You are on page 1of 14

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PENGERTIAN, SUMBER, DAN JENIS WEWENANG

Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu:
Dr. Rofi Wahanisa, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

1. Alifia Dyah Prameshwari U. 8111421580


2. M. Sahid Muriatama 8111421591
3. Alfandi Khuzaeri 8111421597
4. Restiainy Putri 8111421624
5. Annisa Cahya Madani 8111421626

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas
tentang “Pengertian, Sumber, dan Jenis Wewenang” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Dr. Rofi Wahanisa, S.H., M.H. pada mata kuliah Hukum
Administrasi Negara sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah yang kami buat bisa menambah wawasan bagi para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Semarang, 31 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6

2.1 Pengertian Wewenang...........................................................................................6


2.2 Sumber Wewenang beserta Contoh dan Perbedannya..........................................7
2.3 Jenis-jenis Wewenang..........................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wewenang merupakan hak dan kekuasaan pemegang jabatan untuk memilih,
mengambil sikap, dan atau Tindakan tertentu dalam melaksanakan tugas, dan
mempunyai peranan sebagai penyeimbang terhadap tanggung jawab, guna mendukung
berhasilnya pelaksanaan tugas itu sendiri. Dalam suatu struktur dalam pemerintahan
wewenang sangat penting sebagai dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan
kegiatan atau aktivitas dalam suatu organisasi, perusahaan, atau instansi pemerintahan.
Konsep wewenang dalam kajian hukum khususnya Hukum Administrasi dan tindak
pidana korupsi merupakan dua aspek hukum yang saling berhubungan. Menurut tradisi
Ilmu Hukum, Hukum Administrasi berada di antara norma hukum pemerintahan dan
hukum pidana, sehingga dapat dikatakan sebagai “ Hukum Antara “ Setiap norma
Hukum Pemerintahan berdasaerkan Hukum Administrasi di akhiri “ In Cauda Veneum
“dengan sejumlah ketentuan pidana, secara harfiah In cauda venenum berarti ada racun
di ekor/buntut dalam setiap tindak kebijakan.

Hukum administrasi dalam praktiknya menempati posisi dominan dalam


penanganan tindak pidana terkhususnya tindak pidana korupsi, oleh karena itu hakekat
hukum administrasi adalah hukum yang berkaitan dengan wewenang pemerintah dan
kontrol terhadap penggunaan wewenang yang tujuannya untuk melindungi individu atau
masyarakat. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme dilakukan oleh Penyelenggara Negara, antara Penyelenggara Negara dan
Pihak lain baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang bertujuan untuk
meraup atau mencuri uang negara, dengan cara menyalahgunakan kewenangan atau
serta memanfaatkan kewenangan yang dipunya agar dapat menggunakan diri sendiri
atau orang lain, yang berujung pada kerugian Negara atau kerugian perekonomian
Negara.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Wewenang?
2. Dari mana sumber wewenang dapat diperoleh?
3. Sebutkan jenis-jenis wewenang dalam Hukum Administrasi Negara!

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui:
1. Pengertian Wewenang
2. Sumber kewenangan
3. Pengertian Atribusi, Mandat, dan Delegasi
4. Perbedaan Mandat dan Delegasi
5. Jenis – jenis Wewenang

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wewenang

Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah


orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Kewenangan biasanya dihubungkan dengan kekuasaan. Penggunaan kewenangan secara
bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektivitas organisasi. Wewenang biasanya
berkaitan dengan jabatan terutama dalam dunia politik.

Wewenang dapat berupa suatu kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau
pada suatu bidang yang tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan.
Mengapa wewenang ini memerlukan landasan hukum? Alasannya adalah supaya tidak
terjadi kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh individu atau oknum tidak
bertanggung jawab.

Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari Undang-Undang,


kewenang merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari posisi atasan
kebawahan didalam organisasi. Dengan adanya wewenang segala peraturan dan norma-
norma akan dipatuhi oleh semua masyarakat. Dengan demikian wewenang akan muncul
sehubungan dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin, wewenang tersebut
dapat berupa lisan maupun tulisan yang didasari oleh Undang-Undang yang berlaku dan
disetujui oleh semua pihak.

Kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan, baik terhadap segolongan orang


tertentu maupun kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat,
yang berasal dari kekuasaan legislatif, maupun kekuasaan pemerintah. Sedangkan
wewenang hanya mengenai suatu bidang tertentu saja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti wewenang “kekuasaan


membuat keputusan memerintahkan dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang

6
lain.” Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang induvidu yang
melakukan sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu yang diakui oleh induvidu lain
dalam suatu kelompok tertentu.

Namun menurut Bagir Manan, istilah “wewenang” dalam bidang hukum itu
tidaklah sama dengan “kekuasaan”. Hal tersebut karena dalam “kekuasaan” seolah
menggambarkan adanya hak untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu, tetapi dalam
“wewenang” berarti hak dan kewajiban secara sekaligus.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wewenang ini adalah suatu
hak dan kewajiban seseorang untuk melakukan suatu tugas tetapi dirinya juga dapat
mempengaruhi orang lain supaya mengerjakan tugas tersebut demi tercapainya suatu
tujuan.

2.2 Sumber Wewenang beserta Contoh dan Perbedannya

Di dalam negara hukum dikenal atas legalitas yang menjadi pilar utamanya dan
merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam setiap penyelenggaraan
pemerintahan dan keneharaan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara
hukum dan sistem konstitunental. Philipus M. hadjon mengemukanan bahwa
kewenangan diperoleh melalui tiga sumber yaitu ; atribusi, delegasi, mandat.

1. Atribusi
Yakni pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada
organ pemerintahan. Atribusi wewenang dalam peraturan perundang-undangan adalah
berupa pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yakni oleh
UUD 1945 atau Undang-Undang kepada suatu lembaga negara atau pemerintahan.
Sebagai contoh : Atribusi kekuasaan Presiden dan DPR untuk membentuk Undang-
Undang.
Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UU Administrasi Pemerintahan), Atribusi adalah pemberian

7
Kewenangan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Atribusi
apabila:
1) diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan/atau undang-undang;
2) merupakan Wewenang baru atau sebelumnya tidak ada; dan
3) Atribusi diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.

2. Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada organ pemerintahan lainnya. Berdasarkan UU Administrasi Pemerintahan,
delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah
dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima
delegasi.
Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, yang ada hanya pelimpahan
wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak
lagi berada pada pemberi delegasi, tetapi beralih pada penerima delegasi. Sebagai
contoh : Pelaksanaan persetujuan DPRD tentang persetujuan calon Wakil Kepala
Daerah.
Contoh lain dari pelimpahan wewenang melalui delegasi:
OJK Resmi Ambil Alih Tugas BI Awasi Perbankan. Setelah melalui proses
panjang, akhirnya pengalihan pengawasan perbankan dan nonperbankan resmi
dilimpahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai 1 Januari 2014.Sebelumnya,
tugas tersebut selama ini berada di tangan Bank Indonesia (BI).
Berlangsung di kantor Bank Indonesia (BI), transisi pengawasan ini ditandai
denganserah terima fungsi pengaturan dan pengawasan mikro prudensial oleh Gubernur
BankIndonesia (BI) Agus Martowardojo kepada Ketua OJK Muliaman D Hadad.

8
Dalam acara pengalihan fungsi ini, turut hadir seluruh jajaran BI dan OJK.
Kedualembaga ini berbaur menjadi satu demi tujuan bersama untuk meningkatkan
pengawasansistem perbankan, non perbankan dan pasar modal di Tanah Air.
Menurut Agus Martowardojo, pengalihan fungsi ini merupakan pondasi
untukmenghadapi tantangan global untuk membangun sistem keuangan dan
pengawasan diindustri perbankan, non bank dan pasar modal. "Pengalihan fungsi
pengaturan danpengawasan bank dari BI ke OJK menjadi tonggak bersejarah untuk
menghadapi sistemkeuangan yang kuat. Sehingga kita akan semakin kuat dalam
menghadapi shock global,"terang dia saat memberi sambutan di acara Transisi
Pengawasan Bank di kantornya, Jakarta,Selasa (31/12/2013). Penyerahan tugas tersebut
merupakan langkah pelaksanaan amanahUndang-undang (UU) Nomor 21 Tahun 2012
tentang OJK. Selama ini, tambah Agus,kekuatan sistem keuangan Indonesia mampu
menyerap shock global dengan baik. Hal inidibuktikan dengan stabilnya kinerja sektor
perbankan.
"Kemampuan modal, likuiditas dan profitabilitas sektor perbankan di Indonesia
sangat kuatdan stabil. Semua ini dihasilkan dari perilaku manajemen perbankan yang
menerapkanbudaya risiko yang baik dan menjalankan aspek kepatuhan," tandasnya. Dia
optimistis, masatransisi dapat berjalan dengan baik. Tidak ada perubahan pengaturan,
perizinan dan lainnya.Ini adalah permulaan bagi OJK untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan yang berkontribusiterhadap perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, OJK
tidak akan berjalan sendiri karenadidukung oleh pemerintah, Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dan lembaga lain serta putraputri terbaik dari BI.
"Kami mendukung penuh putra putri BI untuk mengawal masa transisi ini supaya
dapattercipta sistem keuangan yang terintegrasi dengan OJK. Integritas dan kompetensi
akan tetapmelekat di mana putra putri ini bertugas serta terus menjunjung tinggi etos
kerja," pungkasAgus.

3. Mandat
Yakni ketika organ pemerintahan telah memberikan izinnya kepada organ
pemerintahan lain untuk menjalankan kewenangan yang diberikan atas nama pemberi
mandat. Dalam Hukum Administrasi Negara, mandat ini dapat diartikan sebagai

9
perintah untuk melaksanakan tugas dari atasan dan kewenangannya dapat berubah-ubah
sesuai pemberi mandat sehingga tidak akan terjadi peralihan tanggung jawab.
Penerima mandat hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat, tanggung
jawab akhir keputusan yang diambil penerima mandat tetap berada pada pemberi
mandat. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menerima Mandat harus
menyebutkan atas nama Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
Mandat. Sebagai contoh : Tanggung jawab memberi keputusan-keputusan oleh menteri
dimandatkan kepada bawahannya.
Contoh lain dari mandat:
Surat Perintah Sebelas Maret atau Surat Perintah 11 Maret yang disingkat
menjadiSupersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden
RepublikIndonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima
KomandoOperasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala
tindakan yangdianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat
itu.
Surat Perintah Sebelas Maret ini adalah versi yang dikeluarkan dari Markas Besar
AngkatanDarat (AD) yang juga tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebagian
kalangansejarawan Indonesia mengatakan bahwa terdapat berbagai versi Supersemar
sehingga masihditelusuri naskah supersemar yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno
di Istana Bogor.

Berikut adalah beberapa perbedaan antara delegasi dan mandat:

No Bentuk Mandat Delegasi


.
1 Hakikat Penugasan Pelimpahan wewenang
2 Prosedur pelimpahan Dalam hubungan rutin atasan Dari suatu organ pemerintahan
bawahan, hal biasa kecuali ke organ lain (menggunakan

10
dilarang tegas peraturan perundang-undangan)
3 Tanggung jawab jabatan Tetap pada pemberi mandat Beralih ke delegataris
dan tanggung jawab gugat
4 Tanggung jawab pribadi Ditanggung oleh pelaku Ditanggung oleh pelaku
karena maladministrasi
5 Kemungkinan bagi Wewenang tersebut dapat Wewenang tidak dapat
pemberi kembali digunakan setiap saat digunakan kembali, kecuali
menggunakan wewenang setelah ada pencabutan
6 Tata naskah dinas Menggunakan a.n. (atas Tidak menggunakan singkatan-
nama), u.b. (untuk beliau), singkatan seperti pada mandat
a.p. (atas perintah) (langsung)

2.3 Jenis-jenis Wewenang

Dalam ranah hukum administrasi negara, jenis wewenang dibagi menjadi tiga, yaitu
yang bersifat publik, bersifat privat, dan berdasarkan fungsi tugas.
1. Jenis wewenang publik
a. Wewenang Prelebel, untuk membuat keputusan tanpa harus meminta
persetujuan pihak manapun dalam konteks organ kelembagaan
pemerintah.
b. Wewenang Ex-officio, adalah wewenang dalam rangka pembuatan
keputusan yang diambil, sebagai wakil dari jabatannya
(ambtdrager/ambtenair), sehingga memerlukan persetujuan kolektif
yang diwakilinya.
2. Jenis wewenang privat
a. Wewenang Personal, bersumber pada intelegensi, pengalaman, nilai
atau norma, dan kesanggupan untuk memimpin.
b. Wewenang Official, resmi diterima dari sumber wewenang yang
berada di atasnya.
3. Jenis wewenang berdasarkan fungsi tugasnya

11
a. Wewenang terikat, terjadi jika peraturan dasar menentukan secara
rinci mengenai penggunaan wewenang dalam pengambilan
keputusan.
b. Wewenang fakultatif, terjadi jika peraturan dasar memberikan
alternatif pilihan penggunaan wewenang dalam pengambilan
keputusan.
c. Wewenang bebas, terjadi jika peraturan dasar memberikan ruang
lingkup kebebasan untuk menentukan sendiri penggunaan wewenang
dalam pengambilan keputsusan.

12
BAB III

PENUTUP

13
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Arif. Bahan Ajar Hukum Administrasi Negara

Layliyah, Nafisakhatul. (2019). WEWENANG DALAM HUKUM ADMINISTRASI


NEGARA.

14

You might also like