You are on page 1of 11

KECUKUPAN ASUPAN KALORI ENERGI ATLET BELADIRI

PADA PON XX 2021 DI PAPUA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH
AHMAD MAISUN
F1251171004

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

KECUKUPAN ASUPAN KALORI ENERGI ATLET BELADIRI


PADA PON XX 2021 DI PAPUA

ARTIKEL PENELITIAN

AHMAD MAISUN
F1251171004

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Isti Dwi Puspita Wati, M.Pd Edi Purnomo, M.Or


NIP 198301282008122001 NIP 198301142008011004

Mengetahui,

Dekan FKIP UNTAN Ketua jurusan Ilmu Keolahragaan

Dr. Martono, M.Pd.


NIP 196803161994031014 Eka Supriatna, M.Pd
NIP 197711133006041002
KECUKUPAN ASUPAN KALORI ENERGI ATLET BELADIRI
PADA PON XX 2021 DI PAPUA

Ahmad Maisun, Isti Dwi Puspita Wati, Edi Purnomo.


Pendididkan Kepelatihan Olahraga Jurusan Ilmu Keolahragaan FKIP Universitas Tanjungpura
Email : ahmadmaisun@student.untan.ac.id

Abstract

This study aims to determine the adequacy of energy calorie intake of martial
arts athletes during the training center (TC) for the XX PON in Papua. This
research is a quantitative descriptive survey. The population and sample in this
study were martial arts athletes who were carrying out the TC program totaling
12 athletes. Data analysis with Nutrisurvey then presented with descriptive
statistics. The results showed that the average athlete had a normal nutritional
status. To fulfill 100% of energy calories, athletes experience a lack of energy
intake, on average athletes are only able to meet their calorie intake of 46% of
the total energy needed. Energy consumption from carbohydrate and protein
sources of athletes has been fulfilled with the percentage of carbohydrate
fulfillment 52.22% and protein 16.22%. while for the fulfillment of energy from
fat sources, athletes consume excess fat with a percentage of 32.22%. The
conclusion is that athletes can only meet energy intake of 46% of the total needed,
but from the composition of energy from carbohydrate and protein sources it is
appropriate even though from fat sources there is an excess.

Keywords: Energy Calories, PON 2021, Martial Arts

PENDAHULUAN mendorong, membina, serta


mengembangkan potensi jasmani, rohani,
Olahraga merupakan serangkaian dan sosial”.
aktivitas gerak tubuh manusia yang Ruang lingkup olahraga di bagi menjadi
sistematis, teratur, terencana dan dilakukan empat bagian, hal ini juga di perkuat dengan
untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini adanya Undang-Undang Republik Indonesia
sejalan dengan pendapat (I Nengah:2019) Nomor 3 Tahun 2005 yang menyatakan
yang menyatakan bahwa olahraga bahwa olahraga memiliki empat ruang
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk lingkup di antaranya: Olahraga Pendidikan,
mendorong, mengembangkan, Olahraga Kesehatan, Olahraga rekreasi dan,
membangkitkan, serta membina potensi- Olahraga prestasi. Olahraga prestasi
potensi jasmaniah dan rohaniah individu merupakan olahraga yang memiliki tujuan
dalam bentuk permainan, pertandingan, untuk membina dan mengembangkan
perlombaan serta kegiatan jasmaniah yang olahragawan secara terencana, berjenjang,
intensif untuk memperoleh rekreasi dan dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk
kemenangan. Menurut Undang Undang mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 pengetahuan dan teknologi keolahragaan
Tentang Sistim Keolahragaan Nasional dengan waktu yang relatif lama. Hal ini
pasal 1 ayat 4 bahwa: “Olahraga adalah sejalan dengan pendapat (Untung:2017)
segala kegiatan yang sistematis untuk yang mengatakan bahwa Olahraga prestasi

1
merupakan sebuah Kegiatan olahraga yang dengan kutipan dalam (Cerika,2015), yang
dilakukan dangan terencana serta dikelola mengatakan bahwa untuk mendapatkan
secara profesional dengan tujuan untuk performa atlet yang bagus maka yang perlu
memperoleh prestasi yang optimal pada di perhatikan adalah: Kecukupan energy,
cabang-cabang olahraga tertentu. waktu yang tepat dalam mengkonsumsi
Prestasi olahraga merupakan sebuah hasil kebutuhan cairan tubuh, waktu yang tepat
yang bisa didapat dengan melakukan porsi dalam mengkonsumsi karbohidrat dan
latihan yang baik, fasilitas baik, dan pelatih protein serta, pemilihan yang tepat dalam
yang berkualitas, serta asupan gizi yang mengkonsumsi supplement. Zat gizi makro
seimbang (Jumadin & Syahputra,2019). merupakan penghasil energi untuk berbagai
Sejalan dengan pendapat menurut aktivitas baik selama latihan, dekat masa
(Yogi,2016), factor yang mendukung pertandingan maupun pertandingan
prestasi olahraga terdiri dari beberapa aspek (Panggabean,2020). Karna ketika asupan
yakni: Aspek biologi yang meliputi pontensi energi seimbang, atlet tidak akan mengalami
atau kemampuan dasar tubuh, fungsi organ- hutang energi, sehingga atlet akan mampu
organ tubuh, postur tubuh dan gizi, Aspek melakukan apa yang telah bisa dilakukan
psikologis yang meliputi intelektual, dalam latihan sebelumnya tampa mengalami
motivasi, kepribadian, koordinasi gerak, resiko cidera. Dengan latihan yang teratur,
Aspek social yang meliputi social, sarana pelatih akan mampu merangsang atlet untuk
dan prasarana, cuaca atau iklim., Aspek meningkatkan performanya lagi sesuai
penunjang meliputi pelatih, program latian, dengan program latihan yang telah di
penghargaan atau bonus. Hal ini juga sejalan targetkan.
dengan pendapat (Kadek,2014), menyatakan Namun di karnakan wabah pandemi virus
bahwa, dalam lingkungan pembinaan corona (covid-19) masih meluas, KONI
olahraga banyak aspek yang mendukung Kalimantan Barat tetap mengadakan
dalam tercapainya prestasi atlet salah program trening center (TC). Hal ini berlaku
satunya manajemen status gizi atlet dan untuk semua cabang olahraga yang turut
menjaga keseimbangan asupan energi, ini berpartisipasi, pada event PON XX di
bertujuan untuk menjaga performa atlet tetap Papua, termasuk cabang olahraga bela diri.
di puncaknya. Dalam pelaksanan TC ini, para atlet bela diri
Gizi merupakan salah satu factor melaksanakan program Latihan secara
penunjang prestasi seorang atlet. Dengan mandiri. Dan dalam hal makanan untuk
mengkonsumsi makanan dengan gizi yang pemenuhan energi, atlet di bebaskan dalam
seimbang dan terencana maka akan mampu memilih bahan-bahan makanan untuk di
mempertahankan performa atlet di setiap konsusmsi. Oleh karna itu peneliti ingin
pertandingan Hal ini juga sejalan dengan mengetahui tentang keseimbangan asupan
pendapat (Kadek:2014) menyatakan bahwa, kalori energi atlet beladiri selama melakukan
dalam lingkungan pembinaan olahraga program latihan TC untuk persiapan PON
banyak aspek yang mendukung dalam XX di Papua nanti.
tercapainya prestasi atlet salah satunya
manajemen status gizi atlet dan menjaga METODE PENELITIAN
keseimbangan asupan energi, ini bertujuan Pada penelitian ini metode yang
untuk menjaga performa atlet tetap di digunakan adalah metode deskriptif
puncaknya. kuantitaf. Penelitian deskriptif merupakan
Keseimbangan asupan energi sangat sebuah penelitian yang bertujuan untuk
penting untuk di perhatikan dalam masa memberikan sebuah gambaran yang jelas
prodeisasi Latihan, hal ini bertujuan untuk dan akurat pada fenomena yang di selidiki,
mendapatkan dan menjaga performa atlet sedangkan kuantitatif merupakan penyajian
supaya tetap stabil dan berada dipuncaknya data dengan mengunakan angka-angka
pada saat pertandinganya. Hal ini Sejalan statistik (Sugiyono ,2018). Subjek penelitian

2
ini adalah 9 atlet beladiri yang sedang 120%
melaksanakan TC untuk Persiapan PON XI
100%
di Papua. penelitian ini mengunakan
instrumen angket, dengan menggunakan 80%
metode food recall (Recall konsumsi 60% KK
pangan) dan activity recall(Recall 40% KM
aktivitas).Instrumen yang digunakan untuk 20%
mengukur asupan makanan responden 0%
selama sehari-hari menggunakan lembar
KK KM
food recall 7x24 jam, dengan menulis semua
jenis makanan dan banyaknya makanan
yang sesuai dengan apa yang telah dimakan Grafik 1: perbandingan asupan kalori energi
oleh responden. Teknik analisis yang keluar (KK) dan kalori masuk (KM).
digunakan adalah teknik analisis Statistika
Berdasarkan dari grafik 1, dapat kita
deskriptif.
simpulkan bahwa 100% atlet beladiri
HASIL PENELITIAN DAN mengalami kekurangan dalam pemenuhan
PEMBAHASAN asupan kalori, yakni atlet hanya dapat
Hasil penelitian memenuhu rata-rata 46% dari total harian
Penelitian ini dilaksanakan pada masa yang dibutuhkan. hal ini juga dapat dilihat
atlet beladiri melaksanakan Trening Center rata-rata atlet beladiri mengkonsumsi kalori
(TC) untuk PON XX di Papua. TC energi sebanyak 1.174,4 Kcal/hari. Dengan
dilakuakn secara masing-masing cabang angka maksimal 1444,3 kcal/hari dan
olahraga beladiri yang dilakukan di minimal atlet mengkonsusmsi kalori
seputaran lingkungan KONI Kalbar. Jumlah sebanyak 487,1 kcal/hari. Sedangkan kalori
atlet pada cabang olahraga beladiri ini energi yang dibutuhkan adalah sebesar
sebanyak 9 atlet, masing-masing pembagian 2.527,9 kcal/hari dan nilai median sebanyak
atlet sebagai berikut: 1.164,7 kcal/hari serta nilai maksimal
2725,0 kcal/hari, dan minimal 2250,0
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Atlet Beladiri. kcal/hari. Sedangkan untuk pemenuhan zat
N Cabor Jenis Jumlah gizi makro atlet beladiri yang sedang
o kelamin atlet melaksanakan TC untuk persiapan PON XX
L P yakni sebagai berikut:
1 Tarung 2 3 5
Drajat Tabel 2 Persentase pemenuhan Zat Gizi
2 Judo 1 1 Makro.
3 Karate 1 1
4 Whu Shu 1 1 No Zat Gizi Persentase
5 Mua Thai 1 1 Pemenuhan
Jumlah 9 1 Karbohidrat 50-60%
Sumber: Data Penelitian. 2 Protein 12-20%
3 Lemak 25-28%
Kecukupan asupan energi merupakan
Sumber: Data penelitian.
status ketika asupan kalori yang keluar
seimbang dengan kalori yang keluar. Berdasarkan pada tabel 2 atlet cabang
Adapun asupan kalori atlet beladiri selama olahraga beladiri yang sedang melaksanakan
malaksanakan TC PON XX sebagai berikut: TC untuk pesiapan PON ke XX di Papua,
maka diperoleh data sebagai berikut Secara
rinci asupan zat gizi makro dapat dilihat
sebagai berikut:

3
Tabel 3 Statistik Deskriftif Porsentase Berdasarkan dari pada tabel 5, dapat
pemenuhan asupan gizi makro atlet beladiri. dikatakan bahwa rata-rata atlet beladiri
Karbohid Protein Lema mengkonsumsi protein dengan nilai mean
rat k menunjukan angka 16,22%. Sehingga bisa di
Mean 50,22% 16,22% 32,22 simpulkan bahwa secara rerata atlet beladiri
% mengkonsumsi terlalu banyak asupan
Median 49% 16% 36% protein. Dan 2 atlet mengalami kekurangan
asupan protein dan 1 atlet mengkonsumsi
Modus 49% 16% 36%
protein secara berlebih dari yang dianjurkan.
Sumber: Data penelitian. Tabel 6 Distribusi dan Persentase
Berdasarkan data pada tabel 3 maka pemenuhan lemak
dapat dillihat bahwa dalam memenuhi N Kelas Freku Persentase
kebutuhan kalori harian para atlet rata-rata o ensi Frekuensi
mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 1 100% - 76% 0 0%
50,22%, protein 16,22% dan lemak 2 75% - 51% 1 11,11%
sebanyak 32,22%. Secara rinci asupan 3 50% - 26% 5 55%
karbohidrat dari atlet tarung derajat dapat 4 25 % - 0% 3 33,3%
dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut : Sumber: Data penelitian
Tabel 4 Distribusi dan Persentase
Lemak merupakan sumber energi kedua
pemenuhan karbohidrat. yang dapat digunakan oleh tubuh untuk
No Kelas Frek Persentase beraktivitas. Pemenuhan terhadap lemak
uensi Frekuensi juga merupakan hal yang penting dalam
1 100% - 76% 0 0% mendukung tubuh dapat maksimal
2 75% - 51% 4 45 % beraktivitas. Kebutuhan lemak bagi tubuh
3 50% - 26% 5 55 % tidak lebih dari 30% dari total kalori tubuh
4 25 - 1% 0 0% yang diperlukan. Sehingga bisa di simpulkan
Sumber: Data penelitian. bahwa secara rerata atlet beladiri
mengkonsumsi terlalu banyak asupan lemak
Berdasarkan pada tabel 4, dapat yakni sebanyak 4 orang atlet. Serta 3 atlet
dikatakan bahwa rata-rata atlet beladiri mengalami kekurangan asupan lemak
mengkonsumsi karbohidrat dengan nilai sebagaimana yang dianjurkan.
mean menunjukan angka 50,22%. Sehingga
bisa di simpulkan bahwa secara rerata atlet Pembahasan
beladiri mengkonsumsi asupan karbohidrat Status Gizi Atlet Beladiri
cukup. Namun sebanyak 5 atlet belum Berdasarkan pada hasil penelitian yang
memenuhi asupan karbohidrat serta 1 atlet telah di paparkan, dapat kita ketahui status
mengkonsumsi karbohidrat secara berlebih. gizi dari 9 atlet, sebanyak 88,89% atau 8
Tabel 5 Distribusi dan Persentase atlet status gizinya masuk dalam katagori
pemenuhan Protein normal sedangkan sebesar 11,11% atau 1
N Kelas Frek Persentase atlet masuk dalam katagori obesitas ringan.
o uensi Frekuensi Sehingga bisa dikatakan rata-rata status gizi
atlet beladiri berada dalam katagori normal
1 100% - 76% 0 0%
atlet yang memiliki satus gizi yang obesitas
2 75% - 51% 0 0%
akan mengalami kesulitan dalam
3 50% - 26% 0 0%
melaksanakan program latihan, hal ini di
4 25 % - 0% 9 100 %
karnakan sisa-sisa energi yang tidak
Sumber : Data penelitian
dikeluarkan oleh tubuh akan menjadi
simpanan dalam tubuh yang nantinya akan

4
menjadi lemak. Obesitas ini terjadi di untuk memenuhi kelas pertandingan yang
karnakan atlet mengalami ketidak akan di ikutinya dan sekitar 33,3% atau 3
seimbangan dalam asupan energi dengan orang atlet kekurangan berat badan untuk
pengeluaran energi. memenuhi kelas pertandingan yang akan di
ikutinya. Atlet sangat di tuntut untuk
Faktor penyebab atlet mengalami memenuhi atau menyeimbangkan asupan
obesitas ringan adalah seringnya kalorinya hal ini bertujuan untuk dapat
mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji mengatur ketahanan serta performanya
(junk food) seperti mie instan, gorengan dan dalam menajalankan sesi latihan maupun
ayam goreng (Makarimah,2017). Sehingga pertandingan (Alodiea & Santi:2017).
rata-rata konsumsi harian atlet sangat jarang Sedangkan menurut (Abdul:2017)
sekali mengkonsumsi buah dan sayur yang mengatakan bahwa kekurangan
mana makanan ini mengandung zat-zat gizi mengkonsmsi energi akan mengakibatkan
yang penting yang sangat dibutuhkan oleh performa atlet tergangu dan tidak optimal
atlet dalam memberikan tenaga dan dan kurangnya berat badan dari berat badan
membantu membuat tubuh menjadi lebih ideal serta akan timbul kerusakan pada
segar (Yoeantafara & Martini,2017). jaringan tubuh sedangkan jika kelebihan
Asupan Energi mengkonsumsi asupan energi akan berakibat
Dalam melaksanakan aktivitas kegemukan serta mengalami kelebihan berat
keseharianya seseorang sangat memerlukan badan (overweight).
asupan energi untuk menunjang aktivitas Di karnakan ada beberapa atlet yang
yang dilakukan, dan dalam hal ini hanya bisa menjalani program penurunan berat badan
didapat dengan mengkonsumsi pagan yang dan penaikan berat badan untuk memenuhi
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh kelas pertandingan yang diikutinya,
(Sabar:2010). Dalam Pengunaan energi hal sehingga ada beberapa atlet yang dengan
yang mempengaruhi adalah umur, berat sengaja mengurangi dan melebihi asupan
badan, keadaan khusus, serta jenis aktivitas makananya untuk memenuhi tujuan tersebut
yang dilakukan (Syafrizar & Wilda:2009). dengan melakukan diet. Untuk itu atlet
Energi dalam tubuh manusia timbul beladiri mengurangi asupan kalorinya dari
dikarnakan adanya pembakaran karbohidrat, kebutuhan harinya.
protein serta lemak. Oleh karnanya sangat Berdasarkan penelitian yang telah
penting untuk mengkonsumsi zat-zat gizi dilakukan yakni pada grafik 1 rata-rata atlet
yang cukup untuk memenuhi kecukupan beladiri mengkonsumsi kalori energi
energinya. Ini juga bertujuan untuk sebanyak 1.174,4 Kcal/hari atau sebesar
mencegah mengalami hutang energi yang 46%. Sedangkan kalori energi yang
mana nantinya akan mengangu proses dibutuhkan untuk aktivitas harianya rata-rata
metabolisme dalam tubuh. Ketika atlet atlet memerlukan kalori sebesar 2.527,9
mengalami ketidak seimbangan masukan kcal/hari. Sehingga ini menunjukan bahwa
energi dengan kebutuhan yang berlangsung 100% atlet beladiri mengalami kekurangan
dalam jangka waktu tertentu makan akan dalam pemenuhan energi. Hal ini
menimbulkan masalah pada status gizi alet disebabkan oleh beberapa faktor yakni
tersebut. mengurangi jam makan harianya demi
menjalani program diet untuk menyesuaikan
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dengan kelas pertandingan yang diikutinya.
yakni mengurangi jam makan harianya Penyebabnya adalah kurangnya pemahaman
demi menjalani program diet untuk atlet dan pelatih dalam memanejemen
menyesuaikan dengan kelas pertandingan asupan kalori ini terbukti pada asupan
yang diikutinya. hal ini dapat kita lihat pada makanannya atlet sangat ditekankan untuk
tabel 4.2 yang menunjukan sebanyak 44,4 % mengkonsumsi telur rebus sebagai penganti
atau 4 orang atlet kelebihan berat badan sarapan dan meniadakan makan malam demi

5
kelancaran program diet yang mereka jalani. karbohidrat sebesar 50,22 % dari total energi
Serta beberapa atlet berasal dari panti asuhan yang dibutuhkan. Sedangkan untuk atlet
dan, memiliki ekonomi yang kurang beladiri porsentase yang dianjurkan dalam
mendukung. pemenuhan energi adalah sebesar 50-60%.
Sedangkan menurut (Lesmana,2014)
Sedangkan yang dianjurkan atlet hanya mengatakan kebutuhan atlet ketika
di perbolehkan mengurangi asupan melakukan latihan yang berat bisa mencapai
kalorinya sampai batas minimal 75%. 9-10gr/KgBB/perhari atau berkisar 70% dari
Melebihi angka tersebut akan sangat total energi yang dibutuhkan. Kurangnya
merugikan bagi atlet. Ini diperkuat dengan mengkonsumsi karbohidrat dalam jangka
pendapat (Djoko:2005) yang mengatakan waktu tertentu dapat mengakibatkan
bahwa dalam mengendalikan berat badan terjadinya Ketosis (membakar lemak tanpa
atlet sehingga dapat meraih prestasi puncak karbohidrat), hal ini dapat menyebabkan
adalah pada priodisasi umum, untuk kehilangan nafsu makan serta mengalami
menurunkan berat badan seorang atlet harus lelah dan mual. Diet rendah karbohidrat
mengurangi asupan makanan nya sebanyak rendah juga akan mengakibatkan
25% dari total kebutuhan harianya serta meningkatnya resiko batu ginjal serta
melakuan latihan aerobik, sedangkan untuk menguras kalsium hal ini akan membuat
menambah berat badan atlet harus atlet lebih rentan mengalami resiko tinggi
menambah asupan makananya sebanyak terkena Osteoporosis (Yoeantafara &
25% dari total harianya dan melakukan Martini,2017). Kelebihan mengkonsumsi
latihan beban. karbohidrat secara berkala sel tubuh akan
mengubah karbohidrat dalam bentuk lemak
Kekurangan mengkonsmsi energi akan sehingga nantinya akan menyebabkan atlet
mengakibatkan performa atlet tergangu, hal mengalami Overweight (muhammad Abdul
ini di karnakan atlet mengalami hutang Karim,2017).
energi sehingga menyebabkan kinerja tubuh
tidak optimal dan kurangnya berat badan Asupan Protein
dari berat badan ideal serta akan timbul Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kerusakan pada jaringan pada sistem tubuh dilakukan terhadap atlet beladiri yakni pada
sedangkan jika kelebihan mengkonsumsi tabel 5 menunjukan rerata atlet beladiri
asupan energi akan berakibat kegemukan memenuhi asupan protein sebanyak 16,22%
serta mengalami kelebihan berat badan dengan asupan minimal 11% dan asupan
(overweight) (muhammad Abdul maksimal 21%. Sedangkan pemenuhan
Karim,2017). Menurut jurnal (“Penurunan protein untuk atlet harus menenuhi asupan
Berat Badan Atlet Pencak Silat,” 2019) protein sebanyak 12-20% dari total energy
mengatakan dalam mengurangi asupan yang diajurkan. Atlet sangat tidak
kalori harianya atlet tidak boleh melebihi dianjurkan untuk mengkonsumsi protein
1000 s.d 1500 kalori, sedangkan untuk secara berlebih, berbeda dengan karbohidrta
asupan kalori yang terendah yang dianjurkan dan lemak, protein tidak dapat disimpan
adalah 2000 kalori perhari. Sedangkan dalam tubuh dalam jumlah besar. Oleh karna
menurut (Rudiansyah et al,2017), dalam itu akan membebani hati dan ginjal dan akan
menurunkan berat badan 1⁄2-1 kg/minggu menyebabkan atlet mengalami penuruna
makan atlet harus mengurangi asupan praforma serta mendorong terjadinya
kalorinya sebanyak 500-1000 kalori/hari di dehedrasi (Kementrian Kesehatan RI:2014)
bawah rata-rata. Ini juga diperkuat dengan pendapat
(Yoeantafara & Martini,2017) yang
Asupan Karbohidrat mengatakan bahwa mengkonsumsi protein
Berdasarkan hasil penelitian yang telah secara berlebih sangat tidak menguntungkan
dilakukan dapat kita lihat pada tabel 4 rerata bagi tubuh, selain membut ginjal dan hati
atlet beladiri mengkonsumsi asupan bekerja lebih keras dengan mengeluarkan

6
kelebihan nitrogen yang dapat mengkonsumsinya secara berlebihan yakni
mengakibatkan demam, dehedrasi dan diare dengan porsentase sebanyak 32,22%.
juga dapat meningkankan prekuensi buang
air kecil dan hal ini akan sangat mengangu Saran
proses latihan, sedangkan jika asupan Untuk meningkatkan prestasi atlet
protein rendah akan mengakibatkan dampak beladiri maka sangat perlu bagi atlet maupun
negatif terhadap peningkatan massa otot. pelatih untuk lebih memahami dalam
Asupan Lemak menjaga keseimbangan asupan makanan
Berdasarkan tabel 6 rata-rata atlet atlet, serta memahami cara melakukan diet
beladiri mengkonsumsi lemak secara yang baik dan benar untuk atlet dan sangat
berlebih yakni sebanyak 32,22%. Sedangkan diperlukan peran ahli gizi untuk
batas yag dianjurkan untuk atlet dalam meningkatkan pemahaman atlet untuk
mengkonsumsi lemak adalah 25-28% dari menjaga asupan makanan tetap seimbang
total energi yang dibutuhkan. Ini juga demi meningkatkan kualitas atlet.
diperkuat dengan pendapat (Lesmana,2014),
dalam mengkonsumsi lemak sangat tidak Daftar Rujukan
dianjurkan atlet mengkonsusi lebih dari 30%
dari total energi. Mengkonsumsi lemak Amani, M., & Priambodo, A. (2019).
secara berlebih akan dapat membebani Identifikasi Motivasi Pelajar
pencernaan pada sistem tubuh. Serta Perempuan Mengikuti Olahraga
memiliki efek yang sama seperti karbohidrat Beladiri. Jurnal Pendidikan Olahraga
yakni lemak akan di simpan dibawah kulit Dan Kesehatan, 7(3).
untuk cadangan energi Lemak memiliki Cerika, R. (2015). Sistem Energi Dan
beberapa jenis yakni lemak sederhana yang Kebutuhan Zat Gizi Yang Diperlukan
terdiri dari trigliserida, lemak Untuk Peningkatan Prestasi Atlet.
komples/lemak sederhana dengan kombiasi Jorpres, 11(1).
melekul lain seperti fosfor lemak HDL Jumadin, & Syahputra, R. (2019). Analisis
(hight densyti lipoprotein) yakni kombinasi Olahraga Prestasi yang Dapat Di
lemak namun lebih dominan protein dan Unggulkan Kabupaten Langkat. Jurnal
LDL (low densyti lipoprotein) yakni Kesehatan Dan Olahraga, 3(1).
kombinasi lemak namun minim protein Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pedoman
(Yoeantafara & Martini:2017). Sehingga Gizi Olahraga dan Prestasi. In
atlet sangat dilarang mengkonsumsi lemak Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
secara berlebihan, hal ini dikarnakan dapat 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas.
meningkatkan trigliserida, kolestrol total, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
LDL kolesterol dan, penyakit jantung Karim,M.A (2017). Hubungan asupan
(Kementrian Kesehatan RI:2014) Makanan,Aktivitas Fisik Dengan
Status Gizi Peserta Didik Kelas VII
Simpulan dan saran Smp Negeri 5 Sleman. Universitas
Simpulan Negeri Yogyakarta, 01.
Asupan kalori energi rata-rata atlet Lesmana, K. Y. P. (2014). Pentingnya
beladiri mengalami kekurangan asupan Olahraga dan Kesehatan Gizi Bagi
energi, rat-rata atlet hanya dapat memenuhi Keluarga dan Olahragawan. Prosiding
asupan kalorinya sebesar 46% dari total Seminar Nasional MIPA.
energi yang dianjurkan. Sedangkan untuk Makarimah, A. (2017). Hubungan Antara
pemenuhan karbohidrat dan protein rata-rata Status Gizi, Persen Lemak Tubuh, Pola
atlet mengkonsumsi secara cukup dengan Konsumsi, dan Aktivitas Fisik dengan
porsentase karbohidrat sebanyak 50,22% Usia Menarche Anak Sekolah Dasar.
dan protein sebanyak 16%, sedangkan untuk Skripsi.
lemak rata-rata atlet beladiri Panggabean, M. S. (2020). Peranan Gizi

7
bagi Olahragawan. Cdk-282, 47(1),
62–66.
http://www.cdkjournal.com/index.php
/CDK/article/viewFile/346/146#:~:tex
t=Zat gizi yang dibutuhkan
atlet,membantu atlet mencapai
performa terbaik.
Penurunan Berat Badan Atlet Pencak Silat.
(2019). Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia, 9(1).
https://doi.org/10.15294/miki.v9i1.18
555
Rudiansyah, E., Soekardi, & Hidayat, T.
(2017). Pembinaan Olahraga Prestasi
Unggulan di Kabupaten Melawi
Kalimatan Barat. Jurnal Pendidikan
Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
(Penjaskesrek), 4(1).
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan
Pengembangan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D. Metode
Penelitian Dan Pengembangan
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
Dan R&D.
Yoeantafara, A., & Martini, S. (2017).
Pengaruh Pola MAkan Terhadap
Kadar Kolestror Total. Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia,
13(4).
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i4.
2132

You might also like