You are on page 1of 9

1.

Sustainable water resources management under water-scarce and limiteddata


Conditions

Urbanisasi dan pertumbuhan populasi meningkatkan permintaan akan pengambilan


air tawar, produksi pangan, sehingga meningkatkan ekspektasi pertanian, ekonomi, dan
produktivitas. Kebutuhan akan layanan air yang lebih baik, pengelolaan yang
berkelanjutan dan tangguh di bawah perubahan iklim, merupakan pendorong utama untuk
merancang ulang perencanaan air.Kelangkaan air dikombinasikan dengan terbatasnya
perluasan infrastruktur baru menciptakan persaingan di antara penggunaan air dan
selanjutnya menekankan cakupan yang memuaskan dari kebutuhan yang meningkat.
Pemodelan terintegrasi adalah cara untuk mensimulasikan dan mengatasi tantangan di
atas, namun pemantauan yang buruk, database yang tidak lengkap, dan kompleksitas
membuat aplikasinya sulit. Pertanyaan seperti data apa yang digunakan, cara terbaik
memanfaatkan database (terbatas) yang tersedia, parameter apa yang harus dihitung, dan
bagaimana memenuhi tujuan ekonomi dan lingkungan, terjadi.
Studi ini menggunakan perangkat hidro-ekonomi sederhana untuk mengatasi
tantangan di atas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, melalui Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) Terpadu, yang dapat fleksibel dalam hal input data dan
output, tergantung pada studi kasus dan karakteristik spesifiknya. Permintaan air,
ketersediaan dan keseimbangan, aspek ekonomi, nilai air, kualitas air, strategi
pengelolaan, termasuk alat GIS-MultiCriteria Analysis (MCA) yang digabungkan untuk
mengevaluasi kegunaan solusi berbasis alam, dan skenario perubahan iklim di masa
depan dapat dipertimbangkan. DSS menggunakan MCA, yang melibatkan pakar
pengelolaan sumber daya air dan pembuat keputusan (DM) lokal. Secara keseluruhan,
asumsi untuk bekerja dengan data terbatas dibahas, sejumlah parameter yang berguna
untuk memperkirakan dibenarkan, dan alat-alat perangkat lunak yang dapat digunakan
disebutkan. Metode tersebut telah berhasil diterapkan di cekungan Eropa Selatan, Asia
Tengah, dan Amerika Utara, tetapi ini adalah pertama kalinya kerangka tersebut disajikan
sebagai pendekatan konseptual tunggal dan menyeluruh, yang dirancang untuk masyarakat
pedesaan yang menghadapi kelangkaan air dan keterbatasan data. Ini dianggap sebagai
isu yang sangat hangat dan krusial di DAS Asia Tengah (Sehring, 2015; Thalmeinerova,
2015). Ide dan prinsip yang menyebabkan keberhasilan penerapan DSS juga dibahas,
mendorong pengembangan DSS yang lebih mudah dipahami, dapat diterapkan, ramah
pengguna, menggunakan istilah sederhana yang akrab bagi pengguna, dan membuka jalan
bagi kerja sama yang dinamis antara DM dan pakar menuju keberlanjutan. pengelolaan.
Ada studi terbatas tentang bagaimana menerapkan pengelolaan sumber daya air
terpadu untuk memberikan panduan yang solid untuk pemodel. Informasi yang diberikan
dalam buku yang relevan seringkali terlalu umum, sedangkan Badham et al. (2019)
memberikan panduan tingkat tinggi untuk pendekatan kontekstual. Namun, dalam hal
praktik, pembatasan data sering kali menyangkut keputusan analis. Studi ini mencoba
memberikan kontribusi dengan menghadirkan DSS indikatif, termasuk pengalaman nyata
dari pemodelan terintegrasi dengan data terbatas, guna memberikan wawasan untuk kasus
serupa di Asia. Gagasan dan prinsip yang mengarah pada keberhasilan penerapan alat
yang dibahas didasarkan pada fleksibilitas cara dan alat untuk melakukan analisis yang
diinginkan: Keterbatasan data dapat diatasi dengan menggunakan data primer sederhana
dari survei lapangan, penginderaan jarak jauh, pejabat nasional lainnya, database statistik,
studi desain lama, atau asumsi yang masuk akal. Mempertimbangkan sebanyak mungkin
faktor, termasuk parameter yang menggabungkan aspek hidrologi dan ekonomi, sangat
membantu pemodel memahami sistem lebih dalam, tetapi juga meningkatkan kemampuan
model itu sendiri. Pemodelan terintegrasi tidak terbatas pada konteks keluaran
multidisiplin, tetapi juga membutuhkan kelompok pemangku kepentingan yang
terintegrasi; termasuk pakar dan DM dalam aplikasi MCA membuat jembatan kerja sama.
Selain itu, DM dibiasakan dengan hasil dan kemampuan pemodelan.
2. A Comparative Evaluation of the Use of Artificial Neural Networks for Modeling
the Rainfall–Runoff Relationship in Water Resources Management

Baru-baru ini, metode Artificial Neural Network (ANN), yang telah berhasil
diterapkan di banyak bidang, telah dipertimbangkan untuk sejumlah besar studi estimasi
dan pemodelan aliran sungai yang dapat diandalkan untuk desain dan perencanaan proyek
struktur hidrolik. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan hubungan curah hujan-
limpasan menggunakan metode JST yang berbeda. Bendungan Nergizlik, yang terletak di
sub-cekungan Seyhan dan salah satu cekungan penting di Turki, dipilih sebagai daerah
studi.
Dalam studi tersebut, data curah hujan dari Karaisalÿ dan Çatalan, yang merupakan
dua stasiun pengamatan curah hujan (ROS) terdekat dengan situs Bendungan Nergizlik,
dievaluasi antara tahun 1992 dan 2011. Data dari periode ini diperoleh dari DSI dan
Meteorologi Negara Turki. Bekerja (dikenal secara lokal sebagai DMI). Nilai aliran
bulanan rata-rata yang diperoleh dari Flow Observation Stations (FOS) dan nilai curah
hujan rata-rata bulanan dari ROS digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa model pendugaan aliran sungai, yang dianalisis dengan
JST, berhasil memodelkan hubungan curah hujan-limpasan nonlinear dari DAS. Dengan
tujuan untuk menyelidiki hubungan tersebut, diperkirakan dengan menggunakan metode
FFBPNN dapat menjadi alternatif yang baik sebagai hasil penerapan metode metode JST untuk
kawasan Bendungan Nergizlik. Adalah fakta bahwa efek fungsi hubungan autokorelasi pada
estimasi aliran sungai dapat ditingkatkan dengan menggunakan lebih banyak nilai data
hidrologi dan dengan cara ini kinerja model dapat lebih ditingkatkan. Hasilnya sudah
menunjukkan korelasi yang tinggi dan tingkat kesalahan yang minimal. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa input data JST untuk studi ini diperlukan dan cukup untuk
memodelkan aliran masuk Bendungan Nergizlik. Jelas juga bahwa metode JST akan
memberikan keuntungan yang signifikan, terutama dalam mendukung proses pengambilan
keputusan, ketika diperlukan untuk merencanakan dan mengelola sumber daya air secara
tepat dan berkelanjutan.
3. Markov Analysis of Water Discharge as an Indicator of Surface Water Security
of The Bandung Basin

Ketahanan air adalah terpenuhinya akses terhadap kebutuhan (kuantitas dan


kualitas) air yang cukup dan berkelanjutan untuk pertumbuhan kehidupan manusia dan
ekosistem serta kemampuan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan air. Dengan
mengetahui ketahanan air suatu kawasan, maka upaya pelestarian, pemanfaatan,
pengendalian daya rusak, pengembangan sistem informasi dan peran serta masyarakat
dapat dinilai sejauh mana dan bagaimana pengelolaan tersebut telah dilakukan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk merumuskan jumlah ketersediaan air per kapita (kuantitas)
air permukaan dan menentukan kuantitas kualitas air terburuk pada saat kritis (kuantitas
terburuk) untuk dijadikan acuan dalam menentukan jumlah tahan air untuk pembangunan.
Kajian dilakukan di Cekungan Bandung, khususnya di pos pemantauan Intake
Turbin Reservoir Nanjung dan Saguling. Kedua pos pemantauan tersebut terletak di
bagian hilir Cekungan Bandung, yakni hulu Sungai Citarum.
Pos Nanjung terletak di hulu aliran Sungai Citarum, tepat sebelum inlet voir
Waduk Saguling. Kawasan ini terletak di antara Kabupaten Bandung, Kota Bandung,
dan Cimahi. Sementara itu, Pos Intake Waduk Saguling berada di Waduk Saguling.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari pengelola
Waduk Saguling yaitu Indonesia Power Saguling. Data debit yang digunakan adalah data
bulanan dari tahun 1986-2013. Sebagai perbandingan, data kualitas air menggunakan data
triwulanan (Maret, Juni, September, dan Desember) dari tahun 1999-2013. Data kualitas
air yang digunakan juga terbatas pada data parameter BOD (Biological Oxygen Demand)
saja. Pada proses Markov, jumlah debit air yang masuk ke reservoir disederhanakan
dengan membaginya menjadi tiga kelas dan lima kelas. Berdasarkan pembagian kelas
debit air tersebut, dilakukan upaya untuk menelusuri catatan sejarah kejadian debit air
sehingga setiap bulan dapat dibuat mztriks stokastik yang membagi kelas debit air yang
masuk ke waduk menjadi 3 kelas dan 5 kelas. (Sabar, 2009; Nuraeni, 2011;
Marganingrum, 2013; Corsita, 2014; Setyono & Ismijayanti, 2015; Marselina & Sabar,
2017; Afifah et al., 2019).
Ketahanan air di Cekungan Bandung termasuk dalam kategori buruk (jarang)
karena indeks ketahanan air hanya menunjukkan 174 m3 per kapita per tahun. Hal itu
berdasarkan besaran debit andalan sebesar R10 (32,12 m3 /detik) di Pos Nanjung
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Cekungan Bandung yang mencapai 5,8 juta
jiwa. Data kualitas tahun kering (R5) sebesar 129 mg/l dan tahun sangat kering (R10)
sebesar 112 mg/l dapat dijadikan sebagai nilai keandalan kualitas air para meter BOD
dan dapat dijadikan acuan untuk perencanaan dan pembangunan infrastruktur sumber daya
air yang lebih andal dan efisien. Mengubah pola penggunaan air dan mendorong
penerapan pengelolaan sumber daya air terpadu yang efektif merupakan strategi penting
untuk meningkatkan ketahanan air di Indonesia
4. Estimation Of Potential Water Availability And Water Estimation Of Potential
Water Availability And Water Resources Carrying Capacity For Bogor City
Spatial Resources Carrying Capacity For Bogor City Spatial Plan

Penelitian ini mempertanyakan metode yang dipilih untuk menilai daya dukung
sumber daya air yang telah banyak digunakan oleh pengelola dan praktisi sumber daya
air serta menginformasikan proses pembuatan kebijakan karena Peraturan dan Petunjuk
Teknisnya.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis limpasan menggunakan metode
SCS-CN berdasarkan Geetha et. al.'s Soil Conservation Service Curve Number (SCS-
CN) model (Geetha et al., 2007) dan metode Rasional sesuai amanat Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009.Penelitian ini mengevaluasi kedua model tersebut
dengan menguji kinerja dan validitasnya terhadap data observasi yang dikumpulkan dari
daerah hulu sungai Cisadane di Jawa Barat, Indonesia (Gbr. 1). Estimasi potensi
ketersediaan air dari wilayah hulu DAS Cisadane diperlukan untuk melacak perubahan
aliran sungai sebagai informasi vital yang digunakan PDAM Tirta Pakuan dalam
memenuhi kebutuhan air bersih Kota Bogor yang terus meningkat serta rencana tata
ruang wilayah pada umumnya.
Penelitian ini dilakukan di daerah hulu DAS Cisadane. Daerah aliran sungai
Cisadane hulu memanjang antara 106°29'00”–106°57'00” BT dan 06°30'20”–06°46'30”
S. Outlet Batubeulah terletak di 106°41'21” BT 06°31'21” S. (Gambar 1) (Laksana,
2011). Untuk keperluan pemodelan, DAS Cisadane bagian hulu dibagi menjadi 11 sub
DAS dengan luasan masing-masing sebagai berikut 0,10 (km2 ), 21,50 (km2 ), 6,33
(km2), 0,90 (km2 ), 58,30 (km2 ), 92,85 (km2 ), 112 (km2 ), 34, 85 (km2 ), 196,01
(km2 ), 205,67 (km2 ), dan 99,14 (km2 ). Total luas DAS sekitar 827.631(km2 ).
Konstruksi pemodelan DAS untuk mensimulasikan perilaku hidrologi DAS jangka
panjang sangatlah rumit. Parameter input model dapat sangat bervariasi dengan perubahan
kondisi musiman dan hidrologi, menantang keakuratan model dan persamaan. Karena
kesederhanaan dan keakrabannya, metode rasional diterapkan secara luas sebagai
perbaikan cepat dan diperlakukan oleh para pembuat kebijakan sebagai instrumen pilihan
dalam memperkirakan ketersediaan air. Konsekuensi dari pemilihan ini sangat penting
karena perkiraan ketersediaan air memberikan informasi penting dalam pembuatan
kebijakan penataan ruang.
Penelitian ini merekomendasikan penggunaan hasil estimasi model SCS-CN kami
yang telah dikalibrasi sebagai alternatif praktik pendugaan potensi ketersediaan air dengan
menggunakan model rasional. Hasil estimasi kedua model tersebut diuji terhadap data
observasi yang dikumpulkan dari DAS Cisadane Hulu. Hasil perbandingan menunjukkan
bahwa model SCS-CN yang dikalibrasi memiliki kinerja yang lebih baik daripada model
rasional dalam merepresentasikan kondisi alam. Hasil simulasi yang dihasilkan oleh model
SCS-CN terkalibrasi lebih mendekati aliran harian aktual yang diamati jika dibandingkan
dengan hasil simulasi model rasional yang umum digunakan. Pengamatan ini juga
didukung oleh kinerja yang lebih baik dalam pengujian validitas statistik.
Sementara pengujian lebih lanjut masih diperlukan, penelitian ini menyajikan
bukti bahwa penggunaan model rasional yang dianjurkan sebagai instrumen pilihan untuk
estimasi ketersediaan air bukannya tanpa masalah dan oleh karena itu harus dipertanyakan
dan ditentang lebih lanjut.
5. Flood Disaster Water Supply: A Review of Issues and Challenges in Malaysia

Makalah ini meninjau masalah pasokan air selama peristiwa banjir. Beberapa
masalah pasokan air yang dialami oleh korban banjir diidentifikasi seperti sumber air
yang terkontaminasi, kelangkaan air minum yang aman, wabah penyakit terkait banjir
dan gangguan fasilitas pengolahan air. Makalah ini juga membahas tentang tantangan
untuk mengatasi masalah pasokan air saat banjir seperti kurangnya akses ke air minum,
tidak dapat mengolah air dengan baik, aksesibilitas air minum, proses pemulihan pasokan
air yang cepat dan aksesibilitas layanan kesehatan. Oleh karena itu, pengelolaan
persediaan air pada saat banjir harus dilakukan secara efisien dan sistematis untuk
menjamin pasokan air yang cukup dan aman bagi korban banjir. Dalam upaya ini, peran
dan kerjasama berbagai instansi sangat penting dalam memastikan korban banjir
mendapatkan pasokan air bersih dan berkesinambungan meskipun terjadi banjir.
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan dampak
negatif bagi penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir. Selain menyebabkan
kerusakan pada properti dan tanaman, juga menyebabkan gangguan pasokan air.
Akibatnya, masyarakat menghadapi masalah pencemaran sumber daya air, kelangkaan
air, wabah penyakit yang terbawa air, dan gangguan fasilitas air.
Makalah ini telah meninjau secara singkat masalah pasokan air saat banjir dan
tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pengelolaan dan perencanaan terpadu
diperlukan untuk memastikan pasokan air terus menerus sampai ke korban banjir. Karena
banjir tidak dapat diprediksi, pengelolaan pasokan air selama banjir sangat penting untuk
memastikan penduduk yang terkena dampak akan mendapatkan air bersih dan aman
untuk keperluan rumah tangga. Semua pemerintah, lembaga non-pemerintah dan
masyarakat harus memusatkan upaya mereka dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan
pasokan air selama banjir dengan mengatasi masalah dan masalah.
LAMPIRAN
JURNAL

You might also like