68,0 Terca pai 1

360
KA LTI M BE RAU 98 ,0 73 ,7 108,5 39,5 Terc apai 1

36 1
KA LT IM PE NA JAM PAS ER UTARA 111,0 94 ,1 115 ,5 74 ,2 Tercapai 1

362
KAL T IM MAH AKAM UL U 160,2 111 ,7 152,7 164 ,9 Tercapa i
1

363
KA LT IM KOTA BAlIKPAP A N 100,6 105,6 101,7 322, 0 Tercapai 1

364
KA LTIM KOTA SAMA RINOA 91,4 80,3 116,1 61,7 Ter ca pai 1

365
KA LT IM KOT A BONTANG 98,4 95,3 86,4 72,8 Te rca pai 1

366
KALTARA MAliNAU 107,6 78,7 59,0 148,4 Te rca pai 1

367
KA LTARA BUL UN GAN 134,3 102,7 127 .3 114,9 Terca oai 1

368
KALTARA TA NA TIOUNG 253,5 205 ,0 81,1 196,2 Ter ca oai 1

369
KAL TA RA NUNUKAN 148 ,9 99,5 82.2 5,6 Terca pai 1

370
KALT ARA KOTA TAR AKA N 53,2 43,7 81,8 3,6 Tidak Tercapai 0
37 1
SULUT BOlAANG MONGONOOW 84,3 74,9 49,2 37,5 Tidak Terca pai 0
372
SULUT MIN AHASA 116 ,3 99 ,9 81,5 82,8 Ter caoa i
1

373
SUL UT KEPULA UAN SA NG IHE 70,5 84 ,5 67 ,3 Tidak Tercap ai 0
374
SULUT KEPULAUAN TALAU O 29,6 20,5 17,5 Tid ak Terca pai 0
375
SULUT MIN AH A SA SELA TAN 109 ,6 96,8 66 ,5 66,8 Tercapai 1

376
SUL UT MIN AHASA UTARA 120 ,7 106,7 43, 6 21 ,7 Ter capai 1

377
SULU T BOlAANG MONGONOOW UTA RA 83.6 68 ,0 43 ,2 0.0 Tidak Tercapai 0
378
SULUT SIAU TA GULANOANG BIARO 117 ,8 111,0 9,8 68,4 Tercap ai 1

379
SULUT MINAHA SA TENGGARA 66 ,5 56,2 46 ,3 8,7 Tidak Ter caoai 0
380
SULUT BOLAAN G MONG ONO OW SE LA TAN 79,1 86,9 89,9 51 ,6 Tidak Tercapat 0
381
SULUT BOlAANG MONGON OOW TIMUR 97 ,4 91,5 88,2 24,5 Tercapai 1

382
SULUT KOTA MANAOO 104 ,2 99,6 73,1 67 ,5 Ter ca pai 1

383
SULUT KO TA BIT UNG 98.6 77.9 74,4 97,9 Tercapai 1

384
SULUT KOTA TOMOHON 110 ,0 108,2 70 ,8 142,3 Tercaoa i 1

385
SULUT KOTA KO TAMOBAG U 57.0 74,6 5.9 48 .2
Tidak Ter capai 0
386
SULTENG BANG GA I KEPULAU AN 86,6 83,6 95 ,6 52,3 Terca pai 1

387
SULTENG BANGGAI 97,S 68.1 83 ,4 25,4 Ter capai 1

388
SULTENG MOROWALI 163,7 107,9 119,5 102 ,9 Tercap ai 1

389
SULTE NG PO SO 86 ,6 76,0 75 ,9 65, 1 Terca pai 1

390
SULTE NG OONG GALA 91,9 94 ,3 84, 9
73,9 Tercapai 1

39 1
SULTE NG TOll TOll 93 ,7 86,8 55 ,3 75,6 Tercapa i
1

CAKUPAN CAKUPAN INDIKATOR PENDUKUNG


INDIKATOR Status
Im unlsasl Pencapaian Skoring
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunlsasl Imunlsasl Imu nls as l Status
Dasar terhadap Pencapalan
Lanjutan Antigen Anak Usia Imunlsasl
Lengkap Ind lkator
Baduta Baru Sekolah 12 + pd
(80%)
(80%) (80 %) (70 %) WUS (60%)

392 SULTE NG BUOL 96,6 56,2 38, 4 33,1 Tidak Terca oal 0
393 SULT ENG PA RIGI MOUTONG 79,7 62,6 71,7. 45,6 Tidak Terca pai 0
394 SULTE NG TOJO UNA UNA 76,3 48 ,2 65,9 30, 2 Tidak Tercapai 0
395 SULTE NG SIG I 104,4 52,9 44,7 59, 4 Tida k Terca pai 0
396 SU LTENG BANGGAI LAUT 67,8 63,6 64,3 41 ,0 Tidak Tercapai 0
397 SULTE NG MOROWALI UTA RA 109,9 86,5 89,9 55,0 Terca pai 1
398 SULTE NG KOTA PALU 108,6 131,9 78,5 7 1,9 Tercapai 1
399 SULS EL SELAYAR 88,6 87,8 110,5 32,2 Tercapai 1
400 SULSE L BUL UKUMBA 116,5 103,6 100,0 45,5 Ter ca pai 1
401 SULSE L BAN TAENG 123,3 123,6 106,0 81,8 Tercapai 1
402 SULSEL JEN EPON TO 115,4 97,4 98 ,8 65,1 Ter cap ai 1
403 SULSE L TAKA LAR 131,0 125,1 110,6 85,5 Terca pai 1
404 SULSEL GOWA 116,0 100,4 90,4 60 ,1 Tercapai 1
405 SULSE L SINJA I 128,7 120,6 25,8 26,9 Te rcapai 1
406 SULSE L MAR OS 109,8 102,1 108,0 52,2 Ter capai 1
407 SULSE L PANGKAJ ENE KEPULAUA N 111,4 138,3 101,7 71,4 Ter cap ai 1
408 SULSE L BARRU 128,8 98,9 105,1 76,4 Te rca pai 1
409 SULSE L BONE 127,9 121,5 101,3 37, 4 Terca pai 1
410 SULSEL SO PPENG 119,1 112,5 103,0 70,0 Terca pai 1
411 SULS EL WAJO 104,3 113,6 96,8 54,7 Te rcapai 1
412 SULSE L SIDENR ENG RA PPAN G 130,9 122,0 110,2 81 ,1 Ter capai 1
413 SULSE L PINRA NG 117,7 101,8 105,5 57,6 Ter ca pai 1
4 14 SULSE L ENREKANG 96,4 83, 1 98,8 34,7 Ter ca pai 1
4 15 SULSE L LUW U 113,6 106,5 99,1 55,6 Tercapai 1
4 16 SULSEL TANA TO RAJA 92,1 85,7 107,8 26,3 Terca pai 1
417 SU LSEL LUWU UTA RA 105,5 72,3 65,5 40,4 Tidak Tercapa i 0
418 SULSE L LUWU TIMUR 101,6 98,9 99,0 68,7 Terca pai 1
419 SULSEL TO RAJA UTA RA 108,5 106,6 98,0 55,2 Tercapai 1
420 SULS EL KO TA MAKA SSAR 113,6 137,7 87 ,8 85,6 Tercapai 1
421 SULSEL KO TA PA RE PA RE 125,7 122,1 98 ,6 72,3 Terca pai 1
422 SULSEL KO TA PALOPO 102,1 100,9 93,4 50,6 Tercap ai 1
423 SULTRA BUTON 113,2 110,1 82,0 39,9 Terca pal 1
424 SULTRA MUNA 86 ,4 51,8 68,5 3 1,2 T idak Tercapai 0
425 SULTRA KON AW E 67,9 62, 8 79,9 60,0 Tidak Tercapai 0
426 SULTRA KO LAKA 74,8 60,9 89,5 40,1 Tidak Tercaoa i 0
427 SULTRA KONAWE SELA TAN II 86,8 69,8 92,0 47,9 Ter capai 1
428 SULTRA BOMBANA II 87,3 73,0 90,9 30, 1 Terca pai 1
429 SULTRA WAKATOBI 71,9 46.2 45,4 47,5 Tid ak Tercapai 0
430 SULTRA KOLAKA UTA RA II 93 ,7 72,8 81,9 65 ,5 T ercapai 1
431 SULTRA BUTON UTAR A 91,8 102,9 82 ,9 49,3 Tercaoal 1
432 SULTRA KONAWE UTARA 100,5 88 ,1 117,4 52,6 Ter capai 1
433 SULTRA KOLAKA TIMU R 103,5 78,9 46,1 57,6 Tid ak T ercapai 0
434 SULTRA KONAWE KEP ULA UA N 137,5 129,6 94,9 39,7 Ter ca pai 1
435 SULTRA MUNA BARAT 101,6 100,2 9 1,1 38,7 T erca pai 1
436 SULTRA BUTON SELATA N 98,5 78,7 59,8 59,8 Tid ak Terca pai 0
437 SULTRA BUTON T ENGAH 111,3 91,0 109,5 30,4 Tercap ai 1
438 SULTRA KOTA KENDARI 80,3 73, 1 53,1 71,0 Te rcapai 1
439 SULTR A KOTA BAU BAU 84,4 77,7 78,9 29,9 Ter capai 1
440 GORON TA LO BOAL EMO 81,6 65,1 70,0 76,5 Ter ca pai 1
44 1 GORO NTALO GORONTALO 110,8 109,4 15,9 80 ,9 Tercapai 1
442 GORON TALO POHUWATO 98,4 70,7 43,8 81,2 Te rcapai 1
443 GORO NTALO BONE BOLA NGO 94,1 96 ,6 71,4 55,2 Terca pai 1
444 GORONTALO GORO NTALO UTARA 101,3 119,8 87,9 93,2 Tercapai 1
445 GORONTALO KOTA GORONTA LO 81,2 67,0 53,0 82,2 Tercaoa! 1
446 SULBA R MAJE NE 94,4 114,6 84,4 46 ,1 Terca oai 1
CAKUPAN CAKUPAN INDIKATOR PENDUKUNG ~
INDIKA TOR Status
Imunisasi Pencapaian Skorlng
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA Imunisas i Imunl sasl Imunisasl Status
Dasar terhadap Pencapaian
Lan jutan Antigen Anak Us ia Imun isa si
Leng kap Ind lkator
Baduta Baru Sekolah T2+ pd
(80%)
(80%) (80%) (70%) WUS(60%)
447 SULBAR POLEW ALI MANDAR 96,9 84,4 73,3 61 ,0 Tercapai 1
448 SULBAR MAMASA 88,7 73,7 74,5 23,6 Tercapai 1
449 SULBAR MAMUJU 87,8 69,9 76,8 29,2 Tercapai 1
450 SULBAR MAMUJU UTARA 62,8 36,1 83,5 31,9 Tida k Tercapai 0
451 SULBAR MAMUJU TENGAH 106,4 96,7 86,9 73, 1 Tercapai 1
452 MALU KU MALUKU TEN GGARA BARA T 120,9 115,9 56, 7 56,9 Tercapai 1
453 MALU KU MALUKU TENGGARA 75,3 74,8 70,9 64,6 Tidak Tercaoai 0
454 MALUKU MALUK U TE NGAH 104, 1 110,4 53,1 Tercapai 1
455 MALUKU BURU 69,0 43,3 58,6 Tidak T ercapai 0
456 MALUKU KEPULAUAN ARU 60 ,3 69,5 52,0 Tidak Terca pai 0
457 MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 85,0 55,7 20,7 Tidak Tercapai 0
458 MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 83,9 89,9 24,5 Tercapai 1
459 MALUKU MALUKU BARAT DAYA 90,0 96,0 8,5 Tercapai 1
460 MALUKU BURU SELATAN 151,6 87,6 139 ,7 Terca pai 1
461 MALUKU KOTA AMBON 61,4 79,2 48,5 Tidak Terca pai 0
462 MALU KU KOTA TUAL 64,4 82,1 55,9 36,8 Tidak Terca pai 0
463 MALUT HALM AHE RA BARA T 85,4 72,4 77 ,6 53,5 Tercapa i 1
464 MALUT HALMAHERA TE NGAH 90,9 76,5 93,6 50,9 Tercapai 1
465 MALUT KEP ULAUAN SULA 78,8 79,4 49,7 62,8 Tidak Tercapai 0
466 MA LUT HALMAHE RA SELATAN 95,8 66,2 18,4 48.7 Tidak Tercapa i 0
467 MALUT HALMA HERA UTARA 101,3 225,1 48,0 51,2 Tercapai 1
468 MALUT HALMAHE RA TIM UR 82,6 62,3 40,3 42,9 Tidak Tercapai 0
469 MAL UT PULAU MOR OTAI 112,9 181,2 81,8 76,4 Tercapai 1
470 MALUT PULAU TALIABU 118,5 105,9 61 ,1 35,9 Tercapai 1
471 MALUT KOTA TERNATE 96,5 92,1 45 ,0 89 ,3 Tercapai 1
472 MALUT KOTA TIDO RE KEPULAUA N 118,4 126,5 106,6 87,2 Tercapai 1
473 PAPUA BARAT FAKFAK 113,5 296 ,7 121,3 90,0 T ercapai 1
474 PAPU A BARAT KAIMA NA 109,5 129,9 62,1 13,7 Tercapai 1
475 PAPUA BARAT TELU K W ONDAMA 80,8 81,9 32,1 43,6 Tercapai 1
476 PAPUA BARAT TELUK BINTUNI 38,6 48,7 82,6 32,3 Tidak Tercapai 0
477 PAPUA BARAT MANOK WARI 65,9 58,8 34,2 64,7 Tidak Tercapai 0
478 PA PUA BARAT Sa RONG SELATAN 52,6 42,5 28,6 12,0 Tidak Tercapai 0
479 PAPUABARAT SaRONG 128,0 72,2 34 ,0 24,2 Tidak Tercapai 0
480 PAPUABARAT RAJA AMPAT 90 ,0 69,9 76,4 116,5 Tercapai 1
481 PAPUA BARAT TAMBRAUW 23 1,5 6 1.8 28,3 40,5 Tidak Tercapai 0
482 PAPUA BARAT MAYBRAT 105,5 96,3 33 ,5 28,0 Tercapai 1
483 PAPUA BARAT MAN OKWARI SELATA N 27,6 57,9 9,9 26,3 Tidak T ercapai 0
484 PAPUA BARAT PEGUNUN GAN ARFAK 2,1 1,7 Tidak Tercapai 0
485 PAPUA BARAT KOT A SORO NG 75,9 89 ,8 42,9 37 ,5 Tidak Tercap ai 0
486 PAPUA MERAUKE 86,5 73,6 111,6 51,9 Tercapai 1
487 PAPUA JAYAWIJ AYA 40,7 32,1 11,7 12,3 Tidak Tercapai 0
488 PAPUA JAYAPURA 124,6 115,9 168,4 80,2 Tercap ai 1
489 PAPUA NABIRE 94 ,2 63 ,3 91 ,7 18,7 Terca pai 1
490 PAPUA YAPEN W AROPEN 93,4 53,1 42,9 54 ,1 Tidak Tercapai 0
491 PAPUA BIAK NUMFOR 76,9 121,1 133,1 47,4 Tidak Tercap al 0
492 PAPUA PANIAI 14,4 53,6 33,1 Tidak Tercap ai 0
493 PAPUA PUNCAK JAYA 6, 1 18,9 12,5 1,1 Tidak T ercapai 0
494 PAPUA MIMIKA 838 69,8 88,8 60 ,8 Tercapai 1
495 PAPUA BOVEN DIGOE L 78,3 62,0 129,6 17,3 Tida k Tercapai 0
496 PAPUA MAPPI 81,2 42,4 114,3 20,6 Tercapai 1
497 PAPUA AS MAT 29,3 50,5 81,8 45,2 Tidak Tercaoai 0
498 PAPUA YAHUKIMO 4,1 16,6 2,3 0,0 Tidak Tercapai 0
499 PAPUA PEGUNUNGAN BINTANG 4,5 9,2 12,5 4,1 Tida k Tercaoai 0
500 PAPUA TOLIKARA 12,7 74,2 4,0 13,3 Tidak Terca pai 0
50 1 PAPUA SARM I 8 1,4 56 ,0 130,7 3 ,8 Tercap ai 1
502 PAPUA KEEROM 108,1 84,3 t 14,1 69,4 Tercap ai 1
503 PAPUA WAROPEN 61,8 73,7 88,6 44,0 Tidak Tercapai 0
504 PAPUA SUPIORI 74,2 29,6 14,9 34,5 Tidak Tercapai 0
505 PAP UA MAMBERAMO RAYA 5,6 7,4 0,0 Tidak Tercapai 0
506 PAPUA ND UGA 9,1 0,0 Tidak Tercapai 0
507 PAPUA LANNY JAYA 22,1 10,1 7,8 2,7 Tidak Tercapai 0
508 PAPUA MAMBERAMO TEN GAH 73,6 131,6 18,7 163,0 Tidak Tercapa i 0
509 PAPUA YALIMO 29,2 12,5 1,6 6,6 Tidak Tercapai 0
510 PAPUA PUNCAK 2,4 47,0 0 ,0 Tidak Tercapai 0
5 11 PAPUA DOG IYAI 8,3 7,8 0,0 Tidak Tercapai 0
5 12 PAPU A INTAN JAYA 3,0 3,4 7,8 0 ,0 Tidak Terca oai 0
5 13 PAPUA DE IYAI 5,9 3,1 3,6 Tidak Terca pai 0
514 PAPUA KOTA JAYAPURA 114 ,2 77,9 138,1 18 ,9 Tercapai 1
Jumlah Kabupaten/Kota 403 314 23 379 252 385

~o
~«; 0'«­
,m"",,,,,
~ ~ i\ ..

~ DIRO. , ..

. I~r.:-
Pf "Yf ~i,~ 'On.~~ !l1XPSE , MKM .~
7l
~
0<)
'r'Jj P 1 ~~5 ~
. 200 1

c..
'I ':J' ' ;-'
- -~)~~
-
DATA DUKUNG TIMJA HIV AIDS DAN PIMS
ODHIV YANG MENJALANI PENGOBATAN ARV

PERSENTASE ODHIV YANG MENJALANI PENGOBATAN ARV S.D DES 2022

ODHA Ditemukan dan % ODHIV yang


ODHIV On ART s.d
Provinsi Masih Hidup s.d Des Menjalani
No. Des 2022
2022 Pengobatan ARV
TOTAL 179,659 429,215 42%
1 Aceh 802 1,167 69%
2 Sumut 9,309 23,674 39%
3 Sumbar 1,670 4,323 39%
4 Riau 3,239 6,280 52%
5 Jambi 995 2,026 49%
6 Sumsel 2,201 5,109 43%
7 Bengkulu 556 1,199 46%
8 Lampung 2,921 4,733 62%
9 Babel 1,013 1,791 57%
10 Kepri 4,213 9,764 43%
11 DKI Jakarta 29,050 72,126 40%
12 Jabar 24,375 49,658 49%
13 Jateng 15,509 39,154 40%
14 DIY 3,956 6,867 58%
15 Jatim 24,257 62,387 39%
16 Banten 5,698 13,758 41%
17 Bali 11,614 24,367 48%
18 NTB 1,296 2,480 52%
19 NTT 2,834 5,504 51%
20 Kalbar 3,735 7,715 48%
21 Kalteng 858 1,771 48%
22 Kalsel 1,807 3,511 51%
23 Kaltim 3,376 9,591 35%
24 Kaltara 568 921 62%
25 Sulut 2,767 5,580 50%
26 Sulteng 1,153 1,976 58%
27 Sulsel 5,460 10,893 50%
28 Sultra 1,134 1,784 64%
29 Gorontalo 30 597 5%
30 Sulbar 149 248 60%
31 Maluku 1,300 4,646 28%
32 Malut 781 945 83%
33 Papbar 2,665 5,228 51%
34 Papua 8,368 37,442 22%

Mengetahui,
Katimja HIV AIDS dan PIMS

dr. Endang Lukitosari, MPH


CAKUPAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN TBC

Jumlah
No Provinsi Estimasi Insiden TC (%)
kasus
1 ACEH 23,374 11,668 49.92%
2 SUMUT 72,738 37,528 51.59%
3 SUMBAR 26,829 13,836 51.57%
4 RIAU 31,899 12,407 38.90%
5 KEPRI 13,896 5,548 39.92%
6 JAMBI 15,441 5,616 36.37%
7 SUMSEL 38,940 19,353 49.70%
8 BABEL 6,823 2,617 38.36%
9 BENGKULU 8,666 3,225 37.21%
10 LAMPUNG 34,099 16,922 49.63%
11 BANTEN 38,200 37,562 98.33%
12 DKI JAKARTA 53,773 49,604 92.25%
13 JABAR 148,069 164,714 111.24%
14 JATENG 92,870 70,873 76.31%
15 DIY 10,530 5,522 52.44%
16 JATIM 107,547 73,841 68.66%
17 KALBAR 19,586 11,287 57.63%
18 KALTENG 11,007 4,286 38.94%
19 KALSEL 17,578 7,799 44.37%
20 KALTIM 16,573 8,632 52.08%
21 KALTARA 3,275 1,672 51.05%
22 SULUT 10,835 8,199 75.67%
23 GORONTALO 4,718 4,474 94.84%
24 SULTENG 12,195 6,548 53.70%
25 SULSEL 35,210 23,239 66.00%
26 SULBAR 5,020 2,867 57.11%
27 SULTRA 10,611 5,745 54.14%
28 BALI 14,514 4,422 30.47%
29 NTB 20,830 9,017 43.29%
30 NTT 21,927 7,847 35.79%
31 MALUKU 7,584 4,384 57.81%
32 MALUT 4,896 3,037 62.03%
33 PAPUA 21,096 14,476 68.62%
34 PAPUA BARAT 7,851 3,017 38.43%
Indonesia 969,000 661,784 68.30%
Data per 2 Januari 2023

Jakarta, Januari 2023

an. Direktur P2PM


Ketua Tim Kerja Tuberkulosis,

dr. Tiffany Tiara Pakasi


NIP 197408092001122001
DAFTAR 459 KABUPATEN/KOTA MENCAPAI API < 1 PER 1.000 PENDUDUK
Jumlah Kasus
NO Propinsi Kabupaten API Endemisitas
Positif
1 ACEH SIMEULUE - 0.00 Eliminasi
2 ACEH ACEH SINGKIL - 0.00 Eliminasi
3 ACEH ACEH SELATAN 9 0.04 Eliminasi
4 ACEH ACEH TENGGARA 5 0.02 Eliminasi
5 ACEH ACEH TIMUR 2 0.00 Eliminasi
6 ACEH ACEH TENGAH 3 0.01 Eliminasi
7 ACEH ACEH BARAT - 0.00 Eliminasi
8 ACEH ACEH BESAR 7 0.02 Eliminasi
9 ACEH PIDIE 1 0.00 Eliminasi
10 ACEH BIREUEN 4 0.01 Eliminasi
11 ACEH ACEH UTARA 2 0.00 Eliminasi
12 ACEH ACEH BARAT DAYA - 0.00 Eliminasi
13 ACEH GAYO LUES - 0.00 Eliminasi
14 ACEH ACEH TAMIANG 7 0.02 Eliminasi
15 ACEH NAGAN RAYA 11 0.06 Eliminasi
16 ACEH ACEH JAYA 32 0.33 Endemis Rendah
17 ACEH BENER MERIAH 18 0.12 Eliminasi
18 ACEH PIDIE JAYA - 0.00 Eliminasi
19 ACEH KOTA BANDA ACEH 8 0.03 Eliminasi
20 ACEH KOTA SABANG 10 0.29 Eliminasi
21 ACEH KOTA LANGSA 4 0.02 Eliminasi
22 ACEH KOTA LHOKSEUMAWE - 0.00 Eliminasi
23 ACEH KOTA SUBULUSSALAM - 0.00 Eliminasi
24 SUMATERA UTARA NIAS 32 0.22 Endemis Rendah
25 SUMATERA UTARA MANDAILING NATAL - 0.00 Eliminasi
26 SUMATERA UTARA TAPANULI SELATAN - 0.00 Eliminasi
27 SUMATERA UTARA TAPANULI TENGAH 1 0.00 Endemis Rendah
28 SUMATERA UTARA TAPANULI UTARA - 0.00 Eliminasi
29 SUMATERA UTARA TOBA SAMOSIR 1 0.01 Eliminasi
30 SUMATERA UTARA LABUHAN BATU 260 0.49 Endemis Rendah
31 SUMATERA UTARA SIMALUNGUN 1 890 0.00 Eliminasi
32 SUMATERA UTARA DAIRI - 0.01 Eliminasi
33 SUMATERA UTARA KARO 2 0.00 Eliminasi
34 SUMATERA UTARA DELI SERDANG - 0.00 Eliminasi
35 SUMATERA UTARA LANGKAT - 0.04 Endemis Rendah
36 SUMATERA UTARA NIAS SELATAN 44 0.01 Endemis Rendah
37 SUMATERA UTARA HUMBANG HASUNDUTAN 2 0.00 Eliminasi
38 SUMATERA UTARA PAKPAK BHARAT - 0.00 Eliminasi
39 SUMATERA UTARA SAMOSIR - 0.06 Eliminasi
40 SUMATERA UTARA SERDANG BEDAGAI 8 1.32 Eliminasi
41 SUMATERA UTARA PADANG LAWAS UTARA 817 0.00 Eliminasi
42 SUMATERA UTARA PADANG LAWAS 714 0.00 Eliminasi
43 SUMATERA UTARA LABUHAN BATU SELATAN - 0.00 Eliminasi
44 SUMATERA UTARA NIAS UTARA - 0.76 Endemis Rendah
45 SUMATERA UTARA NIAS BARAT - 0.80 Endemis Rendah
46 SUMATERA UTARA KOTA SIBOLGA 715 0.30 Eliminasi
47 SUMATERA UTARA KOTA TANJUNG BALAI 107 0.08 Eliminasi
48 SUMATERA UTARA KOTA PEMATANG SIANTAR 66 0.08 Eliminasi
49 SUMATERA UTARA KOTA TEBING TINGGI 26 0.09 Eliminasi
50 SUMATERA UTARA KOTA MEDAN 14 0.08 Eliminasi
51 SUMATERA UTARA KOTA BINJAI 21 0.00 Eliminasi
52 SUMATERA UTARA KOTA PADANGSIDIMPUAN 15 0.00 Eliminasi
53 SUMATERA UTARA KOTA GUNUNGSITOLI 188 0.01 Endemis Rendah
54 SUMATERA BARAT KEPULAUAN MENTAWAI - 0.89 Endemis Rendah
55 SUMATERA BARAT PESISIR SELATAN - 0.00 Eliminasi
56 SUMATERA BARAT SOLOK 1 0.00 Eliminasi
57 SUMATERA BARAT SIJUNJUNG 88 0.00 Eliminasi
58 SUMATERA BARAT TANAH DATAR - 0.00 Eliminasi
59 SUMATERA BARAT PADANG PARIAMAN 1 0.00 Eliminasi
60 SUMATERA BARAT AGAM 1 0.00 Eliminasi
61 SUMATERA BARAT LIMA PULUH KOTA 1 0.00 Eliminasi
62 SUMATERA BARAT PASAMAN - 0.00 Eliminasi
63 SUMATERA BARAT SOLOK SELATAN 1 0.00 Eliminasi
64 SUMATERA BARAT DHARMAS RAYA - 0.00 Eliminasi
65 SUMATERA BARAT PASAMAN BARAT 1 0.04 Eliminasi
66 SUMATERA BARAT KOTA PADANG - 0.01 Eliminasi
67 SUMATERA BARAT KOTA SOLOK - 0.00 Eliminasi
68 SUMATERA BARAT KOTA SAWAH LUNTO 18 0.00 Eliminasi
69 SUMATERA BARAT KOTA PADANG PANJANG 14 0.04 Eliminasi
70 SUMATERA BARAT KOTA BUKITTINGGI - 0.00 Eliminasi
71 SUMATERA BARAT KOTA PAYAKUMBUH - 0.22 Eliminasi
72 SUMATERA BARAT KOTA PARIAMAN 2 0.00 Eliminasi
73 RIAU KUANTAN SINGINGI - 0.01 Eliminasi
74 RIAU INDRAGIRI HULU 31 0.00 Endemis Rendah
75 RIAU INDRAGIRI HILIR - 0.00 Eliminasi
76 RIAU PELALAWAN 4 0.00 Eliminasi
77 RIAU SIAK 1 0.00 Eliminasi
78 RIAU KAMPAR - 0.01 Eliminasi
79 RIAU ROKAN HULU 2 0.00 Eliminasi
80 RIAU BENGKALIS - 0.01 Eliminasi
81 RIAU ROKAN HILIR 7 2.30 Eliminasi
82 RIAU KEPULAUAN MERANTI - 0.01 Eliminasi
83 RIAU KOTA PEKANBARU 3 0.06 Eliminasi
84 RIAU KOTA DUMAI 1 701 0.03 Eliminasi
85 JAMBI KERINCI 1 0.00 Eliminasi
86 JAMBI MERANGIN 66 0.54 Endemis Rendah
87 JAMBI SAROLANGUN 8 0.02 Endemis Rendah
88 JAMBI BATANG HARI - 0.09 Endemis Rendah
89 JAMBI MUARO JAMBI 214 0.00 Eliminasi
90 JAMBI TANJUNG JABUNG TIMUR 5 0.00 Eliminasi
91 JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 25 0.01 Eliminasi
92 JAMBI TEBO 1 0.00 Endemis Rendah
93 JAMBI BUNGO - 0.00 Eliminasi
94 JAMBI KOTA JAMBI 2 0.03 Eliminasi
95 JAMBI KOTA SUNGAI PENUH - 0.00 Eliminasi
96 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ULU - 0.01 Eliminasi
97 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ILIR 16 0.00 Eliminasi
98 SUMATERA SELATAN MUARA ENIM - 0.01 Endemis Rendah
99 SUMATERA SELATAN LAHAT 2 0.00 Endemis Rendah
100 SUMATERA SELATAN MUSI RAWAS - 0.00 Eliminasi
101 SUMATERA SELATAN MUSI BANYUASIN 6 0.00 Eliminasi
102 SUMATERA SELATAN BANYU ASIN - 0.00 Eliminasi
OGAN KOMERING ULU
2
103 SUMATERA SELATAN SELATAN
OGAN KOMERING ULU 0.00 Endemis Rendah
104 SUMATERA SELATAN TIMUR 3 0.00 Eliminasi
105 SUMATERA SELATAN OGAN ILIR - 0.00 Eliminasi
106 SUMATERA SELATAN EMPAT LAWANG - 0.00 Eliminasi
PENUKAL ABAB LEMATANG
-
107 SUMATERA SELATAN ILIR 0.00 Eliminasi
108 SUMATERA SELATAN MUSI RAWAS UTARA 2 0.01 Eliminasi
109 SUMATERA SELATAN KOTA PALEMBANG 1 0.01 Eliminasi
110 SUMATERA SELATAN KOTA PRABUMULIH - 0.00 Eliminasi
111 SUMATERA SELATAN KOTA PAGAR ALAM 1 0.00 Eliminasi
112 SUMATERA SELATAN KOTA LUBUKLINGGAU 19 0.01 Eliminasi
113 BENGKULU BENGKULU SELATAN - 0.02 Endemis Rendah
114 BENGKULU REJANG LEBONG - 0.02 Eliminasi
115 BENGKULU BENGKULU UTARA 2 0.00 Endemis Rendah
116 BENGKULU KAUR 4 0.00 Eliminasi
117 BENGKULU SELUMA 5 0.00 Eliminasi
118 BENGKULU MUKOMUKO 1 0.00 Eliminasi
119 BENGKULU LEBONG - 0.00 Eliminasi
120 BENGKULU KEPAHIANG - 0.00 Eliminasi
121 BENGKULU BENGKULU TENGAH - 0.00 Endemis Rendah
122 BENGKULU KOTA BENGKULU - 0.00 Eliminasi
123 LAMPUNG LAMPUNG BARAT - 0.00 Eliminasi
124 LAMPUNG TANGGAMUS - 0.00 Eliminasi
125 LAMPUNG LAMPUNG SELATAN - 0.00 Eliminasi
126 LAMPUNG LAMPUNG TIMUR 1 0.01 Eliminasi
127 LAMPUNG LAMPUNG TENGAH - 0.00 Eliminasi
128 LAMPUNG LAMPUNG UTARA - 0.00 Eliminasi
129 LAMPUNG WAY KANAN 8 0.00 Eliminasi
130 LAMPUNG TULANGBAWANG 6 0.00 Eliminasi
131 LAMPUNG PESAWARAN - 0.94 Endemis Rendah
132 LAMPUNG PRINGSEWU - 0.01 Eliminasi
133 LAMPUNG MESUJI 1 0.00 Eliminasi
134 LAMPUNG TULANGBAWANG BARAT 430 0.00 Eliminasi
135 LAMPUNG PESISIR BARAT 3 0.00 Eliminasi
136 LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 1 0.23 Endemis Rendah
137 LAMPUNG KOTA METRO 1 0.05 Eliminasi
BANGKA
138 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG - 0.02 Eliminasi
BELITUNG
139 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 250 0.00 Eliminasi
BANGKA BARAT
140 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 9 0.50 Endemis Rendah
BANGKA TENGAH
141 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 6 0.02 Eliminasi
BANGKA SELATAN
142 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG - 0.00 Eliminasi
BELITUNG TIMUR
143 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 109 0.00 Eliminasi
KOTA PANGKAL PINANG
144 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 4 0.01 Eliminasi
145 KEP. RIAU KARIMUN 1 0.00 Eliminasi
146 KEP. RIAU BINTAN - 0.28 Endemis Rendah
147 KEP. RIAU NATUNA 3 0.00 Eliminasi
148 KEP. RIAU LINGGA - 0.01 Endemis Rendah
149 KEP. RIAU KEPULAUAN ANAMBAS 46 0.00 Endemis Rendah
150 KEP. RIAU KOTA BATAM - 0.00 Eliminasi
151 KEP. RIAU KOTA TANJUNG PINANG 1 0.00 Eliminasi
KAB. ADM. KEPULAUAN
-
152 DKI JAKARTA SERIBU 0.00 Eliminasi
KOTA ADM. JAKARTA
153 DKI JAKARTA SELATAN - 0.01 Eliminasi
154 DKI JAKARTA KOTA ADM. JAKARTA TIMUR - 0.02 Eliminasi
155 DKI JAKARTA KOTA ADM. JAKARTA PUSAT - 0.05 Eliminasi
156 DKI JAKARTA KOTA
KOTA ADM.
ADM. JAKARTA
JAKARTA BARAT 17 0.00 Eliminasi
157 DKI JAKARTA UTARA 48 0.01 Eliminasi
158 JAWA BARAT BOGOR 45 0.00 Eliminasi
159 JAWA BARAT SUKABUMI 13 0.01 Eliminasi
160 JAWA BARAT CIANJUR 14 0.00 Eliminasi
161 JAWA BARAT BANDUNG 11 0.00 Eliminasi
162 JAWA BARAT GARUT 27 0.00 Eliminasi
163 JAWA BARAT TASIKMALAYA 2 0.02 Eliminasi
164 JAWA BARAT CIAMIS - 0.00 Eliminasi
165 JAWA BARAT KUNINGAN 3 0.00 Eliminasi
166 JAWA BARAT CIREBON 28 0.00 Eliminasi
167 JAWA BARAT MAJALENGKA 1 0.00 Eliminasi
168 JAWA BARAT SUMEDANG 1 0.00 Eliminasi
169 JAWA BARAT INDRAMAYU 3 0.00 Eliminasi
170 JAWA BARAT SUBANG - 0.00 Eliminasi
171 JAWA BARAT PURWAKARTA 5 0.00 Eliminasi
172 JAWA BARAT KARAWANG 8 0.00 Eliminasi
173 JAWA BARAT BEKASI 2 0.00 Eliminasi
174 JAWA BARAT BANDUNG BARAT 3 0.00 Eliminasi
175 JAWA BARAT PANGANDARAN 4 0.01 Eliminasi
176 JAWA BARAT KOTA BOGOR 2 0.03 Eliminasi
177 JAWA BARAT KOTA SUKABUMI 1 0.03 Eliminasi
178 JAWA BARAT KOTA BANDUNG 6 0.01 Eliminasi
179 JAWA BARAT KOTA CIREBON 39 0.00 Eliminasi
180 JAWA BARAT KOTA BEKASI 9 0.01 Eliminasi
181 JAWA BARAT KOTA DEPOK 35 0.07 Eliminasi
182 JAWA BARAT KOTA CIMAHI 1 0.07 Eliminasi
183 JAWA BARAT KOTA TASIKMALAYA 25 0.00 Eliminasi
184 JAWA BARAT KOTA BANJAR 175 0.00 Eliminasi
185 JAWA TENGAH CILACAP 43 0.01 Eliminasi
186 JAWA TENGAH BANYUMAS 1 0.01 Eliminasi
187 JAWA TENGAH PURBALINGGA - 0.01 Eliminasi
188 JAWA TENGAH BANJARNEGARA 24 0.02 Eliminasi
189 JAWA TENGAH KEBUMEN 21 0.00 Eliminasi
190 JAWA TENGAH PURWOREJO 10 0.77 Endemis Rendah
191 JAWA TENGAH WONOSOBO 14 0.02 Eliminasi
192 JAWA TENGAH MAGELANG 2 0.01 Eliminasi
193 JAWA TENGAH BOYOLALI 553 0.01 Eliminasi
194 JAWA TENGAH KLATEN 18 0.01 Eliminasi
195 JAWA TENGAH SUKOHARJO 17 0.02 Eliminasi
196 JAWA TENGAH WONOGIRI 8 0.00 Eliminasi
197 JAWA TENGAH KARANGANYAR 7 0.00 Eliminasi
198 JAWA TENGAH SRAGEN 17 0.01 Eliminasi
199 JAWA TENGAH GROBOGAN - 0.01 Eliminasi
200 JAWA TENGAH BLORA - 0.03 Eliminasi
201 JAWA TENGAH REMBANG 11 0.01 Eliminasi
202 JAWA TENGAH PATI 15 0.02 Eliminasi
203 JAWA TENGAH KUDUS 23 0.00 Eliminasi
204 JAWA TENGAH JEPARA 5 0.00 Eliminasi
205 JAWA TENGAH DEMAK 22 0.01 Eliminasi
206 JAWA TENGAH SEMARANG 1 0.01 Eliminasi
207 JAWA TENGAH TEMANGGUNG 3 0.00 Eliminasi
208 JAWA TENGAH KENDAL 17 0.01 Eliminasi
209 JAWA TENGAH BATANG 6 0.00 Eliminasi
210 JAWA TENGAH PEKALONGAN - 0.00 Eliminasi
211 JAWA TENGAH PEMALANG 6 0.00 Eliminasi
212 JAWA TENGAH TEGAL 3 0.00 Eliminasi
213 JAWA TENGAH BREBES - 0.00 Eliminasi
214 JAWA TENGAH KOTA MAGELANG 2 0.00 Eliminasi
215 JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA 4 0.02 Eliminasi
216 JAWA TENGAH KOTA SALATIGA - 0.16 Eliminasi
217 JAWA TENGAH KOTA SEMARANG - 0.04 Eliminasi
218 JAWA TENGAH KOTA PEKALONGAN 11 0.00 Eliminasi
219 JAWA TENGAH KOTA TEGAL 32 0.00 Eliminasi
220 DI YOGYAKARTA KULON PROGO 68 0.04 Eliminasi
221 DI YOGYAKARTA BANTUL - 0.01 Eliminasi
222 DI YOGYAKARTA GUNUNG KIDUL - 0.00 Eliminasi
223 DI YOGYAKARTA SLEMAN 17 0.01 Eliminasi
224 DI YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 8 0.04 Eliminasi
225 JAWA TIMUR PACITAN 1 0.01 Eliminasi
226 JAWA TIMUR PONOROGO 18 0.00 Eliminasi
227 JAWA TIMUR TRENGGALEK 16 0.06 Eliminasi
228 JAWA TIMUR TULUNGAGUNG 5 0.00 Eliminasi
229 JAWA TIMUR BLITAR 1 0.00 Eliminasi
230 JAWA TIMUR KEDIRI 40 0.01 Eliminasi
231 JAWA TIMUR MALANG 5 0.04 Eliminasi
232 JAWA TIMUR LUMAJANG 1 0.02 Eliminasi
233 JAWA TIMUR JEMBER 9 0.00 Eliminasi
234 JAWA TIMUR BANYUWANGI 100 0.01 Eliminasi
235 JAWA TIMUR BONDOWOSO 17 0.00 Eliminasi
236 JAWA TIMUR SITUBONDO 12 0.01 Eliminasi
237 JAWA TIMUR PROBOLINGGO 12 0.01 Eliminasi
238 JAWA TIMUR PASURUAN 2 0.01 Eliminasi
239 JAWA TIMUR SIDOARJO 5 0.00 Eliminasi
240 JAWA TIMUR MOJOKERTO 8 0.00 Eliminasi
241 JAWA TIMUR JOMBANG 11 0.01 Eliminasi
242 JAWA TIMUR NGANJUK 7 0.00 Eliminasi
243 JAWA TIMUR MADIUN - 0.03 Eliminasi
244 JAWA TIMUR MAGETAN 7 0.00 Eliminasi
245 JAWA TIMUR NGAWI 5 0.00 Eliminasi
246 JAWA TIMUR BOJONEGORO 18 0.00 Eliminasi
247 JAWA TIMUR TUBAN - 0.00 Eliminasi
248 JAWA TIMUR LAMONGAN - 0.01 Eliminasi
249 JAWA TIMUR GRESIK 2 0.00 Eliminasi
250 JAWA TIMUR BANGKALAN 1 0.00 Eliminasi
251 JAWA TIMUR SAMPANG 10 0.00 Eliminasi
252 JAWA TIMUR PAMEKASAN 5 0.00 Eliminasi
253 JAWA TIMUR SUMENEP 1 0.00 Eliminasi
254 JAWA TIMUR KOTA KEDIRI - 0.03 Eliminasi
255 JAWA TIMUR KOTA BLITAR - 0.05 Eliminasi
256 JAWA TIMUR KOTA MALANG 1 0.03 Eliminasi
257 JAWA TIMUR KOTA PROBOLINGGO 8 0.02 Eliminasi
258 JAWA TIMUR KOTA PASURUAN 7 0.01 Eliminasi
259 JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO 28 0.00 Eliminasi
260 JAWA TIMUR KOTA MADIUN 5 0.78 Eliminasi
261 JAWA TIMUR KOTA SURABAYA 2 0.03 Eliminasi
262 JAWA TIMUR KOTA BATU - 0.02 Eliminasi
263 BANTEN PANDEGLANG 139 0.01 Eliminasi
264 BANTEN LEBAK 87 0.01 Eliminasi
265 BANTEN TANGERANG 5 0.00 Eliminasi
266 BANTEN SERANG 9 0.00 Eliminasi
267 BANTEN KOTA TANGERANG 7 0.00 Eliminasi
268 BANTEN KOTA CILEGON 6 0.00 Eliminasi
269 BANTEN KOTA SERANG 3 0.03 Eliminasi
270 BANTEN KOTA TANGERANG SELATAN 4 0.02 Eliminasi
271 BALI JEMBRANA - 0.00 Eliminasi
272 BALI TABANAN 19 0.00 Eliminasi
273 BALI BADUNG 28 0.01 Eliminasi
274 BALI GIANYAR - 0.00 Eliminasi
275 BALI KLUNGKUNG - 0.00 Eliminasi
276 BALI BANGLI 6 0.00 Eliminasi
277 BALI KARANG ASEM 2 0.00 Eliminasi
278 BALI BULELENG - 0.01 Eliminasi
279 BALI KOTA DENPASAR - 0.01 Eliminasi
280 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK BARAT 2 0.04 Endemis Rendah
281 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TENGAH 8 0.01 Eliminasi
282 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TIMUR 9 0.00 Eliminasi
283 NUSA TENGGARA BARAT SUMBAWA 29 0.29 Endemis Rendah
284 NUSA TENGGARA BARAT DOMPU 11 0.03 Eliminasi
285 NUSA TENGGARA BARAT BIMA 5 0.03 Eliminasi
286 NUSA TENGGARA BARAT SUMBAWA BARAT 141 0.87 Endemis Rendah
287 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK UTARA 7 0.39 Endemis Rendah
288 NUSA TENGGARA BARAT KOTA MATARAM 17 0.00 Eliminasi
289 NUSA TENGGARA BARAT KOTA BIMA 144 0.00 Eliminasi
290 NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 91 0.13 Endemis Rendah
291 NUSA TENGGARA TIMUR TIMOR TENGAH UTARA - 0.09 Endemis Rendah
292 NUSA TENGGARA TIMUR BELU - 0.08 Endemis Rendah
293 NUSA TENGGARA TIMUR LEMBATA 1 927 0.19 Endemis Rendah
294 NUSA TENGGARA TIMUR FLORES TIMUR 5 402 0.53 Endemis Rendah
295 NUSA TENGGARA TIMUR ENDE 52 0.02 Eliminasi
296 NUSA TENGGARA TIMUR NGADA 688 0.01 Eliminasi
297 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI 23 0.03 Eliminasi
298 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI BARAT 18 0.03 Eliminasi
299 NUSA TENGGARA TIMUR NAGEKEO 410 0.05 Eliminasi
300 NUSA TENGGARA TIMUR MANGGARAI TIMUR 29 0.01 Eliminasi
301 NUSA TENGGARA TIMUR SABU RAIJUA 138 0.02 Endemis Rendah
302 NUSA TENGGARA TIMUR KOTA KUPANG 445 0.07 Eliminasi
303 KALIMANTAN BARAT SAMBAS 6 0.00 Eliminasi
304 KALIMANTAN BARAT BENGKAYANG 1 0.00 Endemis Rendah
305 KALIMANTAN BARAT LANDAK 10 0.00 Eliminasi
306 KALIMANTAN BARAT PONTIANAK 258 0.00 Eliminasi
307 KALIMANTAN BARAT SANGGAU 10 0.01 Eliminasi
308 KALIMANTAN BARAT KETAPANG 82 0.01 Eliminasi
309 KALIMANTAN BARAT SINTANG 5 648 0.07 Endemis Rendah
310 KALIMANTAN BARAT KAPUAS HULU 8 0.04 Endemis Rendah
311 KALIMANTAN BARAT SEKADAU 3 0.00 Eliminasi
312 KALIMANTAN BARAT MELAWI 2 0.00 Endemis Rendah
313 KALIMANTAN BARAT KAYONG UTARA 271 0.00 Endemis Rendah
314 KALIMANTAN BARAT KUBU RAYA 35 0.00 Eliminasi
315 KALIMANTAN BARAT KOTA PONTIANAK 1 0.00 Eliminasi
316 KALIMANTAN BARAT KOTA SINGKAWANG - 0.01 Eliminasi
317 KALIMANTAN TENGAH KOTAWARINGIN BARAT 1 0.00 Eliminasi
318 KALIMANTAN TENGAH KOTAWARINGIN TIMUR - 0.00 Eliminasi
319 KALIMANTAN TENGAH KAPUAS 4 0.01 Endemis Rendah
320 KALIMANTAN TENGAH BARITO SELATAN 4 0.00 Eliminasi
321 KALIMANTAN TENGAH BARITO UTARA 28 0.02 Eliminasi
322 KALIMANTAN TENGAH SUKAMARA 10 0.00 Eliminasi
323 KALIMANTAN TENGAH LAMANDAU 1 0.00 Eliminasi
324 KALIMANTAN TENGAH SERUYAN - 0.00 Eliminasi
325 KALIMANTAN TENGAH KATINGAN - 0.01 Eliminasi
326 KALIMANTAN TENGAH PULANG PISAU - 0.11 Eliminasi
327 KALIMANTAN TENGAH GUNUNG MAS 1 0.06 Eliminasi
328 KALIMANTAN TENGAH BARITO TIMUR 2 0.03 Eliminasi
329 KALIMANTAN TENGAH KOTA PALANGKA RAYA - 0.02 Eliminasi
330 KALIMANTAN SELATAN TANAH LAUT 1 0.19 Eliminasi
331 KALIMANTAN SELATAN KOTA BARU 4 0.15 Endemis Rendah
332 KALIMANTAN SELATAN BANJAR - 0.03 Eliminasi
333 KALIMANTAN SELATAN BARITO KUALA 2 0.00 Eliminasi
334 KALIMANTAN SELATAN TAPIN - 0.02 Eliminasi
335 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI SELATAN - 0.04 Eliminasi
336 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI TENGAH - 0.07 Eliminasi
337 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI UTARA 1 0.01 Eliminasi
338 KALIMANTAN SELATAN TABALONG 14 0.51 Eliminasi
339 KALIMANTAN SELATAN TANAH BUMBU 7 0.08 Endemis Rendah
340 KALIMANTAN SELATAN BALANGAN 4 0.50 Endemis Rendah
341 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJARMASIN 160 0.00 Eliminasi
342 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJAR BARU 6 0.26 Eliminasi
343 KALIMANTAN TIMUR KUTAI BARAT 68 0.40 Endemis Rendah
344 KALIMANTAN TIMUR KUTAI KARTANEGARA 52 0.11 Eliminasi
345 KALIMANTAN TIMUR MAHAKAM HULU 16 0.37 Endemis Rendah
346 KALIMANTAN TIMUR KOTA BALIKPAPAN - 0.09 Eliminasi
347 KALIMANTAN TIMUR KOTA SAMARINDA 4 0.14 Eliminasi
348 KALIMANTAN TIMUR KOTA BONTANG 10 1.14 Eliminasi
349 KALIMANTAN UTARA MALINAU 20 0.00 Endemis Rendah
350 KALIMANTAN UTARA BULUNGAN 3 0.53 Endemis Rendah
351 KALIMANTAN UTARA TANA TIDUNG 133 0.03 Eliminasi
352 KALIMANTAN UTARA NUNUKAN 31 0.03 Eliminasi
353 KALIMANTAN UTARA KOTA TARAKAN 67 0.06 Eliminasi
354 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW 2 0.07 Eliminasi
355 SULAWESI UTARA MINAHASA 74 0.18 Eliminasi
356 SULAWESI UTARA KEPULAUAN SANGIHE 636 0.98 Endemis Rendah
357 SULAWESI UTARA KEPULAUAN TALAUD 60 0.17 Endemis Rendah
358 SULAWESI UTARA MINAHASA SELATAN 90 0.27 Eliminasi
359 SULAWESI UTARA MINAHASA UTARA 514 0.50 Eliminasi
BOLAANG MONGONDOW
262
360 SULAWESI UTARA UTARA 0.10 Eliminasi
361 SULAWESI UTARA SIAU TAGULANDANG BIARO 1 121 0.46 Endemis Rendah
362 SULAWESI UTARA MINAHASA TENGGARA 10 0.57 Endemis Rendah
BOLAANG MONGONDOW
363 SULAWESI UTARA SELATAN 61 0.01 Eliminasi
BOLAANG MONGONDOW
364 SULAWESI UTARA TIMUR 125 0.22 Eliminasi
365 SULAWESI UTARA KOTA MANADO 211 0.29 Endemis Rendah
366 SULAWESI UTARA KOTA BITUNG - 0.95 Endemis Rendah
367 SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON 71 0.66 Eliminasi
368 SULAWESI UTARA KOTA KOTAMOBAGU 1 0.45 Eliminasi
369 SULAWESI TENGAH BANGGAI KEPULAUAN 7 0.00 Endemis Rendah
370 SULAWESI TENGAH BANGGAI 15 0.06 Eliminasi
371 SULAWESI TENGAH MOROWALI 17 0.00 Endemis Rendah
372 SULAWESI TENGAH POSO 62 0.00 Endemis Rendah
373 SULAWESI TENGAH DONGGALA 130 0.02 Endemis Rendah
374 SULAWESI TENGAH TOLI-TOLI 16 0.01 Eliminasi
375 SULAWESI TENGAH BUOL 57 0.12 Eliminasi
376 SULAWESI TENGAH PARIGI MOUTONG 102 0.00 Endemis Rendah
377 SULAWESI TENGAH TOJO UNA-UNA 8 0.59 Endemis Rendah
378 SULAWESI TENGAH SIGI 31 0.00 Eliminasi
379 SULAWESI TENGAH BANGGAI LAUT 61 0.04 Eliminasi
380 SULAWESI TENGAH MOROWALI UTARA 1 0.20 Endemis Rendah
381 SULAWESI TENGAH KOTA PALU 16 0.03 Eliminasi
382 SULAWESI SELATAN KEPULAUAN SELAYAR 127 0.07 Eliminasi
383 SULAWESI SELATAN BULUKUMBA 214 0.04 Eliminasi
384 SULAWESI SELATAN BANTAENG 73 0.09 Eliminasi
385 SULAWESI SELATAN JENEPONTO 61 0.29 Eliminasi
386 SULAWESI SELATAN TAKALAR - 0.05 Eliminasi
387 SULAWESI SELATAN GOWA 24 0.04 Eliminasi
388 SULAWESI SELATAN SINJAI - 0.11 Eliminasi
389 SULAWESI SELATAN MAROS - 0.32 Eliminasi
PANGKAJENE DAN
6
390 SULAWESI SELATAN KEPULAUAN 0.26 Eliminasi
391 SULAWESI SELATAN BARRU 2 0.04 Eliminasi
392 SULAWESI SELATAN BONE 21 0.09 Eliminasi
393 SULAWESI SELATAN SOPPENG - 0.08 Eliminasi
394 SULAWESI SELATAN WAJO 93 0.07 Eliminasi
395 SULAWESI SELATAN SIDENRENG RAPPANG - 0.13 Eliminasi
396 SULAWESI SELATAN PINRANG 3 0.25 Eliminasi
397 SULAWESI SELATAN ENREKANG 27 0.17 Eliminasi
398 SULAWESI SELATAN LUWU 14 0.24 Eliminasi
399 SULAWESI SELATAN TANA TORAJA 10 0.35 Endemis Rendah
400 SULAWESI SELATAN LUWU UTARA 17 0.08 Eliminasi
401 SULAWESI SELATAN LUWU TIMUR 18 0.16 Eliminasi
402 SULAWESI SELATAN TORAJA UTARA 108 0.86 Endemis Rendah
403 SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR 15 0.13 Eliminasi
404 SULAWESI SELATAN KOTA PARE-PARE 28 0.09 Eliminasi
405 SULAWESI SELATAN KOTA PALOPO 28 0.74 Eliminasi
406 SULAWESI TENGGARA BUTON 115 0.20 Eliminasi
407 SULAWESI TENGGARA MUNA 90 0.38 Endemis Rendah
408 SULAWESI TENGGARA KONAWE 7 0.04 Eliminasi
409 SULAWESI TENGGARA KOLAKA 66 0.09 Eliminasi
410 SULAWESI TENGGARA KONAWE SELATAN 19 0.06 Eliminasi
411 SULAWESI TENGGARA BOMBANA 30 0.10 Eliminasi
412 SULAWESI TENGGARA WAKATOBI 39 0.46 Eliminasi
413 SULAWESI TENGGARA KOLAKA UTARA 95 0.20 Eliminasi
414 SULAWESI TENGGARA BUTON UTARA 35 0.47 Eliminasi
415 SULAWESI TENGGARA KONAWE UTARA 88 0.00 Eliminasi
416 SULAWESI TENGGARA KOLAKA TIMUR 85 0.13 Eliminasi
417 SULAWESI TENGGARA KONAWE KEPULAUAN 26 0.74 Eliminasi
418 SULAWESI TENGGARA MUNA BARAT 49 0.18 Endemis Rendah
419 SULAWESI TENGGARA BUTON TENGAH 205 0.88 Eliminasi
420 SULAWESI TENGGARA BUTON SELATAN 204 0.61 Eliminasi
421 SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI 13 0.11 Eliminasi
422 SULAWESI TENGGARA KOTA BAU-BAU 141 0.13 Eliminasi
423 GORONTALO BOALEMO 21 0.03 Eliminasi
424 GORONTALO GORONTALO 86 0.00 Endemis Rendah
425 GORONTALO POHUWATO 9 0.02 Eliminasi
426 GORONTALO BONE BOLANGO 26 0.01 Eliminasi
427 GORONTALO GORONTALO UTARA 19 0.28 Eliminasi
428 GORONTALO KOTA GORONTALO 18 0.01 Eliminasi
429 SULAWESI BARAT MAJENE 47 0.75 Eliminasi
430 SULAWESI BARAT POLEWALI MANDAR 31 0.04 Eliminasi
431 SULAWESI BARAT MAMASA 30 0.03 Eliminasi
432 SULAWESI BARAT MAMUJU - 0.13 Eliminasi
433 SULAWESI BARAT MAMUJU UTARA 18 0.04 Endemis Rendah
434 SULAWESI BARAT MAMUJU TENGAH 25 0.01 Eliminasi
435 MALUKU MALUKU TENGAH 15 0.32 Endemis Rendah
436 MALUKU BURU 82 0.03 Eliminasi
437 MALUKU KEPULAUAN ARU 49 0.84 Endemis Rendah
438 MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 46 0.30 Endemis Rendah
439 MALUKU SERAM BAGIAN TIMUR 22 0.88 Endemis Rendah
440 MALUKU BURU SELATAN 5 0.11 Endemis Rendah
441 MALUKU KOTA AMBON 1 0.20 Eliminasi
442 MALUKU KOTA TUAL 3 0.17 Eliminasi
443 MALUKU UTARA HALMAHERA BARAT 1 0.02 Endemis Rendah
444 MALUKU UTARA HALMAHERA TENGAH 32 0.12 Endemis Rendah
445 MALUKU UTARA KEPULAUAN SULA 3 0.14 Eliminasi
446 MALUKU UTARA HALMAHERA SELATAN 133 0.22 Endemis Rendah
447 MALUKU UTARA HALMAHERA UTARA 19 0.19 Endemis Rendah
448 MALUKU UTARA HALMAHERA TIMUR 5 0.08 Endemis Rendah
449 MALUKU UTARA PULAU MOROTAI 39 0.00 Eliminasi
450 MALUKU UTARA KOTA TERNATE 8 0.07 Eliminasi
451 MALUKU UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN 2 0.10 Eliminasi
452 PAPUA BARAT SORONG SELATAN 218 0.30 Eliminasi
453 PAPUA BARAT MAYBRAT 313 0.07 Endemis Rendah
454 PAPUA BARAT PEGUNUNGAN ARFAK 121 0.56 Endemis Rendah
455 PAPUA PANIAI 4 0.78 Endemis Rendah
456 PAPUA NDUGA 80 0.00 Endemis Rendah
457 PAPUA LANNY JAYA 52 0.64 Endemis Rendah
458 PAPUA DOGIYAI 101 0.00 Endemis Rendah
459 PAPUA DEIYAI 117 0.28 Endemis Rendah

Penyusun Mengetahui
Ketua Tim Kerja Malaria

Riskha Tiara Puspadewi, SKM dr. Hellen Dewi Prameswari, MARS


NIP. 199101282015032002 NIP. 197603152009122002
1) Indikator : Proporsi Kasus Baru Tanpa Cacat (Cacat Tingkat 0) Tahun 2022.

Kasus Kusta Baru Proporsi Kasus Kusta


Kasus Kusta
No PROVINSI Tanpa Cacat (Cacat Baru Tanpa Cacat (%)
Baru
Tk.0) (Cacat Tk.0)
1 ACEH 208 181 87,02
2 SUMUT 153 105 68,63
3 SUMBAR 54 17 31,48
4 SUMSEL 227 180 79,30
5 RIAU 81 77 95,06
6 KEPRI 36 33 91,67
7 JAMBI 41 13 31,71
8 BENGKULU 26 `16 61,54
9 BABEL 32 28 87,50
10 LAMPUNG 126 90 71,43
11 BANTEN 572 475 83,04
12 JABAR 1705 1231 72,20
13 JATENG 973 813 83,56
14 JATIM 2067 1547 74,84
15 DKI JAKARTA 328 303 92,38
16 DIY 36 30 83,33
17 BALI 100 91 91,00
18 NTB 166 151 90,96
19 NTT 281 216 76,87
20 KALBAR 59 48 81,36
21 KALSEL 100 77 77,00
22 KALTENG 83 71 85,54
23 KALTIM 127 110 86,61
24 KALTARA 40 34 85,00
25 GORONTALO 149 134 89,93
26 SULSEL 716 599 83,66
27 SULTRA 218 190 87,16
28 SULTENG 306 287 93,79
29 SULUT 480 455 94,79
30 SULBAR 155 147 94,84
31 MALUKU 287 214 74,56
32 MALUT 609 576 94,58
33 PAPUA 864 842 97,45
34 PAPUA BARAT 690 642 93,04
INDONESIA 12.095 10923 82,87

Mengatahui,
Ketua Tim Kerja NTDs,

dr. Regina Tiolina Sidjabat, M.Epid


NIP. 196604142001122002
Persentase Pengobatan Diare Sesuai Standar Tahun 2022

Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Aceh Simeulue 158 11 11 129 81.65%
Aceh Aceh Singkil N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Aceh Selatan 128 70 140 0 0.00%
Aceh Aceh Tenggara N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Aceh Timur 1,250 226 135 957 76.56%
Aceh Aceh Tengah 158 75 75 157 99.37%
Aceh Aceh Barat 101 50 67 52 51.49%
Aceh Aceh Besar 243 57 60 116 47.74%
Aceh Pidie 1,422 28 56 1,038 73.00%
Aceh Bireuen 325 10 25 283 87.08%
Aceh Aceh Utara 1,920 127 170 1,450 75.52%
Aceh Aceh Barat Daya 648 0 0 648 100.00%
Aceh Gayo Lues 51 0 0 0 0.00%
Aceh Aceh Tamiang 339 35 57 241 71.09%
Aceh Nagan Raya 33 0 0 33 100.00%
Aceh Aceh Jaya 322 13 5 227 70.50%
Aceh Bener Meriah 18 0 0 18 100.00%
Aceh Pidie Jaya 39 107 23 0 0.00%
Aceh Kota Banda Aceh 61 366 61 0 0.00%
Aceh Kota Sabang N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Kota Langsa 155 1 10 128 82.58%
Aceh Kota Lhokseumawe N/A N/A N/A N/A N/A
Aceh Kota Subulussalam 25 138 50 0 0.00%
Aceh Provinsi Aceh 7,396 1,314 945 5,477 74.05%
Sumatera Utara Medan 3,994 0 0 3,994 100.00%
Sumatera Utara Binjai 201 0 0 201 100.00%
Sumatera Utara T. Tinggi 180 0 0 180 100.00%
Sumatera Utara P. Siantar 192 0 0 192 100.00%
Sumatera Utara Tanjung Balai 457 0 0 457 100.00%
Sumatera Utara Sibolga 653 0 0 653 100.00%
Sumatera Utara P. Sidempuan 634 0 0 634 100.00%
Sumatera Utara Deli Serdang 4,161 0 0 4,161 100.00%
Sumatera Utara Langkat 1,556 0 0 1,556 100.00%
Sumatera Utara Sergai 253 0 0 253 100.00%
Sumatera Utara Karo 691 0 0 691 100.00%
Sumatera Utara Dairi 360 0 0 360 100.00%
Sumatera Utara Pak-pak Barat 108 0 0 108 100.00%
Sumatera Utara Simalungun 1,475 0 0 1,475 100.00%
Sumatera Utara Tobasa 459 0 0 459 100.00%
Sumatera Utara Humbahas 482 0 75 409 84.85%
Sumatera Utara Samosir 152 0 0 152 100.00%
Sumatera Utara Tap. Utara 529 0 0 529 100.00%
Sumatera Utara Tap. Tengah 330 130 5 286 86.67%
Sumatera Utara Tap. Selatan 966 0 0 966 100.00%
Sumatera Utara Madina 1,418 0 0 790 55.71%
Sumatera Utara Batubara 753 0 0 753 100.00%
Sumatera Utara Asahan 944 0 0 944 100.00%
Sumatera Utara Labuhan Batu 446 9 0 311 69.73%
Sumatera Utara Nias 390 0 0 374 95.90%
Sumatera Utara Nias Selatan 93 0 0 93 100.00%
Sumatera Utara Palas Utara 1,476 0 0 1,476 100.00%
Sumatera Utara Palas 1,075 0 562 950 88.37%
Sumatera Utara Nias Barat 166 0 0 166 100.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sumatera Utara Nias Utara 49 0 0 49 100.00%
Sumatera Utara Gunung Sitoli 157 0 0 157 100.00%
Sumatera Utara Labusel 506 0 0 506 100.00%
Sumatera Utara Labura 596 0 0 596 100.00%
Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara 25,902 139 642 24,881 96.06%
Sumatera Barat Pasaman 1,048 0 0 1,029 98.19%
Sumatera Barat Pasaman Barat 952 0 0 952 100.00%
Sumatera Barat Agam 1,013 149 118 997 98.42%
Sumatera Barat Tanah Datar 679 71 9 578 85.13%
Sumatera Barat Solok 534 0 0 529 99.06%
Sumatera Barat Solok Selatan 402 4 4 401 99.75%
Sumatera Barat Dharmasraya 530 90 6 468 88.30%
Sumatera Barat Sijunjung 1,585 3 12 1,586 100.06%
Sumatera Barat 50 Kota 955 37 3 914 95.71%
Sumatera Barat Pesisir Selatan 1,545 322 22 1,201 77.73%
Sumatera Barat Kep Mentawai 589 147 127 587 99.66%
Sumatera Barat Padang Pariaman 572 3 0 555 97.03%
Sumatera Barat Kota Padang 1,054 0 0 1,054 100.00%
Sumatera Barat Kota Padang Panjang 175 0 0 175 100.00%
Sumatera Barat Kota Payakumbuh 301 0 0 301 100.00%
Sumatera Barat Kota Solok 278 3 0 250 89.93%
Sumatera Barat Kota Sawahlunto 290 0 1 286 98.62%
Sumatera Barat Kota Pariaman 247 12 7 226 91.50%
Sumatera Barat Kota Bukittinggi 287 0 0 287 100.00%
Sumatera Barat Provinsi Sumatera Barat 13,036 841 309 12,376 94.94%
Riau Pekan Baru 180 10 2 165 91.67%
Riau Kampar 845 13 8 820 97.04%
Riau Pelalawan 99 0 3 92 92.93%
Riau Rokan Hulu 733 74 52 503 68.62%
Riau Indragiri Hulu 140 0 0 128 91.43%
Riau Kuantan Singingi 280 7 15 243 86.79%
Riau Indragiri Hilir 154 2 8 103 66.88%
Riau Bengkalis 772 27 3 724 93.78%
Riau Dumai 722 5 5 671 92.94%
Riau Siak 165 41 6 111 67.27%
Riau Rokan Hilir 23 0 0 23 100.00%
Riau Kep. Meranti 543 12 0 530 97.61%
Riau Provinsi Riau 4,656 191 102 4,113 88.34%
Jambi Kota Jambi 841 49 7 760 90.37%
Jambi Sarolangun 550 11 0 539 98.00%
Jambi Batang Hari 214 0 0 214 100.00%
Jambi Tanjab Barat 70 7 6 57 81.43%
Jambi Tanjab Timur 335 30 4 295 88.06%
Jambi Tebo 491 7 12 445 90.63%
Jambi Kerinci 271 0 0 249 91.88%
Jambi Kota Sungai Penuh 112 2 6 104 92.86%
Jambi Muaro Jambi 213 0 0 213 100.00%
Jambi Merangin 743 6 0 731 98.38%
Jambi Bungo 711 0 6 705 99.16%
Jambi Provinsi Jambi 4,551 112 41 4,312 94.75%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu 495 0 0 495 100.00%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir 591 27 8 531 89.85%
Sumatera Selatan Muara Enim 1,305 73 2 1,187 90.96%
Sumatera Selatan Lahat 171 458 574 27 15.79%
Sumatera Selatan Musi Rawas 315 80 85 112 35.56%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sumatera Selatan Musi Banyuasin 1,560 5 0 1,556 99.74%
Sumatera Selatan Banyu Asin 2,274 2,032 169 1,504 66.14%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Timur 370 7 11 363 98.11%
Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Selatan 168 0 0 153 91.07%
Sumatera Selatan Ogan Ilir 706 441 91 420 59.49%
Sumatera Selatan Empat Lawang 105 324 2 0 0.00%
Sumatera Selatan Penukal Abab Lematang Ilir 626 4 14 608 97.12%
Sumatera Selatan Musi Rawas Utara 300 75 16 30 10.00%
Sumatera Selatan Kota Palembang 6,218 0 0 3,815 61.35%
Sumatera Selatan Kota Pagar Alam 170 8 0 155 91.18%
Sumatera Selatan Lubuk Linggau 27 1 0 26 96.30%
Sumatera Selatan Prabumulih 819 11 2 815 99.51%
Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan 16,220 3,546 974 11,797 72.73%
Bengkulu Kota Bengkulu 367 3 0 249 67.85%
Bengkulu Kabupaten Kaur 36 0 0 36 100.00%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan 64 0 0 64 100.00%
Bengkulu Kabupaten Seluma 29 2 0 24 82.76%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah 61 0 1 60 98.36%
Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Bengkulu Kabupaten Mukomuko 24 12 0 3 12.50%
Bengkulu Kabupaten Kepahiang 2 1 0 0 0.00%
Bengkulu Kabupaten Rejang Lebong 109 0 0 109 100.00%
Bengkulu Kabupaten Lebong N/A N/A N/A N/A N/A
Bengkulu Provinsi Bengkulu 692 23 1 545 78.76%
Lampung Lampung Selatan 4,596 303 228 3,978 86.55%
Lampung Lampung Tengah 2,943 81 41 2,737 93.00%
Lampung Lampung Utara 84 9 7 56 66.67%
Lampung Lampung Barat 225 4 1 208 92.44%
Lampung Tulangbawang 17 0 0 17 100.00%
Lampung Tanggamus 1,041 13 0 942 90.49%
Lampung Lampung Timur 1,110 24 0 1,065 95.95%
Lampung Way Kanan 984 71 14 906 92.07%
Lampung Pesawaran 989 59 5 830 83.92%
Lampung Pringsewu 514 50 2 457 88.91%
Lampung Kab.Mesuji 255 4 4 226 88.63%
Lampung Tulang Bawang Barat 323 12 13 297 91.95%
Lampung Pesisir Barat 123 0 0 123 100.00%
Lampung Kota Bandar Lampung 3,310 28 0 3,244 98.01%
Lampung Kota Metro 290 1 3 282 97.24%
Lampung Provinsi Lampung 16,804 659 318 15,368 91.45%
Kep. Bangka Belitung Bangka 1,158 6 0 1,152 99.48%
Kep. Bangka Belitung Belitung 219 7 2 210 95.89%
Kep. Bangka Belitung Bangka Tengah 341 0 0 341 100.00%
Kep. Bangka Belitung Bangka Barat 277 0 0 277 100.00%
Kep. Bangka Belitung Bangka Selatan 300 0 0 300 100.00%
Kep. Bangka Belitung Belitung Timur 139 0 0 139 100.00%
Kep. Bangka Belitung Pangkalpinang 384 0 0 384 100.00%
Kep. Bangka Belitung Provinsi Kep. Bangka Belitung 2,818 13 2 2,803 99.47%
Kep. Riau Tanjungpinang 369 0 0 325 88.08%
Kep. Riau Batam 2,100 77 4 1,988 94.67%
Kep. Riau Bintan 206 16 4 180 87.38%
Kep. Riau Karimun 510 0 0 507 99.41%
Kep. Riau Lingga 204 18 1 116 56.86%
Kep. Riau Natuna 55 1 0 55 100.00%
Kep. Riau Anambas 40 19 7 42 105.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Kep. Riau Provinsi Kep. Riau 3,484 131 16 3,213 92.22%
DKI Jakarta Jakarta Pusat 4,960 0 0 4,960 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Utara 10,954 0 0 10,954 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Barat 11,547 0 0 11,547 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Selatan 8,855 0 0 8,855 100.00%
DKI Jakarta Jakarta Timur 12,344 14 0 12,344 100.00%
DKI Jakarta Kep. Seribu 326 0 0 326 100.00%
DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta 48,986 14 0 48,986 100.00%
Jawa Barat Bogor 15,189 165 128 14,292 94.09%
Jawa Barat Sukabumi N/A N/A N/A N/A N/A
Jawa Barat Cianjur 10,467 46 53 9,571 91.44%
Jawa Barat Bandung 6,837 44 41 6,094 89.13%
Jawa Barat Garut 5,006 104 134 4,356 87.02%
Jawa Barat Tasikmalaya 3,291 33 52 2,339 71.07%
Jawa Barat Ciamis 4,336 84 84 3,934 90.73%
Jawa Barat Kuningan 4,794 7 0 4,772 99.54%
Jawa Barat Cirebon 12,284 318 145 11,035 89.83%
Jawa Barat Majalengka 4,927 97 59 4,415 89.61%
Jawa Barat Sumedang 4,508 150 208 3,665 81.30%
Jawa Barat Indramayu 4,099 214 31 3,629 88.53%
Jawa Barat Subang 5,167 27 1 4,265 82.54%
Jawa Barat Purwakarta 8,608 17 2 8,545 99.27%
Jawa Barat Karawang 3,803 38 147 3,258 85.67%
Jawa Barat Bekasi 5,732 58 20 5,242 91.45%
Jawa Barat Bandung Barat 4,495 103 121 3,928 87.39%
Jawa Barat Pangandaran 839 1 10 660 78.67%
Jawa Barat Kota Bogor 2,639 129 11 2,295 86.96%
Jawa Barat Kota Sukabumi 2,348 21 8 2,268 96.59%
Jawa Barat Kota Bandung 5,580 118 14 5,370 96.24%
Jawa Barat Kota Cirebon 2,709 1 0 2,696 99.52%
Jawa Barat Kota Bekasi 992 48 13 771 77.72%
Jawa Barat Kota Depok 2,136 155 2 1,976 92.51%
Jawa Barat Kota Cimahi 1,268 109 10 989 78.00%
Jawa Barat Kota Tasikmalaya 879 14 0 851 96.81%
Jawa Barat Kota Banjar 1,029 0 0 1,022 99.32%
Jawa Barat Provinsi Jawa Barat 123,962 2,101 1,294 112,238 90.54%
Jawa Tengah Cilacap 4,649 94 128 4,351 93.59%
Jawa Tengah Banyumas 2,232 71 194 1,795 80.42%
Jawa Tengah Purbalingga 4,674 46 530 3,707 79.31%
Jawa Tengah Banjarnegara 2,860 176 121 2,389 83.53%
Jawa Tengah Kebumen 5,521 6 0 5,499 99.60%
Jawa Tengah Purworejo 686 48 128 356 51.90%
Jawa Tengah Wonosobo 2,260 87 202 1,700 75.22%
Jawa Tengah Magelang 672 0 0 672 100.00%
Jawa Tengah Boyolali 1,388 0 0 1,402 101.01%
Jawa Tengah Klaten 1,608 69 113 860 53.48%
Jawa Tengah Sukoharjo 2,436 203 657 598 24.55%
Jawa Tengah Wonogiri 1,001 0 0 1,001 100.00%
Jawa Tengah Karanganyar 1,865 61 119 1,498 80.32%
Jawa Tengah Sragen 1,218 13 32 736 60.43%
Jawa Tengah Grobogan 930 71 7 834 89.68%
Jawa Tengah Blora 875 57 67 662 75.66%
Jawa Tengah Rembang 1,525 90 275 491 32.20%
Jawa Tengah Pati 778 90 25 599 76.99%
Jawa Tengah Kudus 1,201 38 3 1,057 88.01%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Jawa Tengah Jepara 1,054 62 129 644 61.10%
Jawa Tengah Demak 2,488 26 51 2,176 87.46%
Jawa Tengah Semarang 2,365 93 242 1,288 54.46%
Jawa Tengah Temanggung 591 8 20 519 87.82%
Jawa Tengah Kendal 1,940 125 85 1,720 88.66%
Jawa Tengah Batang 285 35 77 67 23.51%
Jawa Tengah Pekalongan 1,788 115 313 1,470 82.21%
Jawa Tengah Pemalang 1,700 68 225 1,206 70.94%
Jawa Tengah Tegal 4,921 35 199 4,519 91.83%
Jawa Tengah Brebes 1,290 47 37 1,127 87.36%
Jawa Tengah Kota Magelang 590 78 103 374 63.39%
Jawa Tengah Kota Surakarta 1,433 50 51 1,315 91.77%
Jawa Tengah Kota Salatiga 287 5 0 263 91.64%
Jawa Tengah Kota Semarang 6,444 38 353 6,008 93.23%
Jawa Tengah Kota Pekalongan 1,122 13 52 971 86.54%
Jawa Tengah Kota Tegal 1,220 3 78 980 80.33%
Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah 67,897 2,021 4,616 54,854 80.79%
DI Yogyakarta Bantul 1,205 55 8 1,086 90.12%
DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 863 83 93 576 66.74%
DI Yogyakarta Gunung Kidul 1,110 17 27 999 90.00%
DI Yogyakarta Kulon Progo 648 7 36 543 83.80%
DI Yogyakarta Sleman 700 8 47 559 79.86%
DI Yogyakarta Provinsi D I Yogyakarta 4,526 170 211 3,763 83.14%
Jawa Timur Bangkalan 5,474 4 0 5,468 99.89%
Jawa Timur Banyuwangi 4,987 32 13 4,934 98.94%
Jawa Timur Kota Batu 1,596 17 6 1,576 98.75%
Jawa Timur Blitar 2,926 31 3 2,836 96.92%
Jawa Timur Kota Blitar 888 16 32 693 78.04%
Jawa Timur Bojonegoro 2,377 228 100 2,033 85.53%
Jawa Timur Bondowoso 1,954 64 0 1,888 96.62%
Jawa Timur Gresik 52 0 0 52 100.00%
Jawa Timur Jember 4,492 201 8 4,096 91.18%
Jawa Timur Jombang 3,647 383 234 2,799 76.75%
Jawa Timur Kediri 509 18 21 357 70.14%
Jawa Timur Kota Kediri 2,207 65 0 2,141 97.01%
Jawa Timur Lamongan 2,241 5 0 2,236 99.78%
Jawa Timur Lumajang 276 1 0 269 97.46%
Jawa Timur Madiun 2,784 39 20 2,649 95.15%
Jawa Timur Kota Madiun 1,111 0 0 1,111 100.00%
Jawa Timur Magetan 3,267 10 0 3,255 99.63%
Jawa Timur Malang 9,278 44 2 9,190 99.05%
Jawa Timur Kota Malang 1,079 29 8 998 92.49%
Jawa Timur Mojokerto 3,045 35 0 3,006 98.72%
Jawa Timur Kota Mojokerto 905 16 5 787 86.96%
Jawa Timur Nganjuk 1,150 9 0 1,026 89.22%
Jawa Timur Ngawi 1,664 34 28 1,524 91.59%
Jawa Timur Pacitan 410 18 1 388 94.63%
Jawa Timur Pamekasan 734 2 0 731 99.59%
Jawa Timur Pasuruan 2,710 64 3 2,484 91.66%
Jawa Timur Kota Pasuruan 758 28 18 687 90.63%
Jawa Timur Ponorogo 1,538 52 15 1,463 95.12%
Jawa Timur Probolinggo 411 0 8 389 94.65%
Jawa Timur Kota Probolinggo 1,559 0 38 1,521 97.56%
Jawa Timur Sampang 95 0 5 61 64.21%
Jawa Timur Sidoarjo 9,608 180 8 9,484 98.71%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Jawa Timur Situbondo 4,076 127 5 3,881 95.22%
Jawa Timur Sumenep 222 9 6 369 166.22%
Jawa Timur Kota Surabaya 15,859 256 3 15,476 97.58%
Jawa Timur Trenggalek 4,273 97 5 4,167 97.52%
Jawa Timur Tuban 6,036 39 0 5,962 98.77%
Jawa Timur Tulung Agung 5,295 22 0 5,271 99.55%
Jawa Timur Provinsi Jawa Timur 111,493 2,175 595 107,258 96.20%
Banten Lebak 4,770 250 41 4,350 91.19%
Banten Pandeglang 2,517 49 39 2,293 91.10%
Banten Tangerang 15,870 413 194 15,804 99.58%
Banten Serang 5,490 20 4 5,378 97.96%
Banten Kota Serang 814 75 60 751 92.26%
Banten Kota Tangerang 8,627 0 0 8,627 100.00%
Banten Kota Tangerang selatan 3,837 74 22 3,566 92.94%
Banten Kota Cilegon 1,412 16 5 932 66.01%
Banten Provinsi Banten 43,337 897 365 41,701 96.22%
Bali Buleleng N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Jembrana N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Tabanan N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Badung 854 31 3 722 84.54%
Bali Denpasar 2,777 111 270 1,996 71.88%
Bali Gianyar N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Klungkung 593 103 0 471 79.43%
Bali Bangli N/A N/A N/A N/A N/A
Bali Karangasem 1,120 51 28 817 72.95%
Bali Provinsi Bali 5,344 296 301 4,006 74.96%
Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 3,984 60 100 4,087 102.59%
Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah 1,529 7 11 1,519 99.35%
Nusa Tenggara Barat Lombok Timur 9,350 201 176 8,377 89.59%
Nusa Tenggara Barat Sumbawa 1,228 57 28 1,138 92.67%
Nusa Tenggara Barat Dompu 1,063 0 0 1,022 96.14%
Nusa Tenggara Barat Bima 3,977 0 6 3,971 99.85%
Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat 367 5 0 346 94.28%
Nusa Tenggara Barat Lombok Utara 2,070 0 0 2,070 100.00%
Nusa Tenggara Barat Kota Mataram 2,281 10 0 2,269 99.47%
Nusa Tenggara Barat Kota Bima 578 0 0 571 98.79%
Nusa Tenggara Barat Provinsi NTB 26,427 340 321 25,370 96.00%
Nusa Tenggara Timur Kota Kupang 1,129 27 14 1,076 95.31%
Nusa Tenggara Timur Kupang 1,040 2 0 1,037 99.71%
Nusa Tenggara Timur TTS 533 0 0 533 100.00%
Nusa Tenggara Timur TTU 544 2 0 541 99.45%
Nusa Tenggara Timur Belu 881 0 0 881 100.00%
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao 555 25 33 479 86.31%
Nusa Tenggara Timur Alor 149 0 0 147 98.66%
Nusa Tenggara Timur Flotim 794 0 0 803 101.13%
Nusa Tenggara Timur Lembata 370 0 0 370 100.00%
Nusa Tenggara Timur Ende 920 0 0 926 100.65%
Nusa Tenggara Timur Sikka 1,039 0 0 678 65.26%
Nusa Tenggara Timur Ngada 135 0 0 135 100.00%
Nusa Tenggara Timur Nagekeo 255 0 0 255 100.00%
Nusa Tenggara Timur Manggarai 494 0 0 205 41.50%
Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur 478 0 0 364 76.15%
Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat 1,013 27 7 937 92.50%
Nusa Tenggara Timur Sumba Timur 1,005 275 139 1,097 109.15%
Nusa Tenggara Timur Sumba Barat 290 0 0 290 100.00%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya 1,764 92 134 1,735 98.36%
Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah 685 4 29 627 91.53%
Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua 244 3 11 211 86.48%
Nusa Tenggara Timur Malaka 343 0 0 332 96.79%
Nusa Tenggara Timur Provinsi NTT 14,660 457 367 13,659 93.17%
Kalimantan Barat Sintang 406 0 10 396 97.54%
Kalimantan Barat Sanggau 396 0 53 264 66.67%
Kalimantan Barat Melawi 228 0 2 226 99.12%
Kalimantan Barat Landak 673 0 33 640 95.10%
Kalimantan Barat Kota Pontianak 1,106 0 82 1,024 92.59%
Kalimantan Barat Kayong Utara 252 0 6 246 97.62%
Kalimantan Barat Sambas 887 0 22 865 97.52%
Kalimantan Barat Mempawah 781 1 35 744 95.26%
Kalimantan Barat Bengkayang 257 1 31 224 87.16%
Kalimantan Barat Kota Singkawang 260 0 11 222 85.38%
Kalimantan Barat Sekadau 423 0 32 391 92.43%
Kalimantan Barat Kapuas Hulu 628 11 48 555 88.38%
Kalimantan Barat Ketapang 956 0 79 877 91.74%
Kalimantan Barat Kubu Raya 292 0 57 235 80.48%
Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat 7,545 13 501 6,909 91.57%
Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat 721 0 0 721 100.00%
Kalimantan Tengah Kotawaringin Timur 863 0 0 863 100.00%
Kalimantan Tengah Kapuas 825 0 0 825 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Selatan 405 0 0 405 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Utara 232 0 0 232 100.00%
Kalimantan Tengah Sukamara 199 0 0 199 100.00%
Kalimantan Tengah Lamandau 100 0 0 100 100.00%
Kalimantan Tengah Seruyan 103 0 0 103 100.00%
Kalimantan Tengah Katingan 311 0 0 311 100.00%
Kalimantan Tengah Pulang Pisau 314 0 0 323 102.87%
Kalimantan Tengah Gunung Mas 374 0 0 374 100.00%
Kalimantan Tengah Barito Timur 499 0 5 499 100.00%
Kalimantan Tengah Murung Raya 776 0 0 776 100.00%
Kalimantan Tengah Kota Palangkaraya 296 0 0 296 100.00%
Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Tengah 6,018 0 5 6,027 100.15%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara 910 1 0 908 99.78%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan 453 24 53 359 79.25%
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Tengah 689 45 0 607 88.10%
Kalimantan Selatan Tabalong 347 12 30 284 81.84%
Kalimantan Selatan Balangan 461 2 17 442 95.88%
Kalimantan Selatan Banjarmasin 2,005 42 119 1,729 86.23%
Kalimantan Selatan Banjarbaru 419 2 2 382 91.17%
Kalimantan Selatan Banjar 541 12 16 456 84.29%
Kalimantan Selatan Tanah Laut 334 4 18 287 85.93%
Kalimantan Selatan Tanah Bumbu 673 0 0 669 99.41%
Kalimantan Selatan Kotabaru 640 0 1 635 99.22%
Kalimantan Selatan Tapin 425 17 115 212 49.88%
Kalimantan Selatan Barito Kuala 380 3 0 283 74.47%
Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan 8,277 164 371 7,253 87.63%
Kalimantan Timur Samarinda 1,207 23 55 1,065 88.24%
Kalimantan Timur Balikpapan 2,307 35 30 2,109 91.42%
Kalimantan Timur Penajam Paser Utara 103 2 2 98 95.15%
Kalimantan Timur Paser N/A N/A N/A N/A N/A
Kalimantan Timur Kutai Kartanegara 2,004 49 76 1,657 82.68%
Kalimantan Timur Bontang 617 33 69 404 65.48%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Kalimantan Timur Kutai Timur 1,354 50 216 952 70.31%
Kalimantan Timur Kutai Barat 448 60 21 313 69.87%
Kalimantan Timur Berau 555 14 47 438 78.92%
Kalimantan Timur Mahakam Ulu 60 0 16 34 56.67%
Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur 8,655 266 532 7,070 81.69%
Kalimantan Utara Kota Tarakan 1,783 267 111 1,064 59.67%
Kalimantan Utara Kab. Malinau 634 0 93 613 96.69%
Kalimantan Utara Kab. Nunukan 1,264 82 118 891 70.49%
Kalimantan Utara Kab. Bulungan 1,585 86 22 1,472 92.87%
Kalimantan Utara Kab. Tana Tidung 203 9 21 178 87.68%
Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Utara 5,469 444 365 4,218 77.13%
Sulawesi Utara Manado 591 34 0 408 69.04%
Sulawesi Utara Bitung 354 0 0 316 89.27%
Sulawesi Utara Tomohon 140 85 1 11 7.86%
Sulawesi Utara Kotamobagu 202 86 95 61 30.20%
Sulawesi Utara Minahasa 178 26 0 109 61.24%
Sulawesi Utara Minsel 273 53 17 175 64.10%
Sulawesi Utara Minut 222 0 0 166 74.77%
Sulawesi Utara Mitra 68 18 11 31 45.59%
Sulawesi Utara Bolmong 358 1,535 670 132 36.87%
Sulawesi Utara Bolsel 254 31 19 345 135.83%
Sulawesi Utara Boltim N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Utara Bolmut 109 20 0 103 94.50%
Sulawesi Utara Sangihe 138 205 131 2 1.45%
Sulawesi Utara Sitaro 48 47 30 20 41.67%
Sulawesi Utara Talaud 140 22 20 66 47.14%
Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara 3,075 2,162 994 1,945 63.25%
Sulawesi Tengah Palu 1,449 67 0 1,327 91.58%
Sulawesi Tengah Donggala 354 0 0 0 0.00%
Sulawesi Tengah Sigi 341 16 8 279 81.82%
Sulawesi Tengah Parigi Moutong 564 0 8 467 82.80%
Sulawesi Tengah Poso 312 2 1 295 94.55%
Sulawesi Tengah Tojo Una Una 149 22 1 125 83.89%
Sulawesi Tengah Banggai 893 46 61 768 86.00%
Sulawesi Tengah Bangkep 331 34 9 279 84.29%
Sulawesi Tengah Banggai Laut 315 5 10 296 93.97%
Sulawesi Tengah Morowali 788 23 10 706 89.59%
Sulawesi Tengah Morowali Utara 334 3 15 316 94.61%
Sulawesi Tengah Tolitoli 411 53 54 323 78.59%
Sulawesi Tengah Buol 410 55 26 214 52.20%
Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah 6,651 326 203 5,395 81.12%
Sulawesi Selatan Bantaeng 808 17 61 693 85.77%
Sulawesi Selatan Barru N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Bone N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Bulukumba 1,207 23 55 1,065 88.24%
Sulawesi Selatan Enrekang 2,307 35 30 2,109 91.42%
Sulawesi Selatan Gowa 103 2 2 98 95.15%
Sulawesi Selatan Jeneponto N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Luwu 2,004 49 76 1,657 82.68%
Sulawesi Selatan Luwu Timur 617 33 69 404 65.48%
Sulawesi Selatan Luwu Utara 1,354 50 216 952 70.31%
Sulawesi Selatan Makassar 448 60 21 313 69.87%
Sulawesi Selatan Maros 555 14 47 438 78.92%
Sulawesi Selatan Palopo 60 0 16 34 56.67%
Sulawesi Selatan Pangkep N/A N/A N/A N/A N/A
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Sulawesi Selatan Pare-pare N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Pinrang N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Selayar N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Sidrap N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Sinjai 192 12 0 180 93.75%
Sulawesi Selatan Soppeng N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Takalar N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Tanah Toraja N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Tanah Toraja Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Wajo N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Selatan Provinsi Sulawesi Selatan 9,655 295 593 7,943 82.27%
Sulawesi Tenggara Buton 439 11 176 178 40.55%
Sulawesi Tenggara Muna N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka 160 9 86 63 39.38%
Sulawesi Tenggara Konawe Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Bombana N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Wakatobi N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kolaka Timur N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Muna Barat N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Buton Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kota Kendari N/A N/A N/A N/A N/A
Sulawesi Tenggara Kota Bau-Bau 134 5 52 74 55.22%
Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara 733 25 314 315 42.97%
Gorontalo Kota Gorontalo 383 15 107 330 86.16%
Gorontalo Kab. Gorontalo 527 36 39 392 74.38%
Gorontalo Boalemo 447 1 3 442 98.88%
Gorontalo Pohuwato 262 17 29 212 80.92%
Gorontalo Bone Bolango 359 17 19 304 84.68%
Gorontalo Gorontalo Utara 293 8 80 199 67.92%
Gorontalo Provinsi Gorontalo 2,271 94 277 1,879 82.74%
Sulawesi Barat Mamuju 84 26 10 46 54.76%
Sulawesi Barat Majene 249 0 0 210 84.34%
Sulawesi Barat Polewali Mandar 552 18 51 444 80.43%
Sulawesi Barat Mamasa 155 182 336 185 119.35%
Sulawesi Barat Mateng 31 14 28 6 19.35%
Sulawesi Barat Pasangkayu 217 196 196 221 101.84%
Sulawesi Barat Provinsi Sulawesi Barat 1,288 436 621 1,112 86.34%
Maluku Kepulauan Tanimbar 681 256 675 631 92.66%
Maluku Maluku Tenggara 190 581 1,041 186 97.89%
Maluku Maluku Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Buru 278 37 25 243 87.41%
Maluku Kepulauan Aru 526 0 0 469 89.16%
Maluku Seram Bagian Barat N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Seram Bagian Timur 176 52 34 92 52.27%
Maluku Maluku Barat Daya 236 61 125 6 2.54%
Maluku Buru Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Ambon 554 18 42 438 79.06%
Maluku Tual N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Provinsi Maluku 2,641 1,005 1,942 2,065 78.19%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
Maluku Utara Halmahera Barat 17 0 1 14 82.35%
Maluku Utara Halmahera Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Kepulauan Sula 270 28 18 243 90.00%
Maluku Utara Halmahera Selatan 1,810 14 28 1,157 63.92%
Maluku Utara Halmahera Utara N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Halmahera Timur 283 66 127 130 45.94%
Maluku Utara Pulau Morotai N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Pulau Taliabu 147 0 0 146 99.32%
Maluku Utara Kota Ternate 749 82 171 628 83.85%
Maluku Utara Kota Tidore Kepulauan N/A N/A N/A N/A N/A
Maluku Utara Provinsi Maluku Utara 3,276 190 345 2,318 70.76%
Papua Barat Fakfak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Kaimana 89 0 0 89 100.00%
Papua Barat Teluk Wondama 387 0 0 387 100.00%
Papua Barat Teluk Bintuni 2,222 0 0 2,222 100.00%
Papua Barat Manokwari 114 0 0 114 100.00%
Papua Barat Sorong Selatan 295 0 0 295 100.00%
Papua Barat Sorong 442 0 0 442 100.00%
Papua Barat Raja Ampat N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Tambraw N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Maybrat 115 0 0 115 100.00%
Papua Barat Manokwari Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Pegunungan Arfak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Kota Sorong N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Barat Provinsi Papua Barat 3,664 0 0 3,664 100.00%
Papua Merauke 210 26 43 125 59.52%
Papua Jayawijaya 595 16 57 523 87.90%
Papua Jayapura 558 20 6 441 79.03%
Papua Nabire 913 0 0 910 99.67%
Papua Kepulauan Yapen N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Biak Numfor 271 0 0 271 100.00%
Papua Paniai 446 0 0 441 98.88%
Papua Puncak Jaya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Mimika 454 366 254 258 56.83%
Papua Boven Digoel 745 150 72 364 48.86%
Papua Mappi 1,253 28 30 1,252 99.92%
Papua Asmat 3,028 138 250 2,427 80.15%
Papua Yahukimo N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Pegunungan Bintang N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Tolikara N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Sarmi N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Kerom N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Waropen N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Supiori N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Mamberamo Raya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Nduga N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Lanny Jaya 79 56 42 40 50.63%
Papua Mamberamo Tengah 10 0 0 0 0.00%
Papua Yalimo N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Puncak N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Dogiyai N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Intan Jaya N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Deiyai N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Kota Jayapura N/A N/A N/A N/A N/A
Papua Provinsi Papua 8,562 941 918 7,052 82.36%
Persentase
Pengobatan
Jumlah Pengobatan
Provinsi Kab/Kota
Balita Diare Oralit dan Diare Sesuai
Oralit Saja Zinc Saja
Zinc Standar
TOTAL 619,971 21,801 19,401 561,885 90.63%

Sumber: Laporan Rutin P2 Diare


DATA JUMLAH KABUPATEN/KOTA BERHASIL ELIMINASI PENYAKIT TROPIS TERABAIKAN
TAHUN 2022

ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS


NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN
1 Aceh Kabupaten Aceh Barat  Belum berhasil eliminasi
2 Aceh Kabupaten Aceh Barat Daya Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
3 Aceh Kabupaten Aceh Besar   Berhasil eliminasi
4 Aceh Kabupaten Aceh Jaya  Belum berhasil eliminasi
5 Aceh Kabupaten Aceh Selatan  Belum berhasil eliminasi
6 Aceh Kabupaten Aceh Singkil  Belum berhasil eliminasi
7 Aceh Kabupaten Aceh Tamiang  Belum berhasil eliminasi
8 Aceh Kabupaten Aceh Tengah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
9 Aceh Kabupaten Aceh Tenggara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
10 Aceh Kabupaten Aceh Timur  Belum berhasil eliminasi
11 Aceh Kabupaten Aceh Utara  Belum berhasil eliminasi
12 Aceh Kabupaten Bener Meriah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
13 Aceh Kabupaten Bireuen  Belum berhasil eliminasi
14 Aceh Kabupaten Gayo Lues Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
15 Aceh Kabupaten Nagan Raya   Berhasil eliminasi
16 Aceh Kabupaten Pidie   Berhasil eliminasi
17 Aceh Kabupaten Pidie Jaya Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
18 Aceh Kabupaten Simeulue Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
19 Aceh Kota Banda Aceh Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
20 Aceh Kota Langsa Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
21 Aceh Kota Lhoksumawe Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
22 Aceh Kota Sabang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
23 Aceh Kota Subulussalam  Belum berhasil eliminasi
24 Sumatera Utara Kabupaten Asahan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
25 Sumatera Utara Kabupaten Batu Bara   Berhasil eliminasi
26 Sumatera Utara Kabupaten Dairi Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
27 Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang  Belum berhasil eliminasi
28 Sumatera Utara Kabupaten Humbang Hasundutan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
29 Sumatera Utara Kabupaten Karo Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
30 Sumatera Utara Kabupaten Labuhanbatu   Berhasil eliminasi
31 Sumatera Utara Kabupaten Labuhanbatu Selatan   Berhasil eliminasi
32 Sumatera Utara Kabupaten Labuhanbatu Utara   Berhasil eliminasi
33 Sumatera Utara Kabupaten Langkat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
34 Sumatera Utara Kabupaten Mandailing Natal  Non Endemis  Berhasil eliminasi
35 Sumatera Utara Kabupaten Nias   Berhasil eliminasi
36 Sumatera Utara Kabupaten Nias Barat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
37 Sumatera Utara Kabupaten Nias Selatan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
38 Sumatera Utara Kabupaten Nias Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
39 Sumatera Utara Kabupaten Padang Lawas Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
40 Sumatera Utara Kabupaten Padang Lawas Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
41 Sumatera Utara Kabupaten Pakpak Bharat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
42 Sumatera Utara Kabupaten Samosir Non Endemis Belum berhasil eliminasi
43 Sumatera Utara Kabupaten Serdang Bedagai  Belum berhasil eliminasi
44 Sumatera Utara Kabupaten Simalungun Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
45 Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Selatan   Berhasil eliminasi
46 Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Tengah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
47 Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
48 Sumatera Utara Kabupaten Toba Samosir Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
49 Sumatera Utara Kota Binjai Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
50 Sumatera Utara Kota Gunungsitoli   Berhasil eliminasi
51 Sumatera Utara Kota Medan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
52 Sumatera Utara Kota Padangsidempuan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
53 Sumatera Utara Kota Pematangsiantar  Non Endemis  Berhasil eliminasi
54 Sumatera Utara Kota Sibolga Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
55 Sumatera Utara Kota Tanjungbalai Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
56 Sumatera Utara Kota Tebing Tinggi Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
57 Sumatera Barat Kabupaten Agam   Berhasil eliminasi
58 Sumatera Barat Kabupaten Dharmasraya  Non Endemis  Berhasil eliminasi
59 Sumatera Barat Kabupaten Kepulauan Mentawai  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
60 Sumatera Barat Kabupaten Lima Puluh Kota   Berhasil eliminasi
61 Sumatera Barat Kabupaten Padang Pariaman   Berhasil eliminasi
62 Sumatera Barat Kabupaten Pasaman Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
63 Sumatera Barat Kabupaten Pasaman Barat   Berhasil eliminasi
64 Sumatera Barat Kabupaten Pesisir Selatan   Berhasil eliminasi
65 Sumatera Barat Kabupaten Sijunjung    Berhasil eliminasi
66 Sumatera Barat Kabupaten Solok  Non Endemis Berhasil eliminasi
67 Sumatera Barat Kabupaten Solok Selatan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
68 Sumatera Barat Kabupaten Tanah Datar Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
69 Sumatera Barat Kota Bukittinggi   Berhasil eliminasi
70 Sumatera Barat Kota Padang   Berhasil eliminasi
71 Sumatera Barat Kota Padangpanjang Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
72 Sumatera Barat Kota Pariaman  Non Endemis  Berhasil eliminasi
73 Sumatera Barat Kota Payakumbuh Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
74 Sumatera Barat Kota Sawahlunto    Berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN

75 Sumatera Barat Kota Solok  Non Endemis  Berhasil eliminasi


76 Riau Kabupaten Bengkalis   Berhasil eliminasi
77 Riau Kabupaten Indragiri Hilir    Berhasil eliminasi
78 Riau Kabupaten Indragiri Hulu    Berhasil eliminasi
79 Riau Kabupaten Kampar  Belum berhasil eliminasi
80 Riau Kabupaten Kepulauan Meranti  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
81 Riau Kabupaten Kuantan Singingi  Belum berhasil eliminasi
82 Riau Kabupaten Pelalawan   Berhasil eliminasi
83 Riau Kabupaten Rokan Hilir   Berhasil eliminasi
84 Riau Kabupaten Rokan Hulu Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
85 Riau Kabupaten Siak   Berhasil eliminasi
86 Riau Kota Dumai    Berhasil eliminasi
87 Riau Kota Pekanbaru  Non Endemis  Berhasil eliminasi
88 Kepulauan Riau Kabupaten Bintan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
89 Kepulauan Riau Kabupaten Karimun Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
90 Kepulauan Riau Kabupaten Kepulauan Anambas Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
91 Kepulauan Riau Kabupaten Lingga  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
92 Kepulauan Riau Kabupaten Natuna Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
93 Kepulauan Riau Kota Batam Non Endemis Belum berhasil eliminasi
94 Kepulauan Riau Kota Tanjungpinang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
95 Jambi Kabupaten Batanghari    Berhasil eliminasi
96 Jambi Kabupaten Bungo Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
97 Jambi Kabupaten Kerinci Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
98 Jambi Kabupaten Merangin   Berhasil eliminasi
99 Jambi Kabupaten Muaro Jambi   Berhasil eliminasi
100 Jambi Kabupaten Sarolangun  Non Endemis  Berhasil eliminasi
101 Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Barat   Berhasil eliminasi
102 Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur   Berhasil eliminasi
103 Jambi Kabupaten Tebo: Muara Tebo  Non Endemis  Berhasil eliminasi
104 Jambi Kota Jambi  Non Endemis  Berhasil eliminasi
105 Jambi Kota Sungaipenuh Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
106 Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan    Berhasil eliminasi
107 Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
108 Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara    Berhasil eliminasi
109 Bengkulu Kabupaten Kaur   Berhasil eliminasi
110 Bengkulu Kabupaten Kepahiang  Non Endemis  Berhasil eliminasi
111 Bengkulu Kabupaten Lebong  Non Endemis  Berhasil eliminasi
112 Bengkulu Kabupaten Mukomuko   Berhasil eliminasi
113 Bengkulu Kabupaten Rejang Lebong  Non Endemis  Berhasil eliminasi
114 Bengkulu Kabupaten Seluma    Berhasil eliminasi
115 Bengkulu Kota Bengkulu  Non Endemis  Berhasil eliminasi
116 Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin   Berhasil eliminasi
117 Sumatera Selatan Kabupaten Empat Lawang Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
118 Sumatera Selatan Kabupaten Lahat Belum berhasil eliminasi
119 Sumatera Selatan Kabupaten Muara Enim    Berhasil eliminasi
120 Sumatera Selatan Kabupaten Musi Banyuasin    Berhasil eliminasi
121 Sumatera Selatan Kabupaten Musi Rawas  Belum berhasil eliminasi
122 Sumatera Selatan Kabupaten Musi Rawas Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
123 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Ilir Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
124 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ilir   Berhasil eliminasi
125 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Belum berhasil eliminasi
126 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
127 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur  Belum berhasil eliminasi
128 Sumatera Selatan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir    Berhasil eliminasi
129 Sumatera Selatan Kota Lubuklinggau Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
130 Sumatera Selatan Kota Pagar Alam Non Endemis Belum berhasil eliminasi
131 Sumatera Selatan Kota Palembang  Non Endemis  Berhasil eliminasi
132 Sumatera Selatan Kota Prabumulih  Non Endemis  Berhasil eliminasi
133 Bangka Belitung Kabupaten Bangka  Non Endemis Berhasil eliminasi
134 Bangka Belitung Kabupaten Bangka Barat  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
135 Bangka Belitung Kabupaten Bangka Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
136 Bangka Belitung Kabupaten Bangka Tengah   Non Endemis Berhasil eliminasi
137 Bangka Belitung Kabupaten Belitung  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
138 Bangka Belitung Kabupaten Belitung Timur   Non Endemis Berhasil eliminasi
139 Bangka Belitung Kota Pangkalpinang  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
140 Lampung Kabupaten Lampung Barat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
141 Lampung Kabupaten Lampung Selatan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
142 Lampung Kabupaten Lampung Tengah  Non Endemis  Berhasil eliminasi
143 Lampung Kabupaten Lampung Timur  Belum berhasil eliminasi
144 Lampung Kabupaten Lampung Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
145 Lampung Kabupaten Mesuji  Non Endemis  Berhasil eliminasi
146 Lampung Kabupaten Pesawaran Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
147 Lampung Kabupaten Pesisir Barat  Non Endemis  Berhasil eliminasi
148 Lampung Kabupaten Pringsewu  Non Endemis  Berhasil eliminasi
149 Lampung Kabupaten Tanggamus Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
150 Lampung Kabupaten Tulang Bawang Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
151 Lampung Kabupaten Tulang Bawang Barat  Non Endemis  Berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN

152 Lampung Kabupaten Way Kanan  Non Endemis  Berhasil eliminasi


153 Lampung Kota Bandar Lampung  Non Endemis  Berhasil eliminasi
154 Lampung Kota Metro  Non Endemis  Berhasil eliminasi
155 Banten Kabupaten Lebak    Berhasil eliminasi
156 Banten Kabupaten Pandeglang  Non Endemis  Berhasil eliminasi
157 Banten Kabupaten Serang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
158 Banten Kabupaten Tangerang   Non Endemis Berhasil eliminasi
159 Banten Kota Cilegon  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
160 Banten Kota Serang   Non Endemis Berhasil eliminasi
161 Banten Kota Tangerang   Non Endemis Berhasil eliminasi
162 Banten Kota Tangerang Selatan   Non Endemis Berhasil eliminasi
163 DKI Jakarta Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
164 DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Barat  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
165 DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Pusat: Menteng  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
166 DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Selatan Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
167 DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Timur  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
168 DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Utara  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
169 Jawa Barat Kabupaten Bandung   Berhasil eliminasi
170 Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
171 Jawa Barat Kabupaten Bekasi  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
172 Jawa Barat Kabupaten Bogor  Belum berhasil eliminasi
173 Jawa Barat Kabupaten Ciamis Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
174 Jawa Barat Kabupaten Cianjur Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
175 Jawa Barat Kabupaten Cirebon  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
176 Jawa Barat Kabupaten Garut  Non Endemis  Berhasil eliminasi
177 Jawa Barat Kabupaten Indramayu  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
178 Jawa Barat Kabupaten Karawang  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
179 Jawa Barat Kabupaten Kuningan  Non Endemis Berhasil eliminasi
180 Jawa Barat Kabupaten Majalengka Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
181 Jawa Barat Kabupaten Pangandaran Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
182 Jawa Barat Kabupaten Purwakarta Non Endemis Belum berhasil eliminasi
183 Jawa Barat Kabupaten Subang   Berhasil eliminasi
184 Jawa Barat Kabupaten Sukabumi Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
185 Jawa Barat Kabupaten Sumedang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
186 Jawa Barat Kabupaten Tasikmalaya    Berhasil eliminasi
187 Jawa Barat Kota Bandung Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
188 Jawa Barat Kota Banjar  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
189 Jawa Barat Kota Bekasi  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
190 Jawa Barat Kota Bogor   Berhasil eliminasi
191 Jawa Barat Kota Cimahi Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
192 Jawa Barat Kota Cirebon  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
193 Jawa Barat Kota Depok  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
194 Jawa Barat Kota Sukabumi Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
195 Jawa Barat Kota Tasikmalaya Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
196 Jawa Tengah Kabupaten Banjarnegara  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
197 Jawa Tengah Kabupaten Banyumas Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
198 Jawa Tengah Kabupaten Batang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
199 Jawa Tengah Kabupaten Blora Non Endemis Belum berhasil eliminasi
200 Jawa Tengah Kabupaten Boyolali  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
201 Jawa Tengah Kabupaten Brebes Non Endemis Belum berhasil eliminasi
202 Jawa Tengah Kabupaten Cilacap  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
203 Jawa Tengah Kabupaten Demak Non Endemis Belum berhasil eliminasi
204 Jawa Tengah Kabupaten Grobogan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
205 Jawa Tengah Kabupaten Jepara  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
206 Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
207 Jawa Tengah Kabupaten Kebumen  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
208 Jawa Tengah Kabupaten Kendal  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
209 Jawa Tengah Kabupaten Klaten  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
210 Jawa Tengah Kabupaten Kudus  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
211 Jawa Tengah Kabupaten Magelang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
212 Jawa Tengah Kabupaten Pati  Non Endemis Berhasil eliminasi
213 Jawa Tengah Kabupaten Pekalongan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
214 Jawa Tengah Kabupaten Pemalang: Pemalang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
215 Jawa Tengah Kabupaten Purbalingga  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
216 Jawa Tengah Kabupaten Purworejo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
217 Jawa Tengah Kabupaten Rembang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
218 Jawa Tengah Kabupaten Semarang Non Endemis Belum berhasil eliminasi
219 Jawa Tengah Kabupaten Sragen  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
220 Jawa Tengah Kabupaten Sukoharjo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
221 Jawa Tengah Kabupaten Tegal Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
222 Jawa Tengah Kabupaten Temanggung  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
223 Jawa Tengah Kabupaten Wonogiri Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
224 Jawa Tengah Kabupaten Wonosobo  Non Endemis Berhasil eliminasi
225 Jawa Tengah Kota Magelang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
226 Jawa Tengah Kota Pekalongan  Non Endemis Berhasil eliminasi
227 Jawa Tengah Kota Salatiga  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
228 Jawa Tengah Kota Semarang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
229 Jawa Tengah Kota Surakarta Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN

230 Jawa Tengah Kota Tegal  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
231 Jawa Timur Kabupaten Bangkalan Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
232 Jawa Timur Kabupaten Banyuwangi  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
233 Jawa Timur Kabupaten Blitar  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
234 Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
235 Jawa Timur Kabupaten Bondowoso  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
236 Jawa Timur Kabupaten Gresik  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
237 Jawa Timur Kabupaten Jember  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
238 Jawa Timur Kabupaten Jombang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
239 Jawa Timur Kabupaten Kediri  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
240 Jawa Timur Kabupaten Lamongan  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
241 Jawa Timur Kabupaten Lumajang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
242 Jawa Timur Kabupaten Madiun  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
243 Jawa Timur Kabupaten Magetan  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
244 Jawa Timur Kabupaten Malang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
245 Jawa Timur Kabupaten Mojokerto Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
246 Jawa Timur Kabupaten Nganjuk  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
247 Jawa Timur Kabupaten Ngawi  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
248 Jawa Timur Kabupaten Pacitan  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
249 Jawa Timur Kabupaten Pamekasan Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
250 Jawa Timur Kabupaten Pasuruan  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
251 Jawa Timur Kabupaten Ponorogo  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
252 Jawa Timur Kabupaten Probolinggo  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
253 Jawa Timur Kabupaten Sampang Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
254 Jawa Timur Kabupaten Sidoarjo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
255 Jawa Timur Kabupaten Situbondo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
256 Jawa Timur Kabupaten Sumenep  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
257 Jawa Timur Kabupaten Trenggalek  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
258 Jawa Timur Kabupaten Tuban Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
259 Jawa Timur Kabupaten Tulungagung Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
260 Jawa Timur Kota Batu  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
261 Jawa Timur Kota Blitar  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
262 Jawa Timur Kota Kediri  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
263 Jawa Timur Kota Madiun  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
264 Jawa Timur Kota Malang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
265 Jawa Timur Kota Mojokerto  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
266 Jawa Timur Kota Pasuruan  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
267 Jawa Timur Kota Probolinggo  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
268 Jawa Timur Kota Surabaya  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
269 DI Yogyakarta Kabupaten Bantul Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
270 DI Yogyakarta Kabupaten Gunung kidul Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
271 DI Yogyakarta Kabupaten Kulon Progo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
272 DI Yogyakarta Kabupaten Sleman Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
273 DI Yogyakarta Kota Yogyakarta Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
274 Bali Kabupaten Badung  Non Endemis  Berhasil eliminasi
275 Bali Kabupaten Bangli  Non Endemis  Berhasil eliminasi
276 Bali Kabupaten Buleleng Non Endemis Belum berhasil eliminasi
277 Bali Kabupaten Gianyar  Non Endemis  Berhasil eliminasi
278 Bali Kabupaten Jembrana  Non Endemis  Berhasil eliminasi
279 Bali Kabupaten Karangasem  Non Endemis Berhasil eliminasi
280 Bali Kabupaten Klungkung Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
281 Bali Kabupaten Tabanan  Non Endemis  Berhasil eliminasi
282 Bali Kota Denpasar  Non Endemis  Berhasil eliminasi
283 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Bima  Non Endemis Berhasil eliminasi
284 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Dompu  Non Endemis Berhasil eliminasi
285 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Barat Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
286 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Tengah Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
287 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Timur  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
288 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Utara Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
289 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Non Endemis Belum berhasil eliminasi
290 Nusa Tenggara Barat Kabupaten Sumbawa Barat Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
291 Nusa Tenggara Barat Kota Bima Non Endemis Belum berhasil eliminasi
292 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
293 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Alor  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
294 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
295 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ende  Belum berhasil eliminasi
296 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Flores Timur Belum berhasil eliminasi
297 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Kupang Non Endemis Belum berhasil eliminasi
298 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Lembata  Belum berhasil eliminasi
299 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Malaka Non Endemis Belum berhasil eliminasi
300 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Belum berhasil eliminasi
301 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Barat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
302 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Manggarai Timur  Belum berhasil eliminasi
303 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Nagekeo Belum berhasil eliminasi
304 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ngada  Belum berhasil eliminasi
305 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
306 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sabu Raijua Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
307 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sikka   Berhasil eliminasi
308 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN
309 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
310 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Tengah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
311 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Timur Non Endemis Belum berhasil eliminasi
312 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
313 Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
314 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
315 Kalimantan Barat Kabupaten Bengkayang Belum berhasil eliminasi
316 Kalimantan Barat Kabupaten Kapuas hulu  Belum berhasil eliminasi
317 Kalimantan Barat Kabupaten Kayong Utara  Non Endemis  Berhasil eliminasi
318 Kalimantan Barat Kabupaten Ketapang Belum berhasil eliminasi
319 Kalimantan Barat Kabupaten Kubu Raya  Belum berhasil eliminasi
320 Kalimantan Barat Kabupaten Landak Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
321 Kalimantan Barat Kabupaten Melawi  Belum berhasil eliminasi
322 Kalimantan Barat Kabupaten Mempawah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
323 Kalimantan Barat Kabupaten Sambas Belum berhasil eliminasi
324 Kalimantan Barat Kabupaten Sanggau  Belum berhasil eliminasi
325 Kalimantan Barat Kabupaten Sekadau  Berhasil eliminasi
326 Kalimantan Barat Kabupaten Sintang Belum berhasil eliminasi
327 Kalimantan Barat Kota Pontianak Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
328 Kalimantan Barat Kota Singkawang Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
329 Kalimantan Selatan Kabupaten Balangan   Berhasil eliminasi
330 Kalimantan Selatan Kabupaten Banjarnegara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
331 Kalimantan Selatan Kabupaten Barito Kuala    Berhasil eliminasi
332 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan  Belum berhasil eliminasi
333 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
334 Kalimantan Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara   Berhasil eliminasi
335 Kalimantan Selatan Kabupaten Kotabaru   Berhasil eliminasi
336 Kalimantan Selatan Kabupaten Tabalong   Berhasil eliminasi
337 Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu   Berhasil eliminasi
338 Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Laut Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
339 Kalimantan Selatan Kabupaten Tapin  Belum berhasil eliminasi
340 Kalimantan Selatan Kota Banjarbaru  Non Endemis  Berhasil eliminasi
341 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin  Non Endemis  Berhasil eliminasi
342 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Selatan    Berhasil eliminasi
343 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Timur  Belum berhasil eliminasi
344 Kalimantan Tengah Kabupaten Barito Utara  Non Endemis  Berhasil eliminasi
345 Kalimantan Tengah Kabupaten Gunung Mas   Berhasil eliminasi
346 Kalimantan Tengah Kabupaten Kapuas   Berhasil eliminasi
347 Kalimantan Tengah Kabupaten Katingan  Belum berhasil eliminasi
348 Kalimantan Tengah Kabupaten Kotawaringin Barat    Berhasil eliminasi
349 Kalimantan Tengah Kabupaten Kotawaringin Timur  Belum berhasil eliminasi
350 Kalimantan Tengah Kabupaten Lamandau   Berhasil eliminasi
351 Kalimantan Tengah Kabupaten Murung Raya  Non Endemis  Berhasil eliminasi
352 Kalimantan Tengah Kabupaten Pulang Pisau  Belum berhasil eliminasi
353 Kalimantan Tengah Kabupaten Sukamara    Berhasil eliminasi
354 Kalimantan Tengah Kabupaten Seruyan  Belum berhasil eliminasi
355 Kalimantan Tengah Kota Palangka Raya Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
356 Kalimantan Timur Kabupaten Berau  Belum berhasil eliminasi
357 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Barat  Belum berhasil eliminasi
358 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Kartanegara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
359 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Timur  Belum berhasil eliminasi
360 Kalimantan Timur Kabupaten Mahakam Ulu   Berhasil eliminasi
361 Kalimantan Timur Kabupaten Paser    Berhasil eliminasi
362 Kalimantan Timur Kabupaten Penajam Paser Utara    Berhasil eliminasi
363 Kalimantan Timur Kota Balikpapan  Non Endemis  Berhasil eliminasi
364 Kalimantan Timur Kota Bontang  Non Endemis  Berhasil eliminasi
365 Kalimantan Timur Kota Samarinda Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
366 Kalimantan Utara Kabupaten Bulungan  Belum berhasil eliminasi
367 Kalimantan Utara Kabupaten Malinau  Belum berhasil eliminasi
368 Kalimantan Utara Kabupaten Nunukan   Berhasil eliminasi
369 Kalimantan Utara Kabupaten Tana Tidung  Non Endemis Berhasil eliminasi
370 Kalimantan Utara Kota Tarakan  Non Endemis  Berhasil eliminasi
371 Gorontalo Kabupaten Boalemo   Berhasil eliminasi
372 Gorontalo Kabupaten Bone Bolango   Berhasil eliminasi
373 Gorontalo Kabupaten Gorontalo  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
374 Gorontalo Kabupaten Gorontalo Utara   Non Endemis Berhasil eliminasi
375 Gorontalo Kabupaten Pohuwato  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
376 Gorontalo Kota Gorontalo   Berhasil eliminasi
377 Sulawesi Barat Kabupaten Majene Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
378 Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa  Belum berhasil eliminasi
379 Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju  Belum berhasil eliminasi
380 Sulawesi Barat Kabupaten Mamuju Tengah Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
381 Sulawesi Barat Kabupaten Pasangkayu   Berhasil eliminasi
382 Sulawesi Barat Kabupaten Polewali Mandar   Berhasil eliminasi
383 Sulawesi Selatan Kabupaten Bantaeng Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
384 Sulawesi Selatan Kabupaten Barru Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
385 Sulawesi Selatan Kabupaten Bone Non Endemis Belum berhasil eliminasi
386 Sulawesi Selatan Kabupaten Bulukumba Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN

387 Sulawesi Selatan Kabupaten Enrekang   Berhasil eliminasi


388 Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa Non Endemis Belum berhasil eliminasi
389 Sulawesi Selatan Kabupaten Jeneponto Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
390 Sulawesi Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
391 Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Non Endemis Belum berhasil eliminasi
392 Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Timur  Belum berhasil eliminasi
393 Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
394 Sulawesi Selatan Kabupaten Maros  Non Endemis  Berhasil eliminasi
395 Sulawesi Selatan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan   Berhasil eliminasi
396 Sulawesi Selatan Kabupaten Pinrang  Non Endemis  Berhasil eliminasi
397 Sulawesi Selatan Kabupaten Sidenreng Rappang  Belum berhasil eliminasi
398 Sulawesi Selatan Kabupaten Sinjau Non Endemis Belum berhasil eliminasi
399 Sulawesi Selatan Kabupaten Soppeng:  Non Endemis Berhasil eliminasi
400 Sulawesi Selatan Kabupaten Takalar Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
401 Sulawesi Selatan Kabupaten Tana Toraja Non Endemis Belum berhasil eliminasi
402 Sulawesi Selatan Kabupaten Toraja Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
403 Sulawesi Selatan Kabupaten Wajo Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
404 Sulawesi Selatan Kota Makassar Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
405 Sulawesi Selatan Kota Palopo Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
406 Sulawesi Selatan Kota Parepare Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
407 Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana   Berhasil eliminasi
408 Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton   Berhasil eliminasi
409 Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton Selatan  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
410 Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton Tengah   Non Endemis Berhasil eliminasi
411 Sulawesi Tenggara Kabupaten Buton Utara Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
412 Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka   Berhasil eliminasi
413 Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka Timur  Belum berhasil eliminasi
414 Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka Utara   Berhasil eliminasi
415 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe  Belum berhasil eliminasi
416 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe Kepulauan  Non Endemis  Berhasil eliminasi
417 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
418 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
419 Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna Non Endemis Belum berhasil eliminasi
420 Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna Barat  Non Endemis Non Endemis Berhasil eliminasi
421 Sulawesi Tenggara Kabupaten Wakatobi Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
422 Sulawesi Tenggara Kota Bau-bau   Berhasil eliminasi
423 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
424 Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai  Belum berhasil eliminasi
425 Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai Kepulauan  Belum berhasil eliminasi
426 Sulawesi Tengah Kabupaten Banggai Laut Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
427 Sulawesi Tengah Kabupaten Buol  Belum berhasil eliminasi
428 Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala   Berhasil eliminasi
429 Sulawesi Tengah Kabupaten Morowali  Belum berhasil eliminasi
430 Sulawesi Tengah Kabupaten Morowali Utara Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
431 Sulawesi Tengah Kabupaten Parigi Moutong   Berhasil eliminasi
432 Sulawesi Tengah Kabupaten Poso  Belum berhasil eliminasi
433 Sulawesi Tengah Kabupaten Sigi   Berhasil eliminasi
434 Sulawesi Tengah Kabupaten Tojo Una-una  Belum berhasil eliminasi
435 Sulawesi Tengah Kabupaten Tolitoli Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
436 Sulawesi Tengah Kota Palu Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
437 Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Non Endemis Belum berhasil eliminasi
438 Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan  Non Endemis  Berhasil eliminasi
439 Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
440 Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
441 Sulawesi Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe Non Endemis Belum berhasil eliminasi
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Sulawesi Utara Non Endemis
442 Biaro Belum berhasil eliminasi
443 Sulawesi Utara Kabupaten Kepulauan Talaud Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
444 Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa  Non Endemis Berhasil eliminasi
445 Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
446 Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Tenggara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
447 Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa Utara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
448 Sulawesi Utara Kota Bitung Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
449 Sulawesi Utara Kota Kotamobagu Non Endemis Belum berhasil eliminasi
450 Sulawesi Utara Kota Manado Non Endemis Belum berhasil eliminasi
451 Sulawesi Utara Kota Tomohon Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
452 Maluku Kabupaten Buru Non Endemis Belum berhasil eliminasi
453 Maluku Kabupaten Buru Selatan: Namrole Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
454 Maluku Kabupaten Kepulauan Aru Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
455 Maluku Kabupaten Maluku Barat Daya  Belum berhasil eliminasi
456 Maluku Kabupaten Maluku Tengah Belum berhasil eliminasi
457 Maluku Kabupaten Maluku Tenggara Non Endemis Belum berhasil eliminasi
458 Maluku Kabupaten Maluku Tanggara Barat Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
459 Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat  Belum berhasil eliminasi
460 Maluku Kabupaten Seram Bagian Timur Non Endemis Belum berhasil eliminasi
461 Maluku Kota Ambon Belum berhasil eliminasi
462 Maluku Kota Tual Non Endemis Belum berhasil eliminasi
463 Maluku Utara Kabupaten Halmahera Barat  Belum berhasil eliminasi
ERADIKASI ELIMINASI ELIMINASI ELIMINASI PENYAKIT TROPIS
NO PROVINSI KAB/KOTA
FRAMBUSIA FILARIASIS RABIES TERABAIKAN

464 Maluku Utara Kabupaten Halmahera Tengah  Belum berhasil eliminasi


465 Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
466 Maluku Utara Kabupaten Halmahera Selatan Non Endemis  Belum berhasil eliminasi
467 Maluku Utara Kabupaten Halmahera Utara  Belum berhasil eliminasi
468 Maluku Utara Kabupaten Kepulauan Sula Non Endemis Belum berhasil eliminasi
469 Maluku Utara Kabupaten Pulau Morotai   Berhasil eliminasi
470 Maluku Utara Kabupaten Pulau Taliabu Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
471 Maluku Utara Kota Ternate  Non Endemis  Berhasil eliminasi
472 Maluku Utara Kota Tidore Kepulauan   Non Endemis Berhasil eliminasi
473 Papua Kabupaten Asmat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
474 Papua Kabupaten Biak Numfor Non Endemis Belum berhasil eliminasi
475 Papua Kabupaten Boven Dogoel Non Endemis Belum berhasil eliminasi
476 Papua Kabupaten Deiyai Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
477 Papua Kabupaten Dogiyai Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
478 Papua Kabupaten Intan Jaya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
479 Papua Kabupaten Jayapura  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
480 Papua Kabupaten Jayawijaya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
481 Papua Kabupaten Keerom  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
482 Papua Kabupaten Kepulauan Yapen Non Endemis Belum berhasil eliminasi
483 Papua Kabupaten Lanny Jaya Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
484 Papua Kabupaten Mamberamo Raya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
485 Papua Kabupaten Mamberamo Tengah Non Endemis Belum berhasil eliminasi
486 Papua Kabupaten Mappi  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
487 Papua Kabupaten Merauke  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
488 Papua Kabupaten Mimika Non Endemis Belum berhasil eliminasi
489 Papua Kabupaten Nabire Non Endemis Belum berhasil eliminasi
490 Papua Kabupaten Nduga Non Endemis Belum berhasil eliminasi
491 Papua Kabupaten Paniai Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
492 Papua Kabupaten Pegunungan Bintang Non Endemis Belum berhasil eliminasi
493 Papua Kabupaten Puncak Non Endemis Belum berhasil eliminasi
494 Papua Kabupaten Puncak Jaya Non Endemis Belum berhasil eliminasi
495 Papua Kabupaten Sarmi Non Endemis Belum berhasil eliminasi
496 Papua Kabupaten Supiori  Non Endemis Belum berhasil eliminasi
497 Papua Kabupaten Tolikara Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
498 Papua Kabupaten Waropen Non Endemis Belum berhasil eliminasi
499 Papua Kabupaten Yahukimo Non Endemis Belum berhasil eliminasi
500 Papua Kabupaten Yalimo Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
501 Papua Kota Jayapura Non Endemis Belum berhasil eliminasi
502 Papua Barat Kabupaten Fakfak Non Endemis Belum berhasil eliminasi
503 Papua Barat Kabupaten Kaimana Non Endemis Belum berhasil eliminasi
504 Papua Barat Kabupaten Manokwari Non Endemis Belum berhasil eliminasi
505 Papua Barat Kabupaten Manokwari Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
506 Papua Barat Kabupaten Maybrat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
507 Papua Barat Kabupaten Pegunungan Arfak Non Endemis Non Endemis Belum berhasil eliminasi
508 Papua Barat Kabupaten Raja Ampat Non Endemis Belum berhasil eliminasi
509 Papua Barat Kabupaten Sorong Non Endemis Belum berhasil eliminasi
510 Papua Barat Kabupaten Sorong Selatan Non Endemis Belum berhasil eliminasi
511 Papua Barat Kabupaten Tambrauw Non Endemis Belum berhasil eliminasi
512 Papua Barat Kabupaten Teluk Bintuni Non Endemis Belum berhasil eliminasi
513 Papua Barat Kabupaten Teluk Wondama Non Endemis Belum berhasil eliminasi
514 Papua Barat Kota Sorong Non Endemis Belum berhasil eliminasi
TOTAL 158 103 263 203

Jakarta, Januari 2023


Ketua Tim Kerja NTDs

dr. Regina Tiolina Sidjabat, M.Epid


NIP 196604142001122002
JUMLAH KABUPATEN/KOTA
MELAKUKAN DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR
Hipertensi Obesitas Diabetes Melitus Kanker Leher Rahim Kanker Payudara Indera
Jumlah
% Jumlah Jumlah
Kab/Kota Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Kab/Kota % Cakupan Kab/Kota % Cakupan Kab/Kota
yang % Cakupan Kab/Kota % Cakupan Kab/Kota % Capaian Kab/Kota % Cakupan Kab/Kota
No Provinsi Kab/Ko yang deteksi dini Melakukan deteksi dini Melakukan
Melakukan deteksi dini Melakukan deteksi dini Melakukan deteksi dini Melakukan deteksi dini Melakukan
ta Melakuka kanker deteksi dini kanker deteksi dini
Deteksi Dini hipertensi deteksi dini obesitas deteksi dini DM deteksi dini indera deteksi dini
n FR PTM leher rahim kanker payudara kanker
FR PTM Hipertensi Obesitas DM Indera
leher rahim payudara

1 2 3 4 5 6 7 9 10 12 13 15 16 18 19 21 22
1 Aceh 23 23 100% 11.06% 23 12.45% 23 13.5% 23 3.03% 18 4.88% 20 7.87% 23
2 Sumatera Utara 33 33 100% 12.14% 33 12.85% 33 10.8% 33 8.41% 33 8.74% 33 7.13% 33
3 Sumatera Barat 19 19 100% 7.50% 19 10.18% 19 9.2% 19 7.50% 19 8.21% 17 7.04% 19
4 Riau 12 12 100% 5.27% 12 5.25% 12 6.3% 12 2.81% 17 2.77% 19 3.80% 12
5 Jambi 11 11 100% 6.60% 11 7.68% 11 3.3% 11 5.76% 12 5.76% 12 4.56% 11
6 Sumatera Selatan 17 17 100% 6.13% 17 6.36% 17 5.0% 17 33.49% 7 32.46% 7 3.93% 17
7 Bengkulu 10 10 100% 8.51% 10 9.12% 10 8.7% 10 11.23% 11 10.60% 11 7.19% 10
8 Lampung 15 15 100% 19.78% 15 20.32% 15 22.3% 15 12.27% 10 19.34% 10 21.18% 15
9 Kepulauan Bangka Belitung7 7 100% 15.97% 7 17.08% 7 27.8% 7 25.76% 7 28.20% 7 10.99% 7
10 Kepulauan Riau 7 7 100% 8.23% 7 10.64% 7 8.8% 7 4.44% 15 4.44% 15 7.18% 7
11 DKI Jakarta 6 6 100% 12.40% 6 19.95% 6 13.8% 6 14.24% 8 18.53% 8 11.03% 6
12 Jawa Barat 27 27 100% 9.60% 27 10.23% 27 11.2% 27 3.65% 6 4.53% 6 8.89% 27
13 Jawa Tengah 35 35 100% 6.62% 35 7.01% 35 9.1% 35 16.72% 27 16.72% 27 5.63% 35
14 DI Yogyakarta 5 5 100% 2.79% 5 3.60% 5 4.0% 5 2.08% 35 2.09% 35 2.21% 5
15 Jawa Timur 38 38 100% 17.17% 38 21.38% 38 12.9% 38 4.71% 38 9.83% 38 15.26% 38
16 Banten 8 8 100% 27.07% 8 27.44% 8 28.3% 8 19.53% 5 16.09% 5 15.64% 8
17 Bali 9 9 100% 3.03% 9 3.58% 9 4.1% 9 12.26% 9 11.74% 9 2.42% 9
18 Nusa Tenggara Barat 10 10 100% 47.02% 10 49.70% 10 59.6% 10 34.08% 10 35.28% 10 35.36% 10
19 Nusa Tenggara Timur 22 22 100% 14.92% 22 20.37% 22 10.0% 22 8.34% 22 10.81% 22 11.96% 22
20 Kalimantan Barat 14 14 100% 12.98% 14 10.15% 14 7.5% 14 2.69% 14 2.74% 14 8.95% 14
21 Kalimantan Tengah 14 14 100% 10.88% 14 10.83% 14 6.0% 14 3.56% 5 4.11% 5 8.09% 14
22 Kalimantan Selatan 13 13 100% 14.65% 13 16.22% 13 15.8% 13 3.88% 14 3.87% 14 13.29% 13
23 Kalimantan Timur 10 10 100% 15.61% 10 19.47% 10 26.7% 10 5.14% 10 5.14% 10 12.26% 10
24 Kalimantan Utara 5 5 100% 5.23% 5 6.52% 5 10.4% 5 5.35% 13 7.39% 13 5.09% 5
25 Sulawesi Utara 15 15 100% 13.91% 15 12.61% 15 14.0% 15 0.68% 6 0.19% 6 11.66% 15
26 Sulawesi Tengah 13 13 100% 12.66% 13 17.02% 13 18.5% 13 9.48% 14 13.63% 12 10.34% 13
27 Sulawesi Selatan 24 24 100% 17.24% 24 20.48% 24 16.1% 24 5.36% 6 6.17% 6 15.63% 24
28 Sulawesi Tenggara 17 17 100% 12.69% 17 16.63% 17 12.3% 17 1.56% 17 3.34% 17 9.89% 17
29 Gorontalo 6 6 100% 45.89% 6 44.68% 6 58.5% 6 1.28% 13 1.25% 13 25.61% 6
30 Sulawesi Barat 6 6 100% 9.28% 6 9.63% 6 14.5% 6 2.79% 24 3.80% 24 6.85% 6
31 Maluku 11 11 100% 5.09% 11 4.92% 11 3.6% 11 1.25% 9 1.51% 9 3.33% 11
32 Maluku Utara 10 10 100% 9.15% 10 10.19% 10 8.8% 10 2.52% 9 4.14% 9 7.41% 10
33 Papua 29 29 100% 6.40% 29 8.33% 29 7.7% 29 0.13% 4 0.17% 3 1.31% 24
34 Papua Barat 13 13 100% 1.59% 13 1.73% 13 2.6% 13 0.36% 5 0.34% 5 5.16% 12
Nasional 514 514 100% 12.70% 514 14.41% 514 13.2% 514 9.19% 472 10.58% 471 10.37% 403

Penyusun laporan,

Imanda Zein Fatihah


NIP. 199807182022032004
Rekap Realisasi Indikator Kinerja Program Tahun 2022
Direktorat Penyehatan Lingkungan

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS


KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

1 ACEH KAB. SIMEULEU 34.06% 0.00% 4.89% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
2 ACEH KAB. ACEH SINGKIL 14.66% 0.00% 2.77% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
3 ACEH KAB. ACEH SELATAN 5.77% 64.52% 79.93% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
4 ACEH KAB. ACEH TENGGARA 13.77% 9.09% 8.89% 100.00% 52.24% TIDAK MEMENUHI
5 ACEH KAB. ACEH TIMUR 53.89% 33.33% 35.00% 0.00% 50.85% TIDAK MEMENUHI
6 ACEH KAB. ACEH TENGAH 23.39% 71.08% 34.50% 50.00% 100.00% MEMENUHI
7 ACEH KAB. ACEH BARAT 37.89% 83.33% 7.96% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
8 ACEH KAB. ACEH BESAR 37.09% 0.00% 3.40% 0.00% 77.27% TIDAK MEMENUHI
9 ACEH KAB. P I D I E 10.67% 76.47% 11.26% 0.00% 53.62% TIDAK MEMENUHI
10 ACEH KAB. BIREUN 24.14% 0.00% 55.01% 25.00% 56.34% TIDAK MEMENUHI
11 ACEH KAB. ACEH UTARA 17.37% 86.40% 42.18% 0.00% 81.67% TIDAK MEMENUHI
12 ACEH KAB. ACEH BARAT DAYA 7.24% 0.00% 22.50% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
13 ACEH KAB. ACEH GAYO LUES 2.76% 43.08% 20.34% 0.00% 53.33% TIDAK MEMENUHI
14 ACEH KAB. ACEH TAMIANG 66.20% 0.00% 33.52% 100.00% 100.00% MEMENUHI
15 ACEH KAB. NAGAN RAYA 13.51% 0.00% 10.00% 0.00% 51.85% TIDAK MEMENUHI
16 ACEH KAB. ACEH JAYA 42.44% 100.00% 29.21% 0.00% 81.54% TIDAK MEMENUHI
17 ACEH KAB. BENER MERIAH 31.76% 51.52% 48.81% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
18 ACEH KAB. PIDIE JAYA 33.78% 100.00% 16.41% 0.00% 51.22% TIDAK MEMENUHI
19 ACEH KOTA BANDA ACEH 100.00% 0.00% 20.88% 26.67% 100.00% TIDAK MEMENUHI
20 ACEH KOTA SABANG 83.33% 100.00% 22.22% 0.00% 100.00% MEMENUHI
21 ACEH KOTA LANGSA 6.06% 100.00% 53.10% 25.00% 100.00% MEMENUHI
22 ACEH KOTA LHOKSEUMAWE 32.35% 100.00% 5.57% 60.00% 100.00% MEMENUHI
23 ACEH KOTA SUMBULUSSAUM 8.54% 0.00% 21.08% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SUMATERA
24 KAB. N I A S 0.00% 62.07% 48.86% 50.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
25 KAB. MANDAILING NATAL 3.44% 41.67% 38.46% 75.00% 68.25% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
26 KAB. TAPANULI SELATAN 13.71% 0.00% 5.45% 100.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
27 KAB. TAPANULI TENGAH 0.93% 0.00% 33.81% 100.00% 69.64% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
28 KAB. TAPANULI UTARA 3.97% 0.00% 2.56% 100.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
29 KAB. TOBA SAMOSIR 11.07% 100.00% 4.55% 100.00% 68.42% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
30 KAB. LABUHANBATU 47.96% 100.00% 57.68% 88.89% 68.63% MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
31 KAB. ASAHAN 7.35% 100.00% 44.03% 0.00% 69.64% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
32 KAB. SIMALUNGUN 1.94% 50.00% 43.68% 100.00% 68.83% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
33 KAB. D A I R I 23.08% 55.56% 20.55% 100.00% 68.12% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
34 KAB. KARO 19.33% 0.00% 33.33% 83.33% 68.85% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
35 KAB. DELI SERDANG 100.00% 33.33% 36.44% 91.30% 68.42% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
36 KAB. LANGKAT 10.11% 0.00% 5.70% 88.89% 70.97% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
37 KAB. NIAS SELATAN 2.60% 33.33% 75.68% 100.00% 68.97% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
38 KAB. HUMBANG HASUNDUTAN 31.17% 0.00% 27.40% 0.00% 70.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
39 KAB. PAKPAK BARAT 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% 68.75% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
40 KAB. SAMOSIR 43.28% 0.00% 22.22% 100.00% 56.60% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
41 KAB. SERDANG BEDAGAI 9.88% 68.00% 14.86% 100.00% 56.60% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
42 KAB. BATUBARA 38.41% 49.34% 16.84% 100.00% 52.63% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
43 KAB. PADANG LAWAS UTARA 47.94% 25.00% 12.92% 100.00% 59.80% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
44 KAB. PADANG LAWAS 19.74% 100.00% 10.24% 100.00% 53.33% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA KAB. LABUHAN BATU
45 12.96% 53.77% 31.64% 100.00% 55.26% TIDAK MEMENUHI
UTARA SELATAN
SUMATERA
46 KAB. LABUHAN BATU UTARA 32.22% 75.00% 66.67% 100.00% 55.26% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
47 KAB. NIAS UTARA 5.31% 0.00% 33.33% 100.00% 75.56% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
48 KAB. NIAS BARAT 0.95% 0.00% 33.33% 100.00% 75.61% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
49 KOTA SIBOLGA 0.00% 0.00% 50.54% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
50 KOTA TANJUNG BALAI 6.45% 100.00% 28.88% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
51 KOTA PEMATANG SIANTAR 20.75% 0.00% 9.71% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
52 KOTA TEBINGTINGGI 8.57% 0.00% 53.68% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
53 KOTA MEDAN 3.97% 86.67% 43.35% 96.25% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
54 KOTA B I N J A I 0.00% 0.00% 28.57% 100.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
55 KOTA PADANG SIDEMPUAN 0.00% 0.00% 58.33% 100.00% 100.00% MEMENUHI
UTARA
SUMATERA
56 KOTA GUNUNG SITOLI 5.94% 63.89% 44.98% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
57 KAB. KEPULAUAN MENTAWAI 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 75.53% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
58 KAB. PESISIR SELATAN 100.00% 97.30% 88.52% 25.00% 68.39% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
59 KAB. S O L O K 44.59% 100.00% 64.84% 50.00% 50.63% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
60 KAB. SINJUNJUNG 98.39% 100.00% 43.50% 0.00% 68.18% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
61 KAB. TANAH DATAR 2.67% 97.70% 73.59% 50.00% 56.44% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
62 KAB. PADANG PARIAMAN 31.67% 90.00% 49.88% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
63 KAB. AGAM 32.93% 12.50% 85.09% 50.00% 50.56% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
64 KAB. LIMAPULUH KOTA 2.53% 100.00% 54.67% 0.00% 50.60% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
65 KAB. PASAMAN 16.22% 73.91% 48.34% 0.00% 50.60% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
66 KAB. SOLOK SELATAN 0.00% 34.38% 43.94% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
67 KAB. DHARMAS RAYA 100.00% 0.00% 62.24% 0.00% 68.18% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
68 KAB. PASAMAN BARAT 0.00% 61.97% 44.92% 0.00% 56.98% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
69 KOTA PADANG 100.00% 77.57% 52.08% 22.22% 75.86% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
70 KOTA SOLOK 100.00% 4.76% 62.61% 20.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
71 KOTA SAWAH LUNTO 67.57% 0.00% 69.23% 100.00% 69.23% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
72 KOTA PADANG PANJANG 100.00% 4.76% 28.37% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
73 KOTA BUKIT TINGGI 100.00% 32.43% 63.03% 14.29% 100.00% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
74 KOTA PAYAKUMBUH 97.92% 68.00% 72.99% 0.00% 69.23% MEMENUHI
BARAT
SUMATERA
75 KOTA PARIAMAN 100.00% 75.00% 52.90% 0.00% 78.95% MEMENUHI
BARAT
76 RIAU KAB. KUANTAN SINGINGI 44.98% 48.68% 33.27% 0.00% 68.09% TIDAK MEMENUHI
77 RIAU KAB. INDRAGIRI HULU 45.36% 41.11% 42.81% 66.67% 68.38% TIDAK MEMENUHI
78 RIAU KAB. INDRAGIRI HILIR 60.59% 47.75% 60.41% 25.00% 79.85% MEMENUHI
79 RIAU KAB. PELALAWAN 80.51% 90.23% 87.02% 0.00% 80.36% MEMENUHI
80 RIAU KAB. SIAK 81.68% 95.65% 56.41% 75.00% 63.29% MEMENUHI
81 RIAU KAB. KAMPAR 86.00% 69.08% 22.08% 28.57% 70.45% MEMENUHI
82 RIAU KAB. ROKAN HULU 60.81% 87.04% 60.23% 0.00% 60.71% MEMENUHI
83 RIAU KAB. BENGKALIS 81.29% 62.96% 46.97% 42.86% 71.54% MEMENUHI
84 RIAU KAB. ROKAN HILIR 22.84% 55.61% 20.80% 28.57% 60.61% TIDAK MEMENUHI
85 RIAU KAB. KEPULAUAN MERANTI 49.50% 100.00% 42.86% 0.00% 71.95% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

86 RIAU KOTA PEKAN BARU 100.00% 40.48% 32.77% 51.52% 100.00% MEMENUHI
87 RIAU KOTA DUMAI 90.91% 40.00% 59.30% 33.33% 82.35% MEMENUHI
88 JAMBI KAB. KERINCI 54.70% 96.97% 30.72% 100.00% 51.72% TIDAK MEMENUHI
89 JAMBI KAB. MERANGIN 43.72% 68.33% 61.90% 0.00% 75.86% MEMENUHI
90 JAMBI KAB. SAROLANGUN 100.00% 96.23% 46.10% 0.00% 68.93% MEMENUHI
91 JAMBI KAB. BATANGHARI 75.81% 94.87% 52.55% 33.33% 69.35% MEMENUHI
92 JAMBI KAB. MUARO JAMBI 81.29% 100.00% 58.58% 33.33% 68.75% MEMENUHI
KAB. TANJUNG JABUNG
93 JAMBI 36.56% 91.67% 55.40% 0.00% 76.81% MEMENUHI
TIMUR
KAB. TANJUNG JABUNG
94 JAMBI 17.91% 79.26% 54.43% 50.00% 52.11% MEMENUHI
BARAT
95 JAMBI KAB. T E B O 100.00% 76.67% 55.15% 50.00% 68.60% MEMENUHI
96 JAMBI KAB. BUNGO 41.83% 86.73% 64.19% 12.50% 51.43% TIDAK MEMENUHI
97 JAMBI KOTA JAMBI 100.00% 85.71% 48.03% 11.76% 100.00% MEMENUHI
98 JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 92.75% 97.44% 68.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SUMATERA
99 KAB. OGAN KOMERING ULU 41.40% 15.32% 50.81% 85.71% 51.58% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
100 KAB. OGAN KOMERING ILIR 35.17% 100.00% 84.29% 0.00% 50.78% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
101 KAB. MUARA ENIM 57.65% 99.04% 77.43% 57.14% 50.94% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
102 KAB. L A H A T 60.37% 0.00% 24.40% 0.00% 68.45% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
103 KAB. MUSI RAWAS 91.46% 10.00% 50.39% 50.00% 68.26% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
104 KAB. MUSI BANYU ASIN 88.33% 81.92% 71.99% 66.67% 68.48% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
105 KAB. BANYUASIN 67.11% 50.00% 39.01% 0.00% 68.49% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
106 KAB. OKU SELATAN 81.85% 0.00% 32.58% 0.00% 68.47% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
107 KAB. OKU TIMUR 84.94% 0.00% 90.70% 0.00% 68.36% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
108 KAB. OGAN ILIR 45.64% 65.48% 16.79% 33.33% 50.92% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
109 KAB. EMPAT LAWANG 11.54% 100.00% 19.05% 0.00% 51.22% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA KAB. PENUKAL ABAB
110 100.00% 42.86% 25.93% 100.00% 68.33% MEMENUHI
SELATAN LEMATANG ILIR
SUMATERA
111 KAB. MUSI RAWAS UTARA 5.62% 100.00% 77.61% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
112 KOTA PALEMBANG 95.33% 77.02% 33.48% 44.44% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
113 KOTA PRABUMULIH 100.00% 100.00% 89.89% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SUMATERA
114 KOTA PAGAR ALAM 100.00% 0.00% 21.84% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SUMATERA
115 KOTA LUBUK LINGGAU 100.00% 25.00% 96.18% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
116 BENGKULU KAB. BENGKULU SELATAN 53.46% 97.62% 41.83% 100.00% 96.15% MEMENUHI
117 BENGKULU KAB. REJANG LEBONG 48.08% 96.39% 43.76% 0.00% 82.89% TIDAK MEMENUHI
118 BENGKULU KAB. BENGKULU UTARA 31.44% 100.00% 31.46% 50.00% 7.84% TIDAK MEMENUHI
119 BENGKULU KAB. K A U R 48.72% 100.00% 28.57% 100.00% 98.04% MEMENUHI
120 BENGKULU KAB. SELUMA 35.15% 100.00% 40.89% 100.00% 96.43% MEMENUHI
121 BENGKULU KAB. MUKO-MUKO 47.37% 92.86% 66.46% 50.00% 32.56% MEMENUHI
122 BENGKULU KAB. LEBONG 37.50% 100.00% 72.04% 0.00% 81.63% MEMENUHI
123 BENGKULU KAB. KEPAHIANG 54.17% 99.02% 51.45% 0.00% 68.29% MEMENUHI
124 BENGKULU KAB. BENGKULU TENGAH 67.13% 83.05% 30.66% 100.00% 82.35% MEMENUHI
125 BENGKULU KOTA BENGKULU 100.00% 100.00% 67.78% 45.45% 100.00% MEMENUHI
126 LAMPUNG KAB. LAMPUNG BARAT 100.00% 69.12% 62.32% 0.00% 68.97% MEMENUHI
127 LAMPUNG KAB. TANGGAMUS 27.81% 43.82% 53.90% 50.00% 100.00% MEMENUHI
128 LAMPUNG KAB. LAMPUNG SELATAN 100.00% 100.00% 67.22% 0.00% 90.64% MEMENUHI
129 LAMPUNG KAB. LAMPUNG TIMUR 65.53% 26.67% 48.51% 57.14% 68.38% MEMENUHI
130 LAMPUNG KAB. LAMPUNG TENGAH 100.00% 35.62% 56.71% 30.00% 51.94% TIDAK MEMENUHI
131 LAMPUNG KAB. LAMPUNG UTARA 29.96% 40.24% 58.66% 50.00% 34.48% TIDAK MEMENUHI
132 LAMPUNG KAB. WAY KANAN 100.00% 43.94% 67.13% 0.00% 72.73% MEMENUHI
133 LAMPUNG KAB. TULANG BAWANG 100.00% 37.59% 58.59% 75.00% 68.04% MEMENUHI
134 LAMPUNG KAB. PESAWARAN 22.92% 66.67% 37.50% 0.00% 81.98% TIDAK MEMENUHI
135 LAMPUNG KAB. PRINGSEWU 100.00% 60.00% 39.17% 71.43% 100.00% MEMENUHI
136 LAMPUNG KAB. MESUJI 80.95% 42.35% 39.80% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
137 LAMPUNG KAB. TULANG BAWANG BARAT 100.00% 46.15% 39.19% 100.00% 100.00% MEMENUHI
138 LAMPUNG KAB. PESISIR BARAT 44.92% 32.26% 48.53% 100.00% 68.89% TIDAK MEMENUHI
139 LAMPUNG KOTA BANDAR LAMPUNG 61.90% 39.81% 46.76% 43.48% 100.00% MEMENUHI
140 LAMPUNG KOTA METRO 100.00% 84.13% 52.89% 0.00% 100.00% MEMENUHI
KEP BANGKA
141 KAB. BANGKA 95.06% 83.33% 82.74% 66.67% 69.39% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
142 KAB. BELITUNG 53.06% 51.72% 58.90% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
143 KAB. BANGKA BARAT 35.94% 67.01% 59.11% 0.00% 53.13% TIDAK MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
144 KAB. BANGKA TENGAH 80.95% 100.00% 63.60% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
145 KAB. BANGKA SELATAN 81.13% 87.50% 76.79% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
146 KAB. BELITUNG TIMUR 100.00% 94.44% 46.91% 100.00% 72.22% MEMENUHI
BELITUNG
KEP BANGKA
147 KOTA PANGKALPINANG 80.95% 97.14% 64.72% 14.29% 100.00% MEMENUHI
BELITUNG
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

148 KEP RIAU KAB. KARIMUN 32.39% 82.50% 41.58% 25.00% 75.00% TIDAK MEMENUHI
149 KEP RIAU KAB. BINTAN 41.18% 90.63% 65.57% 0.00% 100.00% MEMENUHI
150 KEP RIAU KAB. NATUNA 30.26% 82.22% 54.79% 33.33% 65.66% TIDAK MEMENUHI
151 KEP RIAU KAB. LINGGA 30.49% 70.37% 76.64% 0.00% 65.00% TIDAK MEMENUHI
152 KEP RIAU KAB. ANAMBAS 7.41% 78.13% 33.58% 100.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
153 KEP RIAU KOTA BATAM 56.25% 86.58% 59.76% 70.00% 100.00% MEMENUHI
154 KEP RIAU KOTA TANJUNG PINANG 33.33% 62.07% 81.58% 50.00% 80.00% MEMENUHI
155 DKI JAKARTA KEPULAUAN SERIBU 83.33% 100.00% 46.48% 0.00% 100.00% MEMENUHI
156 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA SELATAN 13.85% 67.65% 77.05% 51.85% 100.00% MEMENUHI
157 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA TIMUR 15.38% 95.51% 80.35% 93.33% 100.00% MEMENUHI
158 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA PUSAT 11.36% 52.63% 64.61% 9.76% 100.00% TIDAK MEMENUHI
159 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA BARAT 23.21% 74.16% 73.53% 13.33% 100.00% MEMENUHI
160 DKI JAKARTA KOTA JAKARTA UTARA 9.68% 88.57% 74.16% 15.38% 100.00% MEMENUHI
161 JAWA BARAT KAB. BOGOR 14.22% 64.57% 23.66% 93.33% 75.96% TIDAK MEMENUHI
162 JAWA BARAT KAB. SUKABUMI 100.00% 12.73% 13.48% 87.50% 75.30% MEMENUHI
163 JAWA BARAT KAB. CIANJUR 83.61% 80.16% 54.59% 100.00% 70.89% MEMENUHI
164 JAWA BARAT KAB. BANDUNG 100.00% 43.59% 23.94% 44.44% 68.50% MEMENUHI
165 JAWA BARAT KAB. GARUT 100.00% 74.05% 43.36% 71.43% 68.25% MEMENUHI
166 JAWA BARAT KAB. TASIKMALAYA 82.34% 49.71% 28.37% 100.00% 69.95% MEMENUHI
167 JAWA BARAT KAB. CIAMIS 71.26% 36.84% 17.50% 100.00% 68.97% MEMENUHI
168 JAWA BARAT KAB. KUNINGAN 63.83% 67.21% 42.67% 91.67% 68.39% MEMENUHI
169 JAWA BARAT KAB. CIREBON 89.62% 79.80% 46.13% 100.00% 68.52% MEMENUHI
170 JAWA BARAT KAB. MAJALENGKA 64.14% 52.00% 19.45% 100.00% 100.00% MEMENUHI
171 JAWA BARAT KAB. SUMEDANG 92.58% 41.07% 10.51% 100.00% 69.04% MEMENUHI
172 JAWA BARAT KAB. INDRAMAYU 89.87% 57.21% 50.17% 91.67% 78.95% MEMENUHI
173 JAWA BARAT KAB. SUBANG 100.00% 54.59% 40.68% 80.00% 75.50% MEMENUHI
174 JAWA BARAT KAB. PURWAKARTA 89.06% 74.85% 50.90% 100.00% 76.40% MEMENUHI
175 JAWA BARAT KAB. KARAWANG 90.94% 39.75% 42.58% 88.00% 78.95% MEMENUHI
176 JAWA BARAT KAB. BEKASI 35.29% 68.85% 39.67% 95.56% 76.04% MEMENUHI
177 JAWA BARAT KAB. BANDUNG BARAT 100.00% 45.81% 33.49% 88.89% 75.25% MEMENUHI
178 JAWA BARAT KAB. PANGANDARAN 98.91% 30.67% 20.00% 100.00% 76.12% MEMENUHI
179 JAWA BARAT KOTA BOGOR 2.94% 71.32% 39.29% 88.46% 100.00% MEMENUHI
180 JAWA BARAT KOTA SUKABUMI 90.91% 84.29% 56.37% 100.00% 100.00% MEMENUHI
181 JAWA BARAT KOTA BANDUNG 100.00% 58.23% 32.30% 27.27% 100.00% TIDAK MEMENUHI
182 JAWA BARAT KOTA CIREBON 81.82% 53.40% 43.80% 30.77% 100.00% TIDAK MEMENUHI
183 JAWA BARAT KOTA BEKASI 37.50% 49.49% 80.15% 15.52% 100.00% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

184 JAWA BARAT KOTA DEPOK 100.00% 31.03% 25.55% 16.67% 100.00% TIDAK MEMENUHI
185 JAWA BARAT KOTA CIMAHI 60.00% 64.94% 48.27% 12.50% 100.00% TIDAK MEMENUHI
186 JAWA BARAT KOTA TASIKMALAYA 17.39% 52.78% 32.55% 50.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
187 JAWA BARAT KOTA BANJAR 92.00% 31.40% 17.83% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
188 JAWA TENGAH KAB. CILACAP 100.00% 86.11% 77.20% 30.77% 68.07% MEMENUHI
189 JAWA TENGAH KAB. BANYUMAS 100.00% 82.67% 59.49% 42.31% 68.39% MEMENUHI
190 JAWA TENGAH KAB. PURBALINGGA 100.00% 57.14% 81.40% 20.00% 68.45% MEMENUHI
191 JAWA TENGAH KAB. BANJARNEGARA 47.48% 96.43% 60.32% 50.00% 68.21% MEMENUHI
192 JAWA TENGAH KAB. KEBUMEN 100.00% 97.37% 70.83% 18.18% 68.33% MEMENUHI
193 JAWA TENGAH KAB. PURWOREJO 65.79% 90.43% 78.61% 41.67% 68.16% MEMENUHI
194 JAWA TENGAH KAB. WONOSOBO 38.49% 75.32% 89.85% 40.00% 68.36% MEMENUHI
195 JAWA TENGAH KAB. MAGELANG 100.00% 84.27% 46.17% 0.00% 68.09% MEMENUHI
196 JAWA TENGAH KAB. BOYOLALI 100.00% 93.04% 68.21% 30.77% 68.45% MEMENUHI
197 JAWA TENGAH KAB. KLATEN 100.00% 70.93% 79.28% 61.54% 68.59% MEMENUHI
198 JAWA TENGAH KAB. SUKOHARJO 100.00% 52.03% 51.96% 11.11% 68.54% MEMENUHI
199 JAWA TENGAH KAB. WONOGIRI 100.00% 32.04% 40.66% 50.00% 68.28% MEMENUHI
200 JAWA TENGAH KAB. KARANGANYAR 100.00% 100.00% 70.14% 20.00% 68.39% MEMENUHI
201 JAWA TENGAH KAB. SRAGEN 100.00% 45.64% 76.81% 45.45% 68.32% MEMENUHI
202 JAWA TENGAH KAB. GROBOGAN 100.00% 57.18% 84.69% 63.64% 68.45% MEMENUHI
203 JAWA TENGAH KAB. BLORA 100.00% 75.14% 56.04% 66.67% 68.45% MEMENUHI
204 JAWA TENGAH KAB. REMBANG 100.00% 65.65% 93.90% 33.33% 68.18% MEMENUHI
205 JAWA TENGAH KAB. PATI 100.00% 14.29% 48.50% 66.67% 68.29% MEMENUHI
206 JAWA TENGAH KAB. KUDUS 100.00% 94.79% 67.61% 50.00% 61.36% MEMENUHI
207 JAWA TENGAH KAB. JEPARA 100.00% 50.79% 65.12% 33.33% 68.54% MEMENUHI
208 JAWA TENGAH KAB. DEMAK 100.00% 100.00% 91.08% 20.00% 69.19% MEMENUHI
209 JAWA TENGAH KAB. SEMARANG 100.00% 66.67% 82.18% 42.86% 69.27% MEMENUHI
210 JAWA TENGAH KAB. TEMANGGUNG 100.00% 57.46% 87.62% 75.00% 69.00% MEMENUHI
211 JAWA TENGAH KAB. KENDAL 100.00% 58.24% 71.84% 50.00% 68.39% MEMENUHI
212 JAWA TENGAH KAB. BATANG 35.89% 47.06% 69.48% 33.33% 70.65% TIDAK MEMENUHI
213 JAWA TENGAH KAB. PEKALONGAN 25.96% 91.43% 65.81% 75.00% 68.25% MEMENUHI
214 JAWA TENGAH KAB. PEMALANG 100.00% 50.00% 70.23% 0.00% 68.51% MEMENUHI
215 JAWA TENGAH KAB. TEGAL 100.00% 54.03% 62.62% 50.00% 68.60% MEMENUHI
216 JAWA TENGAH KAB. BREBES 100.00% 81.54% 97.38% 42.86% 67.30% MEMENUHI
217 JAWA TENGAH KOTA MAGELANG 100.00% 93.94% 39.88% 50.00% 100.00% MEMENUHI
218 JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA 100.00% 59.38% 94.65% 27.27% 100.00% MEMENUHI
219 JAWA TENGAH KOTA SALATIGA 100.00% 100.00% 87.88% 0.00% 100.00% MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

220 JAWA TENGAH KOTA SEMARANG 100.00% 65.52% 82.94% 26.67% 68.54% MEMENUHI
221 JAWA TENGAH KOTA PEKALONGAN 57.45% 100.00% 87.62% 44.44% 68.75% MEMENUHI
222 JAWA TENGAH KOTA TEGAL 100.00% 97.67% 82.41% 0.00% 100.00% MEMENUHI
223 DI YOGYAKARTA KAB. KULON PROGO 100.00% 100.00% 36.10% 50.00% 70.00% MEMENUHI
224 DI YOGYAKARTA KAB. BANTUL 100.00% 80.00% 75.61% 41.18% 69.35% MEMENUHI
225 DI YOGYAKARTA KAB. GUNUNG KIDUL 100.00% 89.33% 76.24% 12.50% 69.23% MEMENUHI
226 DI YOGYAKARTA KAB. SLEMAN 100.00% 97.45% 75.72% 50.00% 69.35% MEMENUHI
227 DI YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 100.00% 93.75% 30.15% 29.17% 100.00% MEMENUHI
228 JAWA TIMUR KAB. PACITAN 100.00% 97.58% 68.94% 0.00% 68.57% MEMENUHI
229 JAWA TIMUR KAB. PONOROGO 100.00% 58.37% 69.73% 85.71% 68.06% MEMENUHI
230 JAWA TIMUR KAB. TRENGGALEK 100.00% 43.06% 57.24% 33.33% 68.75% MEMENUHI
231 JAWA TIMUR KAB. TULUNG AGUNG 100.00% 70.71% 84.18% 23.08% 68.29% MEMENUHI
232 JAWA TIMUR KAB. BLITAR 100.00% 77.93% 73.11% 44.44% 68.29% MEMENUHI
233 JAWA TIMUR KAB. KEDIRI 78.78% 90.55% 72.05% 0.00% 69.05% MEMENUHI
234 JAWA TIMUR KAB. MALANG 48.46% 86.51% 49.68% 40.00% 69.33% MEMENUHI
235 JAWA TIMUR KAB. LUMAJANG 100.00% 86.67% 69.19% 57.14% 66.02% MEMENUHI
236 JAWA TIMUR KAB. JEMBER 24.19% 54.84% 69.95% 7.69% 69.57% TIDAK MEMENUHI
237 JAWA TIMUR KAB. BANYUWANGI 100.00% 58.39% 67.48% 13.33% 100.00% MEMENUHI
238 JAWA TIMUR KAB. BONDOWOSO 91.78% 98.98% 75.19% 0.00% 68.69% MEMENUHI
239 JAWA TIMUR KAB. SITUBONDO 61.76% 100.00% 57.98% 0.00% 68.54% MEMENUHI
240 JAWA TIMUR KAB. PROBOLINGGO 25.76% 40.07% 66.09% 16.67% 68.82% TIDAK MEMENUHI
241 JAWA TIMUR KAB. PASURUAN 41.37% 55.00% 54.34% 0.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
242 JAWA TIMUR KAB. SIDOARJO 55.97% 62.38% 53.30% 0.00% 69.61% TIDAK MEMENUHI
243 JAWA TIMUR KAB. MOJOKERTO 100.00% 90.95% 54.00% 27.27% 69.57% MEMENUHI
244 JAWA TIMUR KAB. JOMBANG 67.32% 63.64% 52.39% 71.43% 69.35% MEMENUHI
245 JAWA TIMUR KAB. NGANJUK 100.00% 44.93% 89.59% 0.00% 68.67% MEMENUHI
246 JAWA TIMUR KAB. MADIUN 100.00% 47.62% 71.58% 0.00% 69.49% MEMENUHI
247 JAWA TIMUR KAB. MAGETAN 100.00% 91.40% 65.15% 33.33% 69.39% MEMENUHI
248 JAWA TIMUR KAB. NGAWI 100.00% 94.64% 75.08% 100.00% 68.42% MEMENUHI
249 JAWA TIMUR KAB. BOJONEGORO 100.00% 100.00% 83.98% 54.55% 68.37% MEMENUHI
250 JAWA TIMUR KAB. TUBAN 58.84% 33.33% 71.86% 0.00% 66.32% TIDAK MEMENUHI
251 JAWA TIMUR KAB. LAMONGAN 100.00% 86.02% 60.99% 0.00% 68.07% MEMENUHI
252 JAWA TIMUR KAB. GRESIK 100.00% 91.82% 52.24% 0.00% 68.82% MEMENUHI
253 JAWA TIMUR KAB. BANGKALAN 72.24% 57.98% 70.21% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
254 JAWA TIMUR KAB. SAMPANG 100.00% 79.87% 61.81% 0.00% 66.06% MEMENUHI
255 JAWA TIMUR KAB. PAMEKASAN 100.00% 93.33% 75.76% 14.29% 69.86% MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

256 JAWA TIMUR KAB. SUMENEP 78.92% 41.18% 54.12% 0.00% 69.89% MEMENUHI
257 JAWA TIMUR KOTA KEDIRI 100.00% 100.00% 72.63% 27.27% 100.00% MEMENUHI
258 JAWA TIMUR KOTA BLITAR 100.00% 100.00% 85.15% 60.00% 100.00% MEMENUHI
259 JAWA TIMUR KOTA MALANG 100.00% 90.96% 81.23% 11.11% 100.00% MEMENUHI
260 JAWA TIMUR KOTA PROBOLINGGO 82.76% 50.00% 41.11% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
261 JAWA TIMUR KOTA PASURUAN 52.94% 96.70% 57.98% 0.00% 100.00% MEMENUHI
262 JAWA TIMUR KOTA MOJOKERTO 100.00% 77.14% 91.46% 0.00% 100.00% MEMENUHI
263 JAWA TIMUR KOTA MADIUN 100.00% 100.00% 79.86% 0.00% 100.00% MEMENUHI
264 JAWA TIMUR KOTA SURABAYA 81.17% 75.00% 94.78% 48.39% 100.00% MEMENUHI
265 JAWA TIMUR KOTA BATU 100.00% 66.67% 63.78% 0.00% 100.00% MEMENUHI
266 BANTEN KAB. PANDEGLANG 8.55% 29.92% 25.38% 60.00% 63.89% TIDAK MEMENUHI
267 BANTEN KAB. LEBAK 24.93% 55.51% 19.15% 75.00% 56.28% TIDAK MEMENUHI
268 BANTEN KAB. TANGERANG 15.33% 72.40% 45.72% 55.56% 69.14% MEMENUHI
269 BANTEN KAB. SERANG 22.39% 75.98% 47.09% 33.33% 62.66% TIDAK MEMENUHI
270 BANTEN KOTA TANGERANG 100.00% 65.66% 60.82% 66.67% 100.00% MEMENUHI
271 BANTEN KOTA CILEGON 100.00% 100.00% 35.41% 85.71% 100.00% MEMENUHI
272 BANTEN KOTA SERANG 33.33% 25.00% 33.63% 63.64% 100.00% TIDAK MEMENUHI
273 BANTEN KOTA TANGERANG SELATAN 24.07% 98.36% 80.85% 93.75% 100.00% MEMENUHI
274 BALI KAB. JEMBRANA 45.10% 0.00% 69.43% 25.00% 97.06% TIDAK MEMENUHI
275 BALI KAB. TABANAN 34.59% 66.67% 18.60% 40.00% 100.00% MEMENUHI
276 BALI KAB. BADUNG 100.00% 96.00% 72.40% 30.00% 100.00% MEMENUHI
277 BALI KAB. GIANYAR 88.57% 97.14% 70.26% 75.00% 100.00% MEMENUHI
278 BALI KAB. KLUNGKUNG 88.14% 100.00% 51.46% 100.00% 81.25% MEMENUHI
279 BALI KAB. BANGLI 76.39% 3.85% 28.74% 33.33% 96.36% TIDAK MEMENUHI
280 BALI KAB. KARANGASEM 37.18% 100.00% 43.84% 66.67% 100.00% MEMENUHI
281 BALI KAB. BULELENG 40.54% 97.44% 29.70% 22.22% 72.31% TIDAK MEMENUHI
282 BALI KOTA DENPASAR 97.67% 100.00% 92.73% 59.09% 100.00% MEMENUHI
NUSA TENGGARA
283 KAB. LOMBOK BARAT 100.00% 38.82% 38.57% 0.00% 69.32% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
284 KAB. LOMBOK TENGAH 100.00% 8.15% 10.93% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
285 KAB. LOMBOK TIMUR 100.00% 78.95% 48.51% 14.29% 68.32% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
286 KAB. SUMBAWA 100.00% 0.00% 61.73% 0.00% 69.14% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
287 KAB. DOMPU 100.00% 0.00% 60.94% 0.00% 68.33% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
288 KAB. B I M A 100.00% 100.00% 61.23% 16.67% 68.69% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
289 KAB. SUMBAWA BARAT 100.00% 23.21% 41.53% 50.00% 68.89% MEMENUHI
BARAT
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
NUSA TENGGARA
290 KAB. LOMBOK UTARA 100.00% 0.00% 51.05% 0.00% 68.29% MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
291 KOTA MATARAM 100.00% 30.05% 24.86% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
292 KOTA BIMA 100.00% 0.00% 31.92% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
NUSA TENGGARA
293 KAB. SUMBA BARAT 16.22% 0.00% 11.11% 25.00% 52.11% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
294 KAB. SUMBA TIMUR 48.08% 34.15% 73.12% 33.33% 51.52% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
295 KAB. KUPANG 87.57% 0.00% 13.64% 83.33% 68.46% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA KAB. TIMOR TENGAH
296 78.42% 56.67% 53.55% 50.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR SELATAN
NUSA TENGGARA
297 KAB. TIMOR TENGAH UTARA 11.98% 2.33% 9.56% 0.00% 51.09% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
298 KAB. B E L U 100.00% 14.29% 62.25% 50.00% 69.12% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
299 KAB. A L O R 100.00% 0.00% 7.41% 50.00% 68.53% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
300 KAB. LEMBATA 92.05% 33.78% 12.41% 100.00% 68.75% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
301 KAB. FLORES TIMUR 100.00% 19.05% 33.10% 50.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
302 KAB. S I K K A 50.00% 10.07% 13.88% 33.33% 51.46% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
303 KAB. E N D E 98.92% 38.62% 72.32% 66.67% 69.01% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
304 KAB. NGADA 86.67% 20.29% 24.22% 100.00% 68.52% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
305 KAB. MANGGARAI 105.56% 28.57% 9.02% 0.00% 68.25% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
306 KAB. ROTE NDAO 27.73% 100.00% 89.08% 0.00% 51.28% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
307 KAB. MANGGARAI BARAT 60.36% 57.81% 60.26% 33.33% 68.18% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
308 KAB. SUMBA TENGAH 27.69% 0.00% 3.45% 100.00% 50.88% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
309 KAB. SUMBA BARAT DAYA 45.80% 14.29% 5.77% 100.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
310 KAB. NAGEKEO 21.24% 23.53% 42.11% 100.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
311 KAB MANGGARAI TIMUR 63.07% 42.86% 1.96% 100.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
312 KAB. SABU RAIJUA 77.78% 75.00% 16.67% 100.00% 69.09% MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
313 KAB. MALAKA 64.80% 53.33% 15.84% 0.00% 51.06% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
NUSA TENGGARA
314 KOTA KUPANG 100.00% 11.59% 60.61% 50.00% 69.39% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
315 KAB. SAMBAS 56.52% 59.54% 28.22% 25.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
316 KAB. BENGKAYANG 15.32% 30.00% 25.68% 0.00% 67.03% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
317 KAB. LANDAK 5.13% 25.00% 50.35% 100.00% 67.29% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
318 KAB. PONTIANAK/MEMPAWAH 13.43% 93.33% 56.02% 100.00% 67.21% MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
319 KAB. SANGGAU 7.10% 40.00% 73.84% 20.00% 67.82% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
320 KAB. KETAPANG 5.62% 32.17% 29.74% 0.00% 67.02% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
321 KAB. SINTANG 20.64% 51.35% 59.70% 28.57% 67.01% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
322 KAB. KAPUAS HULU 9.93% 39.52% 53.45% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
323 KAB. SEKADAU 31.03% 38.24% 30.06% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
324 KAB. MELAWI 12.43% 74.29% 51.50% 25.00% 67.90% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
325 KAB. KAYONG UTARA 4.65% 70.49% 40.59% 0.00% 67.50% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
326 KAB. KUBU RAYA 22.32% 52.38% 27.93% 0.00% 67.50% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
327 KOTA PONTIANAK 75.86% 76.60% 61.16% 40.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
328 KOTA SINGKAWANG 34.62% 23.91% 18.96% 25.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
BARAT
KALIMANTAN
329 KAB. KOTAWARINGIN BARAT 86.17% 100.00% 61.35% 75.00% 69.84% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
330 KAB. KOTAWARINGIN TIMUR 14.61% 10.45% 56.20% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
331 KAB. KAPUAS 18.03% 0.00% 70.89% 100.00% 68.87% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
332 KAB. BARITO SELATAN 58.06% 94.34% 55.26% 0.00% 68.97% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
333 KAB. BARITO UTARA 17.48% 51.43% 60.62% 100.00% 70.00% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
334 KAB. SUKAMARA 50.00% 50.00% 52.14% 0.00% 71.43% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
335 KAB. LAMANDAU 47.73% 25.00% 45.25% 0.00% 69.39% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
336 KAB. SERUYAN 10.00% 64.29% 45.79% 0.00% 68.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
337 KAB. KATINGAN 36.65% 9.09% 36.55% 100.00% 68.92% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
338 KAB. PULANG PISAU 18.18% 61.54% 26.32% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
339 KAB. GUNUNG MAS 48.03% 70.27% 46.43% 100.00% 70.00% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
340 KAB. BARITO TIMUR 56.31% 100.00% 73.57% 0.00% 68.52% MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
341 KAB. MURUNG RAYA 5.65% 0.00% 58.33% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
342 KOTA PALANGKARAYA 10.00% 0.00% 23.84% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
KALIMANTAN
343 KAB. TANAH LAUT 19.26% 9.52% 19.09% 20.00% 50.43% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
344 KAB. KOTABARU 14.36% 10.62% 36.14% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
345 KAB. BANJAR 43.10% 69.52% 48.79% 0.00% 96.05% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
346 KAB. BARITO KUALA 14.43% 34.04% 61.39% 100.00% 50.36% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
347 KAB. TAPIN 100.00% 36.09% 44.52% 50.00% 71.11% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
348 KAB. HULU SUNGAI SELATAN 50.00% 75.00% 40.18% 20.00% 33.06% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
349 KAB. HULU SUNGAI TENGAH 26.04% 68.67% 58.10% 100.00% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
350 KAB. HULU SUNGAI UTARA 54.34% 46.58% 15.10% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
351 KAB. TABALONG 100.00% 43.48% 29.49% 50.00% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
352 KAB. TANAH BUMBU 87.33% 81.25% 25.64% 100.00% 36.00% MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
353 KAB. BALANGAN 56.69% 47.17% 48.30% 0.00% 97.87% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
354 KOTA BANJARMASIN 15.38% 63.64% 46.29% 7.69% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
355 KOTA BANJARBARU 100.00% 58.96% 47.37% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KALIMANTAN
356 KAB. P A S E R 19.44% 96.36% 68.05% 33.33% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
357 KAB. KUTAI BARAT 15.87% 75.00% 28.95% 0.00% 92.78% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
358 KAB. KUTAI KERTANEGARA 9.70% 98.63% 69.35% 33.33% 58.62% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
359 KAB. KUTAI TIMUR 34.07% 73.24% 45.76% 55.56% 58.97% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
360 KAB. B E R A U 80.00% 96.67% 78.85% 100.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
361 KAB. PENAJAM PASER UTARA 64.81% 97.83% 69.23% 0.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
362 KAB. MAHAKAM ULU 46.94% 100.00% 36.84% 50.00% 60.00% TIDAK MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
363 KOTA BALIKPAPAN 85.29% 88.00% 64.16% 13.33% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
364 KOTA SAMARINDA 100.00% 84.92% 41.44% 43.75% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
365 KOTA BONTANG 60.00% 100.00% 95.80% 20.00% 100.00% MEMENUHI
TIMUR
KALIMANTAN
366 KAB. MALINAU 23.85% 82.80% 31.36% 66.67% 54.55% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
367 KAB. BULUNGAN 65.43% 83.33% 21.67% 0.00% 68.52% MEMENUHI
UTARA
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KALIMANTAN
368 KAB. NUNUKAN 35.00% 83.33% 70.27% 25.00% 56.00% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
369 KAB. TANA TIDUNG 56.67% 44.90% 58.63% 100.00% 61.29% TIDAK MEMENUHI
UTARA
KALIMANTAN
370 KOTA TARAKAN 5.00% 92.86% 77.90% 42.86% 100.00% MEMENUHI
UTARA
371 SULAWESI UTARA KAB. BOLAANG MONGONDOW 98.83% 0.00% 42.22% 50.00% 68.85% MEMENUHI
372 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA 92.22% 0.00% 49.50% 28.57% 68.24% TIDAK MEMENUHI
373 SULAWESI UTARA KAB. KEPULAUAN SANGIHE 95.81% 0.00% 77.42% 33.33% 68.48% MEMENUHI
374 SULAWESI UTARA KAB. KEPULAUAN TALAUD 76.47% 0.00% 13.43% 0.00% 54.17% TIDAK MEMENUHI
375 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA SELATAN 63.64% 11.76% 0.83% 33.33% 68.89% TIDAK MEMENUHI
376 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA UTARA 93.08% 0.00% 45.18% 100.00% 69.64% MEMENUHI
KAB. BOLAANG MONGONDOW
377 SULAWESI UTARA 100.00% 20.00% 69.06% 100.00% 69.81% MEMENUHI
UTARA
KAB. KEP. SIAU
378 SULAWESI UTARA 79.57% 0.00% 50.38% 0.00% 68.66% MEMENUHI
TAGULANDANG BIARO
379 SULAWESI UTARA KAB. MINAHASA TENGGARA 88.19% 0.00% 39.20% 50.00% 62.50% TIDAK MEMENUHI
KAB. BOLAANG MONGONDOW
380 SULAWESI UTARA 72.46% 0.00% 30.36% 0.00% 50.79% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
KAB. BOLAANG MONGONDOW
381 SULAWESI UTARA 92.50% 0.00% 23.81% 100.00% 68.42% MEMENUHI
TIMUR
382 SULAWESI UTARA KOTA MANADO 100.00% 53.57% 12.50% 10.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
383 SULAWESI UTARA KOTA BITUNG 100.00% 0.00% 13.88% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
384 SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON 100.00% 100.00% 65.38% 33.33% 100.00% MEMENUHI
385 SULAWESI UTARA KOTA KOTAMOBAGO 100.00% 0.00% 56.18% 0.00% 100.00% MEMENUHI
SULAWESI
386 KAB. BANGGAI KEPULAUAN 15.28% 42.86% 80.41% 50.00% 64.89% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
387 KAB. BANGGAI 30.38% 100.00% 74.46% 33.33% 64.58% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
388 KAB. MOROWALI 49.62% 100.00% 90.45% 0.00% 63.83% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
389 KAB. P O S O 44.38% 75.00% 73.25% 66.67% 62.99% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
390 KAB. DONGGALA 34.91% 32.65% 72.41% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
391 KAB. TOLI-TOLI 16.19% 9.23% 92.57% 0.00% 65.22% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
392 KAB. B U O L 79.13% 0.00% 68.31% 0.00% 68.18% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
393 KAB. PARIGI MOUTONG 36.29% 51.85% 69.37% 25.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
394 KAB. TOJO UNA-UNA 10.42% 87.10% 73.66% 50.00% 65.42% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
395 KAB. SIGI 50.00% 0.00% 93.12% 0.00% 65.59% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
396 KAB. BANGGAI LAUT 16.67% 53.57% 84.65% 0.00% 63.64% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SULAWESI
397 KAB. MOROWALI UTARA 51.20% 35.29% 74.26% 100.00% 62.50% TIDAK MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
398 KOTA PALU 57.78% 0.00% 75.59% 50.00% 100.00% MEMENUHI
TENGAH
SULAWESI
399 KAB. KEPULAUAN SELAYAR 100.00% 61.90% 22.64% 0.00% 69.01% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
400 KAB. BULUKUMBA 100.00% 40.70% 49.21% 0.00% 68.07% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
401 KAB. BANTAENG 100.00% 40.48% 49.37% 0.00% 68.29% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
402 KAB. JENEPONTO 100.00% 21.43% 55.28% 50.00% 69.01% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
403 KAB. TAKALAR 100.00% 0.00% 6.85% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
404 KAB. GOWA 100.00% 60.00% 59.36% 100.00% 68.24% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
405 KAB. SINJAI 100.00% 45.61% 44.13% 0.00% 69.35% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
406 KAB. MAROS 95.15% 49.04% 63.72% 0.00% 69.49% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI KAB. PANGKAJENE
407 100.00% 94.70% 65.48% 33.33% 69.57% MEMENUHI
SELATAN KEPULAUAN
SULAWESI
408 KAB. BARRU 100.00% 44.83% 44.40% 0.00% 68.57% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
409 KAB. BONE 100.00% 70.18% 35.29% 0.00% 68.75% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
410 KAB. SOPPENG 100.00% 32.39% 23.16% 100.00% 72.00% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
411 KAB. WAJO 100.00% 42.11% 34.93% 0.00% 68.18% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
412 KAB. SIDENRENG RAPPANG 100.00% 29.66% 26.38% 0.00% 68.75% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
413 KAB. PINRANG 100.00% 41.18% 34.91% 25.00% 68.83% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
414 KAB. ENREKANG 100.00% 38.78% 72.80% 0.00% 68.29% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
415 KAB. LUWU 100.00% 66.67% 42.67% 0.00% 69.05% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
416 KAB. TANATORAJA 100.00% 0.00% 38.98% 0.00% 68.55% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
417 KAB. LUWU UTARA 100.00% 75.29% 92.37% 66.67% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
418 KAB. LUWU TIMUR 100.00% 50.00% 62.66% 33.33% 68.29% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
419 KAB. TORAJA UTARA 100.00% 32.65% 64.96% 100.00% 68.18% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
420 KOTA MAKASSAR 81.05% 0.00% 32.90% 3.64% 68.75% TIDAK MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
421 KOTA PARE-PARE 100.00% 100.00% 82.91% 14.29% 100.00% MEMENUHI
SELATAN
SULAWESI
422 KOTA PALOPO 100.00% 55.22% 54.21% 0.00% 69.23% MEMENUHI
SELATAN
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
SULAWESI
423 KAB. BUTON 76.84% 60.00% 18.45% 100.00% 69.09% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
424 KAB. MUNA 27.27% 79.13% 13.66% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
425 KAB. KONAWE 41.64% 57.25% 19.19% 66.67% 71.43% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
426 KAB. KOLAKA 100.00% 90.91% 60.29% 25.00% 69.12% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
427 KAB. KONAWE SELATAN 98.58% 48.75% 36.02% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
428 KAB. BOMBANA 55.32% 80.70% 43.62% 0.00% 68.85% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
429 KAB. WAKATOBI 100.00% 0.00% 14.63% 0.00% 70.00% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
430 KAB. KOLAKA UTARA 69.17% 23.08% 48.41% 0.00% 69.35% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
431 KAB. BUTON UTARA 23.08% 88.06% 28.93% 0.00% 69.09% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
432 KAB. KONAWE UTARA 32.19% 53.57% 5.26% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
433 KAB. KOLAKA TIMUR 48.12% 27.27% 23.16% 100.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
434 KAB. KONAWE KEPULAUAN 59.46% 85.71% 8.00% 100.00% 68.29% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
435 KAB. MUNA BARAT 9.30% 0.00% 0.00% 0.00% 69.57% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
436 KAB. BUTON TENGAH 38.96% 68.75% 34.93% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
437 KAB. BUTON SELATAN 66.67% 0.00% 36.36% 0.00% 72.22% TIDAK MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
438 KOTA KENDARI 100.00% 90.00% 62.30% 58.82% 100.00% MEMENUHI
TENGGARA
SULAWESI
439 KOTA BAU-BAU 100.00% 100.00% 51.65% 25.00% 100.00% MEMENUHI
TENGGARA
440 GORONTALO KAB. BOALEMO 34.52% 92.03% 44.37% 50.00% 86.42% MEMENUHI
441 GORONTALO KAB. GORONTALO 11.71% 47.87% 33.82% 20.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
442 GORONTALO KAB. POHUWATO 14.42% 73.94% 14.65% 100.00% 79.57% MEMENUHI
443 GORONTALO KAB. BONE BOLANGO 16.97% 22.58% 48.40% 50.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
444 GORONTALO KAB. GORONTALO UTARA 35.77% 42.11% 43.26% 0.00% 84.06% TIDAK MEMENUHI
445 GORONTALO KOTA GORONTALO 82.00% 44.66% 17.23% 0.00% 69.23% TIDAK MEMENUHI
446 SULAWESI BARAT KAB. MAJENE 64.63% 100.00% 64.89% 0.00% 71.11% MEMENUHI
447 SULAWESI BARAT KAB. POLEWALI MANDAR 53.89% 56.60% 61.83% 0.00% 67.39% TIDAK MEMENUHI
448 SULAWESI BARAT KAB. MAMASA 13.19% 59.46% 35.58% 0.00% 66.67% TIDAK MEMENUHI
449 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU 11.11% 29.03% 41.90% 33.33% 68.97% TIDAK MEMENUHI
450 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU UTARA 30.16% 100.00% 36.60% 0.00% 65.00% TIDAK MEMENUHI
451 SULAWESI BARAT KAB. MAMUJU TENGAH 35.71% 91.67% 42.86% 0.00% 61.82% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)
KAB. MALUKU TENGGARA
452 MALUKU 100.00% 81.82% 0.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
BARAT
453 MALUKU KAB. MALUKU TENGGARA 51.69% 67.35% 0.00% 0.00% 85.37% TIDAK MEMENUHI
454 MALUKU KAB. MALUKU TENGAH 45.95% 0.00% 0.00% 40.00% 88.41% TIDAK MEMENUHI
455 MALUKU KAB. PULAU BURU 20.48% 51.85% 60.36% 0.00% 90.32% TIDAK MEMENUHI
456 MALUKU KAB. KEPULAUAN ARU 9.24% 95.74% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
457 MALUKU KAB. SERAM BAGIAN BARAT 25.00% 26.92% 61.11% 0.00% 83.72% TIDAK MEMENUHI
458 MALUKU KAB. SERAM BAGIAN TIMUR 44.81% 100.00% 0.00% 0.00% 90.00% TIDAK MEMENUHI
459 MALUKU KAB. MALUKU BARAT DAYA 36.75% 0.00% 0.00% 0.00% 42.05% TIDAK MEMENUHI
460 MALUKU KAB. BURU SELATAN 1.23% 100.00% 0.00% 50.00% 50.68% TIDAK MEMENUHI
461 MALUKU KOTA AMBON 10.00% 76.74% 57.74% 45.45% 100.00% MEMENUHI
462 MALUKU KOTA TUAL 13.33% 27.78% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
463 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA BARAT 23.53% 66.67% 9.84% 50.00% 100.00% MEMENUHI
464 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TENGAH 27.42% 0.00% 45.45% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
465 MALUKU UTARA KAB. KEPULAUAN SULA 2.56% 87.50% 44.83% 0.00% 80.43% TIDAK MEMENUHI
466 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA SELATAN 27.84% 98.31% 34.38% 33.33% 37.88% TIDAK MEMENUHI
467 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA UTARA 3.05% 88.89% 46.97% 0.00% 34.69% TIDAK MEMENUHI
468 MALUKU UTARA KAB. HALMAHERA TIMUR 4.72% 80.77% 68.99% 100.00% 34.88% MEMENUHI
469 MALUKU UTARA KAB. PULAU MOROTAI 5.68% 100.00% 64.29% 0.00% 35.29% TIDAK MEMENUHI
470 MALUKU UTARA KAB. PULAU TALIABU 4.23% 0.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
471 MALUKU UTARA KOTA TERNATE 64.10% 98.57% 61.94% 30.00% 100.00% MEMENUHI
472 MALUKU UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN 49.44% 35.00% 93.08% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
473 PAPUA BARAT KAB. FAK FAK 18.40% 100.00% 28.57% 0.00% 54.17% TIDAK MEMENUHI
474 PAPUA BARAT KAB. KAIMANA 24.42% 100.00% 59.71% 0.00% 54.55% TIDAK MEMENUHI
475 PAPUA BARAT KAB. TELUK WONDAMA 27.63% 100.00% 34.15% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
476 PAPUA BARAT KAB. TELUK BINTUNI 29.06% 91.43% 62.91% 0.00% 100.00% MEMENUHI
477 PAPUA BARAT KAB. MANOKWARI 86.25% 94.83% 89.50% 0.00% 69.64% MEMENUHI
478 PAPUA BARAT KAB. SORONG SELATAN 28.46% 93.94% 53.97% 100.00% 77.94% MEMENUHI
479 PAPUA BARAT KAB. SORONG 48.59% 0.00% 41.20% 20.00% 33.33% TIDAK MEMENUHI
480 PAPUA BARAT KAB. RAJA AMPAT 19.01% 27.12% 19.33% 100.00% 34.78% TIDAK MEMENUHI
481 PAPUA BARAT KAB. TAMBRAUW 16.67% 0.00% 75.00% 0.00% 34.48% TIDAK MEMENUHI
482 PAPUA BARAT KAB. MAYBRAT 33.55% 0.00% 34.21% 0.00% 33.96% TIDAK MEMENUHI
483 PAPUA BARAT KAB. MANOKWARI SELATAN 61.40% 50.00% 69.57% 0.00% 34.29% TIDAK MEMENUHI
484 PAPUA BARAT KAB. PEGUNUNGAN ARFAK 6.15% 0.00% 0.00% 0.00% 68.00% TIDAK MEMENUHI
485 PAPUA BARAT KOTA SORONG 61.29% 0.00% 52.94% 0.00% 100.00% MEMENUHI
486 PAPUA KAB. MERAUKE 25.60% 85.14% 83.11% 20.00% 100.00% MEMENUHI
487 PAPUA KAB. JAYA WIJAYA 1.28% 100.00% 43.75% 0.00% 39.22% TIDAK MEMENUHI
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI KUALITAS
KESEHATAN LINGKUNGAN
CAPAI MINIMAL
NO PROVINSI KABUPATEN/KOTA SBS TFU TPP RS PKAM
3 DARI 5 INDIKATOR
(60%) (65%) (50%) (40%) (68%) (40%)

488 PAPUA KAB. JAYAPURA 46.53% 41.67% 52.80% 66.67% 41.18% TIDAK MEMENUHI
489 PAPUA KAB. NABIRE 1.23% 74.29% 63.69% 0.00% 41.38% TIDAK MEMENUHI
490 PAPUA KAB. KEPULAUAN YAPEN 5.31% 50.00% 39.22% 0.00% 38.71% TIDAK MEMENUHI
491 PAPUA KAB. BIAK-NUMFOR 106.95% 91.38% 19.90% 0.00% 69.23% MEMENUHI
492 PAPUA KAB. PANIAI 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 42.86% TIDAK MEMENUHI
493 PAPUA KAB. PUNCAK JAYA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
494 PAPUA KAB. MIMIKA 7.53% 84.27% 71.06% 40.00% 100.00% MEMENUHI
495 PAPUA KAB. BOVEN DIGOEL 6.25% 81.82% 52.21% 0.00% 100.00% MEMENUHI
496 PAPUA KAB. MAPPI 2.19% 81.52% 59.76% 0.00% 33.33% TIDAK MEMENUHI
497 PAPUA KAB. ASMAT 1.02% 34.69% 69.57% 0.00% 50.33% TIDAK MEMENUHI
498 PAPUA KAB. YAHUKIMO 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
499 PAPUA KAB. PEGUNUNGAN BINTANG 2.17% 87.50% 100.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
500 PAPUA KAB. TOLIKARA 0.19% 100.00% 0.00% 0.00% 50.00% TIDAK MEMENUHI
501 PAPUA KAB. SARMI 10.47% 67.65% 50.98% 0.00% 100.00% MEMENUHI
502 PAPUA KAB. KEEROM 18.03% 66.67% 66.41% 0.00% 34.78% TIDAK MEMENUHI
503 PAPUA KAB. WAROPEN 8.05% 100.00% 90.91% 0.00% 97.22% MEMENUHI
504 PAPUA KAB. SUPIORI 7.89% 100.00% 54.17% 0.00% 100.00% MEMENUHI
505 PAPUA KAB. MAMBERAMO RAYA 13.79% 0.00% 0.00% 0.00% 32.65% TIDAK MEMENUHI
506 PAPUA KAB NDUGA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
507 PAPUA KAB. LANNY JAYA 1.40% 50.00% 0.00% 0.00% 35.00% TIDAK MEMENUHI
508 PAPUA KAB. MAMBERAMO TENGAH 30.51% 100.00% 72.73% 0.00% 34.15% TIDAK MEMENUHI
509 PAPUA KAB. YALIMO 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
510 PAPUA KAB. PUNCAK 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
511 PAPUA KAB. DOGIYAI 0.00% 100.00% 50.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
512 PAPUA KAB. INTAN JAYA 0.00% 100.00% 0.00% 0.00% 100.00% TIDAK MEMENUHI
513 PAPUA KAB. DEIYAI 3.33% 71.43% 50.00% 0.00% 100.00% MEMENUHI
514 PAPUA KOTA JAYAPURA 84.62% 69.62% 73.22% 55.56% 100.00% MEMENUHI
247 249 253 206 389 273
KESIMPULAN
Indikator Target 2022 Capaian Persentase

Jumlah Kabupaten/Kota memenuhi Kualitas Kesling


273 / 514 53.11%
minimal 3 dari 5 indikator

a) Kabupaten/Kota memenuhi 60% Indikator SBS 247 / 514 48.05%

IKP b) Kabupaten/Kota memenuhi 65% Indikator TFU 40% 249 / 514 48.44%

c) Kabupaten/Kota memenuhi 50% Indikator TPP 253 / 514 49.22%

d) Kabupaten/Kota memenuhi 40% Indikator RS 206 / 514 40.08%

e) Kabupaten/Kota memenuhi 68% Indikator PKAM 389 / 514 75.68%

Perhitungan capaian indikator pada tahun 2022 :


53,11 (Persentase kab/kota memenuhi
kualitas kesling minimal 3 dari 5 indikator) x
= 132,78% (Melebihi target)
100%
40 (Target tahun 2022)

Direktorat Penyehatan Lingkungan

dr. Anas Ma’ruf, MKM


TAHUN 2022

IKK I IKK II IKK III IKP I


Provinsi yang memiliki Labkesmas Rujukan Spesimen Penyakit
berpotensi KLB/wabah Jumlah Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon Kab/Kota yang memiliki Labkesmas dengan kemampuan surveilans (Kemampuan dalam
Jumlah Labkesmas Kabupaten/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular
(DO = melaksanakan fungsi rujukan labkesmas yang mampu emerging disease, new emerging disease, re emerging disease mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi KLB/wabah/KKM)
DO = Labkesmas Kab/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular (minimal
melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab DO = Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon (DO= Provinsi yang 80% Kab/Kotanya telah memiliki Labkesmas dan memiliki kemampuan
mampu melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab penyakit berdasarkan metode
Provinsi Kab/Kota Instansi penyekit berdasarkan metode mikroskopis, serologi, biakan, uji emerging disease, new emerging disease, re-emerging disease (Alert digital surveilans epidemiologi (Kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi
mikroskopis, serologi, biologi molekuler sederhana dan pengepakan/pengiriman spesimen)
kepekaan obat, biologi molekuler sederhana dan System) KLB/wabah/KKM)
pengepakan/pengiriman spesimen)
Serologis Biomolekuler Metode Alert Digital System
Pengepakan / Jumlah Kab/Kota dengan Lab
Mikroskopis Rujukan penyakit NAR PCR dan/atau Jumlah Kab/Kota Persentase Kab/Kota
Serologi RDT Serologi ELISA Serologi Lainnya TCM PCR Pengiriman Biakan Uji kepekaan obat SKDR SINKARKES berkemampuan surveilans
NAR Antigen
COVID 19, Viral Load HIV,
Aceh 1 Kota Banda Aceh 1 BLK Provinsi Aceh √ √ √ √ - √ √ √ √ (Obat TB) - √ - 5 23 21,7%
Mikroskopis TB dan Malaria, KLB
2 RSUD dr. Zainoel Abidin √ √ - √ √ √ √ - - COVID 19, TB (TCM) - √ -
2 Kota Langsa 3 Labkesda Kab/Kota √ √ √ √ √ - - - - √ -
3 Kota Lhokseumawe 4 RSUD Cut. Meutia √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
Malaria Knowlesi, COVID-19, Flu
4 Aceh Besar 5 Balai Litbangkes Aceh √ √ √ - - √ √ √ √ (Obat TB) - √ -
burung, Hepatitis E, WGS
5 Pidie Jaya 6 RSUD Pidie Jaya √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Bengkulu 1 Kota Bengkulu 7 Labkesda Provinsi Bengkulu √ √ - - - √ √ √ - COVID-19 - √ - 5 10 50,0%
COVID-19, TB MDR, HIV Viral Load,
8 RSUD dr. M. Yunus √ √ - √ √ √ √ √ √ (uji kepekaan sensitive) - √ -
HEPATITIS Viral Load (TCM)
2 Bengkulu Selatan 9 RSUD Hasanuddin Damrah Manna √ √ - √ √ - √ - - TB - √ -
3 Bengkulu Utara 10 RSUD Arga Makmur √ √ - √ √ √ √ - - COVID-19 - √ -
4 Seluma 11 RSUD Tais √ √ - √ √ √ √ - - COVID-19 - √ -
5 Rejang Lebong 12 RSUD Kab. Rejang Lebong √ √ - √ √ √ √ - - COVID-19 - √ -
Jambi 1 Kota Jambi 13 Labkesda Provinsi Jambi √ √ - √ - √ √ √ √ (uji obat IMS) HIV dan COVID-19 - √ - 4 11 36,4%
COVID-19, Tuberculosis, HIV, AKI
14 Labkesda Kota Jambi √ √ - √ - √ √ - - - √ -
dan AKB
15 RSUD Abdul Manap √ √ √ √ √ - √ - - TCM TB - √ -
2 Bungo 16 RSUD H. Hanafie √ √ - √ √ - √ - - TCM TB - √ -
3 Merangin 17 RSUD Kolonel Abundjani Bangko √ √ - - √ - √ - - - - √ -
4 Muaro Jambi 18 RSUD Ahmad Ripin √ √ √ √ √ - √ - - TCM TB - √ -
Kepulauan Bangka Belitung 1 Kota Pangkal Pinang 19 Labkesda Kota Pangkal Pinang √ √ - - - √ √ √ - COVID-19 - √ - 6 7 85,7%
20 BLK Provinsi Kep. Bangka Belitung √ √ √ - - √ √ √ - COVID-19 - √ -
21 RSUD Depati Hamzah √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
2 Bangka Selatan 22 RSUD Kab. Bangka Selatan √ √ - √ √ - √ - - TCM TB - √ -
3 Bangka Barat 23 RSUD Kab. Bangka Barat √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
4 Bangka 24 RSUD Depati Bahrin √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
5 Belitung 25 RSUD drh. Marsidi Judono √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
6 Bangka Tengah 26 RSUD Bangka Tengah √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
Kepulauan Riau 1 Kota Tanjung Pinang 27 RSUD Raja Ahmad Tabib √ √ √ √ √ - √ - - - - √ - 6 7 85,7%
2 Kota Batam 28 RSUD Embung Fatimah √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
Covid 19, Mikroskopis TB, TCM
29 BTKL Kelas I Batam √ √ √ √ √ √ √ √ - TB, Mikroskopis Malaria, dan Lab - √ -
Faktor Resiko Lingkungan
3 Bintan 30 RSUD Bintan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
4 Natuna 31 RSUD Natuna √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
5 Karimun 32 RSUD Muhammad Sani √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
6 Lingga 33 RSUD Encik Mariyam √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
Lampung 1 Kota Bandar Lampung 34 BLK Provinsi Lampung √ √ - √ √ √ √ √ - - - √ - 4 15 26,7%
35 RS AM Provinsi Lampung √ √ √ √ √ √ √ - - COVID-19, TCM TB, HCV RNA - √ -
2 Kota Metro 36 RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
3 Pringsewu 37 RSU Pringsewu √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Tulangbawang 38 RSUD MENGGALA √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
Sumatera Barat 1 Kota Padang 39 Labkesda Provinsi Sumatera Barat √ √ √ √ - √ √ √ √ (uji kepekaan sensitive) - √ - 6 19 31,6%
√ (uji kepekaan sensitive,
40 √ √ - √ √ √ √ √ - √ -
RSUP Dr M Djamil Padang Obat TB) HIV, HEPATITIS, MERS, Difteri
2 Kota Padang Panjang 41 RSUD Kota Padang Panjang √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
3 Padang Pariaman 42 RS Paru Sumatera Barat √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
43 RSUD Padang Pariaman √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Pasaman Barat 44 RSUD Pasaman Barat √ √ - - √ - √ - - - - √ -
5 Pesisir Selatan 45 RSUD M Zein Painan √ √ √ √ √ - √ - - TB MDR - √ -
6 Agam 46 RSUD Lubuk Basung √ √ - √ √ - √ - - TB RO - √ -
Sumatera Utara 1 Kota Medan 47 Labkesda Provinsi √ √ - √ - √ √ - - - - √ - 6 33 18,2%
48 BTKL - PP Kelas I Medan √ √ √ - √ √ √ - - - - √ -
49 RSUD Dr Pirngadi kota medan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
2 Kota Binjai 50 RSUD dr. RM Djoelham Binjai √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
3 Kota Gunungsitoli 51 RSUD dr M Thomsen Nias √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Deli Serdang 52 RSUD dr. Shamri Tambunan √ √ √ √ √ √ √ √ - - - √ -
5 Padang Lawas Utara 53 RSUD Gunung Tua √ √ √ - √ - √ - - - - √ -
6 Labuhan Batu Utara 54 RSUD Aek Kanopan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Sumatera Selatan 1 Kota Palembang 55 BTKL - PP Kelas I Palembang √ √ - - √ √ √ √ - Covid-19, TB Paru - √ - 3 17 17,6%
Campak, Rubella, TB MDR, TB LPA,
Difteri, malaria, filaria, kecacingan,
56 BBLK Palembang √ √ √ √ √ √ √ √ √ - √ -
covid-19, logam dalam darah,
chikungunya, monkey pox,
RSUP dr. Mohammad Viral Load HIV, Hepatitis C, TB,
57 √ √ √ √ √ √ √ √ - - √ -
Hoesin Palembang Covid 19
58 RSUD Siti Fatimah √ √ - √ √ √ √ - - TCM TB dan PCR
2 Kota Lubuklinggau 59 Labkesda Kota Lubuklinggau √ √ - - - √ √ - - - - √ -
3 Ogan Komering Ulu 60 RSUD drh. Ibnu Sutowo Baturaja √ √ - - √ - √ - - √ √ - -
Riau 1 Kota Pekanbaru 61 RSD Madani Kota Pekanbaru √ √ - √ - √ √ - - √ √ - - 2 12 16,7%
2 Kota Dumai 62 RSUD Kota Dumai √ √ - √ √ √ √ - - √ √ - -
DKI Jakarta 1 Jakarta Pusat 63 BBLK Jakarta √ √ √ √ √ √ √ √ √ Covid 19 - √ - 5 6 83,3%
64 Labkesda Provinsi DKI Jakarta √ √ √ √ √ √ √ √ √ Covid 19, AHUA, Lingkungan - √ -
65 RSUD Tarakan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
2 Jakarta Barat 66 RSUD Cengkareng √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
67 RS Kanker Dharmais √ √ √ √ √ √ √ √ - - - √ -
68 RS Anak dan Bunda Harapan Kita √ √ √ √ √ √ √ √ - - - √ -
69 RS Jantung dan Pembuluh Darah √ √ √ √ √ √ √ √ - - - √ -
3 Jakarta Timur 70 BBTKL - PP Jakarta √ √ √ √ √ √ √ √ √ COVID-19, Monkey pox - √ -
71 RSUD Budhi Asih √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
72 RSUD Pasar Rebo √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
IKK I IKK II IKK III IKP I
Provinsi yang memiliki Labkesmas Rujukan Spesimen Penyakit
berpotensi KLB/wabah Jumlah Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon Kab/Kota yang memiliki Labkesmas dengan kemampuan surveilans (Kemampuan dalam
Jumlah Labkesmas Kabupaten/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular
(DO = melaksanakan fungsi rujukan labkesmas yang mampu emerging disease, new emerging disease, re emerging disease mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi KLB/wabah/KKM)
DO = Labkesmas Kab/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular (minimal
melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab DO = Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon (DO= Provinsi yang 80% Kab/Kotanya telah memiliki Labkesmas dan memiliki kemampuan
mampu melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab penyakit berdasarkan metode
Provinsi Kab/Kota Instansi penyekit berdasarkan metode mikroskopis, serologi, biakan, uji emerging disease, new emerging disease, re-emerging disease (Alert digital surveilans epidemiologi (Kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi
mikroskopis, serologi, biologi molekuler sederhana dan pengepakan/pengiriman spesimen)
kepekaan obat, biologi molekuler sederhana dan System) KLB/wabah/KKM)
pengepakan/pengiriman spesimen)
Serologis Biomolekuler Metode Alert Digital System
Pengepakan / Jumlah Kab/Kota dengan Lab
Mikroskopis Rujukan penyakit NAR PCR dan/atau Jumlah Kab/Kota Persentase Kab/Kota
Serologi RDT Serologi ELISA Serologi Lainnya TCM PCR Pengiriman Biakan Uji kepekaan obat SKDR SINKARKES berkemampuan surveilans
NAR Antigen
73 RSUP Persahabatan √ √ √ √ √ √ √ - - COVID-19 - √ -
74 RS PON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono√ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
4 Jakarta Utara 75 RSPI dr. Sulianti Saroso √ √ √ √ √ √ √ √ √ COVID-19, AHUA, Flu Burung - √ -
5 Jakarta Selatan 76 RSUD Pasar Minggu √ √ - √ √ √ √ - √ - - √ -
77 RSUP Fatmawati √ √ - √ √ √ √ - √ - - √ -
Jawa Barat 1 Kota Bandung 78 Labkesda Provinsi Jawa Barat √ √ √ √ √ √ √ √ √ COVID-19, WGS - √ - 22 27 81,5%
79 Labkesda Kota Bandung √ √ √ (rusak ringan) √ (rusak ringan) - √ √ √ - COVID-19 - √ -
80 RSUP dr. Hasan Sadikin √ √ - √ √ √ √ - √ - - √ -
2 Kota Banjar 81 RSUD Kota Banjar √ √ - √ √ - √ √ - - - √ -
3 Kota Bekasi 82 RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid √ √ - √ √ √ √ √ - - - √ -
83 Labkesda Kota Bekasi √ √ - - √ √ √ √ - - - √ -
4 Kota Bogor 84 RSUD Kota Bogor √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
5 Kota Depok 85 Labkesda Kota Depok √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
86 RSUD Kota Depok √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
6 Kota Sukabumi 87 Labkesda Kota Sukabumi √ √ - - - √ √ - - - - √ -
7 Kota Tasikmalaya 88 Labkesda Kota Tasikmalaya √ √ - - - √ √ - - - - √ -
8 Bandung 89 RSUD Al Ihsan √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
9 Bandung Barat 90 RSUD Cililin √ √ √ - √ - √ - - - - √ -
91 RSUD Kalong Wetan √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
10 Bekasi 92 Labkesda Kab. Bekasi √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
93 RSUD Bekasi √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
11 Bogor 94 RSUD Cibinong √ √ - √ √ √ √ √ - - - √ -
95 RSUD Ciawi √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
12 Cianjur 96 RSUD Sayang Cianjur √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
13 Cirebon 97 RSUD Waled √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
14 Garut 98 Labkesda Kab. Garud √ √ - - - √ √ - - - - √ -
99 RSUD Slamet Garut √ √ - √ - √ √ - - - - √ -
15 Indramayu 100 Labkesda Kab. Indramayu √ √ √ - - √ √ - - - - √ -
101 RSUD Indramayu √ √ √ - √ - √ - - - - √ -
16 Karawang 102 RS Khusus Paru Karawang √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
17 Majalengka 103 Labkesda Kab. Majalengka √ √ - - - √ √ - - - - √
18 Pangandaran 104 Labkesda Kab. Pangandaran √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
19 Purwakarta 105 Labkesda Kab. Purwakarta √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
106 RSUD Bayuasih √ √ - - - √ √ - - - - √ -
20 Subang 107 Labkesda Kab. Subang √ √ - - - √ √ - - - - √ -
21 Sukabumi 108 Labkesda Kab. Sukabumi √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
109 RSUD Pelabuhan Ratu √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
22 Sumedang 110 Labkesda Kab. Sumedang √ √ - - - √ √ - - - - √ -
Jawa Tengah 1 Magelang 111 RSUD Muntilan √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
2 Kota Magelang 112 RSUD Tidar √ √ - √ √ - √ - - - - √ - 29 35 82,9%
3 Kota Semarang 113 Balai Labkes dan PAK Provinsi Jateng√ √ √ √ √ √ √ √ √ WGS - √ -
114 RSUD Tugu Rejo √ √ - √ √ √ √ √ √ - - √ -
4 Kendal 115 Labkesda Kab. Kendal √ √ - - - √ √ - - - - √ -
116 RSUD drh. Soendowo Kendal √ √ - √ √ - √ - - -
5 Sragen 117 Labkesda Kab. Sragen √ √ - - √ - √ - - - - √ -
6 Kebumen 118 Labkesda Kab. Kebumen √ √ √ - - √ √ - - - - √ -
7 Banjarnegara 119 Loka Litbang Banjarnegara √ √ √ √ - √ √ - - - - √ -
120 RSUD Hj. Anna Lasmanah √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
8 Jepara 121 RSUD RA Kartini √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
9 Purbalingga 122 RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
10 Boyolali 123 RSUD Pandanarang √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
11 Kudus 124 RSUD dr. Loekmono Hadi √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
12 Sukoharjo 125 RSUD Ir. Soekarno √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
13 Wonosobo 126 RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
14 Brebes 127 RSUD Bumi Ayu √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
15 Cilacap 128 RSUD Majenang √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
129 RSUD Cilacap √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
RSUD dr Soediran Mangun
16 Wonogiri 130 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Sumarso Wonogiri
17 Karanganyar 131 RSUD Karang Anyar √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
18 Temanggung 132 RSUD Temanggung √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
19 Kota Surakarta 133 RSUD dr Moewardi √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
20 Rembang 134 RSUD dr R. Soetrasno √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
21 Kota Pekalongan 135 RSUD Kraton √ √ √ - √ - √ - - - - √ -
22 Klaten 136 RSUD Bagas Waras √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
23 Blora 137 RSUD dr. Suprapto Cepu √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
24 Kota Tegal 138 RSUD Kardinah √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
25 Tegal 139 RSUD dr. Soeselo √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
26 Pati 140 RSUD AA Soewondo Pati √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
RSUD Prof dr. Soemargono
27 Banyumas 141 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Soekarjo
28 Demak 142 RSUD Sultan Fatah √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
29 Kota Salatiga 143 B2P2VRP Salatiga √ √ √ - √ √ √ √ - - dan lingkungan
sampel deteksi penyakit baik dari manusia maupun hewan √ -
Jawa Timur 1 Kota Pasuruan 144 RSUD Dr R Sudarsono √ √ - √ √ √ √ - - - - √ - 31 38 81,6%
2 Tuban 145 RSUD dr R koesma Tuban √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
146 Labkesda Kab. Tuban √ √ - - √ - √ - - - - √ -
3 Ponorogo 147 RSUD Dr Harjono S √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
4 Blitar 148 RSUD Srengat √ √ - √ - √ √ - - - - √ -
5 Nganjuk 149 RSD NGANJUK √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
6 Pasuruan 150 RSUD Bangil √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
7 Jombang 151 RSUD KABUPATEN JOMBANG √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
8 Tulungagung 152 RSUD dr. Iskak Tulungagung √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
RSUD DR Moh Saleh Kota
9 153 Probolinggo √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Kota Probolinggo
10 Bangkalan 154 RSUD syamrabu bangkalan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
11 Banyuwangi 155 RSUD BLAMBANGAN √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
IKK I IKK II IKK III IKP I
Provinsi yang memiliki Labkesmas Rujukan Spesimen Penyakit
berpotensi KLB/wabah Jumlah Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon Kab/Kota yang memiliki Labkesmas dengan kemampuan surveilans (Kemampuan dalam
Jumlah Labkesmas Kabupaten/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular
(DO = melaksanakan fungsi rujukan labkesmas yang mampu emerging disease, new emerging disease, re emerging disease mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi KLB/wabah/KKM)
DO = Labkesmas Kab/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular (minimal
melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab DO = Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon (DO= Provinsi yang 80% Kab/Kotanya telah memiliki Labkesmas dan memiliki kemampuan
mampu melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab penyakit berdasarkan metode
Provinsi Kab/Kota Instansi penyekit berdasarkan metode mikroskopis, serologi, biakan, uji emerging disease, new emerging disease, re-emerging disease (Alert digital surveilans epidemiologi (Kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi
mikroskopis, serologi, biologi molekuler sederhana dan pengepakan/pengiriman spesimen)
kepekaan obat, biologi molekuler sederhana dan System) KLB/wabah/KKM)
pengepakan/pengiriman spesimen)
Serologis Biomolekuler Metode Alert Digital System
Pengepakan / Jumlah Kab/Kota dengan Lab
Mikroskopis Rujukan penyakit NAR PCR dan/atau Jumlah Kab/Kota Persentase Kab/Kota
Serologi RDT Serologi ELISA Serologi Lainnya TCM PCR Pengiriman Biakan Uji kepekaan obat SKDR SINKARKES berkemampuan surveilans
NAR Antigen
12 Kota Surabaya 156 RSUD Dr.Soetomo √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
TB, Polio, Difteri, Campak, Rubella,
157 BBLK Surabaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ Malaria, HIV, Keracunan makanan
- √ -
leptospira, legionella, covid 19, TB,
158 BBTKL PP Surbaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ dengue, zika, chikungunya, malaria, - √ -
pes
159 Labkesda Kota Surabaya √ √ √ √ √ √ √
13 Sumenep 160 RSUD drh Moh. Anwar √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
14 Kota Kediri 161 RSUD Gambiran √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
15 Mojokerto 162 RSUD Prof. dr. Soekandar √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
163 Labkesda Kab. Mojokerto √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
16 Madiun 164 RS Dolopo √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
17 Kota Madiun 165 RSUD Kota Madiun √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
18 Banyuwangi 166 Labkesda Kab. Banyuwangi √ √ - - - √ √ - - - - √ -
19 Sidoarjo 167 RSUD Sidoarjp √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
20 Lamongan 168 RSUD dr. Soegiri Lamongan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
21 Trenggalek 169 RSUD dr. Soedomo Trenggalek √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
22 Kota Batu 170 RSUD Karsa Husada Batu √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
23 Bondowoso 171 Labkesda Kab. Bondowoso √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
24 Magetan 172 Labkesda Kab. Magetan √ √ - - - √ √ - - - - √ -
25 Kediri 173 RSUD Kediri √ √ - √ - √ √ - - - - √ -
RSUD dr Wahidin Sudiro
26 Kota Mojokerto 174 Husodomojokerto √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
27 Situbondo 175 RSUD Asem Bagus Situbondo √ √ - - √ - √ - - - - √ -
28 Sampang 176 RSUD dr Mohammad Zyn √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
29 Bojonegoro 177 Labkesda Kab. Bojonegoro √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
30 Ngawi 178 Labkesda Kab. Ngawi √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
31 Kota Malang 179 RSUD Kota Malang √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
DI Yogyakarta 1 Kota Yogyakarta 180 BLK Provinsi DI Yogyakarta √ √ √ √ - √ √ √ - Covid 19, Malaria, TBC - √ - 5 5 100,0%
181 RSUD Kota Yogyakarta √ √ √ √ √ - √ - - - - √ -
COVID-19, pemeriksaan kualitas
2 Bantul 182 Labkesda Kab. Bantul √ √ - √ - √ √ - - - √ -
air minum dan kualitas air bersih
183 BBTKL PP Yogyakarta √ √ - √ √ √ √ √ √ Covid 19, Malaria, TBC - √ -
3 Kulon Progo 184 RSUD Wates √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Gunung Kidul 185 RSUD Wonosari √ √ - - √ - √ - - - - √ -
5 Sleman 186 RSUP dr. Sardjito √ √ √ √ √ √ √ - √ - - √ -
Banten 1 Kota Serang 187 Labkesda Provinsi Banten √ √ - √ - √ √ √ - - - √ - 7 8 87,5%
188 RSUD Provinsi Banten √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
2 Kota Tangerang 189 Labkesda Kota Tangerang √ √ - - √ √ √ - - - - √ -
190 RSUD Kota Tangerang √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
3 Kota Tangerang Selatan 191 Labkesda Kota Tangerang Selatan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
192 RSUD Kota Tangerang Selatan √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Tangerang 193 Labkesda Kab. Tangerang √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
194 RSUD Kab. Tangerang √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
5 Lebak 195 Labkesda Kab. Lebak √ √ - - - √ √ - - - - √ -
6 Kota Cilegon 196 RSUD Kota Cilegon √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
7 Serang 197 RSUD dr Dradjat Prawiranegara √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Bali 1 Kota Denpasar 198 BLK Provinsi √ √ - √ - √ √ √ - Japanese Encephalitis - √ - 8 9 88,9%
199 RSUP IGNG Prof. Ngoerah (RSUP Sanglah)
√ √ - √ √ √ √ √ - Monkeypox, AHUA - √ -
2 Buleleng 200 RSUD Buleleng √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
3 Gianyar 201 RSUD Sanjiwani Gianyar √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
4 Tabanan 202 RSUD Tabanan √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
5 Karang Asem 203 RSUD Karangasem √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
6 Klungkung 204 RSUD Klungkung √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
7 Bangli 205 RSU Bangli √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
8 Jembrana 206 RSU Negara √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Labkesda Provinsi
Kalimantan Barat 1 Kota Pontianak 207 √ √ √ √ - √ √ - - - - √ - 2 14 14,3%
Kalimantan Barat
RSUD Ade Moehammad
2 Sintang 208 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Djoen
Kalimantan Selatan 1 Kota Banjarmasin 209 Balai Labkes Provinsi Kalimantan Selatan
√ √ √ √ - √ √ - - - - √ - 10 13 76,9%
210 RSUD Ulin Banjarmasin √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ -
COVID-19, Arbovirus, JE,
2 Kota Banjar Baru 211 BBTKL - PP Banjar Baru √ √ √ - √ √ √ √ √ Leptospirosis,Rotavirus
- √ -
Balai Litbbangkes Tanah
3 Tanah Bumbu 212 √ √ √ - √ √ √ - - - - √ -
Bumbu
4 Balangan 213 RSUD Balanga √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
5 Tanah Laut 214 RSUD Haji Boejasin √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
RSUD Brigjen DH Hasan Basry
6 Hulu Sungai Selatan 215 Kandangan √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -

7 Barito Kuala 216 RSUD H. Abdul Aziz Marabahan √ √ - √ √ - √ - - - - √ -


8 Tabalong 217 RSUD Badaruddin Kasim √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
9 Hulu Sungai Tengah 218 RSUD H Daman Huri Barabai √ √ - - √ √ √ - - - - √ -

10 Kota Baru 219 RSUD Pangeran Jaya Sumitra √ √ - √ √ - √ - - - - √ -


Kalimantan Timur 1 Kota Samarinda 220 Labkesda Provinsi √ √ - √ √ √ √ - - - - √ - 8 10 80,0%
221 Labkesda Kota Samarinda √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
2 Kota Balikpapan 222 Labkesda Kota Balikpapan √ √ - √ - √ √ - - - - √ -
3 Kota Bontang 223 Labkesda Kota Bontang √ √ - - - √ √ - - - - √ -
RSUD Aji Muhammad
4 Kutai Kartanegara 224 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Parikesit
5 Berau 225 RSUD dr. Abdul Rivai √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
6 226 RSUD Ratu Aji Putri Botung √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Penajam Paser Utara
IKK I IKK II IKK III IKP I
Provinsi yang memiliki Labkesmas Rujukan Spesimen Penyakit
berpotensi KLB/wabah Jumlah Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon Kab/Kota yang memiliki Labkesmas dengan kemampuan surveilans (Kemampuan dalam
Jumlah Labkesmas Kabupaten/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular
(DO = melaksanakan fungsi rujukan labkesmas yang mampu emerging disease, new emerging disease, re emerging disease mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi KLB/wabah/KKM)
DO = Labkesmas Kab/Kota yang melaksanakan pemeriksaan spesimen penyakit menular (minimal
melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab DO = Labkesmas dan KKP yang bisa mendeteksi peringatan dini dan merespon (DO= Provinsi yang 80% Kab/Kotanya telah memiliki Labkesmas dan memiliki kemampuan
mampu melakukan deteksi dan/atau identifikasi organisme penyebab penyakit berdasarkan metode
Provinsi Kab/Kota Instansi penyekit berdasarkan metode mikroskopis, serologi, biakan, uji emerging disease, new emerging disease, re-emerging disease (Alert digital surveilans epidemiologi (Kemampuan dalam mendeteksi dan mengendalikan penyakit potensi
mikroskopis, serologi, biologi molekuler sederhana dan pengepakan/pengiriman spesimen)
kepekaan obat, biologi molekuler sederhana dan System) KLB/wabah/KKM)
pengepakan/pengiriman spesimen)
Serologis Biomolekuler Metode Alert Digital System
Pengepakan / Jumlah Kab/Kota dengan Lab
Mikroskopis Rujukan penyakit NAR PCR dan/atau Jumlah Kab/Kota Persentase Kab/Kota
Serologi RDT Serologi ELISA Serologi Lainnya TCM PCR Pengiriman Biakan Uji kepekaan obat SKDR SINKARKES berkemampuan surveilans
NAR Antigen
RSUD Insan Harapan
227 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
7 Kutai Barat Sendawar
8 Kutai Timur 228 RSUD Kudungga √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Kalimantan Tengah 1 Kotawaringin Barat 229 RSUD Sultan Imanuddin √ √ - √ √ √ √ - - - - √ - 3 14 21,4%
2 Kotawaringin Timur 230 Labkesda Kotawaringin Timur √ √ - √ - √ √ - - - √ √ -
RSUD dr H Soemarno
3 Kapuas 231 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
Sosroatmodjo Kuala Kapuas
Kalimantan Utara 1 Kota Tarakan 232 RSUD Kota Tarakan √ √ √ √ √ √ √ - - - - √ - 1 5 20,0%
Nusa Tenggara Barat 1 Kota Mataran 233 RSUD Provinsi NTB √ √ - √ √ √ √ - - - - √ - 1 10 10,0%
Nusa Tenggara Timur 1 Kota Kupang 234 Labkesda Provinsi NTT √ √ - √ - √ √ - - - - √ - 2 22 9,1%
2 Ende 235 RS Ende √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
RSUP PROF DR RD KANDOU
Sulawesi Utara 1 Kota Manado 236 √ √ - √ √ √ √ - - - - √ -
MANADO 1 15 6,7%
237 BTKL PP Kelas I Manado √ √ √ - √ √ √ √ - Covid, DBD , JE , Cikungunya , Zika √ √ -
RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Gorontalo 1 Kota Gorontalo 238 √ √ - √ √ - √ - - - - √ -
Saboe 1 6 16,7%
Sulawesi Tengah 1 Donggala 239 Loka Litbang Donggala √ √ √ √ √ √ √ - - covid 19, schistosomiasis, malaria √ - 1 13 7,7%
Sulawesi Selatan 1 Soppeng 240 Labkesda Kab. Soppeng √ √ √ √ - √ √ - - - √ - 2 24 8,3%
RSUP dr. Wahidin Sudiro
2 Kota Makassar 241 √ √ √ √ √ √ √ - - - √ -
Husodo
Sulawesi Tenggara 1 Kolaka 242 RS Benyamin Guluh √ √ - √ √ √ √ - - - √ 5 17 29,4%
2 Kota Baubau 243 RSUD kota Baubau √ √ - √ √ √ √ - - - √
3 Bombana 244 RSU KAB BOMBANA √ √ - √ √ √ √ - - - √
4 Konawe 245 RSUD Konawe √ √ - √ √ √ √ - - - √
5 Kota Kendari 246 RSU BAHTERAMAS √ √ - √ √ √ √ - - - √
Labkesda Provinsi Sulawesi
Sulawesi Barat 1 Mamuju 247 √ √ √ √ √ √ √ - - - √ 1 6 16,7%
Barat
Maluku 1 Kota Ambon 248 BTKL - PP Kelas II Ambon √ √ √ - √ √ √ √ √ (TB) Covid-19 (KEPMENKES No. HK.01.07/MENKES/214/2020 Lab Jejaring Covid-19), WGS 1 11 9,1%
Maluku Utara 1 Kota Ternate 249 RSUD DR. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
√ √ √ √ √ √ √ - - - √ 1 10 10,0%
Papua 1 Kota Jayapura 250 Balai Litbangkes Papua √ √ √ √ √ √ √ √ √ (TB dan HIV) covid19, kusta, TB, WGS 1 29 3,4%
Papua Barat 1 Manokwari 251 RSUD Provinsi √ √ √ √ √ √ √ - - - 1 13 7,7%

Jumlah 196 514


KKP 1 KKP Kelas IV Entikong - √ - - - √ - - - - - √ √
2 KKP Kelas II Tanjung Balai Karimun - √ - - - - - - - - - - √
3 KKP Kelas I Batam - √ - - - - - - - - - - √
4 KKP Kelas II Tanjung Pinang - √ - - - - - - - - - - √
5 KKP Kelas II Dumai - √ - - - - - - - - - - √
6 KKP Kelas II Pekanbaru - √ - - - - - - - - - - √
7 KKP Kelas IV Labuan Bajo - √ - - - - - - - - - - √
8 KKP Kelas I Denpasar - √ - - - - - - - - - - √
9 KKP Kelas II Banten - √ - - - - - - - - - - √
10 KKP Kelas III Yogyakarta - √ - - - - - - - - - - √
11 KKP Kelas I Tanjung Priok - √ - - - - - - - - - - √
12 KKP Kelas II Cilacap - √ - - - - - - - - - - √
13 KKP Kelas II Semarang - √ - - - - - - - - - - √
14 KKP Kelas I Surabaya - √ - - - - - - - - - - √
15 KKP Kelas II Pontianak - √ - - - - - - - - - - √
16 KKP Kelas III Pangkal Pinang - √ - - - - - - - - - - √
17 KKP Kelas I Soekarno Hatta - √ - - - - - - - - - - √
18 KKP Kelas II Palembang - √ - - - - - - - - - - √
19 KKP Kelas I Medan - √ - - - - - - - - - - √
20 KKP Kelas I Makassar - √ - - - - - - - - - - √
IKK III 271 (20 KKP pada tahun 2022, tetapi sebenarnya semua KKP sudah melaporkan dalam SINKARKES)

Ketua Tim Kerja Laboratorium Surveilans,

dr. Endah Kusumowardani, M.Epid


NIP 197504082005012001
DAFTAR KABUPATEN/KOTA
DENGAN PENCAPAIAN TERHADAP INDIKATOR TARGET FASTANKES YANG TERINTEGRASI
DALAM SISTEM SURVEILANS BERBASIS DIGITAL
IKK I

Unit Pelapor

Jumlah RS yang Capaian RS yang


NO Jumlah RS yang
Jumlah RS yang melaporkan Jumlah RS Aktif terintegrasi
Persentase Mempunyai Akun Persentase
terdaftar dalam SKDR penyakit dalam Melapor di NAR PCR
NAR PCR
SKDR
1 3122 507 16 3,122 2,800 89.7 53.0

IKK II
Unit Pelapor
Jumlah
Jumlah Jumlah Capaian
Jumlah Puskesmas Puskesmas yang
NO Puskesmas/Klinik Puskesmas/Klinik Puskesmas/Klinik yang
yang terdaftar Dalam melaporkan Persentase Persentase
yang Mempunyai Aktif Melapor di NAR terintegrasi
SKDR penyakit dalam
Akun NAR Antigen Antigen
SKDR
1 10,864 7,741 71 22,494 18,796 83.6 77.4

Note:
1. Jumlah PKM yang ada di Pusdatin: 10.846 dan aktif melaporkan 7.741
2. Jumlah PKM yang mempunyai akun SKDR dan aktif melaporkan : 10.481
3. Jumlah RS yang di Pusdatin = 3.122 dan aktif melaporkan: 2.800
4. Jumlah RS yang terdapatar dalam SKDR dan aktif melaporkan: 770 (masih banyak RS yang belum implementasi ke dalam SKDR), dikarenakan belum
semua Provinsi melaksanakan SKDR berbasis RS

1. Faskes (RS) yang punya akun NAR PCR : 1.106


2. Faskes (RS) yang melaporkan hasil di NAR PCR hari ini : 145
3. Faskes (PKM/Klinik) yang punya akun NAR Antigen : 22.909
4. Faskes (PKM/Klinik) yang melaporkan hasil di NAR Antigen: 19.029

Ketua Tim Kerja Surveilans,

dr. Triya Novita Dinihari


NIP 196711162001122001
DATA FR DI PINTU MASUK YANG DIKENDALIKAN
TAHUN 2022
DATA PER 24 JANUARI 2023

Timestamp Satker Jumlah FR Jumlah FR Jumlah FR Jumlah Faktor Total jumlah Jumlah Faktor Persentase
yang yang yang Risiko (FR) FR yang Risiko (FR) Capaian
ditemukan ditemukan ditemukan yang ditemukan yang
pada orang pada alat pada barang ditemukan dikendalikan
angkut pada
1/16/2023 17.33.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam 546 451 0 5 1.002 1.002 100,00%
1/16/2023 16.07.53 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar 12.676 - 0 264 12.940 12.940 100,00%
1/16/2023 17.53.36 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar 359 30 2 3 394 394 100,00%
1/16/2023 21.27.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan 3.558 790 0 53 4.401 4.372 99,34%
1/17/2023 8.05.18 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno Hatta 438.554 14.160 0 18 452.732 452.732 100,00%
1/16/2023 19.12.52 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya 3.726 175 33 320 4.254 4.254 100,00%
1/17/2023 8.59.44 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok 60.254 133 0 156 60.387 60.387 100,00%
1/16/2023 16.42.08 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon 1.555 16 0 53 1.624 1.624 100,00%
1/16/2023 16.11.28 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan 5.845 242 0 68 6.155 6.155 100,00%
1/16/2023 16.17.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banda Aceh 9 3 2 270 285 285 100,00%
1/17/2023 10.24.27 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Bandung 2.383 1 7 84 2.475 2.475 100,00%
1/16/2023 16.41.13 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banjarmasin 8.155 24 1 69 8.249 8.247 99,98%
1/17/2023 9.49.20 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten 138 102 11 960 161 161 100,00%
1/17/2023 8.17.40 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Cilacap 34 - 0 78 112 112 100,00%
1/16/2023 22.11.48 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Dumai 435 6 0 114 555 555 100,00%
1/16/2023 21.13.51 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Gorontalo 1.023 8 0 47 1.078 1.078 100,00%
1/16/2023 16.58.42 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Jayapura 1.821 22 0 4 1.847 1.826 98,86%
1/17/2023 7.17.26 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kendari 378 17 1 0 395 378 95,70%
1/17/2023 8.53.19 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kupang 2.240 2.028 0 46 4.314 4.314 100,00%
1/17/2023 8.03.29 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Manado 3.436 - 0 213 3.649 3.631 99,51%
1/16/2023 16.28.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram 2.743 5.763 0 538 9.044 9.044 100,00%
1/16/2023 16.28.55 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang 97 26 0 23 146 146 100,00%
1/17/2023 7.58.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Palembang 978 14 0 16 1.008 1.008 100,00%
1/17/2023 8.10.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Panjang 173 10 1 9 193 193 100,00%
1/17/2023 7.48.29 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru 1.268 11 0 25 1.304 1.303 99,92%
1/16/2023 17.14.55 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak 17.187 1.944 0 353 19.484 19.484 100,00%
1/16/2023 17.36.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo 116 11 31 206 364 364 100,00%
1/16/2023 20.29.08 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda 13.540 147 0 114 13.801 13.801 100,00%
1/16/2023 16.13.04 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang 491 50 0 295 836 836 100,00%
1/16/2023 16.18.42 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Balai Karimun 519 19 0 40 578 578 100,00%
1/16/2023 16.42.14 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Pinang 367 12 12 378 769 769 100,00%
1/17/2023 9.25.12 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan 7.151 3 0 288 7.442 7.442 100,00%
1/17/2023 10.44.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ternate 16 7 2 37 62 62 100,00%
1/16/2023 22.31.17 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bengkulu 107 124 107 935 1.273 1.273 100,00%
1/16/2023 16.46.48 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Biak 69 19 0 7 95 95 100,00%
1/16/2023 18.51.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung 27 19 0 833 879 879 100,00%
1/16/2023 16.09.19 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Jambi 8.183 1 358 7 8.549 8.549 100,00%
1/16/2023 16.09.18 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Lhokseumawe 17 - 0 133 150 150 100,00%
1/17/2023 6.19.39 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Manokwari 1.019 - 0 4 1.023 1.023 100,00%
1/16/2023 20.22.44 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Merauke 200 - 0 46 246 246 100,00%
1/16/2023 17.04.24 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangkaraya 3.444 3 0 18 3.465 3.465 100,00%
1/16/2023 16.15.33 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palu 1.260 - 0 96 1.356 1.342 98,97%
1/16/2023 19.07.28 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Pangkal Pinang 101 23 0 76 200 200 100,00%
1/16/2023 17.57.43 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Poso 129 31 0 189 349 349 100,00%
1/17/2023 10.11.58 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sabang 7 - 10 106 113 113 100,00%
1/16/2023 18.51.03 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit 4 - 0 3 7 7 100,00%
1/17/2023 9.26.06 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sorong 33 37 0 245 315 315 100,00%
1/16/2023 16.27.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Tembilahan 50 1 0 12 63 63 100,00%
1/17/2023 7.49.22 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Yogyakarta 105 - 0 5 5 5 100,00%
1/17/2023 8.28.50 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IV Entikong 202 582 8 290 1.082 1.082 100,00%
1/17/2023 10.01.20 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas IV Labuan Bajo 75 7 0 243 325 325 100,00%
Total 606.803 27.072 586 8.395 641.535 641.433 99,98%

Ketua Tim Kerja Informasi dan Kerjasama,

Indra Jaya, SKM, M.Epid


NIP 197509122000031001
DATA FR DI PINTU MASUK YANG DIKENDALIKAN
TAHUN 2022
DATA PER 24 JANUARI 2023

Persentase
Nama Satker
Capaian
KKP Kelas II Kendari 95,70%
KKP Kelas IV Labuan Bajo 100,00%
KKP Kelas II Jayapura 98,86%
KKP Kelas IV Entikong 100,00%
KKP Kelas III Palu 98,97%
KKP Kelas III Yogyakarta 100,00%
KKP Kelas I Medan 99,34%
KKP Kelas III Tembilahan 100,00%
KKP Kelas II Manado 99,51%
KKP Kelas III Sorong 100,00%
KKP Kelas II Pekanbaru 99,92%
KKP Kelas III Sampit 100,00%
KKP Kelas II Banjarmasin 99,98%
KKP Kelas III Sabang 100,00%
KKP Kelas I Batam 100,00%
KKP Kelas III Poso 100,00%
KKP Kelas I Denpasar 100,00% KKP Kelas III Pangkal Pinang 100,00%
KKP Kelas I Makassar 100,00% KKP Kelas III Palangkaraya 100,00%
KKP Kelas I Soekarno Hatta 100,00% KKP Kelas III Merauke 100,00%
KKP Kelas I Surabaya 100,00% KKP Kelas III Manokwari 100,00%
KKP Kelas I Tanjung Priok 100,00% KKP Kelas III Lhokseumawe 100,00%
KKP Kelas II Ambon 100,00% KKP Kelas III Jambi 100,00%
KKP Kelas II Balikpapan 100,00% KKP Kelas III Bitung 100,00%
KKP Kelas II Banda Aceh 100,00% KKP Kelas III Biak 100,00%
KKP Kelas II Bandung 100,00% KKP Kelas III Bengkulu 100,00%
KKP Kelas II Banten 100,00% KKP Kelas II T ernate 100,00%
KKP Kelas II Cilacap 100,00% KKP Kelas II T arakan 100,00%
KKP Kelas II Dumai 100,00% KKP Kelas II T anjung Pinang 100,00%
KKP Kelas II Gorontalo 100,00% KKP Kelas II T anjung Balai Karimun 100,00%
KKP Kelas II Kupang 100,00% KKP Kelas II Semarang 100,00%
KKP Kelas II Mataram 100,00% KKP Kelas II Samarinda 100,00%
KKP Kelas II Padang 100,00% KKP Kelas II Probolinggo 100,00%
KKP Kelas II Palembang 100,00% KKP Kelas II Pontianak 100,00%
KKP Kelas II Panjang 100,00% KKP Kelas II Panjang 100,00%
KKP Kelas II Pontianak 100,00% KKP Kelas II Palembang 100,00%

KKP Kelas II Probolinggo 100,00% KKP Kelas II Padang 100,00%

KKP Kelas II Samarinda 100,00% KKP Kelas II Mataram 100,00%

KKP Kelas II Semarang 100,00% KKP Kelas II Kupang 100,00%


KKP Kelas II Gorontalo
KKP Kelas II Tanjung Balai Karimun 100,00% 100,00%
KKP Kelas II Dumai 100,00%
KKP Kelas II Tanjung Pinang 100,00%
KKP Kelas II Cilacap 100,00%
KKP Kelas II Tarakan 100,00%
KKP Kelas II Banten 100,00%
KKP Kelas II Ternate 100,00%
KKP Kelas II Bandung 100,00%
KKP Kelas III Bengkulu 100,00%
KKP Kelas II Banda Aceh 100,00%
KKP Kelas III Biak 100,00%
KKP Kelas II Balikpapan 100,00%
KKP Kelas III Bitung 100,00%
KKP Kelas II Ambon 100,00%
KKP Kelas III Jambi 100,00%
KKP Kelas I T anjung Priok 100,00%
KKP Kelas III Lhokseumawe 100,00%
KKP Kelas I Surabaya 100,00%
KKP Kelas III Manokwari 100,00% KKP Kelas I Soekarno Hatta 100,00%
KKP Kelas III Merauke 100,00% KKP Kelas I Makassar 100,00%
KKP Kelas III Palangkaraya 100,00% KKP Kelas I Denpasar 100,00%
KKP Kelas III Pangkal Pinang 100,00% KKP Kelas I Batam 100,00%
KKP Kelas III Poso 100,00% KKP Kelas II Banjarmasin 99,98%
KKP Kelas III Sabang 100,00% KKP Kelas II Pekanbaru 99,92%
KKP Kelas III Sampit 100,00% KKP Kelas II Manado 99,51%
KKP Kelas III Sorong 100,00% KKP Kelas I Medan 99,34%
KKP Kelas III Tembilahan 100,00% KKP Kelas III Palu 98,97%
KKP Kelas III Yogyakarta 100,00% KKP Kelas II Jayapura 98,86%
KKP Kelas IV Entikong 100,00% KKP Kelas II Kendari 95,70%
KKP Kelas IV Labuan Bajo 100,00%

Ketua Tim Kerja Informasi dan Kerjasama,

Indra Jaya, SKM, M.Epid


NIP 197509122000031001
JUMLAH REKOMENDASI B/BTKLPP YANG DIMANFAATKAN TAHUN 2022
DATA PER 24 JANUARI 2022

Jumlah
Rekomendasi
Jumlah
yang Total
Jumlah rekomendasi
dimanfaatkan Rekomendasi Persentase
Satker rekomendasi yang
oleh yang Capaian
yang dikeluarkan dimanfaatkan
instansi/satker/ dimanfaatkan
oleh BTKLPP
LPLS diluar
BTKLPP
BTKLPP Kelas I Batam 193 12 133 145 75%
BTKLPP Kelas I Makassar 131 9 105 114 87%
BBTKLPP Jakarta 300 14 238 252 84%
BTKLPP Kelas I Manado 90 9 52 61 68%
BBTKLPP Yogyakarta 321 22 227 249 78%
BTKLPP Kelas II Ambon 295 95 178 273 93%
BBTKLPP Surabaya 160 80 80 160 100%
BTKLPP Kelas I Palembang 129 8 121 129 100%
BTKLPP Kelas I Medan 76 21 55 76 100%
BBTKLPP Banjarbaru 272 10 199 209 77%
Total 1967 280 1388 1668 85%

Ketua Tim Kerja Informasi dan Kerjasama,

Indra Jaya, SKM, M.Epid


NIP 197509122000031001

You might also like