You are on page 1of 130

FAAL PERNAPASAN 3

Faisal Yunus

Departemen Pulmonologi dan Jedokteran


Respirasi, Fakulyas Kedokteran Universitas
Indonesia – Rumah Sakit Rujukan respirasi
Nasional Persahabatan, Jakarta
SPIROMETER
Alat untuk mengukur
ventilasi yaitu mengukur
volume statik dan volume
dinamik paru
TUJUAN PEMERIKSAAN
SPIROMETRI
 Menilai status faal paru
(normal, restriksi, obstruksi, campuran)
 Menentukan klasifikasi penyakit obstruksi
 Menilai manfaat pengobatan
 Memantau perjalanan penyakit
 Menentukan prognosis
 Menentukan toleransi tindakan bedah
INDIKASI
PEMERIKSAAN
 Setiap keluhan sesak
 Penderita asma stabil
 Penderita PPOK stabil
 Evaluasi penderita asma dan
PPOK tiap tahun
INDIKASI
PEMERIKSAAN
 Penderita yang akan
dianestesi umum
 Pemeriksaan berkala pekerja
yang terpajan zat
 Pemeriksaan berkala pada
perokok
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
FAAL PARU

 Alat
 Teknisi
 Subjek
PERSIAPAN ALAT
Kalibrasi minimal
1 kali sepekan
PERSIAPAN TEKNISI

 Terlatih
 Mengerti tujuan
 Dapat menilai hasil
PERSIAPAN SUBJEK
 Mengerti tujuan pemeriksaan
 Bebas rokok minimal 2 jam
 Tidak berolahraga 2 jam
sebelum pemeriksaan
 Tidak boleh makan terlalu
kenyang
 Berpakaian tidak ketat
CARA PEMERIKSAAN
 Subjek berdiri / duduk
 Melakukan manuver setelah
keadaan steady state
 Waktu ekspirasi mimnimal 6 detik
 Pemeriksaan dilakukan sampai
didapat 3 hasil yang dapat diterima
dan dua diantaranya reproduksibel
ARUS PUNCAK EKSPIRASI
PEMERIKSAAN SPIROMETRI
Sprirogram Normal dan Gambaran Khas
PPOK Ringan Sampai Sedang
PENILAIAN HASIL
HASIL YANG DAPAT
DITERIMA
 Permulaan uji harus baik
 Grafik flow – volume mempunyai
puncak (hanya satu puncak)
 Meniup sampai selesai
 Ekspirasi minimal 6 detik
REPRODUKSIBILITAS
~ Ditentukan setelah didapat 3
manuver yang dapat diterima
~ reproduksibilitas bila nilai
terbesar perbedaannya kurang
dari 5% atau kurang dari 150 ml
untuk nilai KVP dan VEP1
PEMERIKSAAN YANG
TIDAK BAIK
 Permulaan ekspirasi ragu-ragu/
lambat
 Batuk selama ekspirasi
 Manuver valsava
 Ekspirasi tidak selesai
PEMERIKSAAN YANG
TIDAK BAIK
 Terdapat kebocoran
 Corong mulut (mouth piece)
tersumbat
 Meniup lebih dari 1 kali
• Jumlah pemeriksaam maksimal
adalah 8 kali
• Bila telah delapan kali tetapi belum
didapat yang diharapkan, maka
pemeriksaan diulang pada hari
yang lain
HASIL
 Normal KVP dan KV
> 80% nilai prediksi
 VEP1 > 80% nilai prediksi
 VEP1 / KVP > 75%
FLOW-VOLUME CURVE
Hormal TIDAK ADA PUNCAK
FLOW-VOLUME CURVE
NORMAL USAHA KURANG
FLOW-VOLUME CURVE
NORMAL OBSTRUKSI
FLOW-VOLUME CURVE
NORMAL OBSTRUKSI & RESTRKSI
FLOW-VOLUME CURVE
VIDEO PEMERIKSAAN
•  TUTORIAL PEMERIKSAAN SPIROMETRI
https://www.youtube.com/watch?v=ielgEzYW0qo&featur
e=share&fbclid=IwAR1kZyY2pCpv7cFjSkK2N_6b4wjpR
IL7AcYSOqiC3U43Mw8X08TT0jK9XGk

• PEMERIKSAAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE)


•  
• https://www.youtube.com/watch?v=oK2rIrLPTl0&t
=110s
KESIMPULAN
• Pemeriksan spirometri berguna untuk menilai
ventilasi pernapasan
• Hasil pemeriksaan spirometri bisa normal,
restriksi, obstruksi atau campuran restriksi
dan obstruksi
• Pemeriksaan harus dilakukan dengan
persiapan pasien, alat dan teknisi yang baik
• Subjek harus meniup maksimal sampai
selesai, waktu ekspirasi minimal 6 detik
KESIMPULAN
• Pemeriksan yang baik memenuhi syarat:
~ Mulai dengan cepat
~ Ada satu puncak
~ Meniup sampai selesai
• Melihat hasil spurometri, lihat dulu grafik
FLOW-VOLUME baru lihat hasilnya
• Dilakukan pemeriksaan untuk mendapatkan 3
hasil yang bisa diterima. Dua diantaranya
reproduksibel
Body Plethysmograph
Body Pletysmograph

Faisal Yunus dan Ratnawati

Departemen Pulmonologi dan Jedokteran


Respirasi, Fakulyas Kedokteran Universitas
Indonesia – Rumah Sakit Rujukan respirasi
Nasional Persahabatan, Jakarta
Pendahuluan
• Body plethysmography adalah pengukuran
fungsi paru paling sensitif digunakan untuk
mendeteksi kelainan paru yang mungkin tidak
ditemui dengan uji faal paru memakai
spirometer konvensional
• Pengukuran memakai bodyplethysmography
paling sering untuk mengukur volume gas
toraks (thoracic gas volume = TGV) dan
tahanan jalan napas (RAW)
Body Plethysmograph
Uji Faal Paru
Kelompok pengukuran faal paru meliputi:
Spirometri
 Volume paru
 Kapasitas difusi
 Volume gas toraks (TGV)
 Tahanan jalan napas (Raw)
Spirometri
1. KVP
2. VEP1
3. VEP1/KVP
4. Forced Expiratory Flow 25-75%
5. Forced Inspiratory Flow 25–75%
6. PEF (peak expiratory flow)
Forced Expiratory Flow (FEF25-75)
3600/
2400 6000/
3000/1900 4200

600/500
4200/
1200/800 2700

1200/1000 2400/
1800
Body Plethysmography
– Volume gas toraks (Thoracic Gas Volume
= TGV) , panting atau napas tenang

–Tahanan jalan napas (Airways Resistance


= Raw), panting atau napas tenang
Body Plethysmography
• Kapasitas residu fungsuinal (KRF) didefinisiikan
sebagai volume gas absolut di dalam paru pada
akhir ekspirasi normal
• Volume gas toraks (TGV) didefinisikan sebagai
volume gas dalam toraks pada saat akhir ekspirasi
biasa.
• Pada orang normal hasil pemeriksaan volume
gas toraks dengan bodyplestymograph, biasanya
ini sama dengan KRF, pada keadaan rtertentu itu
tidak sama dengan KRF
Body Plethysmography

MasterScreen
body
Hukum Boyle P1V1 = P2V2

Boyle law P1V1 = P2V2

Goldman MD, Smith HJ, Ulmer WT. Whole-body plethysmography. Eur Respir Mon.2005;31:15-43
Body Plethysmograph

• Boks dengan volume yang tetap


Memgukur perubahan tekanan boks
sesuai dengan volume paru.
• Jika kita mengeluarkan napas, volume
udara dalam boks tidak bisa ditambah,
tekanan dalam boks akan bertambah
• Hukum Boyle P1V1 = P2V2
Body Plethysmograph (BP)
Indikasi PemeksiaanBP
• Deteksi penyakit
• Evaluasi dan memantau perjalanan penyakit
• Evaluasi pengobatan
• Mengukur efek pajanan zat
• Menilai risiko prosedur pembedahan
Aolikasi Klinis BP
• Untuk evaluasi tahanan jalan napas
• Menentukan respons terhadap
bronkodikator
• Menentukan hipereaktivitas bronkus dalam
respons terhadap metakolin, histamin atau
hiperventilasi isokapnik
• Untuk melihat laju perjalanan penyakit dan
respons terhadap pengobatan
Aplikasi Klinis BP
• Untuk diagnosis –enyakit paru restriksi
• Mengukur volume paru dan membedakan
restriksi dan obstruksi
• Untuk evaluasi penyakit obstruksi
Kontraindikasi
• Tidak bisa mengikuti instruksi
• Pasien sebaiknya tidak periksa dalam 1 bulan
serangan infark miokard
• Kondisi hasil fungsi paru yang suboptimal:
~ Nyeri dada atau perut
~ Nyeri mulut atau muka yang tercetus
oleh corong mulut
~ Inkotinensi stres
~ Dementsia atau kebingunganan
~ Klaustrofobia
Data Pasien
• Umur, tinggi badab dan berat badan
• Untuk pasien dengan deformitas dinding dada
seperrti kiposkoliosis, rentang antara ujung jari
kedua lengan dipakai sebagai ukuran tinggi
• Catatan jenis dan dosis obat (oral, inhalasi)
yang dapat menganggu fungsi paru dan bila
obat tersebut dipakai terakhir
Persiapan Subjek

• Merokok berhenti 2 jam sebelum uji


• Konsumsi alkohol berhenti 4 jam sebelum uji
• Tidak berolah raga 1 jam sebelum uji
• Tidak berpakkaian ketat
• Tidak makan kenyang 2 jam sebelum uji
Pengukuran Volume Paru
• Body plethysmograph
• Gas Nitrogen atau helium
Body Plethysmography

Teknik ini bisa mengukur:

 Volume residu (RV)


 Volume tidal (VT)
 Kapasitas paru total (KPT)
 Volumr cadangan ekspirasi (ERV)
 Kapasitas inspirasi (KI)
 Kapasitas residu fungsional (KRF)
 Kapasitas vital (KV)
 Volumr gas toraks (TGV)
 Tahanan jalan napas (Raw)
Perubahan Volume Paru pada
Berbagai Penyakit

Normal Restriksi Air traping Hiperinflasi


Ruppel GL. Manual of Pulmonary Function Testing, 8th ed., Mosby 2003
Body phethysmograph

◦ KRF
◦ Volume gas toraks
(TGV)
◦ Tahanan jalan
napas (Raw).
Kapasitas Residu
Fungsionaal
• Diukur dengan:
– body plethysmography
– dilusi helium

– Body plethysmography
– corong mulut ditutup
– panting cepat
 selama inspirasi  teekanan udara di dalam paru
 udara dalam boks mengembang sedikit
  tekanan dalam boks
 Dengan menerapkan hokum Boyle (P · V = tetap) 
didapatkan volume paru
Tahanan Jalan Napas
~ Resistensi jalan nafas adalah faktor penentu untuk
laju aliran udara sesaat pada tekanan penggerak
tertentu (gaya penggerak). Hukum Ohm (V = I x R).
~ Tahanan jalan napas (R), gaya penggerak sama
dengan aliran kali hambatan (gaya penggerak = aliran
x hambatan)
~ Aliran udara sama dengan gaya
penggerak dibagi jarak (aliran udara =
gaya penggerak / jarak).
~ Kekuatan pendorong di paru adalah
perbedaan antara tekanan alveolar dan
tekanan di mulut (Pmouth-PA).
~ Secara sederhana, aliran udara =
(Pmouth- PA) / R.
Tahanan Jalan Napas

Eur Respir Mon 2005;31:15


Rekomendasi Urutan Pemeriksaan -
Kombinasi dengan Spirometri

FEV1
IRV

FVC
VT

ERV
TLC
ERV

Adaptation
1. ITGV 2. ITGV
5 x sRaw
RV
RV

2-5 x Flow-Volume

10 s time window
Metode Dilusi Helium
Metode Dilusi Helium
Vt = Volume tabung = 2 L
C1 = Konsent. Helium awal = 3%
C2 = Konsentr. Helium akhir = 1%
FRC = Kapasitas residu fungsional paru

V1 x C1 = V2 x C2

Vt x C1 = (Vt + FRC) x C2

2 x 3 = (2 + FRC) x 1
FRC = 4 L
Kesimpulan
Body Plethysmograph adalah alat untuk
mengukur volume gas toraks (TGV) dan
tahanan jalan napas (Raw)

Konsep dasar pemekaian body


plethysmography adalah memakai hokum
Boyle
Cardiopulmonary
Exercise Testing
Cardiopulmonary Exercise
Testing (CPX)

Faisal Yunus dan Fachrial


Harahap

Departemen Pulmonologi dan Jedokteran


Respirasi, Fakulyas Kedokteran Universitas
Indonesia – Rumah Sakit Rujukan respirasi
Nasional Persahabatan, Jakarta
Apa itu CPX?
• Cardiopulmonary exercise  testing (CPX) atau
Uji Latih Kardiopulmoner (ULK) adalah suatu
metode objektif untuk evaluasi baik fungsi
jantung maupun fungsi paru.
• Fungsi jantung dievaluasi dalam hal kapasitas
aerobik dan fungsi respirasi dievaluasi dengan
volume aliran dinamik dan pengukuran aktual
yang dilakukan selama uji latih
Uji Latih Kardiopulmoner
• Protokol ideal: Porsi uji latih berlangsung
8-12 menit. Ramp Vs Step
Treadmill Versus Cycle Ergometer
Comparison
GAMBARAN TREADMILL CYCLE
Puncak VO2 lyang ebih tinggi + -
Kesamaan Max HR dan Max VE + +
Latiham yang lazi m ++ +
Tambahan kerja eksternal -- +
Bebas dari artefak (ECG, BP) -- ++
Kemudahan mengambil gas darah -- ++
Aman (luka muskuloskeletal kurang) - +
Berguna pada posisi telentang - +
Ruangan kurang vertical/horizontal - +
Tidak ribut, Tidak mahal - +
Mudah dibawa - +
Wasserman et al. Principles of Exercise Testing and Interpretation. Lea & febiger, 1987.
Memilih Beban Kerja
Simple Method
.
Ramp(watts/min) = Pred Max VO2 (l/min) x 10

Contoh: .
Prediksi VO2 max = 2.2 liter/min
Ramp (watts/min ) = 2.2 x 10 = 22 (Round to 20)

Diturunkan 1/3 sampai 1/2 untuk penyakit paru yang


sedang sampai berat
Memilih Beban Kerja
Chris Cooper, MD.. Harbor UCLA Medical
5 Watts/min Gangguan berat (emis.. Patsienyang
terkonfirmasi untuk dirumahkan atau
berjalan untuk jarak pendek)
10 Watts/min Gangguan sedang (mis. Pasien yang bila
berjalan satu atau dua blok baru bergejala)
15 Watts/min Gangguan ringan atau pasien lebih tua
Pasien lebih tua
20 Watts/min Pasien lebih muda
25 Watts/m in Pasien aktif lebih muda rolahraga teratur,
latihan fisis)
30 Watts/m in Atletik dan fit (olahraga kompetisi)
40 Watts/min in Sangat fit (sangat kompetitif)
Memilih Beban Kerja
Wasserman, et al. Principles of Exercise Testing
and Interpretation. Lea & Febiger, 1987.
1. Hitung perkiraan VO2 for Unloaded Pedaling:
VO2 Unloaded (ml/min) = 150+(6 x Weight (kg))

2. Perkiraan Max VO2 : VO2 max pred. (ml/min) =


[ Height (cm) - Age(yrs) x 20 (Males)
[Height (cm) - Age (yrs) x 14 (Females)

3. Work Rate Increment = VO2 max pred - VO2 Unloaded /100


Laki-laki 50 tahun, BB = 100 kg TB = 180 cm
1. VO2 unloaded = [150+(6x100) = 750 ml/min
2. VO2 Pred max = [(180-50) x 20 = 2600 ml/min
3. Work = [2600 - 750] / 100 = 18.5 (round to 20)
Uji Stres Jantung Versus Uji Stres
Kardiopulmoner
• Uji Stress Jantung menggunakan treadmill dan
sebuah protocol standar (Bruce) yang memiliki
peningkatan beban kerja yang sangat tidak
seragam. Terlalu suliy untuk pasien paru dan tidak
baik untuk mendeteksi AT atau slop.
• Uji Stres Jantung diakhiri pada titik akhir arbitrasi
(85% prediksi denyut jantung maksimal). Tidak
menghasilkan kapasitas fungsional (VO2 puncak)
atau kapasitas cadangan.
• Pertukaran gas menghasilkan informasi
jantung/sirkulasi tambahan yang non-invasif. Tidak
menggantikan EKG!
Kunci Pengukuran ey Metabolik
• Ventilasi Semenit
– Ve
• Konsumsi Oksigen
– VO2
• Produksi Karbon Dioksida
– VCO2
• Rasio Perubahan Respirasi
(Respiratory Exchange Ratio)
– RQ atau RER
Puncak VO2
Pencapaian VO2 Tertinggi pada suatu
Katihan Maksimal
Itu adalah Respons Kombinasi dari:
• Ketersediaan O2
• Transpor O2
• Penggunaan O2
Itu adalah suatu Pengukuran Nyata
dari Fitness atau Gangguan
Hubungan VO2 dan Beban Kerja
.

.
Klasifikasi Fungsi Puncak VO2
(ml/min/kg)
80
Atlit Elit
60
Kondisi Baik
40
Kondisi Fit
20
Terganggu
Ambang Anaerobik (Anaerobic
Threshold = AT)
• Tingkat Latihan Di atas Produksi Energi
Aerobik Dilengkapi Mekanisme Anaerobik
• Asam Laktat di Produksi oleh Otot Selama
Metabolisme Anaerobik
• Menghasilkan Peningkatan Ve dan VCO2
yang tidak proporsional dengan
Peningkatan VO2
Metode V-Slope pada AT
4 -

. AT Garis identitas
VCO2
l/min -

0 - | |
. 4
VO2
l/min
Respons Ventilasi pada AT
100-

. AT
VE
l/min -

RC
0 - | |
. 4
VO2
l/min
Rasio Pertukaran Respirasi (RER)
• Rasio VCO2 / VO2
• Pengukuran Kualitas Kontrol
– Berkisar dari .7 to 1.0
• Saat Istirahat Mewakili Metabolisme Sel
Lemak RQ=.7
– Karbohidrat RQ=1.0
• Selama Latihan Meningkat Karena
Metabolisme Anaerobik > 1.1 pada Puncak
Ambang Anarobik (Anaerobic
Threshold = AT)
. Pasien Jantung
. Subjek Normal
Prediksi Maks VO2
. Elite Athlete
.
VCO2 (AT 50-60% Puncak VO2)

.
VO2
Respons Denyut Jantung Normal
200- Prediksi Maksimum Denyut Jantung HRR = 0

Prediksi Maksimum
HR VO2
(b/min)

0-
0 . | |
VO2 4.0

(l/min)
Respons Ventilasi Normal
Prediksi Maksimum VO2
200-
Prediksi Maksimum Ventilasi (MVV) atau VEP1x35

.
VE }BR = 20-40%
(l/min) AT BR% = MVV- Maxx
VE 100
MVV

10
-
0 . | |
VO2 4.0
(l/min)
Pasien Jantung
• Respons HR Tinggi • Tinggi BR (MVV tidak yercapai)
• HRR = 0 • Sangat Dini AT
• Puncak VO2 Rendah • Puncak VO2 Rendah
Prediksi Denyut JantungMax Diukur MVV or FEV1 x 35

. Prediksi
HR VE Maksimum
VO2
b/min l/min
AT

. .
VO2 VO2
l/min l/min
Pasien Paru
• Respons HR sedikit tinggi • Rendah atau tidak BR (MVV
• HRR tinggi tercapai) Prediksi
• Puncak VO2 Rendah Maksimum
• Tidak jelas AT VO2
Prediksi Denyut JantungMax
• Puncak Prediksi
VO Rendah
MVV or FEV1 x 35

.
HR VE
b/min l/min
Measured MVV (FEV1 x 35)

BR % = 0
. .
VO2 VO2
l/min l/min
Penggunaan AT untuk Membedakan
. Jantung/Sirkulasi: AT < 40% Prediksi VO2 Max
. Tidak terlatih : AT > 40% Prediksi VO2 Max

.
Prediksi Max VO2
VCO2
% Nilai puncak terlihatnormal.
% Prediksi rendah.

.
VO2
Oksigen Nadi Versus HR/VO2
...Jantung ...Normal ...Atlit
200 - 20 -

O2
HR Nadi (Normal O2 Pulse: 13 ml/beat)
(ml/denyut)
bpm

. .
VO2 VO2
Respons Tekanan Darah
• Nilai Isrirahat Normal :
Sistolik (SBP) < 140 mmHg
Diastolik (DBP) < 90 mm Hg
• Nilai Latihan Maksimal:
Sistolik about 200 mmHg
Diastolik dalam 10 mmHg istirahat
• Nilai yang lebih tinggi dapat mengindikasikan
hipertensi yang diinduksi oleh latihan atau
penyakit kardiovaskular
• Latihan harus dihentikan bila SBP > 250
atau DBP > 120
Saturasi Oksigen (SaO2, SpO2)
• Mengukur efektivitas pertukaran gas
• Nilai rendah dengan latihan menunjukan
sirkulasi pulmoner yang mubazir (rendah
V/Q atau pengurangan jaringan vaskular
pulmoner)
• Nilai Normal pada muka laut > 90%
• Desaturasi > 4% selama latihan
umumnya dianggap bermakna
Pertukaran-Gas: P(A-a)O2
(Normal) (Obst) (Restr, PVD)

Alv Alv
Alv
100- Art Art
Art
80 -
PO2 60 -
f
40 -
Diff Dif

Diff
20 -
Beban Kerja
Respons Latihan Abnormal
Variabel Fisiologis Penyakit Jantung Penyakit Paru
VO 2 Puncak Menurun Menurun
AmbangAnaerobi rendah Normal atau Rendah
Cadangan Napas Normal atau Meningkat Menurun
Cadangan Denyut Jantung Menurun Menurun
Nadi Menurun Meningkat
EKG Latihan Abnormal atau Normal Normal
D VO22/DWR Abnormal Normal
Puncak PaO2
2 Normal Normal atau Turun
Puncak P(A-a)O2
2 Normal Meningkat
SpO2 2 Tidak berubah Turun > 4 mmHg
Latihan Vd/Vt Turun secara Normal Tidak Turun
Resep Latihan dan Rehabilitasi
Lari
Tenis
Tenis
Chikung
Latihan Beban
Resep Latihan

• Mode: Aerobik (aktivitas berkelanjutan


seperti berjalan, berlari, bersepeda...)
• Frekuensi: 3-5 hari/pekan
• Durasi: 20-40 menit
• Intensitas: “Target Denyut Jantung”
Interpretasi Hasil Latihan
Apakah Latihan Maksimal atau
Submaksimal?
Faktor penentu suatu latihan yang maksimal adalah
sebagai berikut :
a. Kadar HCO3 turun 4 mEq atau lebih
 Nilai HCO3 didapat dari analisis gas darah yang
diambil sebelum latihan dan akhir latihan
 Kadar bikarbonat ditentukan secara tidak langsung
dari persamaan Henderson-Hasselbalch :
pH = 6.1 + LOG HCO3
0.03 x PaCO2
Apakah Latihan Maksimal atau
Submaksimal?

b. Nilai pH turun di bawah 7.35 pada Wrmax


c. Ambilan oksigen (VO2) tidak bisa naik meskipun
tingkat kerja tetap naik
d. Nilai ”R” (RER) (VCO2 / VO2) meningkat di atas
1.09
e. Lebih terbiasa untuk memenuhi kriteria di atas di
Wrmax berarti latihannya adalah submaximal
f. Nilai "R" rentan terhadap kesalahan kecuali
penganalisis O2 dan CO2 telah dikalibrasi dengan
cermat, dan hasilnya diverifikasi secara berkala
oleh "validator pertukaran gas"
Apa itu Kapasitas Kerja Subjek?

 Normal : VO2 max adalah 85-100% dari nilai prediksi VO2 max
 Berkurang : VO2 max < 84 % dari nilai prediksi VO2 max
 Kapasitas kerja normal, ambang aerobik normal uniformly,
meskipun ada pengecualian yang jarang
 Bila kapasitas kerja rendah, ambang aerobik (AT) menjadi titik
kritis untuk membedakan gangguan sirkulasi dari berbagai
kondisi seperti terlihat pada bagan alur diagnostik
Wasserman
Kesimpulan
 Uji latih kardiopulmoner adalah suatu metode
evaluasi objektif menilai fungsi jantung dan
fungsi paru.
 Menggunakan treadmill atau ergocycle
 Dapat membedakan subjek normal, gangguan
respirasi atau penyakit jantung
 Digunakan untuk evaluasi status kesehatan,
mengukur VO2 max dan untuk latihan
Terima Kasih
FY

You might also like