Professional Documents
Culture Documents
Tugas Makalah PLTMH - Muh. Daffa Abbas - 44222220
Tugas Makalah PLTMH - Muh. Daffa Abbas - 44222220
44222220
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Prov. Ir. Muhammad Anshar, MSi., Ph.D. pada bidang studi Power Plant
Operation.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pengajar Prov. Ir.
Muhammad Anshar, MSi., Ph.D., selaku dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang potensi perencanaan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro di aliran sungai.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya dan turut andil dalam penyusunan makalah ini
sehingga saya dapat menyelesaikannya.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
2.7. Erosi dan Sedimentasi .............................................................................. 14
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Diagram Berbagai Jenis Turbin Terhadap Head & Debit.…………...…21
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa terlepas dari energi. Baik
energi cahaya, energi panas, energi bunyi, hingga energi listrik. Dari beberapa
energi tersebut, energi listrik adalah salah satu energi yang sulit untuk dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin hari dan semakin berkembangnya zaman,
hampir segala macam alat kebutuhan manusia tidak terlepas dari energi listrik.
Kebutuhan manusia atas energi listrik juga semakin membengkak akibat
bertambahnya populasi manusia. Disisi lainn persediaan tenaga listrik khususnya
di Indonesia semakin menipis. Di beberapa daerah seringkali ditemukan
pemadaman listrik bergilir sebagai salah satu upaya pemerintah dalam
penghematan energi listrik.
Permasalahan energi listrik dan berlimpahnya sumber daya air yang ada di
Indonesia merupakan sebuah problem dan solusi yang dapat di rekayasa. Dengan
memanfaatkan sumber daya air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH) dapat diwujudkan demi mendapat pasokan listrik untuk daerah-daerah
yang sulit untuk mendapatkannya.
Penggunaan energi alternatif terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di
pedesaan, dimana sebagian desa masih sulit dan secara ekonomis sulit terjangkau
oleh listrik PLN, haruslah dikembangkan. Energi air ini merupakan sumber energi
potensial yang belum termanfaatkan secara optimal di Indonesia.
1
Bertitik tolak dari keadaan tersebut maka pengembangan tentang pemasangan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang tentunya dengan bahan bakunya yang
mudah diperoleh yaitu air, seperti pemanfaatan sungai kecil, saluran irigasi yang
ada di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Dalam hal ini PLTMH air sungai
diarahkan ke dalam saluran pembawa kemudian dialirkan melalui pipa pesat
menuju turbin. Selepas dari turbin, air dikembalikan lagi ke aliran semula,
sehingga hal ini tidak banyak mempengaruhi lingkungan atau mengurangi air
untuk keperluan pertanian. Air akan 2 dialirkan ke dalam turbin melalui sudu-sudu
runner yang akan memutarkan poros turbin. Putaran inilah yang akan memutar
dan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang
dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam bentuk energi mekanis
maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air bayak dilakukan dengan
menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan suatu air terjun atau
aliran air sungai.
Dengan adanya identifikasi masalah yang ada pada studi ini, maka
permasalahan yang hendak dibahas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?
2. Bagaimana prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?
3. Apa bagian-bagain dan kompoen utama dari Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan
masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau
keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses mikrohidro merubah
energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik (Setyo, 2015).
1. Berdasarkan head
• Head tinggi : H > 100 m biasanya digunakan turbin pelton
• Head menengah : 30 m < H < 100 m biasanya digunakan turbin
cross-flow
• Head rendah : 2 m <H< 30 m biasanya digunakan turbin propeller
2. Berdasarkan kapasitas
• PLTA piko : < 500 W
• PLTA mikro : 0,5-100 kW
• PLTA mini : 100-1000 kW
• PLTA kecil : 1-10 mW
• PLTA skala penuh : > 10 mW
3. Berdasarkan Jenis Desain
• Run-Of The-River Bentuk yang paling sederhana dalam konteks
PLTA mikro dan mini. Desain ini tidak memanfaatkan bendungan
untuk mengarahkan air ke bangunan penyadap, melainkan
mengubah lajur aliran air menuju turbin melalui pipa atau penstock.
• Sistem Penyimpanan Dalam penggunaan sistem ini. Air ini akan
disimpan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu (beberapa
jam atau dalam beberapa bulan) dan akan digunakan untuk
menghasilkan energi ketika dibutuhkan. (Dalam pengertiannya air
dimasukkan dalam wadah sehingga dalam kurun waktu tertentu,
5
volume air yang mula-mula sedikit akan meningkat. Dengan
bertambah besarnya volume air yang tersimpan akan menambah
besarnya energi air.
• Sistem Pompa Penyimpan Ketika terjadi kebutuhan listrik yang
rendah atau kelebihan kebutuhan listrik secara tiba-tiba, maka
pompa secara otomatis akan mengisi penuh tangki penyimpanan.
Namun, apabila terjadi lonjakan kebutuhan listrik yang tinggi, maka
tangki akan segera dikosongkan menuju turbin untuk memenuhi
kebutuhan produksi yang mencukupi.
Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, ada beberapa tahapan
yang harus dilalui. Pertama adalah energi potensial dari air berubah menjadi
energi kinetik. Air pada ketinggian tertentu mempunyai energi potensial,
semakin tinggi elevasinya maka energi potensialnya semakin besar. Ketika
air pada ketinggian tertentu mengalir kebawah, maka terjadi perubahan
energi potensial menjadi energi kinetik. Ketika air mengalir menabrak
turbin, maka terjadi perubahan kinetik menjadi energi mekanik. Dan yang
terakhir ketika turbin berputar dan ikut menggerakkan rotor generator, maka
terjadi perubahan energi mekanik menjadi energi listrik (Setyo, 2015).
Sebuah skema PLTMH memerlukan dua hal yaitu debit air dan
ketinggian jatuh (biasa disebut ‘head’) untuk menghasilkan tenaga yang
bermanfaat. Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari
bentuk ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya
listrik atau daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat
mengirim sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem
itu sendiri dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya. Persamaan
konversinya adalah (Setyo, 2015):
Daya yang masuk = Daya yang keluar + Kehilangan (Loss) (2.1)
6
atau
Daya yang keluar = Daya yang masuk × Efisiensi konversi (2.2)
Data hujan yang diperoleh perlu di uji tingkat homogenitasnya. Hal ini
dikarenakan informasi yang diperoleh tentang masing-masing unsur tersebut
mengandung ketidaktelitian dan ketidakpastian.
7
Dengan alasan tersebut di atas maka perlu dilakukan uji homogenitas
data dengan menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).
Metode ini digunakan untuk menguji data satu stasiun dengan data dari
stasiun itu sendiri dengan mendeteksi nilai rata-rata (mean), untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam persamaan berikut (Harto, 1993:263):
Dy = √𝐷𝑦 2 (2-7)
𝑆𝑘 ∗ (2-8)
Sk** = 𝐷𝑦
Dimana:
Q = atribut dari besarnya sebuah nilai statistik, diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus seperti pada Persamaan (2-
3)
R = atribut dari besarnya sebuah nilai statistik, diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus seperti pada Persamaan (2-
4)
Sk* = data hujan (X) – data hujan rata-rata (X)
Dy2 = nilai kuadrat dari Sk* dibagi dengan jumlah data
Sk** = nilai Sk* dibagi dengan Dy
n = jumlah data
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Data hujan yang diperoleh diurutkan berdasarkan tahun
2. Menghitung rata-rata hujan
3. Menghitung nilai Sk*, yaitu tiap data dikurangi data hujan rata-rata
8
4. Menghitung nilai absolut dari Sk*
5. Menghitung nilai Dy2, yaitu (Sk*)2 dibagi jumlah data
6. Menghitung jumlah komulatif Dy2
7. Menghitung Dy, yaitu akar dari Dy2
8. Menghitung nilai dari Sk**, yaitu Sk* dibagi Dy
9. Menghitung nilai absolut dari Sk**
10. Menentukan nilai Sk** maksimal
11. Menentukan Sk** minimal
12. Menghitung nilai Q/(n0,5)
13. Menghitung nilai R/(n0,5).
9
Adapun langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Data diurutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya
2. Mencari harga Log X
3. Mencari harga rerata dari Log X
4. Mencari nilai standar deviasi dari Log X
5. Mencari nilai Kn
6. Menghitung nilai ambang atas (XH)
7. Menghitung nilai ambang bawah (XL)
8. Menghilangkan data yang tidak layak digunakan.
10
2.4 Aliran Dasar
Secara umum hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan
yang berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran
dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak memberikan respon yang
cepat terhadap hujan. Sedangkan aliran permukaan berasal dari hujan efektif.
Aliran dasar dapat diperoleh dengan persamaan debit aliran dasar (QB),
dengan variabel luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, dengan persamaan
berikut (Harto, 1993:168):
QB = 0,4751 x A0,6444 x D0,9430 (2-11)
D = LN / A (2-12)
dimana:
QB = aliran dasar
A = luas DAS
D = kerapatan jaringan kuras, jumlah panjang sungai semua tingkat tiap
satuan luas
LN = panjang sungai semua tingkat
11
Kemudian kita harus mencari kecepatan aliran sebenarnya (Vs) yang
diperoleh dengan memgalihkan kecepatan hasil pengukuran (V) dengan koefisien
(Cs) yang sebenarnya. Adapun konstanta tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok:
1. Untuk dasar sungai yang berbatu-batu (Cs = 60 %)
2. Untuk dasar sungai yang berpasir (Cs = 80 %)
3. Untuk dasar sungai yang bercadas (Cs = 90 %)
Head merupakan tingi jatuh air dari posisi tertinggi menuju posisi terendah.
Tinggi jatuh tersebut menentukan seberapa besar energi potensial air yang
berbanding lurus dengan daya yang dihasilkan PLTMH (Hasyim, 2015).
12
Persamaan tinggi jatuh efektif:
Heff = EMAW-TWL-hl (2-16)
Keterangan:
Heff = Tinggi jatuh efektif (m)
EMAW = Elevasi muka air waduk (m)
TWL = (Tail Water Level) elevasi muka air di saluran bawah (m)
hl = kehilangan tinggi tekan(m)
13
2.7 Erosi dan Sedimentasi
(2-17)
Dimana:
H = kedalaman aliran (m)
w = kecepatan endap butiran sedimen (m/det)
L = Panjang bangunan pengendap sedimen (m)
v = kecepatan aliran air (m/det)
Q = debit air di saluran (m3/det)
B = Lebar kantong lumpur (m)
14
2.8 Komponen PLTMH
15
Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga
elevasi dari air yang disalurkan. Saluran pembawa biasanya terbuat dari
material yang kuat dan tahan lama, seperti beton atau pipa baja,
tergantung pada kondisi topografi dan debit air yang tersedia.
16
5. Saringan Sampah (trashrack)
Trashrack adalah penyaring kotoran yang wajib dipasang dalam
sistem PLTMH. Trashrack dipasang pada beberapa titik sesuai dengan
fungsinya. Yaitu pada bangunan pengambilan (untukmenyaring sampah
terapung), pada bak pengendap (untuk menyaring sampah yang masih
tersisa) dan terdapat pada sebelum penstock (untuk memastikan air
benar-benar bebas sampah).
17
Gambar 2.6 Pipa Pesat (penstock)
18
• Saluran kabel di dalam powerhouse harus dirancang agar tidak
mudah terendam air (misalnya jika ada kebocoran).
• Tinggi atap atau plafon minimum adalah 25-meter atau tanpa plafon
sama sekali.
• Tailrace harus dirancang sehingga ketinggian muka air saat turbin
berada pada operasi maksimal berjarak minimum 30 cm dari outlet
turbin.
• Powerhouse yang terbuat dari dinding kayu hanya boleh dilakukan
untuk PLTMH berkapasitas di bawah 5 kW. Disarankan
powerhouse untuk semua kapasitas menggunakan dinding pasangan
bata.
19
2.8.2 Turbin Air
Turbin air adalah turbin dengan air sebagai fluida kerja. Air yang
mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah
mengakibatkan air memiliki energi potensial. Dalam proses aliran didalam
pipa, energi potensial tersebut berangsur-angsur berubah menjadi energi
kinetis dan ketika air menabrak turbin energinya berubah menjadi energi
mekanis. Roda turbin dihubungkan dengan generator yang mengubah energi
mekanis (gerak) menjadi energi listrik (Arismunandar, 1 991:64).
Tabel 2.2 Jenis Turbin dengan Variasi Head
Jenis Turbin Variasi Head
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250
20
Gambar 2.8 Diagram Berbagai Jenis Turbin Terhadap Head & Debit.
21
2.10 Kelebihan dan Kekurangan PLTMH
Adapun kelebihan pada PLTMH yaitu:
1. Ramah Lingkungan: PLTMH merupakan sumber energi yang bersih dan
terbarukan, sehingga tidak menghasilkan emisi yang berbahaya bagi
lingkungan.
2. Pemanfaatan yang multifungsi: Pembangunan PLTMH dapat dilakukan di
lahan yang sudah ada, seperti sungai atau sungai kecil. Oleh karena itu,
PLTMH dapat dimanfaatkan tanpa harus merusak atau mengganggu lahan
yang lainnya. Selain itu, PLTMH dapat dimanfaatkan untuk pengairan
pertanian atau irigasi.
3. Biaya Operasi Rendah: PLTMH membutuhkan biaya operasi yang rendah
karena bahan bakunya yaitu air adalah sumber daya alami yang tersedia
secara gratis dan tidak perlu diimpor.
4. Kapasitas Variatif: PLTMH dapat dioperasikan pada kapasitas yang
berbeda-beda, mulai dari kapasitas kecil hingga besar, sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
5. Dapat Dipasang Ditempat Terpencil: PLTMH dapat dipasang di tempat
terpencil yang sulit dijangkau oleh pembangkit listrik konvensional, seperti
pegunungan atau daerah yang terisolasi.
22
4. Perlu perawatan dan pemeliharaan: Seperti halnya dengan pembangkit listrik
lainnya, PLTMH juga perlu perawatan dan pemeliharaan rutin untuk
menjaga kekurangannya.
23
2.11.2 Perhitungan Debit Aliran
Untuk mengetahui debit air, pertama kita harus mengetahui luas
penampang saluran (A) yang diperoleh dengan mengalihkan lebar
sungai/saluran dengan kedalaman rata-rata air. Jika diketahui (h = 0,133
m; V = 0,359 m/s dan W = 9,6 m), sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan (2-13):
A=Wxh
= 9,6 m x 0,133 m
= 1,276 m2
Setelah parameter di atas diketahui, dapat ditentukan debit
sungai/salurandengan menggunakan persamaan (2-15):
Q=AxV
= 1,276 m2 × 0,359 m/s
= 0,458 m3 /s
24
2.11.4 Turbin dan Generator
1. Turbin
Berdasarkan besar daya yang didapatkan dari hasil perhitungan,
turbin yang cocok digunakan pada perancangan ini adalah Turbin
Crossflow, karena turbin ini dirancang untuk digunakan pada sumber
air dengan debit air yang kecil (Q = 0,458 m3 /s) dan ketinggian jatuh
air yang relatif rendah (H = 15,43 m). Sehingga berdasarkan dari
Gambar 2.8 Diagram berbagai jenis turbin terhadap Head & Debit
turbin yang cocok digunakan berjenis Crossflow.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/second
hingga 10 m3 /s dan head antara 1-200 m. Turbin crossflow
menggunakan nozzle yang sesuai dengan lebar runner. Pancaran air
masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi
kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu
dan memberikan energinya (lebih rendah disbanding saat masuk)
kemudian meninggalkan turbin.
2. Generator
Generator yang digunakan adalah generator sinkron 3 phase
yang merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik arus bolak balik (AC) dengan adanya
induksi medan magnet.
Generator ini digunakan karena kapasitas dayanya besar dengan
ukuran dan berat yang sama dengan 1 phase. Dalam sistem 3 fase,
tegangan dan arus listrik terdistribusi dengan lebih baik dan lebih
merata. Hal ini dapat mengurangi kerugian daya dan meminimalkan
distorsi harmonik, sehingga kualitas daya yang dihasilkan lebih baik
dan lebih stabil.
25
Generator 3 phase lebih mudah dioperasikan karena memerlukan
kabel output yang lebih sedikit dibandingkan dengan generator 1 fase,
sehingga meminimalkan kesalahan pemasangan.
26
operator agar mempermudah operator dalam menentukan penjadwalan untuk
pemeliharaan.
Tabel 2.3 Jadwal Pemeliharaan PLTMH Berdasarkan Frekuensi
27
28
29
Sumber: Kementrian ESDM, 2019
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Nurhidayah, C., dkk. 2022. “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Di Air Terjun Gollae Kabupaten Pangkep”. Jurnal Teknik Elektro UNISMUH,
Vol. 14 No. 2.
Prayogo, E., 2003. Teknologi Mikrohidro dalam Pemanfaatan Sumber Daya Air
untuk Menunjang Pembangunan Pedesaan. Makasar: Semiloka Produkproduk
Penelitian Departemen Kimpraswil.
Setyo, P. Y. Suryo. 2015. “Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) di Sungai Atei Desa Tumbang Atei Kecamatan Sana mang Mantikai
Kabupaten Kating Provinsi Kalaimantan Tengah”. Sarjana thesis, Universitas
Brawijaya.
Sukamta, and A. Kusmantoro. 2013. “Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) Jantur Tabalas Kalimantan Timur”. J. Tek. Elektro Unnes, Vol.
5, no. 2, pp. 58–63.
Suripin. 2002. “Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Andi Yogyakarta.
Yogyakart
33