Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
Departemen Ilmu Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).
Gedung HZ Jl. Harapan No. 50 RT002/007, Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12610
*
Korespondensi : E-mail: yuriekaningrum@gmail.com
ABSTRACT
Background: Non-communicable disease (NCD) that is still being serious problem in the worldwide and
Indonesia is hypertension. DKI Jakarta was one of urban areas with prevalence of hypertension larger than
prevalence in Indonesia, that was 34 %. High level of shift of life in urban areas affect unhealthy lifestyle such
as eating pattern, physical activity, and mental and emotional health.
Objective: This study aimed to analyze the relationship between sodium and fat intake, mental and emotional
disorders, and lifestyle with hypertension in adult in DKI Jakarta.
Methods: This study design was cross-sectional and used secondary data that was sourced from Indonesian
Food Consumption Survey (SKMI) 2014 and Basic Health Research (Riskesdas) 2013. Subject in this study was
respondents aged more than 18 years old who live in DKI Jakarta.
Results: Bivariate analysis in this study showed that sodium intake (p=0.531) and fat intake (p=0.323) were not
associated with hypertension. Emotional and mental disorders was associated with hypertension (p=0.001).
Physical activity and sedentary behavior was not associated with hypertension (p=0.297; p=0.759). Food
consumption behavior that was associated with hypertension was consuming salty foods more than once a day
(p=0.039). Multivariate analysis results showed that respondents who suffer emotional and mental disorders
tend to have a risk 4.095 times higher to suffer hypertension compared with people who not suffer emotional and
mental disorders.
Conclusion: Factor that is dominant affecting hypertension is mental and emotional disorders. Hypertension
patients was suggested to manage stress that triggers to anxiety and depression.
Keywords: Hypertension; Fat; Lifestyle; Sodium
ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit Tidak Menular (PTM) yang masih menjadi masalah serius di dunia maupun di
Indonesia, salah satunya adalah hipertensi. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah urban dengan angka
kejadian hipertensi lebih besar dibandingkan dengan prevalensi di Indonesia yaitu sebesar 34 %. Tingkat
persaingan hidup yang tinggi di perkotaan akan berdampak pada munculnya aneka pergeseran gaya hidup yang
kurang sehat, seperti masalah pola makan, aktivitas fisik, dan kesehatan mental emosional
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan natrium, lemak, gangguan mental
emosional, dan gaya hidup dengan hipertensi pada dewasa di DKI Jakarta.
Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan menggunakan data sekunder yang bersumber dari
Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) 2014 dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Subjek dalam
studi ini adalah responden berusia lebih dari 18 tahun yang bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta.
Hasil: Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan natrium
(p=0,531) dan lemak (p=0,323) dengan hipertensi. Terdapat hubungan gangguan mental emosional dengan
hipertensi (p=0,001). Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan perilaku sedentary dengan hipertensi
(p=0,297; p=0,759). Variabel perilaku konsumsi yang berhubungan dengan hipertensi adalah konsumsi makanan
asin ≥1 kali per hari dengan hipertensi (p=0,039). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa subjek yang
mengalami gangguan mental emosional berisiko 4,095 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan
yang tidak mengalami gangguan mental emosional.
Simpulan: Faktor yang paling mempengaruhi hipertensi adalah gangguan mental emosional. Penderita
hipertensi diharapkan dapat mengelola stress terutama yang memicu kecemasan dan depresi.
sekunder berasal dari Survei Konsumsi Makanan data perilaku sedentari menggunakan cut off
Individu (SKMI) 2014 dan Riset Kesehatan points < 3 jam, 3-5,9 jam, ≥6 jam.14
Dasar (RISKESDAS) 2013 yang dilaksanakan Hasil pengolahan data dianalisis
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia SPSS 16.0 for Windows. Analisis data yang
(Balitbangkes Kemenkes RI). Tempat dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat,
pengambilan data SKMI 2014 dilakukan di dan multivariat. Analisis univariat digunakan
seluruh wilayah Indonesia. SKMI 2014 untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase.
merupakan tahap awal dari Studi Diet Total Analisis bivariat yang digunakan adalah chi-
(SDT) 2014. Penelitian ini dilaksanakan pada square untuk mengetahui hubungan antara
bulan September sampai dengan Desember 2020. variabel kategorik dengan kategorik yaitu
Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak hubungan antara karakteristik sosiodemografi,
892 orang. asupan zat gizi, gangguan mental emosional, dan
Data yang digunakan dalam penelitian gaya hidup (aktivitas fisik dan perilaku konsumsi
ini adalah karakteristik sosiodemografi, asupan makanan berisiko) dengan kejadian hipertensi.
zat gizi (asupan natrium dan lemak), gangguan Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui
mental emosional, aktivitas fisik dan perilaku nilai korelasi variabel independen terhadap
konsumsi makanan berisiko. Data status sosial variabel dependen. Analisis yang digunakan
ekonomi dikategorikan berdasarkan indeks adalah multiple logistic regression dengan
kepemilikan. Kuintil 1 dan 2 dikategorikan status metode Backward untuk mengetahui faktor yang
ekonomi rendah atau miskin sedangkan kuintil dominan mempengaruhi kejadian hipertensi.
3,4, dan 5 dikategorikan sebagai individu dengan
status ekonomi menengah keatas atau tidak HASIL
miskin.10 Data asupan natrium dan lemak Karakteristik Subjek
didapatkan dengan metode food recall 24 hours Karakteristik subjek disajikan pada Tabel 1.
kemudian dikategorikan berdasarkan Peraturan Karakteristik subjek terdiri atas umur, jenis
Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 dimana kelamin, status pekerjaan, status sosial ekonomi,
anjuran konsumsi garam per orang per hari adalah riwayat hipertensi, asupan lemak, asupan
2000 miligram natrium sedangkan anjuran natrium, gangguan mental emosional, aktivitas
konsumsi lemak per orang per hari adalah 67 fisik, dan perilaku sedentary.
gram.11 Gangguan mental emosional dinilai Sebagian besar subjek (52,5%) berumur
dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yang lebih dari 42 tahun. Berdasarkan jenis kelamin,
terdiri dari 20 butir pertanyaan. Individu jumlah perempuan dan laki-laki tidak berbeda
dikatakan mengalami gangguan mental signifikan. Subjek yang bekerja adalah sebanyak
emosional jika menjawab minimal 6 atau lebih 561 (62,9%) lebih banyak dibandingkan yang
jawabannya.12 tidak bekerja. Jika ditinjau berdasarkan status
Data aktivitas fisik dikonversi dalam sosial ekonomi, sebagian besar responden
satuan MET minute per minggu. Data durasi tergolong tidak miskin (kuintil menengah,
aktivitas fisik yang tergolong berat dikalikan menengah atas, teratas) yaitu sebanyak 570 orang
dengan koefisien MET (Metabolic Equivalent (63,9 %). Sebanyak 127 subjek (14,2%)
Tasks) yaitu 8. Sementara itu, untuk durasi didiagnosis menderita hipertensi/ penyakit
aktivitas fisik sedang dikalikan dengan koefisien tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan.
MET yaitu 4. Kemudian, data aktivitas fisik Jumlah subjek yang mengonsumsi lemak
diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, rendah > 67 gram per hari sebanyak 426 orang (47, 8 %)
berdasarkan kriteria jika dalam 7 hari atau lebih tidak berbeda jauh selisihnya dengan subjek yang
dari aktivitas berjalan kaki, aktivitas dengan mengonsumsi lemak ≤ 67 gram per hari.
intensitas sedang maupun berat minimal Sementara itu, lebih dari subjek penduduk di DKI
mencapai 3000 MET menit per minggu maka Jakarta mengonsumsi natrium > 200 gram per
subjek dikategorikan aktivitas fisik tinggi. hari yaitu sebanyak 601 orang (67,4 %). Ditinjau
Aktivitas fisik sedang dikategorikan jika subjek dari gangguan mental emosional, 95,3 % atau
dalam 5 hari atau lebih dari aktivitas berjalan sekitar 850 subjek tidak mengalami gangguan
kaki, aktivitas dengan intensitas sedang maupun mental emosional. Apabila dilihat dari segi
tinggi minimal mencapai 600 MET menit per aktivitas fisik, sebaran subjek dalam aktivitas
minggu. Sementara itu, subjek dikategorikan fisik rendah, sedang, maupun tinggi hampir
dengan aktivitas fisik rendah jika tidak memenuhi merata. Sebanyak 37,6 % subjek melakukan
kriteria tinggi maupun sedang.13 Sementara itu aktivitas fisik yang rendah. Selain itu, 42,3%
subjek melakukan perilaku sedentary atau
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021, 85
aktivitas fisik yang bersifat menetap seperti lebih dari atau sama dengan 1 kali per hari adalah
duduk-duduk atau berbaring kurang dari 3 jam. sebanyak 107 orang (12 %). Sedangkan subjek
Berdasarkan Riskesdas 2013, perilaku yang mengonsumsi mie basah lebih dari atau
konsumsi makanan tertentu antara lain kebiasaan sama dengan 1 kali per hari adalah sebanyak 48
mengonsumsi makanan/minuman berpemanis, orang (5,4 %). Sebagian besar subjek juga tidak
berlemak, dibakar, diawetkan, kafein dan mengonsumsi biskuit atau roti lebih dari atau
menggunakan bumbu penyedap seperti yang sama dengan 1 kali per hari (3-6 kali per minggu,
dijabarkan pada Gambar 1. Perilaku konsumsi 1-2 kali per minggu, kurang dari 3 kali per bulan,
makanan tertentu diklasifikasikan sebagai atau tidak pernah). 25,3 % subjek mengonsumsi
“sering” jika penduduk mengonsumsi pangan biskuit lebih dari atau sama dengan 1 kali per
tersebut lebih dari atau sama dengan satu kali hari. Sementara itu, subjek yang mengonsumsi
setiap hari. Sebanyak 77 % subjek mengonsumsi roti lebih dari atau sama dengan 1 kali per hari
bumbu penyedap dan diikuti dengan 53,1 % adalah sebanyak 179 orang (20%).
subjek mengonsumsi makanan/minuman manis Tabel 2 menunjukkan hasil analisis bivariat studi
lebih dari atau sama dengan 1 kali per hari. ini. Variabel yang berhubungan dengan kejadian
Perilaku konsumsi makanan dari olahan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, status
tepung juga dikumpulkan pada Riskesdas 2013. pekerjaan, gangguan mental emosional, dan
Gambar 2 menunjukkan makanan jadi olahan makanan asin ≥1 kali per hari ditunjukkan dengan
tepung antara lain mi instan, mi basah, roti, dan p-value kurang dari 0,05.
biskuit. Subjek yang mengonsumsi mie instan
Gambar 1. Proporsi Subjek yang Mengonsumsi Makanan Tertentu ≥ 1 Kali per Hari
Gambar 2. Proporsi Subjek yang Mengonsumsi Makanan Olahan Tepung ≥ 1 Kali per Hari
dengan hipertensi (p<0,001). Subjek laki-laki menunjukkan hasil yang tidak sejalan bahwa
berisiko 0,51 kali lebih rendah untuk menderita wanita secara signifikan lebih kecil
hipertensi dibandingkan dengan perempuan. kemungkinannya terkena hipertensi
Apabila interpretasi nilai PR tersebut dibandingkan pria (OR=0,37, p < 0,001).1
dibandingkan dengan hasil studi lainnya
Hasil lainnya dalam penelitian tersebut kebutuhannya akan darah yang lebih banyak
diperoleh bahwa wanita secara signifikan sehingga akibatnya tekanan darah meningkat.21
cenderung lebih aware terhadap status hipertensi Meningkatnya asupan lemak dapat meningkatkan
dibandingkan dengan laki-laki (OR=1,35, aktivitas sistem saraf simpatetik yang akhirnya
p<0,05). Hal tersebut dapat disebabkan oleh akan menyebabkan hipertensi.22 Selain itu,
penggunaan pelayanan kesehatan yang lebih meningkatnya lemak akan menginisiasi tubuh
rendah pada pria dibandingkan dengan wanita.17 untuk melepaskan sitokin yang meningkatkan
Disamping itu, penelitian lainnya produksi reactive oxidative species (ROS) dan
mengungkapkan bahwa prevalensi hipertensi menurunkan produksi nitric oxide (NO).
primer pada laki-laki dan pada perempuan sama Peningkatan sitokin dan ROS beserta penurunan
tetapi sebelum mengalami menopause. Adanya kadar NO menyebabkan vasokonstriksi dan
aktivitas hormon estrogen dapat meningkatkan peningkatan resistensi pembuluh darah yang
kadar High Density Lipoprotein (HDL) sehingga mengakibatkan terjadinya hipertensi.23 Hasil
wanita premenopause dapat terlindung dari studi ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
penyakit kardiovaskular. Siklus ini terus berlanjut antara asupan natrium dengan hipertensi (p-
dimana hormon estrogen berubah kuantitasnya value=0,531). Tekanan darah tinggi terjadi bukan
sesuai dengan umur wanita secara hanya disebabkan oleh asupan natrium yang
alamiah.18Berdasarkan status sosial ekonomi, tinggi pada saat ini melainkan manifestasi dari
hasil studi ini menunjukkan bahwa tidak ada asupan natrium dalam jangka panjang. Hipertensi
hubungan antara status sosial ekonomi dengan pada penelitian ini bisa terjadi sebagai akibat
hipertensi (p=0,788). Selain itu, hasil studi ini kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh subjek
juga menunjukkan bahwa ada hubungan status untuk mengkonsumsi makanan tinggi natrium
pekerjaan dengan hipertensi (p<0,001). dan didukung oleh faktor eksternal di luar
Penelitian ini sejalan dengan studi yang penelitian yang tidak diteliti dan dapat
mengungkapkan bahwa tidak didapatkan mempengaruhi tekanan darah.
hubungan yang bermakna dari segi sosial Dalam analisis bivariat penelitian ini,
ekonomi dengan prevalensi hipertensi pada ibu gangguan mental emosional atau stress
hamil.19 Hasil penelitian lainnya juga berhubungan dengan hipertensi yang ditunjukkan
menunjukkan bahwa hipertensi sebagian besar dengan p-value=0,001. Dalam analisis
terjadi pada kalangan masyarakat dengan status multivariat, gangguan mental emosional
sosial ekonomi rendah. Hal tersebut disebabkan merupakan salah satu faktor yang dominan
karena ketidakmampuan ekonomi individu atau mempengaruhi hipertensi. Stress dapat
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang
termasuk pengaturan makan yang sehat untuk meregulasi fungsi saraf dan hormon yang pada
hipertensi, treatment atau medikasi yang baik dan akhirnya akan berdampak pada peningkatan
memadai.20 Selain itu, seseorang yang bekerja denyut jantung, penyempitan pembuluh darah
mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan retensi air dan garam. Sekresi
sehingga dapat membayar perawatan kesehatan katekolamin akan semakin meningkat dan
khususnya hipertensi dibandingkan dengan yang mengakibatkan renin, angiotensin, dan aldosteron
tidak bekerja. yang diproduksi juga semakin meningkat
Hasil studi ini menunjukkan bahwa tidak Aktivasi sistem saraf simpatis juga menyebabkan
terdapat hubungan antara asupan lemak dengan pelepasan norepinefrin dari saraf simpatis di
hipertensi (p=0,323). Bertentangan dengan hal jantung dan pembuluh darah. Hal ini
tersebut, asupan lemak mempunyai dampak menyebabkan peningkatan curah jantung dan
terhadap hipertensi. Konsumsi pangan dengan total peripheral resistance (TPR). Peningkatan
kandungan lemak yang tinggi khususnya lemak aktivitas saraf simpatis secara berkepanjangan
jenuh dapat menyebabkan meningkatnya dapat menyebabkan hipertrofi jantung dan
kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan pembuluh darah yang berkontribusi dalam
akan menumpuk sehingga membentuk plak di meningkatkan tekanan darah.24
pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Hal Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tersebut dapat menutupi hampir semua tidak ada hubungan antara aktivitas fisik
permukaan pembuluh darah sehingga (p=0,279) dan perilaku sedentary dengan
menyebabkan aliran darah tidak lancar yang hipertensi (p=0,759). Subjek dengan aktivitas
berdampak pada kekurangan darah dan oksigen, fisik yang rendah berpeluang 0,806 kali lebih
sehingga organ tersebut akan menghantarkan rendah untuk menderita hipertensi dibandingkan
sinyal ke otak yang memberikan tanda bahwa dengan subjek dengan aktivitas fisik tinggi.
Copyright 2021, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 10, Nomor 2, Tahun 2021, 90
Terlebih lagi, subjek dengan aktivitas sedentary manis mengandung unsur karbohidrat sederhana
3-5,9 jam memiliki risiko hipertensi yang sama dan menghasilkan kalori yang tinggi. Kelebihan
dengan subjek dengan aktivitas sedentary kurang konsumsi pangan dengan densitas energi yang
dari 3 jam. Hal ini tidak sejalan dengan studi yang tinggi dan aktivitas fisik rendah juga merupakan
menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat faktor yang berkontribusi terhadap obesitas atau
mengurangi kerja syaraf simpatik, pembuluh kegemukan. Sementara itu, makanan yang
darah lebih sehat dan terhindar dari inflamasi dan berlemak mengandung lemak jenuh dan
stress oxidative, menekan aktifitas renin sehingga kolesterol. Asupan lemak yang tinggi dapat
pembuluh darah vasodilatasi dan tekanan darah menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
turun.25 Studi ini berdasarkan hasil Riskesdas karena banyaknya lemak yang menempel pada
2013 yang hanya mengumpulkan durasi waktu dinding pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat
individu melakukan perilaku sedentary. memacu jantung untuk memompa darah lebih
Pengukuran aktivitas fisik lebih efektif jika kuat sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
menggunakan metode recall aktivitas fisik darah.29
dimana setiap aktivitas memiliki koefisien yang Hasil studi ini menunjukkan bahwa
berbeda-beda kemudian dikonversi ke dalam konsumsi kopi tidak berhubungan dengan
nilai Physical Activity Level (PAL) dan hipertensi (p=0,819) dan minuman berkafein
diklasifikasikan termasuk kategori ringan, buatan (non kopi) (p=0,684) ≥ 1 kali per hari
sedang, ataupun berat. tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Dilihat dari variabel perilaku konsumsi, Bertentangan dengan hasil studi ini, kopi bisa
dalam studi ini menunjukkan bahwa variabel mempengaruhi tekanan darah karena
perilaku konsumsi yang berhubungan dengan mengandung polifenol, niacin, dan kafein. Kafein
kejadian hipertensi adalah konsumsi makanan dapat menstimulasi pusat vasomotor dan
asin (p=0,01) dan makanan yang dibakar ≥ 1 kali stimulasi langsung miokardium dapat
per hari (p=0,037). Penelitian lain menyebabkan peningkatan tekanan darah. Efek
mengungkapkan bahwa hanya konsumsi stimulan kafein tergantung dari kadar kafein
minuman berkafein yang berkontribusi terhadap dalam plasma tekanan darah yang akan
kejadian hipertensi.26 Perbedaan kedua hasil meningkat berbanding terbalik dengan jumlah
penelitian ini dapat disebabkan oleh data yang kopi yang dikonsumsi. Efek tersebut disebabkan
dikumpulkan oleh Riskesdas 2013 adalah hanya oleh reseptor adenosine yang sudah jenuh dengan
informasi terkait frekuensi atau kebiasaan konsentrasi kafein yang dikonsumsi setiap hari
konsumsi makanan saja namun tidak yang berefek toleransi secara parsial. Kafein
mendeskripsikan pola konsumsi pangan tersebut. berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah
Makanan asin atau mengandung tinggi natrium mulai dari populasi yang tidak terbiasa minum
dapat mempengaruhi hipertensi. Subjek dengan kopi sampai dengan peminum berat.30 Makanan
asupan natrium tinggi lebih berisiko 6 kali untuk olahan tepung yang dikonsumsi ≥ 1 kali per hari
menderita hipertensi dibandingkan dengan orang dalam studi ini seperti mie instan (p=0,504), mie
yang mempunyai asupan natrium yang cukup.27 basah (p=0,479), roti (p=0,154), biskuit (p=0,15)
Pengaruh asupan natrium terjadi melalui tidak berhubungan dengan hipertensi. Hal ini
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan dapat disebabkan karena dalam penelitian ini
tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh hanya mengukur kebiasaan atau frekuensi
peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga konsumsi makanan namun tidak mengukur pola
kembali pada keadaan hemodinamik yang konsumsi subjek. Mie instan mempunyai
normal, pada penderita hipertensi mekanisme ini kandungan natrium yang tinggi namun bervariasi
terganggu. Konsumsi natrium yang berlebih tergantung dari produk pangannya. Kandungan
menyebabkan komposisi natrium di dalam cairan natrium yang tinggi dalam mie instan apabila
ekstraseluler meningkat.28 Meningkatnya volume dikonsumsi dengan pangan lain yang tinggi
cairan ekstraseluler menyebabkan meningkatnya natrium jika dikonsumsi dalam jangka panjang
volume darah naik sehingga berdampak pada secara berlebihan dapat berdampak pada
timbulnya hipertensi. Di sisi lain, variabel hipertensi.
perilaku konsumsi makanan yang manis Penelitian ini memiliki keterbatasan
(p=0,338), berlemak (p=0,808), berpengawet antara lain secara teoritis terdapat banyak
(p=0,684) dan berbumbu penyedap (p=0,326). variabel yang berhubungan dengan hipertensi
Perilaku konsumsi makanan berisiko juga dapat tetapi peneliti hanya meneliti dari variabel yang
menyebabkan masalah lain seperti halnya pada terdapat dalam data sekunder SKMI 2014 dan
pangan yang memiliki rasa manis. Pangan yang Riskesdas 2013. Selain itu, desain penelitiannya
cross-sectional yang memiliki kelemahan dukungan yang diberikan kepada peneliti berupa
ketidakmampuan dalam menjelaskan proses yang bantuan dana penelitian yang menunjang
terjadi dalam objek atau variabel yang diteliti berlangsungnya penelitian ini dengan baik.
serta hubungan korelasinya. Asupan zat gizi
seperti natrium dan lemak juga diperoleh dengan DAFTAR PUSTAKA
metode food recall 1 x 24 jam dimana yang 1. WHO. Non communicable disease. World
ditinjau adalah kuantitas bukan kualitas zat Health Organization; 2018.
gizinya. Ditambah lagi, metode tersebut tidak 2. P2PTM Kemenkes RI. Hipertensi secara
menggambarkan pola konsumsi individu pada global. Kementerian Kesehatan RI; 2018.
hari libur. Flat slope syndrome pada metode 3. P2PTM Kemenkes RI. Fakta dan Angka
tersebut juga menyebabkan kecenderungan Hipertensi. Kementerian Kesehatan RI;
overestimate bagi subjek yang low intake dan 2017.
kecenderungan underestimate bagi subjek yang 4. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi
high intake. Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan
SIMPULAN Farmasi Badan Penelitian Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak Departemen Kesehatan RI, Jakarta; 2009.
ada hubungan antara status sosial ekonomi, 5. Elliott P, Stamler J, Nichols R, Dyer AR,
asupan lemak, asupan natrium, aktivitas fisik dan Stamler R, Kesteloot H, et al. Intersalt
perilaku sedentary dengan hipertensi. Akan revisited: further analyses of 24 hour sodium
tetapi, terdapat hubungan antara umur, jenis excretion and blood pressure within and
kelamin, status pekerjaan, dan gangguan mental across populations. British Medical Journal.
emosional dengan hipertensi. Variabel perilaku 1996; 312(7041):1249-53.
konsumsi yang berhubungan dengan hipertensi 6. Hashani V, Roshi E, Burazeri G. Correlates
adalah konsumsi makanan asin ≥ 1 kali per hari of hypertension among adult men and
dengan hipertensi. Berdasarkan hasil analisis women in Kosovo. Materia Sociomedica
multivariat, umur dan gangguan mental 2014;26(3), 203–215.18.
emosional merupakan variabel yang dominan 7. Cheng S, Yu H, Chen Y, Chen C, Lien W,
berhubungan dengan hipertensi. Yang P, Hu G. Physical activity and risk of
Penderita hipertensi diharapkan dapat cardiovascular disease among older adults.
mengelola stress terutama yang memicu International Journal of Gerontology
kecemasan dan depresi. Selain variabel yang 2013;7(3):133-136.
diteliti dalam studi ini, pengukuran terhadap 8. Idaiani S, Wahyuni HS. Hubungan
asupan natrium pada garam tambahan seperti gangguan mental emosional dengan
garam meja, kecap, dan bumbu lainnya juga perlu hipertensi pada penduduk Indonesia. Media
diperhatikan. Konsumen juga perlu Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
memperhatikan nutrition facts kandungan 2016; 26 (3): 137-144.
natrium dalam pangan kemasan. Penderita 9. Rahajeng. Survival rate penyandang
hipertensi juga tetap harus memperhatikan hipertensi dengan konsumsi natrium rendah
pengendalian makan. Penderita hipertensi terhadap kejadian stroke. Gizi Indonesia.
sebaiknya tetap konsisten menjalankan 2016;39(2): 71-80.
pengaturan makan, salah satunya adalah DASH 10. Ghani L, Susilawati MD, Novriani H. Faktor
(Dietary Approach to Stop Hypertension). Studi risiko dominan penyakit jantung koroner di
DASH diet menunjukkan bahwa diet tinggi Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan.
sayur, buah, dan hasil olahan susu rendah lemak 2016; 44 (3): 153-164.
yang kadar lemak jenuh dan lemak totalnya 11. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
rendah serta tinggi kandungan kalium, kalsium, Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
dan magnesium dapat menurunkan tekanan 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman
darah. Oleh karena itu, penelitian tentang edukasi Informasi Kandungan Gula, Garam, dan
DASH-Like diet dan pengaruhnya terhadap lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan
kepatuhan diet dan tekanan darah dapat dilakukan Olahan dan Pangan Siap Saji. 2013.
selanjutnya. 12. Hartono IG. Psychiatric morbidity among
patients attending the Bangetayu community
UCAPAN TERIMA KASIH health centre in Indonesia. Perth: University
Penulis mengucapkan terima kasih kepada of Western Australia. Thesis.1995.
STIKES Indonesia Maju (STIKIM) atas