You are on page 1of 19

MAKALAH0

0MATA KULIAH KOMUNIKASI PERTANIAN


KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN IPA (Importance
Performance Analysis): Studi Kasus Petani Tradisional Samin di Desa
Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora

Dosen Pengampu : Prof. Dr. U. Maman, M.Si.

Disusun oleh Kelompok 3 :

Detia Agustin 11210920000003


Dyah Ayuning Tyas 11210920000033
Kanjeng Bhaihaqi Aruma 11210920000034
Andi Cakra Khalid Azizi 11210920000039
Rizkya Mayla 11210920000062
Silfi Rafa Anjani 11210920000065
Farhah Sakinah 11209200000091
Hasriana 11210920000092
Rahmat Subagja 11210920000099
AGRIBISNIS 3A

0PROGRAM STUDI AGRIBISNIS0


0FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI0
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat tersusun makalah yang berjudul “Kearifan Lokal Indonesia dengan Pendekatan
IPA (Importance Performance Analysis): Studi Kasus Petani Tradisional Samin di Desa
Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.”
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian yang
diampu oleh Prof. Dr. U. Maman, M.Si.. Selain itu makalah ini juga dibuat bertujuan untuk
menambah wawasan kami dan mempelajari pembahasan ini lebih dalam.
Dalam proses penyusunan makalah ini, dibuat dengan bantuan beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun akan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. U. Maman, M.Si., selaku dosen mata kuliah Komunikasi Pertanian yang
telah memberikan pengarahan dan pengajaran selama satu semester ini.
2. Orang tua penyusun yang telah menyediakan fasilitas untuk menyusun makalah ini.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar makalah ini dapat
tersusun dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, bahkan jauh dari kata
sempurna, baik dalam teknik penyusunan maupun dalam isi yang disampaikan. Oleh sebab itu,
penyusun mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik atau saran yang
membangun untuk penyempurnaan makalah.

Tangerang Selatan, 08 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan0Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 3
2.1 Gambaran Umum Desa Klopoduwur Kabupaten Blora .......................................... 2
2.2 Sejarah Terbentuknya Masyarakat Petani Tradisional Samin ................................. 2
2.3 Pengertian Kearifan Lokal ....................................................................................... 2
2.4 Pengertian Metode IPA (Importance Performance Analysis) ................................. 2
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
3.1 Biografi Masyarakat Petani Tradisional Samin ....................................................... 2
3.2 Kearifan Lokal Petani Tradisional Samin di Kabupaten Blora ............................... 2
3.2.1 Mempertahankan Lahan Pertanian Sebagai Warisan ............................................... 2
3.2.2 Peraturan Adat Samin: Tidak Menjual Seluruh Hasil Panennya ............................... 2
3.2.3 Upacara Adat Pensucian Alat-alat Pertanian: Jamasan ............................................. 2
3.2.4 Upacara Persembahan Syukur Kepada Alam: Kadeso ............................................. 2
3.3 Kearifan Lokal dengan Pendekatan IPA (Importance Performance Analysis) ....... 2
3.3.1 Identifikasi Atribut-atribut....................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 10
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 10
4.2 Saran ...................................................................................................................... 11
0DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12
0LAMPIRAN.......................................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku, budaya dan adat
istiadat yang menjadi sebuah ciri khas di setiap wilayah Indonesia. Hal ini menjadikan
Indonesia sebagai negara yang penuh dengan keistimewaan terutama jika ditinjau dari aspek
masyarakat petani. Masyarakat Indonesia sebagian besar bertempat tinggal disebuah desa
pedesaan dan sebagian lainnya menetap di wilayah perkotaan, di mana inilah yang menjadi
ciri Indonesia sebagai negara agraris, yakni negara pertanian. Data BPS (2014) mencatat
bahwa terdapat sekitar 1.340 suku yang dimiliki oleh Indonesia dan tersebar di seluruh
penjuru nusantara. Suku-suku yang saat ini masih bertahan bermukim di wilayah pedesaan.

Yuliati dan Purnomo (2003) menuturkan bahwa masyarakat agraris masih


menggantungkan hidupnya pada hasil produksi tanah sebagai sarana produksi pokok dan
mempunyai keragaman mata pencarian menjadi seorang petani yang berorientasi pada
pertanian atau usaha tani. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa pertanian menjadi
pekerjaan yang utama bagi masyarakat pedesaan. Selain itu, jika dilihat dari data Badan Pusat
Statistik tahun 2010 dalam Dwiyana Anela Kurniasari, Edi Dwi Cahyono, dan Yayuk Yuliati
tahun 2018, lahan yang tersedia untuk petani di Indonesia sejumlah 8.111.593 ha yang lahan
pertanian tersebut terletak di daerah pedesaan dan hanya sebagian kecil saja terletak di
wilayah perkotaan.

Lahan pertanian tersebut dimanfaatkan oleh petani sebagai penunjang kehidupan


keluarganya sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat adat di Indonesia. Pengetahuan dalam usahatani diperoleh petani dari leluhur
yang diberikan secara turun temurun dengan memakai peralatan-peralatan pertanian secara
tradisional. Masyarakat petani ini dikenal sebagai petani tradisional yang dalam pelaksanaan
usaha taninya berlandaskan pada ketentuan-ketentuan adat yang berlaku karena mereka
meyakini bahwa di antara alam dan adat istiadat tidak dapat terpisahkan. Selain itu, karena
pada usaha taninya sangat tergantung akan kondisi alam, sehingga tentunya mereka juga
harus dapat menghormati alam sebagai balasan dari limpahan hasil panen mereka melalui
menerapkan ritual-ritual adat ketika melaksanakan usaha tani tersebut.

Melalui ritual-ritual adat tersebut dipercayai oleh masyarakat petani akan mendapatkan

1
hasil panen yang berlimpah sehingga akan berdampak pada keuntungan yang didapatkan
cukup besar untuk memenuhi kebutuhan. Dengan hal tersebut, maka petani tradisional
tentunya mempunyai pengetahuan lokal yang merupakan pengetahuan warisan leluhur
sehingga dapat bertahan hingga saat ini dan digunakan dalam usaha taninya dengan
menyakini pengetahuan tersebut sampai saat ini.

Salah satu masyarakat adat yang melakukan usahataninya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan adat adalah Masyarakat Samin di Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo,
Kabupaten Blora. Petani tradisional Samin adalah masyarakat Adat Samin yang menjalankan
kehidupan pertaniannya dengan berlandaskan oleh adat istiadat Samin sejak Samin
Surosentiko datang ke desa mereka. Pertanian ini telah berjalan sejak tahun 1840 dan hingga
saat ini masih dilakukan oleh petani tradisional Samin dalam melakukan usahatani sesuai
dengan adat istiadat Samin.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, di antaranya :

1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal Indonesia?


2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan IPA (Importance Performance Analysis)?
3. Bagaimana studi kasus kearifan lokal petani tradisional Samin, khususnya di Desa
Klopoduwur Kabupaten Blora?
4. Apabila ditinjau dari aspek pendekatan IPA (Importance Performance Analysis),
atribut-atribut apa saja yang dapat diambil dari kearifan lokal petani tradisional
Samin di Desa Klopoduwur Kabupaten Blora?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, di antaranya :

1. Mengetahui pengertian terkait kearifan lokal Indonesia.


2. Mengetahui pengertian pendekatan IPA (Importance Performance Analysis).
3. Mengetahui salah satu studi kasus kearifan lokal petani tradisional Samin,
khususnya di Desa Klopoduwur Kabupaten Blora.
4. Mengetahui atribut-atribut yang dapat diambil dari kearifan lokal petani tradisional
Samin di Desa Klopoduwur Kabupaten Blora melalui pendekatan IPA (Importance
Performance Analysis).

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Desa Klopoduwur Kabupaten Blora


Desa Klopoduwur merupakan desa yang terletak di Kecamatan Banjarejo, Kabupaten
Blora, Provinsi Jawa Tengah. Desa Klopoduwur termasuk sebagai desa swakarya atau desa
peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju desa swasembada. Desa Klopoduwur
memiliki luas wilayah sebesar 687,705 ha, dan memiliki batas wilayah antara lain yaitu pada
sebelah utara berbatasan dengan Desa Gedongsari, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Sumber Agung Banjarejo Blora, sebelah timur berbatasan dengan Desa Jepangrejo dan sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Sidomulyo, Jipang dan juga Hutan Jati yang dimiliki oleh
Perhutani Kabupaten Blora.
Desa Klopoduwur memiliki beberapa pendukuhan, pendukuhan sendiri ialah
pembagian wilayah administratif yang memiliki kedudukan di bawah kelurahan atau desa.
Pendukuhan yang terdapat pada Desa Klopoduwur berjumlah sebanyak enam dukuh yaitu
Dukuh Wotrangkul, Dukuh Badong Kidul, Dukuh Badong Geneng, Dukuh Sale, Dukuh
Semengko, dan Dukuh Karangpace.
Desa Klopoduwur merupakan desa yang wilayahnya cukup besar dimana dapat terlihat
dengan enam pendukuhan yang dimiliki oleh Desa Klopoduwur, dan jumlah penduduk yang
terdapat di Desa Klopoduwur dapat terbilang cukup padat. Menurut data BPS Kabupaten Blora
Tahun 2020 terkait jumlah penduduk Kecamatan Banjarejo menurut Desa/Kelurahan dan Jenis
Kelamin (Jiwa) 2020, jumlah penduduk di Desa Klopoduwur sebanyak 5.132 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.592 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
2.540 jiwa.
Kondisi ekonomi di Desa Klopoduwur dibagi menjadi tiga tingkatan, antara lain yaitu
golongan bawah, golongan menengah dan golongan atas. Kondisi ekonomi di Desa
Klopoduwur ini sebagian besar dapat dikatakan berkecukupan. Sebagian besar penduduk Desa
Klopoduwur bekerja sebagai petani seperti di ladang, sawah ataupun berkebun dan juga sebagai
buruh tani di hutan milik Perhutani atau memelihara hewan ternak seperti kambing, sapi, dan
lainnya. Pekerjaan sebagai petani dan juga buruh tani yang dilakukan oleh penduduk Desa
Klopoduwur sudah diturunkan sejak turun temurun oleh nenek moyang atau leluhur mereka.

2.2 Sejarah Terbentuknya Masyarakat Samin di Kabupaten Blora

3
Ajaran Saminisme awalnya sampai di Kabupaten Blora yang dipimpin oleh Samin
Surosentiko, dan menandai titik awal berkembangnya peradaban masyarakat Samin di
Kabupaten Blora. Samin merupakan seorang keturunan Jawa Tengah, lahir di Kabupaten
Blora pada tahun 1859. Raden Kohar adalah nama asli Samin Surosentiko. Ia adalah putra
dari Raden Mas Brotodiningrat atau Raden Surowodjoyo, seorang Bupati yang memerintah
dari tahun 1802 sampai 1826.
Pada tahun 1840, Raden Surowidjoyo memberanikan diri meninggalkan keraton dan
menyegel kemewahan, membentuk kelompok pemuda yang dikenal dengan nama Tiyang
Sami Amin. Raden Surowidjoyo memiliki seorang putra pada tahun 1859, yang kemudian
melanjutkan perjuangan ayahnya melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Surowidyojo, putra
Raden, bernama Samin Surosentiko. Samin Surosentigo menawarkan berbagai doktrin yang
menyimpang dari kebiasaan umum hidup masyarakat Jawa. Samin Surosentiko dan para
pendukungnya menyebar ke seluruh Kabupaten Blora menentang kekuasaan pemerintah
Kolonial Belanda. Samin Surosentiko meninggal di pengasingan pada tahun 1914 dan
dimakamkan di Sawahlunto, Sumatera Barat.
Murid Samin Surosentiko yang berdedikasi, Mbah Engkrek, meneruskan ajaran Samin
setelah kematian guru komunitas Samin, Samin Surosentiko. Mbah Engkrek mewariskan
ilmu Samin kepada keturunan laki-lakinya yang dipercaya sebagai pewaris Samin untuk
melestarikan dan menyebarluaskan ajaran Samin. Mbah Lasio, keturunan Mbah Engkrek,
merupakan tokoh adat Samin saat ini. Ia bersama masyarakat Adat Samin lainnya mendiami
Dusun Karangpace, Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Mbah Lasio
masih menjalankan dan menyebarkan ajaran Samin kepada para pengikutnya yang setia
hingga saat ini.

2.3 Pengertian Kearifan Lokal


Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal
dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Menurut Wibowo
(2015:17).Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan
mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik. Kearifan lokal adalah
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka.Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat diartikan bahwa
kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok

4
masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya
oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu .Selanjutnya Istiawati (2016:5)
berpandangan bahwa kearifan lokal merupakan cara orang bersikap dan bertindak dalam
menanggapi perubahan dalam lingkungan fisik dan budaya. Suatu gagasan konseptual yang
hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran
masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai dengan yang
profan (bagian keseharian dari hidup dan sifatnya biasa-biasa saja).
Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.Kearifan lokal menurut (Ratna,2011:94) adalah semen pengikat
dalam bentuk kebudayaan yang sudah ada sehingga didasari keberadaan. Kearifan lokal dapat
didefinisikan sebagai suatu budaya yang diciptakan oleh aktor-aktor lokal melalui proses
yang berulang-ulang, melalui internalisasi dan interpretasi ajaran agama dan budaya yang
disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan Dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-
hari bagi masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat mengambil benang merah bahwa
kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara terus-menerus di
dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa,
kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari.

2.4 Pengertian Metode IPA (Importance Performance Analysis)


Importance and Performance Analysis (Simamora, 2004) berpendapat bahwa metode
ini menentukan apakah suatu atribut dianggap penting atau tidak oleh konsumen dan Apakah
atribut tersebut memuaskan konsumen atau tidak, sehingga dapat prioritas peningkatan
kinerja untuk msing-masing atribut. Analisis tersebut juga tidak menjelaskan hubungan antar
atribut, sehingga tidak bisa dijelaskan apakah atribut yang satu berpengaruh terhadap atribut
yang lain atau tidak.Penentuan prioritas perbaikan kinerja hanya ditentukan oleh nilai relatif,
yaitu nilai rata-rata harapan dan kepuasan, belum mempertimbangkan sumberdaya dan
kemampuan perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja tersebut. Analisis Importance-
Performance biasanya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan
konsumen terhadap suatu pelayanan dengan cara mengukur harapan dan tingkat
pelaksanaannya. Analisis kepentingan dan kinerja (IPA) digunakan agar memberikan analisis
visual tentang penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan. Dari pandangan konsumen
terhadap pelayanan perusahaan tersebut dapat dijadikan sebagai ilustrasi yang terus terang

5
tentang dimensi pelayanan, dimana konsumen sangat menganggap penting dan serta
diarahkan dengan baik oleh ilustrasi-ilustrasi pelayanan tersebut. Setelah itu menggunakan
diagram kartesius IPA untuk menentukan stategi peningkatan kepuasan konsumen

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Biografi Masyarakat Petani Tradisional Samin


Masyarakat petani Adat Samin di Dusun Karangpace Desa Klopoduwur merupakan
masyarakat petani tradisional atau dalam istilah jawa disebut sebagai petani utun yang
mayoritas mempunyai mata pencarian utama sebagai petani dan telah menjadi bagian dari
masyarakat Adat Samin yang tidak dapat dipisahkan yang telah dilakukan sejak awal
munculnya ajaran Samin sampai saat ini. Walaupun saat ini banyak generasi-generasi mudanya
melakukan perkerjaan lain, tetapi hal ini tidak menjadikan bertani sebagai pekerjaan yang
dilupakan. Bertani tetap menjadi pekerjaan utama yang dilakukan masyarakat Adat Samin.
Petani Samin mengerjakan sawahnya yang sebagaian besar adalah warisan dari leluhur
mereka karena dalam ajarannya, masyarakat Adat Samin tidak diperbolehkan untuk menjual
lahan sawah mereka kepada orang lain. Oleh karena itu, masyarakat petani Samin melakukan
usaha taninya dengan lahan sawah hasil dari warisan turun temurunnya. Terlepas dari itu,
Masyarakat Adat Samin pula termasuk dalam petani Pesangem yang dipinjami lahan oleh
Perhutani agar dapat ditanami komoditas pertanian. Wilayah perkampungan Samin ini
termasuk ke dalam wilayah KPH Blora, sehingga pihak KPH Blora tersebut telah menjadi mitra
masyarakat Adat Samin selama ini.
Pada kegiatan usaha taninya, petani Samin bekerja di sawah mulai pukul 07.00 sampai
pukul 12.00, kemudian kembali lagi ke lading pada pukul 13.30 hingga 16.30 dengan
komoditas yang ditanam berupa padi, jagung, ketela, dan berbagai sayuran serta buah-buahan,
seperti : bayam, labu kuning, cabai, pisang, mangga, dan jambu. Tanaman-tanaman tersebut
ditanam di sekitar halaman rumah mereka. Masyarakat Samin cenderung menyukai memasak
dengan hasil lading sendiri karena mereka menganggap makanan tersebut lebih sehat dan
hemat. Hal tersebut di dasarkan pula karena petani tradisional Samin menggunakan bahan-
bahan organik dalam melakukan usaha taninya karena apabila menggunakan bahan kimia yang
terlalu banyak dapat merusak lingkungan.
Ajaran Samin mengajarkan masyarakatnya agar tidak boleh merusak lingkungan dalam
mendapatkan kebutuhan seharu-hari, karena alam menjadi sumber penghidupan mereka. Unsur
hara yang diperlukan petani tradisional dalam melakukan usaha taninya dapat dicukupkan
menggunakan bahan organik, seperti pupuk kandang sebagai penyubur tanah (Widodo, 2009).

7
3.2 Kearifan Lokal Petani Tradisional Samin di Kabupaten Blora
Petani Samin dalam melakukan usaha taninya menggunakan metode-metode
tradisional termasuk dengan mematuhi aturan-aturan adat dalam bertani. Aturan-aturan
yang telah di ajarkan dalam Ajaran Samin diyakini oleh masyarakat petani dalam bentuk
hal-hal yang yang boleh dan tidak boleh dilakukan masyarakat petani Samin agar selalu
mendapatkan berkah dengan menghasilkan panen yang berlimpah.
Adapun macam-macam kearifan lokal petani tradisional Samin yang masih di jalani
sampai sekarang, diantaranya sebagai berikut :
3.2.1 Mempertahankan Lahan Pertanian Sebagai Warisan
Mempertahankan lahan dalam hal ini bermaksud untuk tidak membiarkan lahan
pertanian menjadi lahan non-pertanian, dengan kearifan lokal beranggapan bahwa lahan
tersebut merupakan warisan sebagai lahan pertanian. Dalam upaya menghentikan
konversi lahan sawah menjadi lahan non sawah, masyarakat petani tradisional Samin di
Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah
menggunakan kearifan lokal tersebut (Kurniasari et al. 2018). Masyarakat Samin adalah
keturunan dari pengikut Samin anak dari Bupati Blora berkuasa dari tahun 1802 – 1826,
yang meninggalkan segala kenyamanan hidup dan menetap di Desa Klopoduwur,
Kecamatan Banjarerjo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Samin menanamkan nilai-nilai
kejujuran dan tanggung jawab kepada anaknya untuk kesejahteraan keluarganya (Kirom
2012). Kurniasari tahun 3018 menyatakan, mayoritas masyarakat Samin adalah petani
utun yang mempraktekkan cara bertani secara tradisional.
Kearifan lokal yang dimiliki Suku Samin berpotensi untuk mencegah lahan
pertanian agar tidak terkonversi dengan ditambah Berbagai upaya seperti pertanian
dengan sistem organik, dan usaha agar terjadi swasembada pangan dalam skala
masyarakat desa (Jumari et al. 2012). Suku Samin percaya bahwa sawah adalah milik
alam sehingga tidak boleh dijual kepada suku lain di luar suku Samin. Hanya
menggunakan pupuk organik, termasuk pupuk kandang dan kompos, dalam proses
pertanian karena rasa syukur dan hormat yang tulus terhadap alam dan lingkungan serta
keinginan untuk menghindari kerusakan. Suku Samin dilarang menjual seluruh hasil
pertaniannya terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan masing-masing rumah petani
kemudian menjual sisa hasil buminya untuk memenuhi kebutuhan lain dalam upaya
swasembada pangan di tingkat desa. Diharapkan petani dapaat mengolah pupuk kompos

8
dari pupuk kandang dengan memfermentasikannya menggunakan EM4 ataupun micro
organism local (MOL) demi berhasilnya sistem pertanian organik ini dan meningkatkan
produksi padi yang stabil dari waktu ke waktu (Lestari et al. 2014).
Pembuatan tumpeng dan pelaksanaan upacara Kadeso di dekat mata air sebagai
wujud penghargaan atas nasib baik mereka untuk membuat saluran irigasi selalu
mengalir lancar melewati persawahan tempat tinggal suku Samin. Masyarakat Samin
dilarang merusak hutan alam atau menebang pohon di sekitar sumber air dalam
melaksanakan kehidupan bermasyarakat. Sebagai salah satu bentuk pemeliharaan
peralatan penunjang kegiatan pertanian, suku Samin juga mengadakan upacara adat
untuk membersihkan alat-alat pertanian (Kurniasari et al. 2018).
Karena kearifan lokal suku Samin yang begitu mendukung upaya pencegahan
konversi lahan sawah menjadi non sawah dan menciptakan bahan pangan berkualitas
yang menopang keberlangsungan hidup masyarakat, dapat dijadikan contoh bagi daerah
pertanian di daerah lain. Lestari dan Pinasti tahun 2017 mengatakan kunci dari
keberhasilan kearifan lokal ini adalah karakteristik seperti patuhnya masyarakat pada
para tetua atau pemangku adat yang ada.

3.2.2 Peraturan Adat Samin: Tidak Menjual Seluruh Hasil Panennya


Petani Samin menanam tanaman padi sebagai salah satu tanaman yang wajib
ditanam. Selain padi, masyarakat Samin melakukan diversifikasi pangan berupa tradisi
makan umbi-umbian seperti ketela dan jagung sebagai cemilan, terutama pada saat
kumpul-kumpul. Dalam bertani, Petani Samin juga diatur oleh Adat yaitu tidak boleh
menjual seluruh hasil panennya. Setelah panen mereka akan menyimpan hasil panennya
untuk digunakan konsumsi keluarga dan digunakan sebagai sumbangan jika ada
masyarakat Samin lainnya sedang hajatan perkawinan atau sunatan. Hasil panen yang
dijual hanya sebagian saja untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pada zaman dahulu masyarakat Adat Samin tidak diperbolehkan untuk menjual
hasil panennya. Karena pada ajaran Samin terdapat anjuran yang berbunyi “Sak apik-
apike adol, luwih apik yen tuku” artinya sebaik- baiknya menjual lebih baik membeli.
Namun masyarakat Samin pada zaman sekarang telah menyesuaikan perkembangan
jaman dengan menjual sebagian hasil panennya dan menyimpan sisanya untuk
dikonsumsi sendiri.
Masyarakat Samin memahami betul bagaimana cara memenuhi kebutuhan pangan
dari hasil pertanian. Masyarakat Samin yang memiliki pandangan ‘ojo sampe ora isoh

9
mangan’ (jangan sampai tidak bisa makan) berimbas pada usaha keras mereka untuk
berusahatani secara baik. Sebagai petani, sudah seharusnya petani bisa makan dari hasil
pertanian mereka sendiri. Prinsip ini sejalan dengan pandangan mereka yakni ‘petani
tukang gawe pangan, ojo nganti kantu’ dan prinsip ‘ojo sampe nempur, nek isoh ojo
ngutang’ (jangan sampai membeli beras dari luar, dan kalau bisa jangan sampai
berhutang untuk mencukupi kebutuhan pangan).

3.2.3 Upacara Adat Pensucian Alat-alat Pertanian: Jamasan


Petani Samin selalu menghargai petani sebagai pekerjaannya, di mana menurut
mereka menjadi petani merupakan sebuah pekerjaan yang mulia karena tidak
mengganggu milik pemerintah dan tidak merusak alam secara berlebihan. Perwujudan
dalam menghargai pekerjaannya tersebut, Petani Samin melakukan upacara pensucian
alat-alat pertanian yang disebut dengan upacara adat Jamasan. Jamasan adalah suatu
upacara adat dalam melakukan pensucian barang-barang yang dianggap sakral bagi
masyarakat Adat Samit, seperti sabit dan cangkul karena benda-benda tersebut
membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga mereka dapat
menjalankan Ajaran Samin dengan baik.

3.2.4 Upacara Persembahan Syukur Kepada Alam: Kadeso


Petani Samin sangat percaya bahwa yang memberikan kesuburan dan limpahan
hasil panen adalah alam semesta. Sehingga mereka tidak akan merusak alam untuk
mendapatkan keuntungan dari kegiatan pertaniannya. Salah satu cara petani Samin
berucap syukur kepada alam, mereka melakukan upacara adat Kadeso. Pada upacara
Adat Kadeso, masing- masing petani Samin akan membuat tumpeng untuk berdoa
bersama di sumber air dekat lahan pertanian mereka. Upacara Kadeso ini dipimpin oleh
Mbah Lasio, doa dilakukan di dekat sumber air karena mereka berharap alam akan selalu
memberikan, air yang berlimpah, sehingga mereka tidak akan mengalami kekeringan
pada tahun mendatang. Upacara adat Kadeso dilakukan satu tahun sekali pada bulan Juli
sesuai dengan perhitungan tanggalan Jawa yang ditentukan oleh Mbah Lasio. Seluruh
petani Samin wajib mengikuti upacara tersebut, karena upacara ini adalah kesempatan
mereka untuk mengucap rasa syukur kepada alam.
Menurut Retnaningsih (2010), masyarakat yang berpegang pada adat cenderung
melaksanakan ritual-ritual sebagai bentuk nilai- nilai tradisional yang masih dijaga
bersama. Terjaganya nilai-nilai tradisonal tersebut memberikan dampak positif dengan

10
masih adanya kebersamaan dan kepatuhan terhadap adat. Sikap gotong-royong antar
warga desa Randugunting dapat dilihat melalui: Membersihkan lingkungan sekitar desa
secara bersama-sama untuk menjaga kebersihan desa, Saat memasak, beberapa warga
bersama-sama memasak lauk pauk yang nantinya digunakan dalam selamatan. Kegiatan
ini juga termasuk memudahkan bagi warga yang sibuk bekerja karena tidak sempat
menyiapkan ambengan atau nasi putih berbentuk kerucut yang berisi lauk pauk yang
diperlukan ketika selamatan, Mendirikan tenda dan mempersiapkan panggung wayang
kulit yang digunakan selamatan dan pertunjukan wayang kulit oleh panitia dan ada
beberapa warga yang membantu.

3.3 Kearifan Lokal dengan Pendekatan IPA (Importance Performance Analysis)


3.3.1 Kearifan lokal berdasarkan Rantai Proses dengan Menggunakan Titik Kontrol

Gambar 1. Kerangka Analisis Identifikasi Atribut-Atribut Lokal Kearifan Masyarakat Samin

3.3.2 Identifikasi Atribut-atribut

Atribut - Atribut Kearifan Lokal Masyarakat


Titik Kontrol Kode
Samin

Mempertahankan Lahan X1 Mempertinggi harga jual lahan

Warisan X2 Menstabilkan kualitas lahan

11
X3 Meningkatkan dan mengembangkan lahan

X4 Mewariskan kembali tanah warisan

Mempererat tali persaudaraan antar sesama


X5
masyarakat

Membagikan setengah hasil panen kepada


X6
masyarakat

X7 Menyiapkan tempat penyimpanan yang baik

Tidak Menjual Seluruh X8 Memperpanjang daya simpan hasil panen

Panen X9 Mengonsumsi hasil panen secara bertahap

X10 Menanam tanaman pangan

Membentuk kelompok desa untuk mempermudah


X11
distribusi hasil panen

X12 Memuliakan dan menghargai pekerjaan petani

X13 Menjaga dan mempertahankan nilai - nilai adat

Upacara Adat : Jamasan X14 Mensakralkan alat - alat pertanian

X15 Menyiapkan upacara adat dengan baik

X16 Menjalankan proses adat dengan hikmat

Merawat dan menjaga alam semesta yang telah


X17
diberikan

Upacara Persembahan : Melakukan doa dan ucapan syukur di tempat


X18
Kadeso persembahan

X19 Mengukuhkan ritual - ritual adat

X20 Menyiapkan bahan - bahan persembahan

12
X21 Memilih tempat - tempat persembahan

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Petani Samin adalah petani tradisional yang sampai saat ini masih melakukan kegiatan
pertanian yang berlandaskan pada adat istiadat Ajaran Samin. Petani Samin menganggap
bahwa pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang mulia karena pekerjaan tersebut
tidak mengganggu orang lain dan tidak merusak alam secara berlebihan. Petani Samin
mempunyai kearifan lokal, yakni dalam hal mempertahankan lahan pertanian hasil warisan
dengan tidak menjualnya kepada orang lain. Aturan ini dimaksudkan agar masyarakat Samin
mampu tetap bertahan di wilayah perkampungan mereka dan menjaga adat istiadat agar tidak
hilang. Petani Samin pula tidak menjual seluruh hasil panen yang dihasilkan karena mereka
akan menyimpannya untuk konsumsi keluarga serta untuk disumbangkan kepada keluarga
yang mempunyai hajat. Selain itu, petani Samin melakukan upacara adat Jamasan untuk
mensucikan alat-alat pertaniannya, seperti cangkul dan sabit serta melakukan upacara adat
Kadeso sebagai cara mengucap syukur kepada alam. Petani Samin mempercayai bahwa
dengan mensucikan alat-alat pertanian yang mereka gunakan dalam proses usaha taninya
dapat membawa keberkahan bagi mereka.
Apabila kearifan lokal petani tradisional Samin di Dusun Karangpace Desa
Klopoduwur, Kabupaten Blora melalui pendekatan IPA, melalui rantai prosesnya diperoleh
4 titik kontrol dari setiap langkah – langkahnya. Apabila titik kontrol ini dikembangkan lebih
lagi, maka dapat menghasilkan beraneka ragam atribut pertitik kontrolnya. Berdasarkan studi
kasus, titik kontrol ini meliputi: (1) Mempertahankan lahan warisan (2) Tidak menjual seluruh
panen (3) Upacara adat: Jamasan (4) Upacara persembahan: Kadeso. Pengambilan keputusan
atribut disesuaikan pada masing – masing titik kontrolnya. Apabila atribut tidak sesuai maka
akan menghasilkan ketidakrelevanan antara kepuasaan dengan kinerja nantinya, sehingga
perlu untuk melakukan perbaikan atribut - atributnya.

4.2 Saran
Berdasarkan dari hasil pembahasan mengenai kearifan lokal dengan pendekatan IPA
(Importance Performance Analysis) Petani Tradisional Samin di Desa Klopoduwur,
Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

0
1. Petani Samin diharapkan tetap menjaga tradisi atau budaya yang sudah menjadi turun
temurun hingga saat ini dalam kegiatan pertanian serta tetap melestarikan alam sekitar
dan menggunakan alam sekitar dengan sewajarnya. Di samping itu, petani Samin
diharapkan dapat membuka diri sesuai perkembangan zaman dan tidak bersikap
eksklusif atau terpisah dengan masyarakat lain.
2. Perlu adanya peran pemerintah dalam memfasilitasi dan melestarikan kearifan lokal
petani Samin dalam bidang pertanian, seperti memberikan pemahaman terkait
pengelolaan pertanian sehingga petani Samin dapat meningkatkan hasil pertanian dan
mensejahterakan keluarga dan desanya.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
melanjutkan penelitian yang ada serta dapat menambah variabel lain yang belum diteliti
sehingga nantinya dapat diketahui lebih lanjut tentang kearifan lokal petani Samin di
Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.

1
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, D. A., Cahyono, E. D., & Yuliati, Y. (2018). Kearifan Lokal Petani Tradisional
Samin di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten
Blora. HABITAT, 29(1), pp.33–37. https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2018.029.1.4

Yuliana, Devita. (2020). Ritus Peralihan Masyarakat Sedulur Sikep Dalam Perspektif Aqidah
Islam (Studi Kasus di Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora).
Skripsi pada Jurusan Aqidah Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin, 2020

Fitriana, Siti Nur. (2021). Etika Bisnis Islam pada Masyarakat Samin Kota Blora dalam
Mengembangkan Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal. Skripsi pada Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

You might also like