You are on page 1of 17

OF THE UNVEILING (TAJALLÎ) OF THE DIVINE QUALITIES

M A K ALA H

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Ujian Tengah Semester (UTS)
Mata kuliah Studi Naskah Kalam, Filsafat Dan Tasawuf Tematis

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara

Oleh:
Iin Solihin
NIM : 2122033100012

PROGRAM MAGISTER AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023 M/ 1444 H
Teks Halaman 45
OF THE UNVEILING (TAJALLÎ) OF THE DIVINE QUALITIES
WHEN God reveals Himself to His servant in one of His Qualities, the servant soars in the
sphere of this Quality until he has reached the limit by way of integration (al-ijmâl), not by
distinctive knowledge, for those who realise the Divine Qualities do not have distinctive
knowledge except by virtue of integra- tion. If the servant soars in the sphere of a Quality, and
he realises it entirely by (spiritual) integration, he is seated on the throne of this Quality, so that
he assimilates it into himself and becomes its subject; from then on, he encounters another
Quality, and so on until he realises all the Divine Qualities. Let that not confuse thee, my
brother, for, as for the servant, God, wanting to reveal Himself to him by a Name or by a
Quality, extinguishes him, annihilates his self and his existence; then, when the creaturial light
is put out, and the individual spirit is effaced, God causes to reside in the creaturial temple
(haykal), without his having for that a Divine localization (hulul)”, a subtle reality 100 which
will be neither detached from God nor joined to the creature, thus replacing that which He
stripped from him, for God reveals Himself to His servants by generosity; if He annihilated
them without compensation, it would not be by generosity on his part, but by rigour; far be it
from Him that it should be thus! This subtle reality is that which one calls the Holy Ghost (ar-
rûh al-quds). Now, since God establishes, from His Essence, a subtle reality in the place of the
servant, His revelation is communicated to this reality, so that He reveals Himself only to
Himself, although we then call this Divine Subtle Reality 'servant', seeing that it takes his place;
or: there is there neither servant nor Lord, for if the servant no longer exists, the Lord ceases to
be Lord; in reality, there is nothing more than God.

Terjemahan :
Pada saat Allah menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya melalui salah satu Sifat-Nya, sang
hamba terbang tinggi di dalam bidang Sifat tersebut hingga mencapai batas melalui integrasi,
bukan pengetahuan yang membedakan, karena mereka yang menyadari Sifat-sifat Ilahi tidak
memiliki pengetahuan yang membedakan kecuali melalui integrasi. Jika sang hamba terbang
tinggi di dalam bidang sebuah Sifat, dan ia sepenuhnya menyadari Sifat tersebut melalui
integrasi (rohani), ia duduk di atas takhta Sifat tersebut, sehingga ia mengasimilasinya ke
dalam dirinya dan menjadi subjeknya. Mulai dari saat itu, ia akan menghadapi Sifat lain, dan
seterusnya hingga ia menyadari semua Sifat Ilahi.

Janganlah hal ini membingungkanmu, saudaraku, karena Allah, ketika ingin menampakkan
diri-Nya kepada hamba-Nya melalui sebuah Nama atau Sifat, memadamkannya,
menghapuskan diri dan keberadaannya; kemudian, ketika cahaya penciptaan dipadamkan dan
ruh individu menghilang, Allah menjadikan realitas halus yang ada di dalam hamba-Nya,
tanpa memiliki lokalitas Ilahi, sebagai pengganti apa yang telah dihapus darinya. Allah

2
menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya melalui kemurahan-Nya; jika Dia memadamkan
mereka tanpa kompensasi, itu bukanlah kemurahan dari-Nya, melainkan ketegasan-Nya; jauh
dari-Nya untuk berlaku demikian! Realitas halus ini adalah yang disebut Roh Kudus.
Sekarang, karena Allah menetapkan sebuah realitas halus dari Zat-Nya di tempat sang hamba,
wahyu-Nya dikomunikasikan kepada realitas ini, sehingga Dia menampakkan diri-Nya hanya
kepada-Nya sendiri, meskipun kita menyebut realitas halus Ilahi ini sebagai 'hamba', karena
menggantikan tempat sang hamba. Atau bisa dikatakan bahwa di sana tidak ada hamba
maupun Tuhan, karena jika sang hamba tidak lagi ada, maka Tuhan pun berhenti menjadi
Tuhan; pada kenyataannya, tidak ada yang lebih dari Allah.

Pemahaman Dari Teks Tersebut :


Teks di atas menjelaskan tentang pemahaman mengenai hubungan antara Allah dan hamba-
Nya melalui Sifat-sifat Ilahi. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas dan mudah dipahami:

1. Pada saat Allah menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya melalui salah satu Sifat-Nya,
sang hamba merasakan pengalaman yang luar biasa dan mendalam dalam pemahaman Sifat
tersebut. Pemahaman ini tidak hanya berdasarkan pengetahuan biasa, melainkan melalui
integrasi yang mendalam dengan Sifat tersebut.
2. Jika sang hamba benar-benar memahami dan mengalami Sifat tersebut melalui integrasi
rohani, maka ia menjadi seperti menyatu dengan Sifat tersebut. Dalam arti, ia
menginternalisasikan Sifat tersebut ke dalam dirinya dan menjadi subjek yang memahami
Sifat tersebut dengan baik. Dalam hal ini, ia dapat dikatakan "duduk di atas takhta Sifat
tersebut".
3. Setelah mencapai pemahaman ini, sang hamba akan menghadapi Sifat-sifat Ilahi lainnya
secara bertahap, melalui pengalaman dan integrasi yang serupa. Dengan demikian, ia secara
bertahap menyadari dan memahami semua Sifat Ilahi.
4. Penting untuk diingat bahwa Allah, ketika menampakkan diri-Nya melalui Nama atau
Sifat-Nya kepada hamba-Nya, tidak langsung muncul secara jelas. Sebaliknya, Allah
"memadamkan" atau menghapuskan diri-Nya dan keberadaannya secara langsung.
Kemudian, Allah menjadikan realitas halus yang ada di dalam hamba-Nya sebagai
pengganti dari apa yang telah dihapuskan. Realitas halus ini tidak memiliki lokalitas Ilahi,
tetapi merupakan suatu wujud yang diciptakan oleh Allah untuk menggantikan keberadaan-
Nya yang dihapuskan.
5. Melalui realitas halus ini, yang disebut Roh Kudus, Allah menyampaikan wahyu-Nya
kepada sang hamba. Dalam konteks ini, Allah menampakkan diri-Nya hanya kepada
realitas halus ini sebagai pengganti sang hamba. Meskipun realitas ini disebut sebagai
'hamba', hal ini hanya merujuk pada posisinya sebagai pengganti tempat sang hamba.
Sebenarnya, dalam konteks ini, tidak ada konsep hamba atau Tuhan, karena jika sang
hamba tidak ada, maka Tuhan pun tidak akan menjadi Tuhan. Pada hakikatnya, tidak ada
yang lebih tinggi atau lebih besar dari Allah.

3
Teks Halaman 46
UNIVERSAL MAN
alone, the Unique, the One.
The creature has being only by contingent attribution,
In reality it is nothing.
When the Divine Lights appear,
They efface this attribution,
So that the creatures were not, nor ceased to be.
God extinguished them, but in their essences, they have never existed,
And in their extinction they subsist...
When they are annihilated, the Being returns to God;
He is then such as He was before they became;
The servant becomes as if he had never existed, And God is as if nothing had ever ceased.
However, when the Divine fulgurations appear,
The creature is invested from the Light of God and becomes one with Him.
He extinguishes him, then He substitutes Himself for him; He lives in the place of the creatures,
and yet they have never occupied anything.
Like waves, of which the principle is the unity of the sea, And which, in their multitude, are
united by it;
When it is in movement, it is the waves which are it in
their totality,
And when it is calm, there are neither waves nor multiplicity.
Know that the unveilings of the Divine Qualities are but the assimilation, by the essence of the
servant, of the Qualities of the Lord, this assimilation being innate, principial and definite, în
the same manner that a quality attaches itself to its own subject. And that must be understood,
as we were saying, in this sense that the Divine Subtle Reality, which substitutes Itself for the
servant and occupies the organism (al-haykal), Itself assimilates the Divine Qualities in an
innate, principial and definitive manner, so that it is God alone who attributes to Himself the
Qualities which are His, the servant having nothing to do with it.
Men participate in this revelation of the Divine Qualities according to their spiritual
receptivities, according to the con- tinuity of their wisdom and the force of their decision.
The servant to whom God reveals Himself by the Quality of Life,

Terjemahan
sendiri, Yang Esa, Yang Satu.

4
Makhluk hanya memiliki keberadaan karena atribusi kontingen,
Sebenarnya ia tidak ada.
Ketika Cahaya Ilahi muncul,
Mereka menghapuskan atribusi ini,
Sehingga makhluk itu tidak ada, juga tidak berhenti ada.
Allah memadamkannya, tetapi dalam hakikatnya, mereka tidak pernah ada,
Dan dalam kepunahan mereka mereka tetap ada...
Ketika mereka dimusnahkan, Keberadaan kembali kepada Allah;
Dia kemudian seperti Dia sebelum mereka ada;
Hamba menjadi seolah-olah dia tidak pernah ada, Dan Allah seolah-olah tidak ada yang
pernah berhenti.
Namun, ketika pancaran Ilahi muncul,
Makhluk tersebut diselimuti oleh Cahaya Allah dan menjadi satu dengan-Nya.
Allah memadamkannya, kemudian Allah menggantikan diri-Nya untuknya; Dia hidup di
tempat makhluk, namun mereka tidak pernah menduduki apa pun.
Seperti gelombang, yang prinsipnya adalah kesatuan lautan, Dan yang, dalam banyaknya,
bersatu dengannya;
Ketika lautan bergerak, gelombang-gelombang itulah yang menjadi keseluruhannya,
Dan ketika lautan tenang, tidak ada gelombang atau banyaknya.
Ketahuilah bahwa penyingkapan Sifat-sifat Ilahi adalah asimilasi, oleh hakikat hamba, dari
Sifat-sifat Tuhannya, asimilasi ini bersifat bawaan, prinsipial, dan pasti, seperti sifat yang
melekat pada subjeknya sendiri. Dan hal itu harus dipahami, seperti yang kita katakan, dalam
arti bahwa Realitas Halus Ilahi, yang menggantikan diri-Nya untuk sang hamba dan
menduduki organisme (al-haykal), sendiri menyerap Sifat-sifat Ilahi dengan cara yang
bawaan, prinsipial, dan pasti, sehingga hanya Allah sendiri yang mengatributkan Sifat-sifat
yang merupakan milik-Nya, sang hamba tidak memiliki kaitan dengan hal itu.
Manusia berpartisipasi dalam penyingkapan Sifat-sifat Ilahi sesuai dengan daya terima
spiritual mereka, sesuai dengan kelanjutan kebijaksanaan mereka dan kekuatan keputusan
mereka.
Hamba yang Allah tunjukkan kepada-Nya melalui Sifat Kehidupan, menjadi kehidupan seluruh
dunia; ia melihat pengembangan kehidupannya sendiri dalam segala yang ada, baik tubuh
maupun ruh.

Pemahaman
Pada teks tersebut menjelaskan pemahaman tentang hubungan antara Allah, makhluk, dan
penyingkapan Sifat-sifat Ilahi. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas dan mudah dipahami:

1. Makhluk hanya memiliki keberadaan karena atribusi kontingen, artinya mereka ada karena
diberi atribut atau sifat oleh Allah. Namun, pada hakikatnya, makhluk tidak ada dalam arti
sejati. Mereka adalah wujud yang tergantung pada Allah.
2. Ketika Cahaya Ilahi muncul, atribusi atau sifat yang diberikan kepada makhluk itu
dihapuskan. Dalam hal ini, makhluk tersebut tidak lagi ada dalam pemahaman
konvensional, tetapi juga tidak berhenti ada. Mereka tetap ada dalam bentuk yang berbeda,
yang terhubung dengan eksistensi Allah.
3. Ketika makhluk tersebut dimusnahkan atau dihapuskan, keberadaannya kembali kepada
Allah. Allah tetap ada seperti sebelum makhluk itu ada. Sang hamba, dalam pemahaman
ini, seolah-olah tidak pernah ada, dan Allah seolah-olah tidak pernah berhenti ada. Ini
menunjukkan bahwa Allah adalah Esa dan keberadaan mutlak, sedangkan makhluk adalah
tergantung pada-Nya.

5
4. Namun, ketika pancaran Cahaya Ilahi muncul, makhluk tersebut diselimuti oleh Cahaya
Allah dan menjadi satu dengan-Nya. Allah menggantikan diri-Nya untuk makhluk itu.
Allah hidup di tempat makhluk, tetapi makhluk tersebut tidak pernah menduduki apa pun.
Ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang dalam antara Allah dan makhluk, di mana
makhluk itu "hidup" dalam hubungan dengan Allah.
5. Penyingkapan Sifat-sifat Ilahi kepada manusia adalah proses asimilasi, di mana hakikat
sang hamba menyerap Sifat-sifat Tuhannya. Asimilasi ini adalah sifat yang melekat pada
subjek itu sendiri. Hal ini harus dipahami bahwa Realitas Halus Ilahi, yang menggantikan
diri-Nya untuk sang hamba dan menduduki organisme, menyerap Sifat-sifat Ilahi secara
bawaan, prinsipial, dan pasti. Sang hamba tidak memiliki kaitan dengan penyerapan ini,
karena hal itu sepenuhnya milik Allah.
6. Manusia berpartisipasi dalam penyingkapan Sifat-sifat Ilahi sesuai dengan kapasitas
spiritual mereka, berdasarkan kebijaksanaan dan kekuatan keputusan mereka. Hamba yang
Allah tunjukkan Sifat Kehidupan akan menjadi kehidupan bagi seluruh dunia. Mereka
melihat pengembangan kehidupan mereka sendiri dalam segala hal yang ada, baik fisik
maupun spiritual.
Dengan demikian, kalimat-kalimat tersebut menggambarkan pemahaman tentang hubungan
antara Allah, makhluk, dan penyingkapan Sifat-sifat Ilahi, serta bagaimana manusia
berpartisipasi dalam proses ini sesuai dengan kapasitas spiritual mereka.

Teks Halaman 47
Life, becomes himself the life of the entire world; he sees the unfolding of his own life in all
that exists, bodies and spirits. He contemplates ideas like forms which take their life from he
himself; there will exist for him neither forms derived from ideas like words and acts - nor
subtle forms like spirits nor corporal forms of which he will not be the life, and he will be
conscious of the manner in which this life emanates from him. He realises that directly, without
intermediary, by an intuition that is essentially Divine and mysterious. I myself was in this state
during a certain time; I contemplated the life of beings in myself, and I distinguished in what
measure each one of them participated in my life; but, each one of them participated according
to its own essence; however I was unique in my life and without internal separativity. That
lasted until the hand of the Divine Assistance transported me towards another state of
knowledge, - and yet there is no 'other'.
To some, God reveals Himself in the Quality of the Knowledge (al-'ilm). For, God being
revealed in the Life which penetrates everything, the servant tastes, by the Unity of this Life,
all that which constitutes the nature of things: from then on, the Essence reveals Itself to him
in the cognitive quality, so that he will know the entire universe with the deployment of all his
worlds, from their origin to their return in the principle; he knows of all things how it was, how
it is and how it will be; he knows that which did not exist and that which, not existing, was not
non-existing; he knows how would be that which is not, if that ever was. Of all that he has an
innate knowledge, principial and intuitive, through his own essence and by virtue of his
penetration at once integral and distinctive of the objects of knowledge; he knows by a

6
distinctive manner in his integration, although his knowledge is realised in pure non-
manifestation (ghayb al-ghayb).
He who realises the Divine Essence draws his distinctive intellections in the pure non-
manifestation, bringing them forth from the non-manifested to the conscience of the objective
world; he is conscious of the differentiation of his integral knowledge - differentiation which
operates in the relative non- manifestation - and he knows at the same time the total integra-
tion in the absolute non-manifestation. As for he who partici- pates in the Divine Qualities, he
has only the knowledge which.

Terjemahan
Dia merenungkan ide-ide seperti bentuk-bentuk yang mengambil kehidupan dari dirinya
sendiri; baginya tidak akan ada bentuk yang berasal dari ide-ide seperti kata-kata dan
tindakan - juga tidak akan ada bentuk halus seperti roh atau bentuk jasmani yang
kehidupannya bukanlah dirinya, dan dia akan sadar akan bagaimana kehidupan ini berasal
darinya. Dia menyadari hal itu secara langsung, tanpa perantara, melalui intuisi yang pada
dasarnya bersifat Ilahi dan misterius. Saya sendiri pernah berada dalam keadaan ini selama
waktu tertentu; saya merenungkan kehidupan makhluk di dalam diri saya, dan saya
membedakan sejauh mana masing-masing dari mereka berpartisipasi dalam kehidupan saya;
namun, masing-masing dari mereka berpartisipasi sesuai dengan hakikatnya sendiri; namun
saya adalah satu-satunya dalam kehidupan saya dan tanpa pemisahan internal. Itu
berlangsung sampai bantuan Ilahi membawa saya ke keadaan pengetahuan yang lain, - dan
namun tidak ada 'yang lain'.
Bagi beberapa orang, Allah menampakkan diri-Nya dalam Sifat Pengetahuan. Karena Allah
dinyatakan dalam Kehidupan yang meresapi segalanya, hamba merasakan, melalui Kesatuan
Kehidupan ini, segala sesuatu yang merupakan sifat alamiah dari segala hal: mulai dari saat
itu, Hakikat menampakkan diri-Nya kepadanya dalam kualitas kognitif, sehingga dia akan
mengetahui seluruh alam semesta dengan penyebaran dari semua dunianya, dari asalnya
hingga kembalinya ke dalam prinsipnya; dia mengetahui tentang segala hal bagaimana itu
dulu, bagaimana keadaannya sekarang, dan bagaimana akan menjadi di masa depan; dia
mengetahui hal yang tidak ada dan yang, tidak ada, bukanlah ketiadaan; dia mengetahui
bagaimana akan menjadi hal yang tidak ada, jika itu pernah ada. Dia memiliki pengetahuan
bawaan, prinsipial, dan intuitif tentang semua itu, melalui hakikatnya sendiri dan berkat
penetrasi yang sekaligus integral dan membedakan dari objek-objek pengetahuan; dia
mengetahui dengan cara membedakan dalam integrasinya, meskipun pengetahuannya
terealisasi dalam ketiadaan manifestasi murni (ghayb al-ghayb).
Mereka yang menyadari Hakikat Ilahi menarik pemikiran khas mereka dalam ketiadaan
manifestasi yang murni, menghadirkannya dari yang tidak termanifestasikan ke dalam
kesadaran dunia objektif; mereka sadar akan perbedaan pengetahuan integral mereka -
perbedaan yang beroperasi dalam ketiadaan manifestasi relatif - dan pada saat yang sama
mereka mengetahui integrasi total dalam ketiadaan manifestasi yang mutlak. Sedangkan bagi
mereka yang berpartisipasi dalam Sifat-sifat Ilahi, mereka hanya memiliki pengetahuan yang
diberikan langsung kepada mereka dalam ketiadaan manifestasi yang murni. Ini adalah
pembicaraan yang hanya akan dipahami oleh 'orang-orang asing' (terhadap dunia) dan yang
hanya dirasakan oleh yang paling setia, yang paling 'bersih' (terhadap Allah).

Pemahaman

7
Dari teks tersebut menggambarkan pemahaman tentang hubungan antara Allah, hamba,
pengetahuan, dan penyingkapan Hakikat Ilahi. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas dan
mudah dipahami:
1. Bagi individu tertentu, Allah menampakkan diri-Nya melalui Sifat Pengetahuan. Melalui
Kesatuan Kehidupan yang meresapi segalanya, hamba merasakan dan memahami segala
sesuatu yang merupakan sifat alami dari segala hal. Dalam pemahaman ini, hamba
memiliki pengetahuan yang mencakup seluruh alam semesta, dari asalnya hingga akhirnya.
Mereka memahami keberadaan hal-hal yang tidak ada dan bagaimana hal-hal itu akan
menjadi jika mereka ada. Pengetahuan ini adalah pengetahuan bawaan, prinsipial, dan
intuitif yang melekat pada hakikat hamba.
2. Bagi mereka yang menyadari Hakikat Ilahi, pemikiran mereka terkait dengan ketiadaan
manifestasi murni. Mereka membawa pemikiran mereka dari dimensi yang tidak
termanifestasikan ke dalam kesadaran dunia objektif. Mereka menyadari perbedaan
pengetahuan integral mereka yang beroperasi dalam ketiadaan manifestasi relatif,
sementara pada saat yang sama mereka menyadari integrasi total dalam ketiadaan
manifestasi yang mutlak.
3. Bagi mereka yang berpartisipasi dalam Sifat-sifat Ilahi, mereka hanya memiliki
pengetahuan yang diberikan langsung kepada mereka dalam ketiadaan manifestasi murni.
Mereka memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang realitas yang tidak dapat
diungkapkan secara objektif. Pemahaman ini hanya dapat dipahami oleh "orang-orang
asing" terhadap dunia dan hanya dirasakan oleh yang paling setia dan "bersih" dalam
hubungan dengan Allah.
Dalam keseluruhan, kalimat-kalimat tersebut menggambarkan bagaimana Allah menampakkan
diri-Nya melalui Sifat Pengetahuan kepada hamba-hamba-Nya. Hamba-hamba tersebut
memiliki pemahaman intuitif dan integral tentang realitas yang melampaui dimensi manifestasi
objektif. Pemahaman ini hanya dapat dicapai melalui pengalaman spiritual dan kesetiaan yang
mendalam terhadap Allah.

Teks Halaman 48
is apportioned to him directly in the pure non-manifestation. This is a discourse which only the
'strangers' (to the world) will understand and which is savoured only by the most faithful, the
most 'polished' (towards God).
To some, God reveals Himself in the Quality of the Sight (al-başar). For, revealing Himself
first by the total intellectual vision which penetrates everything, God will reveal Himself more
particularly in the Quality of Sight, so that the sight of the servant will become the organ of his
knowledge; there is not from then on either Divine Science or creaturial science which is not
the object of the servant's vision; he sees beings just as they are in the pure non-manifestation;
however - a strange thing - he is ignorant of them in his exterior consciousness. So consider
this sublime vision; what is there that exists that is more astonishing and more delicious? The
fact is that the servant who realises the Divine Qualities does not partake in his created nature,
of that which embraces his Divine nature; so there is no conjunction; I mean that that which he
realises in his non-manifested state appears in his 'objective' consciousness only in an
accidental manner, and for certain things only, which God manifests to him by generosity. The

8
servant who realises the Essence, on the contrary, knows the objective world by his non-
manifested reality, and he knows the non-manifestation ‘objectively'; he connects, then, the one
to the other.
To some God reveals Himself through the auditory Quality (as-sam'), so that they hear the
enunciations of minerals, of plants and animals, likewise the language of the angels and other
languages; distant things are manifested to them as nearby things. The fact is that the servant
to whom God reveals Himself by the auditory Quality, hears by virtue of the Unity of this
Quality all the diverse languages as well as the subtle call of the minerals and plants. In this
state of unveiling I heard the science of the Compassionate Beatitude (ar-raḥmâniyah)
expressed by the Compassionate (ar-rahmân); from that I learnt the recitation of the Koran; I
was the rhythm and He was the measure. But that will only be understood by the 'people of the
Koran', who are (ash-shahadah), poles which correspond respectively to the principial and
undifferentiated state and the individual human consciousness, is situated the relative non-
manifestation (al-ghayb al-mudâfiyy) which Jili calls simply non-manifestation (għayb); it is
that which one could call the subtle world of ideas

Terjemahan
Bagi beberapa orang, Allah menampakkan diri-Nya dalam Sifat Penglihatan (al-başar). Allah
pertama-tama menampakkan diri-Nya melalui penglihatan intelektual yang menyeluruh yang
menembus segalanya, dan kemudian Allah akan menampakkan diri-Nya dengan lebih khusus
dalam Sifat Penglihatan, sehingga penglihatan hamba menjadi organ pengetahuannya. Mulai
dari saat itu, baik ilmu Ilahi maupun ilmu penciptaan menjadi objek penglihatan hamba; ia
melihat makhluk-makhluk sebagaimana adanya dalam ketiadaan manifestasi yang murni;
namun - hal yang aneh - ia tidak mengetahui mereka dalam kesadaran eksternalnya.
Pertimbangkanlah penglihatan yang agung ini; adakah sesuatu yang ada yang lebih
menakjubkan dan lebih nikmat? Faktanya, hamba yang menyadari Sifat-sifat Ilahi tidak
berbagi dalam kodrat ciptaannya dengan kodrat yang meliputi kodrat Ilahi-nya; jadi tidak ada
perpaduan; maksud saya, apa yang ia sadari dalam keadaan tidak termanifestasikan muncul
dalam kesadaran 'objektif'-nya hanya secara kebetulan, dan hanya untuk hal-hal tertentu, yang
Allah tampakkan kepadanya dengan kemurahan hati. Sebaliknya, hamba yang menyadari
Hakikat, mengetahui dunia objektif melalui realitas tidak termanifestasikan-nya, dan ia
mengetahui ketiadaan manifestasi tersebut secara 'obyektif'; ia menghubungkan keduanya.
Bagi beberapa orang, Allah menampakkan diri-Nya melalui Sifat Pendengaran (as-sam').
Mereka mendengar ucapan mineral, tumbuhan, dan hewan, serta bahasa para malaikat dan
bahasa lainnya; hal-hal yang jauh dihadirkan kepada mereka seolah-olah dekat. Faktanya,
hamba yang Allah tunjukkan diri-Nya melalui Sifat Pendengaran, mendengar berkat Kesatuan
Sifat ini semua bahasa yang berbeda serta panggilan halus dari mineral dan tumbuhan. Dalam
keadaan penyembunyian ini, saya mendengar ilmu Bahagia yang Penyayang (ar-raḥmâniyah)
diungkapkan oleh Sang Penyayang (ar-rahmân); dari situlah saya belajar membaca Al-
Qur'an; saya adalah irama dan Dia adalah ukuran. Namun, hal ini hanya akan dipahami oleh
'orang-orang Al-Qur'an', yang merupakan tiang yang sesuai dengan keadaan prinsipil dan
tidak terdiferensiasi serta kesadaran manusia individu, terletak ketiadaan manifestasi relatif

9
(al-ghayb al-mudâfiyy) yang Jili menyebutnya hanya ketiadaan manifestasi (għayb); itulah
yang bisa disebut sebagai dunia halus ide-ide.

Pemahaman
Kalimat tersebut menjelaskan tentang bagaimana Allah menampakkan diri-Nya kepada
beberapa orang melalui Sifat Penglihatan dan Sifat Pendengaran. Berikut adalah penjelasan
yang lebih jelas dan mudah dipahami:
1. Bagi beberapa orang, Allah menampakkan diri-Nya dalam Sifat Penglihatan. Ini berarti
Allah pertama-tama menampakkan diri-Nya melalui penglihatan intelektual yang
menyeluruh yang meliputi segalanya. Kemudian, Allah menampakkan diri-Nya secara
khusus melalui Sifat Penglihatan, di mana penglihatan hamba menjadi organ
pengetahuannya. Sejak saat itu, pengetahuan Ilahi dan pengetahuan tentang penciptaan
menjadi objek penglihatan bagi hamba tersebut. Hamba melihat makhluk-makhluk
sebagaimana adanya dalam dimensi ketiadaan manifestasi yang murni. Namun, yang
menarik adalah bahwa hamba tersebut tidak mengetahui makhluk-makhluk tersebut dalam
kesadaran eksternalnya. Ini merupakan penglihatan yang luar biasa dan sangat mempesona.
Hamba yang menyadari Sifat-sifat Ilahi tidak berbagi kodrat ciptaannya dengan kodrat
yang meliputi kodrat Ilahi-nya. Oleh karena itu, tidak ada perpaduan antara mereka.
Pemahaman hamba tentang keadaan tidak termanifestasikan hanya muncul dalam
kesadaran objektifnya secara kebetulan, dan hanya untuk hal-hal tertentu yang Allah
tunjukkan kepadanya dengan kemurahan hati-Nya. Namun, hamba yang menyadari
Hakikat dapat mengetahui dunia objektif melalui realitas tidak termanifestasikan dan
menghubungkan keduanya.
2. Bagi beberapa orang, Allah menampakkan diri-Nya melalui Sifat Pendengaran. Mereka
mendengar ucapan mineral, tumbuhan, hewan, malaikat, dan bahasa-bahasa lainnya. Hal-
hal yang jauh terdengar dekat bagi mereka. Hamba yang Allah tunjukkan diri-Nya melalui
Sifat Pendengaran dapat mendengar berkat Kesatuan Sifat ini. Mereka dapat mendengar
berbagai bahasa yang berbeda serta panggilan halus dari mineral dan tumbuhan. Dalam
keadaan penyembunyian ini, mereka mendengar ilmu dan kebijaksanaan yang datang dari
Allah yang Maha Penyayang. Dari sinilah mereka belajar membaca Al-Qur'an. Mereka
menjadi irama dan Allah menjadi ukuran. Namun, pemahaman ini hanya akan dipahami
oleh "orang-orang Al-Qur'an", yaitu mereka yang memiliki kesesuaian prinsipil, kesadaran
yang tidak terdiferensiasi, dan terletak dalam dimensi ketiadaan manifestasi relatif. Ini
dapat disebut sebagai dunia halus ide-ide.
Secara keseluruhan, kalimat-kalimat tersebut menjelaskan bagaimana Allah menampakkan
diri-Nya melalui Sifat Penglihatan dan Sifat Pendengaran kepada individu tertentu. Melalui
pengalaman spiritual ini

Teks Halaman 49
chosen amongst the people of God.
To others, God reveals Himself by the Quality of the Word (al-kalâm); from then on, the beings
exist through the word of the servant. God, we were saying, reveals Himself first to His servant
by the Quality of Life, then He teaches him, by the cognitive Quality, the secret of the Divine
Life in him, then He teaches him to see, then hear; it is then that the servant 'speaks' through
the force of the Unity of his life, so that beings exist through his word. At the same time he is
conscious, in a non- temporal manner, that his words never will be exhausted. It is in this state

10
of revelation, equally, that God speaks to His servants without the veil of the Names and before
these are manifested.
Some - of those who realise the Divine Word - hear in them- selves the call of the Essential
Reality (al-ḥaqîqah), without this call reaching them, by whatever side they perceive it, by a
sensory organ; the servant listens to it with his totality and he hears Him say to him: "Thou art
My friend; thou art My beloved; thou art the object; thou art My face amongst My servants;
thou art the ultimate term; thou art the supreme goal; thou art My intimate conscience amongst
the consciences; thou art My Light amongst the lights; thou art My eye; thou art My ornament;
thou art My Beauty; thou art My Perfection; thou art My Name; thou art My Essence; thou art
My Attribute; thou art My Qualities. I am thy name; I am thy form; I am thy characters; I am
thy mark, My friend! It is thee, the quintessence of beings; it is thee the goal of existence and
becoming. Approach to contemplate Me, for I have approached thee by My Being; do not stay
far away, for it is I who said: 'We are closer to him (that is to say man) than his jugular vein.'
(Koran, L, 15.) Do not condition thyself in calling thyself servant, for if there were no servant,
there would be no Lord; thou hast manifested Me as I have manifested thee; without thy
condition of servant, My Lordship would not be apparent; so thou makest Me to exist, as I gave
existence to thee. Come, My friend, for I want thee as attribute, and I have prepared thee for
Me; so do not abandon thyself to another than Myself; I will not abandon thee to another. My
friend, smell Me in the odours, eat Me in the food, imagine Me in the imaginable, know Me in
the intellections, contemplate Me in the sensible, touch Me in the tangible, wear Me in the
clothes! My friend, thou art My goal; through thee one names Me, and it is thee whom one
designates when one names Me!" - Are there calls of love more

Terjemahan
Bagi yang lain, Allah menampakkan diri-Nya melalui Sifat Kata (al-kalâm); mulai dari saat
itu, makhluk-makhluk ada melalui kata-kata hamba. Allah, seperti yang kita katakan, pertama-
tama menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya melalui Sifat Hidup, kemudian Dia
mengajarkan kepadanya, melalui Sifat Kognitif, rahasia Hidup Ilahi di dalam dirinya,
kemudian Dia mengajarkan kepadanya untuk melihat, kemudian mendengar; pada saat itu,
hamba 'berbicara' melalui kekuatan Kesatuan hidupnya, sehingga makhluk-makhluk ada
melalui katanya. Pada saat yang sama, dia sadar, dengan cara yang tidak temporal, bahwa
kata-katanya tidak akan pernah habis. Dalam keadaan penyataan ini, sama juga, bahwa Allah
berbicara kepada hamba-hamba-Nya tanpa tabir Nama-Nama dan sebelum Nama-Nama ini
dinyatakan.

Beberapa - di antara mereka yang menyadari Kata Ilahi - mendengar dalam diri mereka
sendiri panggilan dari Realitas Esensial (al-ḥaqîqah), tanpa panggilan ini sampai kepada
mereka melalui organ indera apa pun; hamba mendengarkannya dengan keseluruhan dirinya
dan dia mendengar Dia berkata kepadanya: "Engkau adalah sahabat-Ku; engkau adalah

11
kekasih-Ku; engkau adalah objek; engkau adalah wajah-Ku di antara hamba-hamba-Ku;
engkau adalah tujuan akhir; engkau adalah tujuan tertinggi; engkau adalah kesadaran intim-
Ku di antara kesadaran-kesadaran; engkau adalah Cahaya-Ku di antara cahaya-cahaya;
engkau adalah mata-Ku; engkau adalah perhiasan-Ku; engkau adalah Kecantikan-Ku; engkau
adalah Kesempurnaan-Ku; engkau adalah Nama-Ku; engkau adalah Hakikat-Ku; engkau
adalah Atribut-Ku; engkau adalah Sifat-sifat-Ku. Aku adalah namamu; aku adalah bentukmu;
aku adalah karaktermu; aku adalah tanda dan lambangmu, Sahabatku! Engkaulah inti dari
segala makhluk; engkaulah tujuan dari keberadaan dan perkembangan. Dekatilah untuk
merenungkan diriku, karena Aku telah mendekatimu melalui Keberadaanku; janganlah tinggal
jauh, karena Aku yang mengatakan: 'Kami lebih dekat kepadanya (yaitu manusia) daripada
urat nadi di lehernya.' (Al-Quran, L, 15.) Janganlah menganggap dirimu hanya sebagai
hamba, karena jika tidak ada hamba, tidak akan ada Tuhan; engkau telah memperlihatkanku
seperti Aku telah memperlihatkanmu; tanpa kondisimu sebagai hamba, Kehutuhanku tidak
akan tampak; jadi engkaulah yang membuat Aku ada, seperti Aku memberimu keberadaan.
Mari, Sahabatku, karena Aku menginginkanmu sebagai atribut, dan Aku telah
mempersiapkanmu untuk Diri-Ku; jadi janganlah menyerahkan dirimu kepada selain Diri-Ku;
Aku tidak akan meninggalkanmu kepada yang lain. Sahabatku, ciumlah Aku dalam aroma,
makanlah Aku dalam makanan, bayangkanlah Aku dalam yang dapat dibayangkan, kenalilah
Aku dalam pemahaman, renungkanlah Aku dalam yang terlihat, sentuhlah Aku dalam yang
dapat diraba, pakailah Aku dalam pakaianmu! Sahabatku, engkaulah tujuanku; melalui dirimu
seseorang memanggil Aku, dan engkaulah yang dilambangkan ketika seseorang memanggil
Aku!" - Adakah panggilan cinta yang lebih manis, lembut, atau menyentuh hati?

Pemahaman
Teks tersebut diatas menjelaskan bagaimana Allah menampakkan diri-Nya kepada orang lain
melalui Sifat Kata (al-kalâm) dan bagaimana orang tersebut dapat mendengar panggilan dari
Realitas Esensial (al-ḥaqîqah) tanpa melalui indera. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas
dan mudah dipahami:
1. Bagi mereka yang menyadari Kata Ilahi, Allah menampakkan diri-Nya melalui Sifat Kata.
Ini berarti Allah pertama-tama menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya melalui Sifat
Hidup, dan kemudian Dia mengajarkan rahasia Hidup Ilahi di dalam dirinya melalui Sifat
Kognitif. Allah juga mengajarkan kepadanya untuk melihat dan mendengar. Pada saat itu,
hamba tersebut 'berbicara' melalui kekuatan Kesatuan hidupnya, sehingga makhluk-
makhluk ada melalui kata-katanya. Hamba menyadari bahwa kata-katanya tidak akan
pernah habis. Dalam keadaan ini, Allah berbicara kepada hamba-hamba-Nya tanpa
menggunakan Nama-Nama-Nya dan sebelum Nama-Nama itu dinyatakan.
2. Beberapa orang yang menyadari Kata Ilahi mendengar panggilan dari Realitas Esensial
dalam diri mereka sendiri tanpa melalui indera apapun. Hamba mendengar panggilan ini
dengan keseluruhan dirinya, dan dia mendengar Allah berkata kepadanya: "Engkau adalah
sahabat-Ku; engkau adalah kekasih-Ku; engkau adalah objek; engkau adalah wajah-Ku di
antara hamba-hamba-Ku; engkau adalah tujuan akhir; engkau adalah tujuan tertinggi;
engkau adalah kesadaran intim-Ku di antara kesadaran-kesadaran; engkau adalah Cahaya-
Ku di antara cahaya-cahaya; engkau adalah mata-Ku; engkau adalah perhiasan-Ku; engkau
adalah Kecantikan-Ku; engkau adalah Kesempurnaan-Ku; engkau adalah Nama-Ku;
engkau adalah Hakikat-Ku; engkau adalah Atribut-Ku; engkau adalah Sifat-sifat-Ku."
Allah mengatakan bahwa Dia adalah namanya, bentuknya, karakternya, tanda dan
lambangnya. Allah menyatakan bahwa hamba adalah inti dari segala makhluk, tujuan dari
keberadaan dan perkembangan. Allah menginginkan hamba sebagai atribut-Nya dan telah
mempersiapkan hamba untuk Diri-Nya. Hamba tidak boleh menyerahkan dirinya kepada
selain Allah, karena Allah tidak akan meninggalkan hamba kepada yang lain.

12
Secara keseluruhan, kalimat-kalimat tersebut menjelaskan bagaimana Allah menampakkan
diri-Nya melalui Sifat Kata dan bagaimana hamba yang menyadari hal itu mendengar
panggilan cinta dan hubungan intim dari Allah. Panggilan cinta tersebut diungkapkan dengan
kata-kata yang penuh dengan kasih sayang, dan menyentuh hati dengan kelembutan dan
keindahan.

Teks Halaman 50
sweet, caressing or suave?
-
To others - amongst those who have realised the Divine Word - God speaks through the mouth
of the creature; the servant hears the word come from somewhere, and he recognizes at the
same time that it comes from nowhere; the sound reaches him from the creature, but he hears
it emanate from God.
Occupied with Laylâ, I am distracted by another. When I see an inanimate thing, I speak to it
as to Her. It is not astonishing that I address myself to others As to inanimate things, but it is
astonishing that they reply.
Amongst those who have realised the Divine Word there are some that God takes from the
corporal world towards the world of spirits; they occupy the supreme rank (of this spiritual
cate- gory). Some of these hear God speak to them in their heart; others are elevated in their
spirit towards the inferior firmament, others again to the second or third firmament, following
that which has been predestined for them. Some are elevated as far as the 'Lotus- Tree of the
Extreme Limit' (sidrat al-muntahâ) where God speaks to them. Now, each of those who
participate in this Divine Quality hears God speak according to his proper penetra- tion of the
Essential Realities, for God puts each thing in its place. With some, the manifestation of the
Divine Word is accom- panied by whirlwinds of light.
To others will be prepared a chair (minbar) of light.
Others see a light in their interior, the Word emanating from this light; they see more or less
light, a rounded light or an elongated light.
Others again see a spiritual form who speaks to them. But all that is called a manifestation of
the Divine Word only if God teaches us that it is He Himself who speaks; now, that requires no
proof, for one knows immediately. It is thus particularly for the Divine Word, which is not at
all hidden: he who knows that all he hears is the Divine Word, will ask for neither proof nor
explanation; it is only through the auditive knowledge that the servant recognizes the Divine
Word.
To some who are elevated up to the 'Lotus-Tree of the Extreme Limit' it will be said: "My
friend, thy me (aniyah) is My Thee (huwiyah); thou art the Essence of Him and He is none

13
other than Me. My friend, it is by My work that thou art unfolded, and by My Unicity that thou
art differentiated, but the work that thou art

Terjemahan
Bagi orang lain - di antara mereka yang telah menyadari Firman Ilahi - Tuhan berbicara
melalui mulut makhluk; hamba mendengar kata-kata itu berasal dari suatu tempat, dan dia
sekaligus menyadari bahwa itu berasal dari tak ada tempat; suara itu mencapainya melalui
makhluk, tetapi dia mendengarnya berasal dari Tuhan.
Saat aku sibuk dengan Laylâ, aku teralihkan oleh yang lain. Ketika aku melihat sesuatu yang
tidak hidup, aku berbicara padanya seolah-olah kepada Laylâ. Tidak mengherankan bahwa
aku berbicara kepada orang lain seolah-olah kepada objek mati, tetapi yang mengherankan
adalah mereka membalas.
Di antara mereka yang telah menyadari Firman Ilahi, ada beberapa orang yang Tuhan angkat
dari dunia jasmani ke dunia roh; mereka menduduki pangkat tertinggi (dalam kategori
spiritual ini). Beberapa dari mereka mendengar Tuhan berbicara dalam hati mereka; yang lain
terangkat dalam semangat mereka ke langit terendah, yang lain lagi ke langit kedua atau
ketiga, sesuai dengan yang telah ditentukan untuk mereka. Beberapa terangkat hingga
mencapai 'Pohon Teratai Batas Akhir' (sidrat al-muntahâ) di mana Tuhan berbicara kepada
mereka. Sekarang, setiap orang yang berpartisipasi dalam Kualitas Ilahi ini mendengar Tuhan
berbicara sesuai dengan pemahaman mereka terhadap Realitas Esensial, karena Tuhan
menempatkan setiap hal pada tempatnya. Bagi beberapa orang, manifestasi Firman Ilahi
disertai oleh pusaran cahaya.
Bagi orang lain, akan disiapkan kursi (minbar) cahaya.
Orang lain melihat cahaya di dalam diri mereka, Firman yang berasal dari cahaya tersebut;
mereka melihat cahaya yang lebih atau kurang, cahaya yang berbentuk bulat atau memanjang.
Orang lain juga melihat bentuk spiritual yang berbicara kepada mereka. Tetapi semua itu
hanya disebut sebagai manifestasi Firman Ilahi jika Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa
Dialah sendiri yang berbicara; sekarang, hal itu tidak memerlukan bukti, karena kita langsung
mengetahuinya. Ini berlaku khusus untuk Firman Ilahi yang sama sekali tidak tersembunyi:
orang yang tahu bahwa semua yang dia dengar adalah Firman Ilahi, tidak akan meminta bukti
atau penjelasan; hanya melalui pengetahuan pendengaranlah hamba mengenali Firman Ilahi.
Kepada beberapa orang yang terangkat hingga mencapai 'Pohon Teratai Batas Akhir', akan
dikatakan: "Sahabatku, dirimu (aniyahmu) adalah Aku (huwiyahku); engkau adalah Inti-Nya
dan Dia tidak lain hanyalah Aku. Sahabatku, melalui karya-Ku engkau terwujud, dan melalui
Keunikan-Ku engkau dibedakan, tetapi karya yang engkau wujudkan itu memperwujudkan
Aku, dan ketidaktahuanmu menutupi Aku."

Pemahaman
Teks tersebut diatas menjelaskan tentang bagaimana Tuhan berbicara melalui makhluk kepada
mereka yang menyadari Firman-Nya. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas dan mudah
dipahami:
1. Bagi mereka yang telah menyadari Firman Ilahi, Tuhan berbicara melalui mulut makhluk.
Hamba yang menyadari hal ini mendengar kata-kata itu berasal dari suatu tempat, namun
pada saat yang sama juga menyadari bahwa kata-kata itu berasal dari tak ada tempat. Suara
tersebut mencapainya melalui makhluk, tetapi dia mendengarnya berasal dari Tuhan.
2. Ketika seseorang sibuk dengan urusan dunia yang bersifat materi, dia bisa teralihkan dari
hubungannya dengan Tuhan. Bahkan saat melihat sesuatu yang tidak hidup, dia bisa
berbicara padanya seolah-olah dia berbicara kepada orang yang dikasihinya. Yang
mengejutkan adalah objek mati tersebut dapat memberikan respon.

14
3. Di antara mereka yang menyadari Firman Ilahi, ada beberapa orang yang Tuhan angkat dari
dunia jasmani ke dunia roh. Mereka mencapai pangkat tertinggi dalam kategori spiritual
ini. Beberapa dari mereka mendengar Tuhan berbicara dalam hati mereka, sementara yang
lain terangkat dalam semangat mereka ke tingkat langit yang berbeda sesuai dengan takdir
mereka. Beberapa di antara mereka bahkan mencapai 'Pohon Teratai Batas Akhir' di mana
Tuhan berbicara kepada mereka. Setiap orang yang mengalami manifestasi Firman Ilahi ini
mendengar Tuhan berbicara sesuai dengan pemahaman mereka terhadap Realitas Esensial.
Bagi beberapa orang, manifestasi tersebut disertai oleh pusaran cahaya.
4. Bagi orang lain, akan disiapkan kursi (minbar) cahaya. Ini mengindikasikan bahwa mereka
melihat atau merasakan kehadiran cahaya yang melambangkan Firman Ilahi.
5. Orang lain melihat bentuk spiritual yang berbicara kepada mereka. Namun, semua itu
hanya dianggap sebagai manifestasi Firman Ilahi jika Tuhan mengajarkan kepada kita
bahwa Dialah yang berbicara. Hal ini dapat diketahui langsung tanpa memerlukan bukti
atau penjelasan. Orang yang menyadari bahwa apa yang didengarnya adalah Firman Ilahi
tidak akan meragukannya; mereka mengenali Firman Ilahi melalui pengetahuan
pendengaran mereka.
6. Bagi beberapa orang yang mencapai tingkat tertinggi dalam spiritualitas, mereka akan
mendengar perkataan: "Sahabatku, dirimu adalah Aku; engkau adalah Inti-Nya dan Dia
tidak lain hanyalah Aku." Ini menunjukkan pengalaman kesatuan dengan Tuhan, di mana
mereka menyadari bahwa inti diri mereka adalah sama dengan inti Tuhan. Melalui karya
Tuhan, mereka terwujud, dan melalui keunikan mereka dibedakan, namun karya yang
mereka wujudkan juga memperwujudkan Tuhan, dan ketidaktahuan mereka menutupi
Tuhan.

Teks Halaman 51
OF THE UNVEILING OF THE DIVINE NAMES
unfolds Me, and thine ignorance covers Me. I am thy goal; I am thine, not Mine; thou art My
goal; thou art Mine, not thine. My friend, thou art the point which the circumference of
existence has for centre, so that thou art the adorer in it and adore it at the same time. Thou art
the light, thou art the manifestation; thou art the beauty (al-husn) and the ornament (az-zayn);
thou art as the eye with respect to the man and as the man with respect to the eye (or to the
Essence: al-'ayn)."
Oh spirit of the spirit, oh 'Supreme Sign'!102 Oh relief of sorrows for the burning liver!
Oh end of hopes, ultimate goal of desires,
What is there sweeter and more real for me than Thy words! Oh Kaaba of realisation (tahqîq),
oh qiblah13 of purity,
Oh Mount Arafat of the invisible, oh dawn of dazzling beauty; We have given up ourselves to
Thee; we have established Thee director of the kingdom of our being.
All this world and the one beyond are at Thy disposition.
'If it was not for Thee, we would not be.
And if it was not for me, Thou wouldst not be.
It is thus that Thou art and that we are;

15
And the Essential Reality is not perceived.
It is Thee whom we reach for through the indigent, - and there is no indigence!
Amongst those who realise the Divine Word, some under- stand hidden things; so they have
knowledge of events before they happen, be it that they know in reply to their questions, - and
it is that which happens the most often, - be it that God warns them on His own initiative.
-
Others of those who realise this Divine Quality – ask for miracles, and God gratifies them, so
that they have proof of Him when they return to their corporal conscience while still keeping
their attitude towards God. - May these examples suffice for that which is the participation of
the Divine Word.
We return then to the unveiling of the Divine Qualities in general. Amongst those who
contemplate them, there are some

Terjemahan
TENTANG PENJELAJAHAN NAMA-NAMA ILLAHI
Engkau membuka Aku, dan kebodohanmu menutupi Aku. Aku adalah tujuanmu; Aku adalah
milikmu, bukan milik-Ku; engkau adalah tujuanku; engkau adalah milik-Ku, bukan milikmu.
Sahabatku, engkaulah titik yang menjadi pusat dari lingkaran keberadaan, sehingga
engkaulah penyembah di dalamnya dan menyembahnya pada saat yang sama. Engkau adalah
cahaya, engkau adalah manifestasi; engkau adalah keindahan dan perhiasan; engkau seperti
mata dengan menghormati manusia dan seperti manusia dengan menghormati mata (atau
dengan menghormati Esensi: al-'ayn)."
Oh jiwa dari jiwa, oh 'Tanda Tertinggi'! Oh penghilang kesedihan bagi hati yang terbakar!
Oh akhir dari harapan, tujuan akhir dari keinginan,
Apa yang lebih manis dan lebih nyata bagiku selain kata-kata-Mu! Oh Kaaba penemuan
(tahqiq), oh kiblat kesucian,
Oh Gunung Arafah yang tak terlihat, oh fajar keindahan yang mempesona; Kami menyerahkan
diri kepada-Mu; Kami menjadikan-Mu pengarah dari kerajaan keberadaan kami.
Seluruh dunia ini dan yang berada di luar sana berada dalam kewenangan-Mu.
"Jika bukan karena Engkau, kami tidak akan ada.
Dan jika bukan karena aku, Engkau tidak akan ada.
Dengan demikian Engkau ada dan kami ada;
Dan Realitas Esensial tidak terpahami.
Engkaulah yang kami cari melalui orang-orang yang kekurangan - dan tidak ada kekurangan!
Di antara mereka yang menyadari Firman Ilahi, beberapa memahami hal-hal tersembunyi;
sehingga mereka memiliki pengetahuan tentang peristiwa sebelum terjadi, baik karena mereka
mengetahuinya sebagai jawaban atas pertanyaan mereka - dan itulah yang paling sering
terjadi - maupun karena Tuhan memperingatkan mereka dengan inisiatif-Nya sendiri.
Orang-orang yang menyadari Kualitas Ilahi ini - meminta mukjizat, dan Allah memberikan
mereka, sehingga mereka memiliki bukti-Nya ketika mereka kembali ke kesadaran tubuh
mereka sambil tetap mempertahankan sikap mereka terhadap Allah. - Semoga contoh-contoh
ini cukup untuk berpartisipasi dalam Firman Ilahi.

Pemahaman

16
Pada Teks tersebut diatas menggambarkan pemahaman dan pengalaman seseorang terkait
dengan penjelajahan dan pemahaman tentang nama-nama Ilahi. Berikut adalah penjelasan yang
lebih jelas dan mudah dipahami:
1. Engkau membuka Aku, dan kebodohanmu menutupi Aku: Ini berarti bahwa individu
tersebut telah mengakses pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan
dan nama-nama-Nya. Namun, kebodohan atau ketidaktahuan individu tersebut juga bisa
menghalangi pemahaman yang lebih mendalam tentang Tuhan.
2. Engkau adalah tujuanmu, Aku adalah milikmu, bukan milik-Ku; engkau adalah tujuanku,
engkau adalah milik-Ku, bukan milikmu: Ini menunjukkan bahwa seseorang menyadari
bahwa hubungan dengan Tuhan adalah tujuan utama dalam kehidupannya. Tuhan adalah
kepunyaannya, dan individu tersebut adalah kepunyaan Tuhan. Ada saling memiliki dan
hubungan yang erat antara individu dan Tuhan.
3. Sahabatku, engkaulah titik yang menjadi pusat dari lingkaran keberadaan: Individu tersebut
disebut sebagai sahabat oleh Tuhan, dan mereka dianggap sebagai titik pusat atau inti dari
seluruh keberadaan. Ini menunjukkan pentingnya individu tersebut dalam kerangka
kosmos.
4. Oh jiwa dari jiwa, oh 'Tanda Tertinggi'! Oh penghilang kesedihan bagi hati yang terbakar!:
Pernyataan ini mengungkapkan kekaguman dan penghormatan kepada jiwa individu yang
dianggap sebagai tanda tertinggi dan sumber kesembuhan bagi jiwa yang terbakar atau
dilanda kesedihan.
5. Orang-orang yang menyadari Firman Ilahi, beberapa memahami hal-hal tersembunyi: Di
antara mereka yang memahami dan menyadari Firman Tuhan, ada yang memiliki
pemahaman tentang hal-hal tersembunyi atau pengetahuan tentang peristiwa yang akan
terjadi di masa depan. Ini bisa disebabkan oleh pertanyaan yang mereka ajukan kepada
Tuhan atau karena Tuhan memberikan peringatan dan wahyu kepada mereka.
6. Orang-orang yang menyadari Kualitas Ilahi ini dapat meminta mukjizat, dan Allah
memberikan bukti kepada mereka: Mereka yang memiliki pemahaman dan kesadaran
tentang sifat-sifat Tuhan dapat meminta mukjizat atau tanda keajaiban dari Tuhan, dan
Tuhan memberikan bukti atau tanda-tanda tersebut. Meskipun mereka kembali ke
kesadaran tubuh mereka, mereka tetap mempertahankan sikap dan kesadaran mereka
terhadap Tuhan.
Pada keseluruhan kalimat tersebut, seseorang menggambarkan pengalaman spiritual dan
pemahaman mereka tentang nama-nama Ilahi serta hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka
menyadari pentingnya hubungan dengan Tuhan, kekuatan dan kemuliaan yang ada di dalam
diri mereka, dan pengaruh mereka terhadap keberadaan dan manifestasi Ilahi.

17

You might also like