You are on page 1of 2

RESUME KULIAH FILSAFAT

Manusia & Pengasuh Ilmu Kedokteran


Nama/NPM/Prodi : Radian Savani/2206143122/Pulmonologi
Narasumber : Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, SpJP(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin, 30 Januari 2023/10.00-11.50

Persoalan moral dan nilai filsafat dalam hubungan dokter dan pasien masih menjadi
perhatian kita. Persoalan kedokteran bukan hanya masalah fisik tapi persoalan mental dan
spiritual. Pandemi covid-19 kemarin menguji nilai-nilai kebersamaan Indonesia. Seperti yang
kita ketahui ini merupakan hal yang baru, sehingga persiapan kita tidak matang. Membuat
dilemma dalam etika penelitian. Sikap kebangsaan pun dipertanyakan ketika distribusi vaksin
covid. Agama, Negara dan Budaya kita rajut dalam peradaban agar semua masyarakat
mendapatkan perlakuan yang sama dan adil.
WHO juga menyampaikan pesan kebersamaan agar semua negeri terutama negara
miskin tidak boleh mendapatkan diskriminasi dalam penanganan covid-19. Sehingga
diharapkan masalah global ini dapat teratasi dengan baik dan humanis. Seorang dokter harus
sadar di dalam kebersamaan itu ada Hierarki. Sehingga bisa memahami dan menghormati
keputusan global.
Tren ilmu kedokteran masa depan berfokus ke bidang Artificial intelligent, teknologi
informasi komunikasi, Genetic Enginering, Robotology dan Quantum Computer. Semua ini
akan menghasilkan dilema etik dalam dunia kedokteran. Kemajuan teknologi juga menjadi
tantangan tersendiri bagi praktisi kedokteran. Sudah banyak teknologi yang sudah bisa
menggantikan ilmu dan tenaga manusia. Kita sebagai praktisi kedokteran harus terus
mengupgrade diri agar tetap bisa bersaing secara global serta tetap menerima kemajuan
teknologi sebagai alat bantu kita dalam menjalankan pelayanan Kesehatan di kesehariannya.
Hubungan moral dokter dan pasien harus memandang aspek 3R. Reassurance yaitu
bagaimana kita memperlakukan pasien secara sopan, seperti mengucapkan salam dan senyum
Ketika melayani pasien. Reposition yaitu bagaimana kita memposisikan diri kita terhadap
pasien yang lebih tua, pasien teman sejawat dan guru kita, seperti memberikan kontak kita
agar mudah dihubungi nantinya apabila dibutuhkan. Re-education dokter berusaha
menyembuhkan pasiennya berdasarkan keilmuannya atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dokter juga berusaha mengingatkan pasien bahwa aspek spiritual yang telah dimilikinya agar
selalu memohon pencerahan, kekuatan dan penyembuhan-Nya.
Dokter berjati diri Indonesia, pasien melebihi insan biomedik yaitu nilai-nilai yang
dianutnya untuk sembuh termasuk harapan terbaiknya. Barang siapa arif kepada jati dirinya,
maka arif juga kepada Tuhan-nya.
Candra Jiwa Indonesia menggambarkan bagaimana hubungan antara jasmani kasar
(panca indera), jasmani halus (angan, perasaan dan nafsu) serta alam sejati Tripurusa (roh
suci, suksma sejati dan suksma kawekas). Aspek kesadaran manusia sudah sampai puncak
tertinggi, tetapi manusia juga memiliki aspek Asadar yang mencakup aspek individual.
Kompartemen pertama Makrokosmos yang menggambarkan manusia secara utuh,
kompartemen kedua mikrokosmos yang menggambarkan panca indera sebagai aspek fisik
dan biologis.
Nafsu manusia di dalam Al-Quran sudah dibahas hal apa saja yang menjadi indikator
yang mengukur nafsu manusia, motivator yang mendorong nafsu manusia serta regulator
yang mengatur nafsu manusia.
Kita sebagai dokter Indonesia diatur oleh hirarki politokologi Kesehatan. Pelayanan
Kesehatan kita diatur oleh peraturan pemerintah. Hal ini tetap didasari oleh aspek Promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga kesehariannya sebagai praktisi Kesehatan kita
tetap berada pada jalur yang semestinya.
PBB mencetuskan Millenium Development Goals dalam rangka pencapaian
kemakmuran global. Kita sebagai praktisi Kesehatan turut serta dalam mewujudkan tujuan
ini. Target ini tentu saja tidak mudah, tetapi kita harus semangat dan menyenangi setidaknya
satu program tersebut. Kita harus ingat kepada Tuhan YME dan masyarakat sehingga kita
bisa berpartisipasi secara maksimal.
Seorang dokter Indonesia diharapkan menyadari posisi dan aspek jati dirinya dalam
menghadapi tren ilmu kedokteran masa depan untuk kepentingan pasien dan masyarakatnya
serta pasien dipandang melebihi insan biomedik. Dalam memberikan pelayanan Kesehatan
tidak hanya memandang kompartemen pertama dan kedua (fisik dan biologis) tetapi juga
memandang kompartemen mental dan spiritual, sehingga kita harus tetap mengacu kepada
keimanan terhadap Tuhan YME dengan harapan kita tetap berada di jalur yang benar.

You might also like