You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN

KUANTITATIF

TITRASI ARGENTOMETRI

Dosen pengampu :
apt. Embriana Dinar P., S.Farm., M.Farm

Disusun Oleh :
Resti Hanifah
122020046
Semester II

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
DASAR TEORI ............................................................................................................................. 2
A. Reaksi Pengendapan Titrasi Argentometri .......................................................................... 2
B. Penentuan Titik Akhir Titrasi .............................................................................................. 4
BAB III........................................................................................................................................... 6
METODE PENELITIAN ............................................................................................................. 6
A. Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 6
B. Prosedur Kerja ..................................................................................................................... 7
BAB IV ........................................................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
A. Hasil ..................................................................................................................................... 8
B. Perhitungan .......................................................................................................................... 8
C. Reaksi Zat .......................................................................................................................... 10
D. Pembahasan........................................................................................................................ 10
BAB V .......................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Saran .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14
LAMPIRAN................................................................................................................................. 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode titrasi pengendapan atau dikenal juga dengan metode titrasi
argentometri. Pembahasan diawali dengan materi terkait kelarutan, faktor-
faktor yang mempengaruhi kelarutan, reaksi pengendapan, jenis-jenis indikator
dalam titrasi pengendapan. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
beberapa metode dalam titrasi pengendapan seperti metode titrasi Fajans, Mohr
dan Volhard.
Analisa dengan metode titrasi pengendapan telah banyak dimanfaatkan
seperti dalam menganalisa salinitas dari air melalui penentuan kadar ion klorida
yang terdapat di dalamnya. Untuk mengetahui zat-zat pencemar yang terdapat
dalam air juga dapat dilakukan analisa dengan menggunakan metode ini. Dalam
bidang Kesehatan dan farmasi, metode pengendapan dapat digunakan dalam
penentuan kadar suatu sediian obat seperti penentuan kadar amonium klorida,
penentuan kadar efedrin, penentuan papaverin dan sediaan obat lainnya.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami metode analisis secara kuantitatif dengan
metode Argentometri.

1
BAB II

DASAR TEORI

A. Reaksi Pengendapan Titrasi Argentometri


Prinsip reaksi pengendapan sering digunakan untuk metode gravimetri.
Titrasi pengendapan yang melibatkan pereaksi pengendap dengan perak nitrat
dikenal dengan sebutan titrasi argentometri. Di dalam titrasi argentometri
dikenal terdapat 3 metode yaitu metode Mohr, metode Volhard, dan metode
Fajans.
a) Metode Mohr
Dalam metode Mohr ini indikator yang digunakan yaitu kalium kromat
(K2CrO4 ). Pada metode ini larutan standar yang digunakan yaitu perak
nitrat (AgNO3 ). Ion klorida merupakan larutan yang bertindak sebagai
analit yang dapat ditentukan pada metode ini. Selama proses titrasi
berlangsung akan terbentuk endapan putih akibat adanya perak klorida.
Indikator yang digunakan pada metode ini yaitu larutan kalium kromat
encer(sekitar 2%). Setelah semua ion klorida membentuk endapan,
kelebihan ion Ag⁺ akan bereaksi dengan indikator metode Mohr ini(kalium
kromat) yang akan membentuk endapan dari yang memiliki warna coklat
kemerahan.
b) Metode Volhard
Titrasi argentometri metode Volhard ini indikator yang digunakan yaitu
Fe(III) atau ion Fe³⁺ dan ion tiosianat(SCN⁻) bertindak sebagai larutan
standar. Titik akhir titrasi pada metode Volhard ini ditandai dengan
perubahan warna putih menjadi merah. Titrasi dengan metode ini
merupakan titrasi langsung terhadap Ag⁺ serta merupakan titrasi balik
terhadap ion klorida, bromida dan iodida. Penambahan AgNO₃ dalam
jumlah tertentu dan berlebih, kemudian kelebihan larutan perak nitrat

2
(AgNO₃) tersebut akan dititrasi dengan larutan standar ion tiosianat(SCN⁻).
Setelah titik ekivalen berlangsung, penambahan ion tiosianat(SCN⁻) ini
akan bereaksi dengan indikator Fe(III) membentuk ion kompleks yang
berwarna merah. Dan saat perubahan warna inilah titrasi harus segera
dihentikan karna sudah mencapai titik akhir titrasi.
c) Metode Fajans
Pada titrasi argentometri menggunakan metode Fajans ini
menggunakan indikator yang disebut dengan indikator adsorpsi. Indikator
adsorpsi ini merupakan senyawa organik yang dapat berubah warnanya jika
teradsorpsi pada permukaan endapan.
Titrasi tersebut menunjukkan proses adsorpsi dengan menggunakan
indikator yang bermuatan negatif seperti fluoroscein(Fl⁻). Saat sebelum
tercapai titik ekivalen larutan tersebut memiliki Cl⁻ yang berlebih , sehingga
indikator fluoroscein(Fl⁻) tidak teradsorpsi pada permukaan endapan yang
menyebabkan permukaan endapan masih diselimuti oleh ion Cl⁻ yang bebas
akibatnya antara endapan dengan Fl⁻ saling tolak menolak.
Endapan akan bersifat netral pada saat titik ekivalen berlangsung,
karena pada saat titik ekivalen berlangsung ion Cl⁻ maupun Ag⁺ tidak ada
lagi dipermukaan endapan. Hilangnya kedua ion tersebut akibat adanya
reaksi yang berlangsung. Penambahan sejumlah kecil ion Ag⁺ pada saat
setelah titik ekuivalen berlangsung akan menyebabkan lebihnya jumlah
muatan ion Ag⁺ didalam larutan tersebut, sehingga pada permukaan
endapan hanya terdapat ion Ag⁺ dan Fl⁻. Ion Fl⁻ akan teradsopsi pada
permukaan endapan melalui gaya elektrostatis. Gaya elektrostatis
merupakan gaya yang timbul yang memiliki muatan listrik statik. Jika
muantan yang dimiliki sama atau sejenis maka akan saing tolak menolak
tetapi jika muatan yang dimiliki berlawanan jenis maka akan saling tarik
menarik. Adanya ion Fl⁻ yang teradsorpsi ini mengakibatkan terjadinya
perubahan warna indikator.

3
B. Penentuan Titik Akhir Titrasi
Berikut merupakan penentuan titik akhir titrasi:
a) Pembentukan Suatu Endapan Berwarna
Sebagai contoh pada metode Mohr untuk penetapan klorida dan bromide.
Larutan kalium kromat ditambahkan sedikit pada suatu larutan netral dari
ion klorida dengan larutan perak nitrat. Penambahan sedikit larutan kalium
kromat ini berfungsi sebagai indikator pada larutan tersebut. Saat titik akhir
titrasi berlangsung ion kromat dengan ion perak akan membentuk endapan
perak kromat yang berwarna merah. Dalam titrasi menggunakan metode
Mohr ini hendaknya dilakukan pada suasana yang netral atau sedikit basa
yaitu pH sekitar 6,59.
b) Pembentukan Suatu Senyawaan Berwarna yang dapat Larut
Metode Volhard digunakan sebagai contoh dalam prosedur ini, titrasi
dengan adanya perak yaitu asam nitrat bebas dengan larutan standar kaliun
atau ammonium tiosianat dan sebagai indikatornya digunakan Fe³⁺. Saat
penambahan larutan standar tiosianat awalnya akan menghasilkan endapan
perak klorida. Kelebihan larutan tiosianat akan dapat menghasilkan larutan
kompleks yang berwarna coklat kemerahan.
Reaksinya : Ag⁺ + SCN⁻ → AgSCN
Fe³⁺ + SCN⁻ → FeSCN²⁺
Metode ini dapat juga digunakan untuk penetapan klorida, bromide dan
iodide dalam larutan asam. Ditambahkan secara berlebih larutan standar
perak nitrat dan kelebihannya dititrasi lagi dengan larutanm standar
tiosianat.
Reaksi : Ag⁺ + Cl⁻ → AgCl
Ag⁺ + SCN⁻ → AgSCN

4
c) Penggunaan Indikator Adsorpsi
Dinamakan indikator adsorpsi karena pada saat terjadi titik ekuivalen,
indikator itu diserap(diadsorpsi) oleh permukaan endapan tersebut dan
selama proses itu suatu larutan akan mengalami perubahan dalam indikator
yang menimbulkan adanya perubahan warna pada larutan tersebut. Zat yang
digunakan yaitu zat-zat warna asam seperti, fluoresein yang digunakan
sebagai garam natriumnya. Pada titrasi menggunakan perak klorida dengan
larutan perak nitrat, perak klorida akan mengendap dan terjadi proses
adsorpsi oleh ionion klorida dan ion fluoresein akan membentuk senyawa
yang kompleks dari perak yang berwarna merah jambu.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


a. Alat
 Buret
 Pipet volume
 Labu ukur
 Timbangan analik
 Corong
 Beaker glass
 Erlemeyer
 Botol semprot
 Bulp
 Gelas ukur
b. Bahan
 AgNO₃ 0,1 N
 Natrium clorida
 Aquadest
 K₂CrO₄
 KCl
 KBr
 MgCl₂

6
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan titer AgNO₃ 0,1 N
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
0,1 𝑁 𝑥 169,87 𝑥 1 𝐿
Gram = 1

Gram = 16,987 gram


Larutkan 16,987 gram AgNO₃ dalam air hingga 1000 ml
2. Pembuatan Indikator K₂CrO₄ 5% b/v
Ambil 5 gram K₂CrO₄ dilarutkan dengan aquadest sampai
100 ml
3. Pembakuan larutan titer AgNO₃ 0,1 N
Timbang seksama 100 mg NaCl larutkan dengan 10 ml air.
Masukkan dalam erlenmeyer 100 ml, larutkan dengan air.
Titrasi dengan AgNO₃ menggunakan indikator K₂CrO₄ 5%,
titrasi hingga terbentuk endapan merah bata/merah coklat.
Lakukan pembakuan duplo (dua kali). Hitung normalitas
larutan.
4. Penetapan kadar sampel
Sampel ditimbang sebanyak 200 mg, masukkan ke dalam
erlenmeyer larutkan dengan 10 ml air. Titrasi dengan
AgNO₃ menggunakan indikator K₂CrO₄ 5%. Titrasi hingga
terbentuk endapan merah bata/merah coklat. Lakukan
penetapan kadar duplo (dua kali). Hitung kadar sampel.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
A. Pembekuan Larutan Liter
Replikasi Bobot Volume Perubahan warna
Sebelum Sesudah
I 100 mg 23 ml Kuning bening Merah bata
pekat
II 100 mg 20,4 ml Kuning bening Merah bata
III 100 mg 23,6 ml Kuning bening Merah bata

B. Kadar Sampel
Replikasi Bobot Volume Perubahan warna
Sebelum Sesudah
I 200 mg 27,8 ml Kuning bening Merah bata
pucat
II 201 mg 27,2 ml Kuning bening Kuning
kunyit
III 204 mg 26,6 ml Kuning bening Merah bata

B. Perhitungan
Pembekuan Larutan

Rumus Mr
Mr AgNO₃ = (Ar Ag x 1 ) + (Ar N x 1) + (Ar O x 3)
= (47 x 1) + (7 x 1) + (8 x 3)
= 78

8
100 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔
N₁ = x2 N₂ = 78 𝑥 20,4 x 2 N₃ = 78 𝑥 23,6 x
78 𝑥 23

2
100 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔
= x2 = x2 = x2
1.794 1.591,2 1.840,8

= 0,1114 N = 0,1256 N = 0,1086 N

0,1114 + 0,1256 + 0,1086


Rata-rata XN₁,₂,₃ = 3

= 0,1152 N

Kadar Sampel
Mr K₂CrO₄ = (Ar K x 2) + (Ar Cr x 1) + (Ar O x 4)
= (19 x 2) + (24 x 1) + (8 x 4)
= 38 + 24 + 32
= 94

27,8 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 94 261,32


% kadar = x 100% = x 100% = 1.134,2 %
200 𝑚𝑔 𝑥 0,1152 23,04
27,2 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 94 255,68
% kadar = 201 𝑚𝑔 𝑥 0,1152
x 100% = 23,155
x 100% = 1.104,2 %
26,6 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 94 250,04
% kadar = x 100% = x 100% = 1.064 %
204 𝑚𝑔 𝑥 0,1152 23,500
1.134,2 + 1.104,2 + 1.064
Rata-rata kadar 1,2,3 = 3

= 2.593,0 %

9
C. Reaksi Zat
Reaksi kimia yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ion halida (Cl-
, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari
perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX).

D. Pembahasan
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi
yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Dasar analisa kuantitatif dengan metode argentometri yaitu merupakan
suatu titrasi ion perak dan ion-ion hidrogen. Titrasi argentometri adalah
titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai titran, dimana
terbentuk garam perak yang sukar larut. Pada analisa argentometri ada
bebeapa cara pengendapan yang dikenal yaitu Mohr. Volhard, dan Fajans.
Percobaan pertama yaitu pembakuan larutan AgNO.. Pembakuan
larutan AgNO3 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan AgNO3
agar dapat dijadikan. larutan baku. Pertama ditimbang 100 mg padatan
NaCl dengan timbangan analitik. Kemudian dimasukkan larutan AgNO,
ke dalam buret sampai tanda batas 0. Lalu dimasukkan padatan NaCl yang
telah ditimbang ke kedalam gelas kimia dan ditambahkan 10 ml aquades
yang sebelumnya telah di ukur pada gelas ukur, kemudian campuran
tersebut diaduk sampai homogen dan ditambahkan K₂CrO₄, I mL.
Indikator K₂CrO₄, digunakan karena K₂CrO₄, dapat berlangsung pada
suasana netral dan nilai Ksp. Selanjutnya dimasukkan larutan ke dalam

10
Erlenmeyer dan. terakhir dititrasi larutan tersebut sampai titik akhir titasi.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan merah bata.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pembakuan larutan AgNO3 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi
larutan AgNO3 agar dapat dijadikan larutan baku.
2. Pada titrasi argentometri kali ini digunakan metode mohr karena
menggunakan K₂CrO₄ sebagai indikatornya.
3. Titik akhir titrasi penentuan kadar thiamin HCI ditandai dengan
terbentuknya larutan merah bata dan endapan perak.
4. Metode yang dipakai dalam titrasi argentometri salah satunya dapat
ditentukan berdasarkan dari jenis indikator yang digunakan.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada praktikan adalah praktikan
diharapkan lebih fokus, teliti, dan tertib, saat proses praktikum berlangsung
agar praktikum dapat terlaksana dengan baik tanpa kendala. Praktikan juga
diharapkan untuk lebih banyak membaca dan memahami literature terkait
dengan materi praktikum untuk menambah wawasan dan pemahaman
mengenai materi titrasi argentometri.

13
DAFTAR PUSTAKA

apt. Embriana Dinar P., S.Farm., M.Farm. (2023). Kimia Analisis Kualitatif Dan
Kuantitatif. Modul Praktikum, 21-22.
Jamilatur Rohmah, M.Si. & Chylen Setiyo Rini, M.Si. . (2020). Buku Ajar Kimia
Analisis . Sidoarjo .

14
LAMPIRAN

Gambar 1. Mengisi larutan AgNO₃ Gambar 2. Hasil Endapan yang


Sudah dititrasi

Gambar 3. Titrasi larutan Gambar 4. Hasil larutan indikator

15

You might also like