You are on page 1of 19

MAKALAH PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO

HIDRO PADA SALURAN IRIGASI

Mata Kuliah Power Plant Operation

Pendidikan Diploma 4 (D-4) Program Studi Teknik Pembangkit Rekayasa

Teknologi Energi Terbarukan

Jurusan Teknik Mesin

Politeknik Negeri Ujung Pandang

Nur Pratiwi Septiriani 44222201

PENDIDIKAN DIPLOMA 4 (D-4) PROGRAM STUDI TEKNIK

PEMBANGKIT ENERGI SPESIALISASI ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2022
DAFTRA ISI
A. Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ......................... 1
1.1 Pengertian PLTMH ....................................................................................................... 1
1.2 Komponen PLTMH....................................................................................................... 1
B. Perencanaan PLTMH ............................................................................................................. 3
2.1 Survei Awal ...................................................................................................................... 3
2.2 Perhitungan Luas Penampang ................................................................................... 3
2.3 Pengukuran Kecepatan Aliran Air Pada Saluran Irigasi ................................. 4
2.4 Debit Saluran Irigasi ..................................................................................................... 5
2.5 Tinggi Jatuh Efektif Air ............................................................................................... 6
2.6 Daya PLTMH .................................................................................................................. 6
2.7 Penentuan Turbin Yang Digunakan ........................................................................ 6
2.8 Penentuan Generator Dan Pengontrolan PLTMH ............................................. 9
C. Operasional PLTMH ............................................................................................................11
D. Pemeliharaan PLTMH .........................................................................................................11
E. Kesimpulan Dan Saran ........................................................................................................16
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................................16
5.2 Saran..................................................................................................................................16

Page | i
A. Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
1.1 Pengertian PLTMH
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah suatu
pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga
penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Tenaga air berasal
dari aliran air yang dibendung dengan ketinggian tertentu dan memiliki debit
sehingga dapat memutar turbin yang dihubungkan dengan generator listrik.
PLTMH adalah pembangkit listrik berskala kecil dengan output antara 500 -
100 kW (Poapa, 2017).
1.2 Komponen PLTMH

Gambar 1. Layout PLTMH


a. Waduk adalah danau yang dibuat untuk membandung sungai untuk
memperoleh air sebanyak mungkin sehingga mencapai elevasi.
b. Bendung berfungsi menutup aliran sungai – sungai sehingga terbentuk
waduk. Tipe bendungan harus memenuhi syarat topografi, geologi dan
syarat lain seperti bentuk serta model bendungan.

Page | 1
c. Saringan dipasang didepan pintu pengambilan air, berguna untuk menyaring
kotoran – kotoran atau sampah yang terbawa sehingga air menjadi bersih
dan tidak mengganggu operasi mesin PLTMH.
d. Pintu Pengambilan Air berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar kedalam
saluran.
e. Pipa Pesat adalah penyalur air dari head tank yang akan memutar turbin.
Penstock dihubungkan pada sebuah elevesi yang lebih rendah ke sebuah
turbin.
f. Katup Utama (Main Value Atau Inlet Value) dipasang di depan turbin
berfungsi untuk membuka aliran air, memulai turbin atau menutup aliran
(menghentikan turbin). Katup utama ditutup saat perbaikan turbin atau
perbaikan mesin dalam rumah pembangkit. Pengaturan tekanan air pada
katup utama digunakan pompa hidrolik.
g. Power House gedung sentral merupakan tempat instalasi turbin air,
generator, peralatan bantu, ruang pemasangan, ruang pemeliharaan dan
ruang kontrol. Beberapa instalasi PLTMH dalam rumah pembangkit adalah:
 Turbin merupakan salah satu bagian penting dalam PLTMH yang
menerima energi potensial air dan mengubahnya menjadi putaran
(energi mekanis). Putaran turbin dihubungkan dengan generator untuk
menghasilkan listrik.
 Generator adalah generator pembangkit listrik AC. Untuk memilih
kemampuan generator dalam menghasilkan energi listrik disesuaikan
dengan perhitungan daya dari data hasil survei. Kemampuan generator
dalam menghasilkan listrik biasanya dinyatakan dalam Volt Ampere
(VA) atau dalam kilo Volt Ampere (kVA).

Page | 2
Gambar 2. Generator
 Penghubung turbin dengan generator, penghubung turbin dengan
generator atau sistem transmisi energi mekanik ini dapat digunakan
sabuk atau puli, roda gigi atau dihubungkan langsung pada porosnya.
- Sabuk atau puli digunakan jika putaran per menit (rpm) turbin
belum memenuhi putaran rotor pada generator, jadi puli berfungsi
untuk menurunkan atau menaikan rpm motor generator.
- Roda gigi mempunyai sifat yang sama dengan puli.
- Penghubung langsung pada poros turbin dan generator, jika putaran
turbin sudah lama dengan putaran rotor pada generator.
B. Perencanaan PLTMH
2.1 Survei Awal
Nama Lokasi : Kelurahan Ladongi
Titik koordinat latitude : 4° 9'25.56"S
Titik koordinat longtitude :121°54'17.23"E
Kecamatan : Ladongi
Kabupaten/Kota : Kolaka Timur
Provinsi : Sulawesi Tenggara
2.2 Perhitungan Luas Penampang

Gambar 3. Perhitungan Luas Penampang

Page | 3
(Ppermukaan + Pdasar ) × Dtinggi
A=
2
Diketahui :
Ppermukaan = 210 cm
Pdasar = 150 cm
Dtinggi =200 cm
(210 cm +150 cm)×200 cm
Maka, A = = 36000 cm2 = 36 m2
2

2.3 Pengukuran Kecepatan Aliran Air Pada Saluran Irigasi


Pengukuran dengan pelampung adalah metode tertua dan paling sederhana
yang dilakukan untuk menghitung kecepatan aliran di saluran terbuka.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati waktu yang diperlukan
pelampung untuk melewati jarak yang telah ditentukan. Pengukuran dengan
pelampung :
Penggal sungai AB ditentukan jarak (L).

Gambar 4. Pengukuran Dengan Pelampung


Pelampung dilepas di titik 0 ke titik A sepanjang jarak yang telah ditentukan
dengan tujuan agar kecepatan pelampung stabil. Setelah pelampung mencapai
titik A pengukuran waktu dilakukan hingga mencapai titik B dengan
menggunakan stopwatch. Dari hasil pengukuran waktu tersebut maka akan
didapatkan nilai kecepatan (V) dengan membagi jarak (L) terhadap waktu (T)
yang didapat dari hasil pengukuran. Maka untuk menentukan kecepatan aliran
air digunakkan rumus :

Page | 4
L
V=
T
Dimana :
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
L = Jarak tempuh (m)
T = Waktu tempuh (detik)
Diketahui :
L1 = 2 (m) T1 = 2,58
L2 = 2 (m) T2 = 2,36
L3 = 2 (m) T3 = 2,70
L4 = 2 (m) T4 = 2,08
2m
V1 = = 0,775 m/detik
2,58
2m
V2 = = 0,847 m/detik
2,36
2m
V3 = = 0,740 m/detik
2,70
2m
V4 = = 0,960 m/detik
2,08
Tabel 1. Survei Kecepatan Aliran Pada Saluran Irigasi Ladongi
Jenis Jarak Waktu Tempuh Kecepatan
Pengukuran Tempuh (m) (detik) Aliran (m/detik)
V1 2 2,58 0,775
V2 2 2,36 0,847
V3 2 2,70 0,740
V4 2 2,08 0,960
Vrata-rata 0,830
2.4 Debit Saluran Irigasi
Q = Vrata−rata × A
Dimana :
Vrata-rata = Kecepatan aliran rata-rata (m/detik)

Page | 5
m m3
Q = 0,83 × 36 m2 = 29,88
detik detik
2.5 Tinggi Jatuh Efektif Air
Pada pengkuran tinggi jatuh air dapat menggunakan alat ukur atau
Theodolite untuk lebih presisi. Adapun pengukuran tinggi jatuh air (head)
meliputi head aktual dan head geodetik. Head aktual adalah tinggi jatuh air
efektif yang di rancang dan diukur antara permukaan bak penenang (fore bay)
dan permukaan saluran pembuangan (tail race). Sedangkan head geodetik
adalah tinggi jatuh air antara permukaan sungai dan permukaan air laut
(Sulaeman & Jaya, 2014). Untuk pengukuran head aktual yang diukur di lokasi
didapat tinggi jatuh air sebesar 10 meter.
2.6 Daya PLTMH
P = ρ × Q × ∆H × g × η
Dimana :
P = Daya (Watt)
Q = Debit (m3/detik)
H = Beda Ketinggian/Head (m)
g = Percepatan Gravitasi = 9,8 (m/s2)
ƞ = Effisiensi turbin (%)
p =masa jenis (k g/m3)
maka,
kg m3 m
P=1 3
× 29,88 × 10 m × 9,8 2 × 0,7
m detik s
P = 2049,768 Watt = 2050 Watt = 2,05 kW
2.7 Penentuan Turbin Yang Digunakan
Berdasarkan data debit 29,88 m3/detik dan beda ketinggian 10 meter dari
potensi PLTMH di saluran irigasi Ladongi maka digunakan turbin air tipe
kaplan hal tersebut dapat dilihat dari grafik hubungan pada Gambar 5. Pada
umumnya ada dua tipe turbin yaitu turbin implus dan turbin reaksi. Turbin
implus merupakan turbin yang mengandalkan besarnya head tinggi. Sedangkan
turbin reaksi, turbin yang memaksimalkan kekuatan tekanan air dan besarnya

Page | 6
aliran air, cocok untuk kondisi head rendah (Febrianto et al., 2022). Salah satu
turbin reaksi adalah turbin kaplan.

Gambar 5. Grafik Hubungan Beda Tinggi Dengan Debit Dalam Menentukan


Jenis Turbin Yang Digunakan
Tidak berbeda dengan turbin francis, turbin kaplan cara kerjanya
menggunakan prinsip reaksi. Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip
dengan baling-baling pesawat terbang Gambar 6. Bila baling-baling pesawat
terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada kaplan
berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat
menghasilkan torsi pada poros turbin. Berbeda dengan roda jalan pada francis,
sudu-sudu pada roda jalan kaplan dapat diputar posisinya untuk menyesuaikan
kondisi beban turbin Gambar 6. Turbin kaplan banyak dipakai pada instalasi
pembangkit listrik tenaga air sungai, karena turbin ini mempunyai kelebihan
dapat menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang tahun. Turbin kaplan
dapat beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil
dan dapat dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak

Page | 7
penuh turbin kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan
sudu-sudu turbin kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada
(Siahaan, 2019).

Gambar 6. Turbin Kaplan Dan Instalasi Pembangkit Dengan Turbin Kaplan


Adapun untuk nilai efisensi yang digunakan dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 7. Hubungan Antara Efisiensi Dengan Pengurangan Debit


Dari kurva tersebut ditunjukkan hubungan antara efisiensi dengan
pengurangan debit akibat pengaturan pembukaan katup yang dinyatakan dalam
perbandingan debit terhadap debit maksimumnya. Sehinggan di ambil debit
efisensi maksimum turbin kaplan adalah 70 %.

Page | 8
2.8 Penentuan Generator Dan Pengontrolan PLTMH
Berdasarkan SNI 8397-2017 tipe generator yang direkomendasikan untuk
pembangkitan pada pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) yaitu
generator asinkron, generator sinkron dengan sikat arang dan generator sinkron
tanpa sikat arang. Kapasitas generator yang digunakan menyesuaikan produk
standar dari pabrikan dengan pertimbangan daya yang dibangkitkan pada
PLTMH. Jumlah fasa yang direkomendasikan untuk pembangkitan dibawah
5kW dapat menggunakan generator keluaran 1 fase atau 3 fase, sedangkan
untuk pembangkitan diatas 5kW menggunakan generator keluaran 3 fase.
Tegangan generator yang direkomendasikan sebesar 230/400 volt, 220/380
volt, atau 240/415 volt dengan menyesuaikan standar pabrikan (Febrianto et
al., 2022).Generator 3 fasa eksitasi sendiri maupun eksitasi terpisah bisa
menjadi pembangkit alternatif (Ramadhan, 2017). Generator mengkonversi
energi mekanik menjadi energi listrik bolak-balik secara elektromagnetik.
Energi mekanik berasal dari penggerak mula yang memutar rotor, sedangkan
energi listrik dihasilkan dari proses induksi elektromagnetik yang terjadi pada
kumparankumparan stator. Apabila beban dari generator fluktuasi akan
menyebabkan tegangan dan frekuensi generator berubah. Ketika beban
mengalami penurunan maka generator akan overspeed hal ini dapat merusak
dari sisi generator dan juga merusak dari sisi peralatan konsumen (Ardianto et
al., 2019).
Electric load controller merupakan alat control yang digunakan pada
PLTMH agar daya yang dibangkitkan oleh generator selalu bernilai sama
dengan daya yang dipakai oleh beban konsumen. Dalam system ELC
menggunakan thyristor digunakan untuk mengalihkan daya yang tidak terpakai
oleh beban konsumen ke ballast load. Untuk mengatur besar daya yang
dialihkan ke ballast load dapat diatur melalui alphacontroller dimana
digunakan mengatur besar kecilnya sudut penyulutan (firing angle) dengan
skala 0°sampai 180° (Ardianto et al., 2019).

Page | 9
Gambar 8. Diagram pengawatan monitoring system dan ELC
Skema dari pengembangan sistem pemantau parameter kelistrikan dan ELC
terlihat seperti Gambar 7. Sistem yang dikembangkan ini digunakan pada
pembangkit dengan daya target 2 KW. Generator yang digunakan jenis
generator sinkron tiga phase, 220V/380V, empat kutub hubungan Y (way), 20
kW, yang digerakkan oleh kincir air jenis breast shoot. Pada sistem pembangkit
berpenggerak air daya generator dipengaruhi oleh debit air, sedangkan daya
konsumen bervariasi. Agar frekuensi tetap maka putaran generator harus dijaga
tetap pada 1500 rpm. ELC bertugas menjaga agar beban keseluruhan sama
dengan daya yang dibangkitkan generator, walaupun beban konsumen
bervariasi. Jika beban konsumen berkurang, maka kekurangan daya di
konsumen akan ditambahkan oleh ELC pada ballast load, sehingga daya input
sama dengan daya output (Sulistiono et al., 2016).

Page | 10
C. Operasional PLTMH
Pengoperasian PLTMH adalah langkah kerja PLTMH agar dapat berfungsi
optimal. Pengoperasian tersebut memperhatikan kelangsungan daya yang
dihasilkan, kapasitas alat dan ketahanan terhadap bencana. Secara prinsip,
PLTMH harus sebisa mungkin dapat bekerja terus-menerus. Untuk dapat
bekerja dengan optimal maka diperlukan pengoperasian PLTMH.
Operasional PLTMH adalah sebagai berikut :
- Air masuk melalui pintu intake yang telah disaring di trashrack terlebih
dahulu.
- Kemudian air dialirkan menuju bak penenang.
- Aliran dibagi menjadi 2 lajut, dan masing-masing saluran mempunyai
penangkap pasir.
- Sedimen diendapkan di saluran penangkap pasir.
- Air disaring kembali dengan trashrack yang lebih halus
- Air mengalir menuju ruang penstock yang dilengkapi trashrack yang lebih
halus lagi.
- Air mengalir ke penstock menuju turbin.
- Air menggerakkan turbin dan keluar menuju saluran pembuang.
- Rekayasa operasional dilakukan di pintu intake untuk mengontrol debit
yang masuk.
- Kemudian bak pengendap mempunyai dua lajur agar ketika yang satu
sedang dibersihkan maka air tetap dapat mengalir melalui lajur yang lain.
- Pintu penguras pasir secara berkala dikuras dan dalirkan menuju saluran
pembuangan.
- Bak pengendap dilengkapi pelimpah untuk mengantisipasi debit banjir
yang mungkin terjadi.
- Semua saluran pembuang dialirkan menuju hilir sungai
D. Pemeliharaan PLTMH
1. Preventive Maintenance pada PLTMH (Perawatan Pencegahan)
Perawatan pencegahan ini pada umumnya untuk menghindari terjadinya
kerusakan–kerusakan pada mesin, yang biasanya terjadi pada gejala-gejala

Page | 11
ataupun suatu tanda-tanda tertentu. Perawatan pencegahan ini biasanya
dilakukan sebelum mesin mengalami kerusakan, disini diharapkan operator
mesin mengerti mengenai mesin, komponen, dan prinsip kerja mesin
(IBEKA., 2002).
 Pembersihan
Pembersihan mesin dilakukan sebelum dan setelah mesin dioperasikan.
Pembersihan itu sendiri meliputi membersihkan mesin, komponenya,
dan kebersihan lingkungan kerja. Hal ini diharapkan agar proses
produksi dapat berjalan lancar. Pembersihan pada PLTMH ini yaitu :
a. Membersihkan saluran air yang akan masuk kedalam bak air dari
sampah-sampah.
b. Membersihkan sampah-sampah pada saringan bak endapan air.
 Pelumasan
Bantalan atau bearing merupakan komponen yang perlu dilumasi,
karena pelumasan itu sendiri lebih di tunjukan untuk bagian-bagian
yang berputar yang mengalami pergesekan seperti :
a. Pelumasan pada bantalan
b. Pelumasan pada katup penyetel air
Adapun beberapa tujuan mengapa pelumasan itu perlu dilakukan yaitu:
 Memperkecil terjadinya kontak langsung, sehingga keausan dapat
di perlambat.
 Menjaga agar komponen mesin bekerja pada temperatur yang
aman
 Mencegah terjadinya karat
 Memperhatikan kebocoran sheel pada pipa dan rumah turbin.
2. Corrective Maintenance (Perawatan Perbaikan)
Perawatan perbaikan yang akan di lakukan pada PLTMH ini meliputi
kerusakan ringan hingga kerusakan berat (Suga,K.,2004) . Perawatan yang
dilakukan pada PLTMH ini adalah sebagai berikut :
 Perawatan bantalan

Page | 12
Bantalan merupakan komponen yang menompang poros sehingga
dapat berputar. Kerusakan pada bantalan dapat mengakibatkan
kerusakan yang total bagi elemen mesin yang saling berkaitan. Untuk
itu menghindari kerusakan pada bantalan, maka perlu diperiksa hal-hal
sebagai berikut :
a. Kelonggaran baut dan mor pengikat bantalan
b. Memperhatikan tingkat getaran dan kebisingan, hal ini biasanya
terjadi karena kurang membersihkan dan kurang pelumasan
c. Memprediksi usia bantalan sekitar 2 tahun
d. Ketepatan jadwal pemberian pelumasan yaitu sekali dalam dua
minggu
 Perawatan puli dan sabuk
Puli adalah tempat melekatnya sabuk yang mana sabuk akan
mentransmisikan putaran dari turbin ke generator dan alternator.
Pemasangan yang benar akan membuat umur sabuk tahan lama. Dalam
perawatan puli dan sabuk, hal-hal yang di perhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Periksa kelurusan dan kesejajaran puli dan dan poros
b. Lakukan penyetelan puli dengan memperhatikan lenturan dan
tegangan sabuk.
c. Penggantian puli jika kapuk pilu pecah.
 Poros
Perlu melakukan pelumasan secara rutin, hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya korosi (karat) pada poros tersebut, periksa
permukaan poros dengan puli dan bearing jika permukaan tersebut aus,
atau longgar maka poros harus diganti.
3. Overhaul pada PLTMH (Perawatan Total)
Perbaikan total atau overhaul ini pada umumnya dilakukan setelah mesin
cukup lama beroperasi. Pada perawatan overhaul ini seluruh komponen di
bongkar untuk di periksa apakah perlu diperbaiki atau diganti dengan yang
baru. Dalam perbaikan total ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa

Page | 13
dalam pemasangan pastikan komponenkomponen mesin dalam keadaan
baik, dan pastikan tidak lupa melakukan pelumasan pada bagian-bagian
yang di perlukan. Overhaul pada PLTMH yaitu :
a. Pembongkaran pada turbin
b. Pergantian pada bantalan yang sudah rusak
c. Mengganti seal pada rumah turbin dan sheel
d. pada pipa
e. Mengganti runner jika rusak
 Inpeksi Periodik
a) Operator harus melakukan inpeksi secara periodic untuk
memeriksa jika terjadi permasalahan atau kerusakan pada fasilitas
dan peralatan. Pada saat inpeksi operator kadangkala harus
memeriksanya dengan teliti dan melakukan perbaikan jika
diperlukan.
b) Beberapa hal dan frekuensi dari inspeksi yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal Perawatan PLTMH
Jadwal
Aktivitas
Perawatan
Harian Membersihkan saringan sampah
Membersihkan komponen mekanikal dan
Mingguan
elektornik
 Grease bearing
Bulanan  Menguras bak penenang
 Mengecangkan baut-baut
 Pembersihan intake
 Pembersihan pohon-pohon dan semak di
Tahunan
bangunan sipil dan jaringan
 Pengecekan bearing,belt dan runner turbin

Page | 14
 Pengecekan electronic load controller +
ballast load
 Overhaul turbine
 Penggantian bearing turbin dan generator
5 Tahunan
 Penguatan bangunan sipil
 Pengecekan menyeluruh
(Sumber : (Komarudin, 2022))
 Inpeksi Khusus
Dalam kasus gempa bumi, banjir, hujan deras dan longsor, maka
operator harus menghentikan pengoperasian PLTMH dan memeriksa
fasilitas dan komponen-komponen PLTMH
 Perekaman
Operator harus merekam dan menyimpan data yang diperoleh dari
opersai dan perawatan PLTMH. Penyimpanan data tidak hanya dapat
menolong operator untuk mengingatkan dirinya tentang operasi dan
perawatan yang seharusnya dilakukan, tetapi juga merupakan data yang
bagus untuk mengetahui penyebab permasalahan pada kecelakaan.

Page | 15
E. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Lokasi Perancangan PLTMH yaitu kelurahan Ladongi, kecamatan
Ladongi , kabupaten/kota Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Luas penampang aliran saluran irigasi yaitu 36 m 2 dengan kecepatan aliran
rata-rata 0,83 m/detik sehingga didapat debit aliran 29,88 m3/detik.
3. Pengukuran head aktual yang diukur di lokasi didapat tinggi jatuh air
sebesar 10 meter.
4. Berdasarkan data debit dan beda ketinggian dari potensi PLTMH di
saluran irigasi Ladongi maka digunakan turbin air tipe kaplan dengan daya
terbangkitkan 2049,768 Watt menggunakan generator 3 fasa dengan
kontrol electronic load controller dan ballast load.
5.2 Saran
 Diharapkan agar lebih banyak pihak-pihak untuk terlibat dalam hal
pemanfaatan energi terbarukan dan perkambangan konversi energi yang
tidak bergantung pada energi fosil yang semakin menipis seperti
memanfaatkan potensi mikro hidro khususnya di daerah Sulawesi
Tenggara.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, M., Pratilastiarso, J., & Permatasari, P. D. (2019). Electric Load


Controller Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkungan Dan Infrastruktur
(SENTIKUIN), 2, C16.1-C16.6. https://doi.org/2622-9730

Febrianto, Nisworo, S., & Pravitasari, D. (2022). STUDI POTENSI


PERENCANAAN PLTMH PADA SALURAN IRIGASI BERDASARKAN
ASPEK TEKNIS. PROSIDING SEMINAR NASIONAL RISET TEKNOLOGI
TERAPAN. https://doi.org/e-ISSN:2747-1217

Komarudin. (2022). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Pengenalan,


Operasi Dan Perawatan). PT. Protel Multi Enegri - CV. Protel Multi Energy.

Poapa, I. A. P. (2017). Perencanaan PLTMH Dengan Menggunakan Saluran


Irigasi. Jurnal Fokus Elektroda : Energi Listrik, Telekomunikasi, Komputer,
Elektronika Dan Kendali), 2(4), 1–7. https://doi.org/10.33772/jfe.v2i4.7897

Ramadhan, A. (2017). Analisis Perbandingan Generator Sinkron Tigas Fasa


Daya Kecil Dengan Eksitasi Sendiri Dan Eksitasi Terpisah [Universitas
Muhammadiyah Makassar]. https://www.oecd.org/dac/accountable-effective-
institutions/Governance Notebook 2.6 Smoke.pdf

Siahaan, S. (2019). Kajian Rancang Bangun Alat Uji Model Sistem Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Menggunakan Turbin Aliran Silang.
Jurnal Teknik Nommensen, III(1), 111–139.

Sulaeman, & Jaya, R. A. (2014). Perencanaan Pembangunan Sistem Pembangkit


Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kinali Pasaman Barat. Jurnal
Teknik Mesin, 4(2), 90–96.

Sulistiono, D., Panjaitan, S. D., R, M., Sunarso, A., Agato, Widodo, I. G., &
Sihombing, H. (2016). Pengembangan Monitoring System dan Electronic
Load Controller pada Pembangkit Listrik Tenaga Arus Sungai (PLTAS).
Jurnal Otomasi Kontrol Dan Instrumentasi, 8(2), 213.
https://doi.org/10.5614/joki.2016.8.2.7

IBEKA. 2002.PanduanPemasangan, Pengoperasian dan Perawatan Turbin Cross


Flow. Yayasan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan . Bandung.

Suga,K.2004.Dasar Perencanaan & Pemilihan Elemen Mesin. Pradnya Paramita,


Jakarta

Page | 17

You might also like