You are on page 1of 10

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-20

Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 November 2017

EVALUASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN


SISTEM TRANSPORTASI TERINTEGRASI
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Arien Setyadi Dewanti
Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Dosen Magister Sistem dan Teknik Transportasi,
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur Yogyakarta 55281,Yogyakarta Bulaksumur Yogyakarta 55281,Yogyakarta
box.of.ariensetyadi@gmail.com dewanti@ugm.ac.id

Abstract
DIY’s vision as center of education, culture and regional tourism destinations in southeast asia in 2025,
requires support of integrated transportation system. It’s need explaination about : (i). integrated
transportation system management condition in DIY, (ii). mechanism and transportation management agency
that able to be implemented by DIY’s government. This policy research uses qualitative research methods
and analytic description approach. Literature study formulate the integrated and sustainable transportation
system management program which used to description analysis and in-depth interviews with stakeholders.
The result shows DIY’s government is able to carry out the integrated transportation system management that
supported by local regulations and regional government affairs implementation by nine agencies partially and
complement each other. To handling the constraints : non-integrated regulation; long coordination range; and
authority limitations based on Law No. 23/2014, it’s proposed by applying organizing mechanisms and
establishing a management agency in accordance with targets and transportation capacity.

Keyword : Integrated regulations, coordination, regional government organization optimized, integrated


transportation system.

Abstrak
Visi DIY sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara pada
Tahun 2025, membutuhkan dukungan sistem transportasi terintegrasi. Perlu penelitian untuk menjelaskan :
(i). kondisi pengelolaan sistem transportasi terintegrasi di DIY, (ii). mekanisme penyelenggaraan dan
lembaga pengelola transportasi yang dapat diimplementasikan Pemda DIY. Penelitian kebijakan ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskripsi analitik. Studi literatur merumuskan
program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan, sebagai dasar evaluasi melalui
analisis deskripsi dan wawancara mendalam dengan pemangku penyelenggara. Hasil penelitian menunjukkan
Pemda DIY mampu melaksanakan program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan
dengan dukungan peraturan perundangan daerah serta penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah oleh
sembilan instansi, secara parsial serta saling melengkapi. Penanganan kendala atas ketidak-sinambungan
regulasi; rentang koordinasi yang panjang; serta keterbatasan kewenangan berdasarkan UU Nomor 23/2014,
diusulkan dengan menerapkan alternatif mekanisme penyelenggaraan dan pembentukan badan pengelola
sesuai dengan target dan kondisi kapasitas daya dukung transportasi.

Kata Kunci: Keterpaduan regulasi, koordinasi, optimalisasi organisasi perangkat daerah, sistem transportasi
terintegrasi.

PENDAHULUAN
Visi DIY Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata
Terkemuka di Asia Tenggara dalam Lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan
Sejahtera, memerlukan dukungan jaringan sarana prasarana dan pelayanan sistem

1015
Setyadi, A., Dewanti.

transportasi. Sejalan dengan itu Perda DIY Nomor 8 / 2015 tentang Pola Pengembangan
Transportasi Wilayah menyebutkan pengembangan transportasi wilayah meliputi :
transportasi darat, laut, udara dan perkeretaapian dilakukan secara terintegrasi antar dan
intermoda.
Pada sisi lain pengelolaan transportasi terintegrasi memiliki permasalahan sebagaimana
diuraikan dalam Dokumen Tatrawil DIY, 2012, antara lain : (i). Rendahnya tingkat
keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi jalan dengan moda lain; (ii).
Belum tersedianya integrasi pelayanan jadwal dan tarif angkutan umum; (iii). Minimnya
titik interkoneksi/simpul yang terencana dengan baik; (iv). Belum ada lembaga yang
sepenuhnya mengkoordinasikan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi. Untuk itu
tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Mengetahui keterpaduan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi yang
dilaksanakan oleh Pemda DIY.
2) Mengidentifikasi kendala perundangan daerah dan organisasi perangkat daerah Pemda
DIY dalam pengelolaan sistem transportasi terintegrasi.
3) Memberikan saran perbaikan pada pengelolaan sistem transportasi terintegrasi yang
dibutuhkan Pemda DIY.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian kebijakan menurut Hill., dalam Nugroho., 2013, dikelompokkan menjadi dua,
yaitu : (a). Penelitian untuk kebijakan, yang bertujuan merumuskan kebijakan baru maupun
kebijakan revisi; dan (b). Penelitian tentang kebijakan, yang memiliki dimensi penelitian
berkenaan dengan : (i). Rumusan kebijakan; (ii). Implementasi kebijakan; (iii). Kinerja
kebijakan; dan (iv). Lingkungan kebijakan. Lebih lanjut, penelitian kebijakan dapat
dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Djaelani, A.Rofiq., 2013,
menyebutkan teknik utama pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah observasi
partisipatif dan wawancara mendalam serta kajian literatur yang bertujuan menggali data
sekaligus mengungkap makna dalam latar penelitian. Salah satu pendekatan khusus dalam
metode kualitatif, adalah deskripsi analitik yaitu pemaparan komprehensif secara historis,
wawancara, pengamatan dan lain sebagainya untuk dianalisis secara mendalam dan kritis.
Dalam mendapatkan alternatif pemecahan masalah pada sistem transportasi makro,
menurut Tamin., 1994, perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih mikro
yang akan saling terkait dan saling mempengaruhi. Sistem mikro tersebut adalah : (i).
sistem kegiatan; (ii). sistem jaringan; (iii). sistem pergerakan; dan (iv). sistem
kelembagaan.
Untuk memperoleh lingkup program Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi dan
Berkelanjutan, digunakan literatur antara lain :
1) Sistem Transportasi Terintegrasi. Department of Planning, Western Australia., 2012,
menyusun Rencana Transportasi Terintegrasi untuk menganalisis kebutuhan sistem
transportasi saat ini dan yang akan datang pada suatu wilayah administrasi yang
memiliki permasalahan transportasi. Disebutkan bahwa sistem transportasi terintegrasi
harus memiliki prinsip : (i). Keselamatan; (ii). Efisien; (iii). Efektif; (iv). Tangung
Jawab Lingkungan; (v). Tanggung Jawab Sosial; serta (vi). Menjawab tantangan.
2) Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan. GIZ., 2004, menjelaskan transportasi
perkotaan berkelanjutan sebagai transportasi yang memberikan mobilitas dan
aksesibilitas yang baik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tanpa
mengorbankan kualitas hidup generasi mendatang.

1016
Setyadi, A., Dewanti.

3) Transportasi Publik Berkelanjutan. Salah satu parameter dalam penerapan kebijakan


sistem transportasi berkelanjutan adalah adanya efektivitas dan efisiensitas transportasi
umum (Munawar, Ahmad., dkk, 2013). Tiga kelompok kebijakan yang dapat
digunakan untuk mengatasi dampak lingkungan dari transportasi publik adalah : (i).
Penerapan teknologi transportasi; (ii). Pemenuhan kebutuhan perjalanan secara
proporsional; (iii). Pengurangan kebutuhan perjalanan.

METODE PENELITIAN
Penelitian kebijakan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitik. Data sekunder yang digunakan adalah : peraturan perundangan DIY
serta literatur teknis terkait sistem transportasi terintegrasi. Sementara data primer yang
diperoleh adalah hasil wawancara mendalam dengan instansi/badan dalam Pemda DIY
yang terkait pengelolaan sistem transportasi terintegrasi. Latar belakang beserta maksud
dan tujuan penelitian didasari pada kerangka penelitian seperti pada Gambar 1.

TEMUAN PENELITIAN
Deskripsi Objek Penelitian
Mulyono, Agus Taufik., 2015, menyebutkan legalitas penyelenggaraan transportasi
antarmoda/multimoda belum diatur secara jelas. Perundangan-undangan yang ada hanya
membahas pada tiap unimoda, yaitu : (i). UU Nomor 38 / 2004 tentang Jalan; (ii). UU
Nomor 23 / 2007 tentang Perkeretaapian; (iii). UU Nomor 17 / 2008 tentang Pelayaran;
(iv). UU Nomor 1 / 2009 tentang Penerbangan; (v). UU Nomor 22 / 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan; (vi). PP Nomor 8 / 2011 tentang Angkutan Multimoda; (vii).
Permen Perhubungan Nomor 49 / 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional. Disebutkan
lebih lanjut, bahwa keterpaduan sistem jaringan pelayanan dan jaringan prasarana
transportasi multimoda / antarmoda seharusnya menunjukkan keterpaduan pemberlakuan
lima undang-undang tersebut untuk mencapai efektifitas dan efisiensi serta keberlanjutan
penyelenggaraan sistem transportasi terintegrasi.

Pemda DIY menindaklanjuti amanat perundangan tersebut di atas dengan mengakomodasi


kebijakan pengelolaan transportasi terintegrasi ke dalam peraturan perundangan daerah
sebagai berikut : (i). Perda DIY Nomor 2 / 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah DIY Tahun 2005 s.d. 2025; (ii). Perda DIY Nomor 2 / 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah DIY Tahun 2009 s.d. 2029; (iii). Perda DIY Nomor 8 / 2015
tentang Pola Pengembangan Transportasi Wilayah; serta (iv). Pergub-pergub teknis
lainnya.

Dukungan Legal terhadap Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi DIY


Secara umum belum ada peraturan perundangan daerah yang memiliki ruang lingkup utuh
melaksanakan program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan.
Namun seluruh program telah terakomodasi secara parsial ke dalam ruang lingkup materi
peraturan perundangan yang ada di DIY. Lebih lanjut Pemda DIY sebagai satu kesatuan
organisasi perangkat daerah memiliki seluruh fungsi pelaksanaan program pengelolaan
sistem transportasi terintegasi dan berkelanjutan kecuali pada pengelolaan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat.

1017
Setyadi, A., Dewanti.

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Deskriptif dan Perspektif Pemangku Pengelola Transportasi Terintegrasi DIY


A. Deskripsi Kewenangan Pemda DIY
1) Terdapat sembilan instansi Pemda DIY yang saling melengkapi secara parsial
sesuai fungsi dan kewenanganannya dalam melaksanakan kriteria program
pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan.
2) Kewenangan Pemda DIY dibatasi UU Nomor 23 / 2014 tentang Pemerintah
Daerah pada lingkup kewenangan: (i). Pembangunan / penyediaan prasarana
ruang transportasi moda rel dan udara; (ii). Penyelenggaran urusan pemerintahan
bidang perhubungan sub urusan penerbangan; (iii). Pelaksanaan operasi pada
urusan pemerintahan bidang perhubungan sub urusan perkeretaapian.
B. Perspektif Pemangku Penyelenggara
1) Kondisi Pengelolaan Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan
a) Dinas Perhubungan DIY tidak memiliki kebijakan mengelola transportasi di
tingkat kabupaten/kota, demikian pula kebijakan antar Pemda Kab. /Kota belum
terpadu.
b) Rentang koordinasi pengelolaan transportasi yang panjang antara Dinas
Perhubungan DIY dengan pengelola transportasi nasional serta antar dinas
lainnya.

1018
Setyadi, A., Dewanti.

c) Dokumen RTRW terkait jaringan prasarana transportasi belum selaras dengan


RPJMD serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DIY dan Rencana Kerja
(Renja) serta Dokumen Penggunaan Anggaran (DPA) instansi pengampu.
d) Koordinasi dan penyerapan aspirasi masyarakat serta pemangku lainnya sudah
tersedia dalam wadah koordinasi dan agenda rutin Forum Lalu Lintas.
e) Kebijakan politik DPRD dapat merubah program/kegiatan pengelolaan sistem
transportasi terintegrasi yang telah direncanakan;
f) Pemda DIY secara umum dalam pengelolaan sistem transportasi terintegrasi telah
menjalankan seluruh tahap mekanisme perencanaan dan pembangunan daerah.
2) Kebutuhan Mekanisme Penyelenggaraan dan Lembaga Pengelola Transportasi
a) Pengelolaan sistem transportasi terintegrasi hendaknya dilaksanakan satu
instansi/lembaga transportasi karena memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari
urusan pemerintah daerah bidang perhubungan, serta didukung landasan
perundangan yang mampu mengikat pelaksanaannya kepada kabupaten/kota.
b) Perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pembinaan tata ruang wilayah
memiliki peranan membentuk pola pergerakan dan volume perjalanan
(transportasi), sehingga peran Dinas Pertanahan dan Tata Ruang perlu optimal.
c) Perlunya penguatan peran Bappeda sebagai koordinator untuk menyelaraskan
kebijakan Pemda DIY maupun kepada Pemda Kabupaten/Kota.
d) Kebutuhan akan mekanisme penyelenggaraan dan lembaga pengelola transportasi
didasarkan pada batasan target indikator daya dukung transportasi, serta
memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Menyusun Ruang Lingkup Program Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi
Sistem transportasi terintegrasi dapat dirumuskan menjadi kriteria program untuk dapat
diselenggarakan oleh satu atau beberapa instansi/lembaga dalam kedudukannya sebagai :
(i). Penyusun regulasi, (ii). Penyelenggara teknis, maupun (iii). Operator transportasi.
Rumusan kriteria program pengelolaan sistem trasportasi terintegrasi disusun dari 3 (tiga)
tinjauan teknis, yaitu : (i). Prinsip sistem transportasi perkotaan berkelanjutan, (ii). Prinsip
sistem transportasi terintegrasi, serta ditambahkan (iii). Prinsip transportasi publik
berkelanjutan.
Adapun rumusan ruang lingkup program tersebut sebagai berikut :
I. Penyusunan dokumen rencana dan kebijakan pengelolaan sistem transportasi
terintegrasi dan berkelanjutan.
I.i. Penyusunan dokumen rencana dan target transportasi terintegrasi.
i.ii. Penyusunan kebijakan strategis transportasi terintegrasi.
ii. Integrasi antar guna lahan dan infrastruktur perkotaan berbasis aksesibilitas dan tata
ruang wilayah.
ii.i. Perencanaan dan pengembangan perkotaan.
ii.ii. Pengintegrasian antar guna lahan.
ii.iii. Pengintegrasian guna lahan dengan sistem transportasi terintegrasi.
iii. Pembangunan jaringan prasarana sistem transportasi terintegrasi.
iii.i. Peningkatan aksesibilitas wilayah.
iii.ii. Pembangunan jaringan prasarana transportasi.
iv. Pengembangan dan pengelolaan sarana dan pelayanan sistem transportasi terintegrasi
dan berkelanjutan.

1019
Setyadi, A., Dewanti.

iv.i. Pengelolaan keselamatan transportasi.


iv.ii. Pengelolaan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi terintegrasi.
iv.iii. Pengelolaan kebutuhan perjalanan.
iv.iv. Penerapan teknologi informasi jaringan sarpras dan pelayanan transportasi.
iv.v. Pengelolaan dampak transportasi.
v. Koordinasi dan kerjasama antar pemangku.
v.i. Koordinasi partisipasi dan kerjasama dengan masyarakat dan pemangku
transportasi.
v.ii. Koordinasi kerjasama antar instansi pemerintah.

Analisis Legal Formal Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi di DIY


Maksud dari analisis ini untuk mengetahui keterpaduan pengelolaan sistem transportasi
teritegrasi di DIY dari aspek legal formal yang dilaksanakan oleh Pemda DIY, dengan
meninjau: (i). Landasan hukum peraturan perundangan daerah; serta (ii). Fungsi pemangku
penyelenggara dalam Organisasi Perangkat Daerah Pemda DIY. Hubungan lingkup
program, landasan peraturan perundangan daerah serta fungsi pemangku penyelenggara
disimpulkan sebagai berikut:
1) Program pengelolaan transportasi terintegrasi dan berkelanjutan memiliki ruang
lingkup luas yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah, oleh sebab itu tidak semua
peraturan perundangan DIY dapat mendukung hal tersebut dikarenakan: (i).
Pembagian kewenangan urusan pemerintah sesuai UU Nomor 23 / 2014 tentang
Pemerintah Daerah; (ii). Belum ditetapkannya turunan peraturan perundangan DIY
yang mengatur; namun demikian seluruh ruang lingkup program tertuang secara
parsial di dalam ruang lingkup materi peraturan perundangan di DIY.
2) Pemda DIY sebagai satu kesatuan organisasi memiliki kesesuaian tugas dan fungsi
dengan program pengelolaan sistem transportasi terintegasi dan berkelanjutan kecuali
pada pengelolaan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu pengelolaan
sarana prasarana moda transportasi rel dan udara.

Analisis Deskripsi dan Perspektif Pemangku terhadap Pengelolaan Sistem


Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan di DIY
Pemda DIY dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara urusan pemerintah daerah mampu
melaksanakan seluruh lingkup program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan
berkelanjutan yang diampu oleh masing-masing unit kerja instansi yang memiliki
kesesuaian tugas dan fungsi dengan lingkup program.
Perspektif pemangku penyelenggara terhadap pengelolaan sistem transportasi terintegrasi
di DIY, disimpulkan sebagai berikut:
1) Dinas Perhubungan selaku pengampu urusan pemerintahan daerah bidang
perhubungan tidak dapat melaksanakan secara utuh kriteria program pengelolaan
sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan.
2) Terdapat sembilan instansi dalam Pemda DIY, yaitu : (i). Biro administrasi
pembangunan, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat; (ii). Bappeda; (iii).
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang; (iv). Dinas Perhubungan; (v). Dinas Pekerjaan
Umum; (vi). Badan Lingkungan Hidup; (vii). Dinas Pariwisata; (viii). DPPKA; serta
(ix). BKPM, yang saling melengkapi secara parsial sesuai fungsi dan
kewenanganannya dalam melaksanakan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi
dan berkelanjutan.

1020
Setyadi, A., Dewanti.

7
6 6
5
4
3
2 2 2 2 2
1 1 1
I.i. I.ii. II.i. II.ii. II.iii. III.i. III.ii. IV.i. IV.ii. IV.iii. IV.iv. IV.v. V.i. V.ii.

Kode Program Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan

Gambar 2. Jumlah Instansi yang Melaksanakan Lingkup Program Pengelolaan Sistem


Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan
Tabel 1. Rentang Koordinasi antar Instansi Pemda DIY dalam Melaksanakan Program
Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan

3) Kebutuhan lembaga pengelola transportasi, didasarkan pada :


a. Batasan target indikator kinerja dan kapasitas jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi yang ditentukan pengambil kebijakan.
b. Department of Planning, Western Australia., 2012, memberikan indikator dan
target kinerja transportasi yang dapat menggunakan: (i). Pengurangan kendaraan
pribadi; (ii). Pengurangan panjang perjalanan; (iii). Peningkatan penggunaan
transportasi publik.
Analisis Mekanisme Penyelenggaraan dan Lembaga Pengelola Transportasi
Terintegrasi yang Dibutuhkan
Mekanisme pengelolaan sistem transportasi terintegrasi oleh Pemda DIY, dapat dijelaskan
dalam Gambar 3. Hasil identifikasi kendala yang menyebabkan kurang optimalnya
pengelolaan sistem transportasi terintegrasi di DIY, adalah yaitu sebagai berikut :
1) Dokumen RTRW sebagai landasan hukum pembangunan infrastruktur berbasis
keruangan, harus mengakomodasi berbagai perencanaan pembangunan infrastruktur
berbasis keruangan, termasuk keterpaduan rencana induk jaringan prasarana dan
pelayanan transportasi terintegrasi.
2) Apabila mekanisme koordinasi antar instansi Pemda DIY tidak optimal
mengakomodasi dokumen RTRW DIY ke dalam dokumen pembangunan jangka
pendek : RKPD DIY, Renja dan DPA pada instansi pengampu, maka terjadi

1021
Setyadi, A., Dewanti.

kesenjangan antara perencanaan dengan kebutuhan pengelolaan sistem transportasi


terintegrasi di DIY.

Gambar 3. Alur Mekanisme Pengelolaan Transportasi Terintegrasi pada Pemda DIY

Dengan pertimbangan tersebut diusulkan alternatif mekanisme pengelolaan dan/atau


pembentukan lembaga pengelola transportasi dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 Penanganan jangka pendek pada penanganan ketidaksinambungan antara
dokumen RTRW dengan dokumen pembangunan, melalui optimalisasi peran
dan fungsi Dinas Pertanahan dan Tata Ruang, Bappeda dan instansi teknis
terkait.
Tahap 2 Penanganan jangka menengah, melalui pembentukan Seksi Perencanaan pada
Bidang Angkutan Darat, Dinas Perhubungan, dengan tugas yang diusulkan:
1). Mengakomodasi program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan
berkelanjutan dalam dokumen RKPD, Renja, dan DPA instansi pengampu.
2). Memadukan pelaksanaan program pengelolaan sistem transportasi terintegrasi
dan berkelanjutan, melalui:
i). Penyusunan dokumen Rencana Transportasi Terintegrasi;
ii). Penyusunan rencana tahapan dan jadual pelaksanaan pembangunan;
iii). Penyusunan rencana pembagian peran instansi yang terlibat.
3). Menyiapkan pembentukan Badan Pengelola Transportasi Terintegrasi dengan
ruang lingkup tugas, fungsi dan kewenangan yang lebih besar.
Tahap 3 Penanganan jangka panjang, melalui pembentukan Badan Pengelola
Transportasi guna menangani permasalahan transportasi yang lebih kompleks.
Landasan hukum yang mendasari adalah UU Nomor 23 / 2014 tentang
Pemerintah Daerah :

1022
Setyadi, A., Dewanti.

1). Pasal 209 Ayat (2) menyatakan bahwa salah satu perangkat daerah adalah
badan, yaitu lembaga non struktural di bawah kepala daerah yang menjalankan
fungsi-fungsi strategis untuk mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan
daerah.
2). Pasal 358 mengatur bahwa provinsi menyusun rencana, melaksanakan dan
mengendalikan penyelenggaraan pengelolaan perkotaan. Dalam hal ini RTRW
DIY disebutkan sebagai: (i). Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan; dan (ii).
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah (termasuk transportasi).

Kedudukan dan kewenangan Badan Pengelola Transportasi diusulkan sebagai berikut :


1) Berada di bawah Gubernur langsung sebagai instansi penghubung dengan instansi
regulator / pengelola sarana prasarana transportasi nasional.
2) Menyusun keterpaduan dokumen perencanaan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi tingkat nasional dan regional.
3) Melaksanakan koordinasi sinkronisasi / penyelarasan dokumen rencana transportasi
terintegrasi ke dalam RTRW dan RPJPD / RPJMD, serta mengawal sampai dengan
dokumen pelaksanaan pembangunan RKPD, Renja/Renstra, DPA.
4) Sebagai koordinator implementasi : (i). Tahapan pelaksanaan pembangunan; (ii).
Jadual rencana pelaksanaan pembangunan; dan (iii). Pembagian peran instansi yang
terlibat.
5) Penyusun kebijakan atas berjalannya pengelolaan sistem transportasi terintegrasi.
6) Sebagai pengawas dan pengendali terhadap instansi yang terlibat didalamnya.

Alternatif mekanisme pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan serta


kedudukan Badan Pengelola Transportasi Terintegrasi DIY dijelaskan pada Gambar 4.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Penelitian
1. Pengelolaan transportasi terintegrasi di DIY dapat menerapkan lingkup program yang
diusulkan, yaitu : Pengelolaan Sistem Transportasi Terintegrasi dan Berkelanjutan,
karena didukung oleh peraturan perundangan daerah serta sesuai tupoksi dan
kewenangan instansi terkait di Pemda DIY. Guna mengatasi kendala : (i). Ketidak-
sinambungan antar dokumen perencanaan daerah; (ii). Keterbatasan pada lingkup
kewenangan Pemerintah Pusat; serta (iii). Rentang kendali koordinasi yang panjang,
maka dapat diterapkan mekanisme dan pembentukan unit dan/atau badan pengelola
transportasi yang diusulkan.
2. Kunci pelaksanaan pengelolaan sistem transportasi terintegrasi dan berkelanjutan adalah
: (i). Menjadikan perencanaan induk jaringan prasarana dan pelayanan transportasi
terintegrasi sebagai landasan hukum, serta (ii). Kemampuan menuangkannya ke dalam
dokumen pembangunan RKPD, Renja dan DPA instansi pengampu.
Saran Penelitian
1. Usulan program perlu dilanjutkan sampai rumusan kegiatan teknis integrasi jaringan
prasarana dan pelayanan transportasi terintegrasi.
2. Dokumen perencanaan teknis transportasi terintegrasi hendaknya dimasukkan dalam
legislasi daerah sebagai landasan hukum yang implementatif bagi Pemerintah Daerah.

1023
Setyadi, A., Dewanti.

3. Pengambil kebijakan di daerah harus menetapkan kebijakan sesuai dengan kondisi dan
kearifan lokal masyarakat dalam menangani permasalahan transportasi yang sangat
berhubungan dengan sosial budaya masyarakat serta visi daerah.

Gambar 4. Alternatif Mekanisme dan Kedudukan Badan Pengelola Transportasi DIY

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan, Sekretariat Badan., 2012, Studi Tinjau Ulang
Tataran Transportasi Wilayah Provinsi DIY, Kementerian Perhubungan RI, Jakarta.
Department of Planning, Western Australia., 2012, Guidelines for Preparation of
Integrated Transport Plans, Western Australian Planning Commision, Perth WA.
Djaelani, A. Rofiq., 2013, Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif, Majalah
Ilmiah Pawiyatan, Vol : XX, No.1, FPTK IKIP Veteran, Semarang.
GIZ, 2004, Sustainable Urban Transport Improvement Project-10 Principles for
Sustainable Urban Transport, Federal Ministry for Economic Cooperation and
Development, Eschborn Jerman.
Munawar, Ahmad., Muchlisin., Sebhatu, Samuel Petros., 2013, The Role of New
Transport Policy on Creating Sustainable and Integrated Public Transit System in
Jakarta, Thesis, Karslad University, Sweden, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nugroho, Riant., 2013, Metode Penelitian Kebijakan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Tamin, O.Z, 1994, Aplikasi Model Perencanaan Transportasi 4 Tahap dalam Pemecahan
Masalah Transportasi di Negara Sedang Berkembang, ISSN: 0853-2982, Nomor
008, Halaman 1-16, Bandung.

1024

You might also like