You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Ns. Tri Wahyuni, M. Kep

Disusun Oleh :
RINTA NURYANI
NIM. RP 23320003

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI REGULER


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023
KONSEP DASAR
SEHAT JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

A. Aspek Kesehatan Jiwa


1. Definisi
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah
ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana
seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu
disebut gangguan jiwa (Pemerintah Republik Indonesia, 2014).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan
bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian lainnya. Bugar dan nyaman
adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai dengan orang yang
mendefinisikan dan merasakannya. Komponen tubuh manusia bukan
hanya fisik , tetapi ada juga psikologis, lingkungan sosial, dan spriritual.
Sedangkan Jiwa yang sehat didefinisikan dengan tepat, meskipun
demikian ada beberapa indikator yang untuk menilai kesehatan jiwa. Karl
Menninger mendefinisikan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang
yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
lingkungannya, dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia (Yusuf,
2015).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan
jiwa bukan sehat fisik, tetapi juga menyangkut bio-psiko-sosio-kultural
dan mampu menyesuaikan diri untuk berinteraksi baik, tepat dengan
lingkungannya.
2. Tanda Sehat Jiwa
Menurut WHO, tanda sehat jiwa, meliputi :
a. Sikap positif kepada diri sendiri
Individu menerima dengan baik dirinya sendiri secara utuh
dan menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri.
b. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri
Individu yang mengalami perubahan dalam tahap tumbuh kembang
dan dapat mengapresikan potensi atau bakat yang ada dalam
dirinya.
c. Integrasi
Individu menyadari bahwa yang ada dalam dirinya adalah satu
kesatuan utuh dan mampu bertahan terhadap stress dan dapat
mengatasi kecemasan yang ada.
d. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Individu memamhami terhadap stimulus eksternal sesuai dengan
kenyataan yang ada, persepsi individu dapat berubah terhadap
informasi baru, dan memiliki empati terhadap orang lain.
e. Otonomi
Individu bisa mengambil keputusan dengan bertanggung jawab dan
mampu mengatur kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa
bergantung terhadap orang lain (Pemerintah Republik Indonesia,
2014).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aspek Kesehatan Jiwa


Menurut (Aprilistyawati, 2013), masalah pada kesehatan jiwa adalah
permasalahan yang harus diatasi secara komprehensif, faktor
pendukungnya adalah sebagai berikut :
a. Faktor fisik (organo biologis)
Faktor fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan jiwa pada
seseorang, contohnya yaitu saat seseorang mengetahui bahwa
tubuhnya digerogoti kanker pada saat itu juga seseorang telag
kehilangan sebagian kehidupannya, walaupun secara pemikiran
sadar teapi mental emosionalnya telah terganggu dan mempercepat
proses penurunan sistem kekebalan tubuh secara drastis dan semngat
hidupnya juga berkurang.
b. Faktor mental/emosional (psikoedukatif)
Kekuatan pada mental dan emosional yang mendukung, dan saran
positif diperlukan untuk membangunkan semangat hidup dalam
mengembalikan kesehatan secara jasmani dan rohani.
c. Faktor sosial budaya (sosial kultural)
Lingkungan keluarga dan satu darah sangat diperlukan untuk
menyempurnakan konsep kesehatan mental emosional seseorang,
komunikasi dalam keluarga sangat dibutuhkan dalam mengatasi
setiap permasalahan yang datang kapan saja dalam hidup. Dalam
keluarga, lingkungan, budaya, sangat menentukan kualitas kesehatan
mental emosional seseorang dalam menghadapi setiap permasalahan
yang ada.

4. Karakteristik Aspek Kesehatan Jiwa


Menurut (Videback, 2012), karakteristik aspek kesehatan jiwa dibagi
menjadi 7, yaitu :
a. Otonomi dan kemandirian
Individu dapat melihat dirinya untuk menemukan nilai dan tujuan
hidup. Individu yang otonomi dan mandiri dapat bekerja secara
independen atau kooperatif dengan orang lain tanpa kehilangan
otonom.
b. Memaksimalkan potensi diri
Individu mempunyai orientasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
c. Menoleransi ketidakpastian hidup.
Individu menghadapi tantangan sehari-hari dengan harapan dan
pandangan positif walaupun tidak mengetahui apa yang akan terjadi
di masa depan.
d. Harga diri
Individu memiliki kesadaran yang realistis terhadap kemampuannya.
e. Menguasai lingkungan
Individu dapat menghadapi dan mempengaruhi kemampuan dan juga
keterbatasannya.
f. Orientasi realistis
Individu mampu menoleransi stres dalam kehidupan, merasakan
cemas atau berduka sesuai dengan keadaan, mengalami kegagalan
tanpa merasakan hancur. Menggunakan dukungan keluarga dan
teman untuk mengatasi krisis karena stres tidak akan berlangsung
selamanya.

B. Anak Usia Sekolah


1. Definisi
Anak usia sekolah 6-12 tahun adalah suatu kelompok yang
mempunyai interaksi yang intensif dengan lingkungan sekolah, teman,
media massa dan program pemasaran perusahaan. Mereka mempunyai
karakter yang mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan termasuk
pergaulannya atau lingkungan sosial. Anak belum mempunyai
pengatahuan yang cukup untuk bisa memilih pergaulan yang baik,
sehingga belum bisa untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk untuknya, sehingga anak mudah terpengaruhi lingkungan.
Permulaan anak usia sekolah dimulai dari umur 6-12 tahun, dimana anak
sedang mengembangkan kemampuannya yaitu seperti berpendapat,
berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain. Mereka melihat
alternatif sebagai hal yang nyata (Wong, 2015).
Anak usia sekolah adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun
dimana pada usia ini anak akan belajar memiliki kemampuan bekerja dan
mendapat keterampilan dewasa, belajar menguasai dan menyelesaikan
tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam berkompetisi kerja dan
merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang baik.
Bisa membedakan sesuatu yang baik atau tidak baik dan dampak
melakukan hal yang tidak baik (Purwanto, 2015).
2. Karakteristik Perilaku Anak Usia Sekolah
Adapun karakteristik perilaku pada anak usia sekolah menurut
Purwanto (2015) sebagai berikut :
a. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah atau rumah.
b. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman,
meraih juara pertama.
c. Terlibat dalam kegiatan kelompok.
d. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya.
e. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur, menyapu, dll.
f. Memiliki hobi tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar.
g. Memliliki teman akrab untuk bermain.
h. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan.

3. Perkembangan Anak Usia Sekolah


Berikut adalah beberapa perkembangan pada anak usia sekolah
menurut Purwanto (2015), yaitu :
a. Fisik dan Motorik
Berat badan sekitar 16-23,6 kg, tinggi badan sekitar 106,6-123,5 cm,
pemunculan gigi insisor mandibula tengah, kehilangan gigi pertama,
sering kembali menggigit jari, lebih menyadari tangan sebagai alat,
suka menggambar, melukis dan mewarnai.
Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan :
1) Bermain kasti, basket, dan bola kaki
Kegiatan ini sangat baik untuk melatih keterampilan
menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya
aturan main, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.
2) Berenang
Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua
unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan
latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan
tubuh.
3) Lompat jauh
Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan
sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus,
yaitu prediksi terhadap jarak.
4) Lari maraton
Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya
yang berbeda.
5) Kegiatan outbound
Seperti halnya berenang, maka dengan ber-outbound semua
kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa
mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan
kedekatan dengan maha pencipta serta kesadaran pentingnya
menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan
tumbuhan.
Stimulus motorik halus yang bisa dilakukan :
1) Menggambar, melukis dengan berbagai media.
2) Membuat kerajinan dari tanah liat.
3) Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari
kain perca.
4) Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.
b. Mental
Mengembangkan konsep angka, mengetahui pagi atau siang,
mengetahui bagaimana yang cantik, jelek dr wajah, mematuhi 3
perintah sekaligus, mengetahui tangan kanan dan kiri,
mendefinisikan objek umum seperti garpu, kursi.
c. Adaptif
Pada saat bermain : memotong, melipat, menjahit dengan kasar bila
diberi jarum, mandi tanpa pengawasan, tidur sendiri, membaca dari
ingatan, dan menikmati permainan mengeja.
d. Personal - Sosial
Dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik, mempunyai cara
sendiri untuk melakukan sesuatu, sering cemburu terhadap adik,
meningkatkan sosialisasi, dan akan curang untuk menang.
e. Stimulasi - Kognitif
Sebelum menstimulasi kognitif anak, orang tua harus mengetahui
terlebih dulu perkembangan kognitifnya sesuai usia. misalnya, untuk
anak balita perkembangan kognitifnya berkaitan dengan
perkembangan berbagai konsep dasar seperti mengenal bau, warna,
huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan
kehidupan sehari-harinya. disamping itu perkembangan kognitif
berkaitan erat dengan perkembangan bahasa. Kegiatan yang bisa
orang tua lakukan guna menstimulasi kognitif anak adalah :
1) Mengadakan acara mendongeng.
2) Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si
anak sendiri.
3) Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah
dia baca.
4) Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan
secara verbal, gambar atau tulisan.
5) Berdiskusi tentang suatu tema.
6) Khusus anak-anak mengoptimalkan fungsi otak, otak kanan
untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan
melalui kegiatan musik dan movement (gerak dan lagu) atau
dengan memainkan alat musik tertentu. Bisa juga dengan
melakukan kegiatan drama.
f. Stimulasi Afeksi
Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonal maupun intrapersonal anak balita maupun 6-12 tahun.
Manfaat utamanya adalah mengembangkan rasa percaya diri,
memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan,
memahami orang lain, dan mau berbagi. Cara memberikan stimulasi
bisa dengan cara sebagai berikut :
1) Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
2) Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan
tidak, serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa
dipahami anak.
3) Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya
dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika
anak dapat mengikuti aturan (terutama pada awal mula
diterapkan suatu aturan).
4) Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah
laku anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan.
Untuk hal ini perlu mempertimbangkan usia anak.
5) Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh,
saat dia sedih, gembira, marah, berikanlah respon yang sesuai
dengan kebutuhannya kala itu.
6) Anak difasilitasi untuk bermain peran.
7) Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik
secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
8) Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.
9) Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan
berbagai permainan dalam rangka mengenalkan aturan main,
sportivitas, dan kompetisi.
g. Stimulasi Spritual
Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang
Pencipta. Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai
hamba tuhan sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu
kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia
menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak memiliki peran
tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk tuhan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan
kecerdasan spritual anak balita dan usia 6-12 tahun adalah sebagai
berikut :
1) Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang
menciptakan. Contoh, siapa yang membuat meja ini? "anak
menjawab, "Tukang kayu". Lalu kita berikan lagi pemahaman
padanya "Apakah sama meja ini dengan tukang kayu yang
membuatnya?".
2) Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya
dengan kebesaran tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
3) Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di
alam dengan kebesaran Sang Pencipta.
4) Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
5) Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak
lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding
makhluk lain di muka bumi.
6) Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai
pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa
yang dia lakukan. Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan
tersebut, kaitkan dengan betapa tuhan itu sangat pengasih dan
pemurah.
7) Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya
menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.

Namun tak hanya itu yang bisa menjamin anak menjadi cerdas.
Lingkungan di mana anak berada sangat memegang peranan penting
untuk membentuknya menjadi anak yang bahagia dan sehat. Jika
bicara ideal, beginilah seharusnya lingkungan anak balita dan anak
usia 6-12 tahun :
1) Dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, di antaranya arena
bermain lengkap dengan prasarananya.
2) Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas
kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keleluasaan bergerak.
3) Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk diwujudkan,
cukuplah membuat lingkungan yang bisa menerima dan
memberi toleransi pada anak dalam berkegiatan. Temanilah
selalu anak saat berekplorasi. Biarkan dia bebas memilih apa
yang akan dikerjakan sepanjang tetap dalam koridor keamanan,
kesehatan, dan kebaikan.
4) Jawablah sebisa mungkin setiap pertanyaan anak, jika tidak bisa,
ajak anak bersama-sama mencari tahu jawaban dari sumber
yang bisa dipercaya, semisal mencarinya dalam kamus atau
bertanya pada pakarnya.

C. Asuhan Keperawatan
Berikut adalah asuhan keperawatan pada anak usia sekolah (Purwanto,
2015), yaitu sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian pada keluarga :
a. Identitas : Nama KK, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat dan tahap perkembangan.
c. Lingkungan: Rumah, lingkungan, sistem sosial.
d. Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota.
e. Penyebab masalah keluarga dan koping.
f. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga.

Pengkajian fokus pada anak usia sekolah :


a. Bagaimana karakteristik teman bermain?
b. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
c. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah
sarana yang dimiliki?
d. Bagaimana temperamen anak saat ini?
e. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang ?
f. Bagaimana pola orangtua menghadapi permintaan anak ?
g. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
h. Kegiatan apa yang diikuti anak selain kegiatan di sekolah?
i. Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah?
j. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah
saat bermain?
k. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
l. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan kalau ada, apa
jenisnya?
m. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
n. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

Berikut format pengkajian perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun)

No Kemampuan Ya Tidak
Kemampuan Klien
1 Mampu BAK/BAB di toilet dan tidak
mengompol
2 Mempunyai teman tetap untuk bermain
3 Menyukai dan ikut berperan dalam kegiatan
kelompok
4 Berteman dengan sesama jenis
5 Berkompetisi dengan teman atau saudara
sebaya
6 Memiliki hubungan yang baik dengan orang
tua
7 Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah
8 Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga
secara sederhana
9 Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
10 Memiliki hobi: naik sepeda, membaca buku,
majalah, cerita anak
11 Tidak ada bekas tanda-tanda luka penganiayaan
fisik dan seksual
Kemampuan keluarga
1 Memfasilitasi anak mengikuti aktivitas
kelompok
2 Membimbing anak dalam pencapaian tugas
perkembangan sesuai kemampuannya
3 Membimbing anak dalam cara berinteraksi
dengan orang lain
4 Membimbing anak dalam kegiatan rumah:
menonton TV, membaca buku cerita, waktu
belajar yang disiplin
5 Melibatkan dan membimbing anak dalam
kegiatan keluarga: berkebun, memasak,
membersihkan rumah, rekreasi bersama
6 Keluarga tidak mencubit, memukul atau
mencela/memaki anak bila anak rewel
7 Tidak mempekerjakan anak secara paksa untuk
mencari nafkah keluarga
8 Memberikan pendidikan yang baik
Sumber : STIKES Yarsi Pontianak

Petunjuk teknis pengisian format :


 Berilah tanda (√) jika klien dan keluarga mampu melakukannya.
 Apabila semua kemampuan tercapai (jawaban “Ya“ mencapai 100%)
maka dikategorikan “Normal”.
 Apabila kurang dari 100% maka dikategorikan “Penyimpangan“.
Kategori :
 Normal : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia
Sekolah
 Penyimpangan : Resiko Ketidaksiapan Peningkatan
Perkembangan Usia Sekolah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.
b. Resiko ketidaksiapan peningkatan perkembangan usia sekolah.

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan
a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
b. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.
c. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
d. Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial.
e. Membentukan identitas dan peran sesuai jenis kelamin.
f. Mengembangkan kecerdasan.
g. Mengembangkan nilai-nilai moral.
h. Meningkatkan peran serta keluarga dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.
Tindakan Keperawatan
a. Pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal.
1) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak.
2) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang.
3) Kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster).
4) Ajarkan kebersihan diri.
b. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus.
1) Kaji keterampilan motorik kasar dan halus.
2) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
(kejar-kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap
bola, lompat tali).
3) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik
halus (belajar menggambar / melukis, menulis, mewarnai,
mmbuat kerajinan tangan seperti vas bunga, kotak pensil,
lampion).
4) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak
untuk bermain.
c. Mengembangkan keterampilan bahasa.
1) Kaji keterampilan bahasa yang disukai anak.
2) Berikan kesempatan anak bicara dan bercerita.
3) Sering mengajak anak berkomunikasi.
4) Ajari anak belajar membaca.
5) Belajar bernyanyi.
d. Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial.
1) Kaji keterampilan adaptasi psikososial anak.
2) Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
teman kelompoknya.
3) Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan.
4) Berikan hadiah atas prestasi yang diraih.
5) Latih anak berhungan dengan orang lain yang lebih dewasa.
e. Membentuk identitas peran sesuai jenis kelamin.
1) Kaji identitas dan peran sesuai dengan jenis kelamin.
2) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh.
3) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan jenis
kelamin anak lain.
4) Berikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin.
f. Mengembangkan kecerdasan.
1) Kaji perkembangan kecerdasan anak.
2) Mendiskusikan kelibihan dan kemampuannya.
3) Memberikan pendidikan dan keterampilan yang baik bagi anak.
4) Memberikan bahan bacaan dan permainan yang meningkatkan
kreatifitas.
5) Membimbing anak belajar keterampilan baru.
6) Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana, misal
masak, membersihkan mobil, menyiram tanaman, menyapu.
7) Latih membaca, menggambar dan berhitung.
8) Asah dan kembangkan hobby yang dimilii anak.
g. Menggembangkan nilai-nilai moral.
1) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak.
2) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang
positif.
3) Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan.
4) Bimbing anak saat menonton TV dan menbaca buku cerita.
5) Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak.
6) Latih kedisiplinan.
h. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak.
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan
keluarga.
4) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang bergizi
dan seimbang.
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan anak
normal pada usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilistyawati, A. 2013, Keperawatan Psikiatri dan Kesehatan Jiwa, Imperium,


Yogyakarta

Pemerintah Republik Indonesia. 2014, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18


Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5571, Sekretariat Negara, Jakarta.

Purwanto, T. 2015, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Videbeck, S. 2012, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.

Wong. D.L. 2015, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Yusuf, A. 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika,


Jakarta.

You might also like