You are on page 1of 19

EVIDENCE BASED PRACTICE

PELAYANAN KEGAWATDARURATAN

Disusun Oleh:

Fransisca Shella Sonia (202143051)

Leonardo do Carmo Pinto (202143055)

Rizki Jullanar Zahra (202143067)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN TRANSFER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah penugasan dengan judul “Evidence based practice pelayanan
kegawatdaruratan” tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.

Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan kami mengenai pentingnya


memahami Evidence based practice yang berkaitan dengan masalah pelayanan
kegawatdaruratan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing mata kuliah Keperawatan


Gawat Darurat, karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang keprawatan. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogayakarta, 04 Januari 2023

Penulis

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

1.1 Latar belakang.................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PICO................................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan diharuskan mampu memenuhi kebutuhan
pasien dengan pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi bio, psiko,
sosio, dan spiritual sejak awal masuk rumah sakit. Dalam memenuhi kebutuhan
pasien tersebut, dibutuhkan peran keperawatan yang menjadi inti dalam
pelayanan dan interaksi dengan pasien. Early Warning Score (EWS) merupakan
perangkat untuk membantu petugas kesehatan mampu mengidentifikasi
penurunan kondisi pasien sedini mungkin dan bila perlu mencari bantuan yang
lebih kompeten. Pemantauan kondisi pasien dengan EWS secara dini dapat
mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien bahkan mencegah terjadinya
henti jantung mendadak. Ketika pasien mengalami perburukan kondisi maka
dibutuhkan deteksi dini, cepat waktu respon, dan kompetensi respon yang
tepat untuk menentukan hasil yang diharapkan.
Pasien dengan kegawatdaruratan seringkali mengalami perubahan kondisi
fisiologis, perubahan tersebut kadang tidak disadari oleh perawat sebagai
penurunan tanda klinis pasien sehingga mengakibatkan kejadian tidak diharapkan
seperti cardiac arrest, pemindahan pasien ke ruang intensive care hingga
kematian (Zuhri & Devi, 2018). Terdapat 7 parameter yang harus dipantau dalam
menilai EWS yaitu pernafasan, saturasi oksigen, tekanan darah saat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh, nadi, suhu tubuh, tingkat kesadaran, dan alat
bantu nafas yang digunakan pasien untuk mempertahankan saturasi oksigen.
Makin tinggi nilai EWS maka makin menurun kondisi pasien. Hal tersebut
menjadi indikasi pasien memerlukan tindakan lebih cepat ataupun observasi dan
pertolongan yang lebih intensif (Royal College of Physicians, 2017).
Keberhasilan pertolongan terhadap kegawatan pasien sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada sistem kegawatan pasien.

4
Kegawatdaruratan dapat terjadi tidak hanya pada saat pasien masuk di rumah
sakit, namun dapat terjadi ketika pasien sedang dalam perawatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, perawat sebaiknya mengenali perubahan kondisi klinis pasien
dengan EWS di ruang instalansi gawat darurat Rumah Sakit agar dapat terhindar
dari kejadian yang tidak diharapkan diantaranya, yaitu pemindahan pasien yang
tidak direncanakan ke unit perawatan intensif karena henti jantung (cardiac
arrest), henti nafas (apneu) hingga kematian (Zuhri & Nuramalia, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Evidence based practice yang berkaitan dengan masalah pelayanan
kegawatdaruratan?

1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengetahui bagaimana penerapan Early Warning Scor
(EWS) dalam pelayanan keperawatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu mengidentifikasi tanda bahaya awal pasien kritis.
1.3.2.2 Mampu menerapkan Early Warning Scor (EWS) dalam pelayanan
keperawatan

5
BAB II
PICO

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Judul Penerapan Early Warning Score (EWS) Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pengaruh Edukasi Early Warning
System Dengan Respon Time Pada Kondisi Early Warning Score (EWS) Dengan System (EWS) Terhadap Respon
Kegawatan Di Rawat Inap RS Graha Respon Time Perawat Dalam Time Perawat Di IGD Brsud
Husada Penanganan Pasien Kegawatdaruratan Di Kabupaten Tabanan
Ruang IGD

Nama Roihatul Zahroh, Lilik Mariyani Okta Fiana Setia S, Galih Setia Adi, Dian Ni Made Budiari, I Made Dwie
penulis Nur Wulanningrum Pradnya Susila, Gede Arya Bagus
Arisudhana
Tahun 2020 2021 2021
Tujuan Menjelaskan hubungan penerapan early Mengetahui hubungan pengetahuan Mengetahui pengaruh edukasi early
warning scoring system dengan respon time perawat tentang early warning score warning system terhadap respon
pada kondisi kegawatan di rawat inap rumah (EWS) dengan respon time perawat timeperawat di IGD BRSUD
sakit Grha Husada. dalam penanganan pasien Kabupaten Tabanan

6
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
kegawatdaruratan di ruang IGD
P Populasi: Populasi: Populasi:
Perawat diruang rawat inap RS Graha Perawat yang berkerja di IGD RSUD Dr. Pada penelitian ini sebagai
Husada sebanyak 24 responden. Penelitian Moewardi Surakarta sebanyak 30 populasi target adalah semua
dilakukan di ruang rawat inap dengan responden perawat yang ada di IGD BRSUD
mayoritas pasien penyakit jantung dan paru. Kabupaten Tabanan dengan
Problem: jumlah 42 orang. Sedangkan
Problem: Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang populasi terjangkau dalam penelitian
Pelayanan gawat darurat dikatakan terlambat perawat dalam melakukan pengkajian ini adalah semua perawat pelaksana
apabila pelayanan terhadap pasien gawat dan dengan menggunakan EWS sangat yang bertugas di IGD BRSUD
atau darurat dilayani oleh petugas IGD mempengaruhi perawat dalam Kabupaten Tabanan dengan jumlah
Rumah Sakit > 15 menit. Sebelum melakukan implementasi berdasarkan 39 orang.
diterapkan Early Warning System (EWS) hasil skor yang didapat dan
monitoring mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Problem:
kondisi pasien rawat inap di Rumah Sakit EWS. Keterlambatan dan ketidaktepatan Berdasarkan hasil observasi yang
Grha Husada belum dilakukan secara dalam penilaian menggunakan EWS dilakukan oleh peneliti selama satu
menyeluruh yaitu terbatas pada monitoring akan mengakibatkan memburuknya shift jaga di ruang triage IGD
yang dilakukan setiap shift atau 8 jam sekali. kondisi pasien yang diiringi dengan BRSUD Kabupaten Tabanan pada
peningkatan risiko kematian, sehingga saat studi pendahuluan, ditemukan

7
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
dibutuhkan respon time atau waktu belum maksimalnya response time
tanggap yang cepat dan tepat perawat dalam menangani pasien.
Hal ini ditunjukkan dari 10 orang
pasien baru yang datang, 5 orang
diantaranya mendapatkan pelayanan
di IGD lebih dari 5 menit. Hal ini
juga didukung oleh jawaban pasien,
dari lima orang pasien yang
memberikan jawaban mendapatkan
pelayanan lebih dari 5 menit.
I Penelitian ini menggunakan desain Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini menggunakan
penelitian “Analitik Correlational dengan observasional analitik dengan desain rancangan (jenis) Pra-eksperimen
pendekatan Cross Sectional”. Instrumen cross sectional. Penelitian ini dilakukan (One-group Pra-test-posttest
yang digunakan untuk pengumpulan data di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta Design). Penelitian ini
yaitu lembar observasi early warning pada bulan Agustus 2021. Instrumen mengungkapkan hubungan sebab
scoring system, yaitu: dalam penelian ini berupa lembar akibat dengan melibatkan satu
1. Tingkat kesadaran kuesioner Pengetahuan yang baik dalam kelompok subyek. Kelompok subyek
2. Respirasi/ pernafasan penggunaan EWS dan lembar observasi di observasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi

8
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
3. Saturasi oksigen respon time. setelah intervensi. Alat atau
4. Oksigen tambahan (non- rebreathing instrumen yang digunakan dalam
mask, rebreathing mask, nasal kanula) Gambaran tingkat pengetahuan perawat pemberian edukasi EWS berupa
5. Suhu tentang Early Warning Score (EWS) di modul, dan bahan penelitian berupa
6. Denyut nadi IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta jam yang digunakan untuk mengukur
7. Tekanan darah sistolik menunjukkan bahwa sebagian besar respon time.
Instrumen untuk menilai data respon time responden memiliki pengetahuan baik
responden, melalui lembar catatan yaitu sebanyak 23 responden (76.7 %). Respon Time perawat sebelum
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) Serta gambaran respon time perawat dilakukan Early Warning System
pada rekam medis, dengan kategori: dalam penanganan pasien dari 39 responden, paling banyak
1. Cepat (Standar minimal pelayanan < 30 kegawatdaruratan di IGD RSUD Dr. responden yang memberikan
menit) Moewardi Surakarta menunjukkan response time cepat yaitu hanya
2. Lambat (> 30 menit) bahwa sebagian besar responden respon terdapat 15 responden (38,5%)
Penerapan early warning scoring system time yang cepat yaitu sebanyak 19
didapatkan 22 responden (91,7%) terisi responden (63.3 %).
lengkap. Hasil penelitian respon time pada
kondisi kegawatan didapatkan 20 responden
respon time pada kondisi kegawatan cepat

9
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
(83,4%).
C Pada kedua juranal ini tidak terdapat kelompok control sebagai pembanding, sehingga Respon Time Perawat Setelah
tidak dapat melakukan pembandingan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol Dilakukan Early Warning System
dari 39 responden penelitian, yang
paling banyak memberikan response
time sangat cepat yaitu terdapat 26
responden (66,7%).
O Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan Hasil penelitian menunjukkan terdapat Berdasarkan hasil penelitian yang
uji chi square diperoleh tingkat kemaknaan p hubungan yang signifikan antara variabel dilakukan sebelum dan setelah
=0,001, artinya ada hubungan yang pengetahuan perawat tentang Early dilakukan edukasi early warning
signifikan tentang penerapan EWS dengan Warning Score (EWS) dengan respon systemdi IGD BRSUD Kabupaten
respon time. Penerapan Early warning score time perawat dalam penanganan pasien Tabanan menunjukkan nilai rata-rata
(EWS) system secara teratur, kecenderungan kegawatdaruratan di ruang IGD dengan respon time setelah diberikan
respon klinis pasien dapat ditelusuri untuk hasil p-value 0,000 (p<0.05) dan edukasi early warning system
deteksi dini potensi penurunan kondisi koefisien korelasi sebesar 0.093. mengalami peningkatan yaitu 2,62
klinispasien. Selain itu, pencatatan trend Peneliti berpendapat untuk menilai dengan standar deviasinya adalah
Early Warning Score (EWS) system akan kecepatan seseorang melakukan respon 0,590.
memberikan gambaran pemulihan kondisi time terhadap pasien, tidak dapat dilihat Hasil uji statistik Wilcoxon Signed
pasien, sehingga dapat memfasilitasi dari baik atau tidaknya pengetahuan rank testmenghasilkan signifikansi

10
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
penurunan frekuensi dan intensitas perawat tentang early warning score, (p) sebesar 0,000 berarti ada
monitoring pasien sampai akhirnya pasien namun terdapat banyak faktor yang dapat pengaruh edukasi early warning
direncanakan discharge planning. Dengan mempengaruhinya. Salah satu faktor system perawat terhadap respon time
penerapan Early warning score (EWS) yang dapat mempengaruhi respon time perawat. Hal ini menunjukkan
system yang tepat diharapkan respon time perawat terhadap penanganan pasien perawat mampu menerapkan prinsip
pada kondisi kegawatan pasien juga cepat yaitu lama kerja atau pengalaman kerja. perawat kegawatdaruratan yang
supaya tidak terjadi perburukan kondisi pada Pengalaman dapat dialami sendiri oleh terdiri dari pertolongan dan harus
pasien dan terjadi hal-hal yang bisa seseorang secara langsung, dari dilakukan dengan segera dan singkat,
membahayakan pasien sampai berujung pada pengalaman itu seseorang dapat kemampuan menilai dan merespon
kematian karena keterlambatan penanganan mengetahui hal-hal baru saat bekerja dengan cepat, pengkajian adekuat
sehingga meningkatkan mutu keselamatan sehingga dapat menambah pengetahuan dan akurat, keselamatan dan
pasien. dalam mengerjakan pekerjaan tersebut, keefektifan perawatan pasien,
oleh karena itu selain pengetahuan yang intervensi berdasarkan keakutan
tetap harus dimiliki oleh perawat, pasien, dan keakuratan dalam
ketepatan response time perawat juga mengkaji pasien dan memberikan
sangat berpengaruh pada jalannya perawatan sesuai dengan prioritas
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat pasien, serta tercapainya kepuasan
yang langsung berhubungan dengan pasien.
keselamatan pasien.

11
Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh edukasi early
warning system perawat terhadap
respon time perawat dengan nilai
signifikansi (p) sebesar 0,000. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
diaplikasikan dalam upaya
meningkatkan respon time perawat
dengan menyelenggarakan kegiatan
edukasi early warning system.

12
BAB III
PEMBAHASAN

EWS banyak dikembangkan dan diterapkan pada beberapa rumah sakit tetapi
belum ideal. EWS yang umumnya digunakan adalah National Early Warning System
(NEWS). EWS menjadi salah satu hal yang dinilai dalam kriteria Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1. Banyak rumah sakit di Negara USA dan
UK mengadopsi penggunaan NEWS karena penggunaannya yang sederhana dan
mudah diaplikasikan oleh tenaga kesehatan dengan pendidikan beragam. Bahkan
banyak Negara lain yang mengadopsi NEWS seperti India, Belanda dan Turki.
Negara-negara maju dan berkembang mulai merasakan pentingnya EWS diterapkan
di rumah sakit karena sudah melihat manfaat dan signifikan pada kualitas layanan dan
kesejahteraan pasien (Mirawati, Deswita, & Zulharmaswita, 2022).
Dalam penerapan EWS ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, menurut
Royal College of Physicians, (2017), salah satu yang perlu dipersiapkan adalah
pelatihan terhadap tenaga medis dalam penggunaan EWS. Selain itu rumah sakit
harus memiliki tools EWS yang sudah diadaptasi sesuai dengan jenis rumah sakit dan
tipe pasien. Selain itu SOP juga perlu dipersiapkan untuk menjadi panduan dalam
pelaksanaan nanti. Penggunaan EWS sebagai instrument untuk memprediksi
kegawatdaruratan pasien perlu dipahami oleh perawat dan tenaga kesehatan lain.
Early Warning Score (EWS) adalah sebuah sistem peringatan awal yang dapat
digunakan sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi
awal dan pengambilan keputusan lanjutan (Fox & Elliott, 2015). Early Warning
Score (EWS) dapat digunakan sebagai instrumen deteksi perubahan fisiologis dan
memprioritaskan tindakan medis yang harus diimplementasikan kepada pasien.
Proses identifikasi pasien yang lebih optimal dapat mengurangi beberapa risiko
seperti pemberian obat yang tidak tepat, kesalahan lokasi operasi, atau risiko jatuh
sehingga dapat menjamin keselamatan pasien. Dalam penelitian (Fox & Elliott, 2015)
yang berjudul Early warning scores: A sign of deterioration in patients and systems

13
menunjukan bahwa penerapan EWS dengan melakukan evaluasi dan tindak lanjut
sesuai prosedur akan mengurangi risiko kegawatdaruratan pada pasien. Didukung
oleh Permenkes RI nomor 11 tahun 2017, juga menyatakan bahwa salah satu cara
menjaga keselamatan pasien dapat diterapkan dengan mengintegrasikan pengelolaan
risiko yang terjadi kepada pasien (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Selain dapat dimanfaatkan sebagai instrumen pendeteksi perubahan fisiologis,
EWS bisa diimplementasikan untuk mengurangi angka risiko kegawatan pada pasien
dengan syarat dijalankan dengan baik sesuai protokol standar. Selain itu risiko buruk
yang dapat terjadi adalah length of stay (LOS) (lama hari rawat merupakan jumlah
hari pasien dirawat di rumah sakit, mulai hari masuk sampai dengan hari keluar atau
pulang) yang terlalu lama, kesalahan pemeriksaan pasien dan tindak lanjutnya, henti
jantung, serta insiden di ruang perawatan kritis (Fox & Elliott, 2015). Menurut
(Evans et al., 2017) dalam penelitiannya yang berjudul Improving patient safety
through the introduction of a formal triage proses menyatakan bahwa EWS dapat
berfungsi untuk mengurangi jumlah insiden klinis yang bisa terjadi kepada pasien.
Insiden klinis sampai kegawatdaruratan biasanya terjadi karena adanya kesalahan
dalam proses pengkajian dan penanganan awal. EWS mampu menurunkan angka
kejadian insiden kegawatdaruratan pada pasien di rumah sakit. Insiden ini dapat
karena kegagalan identifikasi yang salah satunya disebabkan oleh dokumentasi yang
tidak memadai sehingga terjadi perburukan pasien dibanding kondisi awal. Terdapat
2 dari 7 pasien yang meninggal akibat kasus kesalahan tindak lanjut tersebut.
Penerapan EWS sebaiknya diterapkan dengan menggunakan prosedur yang
terstandar dan komunikasi yang baik dalam tim. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengurangi kejadian kegawatdaruratan yang disebabkan karena kesalahan dalam
memonitor perkembangan pasien sehingga tingkat keselamatan pasien dapat
meningkat. Perawat memegang peran penting dalam proses pemantauan dan deteksi
dini perubahan fisiologis pasien yang mengarag pada kegawatdaruratan. Hal ini perlu
dilakukan untuk upaya pemberian asuhan keperawatan yang mengutamakan
keselematan pada tahap awal.

14
Dalam pengkajian, perawat mendokumentasikan kondisi pasien sesuai dengan
form yang parameter yang ada pada NEWS. Identitas pasien yang perlu dicatat adalah
nama lengkap, tanggal lahir, tanggal masuk pasien serta waktu pemeriksaan. Selain
itu pemeriksaan awal juga dilakukan sesuai dengan parameter NEWS yaitu, jumlah
pernapasan, saturasi oksigen, alat bantu napas, tekanan darah, nadi, kesadaran dan
suhu tubuh. Setelah pencatatan kondisi pasien sesuai parameter, maka akan didapat
skor yang menunjukan tingkat kondisi pasien. Setelah skor didapat maka
pengambilan keputusan akan lebih mudah karena setiap skor akan masuk pada
kategori tertentu dan akan memiliki rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan
(Fox & Elliott, 2015).
Dalam melakukan asuhan kepada pasien, perawat dapat membuat melakukan
analisis dalam aspek keperawatan berdasarkan hasil observasi yang sebelumnya telah
dilakukan sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan bersama tim
sebagai pendamping diagnosis utama. Perawat dapat mengembangkan observasi jika
merasa perlu tambahan data tentang kondisi fisiologis pasien (Haegdorens et al.,
2019). Hal ini sesuai dengan panduan pelaksanaan NEWS yang menyatakan bahwa
NEWS harus dikerjakan bersama tim, tim tersebut terdiri dari perawat dan dokter
yang sebelumnya sudah menjalani pelatihan dan pembagian peran sesuai dengan
tugasnya (Royal College of Physicians, 2017).
Didukung oleh penelitian (Sholichin, Rahayu, Miharja, & Sukmana, 2021)
yang meneliti tentang respon perawat penanganan tindak lanjut pada pasien kritis
sebelum dan sesudah dilakukan penerapan NEWS. Didapatkan hasil penelitian bahwa
repon perawat dalam penerapan NEWS yang sesuai standar terjadi peningkatan dari
16 menjadi 26 perawat. Hasil analisis lebih lanjut memperlihatkan bahwa dengan
menerapkan NEWS akan bisa lebih efektif dalam penanganan tindak lanjut pasien
gawat darurat melalui penilaian Fast Response dengan nilai p value < 0.05.
Secara signifikan penggunaan metode EWS dengan berbagai
indikator yang diadopsi seperti MEWS, NEWS, EWSS ini telah terbukti
menurunkan angka serangan jantung, komplikasi dan kematian sampai 50%.
Thorpe, et.all dalam (Mirawati, Deswita, & Zulharmaswita, 2022) menyatakan

15
berdasarkan algoritma pasien bedah, penambahan penilaian pada pasien jantung dan
pasien pasca operasi terbukti penurunan angka kematian. Pasien kritis yang sudah
terdeteksi menggunakan skor NEWS akan mendapatkan pertolongan dengan cepat
dalam waktu 6 menit. Perbedaan signifikan dirasakan ketika pasien belum
dilakukan pengkajian dengan dengan EWS, banyak pasien di IGD, pasca operasi
mengalami perburukan bahkan kematian tanpa terdektesi. Dengan penggunaan
EWS kondisi pasien dapat terdeteksi dengan lebih akurat serta tindakan
apa yang akan dilakukan. Berdasarkan skor penilaian EWS pasien bisa
ditentukan memerlukan perawatan di ICU, HDU, ataupun butuh operasi segera.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Early Warning System (EWS) merupakan pengembangan dalam layanan


kegawatdaruratan pasien yang dirawat di rumah sakit, yang berfungsi sebagai alat
deteksi dini sehingga apabila terjadi penurunan kondisi pasien dapat diketahui lebih
awal dapat ditangani lebih cepat. Manfaat EWS tidak hanya pada kesejahteraan
pasien, kecepatan dan ketepatan tindakan yang dilakukan dengan kondisi pasien.
Sehingga akan kejadian perburukan, serangan jantung dan kematian menurun. Hal ini
mengindikasikan juga perbaikan layanan dan kepuasaan pasien. Selain itu manfaat
penggunaan metode ini sendiri dirasakan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat
dimana pekerjaan mereka menjadi lebih ringan, lebih terarah, lebih aman karena
kondisi pasien dalam kendali, lebih efektif dan efisien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiari, Ni Made., I Made, Dwie P., Gede, Arya B. (2021). Pengaruh Edukasi Early
Warning System (EWS) Terhadap Respon Time Perawat Di IGD BRSUD
Kabupaten Tabanan. Retrived from:
http://ojs.poltekkes-medan.ac.id/pannmed/article/view/1117/703

S, Okta F., Galih, Setia A., Dian Nur W. (2021) Hubungan Pengetahuan Perawat
Tentang Early Warning Score (EWS) Dengan Respon Time Perawat Dalam
Penanganan Pasien Kegawatdaruratan Di Ruang IGD. Retrived from:

Zahroh, R., Lilik, Mariyani. (2020). Penerapan Early Warning Score (Ews) System
Dengan Respon Time Pada Kondisi Kegawatan Di Rawat Inap RS Grha Husada.
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 8, No. 2, September 2020. Retrived from:
http://jurnal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/2700/3032

Royal College of Physicians. (2017). Nationals Early Warning Score (NEWS) 2:


Standardising the assessment of acuteillness severity in the NHS. UK: NHS.
https://doi.org/10.1111/j.1478- 5153.2012.00540_3.x

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan RI


No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien. Berita Negara Republik
Indonesia.

Haegdorens, F., Monsieurs, K. G., De Meester, K., & Van Bogaert, P. (2019). An
intervention including the national early warning score improves patient
monitoring practice and reduces mortality: A cluster randomized controlled
trial. Journal of Advanced Nursing, 75(9), 1996–2005.

Evans, C., Hughes, C., & Ferguson, J. (2017). Improving patient safety through the
introduction of a formal triage process. Emergency Nurse.
https://doi.org/10.7748/en.2017.e1647

18
Fox, A., & Elliott, N. (2015). Early warning scores: A sign of deterioration in patients
and systems. Nursing Management. https://doi.org/10.7748/nm.22.1.26.e1337

19

You might also like