You are on page 1of 14

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)

2018, Vol. 26, No. 1, 28 – 41 ISSN 2528-5858 (Online)


DOI: 10.22146/buletinpsikologi.30884 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Perbandingan Inferensi Kausal


Versi Donald Campbell dengan Donald Rubin
T. Dicky Hastjarjo1
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract

In a psychological experiment the manipulation of independent variable is deliberately


introduced to observe its effects on the dependent variable. The cause-effect relationship
then is infered. This article explained briefly two models of causal inferences. One model
developed by Donald Campbell are more focused on design elements in ruling out threats to
validity. On the other hand, Rubin’s model of causal inference emphasized in mathematical
precision of the causal effects. The comparison of the two different but complementary
models involves both randomized experiment and observational study.
Keywords: causality; causal model; causal inference; experimental validity; threats to validity

Pengantar kausalitas selama lebih dari setengah abad.


Namun demikian kausalitas juga diterang-
Penelitian 1psikologi dengan metode kuan- kan dari perspektif lain secara intensif oleh
titatif, baik noneksperimen maupun ekspe- Donald Rubin (1974, 1986, 2004, 2005).
rimen, pada umumnya menguji hubungan Hastjarjo (2011) telah menulis panjang lebar
antara dua variabel atau lebih. Hubungan prinsip kausalitas menurut tradisi yang
antar variabel dinyatakan dengan pernya- dikembangkan oleh Donald Campbell, kali
taan jika X maka Y. Hubungan antara ini akan dibandingkan dengan pandangan
variabel X dengan Y dalam penelitian Donald Rubin mengenai kausalitas.
eksperimental dapat mencerminkan Terdapat persamaan antara keduanya
hubungan sebab-akibat atau kausal (cause- namun juga ada perbedaan tajam antara
effect relationship). Sebuah penelitian eksperi- pendekatan Campbell dengan Rubin
mental mampu menyimpulkan hubungan (Shadish, 2010). Uraian mengenai latar
kausal oleh karena variabel penyebab belakang kedua tokoh ini akan membantu
dengan sengaja dimunculkan oleh peneliti memberi gambaran perbedaan perspektif
atau bahasa metodologisnya terdapat mereka tentang kausalitas.
manipulasi variabel independen. Kausalitas
Donald Campbell berlatar belakang
merupakan salah satu kajian utama dalam
pendidikan psikologi mulai dari sarjana
psikologi eksperimen.
sampai doktor dan berkarir di dunia
Donald Campbell (1957) dan bersama pendidikan tinggi sampai meninggalnya di
kolega (1966, 1979, 2002) telah merintis serta bulan Mei 1996. Hasil pemikirannya sangat
menyempurnakan penjelasan mengenai dikenal di kalangan psikologi dan pendi-
dikan dengan konsep seperti eksperimen-
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan kuasi (quasi-experiment), validitas internal
melalui: dickyh@ugm.ac.id

28 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

(internal validity), validitas eksternal (external eksperimen-kuasi serta eksperimen acak


validity) dan ancaman terhadap validitas yang digunakan di berbagai ranah ilmu
(threats to validity). Sementara itu, Donald pengetahuan keperilakuan. Selama hampir
Rubin adalah pemegang gelar sarjana lima puluh tahun Campbell dan kolega
psikologi namun meneruskan kuliah di (Campbell & Stanley, 1966; Cook &
program statistika sehingga mendapatkan Campbell, 1979; Shadish, Cook & Campbell,
gelar doktor statistika. Sesudah bertugas 2002) mengumpulkan serta menyempur-
sebentar di lembaga ternama Educational nakan daftar ancaman terhadap validitas
Testing Service (ETS) Rubin kembali ke eksperimen (Shadish, 2010; West &
dunia perguruan tinggi sebagai pakar Thoemmes, 2010). Konsep kuncinya adalah
statistika. Rubin terkenal dengan gagasan mengenai ancaman yang masuk
pemikirannya mengenai topik eksperimen akal (plausible) terhadap validitas, yakni
nonacak (nonrandomized experiment) serta faktor-faktor yang mungkin dapat berpo-
metode praktis untuk mengatasi problem tensi melemahkan sejumlah aspek proses
eksperimen lapangan nonacak. Rubin inferensi kausal dalam seting penelitian
mempopulerkan metode seperti analisis tertentu. Tugas peneliti adalah melakukan
sekor propensitas (propensity score analysis), identifikasi mengenai ancaman yang masuk
dan model kausal Rubin. Hasil pemikiran akal terhadap validitas dan fitur-fitur yang
Rubin kurang dikenal di kalangan psikologi dapat berpotensi meniadakan ancaman
namun lebih dikenal dalam bidang serta memasukkan fitur tersebut kedalam
statistika, kedokteran dan kesehatan unsur rancangan eksperimen. Campbell
masyarakat. Ironisnya, publikasi pertama (1957, 1966) merumuskan dikotomi penting
Rubin mengenai kausalitas diterbitkan sewaktu peneliti membuat inferensi kausal
ditahun 1974 di jurnal psikologi, yaitu dari eksperimen, yaitu validitas internal dan
Journal of Educational Psychology (Rubin, validitas eksternal. Validitas internal
1974; Shadish, 2010). Kedua tradisi yang berkaitan dengan pertanyaan “Apakah
menjelaskan kausalitas ini berkembang benar perlakuan eksperimental membuat
terpisah dan kedua pakar jarang mengutip perbedaan pada variabel eksperimen
pemikiran satu sama lain. Artikel ini akan tertentu” (1957, h. 297; 1966, h. 5). Validitas
mengupas teori tentang kausalitas dari dua internal adalah dasar minimal yang harus
perspektif yang berbeda yaitu Donald dipenuhi sebab jika tidak dipenuhi maka
Campbell dengan Donald Rubin. sebuah eksperimen menjadi tidak bisa
Pembandingan inferensi kausal yang ditafsirkan.
dikembangkan Campbell dengan yang Tradisi MKC mutakhir (Cook &
dikembangkan Rubin dalam artikel ini akan Campbell, 1979; Shadish, Cook & Campbell,
berdasarkan sistematika tulisan West dan 2002) membedakan empat tipe validitas
Thoemmes (2010). eksperimen: validitas konklusi statistik,
validitas internal, validitas konstruk serta
Pembahasan validitas eksternal (lihat juga Hastjarjo,
2014). Kajian West dan Thoemmes (2010)
Model Kausal Campbell (MKC) menitikberatkan permasalahan validitas
internal sebagai pertimbangan utama
Model Kausal Campbell (selanjutnya
mengenai inferensi kausal. Mereka memberi
disingkat MKC) mengembangkan sebuah
contoh dengan menggambarkan X sebagai
pendekatan praktis mengenai inferensi
indikator perlakuan (misal, 1 = perlakuan/
kausal dalam rancangan pra-eksperimen,

Buletin Psikologi 29
HASTJARJO

treatment [T]; 0 = Kontrol/Control (C) serta Y MKC (Model Kausal Campbell) dengan
sebagai variabel dampak (outcome variable) MKR (Model Kausal Rubin).
(variabel dependen). Validitas internal Dengan berasumsi bahwa (a) semua
mempermasalahkan apakah hubungan partisipan mengalami prosedur eksperi-
antara perlakuan dengan dampak adalah mental yang sama kecuali kondisi perla-
bersifat kausal pada populasi penelitian. kuan serta (b) semua partisipan diukur baik
Apakah manipulasi variabel independen X pada waktu baseline maupun dampak, maka
menghasilkan perubahan pada Y? Memang menurut MKC ancaman utama terhadap
sejak awal Campbell (1975) lebih validitas internal seperti maturasi, sejarah
menekankan validitas internal dengan serta seleksi dapat ditiadakan. Sebuah
menulis “validitas internal adalah ancaman akan menimbulkan persoalan jika
pertimbangan lebih dulu dan sangat ancaman tersebut bekerja secara berbeda
diperlukan” dan “dasar terendah agar pada kelompok T dan C. Ancaman tersebut
setiap eksperimen dapat diinterpretasikan terutama adalah ancaman yang merupakan
sehingga diberi sebutan “the sine qua non” interaksi antara sebuah ancaman lain
(Campbell & Stanley, 1966). West dan dengan ancaman karena seleksi yang
Thoemmes (2010) perlu memberi catatan disebabkan kemungkinan partisipan pada
bahwa validitas internal tidak kelompok T dan C sudah berbeda pada saat
mempermasalahkan aspek khusus/tertentu awal eksperimen. West dan Thoemmes
dari perlakuan yang menghasilkan (2010) memberi contoh penelitian mengenai
perubahan maupun aspek khusus/tertentu efek dua metode mengajar pada pening-
dari dampak yang mengalami perubahan katan prestasi matematika. Dua metode
tersebut. mengajar tadi adalah metode mengajar
dengan bantuan komputer dibandingkan
Validitas Internal dengan metode pengajaran baku di kelas.
MKC menitikberatkan pada konsep Kelompok perlakuan T mendapatkan meto-
ancaman terhadap validitas internal yang de pengajaran dengan bantuan komputer
membuat identifikasi mengenai alasan sedangkan kelompok kontrol C menda-
tertentu mengapa peneliti bisa salah dalam patkan metode pengajaran baku. Semua
mengambil inferensi kausal. Campbell siswa mendapatkan pengukuran baseline di
(1957) serta Campbell & Stanley (1966) pada awal masa sekolah dan pengukuran
awalnya menyajikan delapan ancaman dampak perlakuan di masa akhir sekolah
terhadap validitas internal, lalu berkembang serta mereka semua mengalami prosedur
di buku kedua (Cook & Campbell, 1979) eksperimental yang identik terkecuali
menjadi 13 ancaman serta disempurnakan perlakuan. Ancaman terhadap validitas
lagi di buku ketiga (Shadish et al., 2002) internal akan merupakan interaksi antara
menjadi 9 ancaman terhadap validitas (1) seleksi dengan maturasi. Siswa di
internal. West dan Thoemmes (2010) kelompok T dan C mungkin secara alamiah
memfokuskan pada rancangan eksperimen bertumbuh-kembang dengan laju kecepatan
yang membandingkan kelompok T dan C yang berbeda bahkan dalam ketiadaan
yang mengandung baik pengukuran baseline perlakuan. Misalnya, siswa yang berbakat
(pra perlakuan) serta dampak (pasca (gifted) akan lebih banyak memperoleh
perlakuan). Rancangan inilah yang mereka peningkatan prestasi dibanding siswa
gunakan untuk membandingkan perspektif berkecerdasan rata-rata bahkan seandainya
mereka mendapatkan metode mengajar

30 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

yang sama, (2) seleksi dengan sejarah. maka pengukuran pra perlakuan atau
Partisipan di kelompok T dan C mungkin pretes tambahan dapat digunakan untuk
mengalami kejadian historis yang berbeda. mengestimasi kecenderungan maturasional
Misalnya, di satu kelompok diubah menjadi di setiap kelompok sebelum perlakuan
kelas kecil oleh aturan kepala sekolah, diberikan. Prioritas MKC adalah lebih pada
sementara di kelompok lain tetap menjadi penyempurnaan rancangan dibanding
kelas besar. Kelompok kelas kecil mungkin penyesuaian analisis statistika.
memperoleh peningkatan prestasi matema- Shadish (2010) menyatakan bahwa
tika lebih besar dibanding kelompok kelas tradisi MKC yang memprioritaskan vali-
besar, (3) seleksi dengan instrumentasi. ditas internal tentu lebih berfokus pada cara
Partisipan kelompok T dan C mungkin merancang eksperimen yang mampu
mendapatkan pengukuran dampak yang meningkatkan validitas internal daripada
berbeda atau alat ukur dampak mungkin tipe validitas lain. Cara pertama mem-
mempunyai properti pengukuran berbeda bangun inferensi kausal yang kuat adalah
pada kedua kelompok (Misalnya, terjadi dengan merancang eksperimen yang
efek lantai/floor effect atau efek atap/ceiling mampu mengurangi “jumlah hipotesis
effect, atau struktur faktor yang berbeda). tandingan yang masuk akal untuk menjelas-
Satu kelompok mungkin berubah karena kan data”. Cara kedua adalah melakukan
diukur dengan pengukuran pascaperlakuan asesmen ancaman terhadap validitas
yang lebih mudah yang menyebabkan eksperimen sesudah penelitian selesai dila-
prestasi matematika menjadi lebih tinggi kukan. Cara kedua ini sebenarnya kurang
walaupun bukan karena efek kurikulum meyakinkan namun terkadang merupakan
baru tersebut, (d) seleksi dengan regresi satu-satunya pilihan yang ada ketika
statistik. Satu kelompok mungkin diseleksi rancangan yang lebih kuat tidak dapat
menurut skor baseline yang ekstrim dipakai atau untuk keperluan mengkritisi
sedangkan di kelompok lain diseleksi penelitian yang telah selesai. Inilah
menurut nilai rata-rata. Dalam kasus ini sebabnya MKC selalu berusaha mencari
maka besarnya regresi ke arah rerata pada rancangan baru yang mampu meningkat-
dua kelompok tersebut akan berbeda serta kan inferensi kausal. MKC lebih menekan-
menghasilkan artefak yang seakan-akan kan pentingnya rancangan daripada analisis
efek perlakuan. statistika. Lebih baik mempunyai sebuah
rancangan eksperimen yang meniadakan
Cara Mengatasi Ancaman terhadap Validitas ancaman terhadap validitas sebelum
Internal: Unsur Rancangan. penelitian dilakukan ketimbang mendasar-
Sesudah ancaman terhadap validitas kan diri pada penilaian manusia yang bisa
internal teridentifikasi maka MKC akan salah serta analisis statistika untuk
mengidentifikasi prosedur yang memper- menentukan apakah ancaman terhadap
kecil kemungkinan terjadinya ancaman validitas telah terjadi sesudah penelitian
terhadap validitas internal serta mengiden- selesai. Mengutip Light, Singer & Willet
tifikasi unsur khusus yang dapat ditambah- yang menulis “anda tak bisa memperbaiki
kan pada rancangan sehingga ancaman dengan analisis apa yang telah anda kerja-
tersebut hilang. Misalnya, penempatan kan secara ceroboh dengan rancangan”,
secara acak partisipan ke dalam kondisi Shadish dan Cook (1999) menegaskan “Jika
perlakuan merupakan elemen umum ran- tiba pada inferensi kausal dari eksperimen-
cangan. Jika maturasi merupakan ancaman kuasi, rancangan berkuasa, bukan

Buletin Psikologi 31
HASTJARJO

statistika”. Rancangan diibaratkan sebagai efek perlakuan individual dirumuskan


seorang tuan sedang analisis statistika sebagai YT(u) – YC(u), dimana YT(u)
adalah abdinya tulis mereka berdua (lihat menunjukkan respon Y dari unit u terhadap
juga Hastjarjo, 2010). perlakuan T dan YC(u) menunjukkan respon
unit u terhadap perlakuan C. Pemban-
Model Kausal Rubin (MKR) dingan dua dampak tadi memberikan
rancangan ideal bagi efek kausal.
Model kausal Rubin (selanjutnya disingkat
MKR) atau sering disebut model dampak Rancangan ideal di atas memang
potensial menjelaskan inferensi kausal dari memberi rumusan teoretis yang bermanfaat
perspektif matematika/statistika formal mengenai efek kausal yang bersifat heuris-
(West & Thoemmes, 2010). MKR akan tik. Namun dalam dunia nyata rumusan
memulai penjelasan dengan merumuskan teoretis tersebut adalah sesuatu yang
secara jelas pengertian efek kausal, meme- mustahil dicapai. Misalnya, kalau kembali
rinci asumsi yang diperlukan untuk pada contoh penelitian mengenai efek
membuat inferensi kausal untuk setiap pengajaran dengan bantuan komputer (T)
rancangan, serta memberikan notasi mate- dibandingkan pengajaran baku di kelas (C)
matika yang jelas juga. Selain presisi untuk meningkatkan prestasi matematika.
matematis, kegunaan perspektif MKR pada Peneliti tidak mungkin memberikan T dan
bidang terapan terletak pada nilai heuristik mengukur dampaknya, menempatkan lagi
dari konsep dampak potensial (potential partisipan pada waktu dan tempat yang
outcomes). Konsep dampak potensial ini sama/identik kemudian memberikan C dan
telah terbukti memberikan cara berpikir mengukur dampaknya (lihat juga Hastjarjo,
yang generatif mengenai bagaimana 2011, hal 4-5 mengenai kemustahilan
memperoleh estimasi yang tepat mengenai mengamati secara langsung prinsip kontra-
besaran efek kausal yang diinginkan bagi faktual dalam menentukan efek/akibat).
permasalahan penelitian yang sulit. Akibatnya, peneliti harus memilih ran-
cangan yang mendekati rancangan ideal
Model Dasar tersebut. Rancangan yang pada umumnya
digunakan adalah rancangan eksperimen
Uraian mengenai MKR diawali dengan
acak (dengan asumsi tambahan) yang akan
konsep the causal estimand, yakni besaran
memberikan estimasi yang tidak bias
perbedaan dalam Y yang disebabkan hanya
mengenai efek kausal rata-rata dalam
oleh karena perlakuan. West dan
populasi, UT - UC.
Thoemmes (2010) merumuskan the causal
estimand dengan memulai dari sebuah unit Terdapat tiga implikasi penting dari
yang diukur tanpa kesalahan (error). Sebuah rumusan efek kausal tadi. Pertama, Model
unit khas dalam psikologi adalah seseorang tersebut membuat jelas bahwa peneliti
partisipan manusia meskipun sebuah unit membandingkan dua perlakuan. Penelitian
bisa saja seekor hewan, kelompok, komu- psikologi biasanya membedakan antara
nitas dan sebagainya. Perlakuan T diberikan kelompok eksperimen dengan kelompok
kepada partisipan dan variabel dampak Y kontrol, yang kemungkinan dua-duanya
diamati. Idealnya, perlakuan pembanding/ efektif memengaruhi variabel dampak.
kontrol C diberikan kepada partisipan yang Bahkan dalam kasus kelompok plasebo
sama pada saat yang sama dan dalam pada penelitian farmasi mungkin saja
konteks yang sama, serta kemudian respon menghasilkan efek farmakologis atau
diamati. Efek kausal setiap partisipan atau kognitif yang memengaruhi dampak pada

32 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

variabel dependen. Kedua, model tersebut mungkin berasal dari populasi berbeda.
membutuhkan sebuah pernyataan yang Pada kenyataannya peneliti mempunyai
tepat mengenai dua perlakuan yang estimasi tentang
dibandingkan. Misalnya, pernyataan terse-
µT(A) - µC(B) (2)
but digambarkan dalam rumusan opera-
sional mengenai kedua perlakuan itu oleh Analisis konseptual Rubin membu-
peneliti. Contoh lain adalah kedua tuhkan asumsi tambahan jika pemban-
perlakuan dapat dibandingkan hanya bagi dingan antara dua kelompok yang
subset orang yang berpotensi mendapatkan ditunjukkan di persamaan 2 merupakan
salah satu perlakuan. Contoh kasus lain lagi pembandingan ideal seperti yang
adalah bahwa peneliti harus secara seksama ditunjukkan oleh persamaan 1A atau 1B.
mengembangkan konseptualisasi mengenai
perlakuan alternatif yang berpotensi Eksperimen Acak
diberikan kepada seorang individu (misal
Para peneliti menilai rancangan eksperimen
dibandingkan dengan perlakuan apa?).
acak adalah rancangan “baku emas (golden
Ketiga, model tersebut membuat jelas bahwa
standard)”. Proses penempatan secara acak
peneliti mampu mengamati dua kumpulan
yang tepat terhadap partisipan ke dalam
partisipan, yaitu (a) kelompok A yang
kondisi perlakuan menghasilkan harapan
mendapat T dan (b) kelompok B yang
bahwa kondisi perlakuan akan secara
mendapat C. Kelompok A dan B mungkin
statistik independen dari baseline kovariat
kelompok yang sudah terbentuk (misal dua
dalam populasi. Independensi statistik
komunitas) atau mereka mungkin kum-
menunjukkan bahwa distribusi kovariat
pulan partisipan yang terseleksi atau telah
yang terukur maupun tak terukur, secara
ditugaskan untuk menerima kondisi T atau
rerata, akan seimbang (misal, mempunyai
C. Sebuah konsep yang paling penting lagi
distribusi sama pada baseline dibawah
adalah konsep dampak potensial (potential
kondisi T dan C). Dua implikasi dari
outcomes) dari dua kelompok hipotetis,
independensi statistik adalah (a) rerata
yakni (c) kelompok A yang mendapat C dan
kondisi T dan C akan sama pada semua
(d) kelompok B yang mendapat T.
kemungkinan kovariat yang terukur
Bayangkan bahwa peneliti akan harus
maupun tak terukur pada saat baseline, (b)
membandingkan rerata dampak dari kedua
kovarians penempatan pada perlakuan dan
perlakuan tadi. Secara statistika, menurut
kovariat yang terukur atau tidak terukur
rancangan ideal maka apa yang peneliti
pada baseline akan bernilai sama dengan 0.
idealnya ingin miliki adalah estimasi baik
Harapan ini berimplikasi bahwa tidak
dari:
terdapat perbedaan pada kovariat potensial
µT(A) - µC(A) atau (1A) antara kelompok T dan C pada saat awal
µT(B) - µC(B) (1B) eksperimen dalam populasi. Harapan ini
merupakan landasan kuat bagi inferensi
A dan B merupakan kelompok yang kausal, meskipun dalam sebuah eksperimen
mendapatkan perlakuan. Baik persamaan tidak ada jaminan bahwa rerata level
1A dan 1B menggambarkan efek kausal pengukuran pra-perlakuan dari dua kondisi
rata-rata. Penting untuk dicatat bahwa perlakuan akan tidak berbeda pada kovariat
persamaan 1A dan 1B mungkin bukan tertentu.
menunjukkan efek kausal rata-rata yang
sama sebab kelompok A dan kelompok B

Buletin Psikologi 33
HASTJARJO

Pandangan Model Kausal Campbell (MKC) perlakuan. Misalnya, dengan contoh


terhadap Eksperimen Acak mengenai prestasi matematika, siswa
dengan kemampuan matematika rendah
Dengan berasumsi bahwa semua prosedur
mungkin akan mengundurkan diri dari
eksperimen adalah sama kecuali hanya
program inovatif baru sedangkan siswa
berbeda perlakuan serta tidak ada atrisi,
berkemampuan matematika tinggi akan
maka terdapat empat ancaman terhadap
mengundurkan diri dari program baku.
validitas internal yang harus ditiadakan
pada rancangan yang membandingkan MKC memfokuskan pada usaha pence-
kelompok T dengan C yang melibatkan gahan ancaman terhadap validitas internal
pengukuran baseline dan dampak pasca daripada melakukan koreksi pada ancaman
perlakuan kepada semua partisipan. Ke tersebut. Shadish et al. (2002) misalnya akan
empat ancaman terhadap validitas internal meminimalkan fitur yang tidak diinginkan
tersebut telah diuraikan di atas (lihat uraian dari kondisi perlakuan dan proses pengu-
interaksi antara faktor seleksi dengan kuran, memonitor atrisi selama eksperimen,
ancaman lain). Penempatan secara acak serta mengembangkan prosedur untuk
membuat faktor seleksi tidak masuk akal mempertahankan dan melacak partisipan.
pada semua variabel yang mungkin terjadi,
baik yang terukur atau yang tidak diukur, Pandangan Model Kausal Rubin (MKR)
sehingga sekaligus meniadakan semua terhadap Eksperimen Acak
interaksi dengan seleksi. Model Rubin membutuhkan asumsi
Perspektif MKC mutakhir (Shadish et tambahan untuk mendapatkan estimasi
al, 2002) menambahkan dua ancaman yang tidak bias dalam eksperimen acak
terhadap validitas internal yang tidak terutama di ranah terapan. Ada empat
mampu dihilangkan oleh penempatan asumsi tambahan. Pertama, ketaatan
secara acak, yakni (1) Fitur yang tidak terhadap perlakuan keseluruhan. Semua
konsisten dari eksperimen. Fitur protokol partisipan dalam rancangan eksperimen
penelitian dalam situasi eksperimen -- misal acak harus menyelesaikan keseluruhan
seting, instruksi, jarak waktu antara protokol perlakuan, tidak boleh ada
pengukuran baseline dengan dampak, sifat partisipan yang mengundurkan diri dari
pemberian tes -- tidak dibuat konstan. perlakuan atau pindah ke perlakuan lain.
Sebagai contoh, partisipan di kelompok Misalnya, dalam eksperimen acak oleh
kontrol diberi alat pengukuran dampak Baker seperti dikutip West dan Thoemmes
yang bentuknya lebih pendek, atau tidak (2010) mengenai pengaruh skrining
diberikan pengukuran baseline sebab mereka mamografi untuk mendeteksi kanker
diprediksi tidak bersifat kooperatif payudara pada wanita berusia di atas 50
dibanding kelompok eksperimen yang tahun, dilaporkan sepertiga dari wanita
mendapatkan perlakuan menyenangkan, (2) yang diberi perlakuan mamografi tidak
Atrisi terkait dengan eksperimen. Atrisi memperoleh skrining, dan banyak wanita
menunjukkan berkurangnya partisipan saat dalam kelompok kontrol tanpa skrining
pengukuran pasca perlakuan baik karena mamografi akan memperoleh skrining di
alasan menolak mengisi kuesioner, tidak luar eksperimen.
hadir saat sesi pengukuran, pindah alamat Kedua, tidak terjadi atrisi dalam
dan sebagainya. Perhatian khusus pada pengukuran pasca perlakuan. Semua
validitas internal akan timbul jika atrisi partisipan eksperimen acak menyelesaikan
berkaitan dengan penempatan dalam pengukuran dampak pasca perlakuan.

34 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

Kegagalan memenuhi asumsi ini yang SUTVA mempunyai dua subasumsi, yakni
umum terjadi adalah partisipan menolak (a) tidak ada interferensi antara unit-unit,
menjawab pertanyaan, mengundurkan diri yakni dampak yang diobservasi pada
sebelum pengukuran pasca perlakuan, atau sebuah unit tidak dipengaruhi oleh
pindah alamat dalam penelitian perlakuan yang didapatkan oleh unit lain,
longitudinal. Dengan adanya ketaatan yakni bahwa baik Yi(1) atau Yi(0) tidak
penuh terhadap perlakuan, maka hanya jika dipengaruhi oleh perlakuan apapun yang
atrisi berbeda antara kondisi T dengan C diterima oleh unit lain, serta (b) tidak ada
yang akan secara teoretis menimbulkan versi tersembunyi dari perlakuan; tidak
problem. peduli bagaimana unit i menerima perla-
Ketiga, Stable Unit Treatment Value kuan 1, dampak yang akan diobservasi akan
Assumption yang disingkat SUTVA. Model menjadi Yi(1) serta secara sama bagi unit
Kausal Rubin bertumpu pada asumsi utama yang mendapat perlakuan 0. Keempat, Efek
yaitu SUTVA yang menyatakan bahwa perlakuan yang konstan (opsional). Dengan
representasi dampak potensial serta efek mempertimbangkan bahwa penempatan
mencerminkan semua nilai yang dapat acak dan tiga asumsi di atas telah terpenuhi,
diobservasi dalam sebuah eksperimen maka MKR memberikan estimasi tidak bias
(Shadish, 2010). SUTVA adalah asumsi tentang efek kausal rata-rata, yakni µT- µC
apriori bahwa nilai Y akan sama untuk unit sebuah efek yang mencirikan populasi
u jika diberikan perlakuan t tidak peduli partisipan yang dapat dirandomisasi. MKR
mekanisme apa yang digunakan untuk menitikberatkan pada efek kausal rata-rata
menempatkan perlakuan t kepada unit u ini. Akan tetapi efek kausal rata-rata ini
serta tidak peduli perlakuan apa yang tidak dapat dikhususkan pada seseorang
diberikan kepada unit lain serta hal ini partisipan, µT(u) - µC(u) efek kausal indivi-
berlaku bagi semua u = 1.....N dan semua t = dual jika eksperimen ideal dapat dilakukan
1....T (Rubin, 1986, h. 961). Tujuan asumsi pada partisipan yang sama pada saat yang
SUTVA adalah menjamin bahwa sebuah sama pada konteks sama. Estimasi tidak
nilai respon akan diamati untuk seseorang bias terhadap efek kausal individual dalam
partisipan di bawah T dan sebuah nilai konteks rancangan eksperimen antar-subjek
respon (diharapkan berbeda) teramati di yang ditempatkan secara acak akan dapat
bawah C. Misalnya, partisipan dalam tercapai dengan menambahkan asumsi
eksperimen prevensi HIV mungkin bahwa efek perlakuan akan konstan sebuah
memiliki penurunan risiko ketularan HIV nilai tunggal akan mencirikan semua
jika partner seksualnya juga seseorang yang partisipan.
dikenakan kondisi perlakuan efektif dari- Bagaimana jika asumsi-asumsi di atas
pada seorang yang dikenakan perlakuan tidak dipenuhi atau dilanggar? MKR
tidak efektif. Contoh lain misalnya menge- menyodorkan konsep LATE (Local Average
nai eksperimen tentang efek cara Treament Effect, Efek perlakuan rata-rata
pengajaran baru yang pernah diuraikan di lokal). Sebelum membahas LATE, perlu
atas, siswa yang dikenakan instruksi penga- memahami dulu kategorisasi partisipan
jaran baku mungkin akan mendapatkan menjadi empat (4) kelompok: Adheres,
bahan metode pengajaran dengan bantuan Always takers, Never takers, dan Defiers.
komputer dari siswa temannya yang Partisipan taat (Adheres) adalah partisipan
dikenakan pengajaran berbantuan kom- yang patuh pada kondisi perlakuan yang
puter. Rubin (2005) menjelaskan asumsi dikenakan kepada mereka. Always takers

Buletin Psikologi 35
HASTJARJO

adalah partisipan yang tidak patuh pada memberi peringatan terhadap penggunaan
kondisi perlakuan yang didapat sebab cara praktis oleh Campbell untuk melaku-
meski berada di kelompok kontrol mereka kan prevensi ancaman terhadap validitas
akan mencari perlakuan. Never takers adalah internal. Kedua perspektif bersifat komple-
partisipan yang selalu menolak perlakuan. menter.
Defiers adalah partisipan yang mencari West dan Thoemmes (2010) mengu-
perlakuan saat di kelompok kontrol dan raikan dua perbedaan antara perspektif
sebaliknya mencari kondisi kontrol saat di MKC dengan MKR, yani MKR lebih
kelompok perlakuan. Efek perlakuan rata- menekankan faktor kepatuhan penuh
rata lokal (LATE) adalah pembandingan terhadap perlakuan serta asumsi SUTVA
antara partisipan taat yang dikenai kondisi dibandingkan MKC. Perbedaan tradisi
perlakuan dengan partisipan taat yang Rubin dengan Campbell berkaitan dengan
dikenai kondisi kontrol. Efek perlakuan kepatuhan terhadap perlakuan serta asumsi
rata-rata lokal dapat dihitung dengan SUTVA tampaknya berkaitan dengan
rumus: perbedaan dalam penekanan di teori
YT  YC mereka. Pertama, Rubin bertumpu pada
LATE  
T pengerjaan yang tepat untuk merumuskan
 perlakuan, tapi bagi Campbell rumusan
Dimana  T merupakan proporsi partisipan operasional hanya merupakan contoh dari
patuh dalam kondisi perlakuan, konstruk yang berkaitan dengan perlakuan
𝑇 adalah rerata kelompok T, c adalah yang digunakan dalam sebuah eksperimen
rerata kelompok C dari analisis ITT (Intent tertentu. Kedua, Rubin mengandalkan pada
to Treat). presisi kerangka dampak potensial, sedang-
kan tradisi Campbell lebih menggunakan
Membandingkan Dua Perspektif MKC dengan prinsip kontrafaktual secara umum.
MKR mengenai Eksperimen Acak Perbedaan ini tampaknya mencerminkan
penekanan dalam tradisi Rubin merumus-
West dan Thoemmes (2010) menyatakan
kan kondisi yang cukup untuk mendapat-
bahwa kedua perspektif secara umum
kan estimasi tepat besaran efek kausal
banyak memiliki kesepakatan dalam
sedangkan tradisi Campbell tampak lebih
mengkaji eksperimen acak. Kedua
menekankan konklusi yang jelas mengenai
perspektif berpendapat bahwa penempatan
arah efek kausal.
secara acak akan menghasilkan estimasi
yang tidak bias tentang besaran serta arah
Studi Observasional
efek kausal. Model MKC lebih menitik-
beratkan metode praktis untuk mencegah Studi observasional adalah penelitian yang
ancaman terhadap validitas internal bertujuan menentukan inferensi kausal,
sedangkan MKR memfokuskan pada namun perlakuan tidak bisa dikenakan
pengembangan asumsi tambahan yang secara random oleh peneliti. Khususnya,
mampu menghasilkan penyesuaian analitis sebuah rancangan dengan kelompok T dan
yang tepat bagi permasalahan sehingga kelompok C dengan pengukuran baseline
besaran yang tepat mengenai efek kausal kovariat, seringkali terdapat pengukuran
dapat diestimasi. MKC masih mau memakai pra perlakuan mengenai dampak.
prosedur penyesuaian statistik Rubin Rancangan ini oleh Campbell dan Stanley
seperti dalam tulisan Shadish et al. (2002, (1966) disebut nonequivalent control group
bab 10) dilain pihak MKR juga tidak design. Studi observasional mewarisi semua

36 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

isu yang diidentifikasikan oleh baik dependent variables) dirumuskan sebagai


Campbell maupun Rubin untuk rancangan sebuah variabel yang diharapkan dapat
eksperimen. Permasalahan utama tambahan dipengaruhi oleh ancaman yang sama
bagi studi observasional adalah bahw dengan yang memengaruhi variabel
aturan subjek ditempatkan kedalam kelom- dampak namun tidak terpengaruh oelh
pok eksperimen dan kontrol tidak diketahui perlakuan. Jiaka variabel dampak menun-
dan harus diasumsikan tidak acak. jukkan dipengaruhi oleh perlakuan
Akibatnya, partisipan di kelompok T dan C sedangkan variabel dependen tak setara
mungkin berbeda pada baseline dalam hal menunjukkan tidak dipengaruhi perlakuan,
kovariat yang terukur maupun tak terukur. maka keyakinan mengenai inferensi kausal
Kovariat ini menjadi penjelasan alternatif akan meningkat. Dengan contoh terdahulu,
yang potensial (pencemar yang terkait pengajaran berbasis bantuan komputer
seleksi) untuk setiap efek perlakuan yang ternyata meningkatkan prestasi matema-
dapat diamati. tika, dan tidak meningkatkan mata pela-
jaran lainnya, dibandingkan pengajaran
Perspektif MKC baku, maka pola hasil eksperimen ini akan
membantu meniadakan ancaman interkasi
Perspektif Campbell menekankan empat
seleksi x sejarah. Ketiga, Penggunaan
ancaman terhadap validitas internal seperti
pengukuran pra perlakuan berulang-ulang. Jika
yang telah diuraikan di atas berkaitan
pengukuran pra perlakuan dapat dilakukan
dengan eksperimen acak, yakni ---seleksi x
beberapa kali, pola maturasi dapat
maturasi, seleksi x sejarah, seleksi – instru-
diestimasi pada kelompok T dan C sebelum
mentasi serta seleksi x regresi statistik.
perlakuan serta kemungkinan dilakukan
Tugas peneliti adalah menggunakan
ekstrapolasi pada periode pasca perlakuan,
pengetahuan ilmiah saat ini untuk membuat
memecahkan ancaman interaksi seleksi
identifikasi ancaman yang paling penting
dengan maturasi.
terhadap validitas internal serta nmnam-
bahkannya kedalam unsur rancangan untuk
meniadakan ancaman tersebut.
Ringkasan
Shadish et al. (2002) menyajikan daftar
Perspektif MKC akan menambahkan unsur
ekstensif dari unsur rancangan sasaran yang
rancangan ke dalam rancangan dasar untuk
dapat berpotensi digunakan untuk menia-
meniadakan ancaman terhadap validitas
dakan keempat ancaman terhadap validitas
dalam sebuah eksperimen tertentu sehingga
internal tersebut. Tiga elemen rancangan
membuat sulit untuk mengidentifikasi
akan diuraikan serta diikuti oleh penggam-
ancaman terhadap validitas (faktor
baran pengunaan untuk memperkuat
pencemar) yang berpotensi menjelaskan
inferensi kausal. Pertama, Matching. Jika
pola hasil yang teramati. Tujuan utama
partisipan kelompok T dan C dapat
adalah meniadakan ancaman validitas
disesuaikan dengan sukses dalam semua
internal dengan menambahkan unsur
kovariat penting yang berhubungan dengan
rancangan. Namun demikian, setiap unsur
bauik perlakuan maupun dampak, maka
rancangan masih dapat diberikan kritikan.
bias seleksi dapat dieliminasi. Strategi ini
Misalnya, variabel dependen tak setara
sering akan, meski tidak selalu, mengurangi
(Nonequivalents dependent variables) mungkin
ancaman interaksi dengan seleksi. Kedua,
berpotensi kurang reliabel.
Nonequivalents dependent variables. Variabel
dependen yang tidak setara (Nonequivalents

Buletin Psikologi 37
HASTJARJO

Perspektif MKR tepat mengenai kovariat baseline setiap


partisipan di kelompok T dengan partisipan
Perspektif Rubin menekankan pencocokan
di kelompok C, maka YTi|COVi – YCi |COVi
(matching) sebagai strategi paling disukai
menunjukkan estimasi tidak bias dari efek
dalam studi observasional. Secara konsep-
kausal individual. Secara umum jika COV
tual, sejauh mana partisipan kelompok
mempunyai distribusi identik pada
kontrol dapat diidentifikasi identik dengan
kelompok T dan C maka kovariat itu tidak
kelompok perlakuan pada saat baseline,
dapat menjadi penyebab efek perlakuan
sebuah estimasi yang tidak bias mengenai
teramati. Salah satu hambatan utama agar
efek kausal individual dapat dicapai.
tercapai pencocokan yang berhasil kebu-
Namun dalam praktek ketika seseorang
tuhan akan kovariat yang jamak. Bahkan
mengestimasi efek kausal rata-rata pemban-
dengan sampel yang banyak cukup sulit
dingan satu kelompok T dengan
untuk mengidentifikasikan kecocokan yang
sekelompok C, seseorang itu tidak yakin
tepat jika banyak variabel dilibatkan. MKR
bahwa kedua kelompok tidak berbeda
mengembangkan metode skor propensitas
dalam pengukuran variabel kunci saat
(propensity scores) untuk memberi solusi
baseline pada populasi. Dari persamaan
bagi proses pencocokan (matching) yang
kedua di atas YT(A) – YC(A) adalah estimasi
melibatkan banyak kovariat.
naif/prima facie dari efek kausal. Dari
perspektif dampak potensial, apa yang Sebuah skor propensitas menunjukkan
diharapkan diestimasi itu adalah sebuah probabilitas seorang subjek akan ditempat-
kombinasi terbobot dari persamaan IA dan kan ke dalam kelompok T adalah 0 < P(T)
IB, π[µT(A) - µC(A)] + π[µT(B) - µC(B)] di <1. Skor propensitas diestimasi berdasar
mana A menunjukkan kelompok yang kovariat yang diukur pada saat baseline,
mendapat perlakuan, B menunjukkan misalnya dengan cara regresi logistik. Jika
kelompok kontrol serta π adalah proporsi pencocokan kelompok T dan C mencapai
populasi yang ada di kelompok perlakuan. keseimbangan dalam hal skor propensitas,
Dengan mempertimbangkan bahwa esti- maka kelompok T dan C diharapkan akan
masi dampak potensial tidak dapat seimbang pada kovariat apapun yang
diobservasi dan bahwa efek kausal sejati diukur darimana skor propensitas dikons-
dari perlakuan relatif terhadap kontrol truksi. Dengan kata lain, jika semua
mungkin berbeda jika diterapkan pada kovariat yang berkaitan dengan baik
kelompok A dan B, maka efek kausal penempatan perlakuan serta dampak telah
naif/prima facie akab bersifat bias. Dengan diukur dan semua skor propensitas ada
kata lain, sejauh bahwa sejumlah variabel diantara angka 0 < P(T) >1, maka mungkin
baseline juga berkaitan dengan dampak, mencapai estimasi yang tidak bias
maka hasilnya akan bersifat bias juga. mengenai efek kausal T. Perbedaan rerata
Semua bagian dari “efek perlakuan” yang kelompok T dan C yang cocok pada skor
teramati mungkin bukan disebabkan perla- propensitas akan menunjukkan efek kausal
kuan melainkan oleh karena perbedaan rerata, E[(YT – YC)]|P(T). Akan tetapi
kelompok dalam hal variabel latar dengan sampel kecil sampai sedang akan
belakang. ada beberapa persoalan untuk mencapai
hasil ideal yang diturunkan dari teori
MKR menggunakan satu kovariat kunci
statistika.
sebagai faktor penting dalam proses
penempatan kedalam kelompok eksperi-
men. Jika dapat dilakukan pencocokan yang

38 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

Pembandingan Perspektif MKC dengan MKR besar sampel yang memadai dan penggu-
mengenai Studi Observasional naan pengukuran yang reliabel agar
mampu meminimalkan kemungkinan tidak
Perspektif Campbell menekankan identifi-
terdeteksinya efek perlakuan yang sesung-
kasi ancaman terhadap validitas dan
guhnya. Ketiga, tradisi MKC meniadakan
memakai fitur rancangan tertentu untuk
ancaman terhadap validitas eksperimen
meniadakan ancaman terhadap validitas
secara dikotomis: ya atau tidak samasekali
yang mengancam rancangan tertentu.
(all or none), yakni ancaman dihilangkan
Strategi ini mendasarkan diri pada penge-
atau tidak dapat menghilangkan ancaman
tahuan ilmiah mutakhir. Strategi ini
samasekali. Reichardt sebagaimana dikutip
mengembangkan sekumpulan hipotesis
West & Thoemess (2010) mengembangkan
yang kompleks mengenai pola hasil yang
prosedur memerinci besaran porsi ancaman
akan seharusnya terlihat di berbagai
yang akan dihilangkan, meski prosedur ini
rangkaian banyak elemen rancangan dan
masih dalam pengembangan lebih lanjut.
membandingkan hasil amatan dengan hasil
yang seharusnya. Konteks penelitian terten- Tradisi Rubin menekankan perkem-
tu akan menentukan ancaman terhadap bangan teori matematis yang elegan yang
validitas tertentu serta elemen rancangan mencoba menghasilkan pencocokan berba-
yang akan dijadikan sasaran. Tidak ada gai pengukuran kovariat antara kelompok
rancangan manapun yang menjadi lebih perlakuan dan kontrol. Pencocokan skor
diutamakan terkecuali rancangan acak. propensitas dapat menghasilkan estimasi
Sejauh hasil cocok dengan pola yang yang tidak bias dari efek kausal. Kunci
dihipotesiskan maka elemen rancangan utama keberhasilan model skor propensitas
akan meniadakan variabel pencemar yang terletak pada kualitas input ilmiah yang
berpotensi mampu memberi penjelasan lain tidak salah terkait pemilihan kovariat pada
terhadap hasil eksperimen. Kegagalan baseline. Tradisi Campbell skeptis terhadap
untuk mencocokan dengan pola hipotesis pencocokan dan tidak memperlakukan
akan menciptakan ketidakpastian mengenai pencocokan lebih utama dibandingkan
apakah ada efek kausal yang sebenarnya. elemen rancangan. Ada empat keberatan
utama yang patut diajukan pada tradisi
Ada tiga alasan utama mengapa
Rubin menurut West & Thoemess (2010)
perspektif Campbell akan dapat mengalami
mengutip Campbell & Erlebacher. Pertama,
permasalahan (West & Thoemess, 2010).
kemungkinan kovariat penting malah tidak
Pertama, tidak semua upaya ilmiah bahkan
disertakan. Kedua, Pengukuran kovariat
pengetahuan ilmiah mutakhir bebas dari
yang penting mungkin reliabilitasnya
kesalahan sehingga mungkin upaya ilmiah
rendah sehingga penyesuaian yang
tersebut tidak akurat. Masih belum ada
dilakukan tidak sempurna. Ketiga, dalam
kepastian bahwa semua ancaman terhadap
beberapa situasi penelitian, partisipan di
validitas telah berhasil diidentifikasi.
kelompok T dan C kemungkinan berkem-
Kedua, sebagian pola hasil yang dihipote-
bang dengan laju yang berbeda, sebuah
siskan menggambarkan prediksi “tak ada
pencemar yang mungkin tidak terdeteksi
perbedaan”, misalnya dua kelompok
oleh penggunaan kovariat pada baseline.
kontrol yang berbeda diharapkan tidak
Keempat, kemungkinan tidak terdapat
berbeda hasilnya satu sama lain; sebuah
tumpang tindih yang cukup memadai
variabel dependen tidak setara diharapkan
dalam hal variabel kovariat antara
tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Namun
kelompok T dengan C.
perlu diperhatikan untuk mendapatkan

Buletin Psikologi 39
HASTJARJO

Penutup Konferensi Nasional mengenai Psiko-


logi Eksperimen, Yogyakarta 27 Januari
Banyak model menjelaskan kausalitas atau 2010.
hubungan sebab-akibat sebagai salah satu
Hastjarjo, T. D. (2011). Kausalitas menurut
kajian psikologi. Tulisan ini membanding-
tradisi Donald Campbell. Buletin
kan model kausal Campbell (MKC) dengan
Psikologi, 19(1), 1-15. doi: 10.22146/ bpsi.
model yang dikembangkan oleh Rubin
11542
(MKR). Model Campbell lebih menekankan
pada rancangan beserta unsur rancangan Hastjarjo, T. D. (2014). Rancangan
yang dapat mencegah ancaman terhadap eksperimen acak. Buletin Psikologi, 22(2),
validitas eksperimen sedangkan model 73-86. doi: 10.22146/bpsi.11455
Rubin lebih menekankan pada metode Pearl, Y. (2000). Causality: Models, reasoning,
membuat estimasi efek kausal secara tepat and inference. New York: Cambridge
dengan prinsip matematika dan statistika. University Press.
Kedua model kausal tersebut menurut West Pearl, Y. (2009). Causality: Models, reasoning,
& Thoemess (2010) bersifat saling meleng- and inference (2nd Ed). New York:
kapi meski terdapat perbedaan. Sebenarnya Cambridge University Press.
masih ada model kausalitas lain yakni
Rubin, B. D. (1974). Estimating causal effects
menurut Pearl (2000, 2009) dan Steyer
of treatments in randomized and
(2017). Steyer berkesempatan memberikan
nonrandomized studies. Journal of
kuliah model kausal di Fakultas Psikologi
Educational Psychology, 56(5), 688-701.
UGM akhir tahun 2017. Model Steyer lebih
maju dari model kausal Rubin serta Rubin, B. D. (1986). Which ifs have causal
menyediakan perangkat lunak untuk answers. Journal of the American
menghitung estimasi dampak potensial Statistical Association, 81(396), 961-962.
serta efek kausal. Dua model kausal terakhir Rubin, B. D. (2004). Teaching statistical
akan diuraikan pada kesempatan yang akan inference for causal effects in experi-
datang. ments and observational studies. Journal
of Educational and Behavioral Statistics,
Daftar Pustaka 29(3), 343-367. doi: 10.3102/10769986029
003343
Campbell, D. T. (1957). Factors relevant to Rubin, B. D. (2005). Causal inference using
the validity of experiments in social potential outcomes: Design, modelling,
settings. Psychological Bulletin, 34(4), decisions. Journal of the American
297-312. Statistical Association, 100(469), 322-334.
Campbell, D. T. & Stanley, J. C. (1966). doi: 10.1198/016214504000001880
Experimental and quasi-experimental Shadish, W. R. (2010). Campbell and Rubin:
designs for research. Rand McNally & Co: A primer and comparison of their
Chicago. approaches to causal inference in field
Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi- settings. Psychological Methods, 15(1), 3-
experimentation: Design & analysis issues 17. doi: 10.1037/a0015916.
for field settings. Houghton Mifflin Co: Shadish, W. R., & Cook, T. D. (1999).
Boston. Comment---design rules: More steps
Hastjarjo, T. D. (2010). Eksperimen-kuasi dan toward a complete theory of quasi-
generalisasi inferensi kausal. Prosiding

40 Buletin Psikologi
INFERENSI KAUSAL DONALD CAMPBELL DENGAN DONALD RUBIN

experimentation. Statistical Science, 14, Steyer, R. (2017). Theory of causal effects.


294-300. Manuscript in preparation. FSU Jena, Jena
Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. West, S. G., & Thoemmes, F. (2010).
T. (2002). Experimental and quasi- Campbell’s and Rubin’s perspectives on
experimental designs for generalized causal causal inferences. Psychological Methods,
inference. Houghton Mifflin Co: Boston. 15(1), 18-37. doi: 10.1037/a0015917.

Buletin Psikologi 41

You might also like