Professional Documents
Culture Documents
whatmoko@yahoo.com
ABSTRACT
Water resources management in Indonesia is based in the river basin area. The condition of the river basin
areas is varying, e.g. population, socio-economic, climate and hydrological conditions, water users, water
utilization, and river basin organizations. With the differences in river basin conditions, the management of
river basin area should be in line with their characteristics. Therefore, there is a need of the information on the
clustering of the river basin areas and its priorities, which river basin areas need to prioritize on development,
management and conservation. The Principal Component Analysis is a mathematical method to reveal the
hidden information from multi-variate data, resulting new set of variables, namely the Principal Components
which have maximum information content, and the position of river basin area can be presented and can be
observed their proximity or similarity. This study analyzing the data of river basin areas by using Principal
Component Analysis, for river basin management policy. It is concluded that the First Principal Component
shows the socio-economic development state of river basin area, the Second Principal Component related to
the conditions of water availability and its infrastructure. Four cluster of river basin area and their
management priorities have been established, to improve the river basin management policy in Indonesia.
Keywords: water resources management, river basin area, principal component analysis, policy, socio-
economic development
ABSTRAK
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia dilaksanakan berdasarkan wilayah sungai, yang kondisinya sangat
beragam, antara lain dalam hal jumlah penduduk, aktivitas sosial ekonomi, kondisi iklim dan hidrologi,
pengguna air, tingkat pemanfaatan air, serta kelembagaan pengelolaan wilayah sungai. Penanganan suatu
wilayah sungai tidak dapat disamakan dengan wilayah sungai lainnya. Untuk itu diperlukan informasi
mengenai pengelompokan wilayah sungai, dan bagaimana urutan prioritas pengelolaannya; wilayah sungai
mana yang perlu lebih mengutamakan arah pengembangan, atau pengelolaan dan konservasi. Analisis
Komponen Utama merupakan metode matematis untuk mengungkap informasi yang tersembunyi dari data
multi-variabel. Dengan analisis komponen utama akan diperoleh variabel baru, yaitu Komponen Utama
dengan kandungan informasi yang maksimal, sehingga data dapat disajikan dalam bidang yang dibentuk
dari Komponen Utama, dan dapat diamati kedekatan atau kemiripan satu wilayah sungai dengan lainnya.
Penelitian ini mengkaji data kondisi wilayah sungai dengan menggunakan Analisis Komponen Utama untuk
masukan kebijakan pengelolaan wilayah sungai. Disimpulkan bahwa Komponen Utama Pertama
menunjukkan tingkat perkembangan sosial-ekonomi wilayah sungai, Komponen Utama Kedua terkait
dengan kondisi ketersediaan air dan infrastrukturnya. Berdasarkan kedua Komponen Utama tersebut,
wilayah sungai dibagi ke dalam empat kelompok, dan diurutkan prioritas pengelolaannya, sehingga arah
pengelolaan masing-masing wilayah sungai dapat teridentifikasi sebagai masukan untuk meningkatkan
kebijakan pengelolaan wilayah sungai di Indonesia.
Kata Kunci: pengelolaan sumber daya air, wilayah sungai, analisis komponen utama, kebijakan,
perkembangan sosial-ekonomi
1
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
Analisis komponen utama merupakan metode Penerapan di bidang hidrologi dan sumber daya air
matematis untuk mengungkap struktur utama atau antara lain: Pengelompokan parameter model
informasi yang tersembunyi dari data muti- hidrologi di India (Sharma, Gajbhiye, & Tignath,
variabel. Dengan analisis komponen utama akan 2015); Pola hujan jangka panjang di Malaysia
diperoleh Komponen Utama yang menjelaskan (Othman, Ash’aari, & Mohamad, 2015); Pemetaan
variabilitas data atau mengandung informasi yang banjir dari data satelit di Mexico (Gómez-Palacios,
maksimal, sehingga dapat disajikan dalam bidang Torres, & Reinoso, 2016); Penilaian indeks
yang dibentuk dari kedua sumbu komponen utama. kekeringan multi-variabel (Li et al., 2015); Kajian
Selanjutnya pada bidang tersebut dapat diamati daya dukung sumber daya air terhadap urbanisasi
kedekatan satu wilayah sungai dengan lainnya, di China (Liu et al., 2017); Faktor yang berpengaruh
serta diidentifikasikan wilayah sungai yang ekstrem terhadap efisiensi irigasi di China (Fang, Jia, Tu, &
sangat berkembang atau sebaliknya. Dengan Sun, 2017); dan indikator lingkungan pada pantai
demikian variabel asli yang berdimensi banyak reklamasi di China (Chu et al., 2018).
direduksi menjadi variabel yang memiliki dimensi
lebih kecil akan tetapi masih dapat menyajikan Di Indonesia, (Adidarma, Martawati, Subrata, &
informasi yang dikandung dalam variabel aslinya. Levina, 2011) menggunakan indeks kekeringan SPI
skala waktu 12 bulan sebagai data dasar dalam
Sampai saat ini belum ada analisis kebijakan pemilihan pos hujan untuk pemantauan kekeringan
pengelolaan sumber daya air pada seluruh wilayah di Wilayah Sungai Pemali-Comal. Dari 147 buah pos
sungai di Indonesia, dengan pendekatan analisis hujan yang ada dipilih 15 buah pos hujan tersebar
komponen utama yang menyertakan variabel pada setiap Zona Prakiraan Iklim, dengan
fluktuasi debit alami dan intervensi infrastruktur. pendekatan analisis komponen utama.
Kedua belum terdefinisi secara baik, dan Komponen utama cj memiliki variansi sebesar λj
pengelompokan variabel juga belum ada. Penelitian
tersebut menyarankan antara lain untuk Jika vektor data x telah ditransformasi normal baku
melanjutkan penelitian dengan memasukkan dengan rerata nol dan variansi 1, maka matriks
variabel yang terkait erat dengan infrastruktur, kovariansi C merupakan matriks korelasi antar p
selain variabel sosial ekonomi dan budaya variabel.
masyarakat.
Data
METODE PENELITIAN
Analisis Komponen Utama dilakukan dengan
Analisis Komponen Utama menggunakan data dari 128 buah wilayah sungai di
Analisis Komponen Utama merupakan teknik Indonesia. Masing-masing wilayah sungai
matematika dan statistika yang dapat mereduksi diasumsikan homogen dan diwakili oleh sebuah
dimensi data dengan tetap memaksimalkan data, dengan demikian terdapat 128 buah data yang
informasi yang terkandung di dalamnya. Jika data yang meliputi 7 variabel, yaitu:
memiliki p buah variabel, maka dengan analisis
komponen utama akan diperoleh variabel baru yang 1) Tinggi aliran limpasan rerata pada wilayah
dinamakan komponen utama, yang saling tidak sungai, dalam satuan milimeter per hari,
berkorelasi, dan memaksimalkan variansi. Dengan menyatakan ketersediaan air atau “kebasahan”
dua atau tiga buah komponen utama diharapkan suatu wilayah sungai. Data ini bersumber dari
dapat memuat informasi variansi yang dikandung di Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air
dalam p buah variabel. Komponen utama tersebut (2016).
merupakan vektor karakteristik dari matriks 2) Koefisien variasi limpasan bulanan rata-rata,
korelasi antara p buah variabel tersebut. Sedangkan dari data tinggi limpasan bulanan tiap wilayah
variansi dari komponen utama merupakan nilai sungai, menyatakan tingkat variabilitas sumber
karakteristik dari matriks korelasi yang sama. daya air;
40%
5) Jumlah air tersedia per-orang per-tahun, atau 35%
yang dikenal dengan nama Falkenmark Index
Kandungan Informasi
30%
(Falkenmark, 2013)
25%
𝑆 20%
𝐹𝐼 =
𝑃 15%
10%
dengan: 5%
0%
FI = Jumlah air per orang per tahun 1 2 3 4 5 6 7
4
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
1.0
Interpretasi Komponen Utama Pertama
Berdasarkan bobot yang merupakan nilai proyeksi
variabel pada Komponen Utama Pertama, dapat
0.8
0.6
dibagi dua, yaitu variabel dengan proyeksinya yang
positif, dan yang negatif. Variabel dengan proyeksi
Komponen Utama Kedua
0.4
bahwa koefisien variasi debit limpasan tidak fisiknya, sebab dari segi infrastruktur tertinggal
berperan terhadap Komponen Utama Kedua. sementara kondisi ketersediaan air alami juga
Variabel yang paling berperan secara negatif minim.
terhadap Komponen Utama Kedua adalah rerata
limpasan, dan dua variabel dari Kelompok
Infrastruktur, yaitu jumlah tampungan waduk, dan Posisi Wilayah Sungai pada Komponen
persentase irigasi. Utama
Posisi wilayah sungai pada bidang yang dibentuk
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah sungai yang oleh Komponen Utama Pertama sebagai sumbu-X
memiliki skor tinggi pada Komponen Utama Kedua dan Komponen Utama Kedua sebagai sumbu-Y
adalah wilayah sungai dengan kondisi ketersediaan disajikan pada Gambar 3 dengan tematik pengelola
air alami yang terbatas, tidak ada bendungan dan wilayah sungai, dan pada Gambar 4 dengan tematik
minim sawah irigasi. Dengan lain perkataan pulau. Absis sumbu-X menyatakan tingkat
merupakan wilayah sungai yang relatif kurang berkembangnya dibandingkan dengan konservasi
berkembang dan air yang ada secara alami atau kelestarian suatu wilayah sungai, dan ordinat
jumlahnya relatif minim. Dengan demikian, wilayah sumbu-Y berkaitan dengan ketinggalan
sungai dengan skor yang tinggi pada Komponen infrastruktur bersamaan dengan rendahnya
Utama Kedua perlu diprioritaskan pembangunan ketersediaan air alami.
KU 2 WS BENANAIN
2 WS FLORES
WS KEPULAUAN SERIBU
WS KEPULAUAN BANGGAI
WS ACEH-MEUREUDU
WS MAHAKAM
1
WS BONGKA-MENTAWA
WS AMBON-SERAM WS KEPULAUAN KARIMUNJAWA
KU 1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
0
WS WOYLA-BATEUE WS BONDOYUDO-BEDADUNG
WS PAWAN WS BATANGHARI WS BENGAWAN SOLO
WS KAHAYAN WS BALI-PENIDA
WS KAMUNDAN-SEBYAR WS CISADEA-CIBARENO
-1
WS JRATUNSELUNA
WS EINLANDEN-DIGUL-BIKUMA
WS SERAYU-BOGOWONTO
WS SIBERUT-PAGAI-SIPORA
-2
WS KAYAN
WS KEPULAUAN RIAU
-3
WS CIMANUK-CISANGGARUNG
-5
-6
WS CITARUM
Gambar 3. Posisi wilayah sungai menurut pengelolanya pada Komponen Utama 1 dan 2
Sumber: hasil analisis, 2017
Gambar 4 yang menyajikan posisi wilayah sungai kandungan informasi 46% disajikan pada Error!
secara tematik pulau. Hampir seluruh wilayah Reference source not found.. Terlihat bahwa
sungai di Jawa berada di bagian kanan bawah, wilayah sungai yang paling berkembang adalah
artinya aspek sosial-ekonomi telah berkembang, Wilayah Sungai Citarum, yang disusul oleh Wilayah
dengan infrastruktur irigasi dan bendungan, serta Sungai Lombok, Jratunseluna, Welang-Rejoso, Bali-
kondisi ketersediaan air yang relatif banyak. Penida, Wiso-Gelis, Bengawan Solo, Cimanuk-
Wilayah sungai yang terletak di bagian kanan Cisanggarung, Ciliwung-Cisadane, dan Brantas.
bawah tersebut antara lain adalah Wilayah Sungai Sedangkan wilayah sungai yang paling belum
Citarum, Cimanuk-Cisanggarung, Jratunseluna, Bali- berkembang adalah wilayah sungai di Papua dan
Penida, Lombok, dan Bengawan Solo. Kalimantan, yaitu Wilayah Sungai Kayan, Sesayap,
Einlanden-Digul-Bikuma, Wapoga-Mimika, Omba,
Wilayah sungai yang terletak di Pulau Sumatera, Mamberamo-Tami-Apauvar, dan Kamundan-
Kalimantan, Maluku, dan Papua umumnya berada di Sebyar.
sisi sebelah kiri, menandakan masih lestari dan
belum berkembang. Wilayah Sungai di Maluku Wilayah sungai dengan nilai skor tertinggi pada
umumnya berada di kiri atas, yang berarti belum Komponen Utama Kedua, merupakan wilayah
berkembang, minim infrastruktur, dan relatif sungai dengan tinggi aliran limpasan yang minim,
terbatas ketersediaan airnya, sedangkan wilayah berarti kondisi ketersediaan air yang terbatas
sungai di Sumatera, Kalimantan dan Papua secara alami, dan minim infrastruktur irigasi dan
umumnya berada di sisi kiri bawah, namun tidak bendungan. Wilayah sungai yang perlu
terlalu bawah, yang mengindikasikan adanya dikembangkan ini pada umumnya terletak di bagian
infrastruktur irigasi dan bendungan atau Timur Indonesia, dan berupa kepulauan, antara lain
ketersediaan air yang tinggi. Wilayah sungai yang adalah Wilayah Sungai Benanain, Flores Timur
berada di Bali dan Nusa Tenggara serta Sulawesi Kepulauan Lembata-Alor, Noelmina, Sumba,
umumnya berada di bagian atas, dan kecuali Kepulauan Seribu, Madura-Bawean, dan Muna.
wilayah sungai Bali-Penida dan Lombok, semuanya
berada yang di bagian kanan atas, menunjukkan Sedangkan wilayah sungai dengan nilai rendah pada
bahwa selain dari kondisi air yang relatif terbatas, Komponen Utama Kedua, merupakan wilayah
sosial-ekonomi telah berkembang, namun sungai dengan ketersediaan air alami yang besar,
infrastruktur irigasi dan bendungan masih perlu dan/atau pengembangan infrastruktur irigasi dan
ditingkatkan. bendungan relatif sudah banyak. Wilayah sungai
dalam katagori ini adalah Wilayah Sungai Citarum,
Peta Wilayah Sungai menurut Komponen Cimanuk-Cisanggarung, Kayan, Siberut-Pagai-
Utama Sipora, Serayu-Bogowonto, Einlanden-Digul-
Skor masing-masing wilayah sungai pada Bikuma, Wapoga-Mimika, Jratunseluna, Sesayap,
Komponen Utama Pertama yang memuat dan Pemali-Juana.
7
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
KU 2 WS BENANAIN
2 WS FLORES
WS KEPULAUAN SERIBU
WS KEPULAUAN BANGGAI
WS ACEH-MEUREUDU
WS MAHAKAM
WS1BONGKA-MENTAWA
WS AMBON-SERAM WS KEPULAUAN KARIMUNJAWA
KU 1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
0
WS WOYLA-BATEUE WS BONDOYUDO-BEDADUNG
WS PAWAN WS BATANGHARI WS BENGAWAN SOLO
WS KAHAYAN WS BALI-PENIDA
WS KAMUNDAN-SEBYAR WS CISADEA-CIBARENO
-1
WS JRATUNSELUNA
WS EINLANDEN-DIGUL-BIKUMA
WS SERAYU-BOGOWONTO
WS SIBERUT-PAGAI-SIPORA
-2
WS KAYAN
WS KEPULAUAN RIAU
-3
WS CIMANUK-CISANGGARUNG
Pulau
Sumatera (45)
-4
Jaw a (24)
Kalimantan (17)
Sulaw esi (8)
Bali Nusa Tenggara (22)
Maluku (7) -5
Papua (5)
-6
WS CITARUM
Gambar 4. Posisi wilayah sungai menurut pulau pada Komponen Utama 1 dan 2
Sumber: hasil analisis, 2017
8
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
positif, antara lain wilayah sungai Berau-Kelai, Komponen Utama Pertama menyatakan tingkat
Bukit Batu, Mahakam, Lambunu-Buol, Enggano, perkembangan sosial-ekonomi wilayah sungai, dan
Randangan, Kendilo, Halmahera Selatan, Alas- Komponen Utama Kedua mencirikan minimnya
Singkil, Karangan, Guntung-Kateman, dan infrastruktur dan ketersediaan air. Kedua
Bengkalis-Meranti. Pada kelompok dengan Komponen Utama ini mengandung 64% dari
jumlah air terbatas ini diperlukan pembangunan seluruh informasi pada ketujuh variabel yang dikaji.
infrastruktur secara selektif. Koordinat wilayah sungai pada Komponen Utama
Pertama menunjukkan posisi tingkat
3) Kelompok sosial-ekonomi belum berkembang berkembangnya sosial-ekonomi suatu wilayah
dengan air yang berlimpah, berada di dalam sungai, sedangkan pada Komponen Utama Kedua
kuadran III, dibentuk oleh Komponen Utama menyatakan tingkat urgensi pengembangan
Pertama negatif dan Komponen Utama Kedua wilayah sungai.
negatif, termasuk sebagian besar wilayah sungai
di Papua dan Kalimantan. Pengembangan Berdasarkan bidang yang dibentuk dari kedua
sumber daya air dapat dilakukan pada wilayah Komponen Utama, dapat dibagi 4 buah kuadran
sungai dengan air yang berlimpah, dengan yang menyatakan kelompok wilayah sungai, yaitu
memperhatikan keberlanjutannya, misalnya (1) Kelompok sosial-ekonomi berkembang dengan
antara lain jika dibangun Pembangkit Listrik infrastruktur maksimal, antara lain wilayah sungai
Tenaga Air harus jelas pemanfaatannya, serta Citarum, Lombok, Ciliwung-Cisadane, dan Bali-
pengembangan irigasi perlu memperhatikan Penida; (2) Kelompok sosial-ekonomi berkembang
tenaga kerja yang tersedia, dengan infrastruktur dan ketersediaan air yang
terbatas, antara lain wilayah sungai Madura-
4) Kelompok sosial-ekonomi berkembang dengan Bawean, Benanain, dan Noelmina; (3) Belum
infrastruktur maksimal, yaitu wilayah sungai berkembang, dengan infrastruktur dan
yang berada di dalam kuadran IV, dibentuk oleh ketersediaan air terbatas, antara lain wilayah sungai
Komponen Utama Pertama positif Berau-Kelai dan Halmahera Selatan; dan (4) Belum
(berkembang) dan Komponen Kedua negatif berkembang dengan ketersediaan air yang
(infrastruktur dan ketersediaan air maksimal), berlimpah, yaitu pada wilayah sungai di Papua dan
antara lain adalah wilayah sungai Citarum, Kalimantan.
Lombok, Cimanuk-Cisanggarung, Jratunseluna,
Bali-Penida, Welang-Rejoso, Bengawan Solo, dan Pengelompokan dan urutan skor wilayah sungai
Ciliwung-Cisadane. Pada kelompok wilayah pada komponen utama telah memberikan arah dan
sungai yang telah dimanfaatkan secara optimal prioritas kebijakan pengelolaan sumber daya air
ini, pengelolaan wilayah sungai lebih dititik- nasional. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
beratkan pada operasi, pemeliharaan, dan untuk menggunakan lebih banyak variabel yang
konservasi. mencakup kondisi sosial-ekonomi, dan budaya
Daftar lengkap dari keempat kelompok wilayah masyarakat pada wilayah sungai.
sungai, beserta koordinatnya pada kedua
Komponen Utama, serta jarak ke titik nol disajikan UCAPAN TERIMA KASIH
secara urut terhadap jarak ke titik nol, pada
Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4. Jarak ke Terima kasih penulis ucapkan pada pimpinan
titik nol menyatakan prioritas atau urgensi wilayah Puslitbang Sumber Daya Air yang telah
sungai tersebut. mempercayakan kami untuk melaksanakan
penelitian mengenai strategi pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai, di tahun anggaran
KESIMPULAN
2014.
Dari kajian Analisis Komponen Utama pada 128
wilayah sungai di Indonesia, dengan 7 variabel
persentase hutan, persentase irigasi, jumlah DAFTAR PUSTAKA
kapasitas waduk, Indeks Penggunaan Air, Jumlah
air/orang/tahun, tinggi limpasan rerata, dan
koefisien variasi limpasan antar bulan, diperoleh Adidarma, W. K., Martawati, L., Subrata, O., & Levina.
tiga kelompok variabel, yaitu (a) Kelompok Lestari, (2011). Mitigasi kekeringan. Jakarta: Badan
yang terdiri atas persentase hutan, tebal rerata Litbang Pekerjaan Umum.
aliran limpasan, dan jumlah air/orang/tahun; (b) Bishop, C. M. (2006). Pattern Recognition and
Kelompok Tekanan Air, yaitu variabel Indeks Machine Learning. (M. Jordan, J. Kleinberg, &
Penggunaan Air dan koefisien variasi limpasan; dan B.Scholkopf, Eds.), Information Science and
(c) Kelompok Infrastruktur, yaitu variabel Statistics (Vol. 16). New York: Springer.
persentase irigasi dan jumlah kapasitas tampungan https://doi.org/10.1117/1.2819119
waduk. Chu, K., Liu, W., She, Y., Hua, Z., Tan, M., Liu, X., … Jia,
Y. (2018). Modified Principal Component
10
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
11
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
Lampiran 1. Wilayah Sungai sosial ekonomi- berkembang dengan infrastruktur dan banyak air
12
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
Lampiran 2. Wilayah Sungai sosial-ekonomi berkembang namun minim infrastruktur dan air
13
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
Lampiran 3. Wilayah Sungai belum berkembang dengan sedikit air dan infrastruktur
14
Jurnal Sosek pekerjaan Umum, Vol. 10.1, April 2018, hal 1 - 15
15