Professional Documents
Culture Documents
Abstract
DIY’s vision as center of education, culture and regional tourism destinations in southeast asia in 2025,
requires support of integrated transportation system. It’s need explaination about : (i). integrated
transportation system management condition in DIY, (ii). mechanism and transportation management agency
that able to be implemented by DIY’s government. This policy research uses qualitative research methods
and analytic description approach. Literature study formulate the integrated and sustainable transportation
system management program which used to description analysis and in-depth interviews with stakeholders.
The result shows DIY’s government is able to carry out the integrated transportation system management that
supported by local regulations and regional government affairs implementation by nine agencies partially and
complement each other. To handling the constraints : non-integrated regulation; long coordination range; and
authority limitations based on Law No. 23/2014, it’s proposed by applying organizing mechanisms and
establishing a management agency in accordance with targets and transportation capacity.
Abstrak
Visi DIY sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara pada
Tahun 2025, membutuhkan dukungan sistem transportasi terintegrasi. Perlu penelitian untuk menjelaskan :
(i). kondisi pengelolaan sistem transportasi terintegrasi di DIY, (ii). mekanisme penyelenggaraan dan
lembaga pengelola transportasi yang dapat diimplementasikan Pemda DIY. Penelitian kebijakan ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskripsi analitik. Studi literatur merumuskan
program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan, sebagai dasar evaluasi melalui
analisis deskripsi dan wawancara mendalam dengan pemangku penyelenggara. Hasil penelitian menunjukkan
Pemda DIY mampu melaksanakan program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan
dengan dukungan peraturan perundangan daerah serta penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah oleh
sembilan instansi, secara parsial serta saling melengkapi. Penanganan kendala atas ketidak-sinambungan
regulasi; rentang koordinasi yang panjang; serta keterbatasan kewenangan berdasarkan UU Nomor 23/2014,
diusulkan dengan menerapkan alternatif mekanisme penyelenggaraan dan pembentukan badan pengelola
sesuai dengan target dan kondisi kapasitas daya dukung transportasi.
Kata Kunci: Keterpaduan regulasi, koordinasi, optimalisasi organisasi perangkat daerah, sistem transportasi
terintegrasi.
PENDAHULUAN
Visi DIY Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata
Terkemuka di Asia Tenggara dalam Lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan
Sejahtera, memerlukan dukungan jaringan sarana prasarana dan pelayanan sistem
1015
Setyadi, A., Dewanti.
transportasi. Sejalan dengan itu Perda DIY Nomor 8 / 2015 tentang Pola Pengembangan
Transportasi Wilayah menyebutkan pengembangan transportasi wilayah meliputi :
transportasi darat, laut, udara dan perkeretaapian dilakukan secara terintegrasi antar dan
intermoda.
Pada sisi lain pengelolaan transportasi terintegrasi memiliki permasalahan sebagaimana
diuraikan dalam Dokumen Tatrawil DIY, 2012, antara lain : (i). Rendahnya tingkat
keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi jalan dengan moda lain; (ii).
Belum tersedianya integrasi pelayanan jadwal dan tarif angkutan umum; (iii). Minimnya
titik interkoneksi/simpul yang terencana dengan baik; (iv). Belum ada lembaga yang
sepenuhnya mengkoordinasikan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi. Untuk itu
tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Mengetahui keterpaduan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi yang
dilaksanakan oleh Pemda DIY.
2) Mengidentifikasi kendala perundangan daerah dan organisasi perangkat daerah Pemda
DIY dalam pengelolaan sistem transportasi terintegrasi.
3) Memberikan saran perbaikan pada pengelolaan sistem transportasi terintegrasi yang
dibutuhkan Pemda DIY.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian kebijakan menurut Hill., dalam Nugroho., 2013, dikelompokkan menjadi dua,
yaitu : (a). Penelitian untuk kebijakan, yang bertujuan merumuskan kebijakan baru maupun
kebijakan revisi; dan (b). Penelitian tentang kebijakan, yang memiliki dimensi penelitian
berkenaan dengan : (i). Rumusan kebijakan; (ii). Implementasi kebijakan; (iii). Kinerja
kebijakan; dan (iv). Lingkungan kebijakan. Lebih lanjut, penelitian kebijakan dapat
dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Djaelani, A.Rofiq., 2013,
menyebutkan teknik utama pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah observasi
partisipatif dan wawancara mendalam serta kajian literatur yang bertujuan menggali data
sekaligus mengungkap makna dalam latar penelitian. Salah satu pendekatan khusus dalam
metode kualitatif, adalah deskripsi analitik yaitu pemaparan komprehensif secara historis,
wawancara, pengamatan dan lain sebagainya untuk dianalisis secara mendalam dan kritis.
Dalam mendapatkan alternatif pemecahan masalah pada sistem transportasi makro,
menurut Tamin., 1994, perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih mikro
yang akan saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem mikro tersebut adalah : (i).
sistem kegiatan; (ii). sistem jaringan; (iii). sistem pergerakan; dan (iv). sistem
kelembagaan.
Untuk memperoleh lingkup program Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi dan
Berkelanjutan, digunakan literatur antara lain :
1) Sistem Transportasi Terintegrasi. Department of Planning, Western Australia., 2012,
menyusun Rencana Transportasi Terintegrasi untuk menganalisis kebutuhan sistem
transportasi saat ini dan yang akan datang pada suatu wilayah administrasi yang
memiliki permasalahan transportasi. Disebutkan bahwa sistem transportasi terintegrasi
harus memiliki prinsip : (i). Keselamatan; (ii). Efisien; (iii). Efektif; (iv). Tangung
Jawab Lingkungan; (v). Tanggung Jawab Sosial; serta (vi). Menjawab tantangan.
2) Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan. GIZ., 2004, menjelaskan transportasi
perkotaan berkelanjutan sebagai transportasi yang memberikan mobilitas dan
aksesibilitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tanpa
mengorbankan kualitas hidup generasi mendatang.
1016
Setyadi, A., Dewanti.
METODE PENELITIAN
Penelitian kebijakan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitik. Data sekunder yang digunakan adalah : peraturan perundangan DIY
serta literatur teknis terkait sistem transportasi terintegrasi. Sementara data primer yang
diperoleh adalah hasil wawancara mendalam dengan instansi/badan dalam Pemda DIY
yang terkait pengelolaan sistem transportasi terintegrasi. Latar belakang beserta maksud
dan tujuan penelitian didasari pada kerangka penelitian seperti pada Gambar 1.
TEMUAN PENELITIAN
Deskripsi Objek Penelitian
Mulyono, Agus Taufik., 2015, menyebutkan legalitas penyelenggaraan transportasi
antarmoda/multimoda belum diatur secara jelas. Perundangan-undangan yang ada hanya
membahas pada tiap unimoda, yaitu : (i). UU Nomor 38 / 2004 tentang Jalan; (ii). UU
Nomor 23 / 2007 tentang Perkeretaapian; (iii). UU Nomor 17 / 2008 tentang Pelayaran;
(iv). UU Nomor 1 / 2009 tentang Penerbangan; (v). UU Nomor 22 / 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan; (vi). PP Nomor 8 / 2011 tentang Angkutan Multimoda; (vii).
Permen Perhubungan Nomor 49 / 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional. Disebutkan
lebih lanjut, bahwa keterpaduan sistem jaringan pelayanan dan jaringan prasarana
transportasi multimoda / antarmoda seharusnya menunjukkan keterpaduan pemberlakuan
lima undang-undang tersebut untuk mencapai efektifitas dan efisiensi serta keberlanjutan
penyelenggaraan sistem transportasi terintegrasi.
1017
Setyadi, A., Dewanti.
1018
Setyadi, A., Dewanti.
1019
Setyadi, A., Dewanti.
1020
Setyadi, A., Dewanti.
7
6 6
5
4
3
2 2 2 2 2
1 1 1
I.i. I.ii. II.i. II.ii. II.iii. III.i. III.ii. IV.i. IV.ii. IV.iii. IV.iv. IV.v. V.i. V.ii.
1021
Setyadi, A., Dewanti.
1022
Setyadi, A., Dewanti.
1). Pasal 209 Ayat (2) menyatakan bahwa salah satu perangkat daerah adalah
badan, yaitu lembaga non struktural di bawah kepala daerah yang menjalankan
fungsi-fungsi strategis untuk mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah.
2). Pasal 358 mengatur bahwa provinsi menyusun rencana, melaksanakan dan
mengendalikan penyelenggaraan pengelolaan perkotaan. Dalam hal ini RTRW
DIY disebutkan sebagai: (i). Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan; dan (ii).
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah (termasuk transportasi).
1023
Setyadi, A., Dewanti.
3. Pengambil kebijakan di daerah harus menetapkan kebijakan sesuai dengan kondisi dan
kearifan lokal masyarakat dalam menangani permasalahan transportasi yang sangat
berhubungan dengan sosial budaya masyarakat serta visi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan, Sekretariat Badan., 2012, Studi Tinjau Ulang
Tataran Transportasi Wilayah Provinsi DIY, Kementerian Perhubungan RI, Jakarta.
Department of Planning, Western Australia., 2012, Guidelines for Preparation of
Integrated Transport Plans, Western Australian Planning Commision, Perth WA.
Djaelani, A. Rofiq., 2013, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif, Majalah
Ilmiah Pawiyatan, Vol : XX, No.1, FPTK IKIP Veteran, Semarang.
GIZ, 2004, Sustainable Urban Transport Improvement Project-10 Principles for
Sustainable Urban Transport, Federal Ministry for Economic Cooperation and
Development, Eschborn Jerman.
Munawar, Ahmad., Muchlisin., Sebhatu, Samuel Petros., 2013, The Role of New
Transport Policy on Creating Sustainable and Integrated Public Transit System in
Jakarta, Thesis, Karslad University, Sweden, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nugroho, Riant., 2013, Metode Penelitian Kebijakan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Tamin, O.Z, 1994, Aplikasi Model Perencanaan Transportasi 4 Tahap dalam Pemecahan
Masalah Transportasi di Negara Sedang Berkembang, ISSN: 0853-2982, Nomor
008, Halaman 1-16, Bandung.
1024