Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 9
Disusun oleh :
Kelas R3E
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “Pemutusan Hubungan Kerja” ini dapat
kami selesaikan pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
bidang studi Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pentingnya pemutusanhubungankerja bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak Didi Sutardi, S.H, M.M selaku dosen
studi PendidikanEkonomi dengan mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
studi yang saya tekuni. Saya juga berterimakasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide dan pemikirannya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Penulis menyadarimakalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya kesempurnaan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang yang hidup sudah pasti membutuhkan biaya untuk dapat menyambung
hidupnya. Untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang harus mencari dan melakukan
pekerjaan. Di dalam melakukan sebuah pekerjaan, tentunya terdapat hubungan kerja antara
pekerja dan pemimpin perusahaan, dimana hubungan kerja tersebut dituangkan ke dalam
suatu bentuk perjanjian atau kontrak kerja.di dalam kontrak kerja tersebut memuat apa saja
yang menjadi hak dan kewajiban para pekerja dan pengusahanya seperti pendapatan upah/
gaji dan keselamatan kerja.
Hubungan kerja akan tetap ada selama pejanjian kerja mengikat kedua belah pihak. Apabila
perjanjian kerja masih mengikat kedua belah pihak, kemudian akan ada pemberhentian kerja
sepihak dari perusahaan maka disebut pemutus hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja
yang terjadi secara sepihak yaitu oleh pihak pengusahanya. Harapan untuk mendapatkan
penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup telah pupus begitu saja lantaran terjadinya PHK
yang tidak disangka-sangka oleh para pekerja. Hal ini dikarenakan kondisi kehidupan politik
yang goyah, dan kondisi perekonomian yang berdampak pada banyak industri yang harus
gulung tikar, dan berdampak pada pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan sangat
tidak terencana. Namun, mau tidak mau para pekerja/buruh harus menerima kenyataan bahwa
mereka harus menjalani PHK.
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Makalah
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulisnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemutusan Hubungan Pekerjaan
Pemutusan Hubungan Pekerjaan adalah pengakhiran hubungan kerja antara pimpinan
perusahaan dengan pekerja karena berbagai sebab.
Ketika terjadi PHK, prosedur pertama kali yang harus ditempuh adalah dengan melakukan
musyawarah oleh kedua belah pihak, yaitu pihak karyawan dan perusahaan. Musyawarah ini
bertujuan untuk mendapatkan pemufakatan yang dikenal dengan istilah bipartit. Melalui
musyawarah ini, kedua belah pihak melakukan pembicaraan untuk menemukan solusi terbaik
untuk perusahaan maupun karyawan.
5
2). Media dengan Disnaker
Jika ternyata dalam permasalah yang terjadi tidak bisa diselesaikan dengan cara musyawarah,
maka bantuan tenaga dinas tenaga kerja (disnaker) setempat diperlukan.
Tujuannya adalah untuk menemukan cara penyelesaian apakah melalui mediasi atau
rekonsiliasi
Ketika pada tahap bantuan Disnaker tidak mampu menyelesaikan masalah antara kedua belah
pihak, maka upaya hukum bisa dilakukan hingga pengadilan. Jika memang pada hasil akhir
PHK tetap dilaksanakan, maka diajukan dengan melakukan permohonan secara tertulis
kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Lembaga ini biasa disebut
dengan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), disertai dengan alasan kenapa PHK
dilakukan.
Penetapan tidak diperlukan jika pekerja yang sedang dalam masa masa percobaan bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis, pekerja meminta untuk mengundurkan diri tanpa ada
indikasi adanya tekanan atau intimidasi dari pengusaha. Berakhirnya hubungan kerja sesuai
dengan perjanjian krja dengan waktu ertentu yaitu pekerja mencapai usia pensiun dan pekerja
meninggal dunia. Di dalam surat perjanjian tersebut harus ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
Jika terjadi pemutusan hubungan kerja, perusahaan wajib memberikan uang pesangon atau
uang kompensasi kepada para pekerja yang alasan pemutus hubungan kerjsnys trnyata
ditemukan ketidakadilan. Jika pengusaha ingin mengurangi jumlah pekerja dalam perubahan
operasional, pengusiha harus berusaha merundingkannya dengan pekerja u serikat pekerji.
Jika perundingan tidak dihasilkan kesempatan, maka pengusaha maupun serikat pekerja
dapat mengajukn perselisihan tersebut kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.Hal tersebut diatur dalam UU RI NO.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal
151,154 dan UU RI N0.2 tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial
pasal 1 sd pasal 5.
6
C. Kompensasi Hubungan Kerja
Kompensasi PHK berupa Uang Pesangon dan uang penghargaan masa kerja yang besarnya
disesuaikan dengan masa kerja seseorang di Perusahaan. Dalam hal ini terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja, Pengusaha wajib memberikan Uang Pesangon(UP) atau Uang Penghargaan
Masa Kerja (UPMK) dan Uang Penggantian Hak (UPH) yang seharusnya diterima.
UP,UPMK, dan UPH dihitungberdasarkanupahpekerja dan masa kerjanya.
1. Uang Pesangon
Perhitungan Uang Pesangon (UP) paling sedikit sebagai berikut:
Masa Kerja Uang Pesangon
8
10). Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya
belum dapat dipastikan.
Pemutusan hubungan kerja menurut pasal 153 ayat 2 yaitu pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) batal demi hukum dan
pengusaha wajib memperkerjakan kembali pekerjaan/buruh yang bersangkutan.
Pasal 157
1. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
pernghargaan masa kerja dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima
namun tertunda, terdiri dari upah pokok, segal macam tunjangan yang bersifat
tetap diberikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya. Termasuk harga pembelian
dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila
catu harus dibayat pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap
selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh
pekerja/buruh.
2. Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30kali penghasilan dalam sehari.
3. Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil,
potongan /borongan atau komisi.
9
4. Daam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada
upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12
(duabelas) bulan terakhir.
Pasal 158
1. Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan
alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut:
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang ata uang milih
perusahaan.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan.
c. Melakukan perbuatana susila atau perjudian di lingkungan kerja.
2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) harus di dukung
dengan bukti sebagai berikut :
a. Pekerja / buruhtertangkaptangan;
b. Ada pengakuan dari pekerja / buruh yang bersangkutan atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang bersewenang
di perusahaan yang bersangkutan dan di dukung oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.
3. Pekerja / buruh yang diputus hubungan kerjanya berdasarkan alas an sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dapa t memperoleh uang penggantian hak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 156 ayat (4).
Pasal 159
Apabila pekerja/buruh tidak menerima pemutusan hubungan kerja sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 158 ayat (1) pekerja/buruh yang bersangkutan dapat
mengajukan gugatan kelembagaan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pasal 160
1. Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak berwajib karena diduga melakukan tindak
pidana bukan atas pengaduan pengusaha,maka pengusaha tidak wajib membayar upah
tetapi wajib membayar bantuan kepada keluarga pekerja/buruh.
10
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungannya: 25% (duapuluh lima perseratus) dari rupiah.
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungann : 35% (tigapuluh lima perseratus) dari rupiah.
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan: 45% (empatpuluh lima perseratus) dari rupiah.
2. Bantuan sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulan takwin terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang
berwajib.
Pasal 161
11
Pasal 162
2. Pekerja atau buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) harus memenuh isyarat:
3. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri atas kemauan sendiri
dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.
Pasal 163
12
Pasal 164
Pasal 165
Pasal 166
Dalam hal hubungkan kerja berakhir karena pekerja/buruh meninggal dunia. Kepada
ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya sama dengan
perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
13
Pasal 167
2. Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam
program pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata lebih kecil
daripada jumlah uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2) dan uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh
pengusaha.
Pasal 168
1. Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut
tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus
hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
2. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus diserahkan paling lambat pada hari pertama pekerja/buruh masuk bekerja.
14
Pasal 169
c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga)
bulan berturut – turut atau lebih.
2. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pekerja/buruh berhak mendapat uang pasangon 2 (dua) kali ketentuan pasal 156
ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3),
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4).
15
Pasal 170
Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan pasal 151 ayat
(3) dan pasal 168, kecuali pasal 158 ayat (1), pasal 160 ayat (3), pasal 162, dan pasal
169 batal demi hukum dan pengusah wajib mempekerjakan pekerja/buruh yang
bersangkutan serta membayar seluruh upah dan hak yang seharusnya diterima.
Pasal 171
dimaksud dalam pasal 158 ayat (1), pasal 160 ayat (3), dan pasal 162, dan
pekerja/buruh yang bersangkutan tidak dapat menerima pemutusan hubungan kerja
tersebut, maka pekerja/buruh dapat mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak
tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerjanya.
Pasal 172
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Pemutusan Hubungan Kerja merupakan dinamika dalam sebuah organisasi
perusahaan.dan jika dipandangan mengenai PHK itu negatif maka itu kurang tepat
karena PHK merupakan proses yang akan dialami semua karyawan misalnya
dengan pensiun atau kematian. Maka dari itu Pemutusan Hubungan Kerja dibagi
ke dalam dua bagian yakni Pemberhentian Hubungan Kerja Sementara dan
Pemberhentian Hubungan Kerja Permanen.Kemudian perusahaan setelah
Pemutusan Hubungan Kerja tidak langsung lepas tangan namun masih ada yang
harus diberikan perusahaan kepada karyawan yaitu berupa Uang Pesangon dan
Uang Penghargaan Masa Kerja yang disesuaikan dengan seberapa lama karyawan
itu bekerja untuk perusahaan.
Saran :
Adapun saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini, hendaknya dalam
Pemutusan Hubungan Kerja harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku
agar tidak ada perselisihan dan tidak ada pihak yang merasa di rugikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi Sinar Grafika, 2004, Undang-Undang No.13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan .
Sinar Grafika, Jakarta
https://www.google.co.id/amp/s/atikanafridayanti.wordpress.com/2013/11/21/pemutusan-
hubungan-kerja-phk/amp/com
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/kontrak-kerja/pemutusan-hubungan-kerja.com
18