You are on page 1of 39

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

MUH. DAFFA ABBAS

44222220

4A RPL TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Prov. Ir. Muhammad Anshar, MSi., Ph.D. pada bidang studi Power Plant
Operation.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen pengajar Prov. Ir.
Muhammad Anshar, MSi., Ph.D., selaku dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang potensi perencanaan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro di aliran sungai.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya dan turut andil dalam penyusunan makalah ini
sehingga saya dapat menyelesaikannya.
Saya menyadari, bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 1 Mei 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang . ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ...................................................................................................... 3

1.4. Manfaat .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4

2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) ................................... 4

2.1.1 Klasifikasi PLTMH ........................................................................ 5

2.1.2 Prinsip Kerja PLTMH .................................................................... 6

2.2. Analisis Hidrologi ...................................................................................... 7

2.2.1 Uji Homogenitas Data Hujan .......................................................... 7

2.2.2 Uji Abnormalitas Data .................................................................... 9

2.3. Koefisien Pengaliran ................................................................................ 10

2.4. Aliran Dasar ............................................................................................. 11

2.5. Debit Air ................................................................................................... 11

2.6. Tinggi Jatuh Air (Head) ........................................................................... 12

iii
2.7. Erosi dan Sedimentasi .............................................................................. 14

2.8. Komponen PLTMH.................................................................................. 15

2.8.1 Bangunan Sipil .............................................................................. 15

2.8.2 Turbin Air ..................................................................................... 20

2.9. Perhitungan Daya dan Energi ................................................................... 21

2.10. Kelebihan dan Kekurangan PLTMH ...................................................... 22

2.11. Perancangan PLTMH ............................................................................. 23

2.11.1 Data Pengukuran ......................................................................... 23

2.11.2 Perhitungan Debit Aliran ............................................................ 24

2.11.3 Perhitungan Potensi Daya Teoritis ............................................. 24

2.11.4 Turbin dan Generator .................................................................. 25

2.11.5 Sistem Kontrol ............................................................................ 26

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 31

3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 31

3.2. Saran ....................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ………………………...7

Gambar 2.2 Sketsa Penggunaan Theodolit………………….……………………….13

Gambar 2.3 Bangunan Pengambilan…………………………………………...……15

Gambar 2.4 Saluran Pembawa………………………………………………….……16

Gambar 2.5 Bak Penenang……………………………………………………..……16

Gambar 2.6 Pipa Pesat (penstock)………………………………………………...…18

Gambar 2.7 Rumah Pembangkit………………………………………………..……19

Gambar 2.8 Diagram Berbagai Jenis Turbin Terhadap Head & Debit.…………...…21

Gambar 2.9 Air Terjun Gollae Kabupaten Pangkep…………..………………..……23

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Harga Koefisien (oleh Dr. Monobe) (Koefisien Pengaliran)..…………....10

Tabel 2.2 Jenis Turbin dengan Variasi Head……….…………….............................20

Tabel 2.3 Frekuensi Pemeliharaan, Kegiatan Inspeksi dan Bagian Komponen


Pemeriksaan PLTMH……….……………...............................................20

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa terlepas dari energi. Baik
energi cahaya, energi panas, energi bunyi, hingga energi listrik. Dari beberapa
energi tersebut, energi listrik adalah salah satu energi yang sulit untuk dipisahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin hari dan semakin berkembangnya zaman,
hampir segala macam alat kebutuhan manusia tidak terlepas dari energi listrik.
Kebutuhan manusia atas energi listrik juga semakin membengkak akibat
bertambahnya populasi manusia. Disisi lainn persediaan tenaga listrik khususnya
di Indonesia semakin menipis. Di beberapa daerah seringkali ditemukan
pemadaman listrik bergilir sebagai salah satu upaya pemerintah dalam
penghematan energi listrik.
Permasalahan energi listrik dan berlimpahnya sumber daya air yang ada di
Indonesia merupakan sebuah problem dan solusi yang dapat di rekayasa. Dengan
memanfaatkan sumber daya air sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH) dapat diwujudkan demi mendapat pasokan listrik untuk daerah-daerah
yang sulit untuk mendapatkannya.
Penggunaan energi alternatif terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di
pedesaan, dimana sebagian desa masih sulit dan secara ekonomis sulit terjangkau
oleh listrik PLN, haruslah dikembangkan. Energi air ini merupakan sumber energi
potensial yang belum termanfaatkan secara optimal di Indonesia.

PLTMH dipilih sebagai salah satu energi alternatif dikarenakan memiliki


beberapa keunggulan dibanding dengan pembangkit listrik lainnya, seperti ramah
terhadap lingkungan, lebih awet, biaya operasional lebih kecil dan sesuai untuk
daerah terpencil. Selain itu perawatan mekanik untuk PLTMH lebih mudah.

1
Bertitik tolak dari keadaan tersebut maka pengembangan tentang pemasangan
pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang tentunya dengan bahan bakunya yang
mudah diperoleh yaitu air, seperti pemanfaatan sungai kecil, saluran irigasi yang
ada di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Dalam hal ini PLTMH air sungai
diarahkan ke dalam saluran pembawa kemudian dialirkan melalui pipa pesat
menuju turbin. Selepas dari turbin, air dikembalikan lagi ke aliran semula,
sehingga hal ini tidak banyak mempengaruhi lingkungan atau mengurangi air
untuk keperluan pertanian. Air akan 2 dialirkan ke dalam turbin melalui sudu-sudu
runner yang akan memutarkan poros turbin. Putaran inilah yang akan memutar
dan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang
dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam bentuk energi mekanis
maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air bayak dilakukan dengan
menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan suatu air terjun atau
aliran air sungai.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diperlukan pemikiran dan usaha


untuk mengatasinya, oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul
“Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sungai Bone di
Provinsi Gorontalo”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya identifikasi masalah yang ada pada studi ini, maka
permasalahan yang hendak dibahas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?
2. Bagaimana prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?
3. Apa bagian-bagain dan kompoen utama dari Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro?

2
1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai penulis


adalah:
1. Mengetahui Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
2. Mengetahui prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
3. Mengetahui komponen utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu:


1. Memberikan masukan atau informasi pemikiran pada pihak terkait tentang
potensi sumber daya air di Indonesia sebagai Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro.
2. Apabila Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro direalisasikan dapat
membantu mengurangi penggunaan beban listrik dari PLN, menyediakan
energi listrik bagi pemukiman yang tidak mendapatkan jaringan listrik dari
PLN serta menghemat perekonomian dari penduduk sekitar.
3. Dapat menghemat ketersediaan bahan bakar minyak dan fosil.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro adalah pembangkit listrik berskala


kecil (kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber
penghasil energi. PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut
clean energy karena ramah lingkungan. Tenaga air berasal dari aliran sungai kecil,
danau, saluran irigasi ataupun air terjun alam yang dibendung dan kemudian dari
ketinggian tertentu dan memiliki debit yang sesuai akan menggerakkan turbin
yang dihubungkan dengan generator listrik. Semakin tinggi jatuhan air (head)
maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik.
Pembangkit tenaga air merupakan suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air
dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan
turbin air dan generator (Febrianto, 2018).
Seperti dikatakan di atas, mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya
sangat kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya istilah ini tidak
merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro, pasti
menggunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara istilah
minihidro dengan mikrohidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro
menghasilkan daya keluaran lebih rendah dari 100 kW, sedangkan untuk minihidro
daya keluaran berkisar antara 100 kW sampai 1000 kW. Secara teknis, mikrohidro
memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin, dan generator.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian
tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut
akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri dipastikan akan menerima energi air
tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya poros
turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan

4
mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan
masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau
keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses mikrohidro merubah
energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik (Setyo, 2015).

2.2.1 Klasifikasi PLTMH

1. Berdasarkan head
• Head tinggi : H > 100 m biasanya digunakan turbin pelton
• Head menengah : 30 m < H < 100 m biasanya digunakan turbin
cross-flow
• Head rendah : 2 m <H< 30 m biasanya digunakan turbin propeller

2. Berdasarkan kapasitas
• PLTA piko : < 500 W
• PLTA mikro : 0,5-100 kW
• PLTA mini : 100-1000 kW
• PLTA kecil : 1-10 mW
• PLTA skala penuh : > 10 mW
3. Berdasarkan Jenis Desain
• Run-Of The-River Bentuk yang paling sederhana dalam konteks
PLTA mikro dan mini. Desain ini tidak memanfaatkan bendungan
untuk mengarahkan air ke bangunan penyadap, melainkan
mengubah lajur aliran air menuju turbin melalui pipa atau penstock.
• Sistem Penyimpanan Dalam penggunaan sistem ini. Air ini akan
disimpan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu (beberapa
jam atau dalam beberapa bulan) dan akan digunakan untuk
menghasilkan energi ketika dibutuhkan. (Dalam pengertiannya air
dimasukkan dalam wadah sehingga dalam kurun waktu tertentu,

5
volume air yang mula-mula sedikit akan meningkat. Dengan
bertambah besarnya volume air yang tersimpan akan menambah
besarnya energi air.
• Sistem Pompa Penyimpan Ketika terjadi kebutuhan listrik yang
rendah atau kelebihan kebutuhan listrik secara tiba-tiba, maka
pompa secara otomatis akan mengisi penuh tangki penyimpanan.
Namun, apabila terjadi lonjakan kebutuhan listrik yang tinggi, maka
tangki akan segera dikosongkan menuju turbin untuk memenuhi
kebutuhan produksi yang mencukupi.

2.2.2 Prinsip Kerja PLTMH

Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, ada beberapa tahapan
yang harus dilalui. Pertama adalah energi potensial dari air berubah menjadi
energi kinetik. Air pada ketinggian tertentu mempunyai energi potensial,
semakin tinggi elevasinya maka energi potensialnya semakin besar. Ketika
air pada ketinggian tertentu mengalir kebawah, maka terjadi perubahan
energi potensial menjadi energi kinetik. Ketika air mengalir menabrak
turbin, maka terjadi perubahan kinetik menjadi energi mekanik. Dan yang
terakhir ketika turbin berputar dan ikut menggerakkan rotor generator, maka
terjadi perubahan energi mekanik menjadi energi listrik (Setyo, 2015).
Sebuah skema PLTMH memerlukan dua hal yaitu debit air dan
ketinggian jatuh (biasa disebut ‘head’) untuk menghasilkan tenaga yang
bermanfaat. Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari
bentuk ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya
listrik atau daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat
mengirim sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem
itu sendiri dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya. Persamaan
konversinya adalah (Setyo, 2015):
Daya yang masuk = Daya yang keluar + Kehilangan (Loss) (2.1)

6
atau
Daya yang keluar = Daya yang masuk × Efisiensi konversi (2.2)

Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


(Sumber: https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pembangkit-listrik-tenaga-
mikro-hidro.html)

2.2 Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menghitung


potensi air yang ada pada daerah tertentu untuk bisa dimanfaatkan, dikembangkan
serta mengendalikan potensi air tersebut untuk kepentingan masyarakat di sekitar
daerah tersebut. Analisa hidrologi digunakan untuk mendapatkan besarnya debit
banjir rancangan dan debit andalan (Harto, 1993:263).

2.2.1 Uji Homogenitas Data Hujan

Data hujan yang diperoleh perlu di uji tingkat homogenitasnya. Hal ini
dikarenakan informasi yang diperoleh tentang masing-masing unsur tersebut
mengandung ketidaktelitian dan ketidakpastian.

7
Dengan alasan tersebut di atas maka perlu dilakukan uji homogenitas
data dengan menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).
Metode ini digunakan untuk menguji data satu stasiun dengan data dari
stasiun itu sendiri dengan mendeteksi nilai rata-rata (mean), untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam persamaan berikut (Harto, 1993:263):

Q = max |Sk**| untuk 0 ≤ k ≤ n (2-3)

R = max Sk** - Sk (2-4)

Sk* = x-𝑥̅ (2-5)


𝑆𝑘 2 (2-6)
Dy2 = 𝑛

Dy = √𝐷𝑦 2 (2-7)

𝑆𝑘 ∗ (2-8)
Sk** = 𝐷𝑦

Dimana:
Q = atribut dari besarnya sebuah nilai statistik, diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus seperti pada Persamaan (2-
3)
R = atribut dari besarnya sebuah nilai statistik, diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus seperti pada Persamaan (2-
4)
Sk* = data hujan (X) – data hujan rata-rata (X)
Dy2 = nilai kuadrat dari Sk* dibagi dengan jumlah data
Sk** = nilai Sk* dibagi dengan Dy
n = jumlah data
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Data hujan yang diperoleh diurutkan berdasarkan tahun
2. Menghitung rata-rata hujan
3. Menghitung nilai Sk*, yaitu tiap data dikurangi data hujan rata-rata

8
4. Menghitung nilai absolut dari Sk*
5. Menghitung nilai Dy2, yaitu (Sk*)2 dibagi jumlah data
6. Menghitung jumlah komulatif Dy2
7. Menghitung Dy, yaitu akar dari Dy2
8. Menghitung nilai dari Sk**, yaitu Sk* dibagi Dy
9. Menghitung nilai absolut dari Sk**
10. Menentukan nilai Sk** maksimal
11. Menentukan Sk** minimal
12. Menghitung nilai Q/(n0,5)
13. Menghitung nilai R/(n0,5).

2.2.2 Uji Abnormalitas Data


Data yang telah konsisten kemudian perlu diuji lagi dengan uji
abnormalitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data maksimum
dan minimum dari rangkaian data yang ada layak atau tidak. Uji yang
digunakan adalah uji Inlier-Outlier. Dimana data yang menyimpang dari dua
batas ambang, yaitu ambang bawah (XL) dan ambang atas (XH) akan
dihilangkan. Rumus untuk mencari ambang tersebut adalah sebagai berikut
(Harto, 1993:263):

XH = Exp. (Xrerata + Kn . S) (2-9)


XL = Exp. (Xrerata - Kn . S) (2-10)
dimana:
XH = nilai ambang atas
XL = nilai ambang bawah
Xrerata = nilai rata-rata
S = simpangan baku dari logaritma terhadap data
Kn = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data
n = jumlah sampel data

9
Adapun langkah perhitungan sebagai berikut:
1. Data diurutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya
2. Mencari harga Log X
3. Mencari harga rerata dari Log X
4. Mencari nilai standar deviasi dari Log X
5. Mencari nilai Kn
6. Menghitung nilai ambang atas (XH)
7. Menghitung nilai ambang bawah (XL)
8. Menghilangkan data yang tidak layak digunakan.

2.3 Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran (C) adalah perbandingan antara jumlah air yang


mengalir di suatu daerah akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun
di daerah tersebut. Besarnya koefisien pengaliran tergantung pada daerah
pengaliran dan karakteristik hujan pada suatu daerah yang meliputi: keadaan
hujan, luas dan bentuk daerah pengaliran, kemiringan daerah pengaliran,
kebasahan tanah, suhu, udara, angin, evaporasi dan tata guna lahan (Setyo, 2015).
Tabel 2.1 Harga Koefisien (oleh Dr. Mononobe) (Koefisien Pengaliran)

Kondisi Daerah Pengaliran dan Sungai Nilai C


Daerah pegunungan yang curam 0,75 - 0,90
Daerah pegunungan tersier 0,70 - 0,80
Tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
Persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai kecil di daratan 0,45 - 0,75
Sungai besar yang lebih dari setengah
0,50 - 0,75
daerah pengalirannya terdiri dari dataran
Sumber: Sosrodarsono, 1989:145

10
2.4 Aliran Dasar
Secara umum hidrograf tersusun dari dua komponen, yaitu aliran permukaan
yang berasal dari aliran langsung air hujan, dan aliran dasar (base flow). Aliran
dasar berasal dari air tanah yang pada umumnya tidak memberikan respon yang
cepat terhadap hujan. Sedangkan aliran permukaan berasal dari hujan efektif.
Aliran dasar dapat diperoleh dengan persamaan debit aliran dasar (QB),
dengan variabel luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, dengan persamaan
berikut (Harto, 1993:168):
QB = 0,4751 x A0,6444 x D0,9430 (2-11)

D = LN / A (2-12)
dimana:
QB = aliran dasar
A = luas DAS
D = kerapatan jaringan kuras, jumlah panjang sungai semua tingkat tiap
satuan luas
LN = panjang sungai semua tingkat

2.5 Debit Air


Debit air adalah jumlah air yang mengalir di sungai atau saluran air pada
suatu waktu tertentu. Untuk mengetahui debit air, pertama kita harus mengetahui
luas penampang saluran (A) yang diperoleh dengan mengalihkan lebar
sungai/saluran dengan kedalaman rata-rata air sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan (Murhasim.2006):
A = W x dn / n (2-13)
Keterangan:
A = Luas Penampang basah (m2)
W = Lebar sungai / saluran (m)
dn = Jumlah tinggi/dalamnya air pada saluran pengukuran (m)
n = banyak pengukuran

11
Kemudian kita harus mencari kecepatan aliran sebenarnya (Vs) yang
diperoleh dengan memgalihkan kecepatan hasil pengukuran (V) dengan koefisien
(Cs) yang sebenarnya. Adapun konstanta tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok:
1. Untuk dasar sungai yang berbatu-batu (Cs = 60 %)
2. Untuk dasar sungai yang berpasir (Cs = 80 %)
3. Untuk dasar sungai yang bercadas (Cs = 90 %)

Untuk mendapatkan kecepatan aliran sebenarnya digunakan persamaan


(Murhasim.2006):
Vs = V ukur x Cs (2-14)
Keterangan:
Vs = Kecepatan aliran sebenarnya (m/detik)
V = Kecepatan aliran hasil pengukuran (m/detik)
Cs = Koefisien yang tergantung dari keadaan dasar sungai (%)

Setelah parameter di atas diketahui, dapat ditentuukan debit sungai/saluran


dengan mengguanakan persamaan (Murhasim.2006):
Q=AxV (2-15)
Keterangan:
Q = Debit air (m3 /detik)
A = Luas penampang basah (m2)
V = Kecepatan Air sebenarnya (m/detik)

2.6 Tinggi Jatuh Air (Head)

Head merupakan tingi jatuh air dari posisi tertinggi menuju posisi terendah.
Tinggi jatuh tersebut menentukan seberapa besar energi potensial air yang
berbanding lurus dengan daya yang dihasilkan PLTMH (Hasyim, 2015).

12
Persamaan tinggi jatuh efektif:
Heff = EMAW-TWL-hl (2-16)
Keterangan:
Heff = Tinggi jatuh efektif (m)
EMAW = Elevasi muka air waduk (m)
TWL = (Tail Water Level) elevasi muka air di saluran bawah (m)
hl = kehilangan tinggi tekan(m)

Untuk pengukuran tinggi jatuh efektif dilapangan, dapat dilakukan dengan


pengukuran langsung. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan cara detail
menggunakan standar alat pemetaan maupun dilakukan dengan cara yang
sederhana. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi jatuh adalah theodolite.
Dilakukan dengan menembakkan theodolite menuju titik tinggi muka air bak
penenang, kemudian dicari perbedaan ketinggian antara elevasi air bak penenang
dan elevasi air pembuangan.

Gambar 2.2. Sketsa penggunaan theodolit


Dalam menentukan tinggi jatuh air di sungai berdasarkan pada:
• Kondisi alam, yaitu perbedaan tinggi antara lokasi bak penampung dan lokasi
pembangkit.
• Tinggi terjun yang sengaja dibuat, hal ini untuk mendapat tinggi jatuh air yang
sesuai dengan kapasitas yang diinginkan.

13
2.7 Erosi dan Sedimentasi

Erosi dan Sedimentasi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari


induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau
angin kemudian diikuti dengan 16 pengendapan material yang terdapat di tempat
lain. Terjadinya erosi dan sedimentasi tergantung dari beberapa faktor yaitu
karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah
untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari
erosi tanah dapat menyebabkan sedimentasi di sungai sehingga dapat mengurangi
daya tampung sungai (Suripin, 2002).
Sedimen yang melayang merupakan masalah bagi PLTMH. Sedimen yang
melayang rawan untuk merusak turbin, butiranbutiran sedimen yang menabrak
turbin akan mengakibatkan tergerusnya daun turbin. Kondisi seperti ini harus
dicegah sedapat mungkin sehingga air yang masuk pipa pesat bersih dari sedimen
yang melayang. Untuk mengatasi sedimen diperlukan bak pengendap. Prinsip
kerjanya adalah membuat saluran dengan kecepatan rendah dan panjang tertentu
sehingga butiran sedimen dapat turun ke dasar saluran dan diendapkan. Faktor
yang mempengaruhi sedimentasi adalah kecepatan turun butiran yang
diperngaruhi oleh ukuran butiran, berat jenis pelarut dan kecepatan aliran.
Kecepatan mengendap aliran digunakan untuk mencari panjang minimal bak
pengendap dengan rumus:

(2-17)

Dimana:
H = kedalaman aliran (m)
w = kecepatan endap butiran sedimen (m/det)
L = Panjang bangunan pengendap sedimen (m)
v = kecepatan aliran air (m/det)
Q = debit air di saluran (m3/det)
B = Lebar kantong lumpur (m)

14
2.8 Komponen PLTMH

2.8.1 Bangunan Sipil


1. Waduk dan bendungan (weir)
Waduk dan bendungan adalah suatu kesatuan yang bekerja sama
untuk menampung air. Pada saat musim air melimpah pada musim hujan
maka kelebihan air ini akan ditampung, bila musim kemarau datang
maka relatif masih ada persediaan air guna mensuplai turbin.
2. Bangunan Pengambilan (Intake)
Itake adalah bangunan berupa pintu air yang berfungsi untuk
mengambil air dari suatu sumber, seperti sungai atau danau, dan
mengalirkannya ke instalasi pengolahan air atau bak penenang.
Walaupun arus sungai pada tingkat minimum saluran intake harus bisa
membawa air dengan stabil, desain saluran pembawa dibuat dengan
memperhitungkan air pada debit minimum.

Gambar 2.3 Bangunan Pengambilan

3. Saluran Pembawa (headrace)


Saluran pembawa adalah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan
air dari intake menuju turbin air. Air yang masuk dari intake dialirkan
melalui saluran pembawa dengan tekanan tertentu, yang kemudian
digunakan untuk memutar turbin air dan menghasilkan energi listrik.

15
Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga
elevasi dari air yang disalurkan. Saluran pembawa biasanya terbuat dari
material yang kuat dan tahan lama, seperti beton atau pipa baja,
tergantung pada kondisi topografi dan debit air yang tersedia.

Gambar 2.4 Saluran Pembawa

4. Bak Penenang (forebay tank)


Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan
keluaran air antara sebuah penstock dan headrace, juga berfungsi untuk
menenangkan air sebelum masuk penstock serta untuk pemisahan akhir
kotoran dalam air seperti pasir, kayu kayuan.
Aliran air yang masuk ke bak penenang biasanya memiliki
kecepatan dan tekanan yang tinggi, yang dapat merusak turbin jika
langsung masuk ke dalamnya. Dengan menggunakan bak penenang,
aliran air yang masuk dapat diredam dan diseimbangkan sehingga
tekanan dan kecepatannya menurun sebelum masuk ke turbin.

Gambar 2.5 Bak Penenang

16
5. Saringan Sampah (trashrack)
Trashrack adalah penyaring kotoran yang wajib dipasang dalam
sistem PLTMH. Trashrack dipasang pada beberapa titik sesuai dengan
fungsinya. Yaitu pada bangunan pengambilan (untukmenyaring sampah
terapung), pada bak pengendap (untuk menyaring sampah yang masih
tersisa) dan terdapat pada sebelum penstock (untuk memastikan air
benar-benar bebas sampah).

6. Saluran Pembuang (spillway)


Saluran pembuang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari
head tank ke sungai. Saluran pembuang dibuat untuk mencegah air yang
berlebihan dalam tangki utama yang bias membanjiri rumah turbin dan
pengikisan tanah di sekitar turbin yang akhirnya mengakibatkan
longsor. Saluran pembuang didesain sedemikian rupa sehingga bisa
membuang kelebihan air dengan stabil pada arus pembuangan
maksimum.

7. Pipa Pesat (penstock)


Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari bak penenang (forebaytank) menuju turbin air. Pipa
pesat berperan penting dalam memastikan aliran air yang masuk ke
turbin memiliki tekanan dan kecepatan yang cukup untuk menghasilkan
energi listrik yang diinginkan. Karena itu, pipa pesat harus dirancang
dengan tepat dan ditempatkan dengan benar untuk memaksimalkan
efisiensi PLTMH. Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan
material, diameter penstock, tebal dan jenis sambungan
(coordinationpoint).

17
Gambar 2.6 Pipa Pesat (penstock)

8. Rumah Pembangkit (power house)


Rumah pembangkit merupakan bangunan tempat beroperasinya
turbin. Oleh karena di dalam bangunan ini terjadi putaran turbin, maka
konstruksi rumah pembangkit harus dapat menahan beban operasional
dari turbin dan generator.
Kriteria perancangan rumah pembangkit adalah sebagai berikut:
• Powerhouse harus mampu melindungi peralatan elektro mekanikal
dan kontrol dari cuaca yang buruk serta akses dari orang yang tidak
memiliki hak.
• Powerhouse harus berada pada posisi yang lebih tinggi dari
ketinggian banjir tahunan (misalnya banjir 25 tahunan atau 50
tahunan).
• Luas powerhouse harus disesuaikan dengan besarnya turbin dan
kubikel control.
• Pondasi rumah turbin dibuat dari konstruksi beton bertulang yang
mampu menahan gaya dan tekanan dari turbin maupun daripenstock.
• Anchor block harus dipasang di powerhouse sehingga tekanan dari
penstock tidak dibebankan kepada housing turbine namun
disalurkan ke tanah.

18
• Saluran kabel di dalam powerhouse harus dirancang agar tidak
mudah terendam air (misalnya jika ada kebocoran).
• Tinggi atap atau plafon minimum adalah 25-meter atau tanpa plafon
sama sekali.
• Tailrace harus dirancang sehingga ketinggian muka air saat turbin
berada pada operasi maksimal berjarak minimum 30 cm dari outlet
turbin.
• Powerhouse yang terbuat dari dinding kayu hanya boleh dilakukan
untuk PLTMH berkapasitas di bawah 5 kW. Disarankan
powerhouse untuk semua kapasitas menggunakan dinding pasangan
bata.

Gambar 2.7 Rumah Pembangkit

9. Saluran Akhir (tailrace)


Tailrace berfungsi untuk membuang air yang telah melewati turbin
ke sungai. Tailrace dibuat dengan memperhitungkan debit air yang
masuk ke turbin. Saluran pembuangan air (tailrace) dirancang agar
terlindung terhadap kondisi alam, seperti batuan-batuan besar. Ujung
saluran tail race direncanakan tidak terletak pada bagian sisi luar sungai
karena mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta
memungkinkan masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.

19
2.8.2 Turbin Air
Turbin air adalah turbin dengan air sebagai fluida kerja. Air yang
mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah
mengakibatkan air memiliki energi potensial. Dalam proses aliran didalam
pipa, energi potensial tersebut berangsur-angsur berubah menjadi energi
kinetis dan ketika air menabrak turbin energinya berubah menjadi energi
mekanis. Roda turbin dihubungkan dengan generator yang mengubah energi
mekanis (gerak) menjadi energi listrik (Arismunandar, 1 991:64).
Tabel 2.2 Jenis Turbin dengan Variasi Head
Jenis Turbin Variasi Head
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250

Pemilihan turbin air pada suatu pembangkit ditentukan berdasarkan


beberapa paramater yakni faktor tinggi jatuh air efektif (Head efektif), debit
aliran air, kecepatan spesifik turbin yang akan ditransmisikan ke generator.
Kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang
dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter.
Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan
dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang
mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai contoh: turbin pelton efektif
untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin proppeller sangat efektif
beroperasi pada head rendah.
Berikut ini adalah diagram hubungan debit dan head terhadap pemilihan
turbin:

20
Gambar 2.8 Diagram Berbagai Jenis Turbin Terhadap Head & Debit.

2.9 Perhitungan Daya dan Energi


Keuntungan suatu proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ditentukan
dari besar daya yang di-bangkitkan dan jumlah energi yang dibangkitkan tiap
tahun. Jika tinggi jatuh efektif maksimum adalah Heff (m), Debit maksimum
turbin adalah Q (m3/dtk), efisiensi dari turbin dan generator masing-masing adalah
24 ηt dan ηg maka daya atau tenaga yang di-bangkitkan oleh suatu Pembangkit
Listrik.
Cara kerja pembangkit listrik tenaga mikrohydro ini sangat bergantung pada
tiga faktor, yaitu debit air, jatuh ketinggian, dan efisiensi. Dari tiga faktor itu maka
dapat di rumuskan bagaimana potensi suatu sungai jika dibangun pembangkit
listrik tenaga mikrohidro (PLMTH) dan berapa daya keluarannya sebagai berikut
(Nasir, 2013):
P = Q x H x 9.8 x ρ x μ (2-18)
Dimana:
P = daya yang di bangkitkan (kW)
Q = debit air (m3⁄detik)
H = ketinggian air (m)
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
μ = efisiensi (desimal/persentase)
9,8 = konstanta gravitasi bumi (m⁄detik)

21
2.10 Kelebihan dan Kekurangan PLTMH
Adapun kelebihan pada PLTMH yaitu:
1. Ramah Lingkungan: PLTMH merupakan sumber energi yang bersih dan
terbarukan, sehingga tidak menghasilkan emisi yang berbahaya bagi
lingkungan.
2. Pemanfaatan yang multifungsi: Pembangunan PLTMH dapat dilakukan di
lahan yang sudah ada, seperti sungai atau sungai kecil. Oleh karena itu,
PLTMH dapat dimanfaatkan tanpa harus merusak atau mengganggu lahan
yang lainnya. Selain itu, PLTMH dapat dimanfaatkan untuk pengairan
pertanian atau irigasi.
3. Biaya Operasi Rendah: PLTMH membutuhkan biaya operasi yang rendah
karena bahan bakunya yaitu air adalah sumber daya alami yang tersedia
secara gratis dan tidak perlu diimpor.
4. Kapasitas Variatif: PLTMH dapat dioperasikan pada kapasitas yang
berbeda-beda, mulai dari kapasitas kecil hingga besar, sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.
5. Dapat Dipasang Ditempat Terpencil: PLTMH dapat dipasang di tempat
terpencil yang sulit dijangkau oleh pembangkit listrik konvensional, seperti
pegunungan atau daerah yang terisolasi.

Adapun kekurangan pada PLTMH yaitu:


1. Tergantung Pada Kondisi Cuaca: PLTMH sangat tergantung pada kondisi
cuaca, sehingga produksi energinya bisa berfluktuasi sesuai dengan musim,
hujan, dan kekeringan.
2. Investasi Awal Yang Besar: Meskipun biaya operasi PLTMH rendah, namun
invetasi awal untuk membangun PLTMH dapat sangat besar.
3. Pengaruh Terhadap Ekosistem Sungai: Pembangunan PLTMH dapat
mempengaruhi ekosistem sungai, seperti perubahan aliran air dan perubahan
kondisi lingkungan sungai.

22
4. Perlu perawatan dan pemeliharaan: Seperti halnya dengan pembangkit listrik
lainnya, PLTMH juga perlu perawatan dan pemeliharaan rutin untuk
menjaga kekurangannya.

2.11 Perancangan PLTMH


Pada perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini dilakukan
studi kasus pada Air Terjun Gollae yang terletak di Desa Lanne, Kecamatan
Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Air Terjun Gollae
memiliki jarak sekitar 2 km dari perkampungan. Sebagian aliran air sungai
mengalir ke pipa irigasi persawahan masyarakat setempat kurang lebih 30 %.
Ketinggian jatuh bersih (head) air terjun Gollae adalah 15,43 meter.

Gambar 2.9 Air Terjun Gollae Kabupaten Pangkep


(Sumber: Nurhidayah, C. dkk., 2022)

2.11.1 Data Pengukuran


Pada pengukuran dilokasi penelitian di dapatkan lebar penampang
basah 9,6 meter kemudian dibagi menjadi 5 titik untuk dilakukan
pengukuran di setiap titiknya menggunakan alat current meter. Pada hasil
pengukuran di 5 titik didapatkan rata-rata kedalaman sungai sebesar
0,133 meter dengan kecepatan aliran sebesar 0,359 m/s.

23
2.11.2 Perhitungan Debit Aliran
Untuk mengetahui debit air, pertama kita harus mengetahui luas
penampang saluran (A) yang diperoleh dengan mengalihkan lebar
sungai/saluran dengan kedalaman rata-rata air. Jika diketahui (h = 0,133
m; V = 0,359 m/s dan W = 9,6 m), sehingga dapat dituliskan dalam
persamaan (2-13):
A=Wxh
= 9,6 m x 0,133 m
= 1,276 m2
Setelah parameter di atas diketahui, dapat ditentukan debit
sungai/salurandengan menggunakan persamaan (2-15):
Q=AxV
= 1,276 m2 × 0,359 m/s
= 0,458 m3 /s

2.11.3 Perhitungan Potensi Daya Teoritis


Cara kerja pembangkit listrik tenaga mikrohidro ini sangat
bergantung pada tiga faktor, yaitu debit air, jatuh ketinggian, dan
efisiensi. Dari tiga faktor itu maka dapat di rumuskan bagaimana potensi
suatu sungai jika dibangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro dan
berapa daya keluarannya menggunakan persamaan (2-18):
P Teoritis = Q × H × 9,8 × ρ × μ Turbin
= 0,458 m3 /s × 15,43 m × 9,8 m/s × 1000 kg/m3 × 0,8
= 55,405 kW

Pout Generator = P Teoritis × μ Generator


= 55,405 × 0,8
= 44,324 kW

24
2.11.4 Turbin dan Generator
1. Turbin
Berdasarkan besar daya yang didapatkan dari hasil perhitungan,
turbin yang cocok digunakan pada perancangan ini adalah Turbin
Crossflow, karena turbin ini dirancang untuk digunakan pada sumber
air dengan debit air yang kecil (Q = 0,458 m3 /s) dan ketinggian jatuh
air yang relatif rendah (H = 15,43 m). Sehingga berdasarkan dari
Gambar 2.8 Diagram berbagai jenis turbin terhadap Head & Debit
turbin yang cocok digunakan berjenis Crossflow.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/second
hingga 10 m3 /s dan head antara 1-200 m. Turbin crossflow
menggunakan nozzle yang sesuai dengan lebar runner. Pancaran air
masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi
kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu
dan memberikan energinya (lebih rendah disbanding saat masuk)
kemudian meninggalkan turbin.

2. Generator
Generator yang digunakan adalah generator sinkron 3 phase
yang merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik arus bolak balik (AC) dengan adanya
induksi medan magnet.
Generator ini digunakan karena kapasitas dayanya besar dengan
ukuran dan berat yang sama dengan 1 phase. Dalam sistem 3 fase,
tegangan dan arus listrik terdistribusi dengan lebih baik dan lebih
merata. Hal ini dapat mengurangi kerugian daya dan meminimalkan
distorsi harmonik, sehingga kualitas daya yang dihasilkan lebih baik
dan lebih stabil.

25
Generator 3 phase lebih mudah dioperasikan karena memerlukan
kabel output yang lebih sedikit dibandingkan dengan generator 1 fase,
sehingga meminimalkan kesalahan pemasangan.

2.11.5 Sistem Kontrol


1. Untuk tegangan dan frekuansi
Peralatan sistem kontrol yang terpasang pada PLTMH berfungsi
untuk mengatur distribusi daya listrik yang dihasilkan. Sistem kontrol
yang dapat digunakan adalah AVR (Automatic Voltage Regulator) dan
AGC (Automatic Generation Control) yang dapat mengatur dan
mempertahankan kestabilan tegangan keluaran dan frekuensi secara
otomatis pada level yang diinginkan.

2. Untuk distribusi listrik


Sistem kontrol pada PLTMH untuk distribusi listrik dapat
dilakukan dengan menggunakan switchgear untuk memutuskan atau
menghubungkan jalur listrik dari generator ke sistem jaringan listrik
dan juga menjaga keselamatan dari sistem tersebut. Dan menggunakan
transformator berfungsi untuk mengubah tegangan listrik dari
generator menjadi tegangan yang lebih tinggi atau lebih rendah sesuai
dengan kebutuhan untuk disalurkan ke jaringan listrik serta Trafo juga
dapat digunakan untuk melindungi sistem listrik dari gangguan seperti
korsleting atau hubung singkat yang dapat merusak peralatan listrik.

2.12 Pemeliharaan (Maintenance) PLTMH


Pemeliharaan pada sistem PLTMH dimaksudkan untuk keberlangsungan
sistem pembangkit yang handal dan berkelanjutan. Pemeliharaan perlu dilakukan
secara benar dan teratur. Dalam pemeliharaan PLTMH, diperlukan pembagian
waktu yang jelas dan detail kegiatan inspeksi yang akan dilakukan oleh seseorang

26
operator agar mempermudah operator dalam menentukan penjadwalan untuk
pemeliharaan.
Tabel 2.3 Jadwal Pemeliharaan PLTMH Berdasarkan Frekuensi

27
28
29
Sumber: Kementrian ESDM, 2019

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu


Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan salah satu sumber
energy terbarukan yang memiliki potensi begitu besar untuk dikembangkan di
Negara kita Indonesia. Karena Negara kita memiliki begitu banyak sungai dan
hutan hujan tropis sebagai penyedia sumber energy tersebut, namun pembangunan
PLTMH juga dapat mempengaruhi ekosistem sungai.

3.2 Saran

Dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di harapkan


menjadi solusi bagi Negara kita untuk memenuhi sebagian atau seluruh
masyarakat Indoesia akan kebutuhan listrik terutama di daerah terpencil yang tidak
terjangkau oleh sumber listrik agar semua masyarakat bia menikmati adanya
listrik. Serta perlu adanya regulasi yang mengatur pembangunan PLTMH untuk
menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah pengaruh negatif pada masyarakat
sekitar dan pemerintah perlu memberikan sosialisasi mengenai PLTMH kepada
masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran dalam penggunaan sumber energi
yang ramah lingkungan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. An Approach for Using Duration Curves in the Development of


TMDLs. Washington DC: U.S. Environmental Protection Agency.
Anonim. 2009a. Buku 2A Pedoman Studi Kelayakan Hidrologi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Enegi dan Sumber Daya
Mineral.
Arismunandar, dkk. 1991. “Teknik Tenaga Listrik”. Pradnya Paramita. Jakarta.
Asdak, C. 2007. “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Febrianto dan Desrimon, Arfi. 2018. “Analisis Potensi Sungai Tapung Untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro”. Jurnal Teknik Industri Terintegrasi
(JUTIN), Vol. 1, No. 1, 1 - April.
Hasyim, Muhammad Fahmi. 2015. “Studi Perencanaan pembangkit listrik tenaga
Mikrohidro Dengan Pemanfaatan Potensi Air di Wonosalam”. Fakultas Teknik,
Universitas Jember.
Kementrian ESDM. (2019). Panduan Pengoprasian dan Pemeliharaan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Off Grid. Jakarta: Direktorat Jendral Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Ma’ali, Nashrul. 2017.” Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) Kepung Kabupaten Kediri”. Institut Teknologi Sepuluh November.
Murhasim, M., & Zuhro, M. (2006). Pemanfaatan energi mikrohidro sebagai sumber
daya listrik pedesaan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 16(2), 56-62.
Nasir, Bilal Abdulla. 2013. “Design of Micro - Hydro – Electric Power Station”.
International Journal of Engineering and Advanced technology (IJEAT). ISSN:
2249 – 8958. Vol. 2, Issue 5.

32
Nurhidayah, C., dkk. 2022. “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Di Air Terjun Gollae Kabupaten Pangkep”. Jurnal Teknik Elektro UNISMUH,
Vol. 14 No. 2.
Prayogo, E., 2003. Teknologi Mikrohidro dalam Pemanfaatan Sumber Daya Air
untuk Menunjang Pembangunan Pedesaan. Makasar: Semiloka Produkproduk
Penelitian Departemen Kimpraswil.
Setyo, P. Y. Suryo. 2015. “Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) di Sungai Atei Desa Tumbang Atei Kecamatan Sana mang Mantikai
Kabupaten Kating Provinsi Kalaimantan Tengah”. Sarjana thesis, Universitas
Brawijaya.
Sukamta, and A. Kusmantoro. 2013. “Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) Jantur Tabalas Kalimantan Timur”. J. Tek. Elektro Unnes, Vol.
5, no. 2, pp. 58–63.
Suripin. 2002. “Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air”. Andi Yogyakarta.
Yogyakart

33

You might also like