You are on page 1of 17

PENGGUNAAN MODEL HIDROLOGI SWAT (SOIL AND WATER ASSESSMENT

TOOL) DALAM PENGELOLAAN DAS CISADANE


(Application SWAT Hydrology Model in Cisadane Watershed Management)*
Edy Junaidi1 dan/and Surya Dharma Tarigan2
1
Balai Penelitian Kehutanan Ciamis
Jalan Ciamis-Banjar Km. 4 P.O. Box 5. Telp. 0265771352; email: edy_jun2003@yahoo.com
2
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

*Diterima: 06 September 2010; Disetujui: 24 April 2011

ABSTRACT
Effective watershed management should take hydrologic response unit into consideration. Therefore,
analysis in watershed management should employ hydrological model. This research exploited SWAT (Soil
and Water Assessment Tool) model. SWAT was a distributed hydrologic model interfaced with GIS
(Geografic Informationt System) and integrated with Decision Support System. The research was aimed (1)
to identify the sub watershed and land unit categorized which cause problem on Cisadane Watershed and (2)
to evaluate implementation of Cisadane watershed management. According to SWAT analysis, some three
sub–watersheds were categorized as potentially cause problem concerning water management and land use,
i.e. sub of Cisadane Hilir 2 watershed, sub of Cisadane Tengah 2 watershed and sub of Cisadane Hulu 8
Watershed. Sub-watersheds that had tendency to give the highest peak flow were sub-Watershed Cianten
Hilir 3 and Sub-Watershed Cianten Hulu 3. Sub-watersheds that produced highest omount of sediment were
sub-Watershed Ciampea, sub-Watershed Cihideung and sub-Watershed Cinangneng. Evaluation on the
watershed management planning with applying merger scenario, water management related criteria was
classified as good, bud land use related criteria was classified as not good. Application of SWAT model could
be identified to identify the sub Watershed and land unit categorized as having problem on Watershed and to
evaluate various alternative of Watershed management planning. Finally with application of SWAT model
could to select best watershed management planning.
Keywords: Watershed management planning, model hydrology and SWAT

ABSTRAK
Efektifitas dari pengelolaan DAS harus memperhatikan respon hidrologi pada setiap pelaksanaannya. Dengan
demikian dalam analisis pengelolaan DAS sebaiknya mengggunakan model hidrologi. Penelitian ini meman-
faatkan model hidrologi SWAT (Soil and Water Assessment Tool). SWAT merupakan model terdistribusi
yang terhubung dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) dan mengintegrasikan dengan DSS (Decision
Support System). Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi sub DAS dan penggunaan lahan yang
menyebabkan permasalahan pada DAS Cisadane, dan (2) mengevaluasi implementasi perencanaan pengelo-
laan DAS Cisadane. Hasil analisis SWAT, ada tiga sub DAS dikategorikan sebagai sub DAS yang berpotensi
menyebabkan masalah tata air dan penggunaan lahan pada DAS Cisadane, yaitu sub DAS Cisadane hilir 2,
sub DAS Cisadane tengah 2, dan sub DAS Cisadane hulu 8. Sub DAS yang menjadi penyumbang peak flow
terbesar adalah sub DAS Cianten hilir 3 dan Sub DAS Cianten hulu 3. Sedangkan sub DAS sebagai penghasil
sedimentasi terbesar berturut-turut adalah sub DAS Ciampea, sub DAS Cihideung dan sub DAS Cinangneng.
Evaluasi perencanaan pengelolaan DAS dengan penerapan skenario gabungan, untuk kriteria tata air menun-
jukkan hasil baik, tetapi untuk kriteria penggunaan lahan masih termasuk kriteria buruk. Model SWAT dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sub DAS dan unit lahan yang berpotensi menyebabkan masalah pada DAS
dan mengevaluasi beberapa alternatif perencanaan pengelolaan DAS. Penggunaan model SWAT dapat
menentukan perencanaan pengelolaan DAS terbaik.
Kata kunci: Manajemen pengelolaan DAS, model hidrologi dan SWAT

I. PENDAHULUAN tahun 70-an yang diimplementasikan da-


lam bentuk proyek reboisasi dan peng-
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai hijauan. Proyek pengelolaan DAS perta-
(DAS) di Indonesia telah dimulai sejak ma kali dimulai tahun 1973 berupa
221
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

Proyek Solo Upper Watershed Manage- kat kekritisan lahan dan tingkat kekritis-
ment and Upland Development di DAS an peresapan air hujan ke dalam tanah.
Bengawan Solo bantuan FAO/UNDP. Pendugaan ketiga parameter tersebut
Proyek pengelolaan DAS yang sedang menggunakan model yang bersifat tung-
gencar dilaksanakan akhir-akhir ini oleh gal dan independent dimana parameter
pemerintah yang dimulai pada tahun dan variabel input-output model serta be-
2003 di bawah Departemen Kehutanan saran yang mewakilinya tidak mempu-
adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi nyai variabilitas keruangan (spasial).
Hutan dan Lahan (GNRHL/GERHAN). Pendugaan ketiga parameter tersebut ti-
Kegiatan pengelolaan DAS tersebut telah dak memperhatikan kondisi DAS secara
berupaya memelihara dan meningkatkan menyeluruh terutama kondisi hidrologi
kualitas DAS di Indonesia agar DAS- DAS.
DAS tersebut dapat dimanfaatkan secara Dalam pendekatan hidrologis, DAS
berkelanjutan. Namun kenyataan di la- merupakan wilayah yang dibatasi pung-
pangan menunjukkan bahwa kondisi gung bukit (pemisahan topografi) dimana
DAS di Indonesia semakin memburuk air hujan yang jatuh pada daerah tersebut
dan permasalahannya semakin komplek akan ditampung dan kelebihannya dialir-
(Murtilaksono, 2004; Wibowo, 2004). kan melalui sungai kecil ke sungai utama.
Gambaran kondisi DAS di Indonesia Menurut Black (1996) dalam Pawitan
yang semakin rusak dapat diamati ber- (2004), DAS sebagai satuan hidrologi la-
dasarkan jumlah DAS proritas yang se- han memiliki tiga fungsi dasar, yaitu: (1)
makin bertambah dari tahun ke tahun. Pa- mengumpulkan curah hujan, (2) menyim-
da tahun 1984 dari 458 DAS yang ada di pan air hujan yang terkumpul dalam sis-
Indonesia terdapat 20 DAS super priori- tem-sistem simpanan air DAS, dan (3)
tas (prioritas I) dan menjadi 37 tahun mengalirkan air sebagai limpasan. Ketiga
1992. Pada tahun 1999, jumlah DAS pri- fungsi hidrologi DAS tersebut berinter-
oritas I meningkat menjadi 60 DAS (Ar- aksi dalam suatu sistem DAS yang meru-
syad, 2006; Wibowo, 2004). Menurut Su- pakan sistem simpanan massa air, serta
rat Keputusan Menteri Kehutanan (SK hubungan masukan hujan dan keluaran
Menhut) tahun 2009, jumlah DAS prio- limpasan DAS.
ritas meningkat menjadi 108 DAS. Analisis yang dapat dilakukan untuk
Pada tahap pelaksanaan, pengelolaan menggambarkan kondisi hidrologi DAS
DAS dapat diwujudkan melalui beberapa adalah dengan mengandaikan proses
fase, yaitu fase identifikasi masalah, fase transformasi yang terjadi mengikuti suatu
perencanaan, fase implementasi, dan fase aturan tertentu dimana harus dapat meng-
evaluasi. Keempat fase tersebut saling gambarkan kondisi biofisik DAS dalam
berkaitan membentuk suatu siklus. Ke- proses transformasi yang disusun dalam
nyataan di lapangan pelaksanaan keempat sebuah model hidrologi (Harto, 2000).
fase tersebut tidak saling berkaitan satu Pemilihan jenis model diperlukan untuk
dengan lainnya. menentukan model yang paling sesuai de-
Kegiatan Rehabilitasi Lahan dan ngan keadaan DAS.
Konservasi Tanah (RLKT), dalam bentuk SWAT (Soil and Water Assessment
pola RLKT dan Rencana Teknik Lapang Tool) merupakan model terdistribusi
(RTL) RLKT (diprakarsai Departemen yang terhubung dengan Sistem Informasi
Kehutanan sejak tahun 1984) merupakan Geografis (SIG) dan mengintegrasikan
salah satu sarana dalam fase identifikasi Spatial DSS (Decision Support System).
masalah dan fase perencanaan pada pe- Model SWAT dioperasikan pada interval
ngelolaan DAS. Pada kegiatan RLKT pe- waktu harian dan dirancang untuk mem-
rencanaan pengelolaan DAS didasarkan prediksi dampak jangka panjang dari
pada tingkat erosi dan sedimentasi, ting- praktek pengelolaan lahan terhadap sum-

222
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

berdaya air, sedimen dan hasil agroche- tian ini, yaitu data primer (berupa karak-
mical pada DAS besar dan komplek de- teristik penggunaan lahan dan karakte-
ngan berbagai skenario tanah, pengguna- ristik tanah) dan data sekunder (berupa
an lahan dan pengelolaan berbeda (Pa- peta jaringan sungai, peta DEM (Digital
witan, 2004). SWAT memungkinkan se- Elevation Model), peta penggunaan lahan
jumlah proses fisik yang berbeda untuk (land use), peta jenis tanah, iklim dan
disimulasikan pada suatu DAS. hidrologi DAS). Jenis data dan sumber
Penggunaan model SWAT dapat data dapat dilihat pada Tabel 1. Alat yang
mengidentifikasi, menilai, mengevaluasi digunakan adalah komputer dengan soft-
tingkat permasalahan suatu DAS dan se- ware MapWindow45RC2, software
bagai alat untuk memilih tindakan penge- MWSWAT 1.4, software SWAT 2.1.5
lolaan dalam mengendalikan permasalah- editor, GPS dan alat tulis.
an tersebut. Dengan demikian diharapkan
dengan penggunaan model SWAT dapat C. Metode Penelitian
dikembangkan beberapa skenario guna Penelitian ini menggunakan model hi-
menentukan kondisi perencanaan penge- drologi SWAT (Soil and Water Assess-
lolaan DAS terbaik. Penggunaan model ment Tool). Kegiatan penelitian terdiri
SWAT dapat digunakan pada beberapa dari dua tahapan, yaitu:
fase pengelolaan DAS.
Tujuan penelitian: (1) mengidentifi- 1. Tahapan Pengumpulan Data
kasi sub DAS dan penggunaan lahan Pengumpulan data berupa data primer
yang menyebabkan permasalahan pada dan sekunder disesuaikan dengan ma-
DAS Cisadane, dan (2) mengevaluasi sukan data (input) yang diperlukan mo-
implementasi perencanaan pengelolaan del SWAT. Pengumpulan data primer de-
DAS Cisadane berdasarkan tiga instansi ngan melakukan survei, tentang data ka-
yang berwenang melakukan perencanaan rakteristik tanah, karakteristik pengguna-
DAS. Penelitian ini diharapkan dapat ber- an lahan dan karakteristik sungai. Data
manfaat bagi pengambil kebijakan penge- sekunder yang diperlukan di antaranya:
lolaan DAS untuk memanfaatkan tekno- data iklim (data curah hujan, mm), tem-
logi model hidrologi dalam penentuan pe- peratur maksimum dan minimum (oC),
ngelolaan DAS selanjutnya. radiasi matahari (MJ/m2/hari) dan kece-
patan angin (m/dt), serta peta-peta (peta
jaringan sungai, peta land use, dan peta
II. BAHAN DAN METODE jenis tanah).
A. Waktu dan Lokasi Penelitian 2. Tahapan Penggunaan Model
SWAT untuk Pengelolaan DAS
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret sampai Mei tahun 2009 di DAS Tahapan ini terdiri dari penyiapan da-
Cisadane dengan luas 1.372,3 km2. DAS ta berupa data spasial dan data atributnya
Cisadane secara administrasi terletak di agar model dapat dijalankan untuk dapat
Provinsi Jawa Barat dan secara geografis menghasilkan output sesuai dengan tuju-
terletak pada 106o20’50”-106o28’20” BT an penelitian.
dan 6º0’59”-6º47’02” LS (Gambar 1). Penggunaan model SWAT pada pene-
Pada DAS Cisadane terdapat resor- litian ini disesuaikan dengan fase penge-
voir (bendung) dan sejumlah situ yang lolaan DAS yaitu fase identifikasi masa-
secara spasial letak bendung dan situ da- lah, fase perencanaan, fase implementasi,
pat dilihat pada Gambar 2. dan fase evaluasi. Pengidentifikasian ma-
sing-masing fase didasarkan pada keluar-
B. Bahan dan Alat Penelitian an model.
Bahan yang diperlukan dalam peneli-
223
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

Pada fase identifikasi masalah dilaku- da model dengan menggunakan metode


kan identifikasi pada sub DAS dan unit threshold by persentage (dimana untuk
lahan yang menyebabkan permasalahan penggunaan lahan menggunakan thres-
pada DAS Cisadane yang terbentuk dari hold 10%, jenis tanah menggunakan
hasil deliniasi model. Pada penelitian ini, threshold 5%, dan kemiringan lereng
deliniasi model dengan menggunakan ke- menggunakan threshold 5%). Ketentuan
tentuan batas minimum threshold untuk ini didasarkan agar unit lahan yang ter-
sub DAS 2.500 ha dan penambahan titik bentuk sesuai dengan unit lahan hasil
lima outlet. Pembentukan HRUs (Hydro- Rencana RLKT (Rehabilitasi Lahan dan
logic Response Units atau unit lahan) pa- Konservasi Tanah) DAS Cisadane
.
..

107
-6

-6
TELUKNAGA
·#
BABELAN
·#
·#

JAKARTA
KETERANGAN : TANGERANG ·#
·#

BATAS DAS
BEKASI
·# CIKARANG
·#
SUNGAI ·#
LEGOK CIPUTAT ·#
CIBITUNG KARAWANG
·#
·# ·#
KOTA KABUPATEN ·# PONDOKGEDE
·
#
RANGKASBITUNG SERPONG
·#
SAWANGAN
·#
DEPOK CIMANGGIS
·# ·# ·#
PARUNG
·# CIBARUSAH
CILEUNGSI ·#
·# ·#
RUMPIN
·# JONGGOL
U ·#
CIBINONG
JAWA BARAT
PURW
LEUWILIANG BOGOR
·# ·#

SKALA 1 : 500.000
CIAWI CISARUA
·#
·#

9000 0 9000 Meters CIGOMBONG


·#

107

Gambar (Figure) 1. Lokasi penelitian pada DAS Cisadane (Study location in Cisadane watershed)

107
-6

-6

Keterangan :
Cisad

Batas DAS
Sungai
ane

·# Bendung Empang
Situ
Sumber Peta :
- DEM SRTM Z_58_14
- SUMBERDAYA AIR
CILIWUNG-CISADANE

puan
Citem
ten
Cian
Ciaka Skala : 1 : 475.000
cisi

niki
nda

Bendung empang
ng
Cianten

bar

·#
ang
Cisadane hulu

Cik
ere
Cim tek
und
e

10000 0 10000 20000 Meters

107

Gambar (Figure) 2. Peta lokasi situ dan reservoir pada DAS Cisadane (Location map of pond and reser-
voir at Cisadane watershad)

224
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

Tabel (Table) 1. Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian (Type and source of data used in the
research)
No. Jenis data (Data type) Sumber data (Data source) Keterangan (Remark)
1 Peta jaringan sungai (River Bakosurtanal Peta rupa bumi Indonesia
network map) skala 1:50.000
2 Peta DEM (DEM map) US Geoological Survey SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission) untuk
Z_58_14.tiff dengan resolusi
spasial 90 x 90 m
3 Peta penggunaan lahan (Land BP DAS Citarum – Ciliwung Klasifikasi citra Landsat TM
use map) skala 1 : 250.000 (Thematic Mapper) path 122
row 064 dan row 065 tahun 2005
4 Peta jenis tanah (Soil map) BP DAS Citarum – Ciliwung
skala 1 : 250.000
5 Data curah hujan (Rainfall Sumberdaya air Ciliwung- 12 stasiun penakar curah hujan
data) Cisadane, Balai besar Cili- tahun 2005
wung-Cisadane dan Balai
Pengelolaan DAS Ciliwung-
Cisadane
6 Data temperatur (Temperature Balai Klimatologi 2 stasiun temperatur tahun 2005
data)
7 Data iklim (Climate data) Balai Klimatologi 4 stasiun klimatologi yaitu 1
stasiun selama 5 tahun (2003-
2007) dan 3 stasiun selama 5
tahun (1995-1999)
8 Data debit sungai (River flow Balai Pengelolaan Sumber- Stasiun Pengamatan Arus
data) daya Air Ciliwung-Cisadane Sungai (SPAS) Batubeulah
pengamatan tahun 2005
9 Data karakteristik penggunaan Survei inventarisasi lahan
lahan, tanah dan sungai
(Characteristics data of land
use, soil and river)

Pada fase perencanaan dilakukan pe- da model SWAT dengan membagi per-
rencanaan pengelolaan DAS Cisadane sentase penutupan penggunaan lahan
yang merupakan gabungan rencana dari yang ada dengan penutupan yang telah
tiga instansi (Rencana RLKT DAS Cisa- direkomendasikan instansi perencana, se-
dane yang disusun oleh Balai Pengelola- perti disajikan pada Tabel 3. Pengelolaan
an DAS Citarum-Ciliwung tahun 2002, pada situ diarahkan pada sekitar 305 buah
rencana tata ruang DAS Cisadane oleh situ yang terdapat di DAS Cisadane de-
Bappeda Bogor dan Tangerang periode ngan luas sekitar 677 ha yaitu menambah
tahun 2005-2025, dan rencana DAS Cisa- kedalaman situ sekitar dua meter, sedang-
dane dalam mengatasi banjir oleh Balai kan bendungan yang dianalisis adalah
Besar Pengelolaan DAS Ciliwung-Cisa- Bendung Empang pada DAS Cisadane
dane) dengan melakukan evalusi berda- hulu dengan menambah kedalaman Ben-
sarkan analisis identifikasi sub DAS dan dung Empang sekitar empat meter. Selain
unit lahan yang berpotensi menyebabkan itu terdapat penambahan dua buah DAM
permasalahan. Secara umum rencana pe- parit yang terdapat pada sub DAS Ciam-
ngelolaan DAS Cisadane menggunakan pea dengan volume tampungan 350.000
arahan tata ruang, teknik pengelolaan ta- m3 dan sub DAS Cikaniki dengan volume
naman dan teknik konservasi tanah disa- tampungan 160.000 m3.
jikan pada Tabel 2. Pada fase implementasi dengan mela-
Pada teknik pengelolaan tanaman/ve- kukan skenario pada model apabila selu-
getasi berupa agroforestry, untuk menja- ruh perencanaan pengelolaan DAS Cisa-
lankan rencana pengelolaan tanaman pa- dane telah dilaksanakan.
225
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

Tabel (Table) 2. Rencana pengelolaan pada penggunaan lahan di DAS Cisadane (Management planning of
land use at Cisadane watershed)
RLKT
Penggunaan lahan Tata ruang Pengelolaan tanaman/
(Land use) (Lay out) Pengelolaan Tanah (P)
vegetasi (C)
(Soil management)
(Cover management)
Sawah kondisi baik (Good condition of Lahan basah - Teras bangku
rice field)
Sawah kondisi sedang (Moderate Lahan basah - Teras bangku
condition of rice field)
Lahan tidur (Wasteland) Lahan kering Agroforestry Teras gulud
Semak belukar (Underbrush) Lahan kering Agroforestry Teras gulud
Ladang kondisi baik (Good condition of Lahan kering Agroforestry Teras gulud
unirrigated agricultural)
Ladang kondisi sedang (Moderate Lahan kering Agroforestry Teras gulud
condition of unirrigated agricultural)
Kebun campuran (Mixed garden) Lahan kering Kebun vegetasi Rorak/mulsa vertikal
permanen
Hutan kondisi baik (Good condition of Hutan Hutan lindung Teras individu
forest) lindung
Hutan kondisi sedang (Moderate Hutan Hutan lindung Teras individu
condition of forest) lindung
Pemukiman kondisi baik (Good Pemukiman Agroforestry Kontrol erosi
condition settlement)
Pemukiman kondisi sedang (Moderate Pemukiman Agroforestry Kontrol erosi
condition Settlement)
Sumber (Source): Hasil analisis (Analysis result)

Tabel (Table) 3. Rencana persentase penutupan lahan yang diterapkan pada beberapa penggunaan lahan
(Plan of land use cover presentation used on several land use)
Rencana persentase penutupan lahan
(Plan of land use cover presentation) (%)
Penggunaan lahan Pemukiman 65%
(Land use) Ladang Pohon Penutup tanah Rumput kedap air
(Agriculture) (Tree) (Cover crop) (Grass) (Settlement of 65%
waterproof)
Lahan tidur (Wasteland) 70 30
Semak belukar (Underbrush) 65 15 10 10
Ladang kondisi baik (Good 75 15 10
condition of unirrigated agricultural)
Ladang kondisi sedang (Moderate 70 20 10
condition of unirrigated agricultural)
Pemukiman kondisi baik (Good 10 90
condition of settlement)
Pemukiman kondisi sedang 15 85
(Moderate condition of settlement)
Sumber (Source): Hasil analisis (Analysis result)

Pada fase evaluasi yaitu melakukan 3. Analisis Data


evaluasi dari implementasi perencanaan Analisis data pada penelitian ini lebih
yang telah dilakukan terhadap kinerja
ditujukan pada penggunaan model SWAT
DAS sehingga dapat ditentukan perenca- yaitu output model disesuaikan dengan
naan pengelolaan yang terbaik berdasar- tujuan penelitian. Analisis yang dilaku-
kan penilaian kinerja DAS. kan adalah Kalibrasi Model SWAT.

226
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

Kalibrasi model bertujuan agar luaran nomer 52/Kpts-II/2001 tentang kriteria


model yang digunakan hasilnya mende- dan indikator kinerja DAS pada kriteria
kati luaran DAS prototip yang diuji. Pada tata air (Lampiran 1). Semakin tinggi ha-
penilitian ini luaran yang dikalibrasi ada- sil skor implementasi perencanaan penge-
lah debit air, dengan cara membanding- lolaan DAS yang telah dilakukan menun-
kan antara hasil prediksi dengan hasil ob- jukkan perencanaan kurang sempurna se-
servasi dengan menggunakan kriteria sta- hingga dapat diperoleh perencanaan pe-
tistik. Data hasil observasi berasal dari ngelolaan DAS yang terbaik.
SPAS Dinas Pengelolaan Sumberdaya Semua data hasil analisis dikompilasi
Air Wilayah Ciliwung-Cisadane yaitu dalam bentuk tabel dan grafik yang di-
SPAS Batu Baulah untuk pengamatan ta- analisis secara deskriptif.
hun 2005. Metode statistik yang diguna-
kan adalah persentase perbedaan dari ni- III. HASIL DAN PEMBAHASAN
lai observasi (D Vi ), koefisien determinasi
(R2) dan koefisien Nash-Sutcliffe (E NS ). A. Pembentukan Sub DAS dan Unit
Lahan (HRUs) pada DAS Cisadane
4. Analisis Fase Pengelolaan DAS de- Hasil Deliniasi Model
ngan Menggunakan Output Model Penggunaan model SWAT untuk de-
SWAT liniasi DAS Cisadane secara otomatis
Analisis fase pengelolaan DAS hanya akan diperoleh perhitungan topografi se-
dilakukan pada fase identifikasi masalah cara lengkap, peta jaringan sungai, peta
dan fase evaluasi. Pada fase identifikasi batas DAS, peta sub DAS dan outlet.
analisis dilakukan dengan membanding- Pada proses deliniasi selain dibutuhkan
kan keluaran model SWAT di setiap out- peta, DEM, juga diperlukan lokasi area
let sub DAS, baik pada fase lahan (unit DAS, peta jaringan sungai DAS dan
lahan (HRUs) dan sub DAS (Subbasin di- penentuan titik outlet DAS/subDAS yang
singkat SUB) maupun fase air (Main dibutuhkan.
channel disingkat RCH) dengan modifi- DAS Cisadane hasil deliniasi model
kasi kriteria dan indikator kinerja DAS terbagi menjadi 50 sub DAS, seperti yang
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Men- ditunjukkan oleh angka 1-50 pada Gam-
teri Kehutanan nomor 52/Kpts-II/2001 bar 3. Luas total DAS Cisadane yang ter-
pada kriteria penggunaan lahan dan tata bentuk oleh deliniasi model adalah
air (Lampiran 1). Identifikasi dan evalu- 137.134,02 ha. Luasan masing-masing
asi lokasi yang berpotensi menyebabkan sub DAS yang terbentuk hasil deliniasi
permasalahan DAS dilakukan pada sub dapat dilihat pada Tabel 4.
DAS kemudian dilanjutkan pada unit la- Hasil deliniasi DAS Cisadane yang
han pada sub DAS tersebut. Teknik anali- terbentuk, pada bagian hilir terlihat bah-
sis yang dilakukan pada fase ini dengan wa area DAS lebih kecil yang dihasilkan
memberikan skor pada setiap indikator oleh model jika dibandingkan bentuk
pada masing-masing kriteria. Semakin DAS Cisadane (deliniasi dari BP DAS
tinggi skor yang diperoleh pada setiap Ciliwung-Cisadane). Hal ini dikarenakan
sub DAS dan unit lahan, dapat diidenti- model kurang sempurna memproses area
fikasi bahwa sub DAS dan unit lahan ber- topografi yang datar, persoalan ini dapat
potensi menyebabkan permasalahan pada diatasi jika menggunakan peta DEM de-
DAS Cisadane. ngan resolusi yang lebih tinggi.
Pada fase evaluasi, analisis yang dila- Unit lahan (HRUs) yang terbentuk
kukan berdasarkan hasil skoring perban- oleh model SWAT yang merupakan tum-
dingan keluaran model SWAT pada out- pang tindih dari jenis tanah, penggunaan
let DAS pada fase lahan (SUB) dan fase lahan dan kemiringan lereng yang terda-
air (RCH) dengan modifikasi SK Menhut pat pada DAS Cisadane sejumlah 778.
227
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

B. Kalibrasi Model pat digunakan untuk memprediksi hidro-


logi DAS pada lokasi penelitian.
Gambar 4 menunjukkan grafik sebar-
an hubungan antara debit bulanan pre-
diksi (nilai X) dan debit bulanan obser- C. Karakteristik Hidrologi DAS Cisa-
vasi (nilai Y) pada SPAS Batu Beulah. dane Berdasarkan Simulasi Model
Hasil analisis statistik menunjukkan un- Tabel 5 menunjukkan penilaian kiner-
tuk SPAS Batu Baulah, nilai koefisien ja DAS Cisadane berdasarkan hasil simu-
Nash-Sutcliffe sebesar 0,63; nilai Dv se- lasi model SWAT dengan menggunakan
besar -13,22%; dan R2 sebesar 0,79.
P P kriteria dan indikator kinerja DAS ber-
Menurut kriteria Santi et al. (2001) dasarkan SK Menhut nomor 52/Kpts-II/
dalam Elief (2005), hasil prediksi model 2001 (Lampiran 1.). Hasil penilaian me-
SWAT dapat dikriteriakan baik dalam nunjukkan kinerja DAS Cisadane yang
memprediksi hidrologi DAS Cisadane diukur pada outlet yang keluar ke Laut
karena mempunyai rata-rata debit hasil Jawa, untuk tata air pada kriteria baik dan
prediksi berada pada kisaran antara -15% untuk penggunaan lahan pada kriteria
sampai +15% dari rata-rata debit hasil buruk. Maka kinerja DAS Cisadane ma-
observasi, serta nilai E NS ≥ 0,5 dan R2 ≥
R R P P suk kriteria sedang.
0,6. Dengan demikian model SWAT da-

660000 680000 700000 720000

50

9320000 9320000

49 Keterangan :
1
48 Sungai
Batas Sub DAS
2 Peta DEM (m dpl)
-16 - 319
320 - 654
3 47 655 - 990
991 - 1325
9300000 1326 - 1661 9300000

1662 - 1996
46 1997 - 2332
2333 - 2667
2668 - 3003
45
4 5 Keterangan :
44
43 Citra SRTM Z_58_14.tiff

6
42
9280000 41
7 U
9280000

8
4039
32
3325
26 30
37
Skala 1 : 350.000
12 11 13 36
14 27 10 9
15
16 28 34 35
17
9260000
31 9260000

21 18 29 19
23 20
24 22
10000 0 10000 Meters

660000 680000 700000 720000

Gambar (Figure) 3. Hasil deliniasi model lokasi penelitian. Angka 1 s/d 50 menunjukkan nomor sub
DAS (Result of model delineation of the study site. Figure 1 to 50 indicate num-
ber of sub watershed)
228
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

Tabel (Table) 4. Luas sub DAS pada DAS Cisadane hasil deliniasi model (Size of sub watershed on Cisadane
watershed as a result of model delineation)

Sub DAS hasil deliniasi model Nama sub DAS Luas (Area) % DAS
(Result of sub watershed of model delineation) (Name of sub watershed) (Ha) (Watershed)
1 Cisadane bagian hilir 1 2.490,5 1,8
2 Cisadane bagian hilir 2 6.285,1 4,6
3 Cisadane bagian hilir 3 5.272,5 3,8
4 Cisadane bagian tengah 1 2.271,0 1,7
5 Cisadane bagian tengah 2 5.188,6 3,8
6 Cisadane bagian tengah 3 2.235,4 1,6
7 Cisadane bagian tengah 4 6.773,2 4,9
8 Citempuan 6.368,9 4,6
9 Cinangneng 2.139,6 1,6
10 Cibungbuang 2.310,8 1,9
11 Cihedeung 2.996,4 2,2
12 Ciampea 3.070,9 2,2
13 Cisidangbarang 6.366,4 4,6
14 Citeureup 2.947,2 2,2
15 Ciberem - 2.395,6 1,7
Cipinanggading
16 Cimapar 2.228,6 1,6
17 Ciputraseda 2.463,4 1,8
18 Cikuluwung 2.709,1 1,9
19 Cikereteg 2.842,9 2,1
20 Cimunde 3.463,3 2,5
21 Cianten hulu 1 7.194,3 5,2
22 Cinagara 2.141,4 1,6
23 Cikaniki 2 7.748,5 5,7
24 Cisadane bagian hulu 1 5.465,7 3,9
25 Cisadane bagian hulu 2 798,2 0,6
26 Cikaniki 2 9.982,3 7,3
27 Cianten hulu 2 154,2 0,1
28 Cianten hulu 3 2.154,1 1,6
29 Cisadane bagian hulu 3 2.616,7 1,9
30 Cianten hilir 1 1.607,5 1,2
31 Cisadane bagian hulu 4 882,9 0,6
32 Cianten hilir 2 49,2 0,0
33 Cianten hilir 3 2.418,5 1,8
34 Cisadane bagian hulu 5 2.306,6 1,7
35 Cisadane bagian hulu 6 1.460,1 1,0
36 Cisadane bagian hulu 7 47,5 0,1
37 Cisadane bagian hulu 8 1.871,0 1,4
38 Cisadane bagian hulu 9 19,5 0,0
39 Cisadane bagian hulu 10 136,4 0,1
40 Cisadane bagian hulu 11 215,2 0,2
41 Cisadane bagian hulu 12 673,7 0,5
42 Cisadane bagian hulu 13 848,2 0,6
43 Cisadane bagian tengah 5 861,8 0,6
44 Cisadane bagian tengah 6 26,3 0,0
45 Cisadane bagian tengah7 1.273,6 0,9
46 Cisadane bagian tengah 8 2.751,5 2,0
47 Cisadane bagian hilir 4 4.270,9 3,1
48 Cisadane bagian hilir 5 1.417,7 1,0
49 Cisadane bagian hilir 6 374,6 0,3
50 Cisadane bagian hilir 7 2.646,4 1,9
Total 137.234,1 100,0
Sumber (Source): Hasil analisis (Analysis result)

229
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

100

Debit observasi (m 3/dt)


75

50

25 R2 = 0,79

0
0 25 50 75 100
3
Debit prediksi (m /dt)

Gambar (Figure) 4. Grafik sebaran debit bulanan prediksi hasil model dan debit bulanan observasi SPAS Ba-
tu Beulah (Scatter graph of montly flow as results of model prediction and SPAS Batu
Beulah observation)

Tabel (Table) 5. Hasil penilaian kinerja DAS Cisadane (Assessment result of Cisadane watershed per-
formance)
Indikator Hasil penilaian (Assessment result) Keterangan (Remark)
(Indicator) Nilai (value) Skor (Score) Tata air (water system) Penggunaan lahan (Land use)
KRS 16,3 1 Baik
Q jenis 19,2 1
c 0,4 1
TDS 33,3 1
IE 5,3 3 Buruk
Kriteria (Criteria) Sedang
Sumber (source) : Hasil analisis (analysis result) .

Gambar 5 menunjukkan hubungan yang diperbolehkan pada DAS Cisadane


antara curah hujan yang turun dengan de- sebesar 47,26 ton/ha/tahun. Gambar 6
bit bulanan DAS Cisadane yaitu debit menunjukkan konsentrasi sedimen bulan-
maksimum (peak flow) dan debit mini- an yang dihasilkan pada DAS Cisadane
mum (base flow) hasil simulasi model. jika dihitung pada outlet yang masuk ke
Pada bulan-bulan dengan curah hujan < Laut Jawa.
250 mm terlihat bahwa base flow yang
dihasilkan tidak mengalami penurunan, D. Identifikasi Sub DAS dan HRUs
sedangkan pada bulan-bulan dengan cu- (Unit Lahan) yang Berpotensi Me-
rah hujan > 250 mm tidak terlihat peru- nyebabkan Permasalahan pada
bahan mencolok antara base flow dan DAS Cisadane
peak flow. Hal ini menunjukkan fungsi Identifikasi dan evaluasi dilakukan
hidrologi DAS Cisadane masih cukup pada sub DAS pada DAS Cisadane hasil
baik. deliniasi model. Sebanyak 50 sub DAS
Hasil simulasi model menunjukkan yang terbentuk dari hasil deliniasi model
jumlah erosi aktual yang terjadi pada hanya 26 sub DAS yang dilakukan identi-
DAS Cisadane sebesar 248,9 ton/ha/th. fikasi dan evaluasi yaitu pada outlet ma-
Nilai erosi ini melebihi rata-rata erosi sing-masing sub DAS (sub DAS 1, 2, 3,
230
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

300 0

225 250

Curah Hujan Bulanan (mm)


Debit Bulanan (m3/detik)

( Monthly Rain fall)


(Monthly Flow)
150 500

75 750

0 1000
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (bulan)
(Time (Month))
Curah hujan base flow peak flow

Gambar (Figure) 5. Debit bulanan DAS Cisadane hasil simulasi model (Montly flow of Cisadane
Watershed from model simulation result)

(mg/l)

100 0

75 250
Konsentrasi sedimen (mg/l)

Curah Hujan (mm)


(Rain Fall)
50 500
(Sediment

25 750

0 1000
1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 12,0
Waktu (bulan) (Time (month))

Curah Hujan ((Rain fall) (mm) Konsentrasi Sedimen (sediment consentration) (mg/I)

Gambar (Figure) 6. Konsentrasi sedimen pada DAS Cisadane (Sediment consentration at Cisadane
watershed)

kriteria penggunaan lahan dan tata air


4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
adalah sub DAS 2, 5, dan 37. Sub DAS 2
19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 28, 33 dan 37).
mempunyai nilai KRS = 13,3 (baik), Q
Identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
jenis = 28,5 (baik), c = 0,6 (sedang), dan
hanya pada sub-DAS yang berpotensi
menyebabkan permasalahan dengan nilai TDS = 3546 (buruk), sedangkan ni-
lai IE yaitu 5,41 dalam kriteria buruk.
membandingkan hasil simulasi model
Berdasarkan kriteria tata air, sub DAS 2
SWAT di setiap outlet sub DAS dengan
dikategorikan bermasalah dikarenakan
modifikasi kriteria dan indikator kinerja
hasil surface flow yang cukup besar dan
DAS berdasarkan SK Menhut No. 52/
Kpts-II/2001 pada kriteria penggunaan la- kandungan sedimen terlarut yang tinggi.
Pada Gambar 7 terlihat kontribusi masing-
han dan tata air (Lampiran1).
masing sub DAS pada surface flow di
Hasil identifikasi sub DAS yang ber-
DAS Cisadane. sub DAS 2 masuk pada
potensi menyebabkan masalah DAS Ci-
kategori yang menghasilkan aliran cepat
sadane dengan skor tertinggi berdasarkan
231
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

terbesar (2539-3024 mm/tahun). Pada Pada sub DAS 2, unit lahan yang ber-
Gambar 8 terlihat sub DAS 2 termasuk potensi menyebabkan masalah adalah
pada kategori rendah dalam menghasil- unit lahan lima (5) dan tujuh (7). Unit la-
kan base flow (937-1249 mm/th). han 5 merupakan penggunaan lahan pe-
Pada sub DAS 5 berdasarkan hasil mukiman dengan pengelolaan baik yang
analisis mempunyai nilai TDS = 6926, berada di atas lahan dengan kemiringan
termasuk kriteria buruk dan nilai c = 0,5 lereng > 40%, sedangkan unit lahan 7
(sedang). Berdasarkan nilai ini maka sub merupakan penggunaan lahan pemukim-
DAS 5 termasuk sub DAS yang menye- an dengan pengelolaan sedang yang ber-
babkan permasalahan pada DAS Cisada- ada pada kemiringan lereng > 40%. Hasil
ne dari kriteria tata air, sedangkan nilai analisis untuk unit lahan 5 dan 7 untuk
KRS = 21,3 dan Q jenis = 32,3 termasuk nilai c adalah 0,65 dan nilai IE untuk unit
kriteria baik. Pada kriteria penggunaan la- lahan 5 yaitu 94,78 dan unit lahan 7 ada-
han, nilai IE = 8,4 termasuk kriteria bu- lah 94,73.
ruk, sub DAS 37 mempunyai nilai KRS Unit lahan 26, 27, 29, dan 30 meru-
= 7,2 (baik), Q jenis = 225,2 (buruk), c = pakan unit lahan yang berpotensi menye-
0,5 (sedang) dan nilai TDS = 48,8 (baik), babkan masalah pada sub DAS 5. Unit la-
sedangkan nilai IE yaitu 8,5 dalam krite- han 26 dan 29 merupakan penggunaan la-
ria buruk. Berdasarkan kriteria tata air, han pemukiman dengan pengelolaan baik
sub DAS 2 dikategorikan bermasalah di- yang berada di atas lahan dengan kemi-
karenakan Q jenis yang besar dan hasil ringan lereng > 40%, sedangkan unit la-
surface flow yang cukup besar. Kriteria han 27 dan 30 merupakan penggunaan la-
penggunaan lahan, sub DAS ini mengha- han pemukiman dengan pengelolaan baik
silkan erosi yang cukup besar 375,9 ton/ pada kemiringan lereng 8-15%. Hasil
ha/th. Nilai erosi aktual ini cukup besar analisis nilai c untuk unit lahan 26 dan
bila dibandingkan nilai erosi yang diper- 29 adalah 0,65 dan 0,64, nilai IE yaitu
bolehkan pada sub DAS 2 yaitu 44,3 ton/ 74,66 dan 57,18. Untuk unit lahan 27 dan
ha/th. Nilai Q jenis yang cukup besar per- 30 hasil analisis nilai c yaitu 0,65 dan
lu mendapatkan perhatian khusus dikare- 0,64, sedangkan nilai IE = 5,20 dan 4,09.
nakan sub DAS ini menjadi penyumbang Untuk sub DAS 37, unit lahan yang
maksimum flow (peak flow). berpotensi menyebabkan masalah adalah
Untuk sub DAS 33 (sub DAS Cianten 598, 599, 600, 601, 602, 603, 605, 606,
hilir 3) dan sub DAS-28 (sub DAS dan 607. Unit-unit lahan ini merupakan
Cianten hulu 3) yang mempunyai nilai Q penggunaan lahan pemukiman dengan
jenis sekitar 335,1 (buruk) dan 126,9 (se- manajemen pengelolaan sedang dan baik
dang) merupakan penyumbang peak flow pada kemiringan lereng 0-8, 15-25, dan >
terbesar pada DAS Cisadane. Beberapa 40%. Nilai c untuk unit-unit lahan ini
sub DAS yang perlu diwaspadai sebagai berkisar 0,61-0,62 dan nilai IE berkisar
penghasil sedimentasi terbesar berdasar- antara 1 sampai 58.
kan nilai TDS dan IE berturut-turut ada- Unit lahan 542, 543, 544, 545, 548,
lah sub DAS 12 (sub DAS Ciampea), sub 552, 553, 554, 555, 556, dan 557 merupa-
DAS 11 (sub DAS Cihideung), sub DAS kan unit lahan yang berpotensi menye-
9 (sub DAS Cinangneng). Berdasarkan babkan masalah pada sub DAS 33. Unit
hasil analisis pada beberap sub DAS ter- lahan 542, 543, 544, 545, 552, 553, dan
sebut, maka nilai TDS untuk sub DAS 12 554 merupakan penggunaan lahan ladang
= 20.290 (buruk) dan IE = 20,8 (buruk), dengan pengelolaan sedang pada kemi-
sub DAS 11 mempunyai nilai TDS = ringan lereng > 8%, sedangkan 555, 556
10750 (buruk) dan IE = 11,2 (buruk), sub dan 557 merupakan unit lahan pada peng-
DAS 9 mempunyai nilai TDS = 15240 gunaan lahan kebun campuran pada ke-
(buruk) dan IE = 16,3 (buruk). miringan lereng > 8-15%.

232
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

660000 680000 700000 720000

50
9320000 9320000

49 1
48 Keterangan :

2 Sungai
Batas Sub DAS
3 47 Hasil surface flow (mm)
433 - 987
9300000 988 - 1621 9300000

1622 - 2137
46 2138 - 2538
2539 - 3024
45
4 5
43
6 U
42
41 7
8 9280000

32 4038
9280000

33
26 30
37
Skala 1 : 375.000
12 11 13 36
14 27 10 9
28 15 35
16 34
17
21 18 29 19
9260000 23 20 9260000

24 22

10000 0 10000 20000 Meters

660000 680000 700000 720000

Gambar (Figure) 7. Kontribusi masing-masing sub DAS untuk surface flow hasil simulasi model (Model si-
mulation result of each sub watershed contribution for surface flow)

660000 680000 700000 720000

50
9320000 9320000

49 1
48 Keterangan :

2 Sungai
Batas Sub DAS
3 47 Hasil base flow (mm)
583 - 936
9300000
937 - 1249 9300000

46 1250 - 1503
1504 - 1723
1724 - 2042
45
4 5
43
6 U
42
41 7
8 9280000

32 4038
9280000

33
26 30
37
Skala 1 : 375.000
12 11 13 36
14 27 10 9
28 15 35
16 34
17
21 18 29 19
9260000 23 20 9260000

24 22

10000 0 10000 20000 Meters

660000 680000 700000 720000

Gambar (Figure) 8. Kontribusi masing-masing sub DAS untuk base flow hasil simulasi model (Model simu-
lation result of each sub-watershed contribution for base flow)

233
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

Pada sub DAS 28, unit lahan yang penerapan rencana pengelolaan DAS ga-
berpotensi menyebabkan masalah adalah bungan dari tiga instansi, menunjukkan
463-471 dan 475 merupakan unit lahan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan lahan ladang dengan hasil penilaian kinerja tanpa penerapan
pengelolaan sedang dan baik pada kemi- rencana pengelolaan. Nilai KRS, Q jenis,
ringan lereng > 8%. c, dan TDS ternyata lebih kecil diban-
Hasil analisis, unit lahan pada sub dingkan hasil tanpa penerapan skenario
DAS 12 yang berpotensi menyebabkan (Gambar 9). Jika dilihat dari nilai IE un-
masalah adalah 149 dan 152 merupakan tuk hasil penerapan skenario mengalami
unit lahan pada kemiringan > 40% de- penurunan yang sangat besar dibanding-
ngan penggunaan lahan ladang dengan kan hasil tanpa penerapan skenario. De-
pengelolaan sedang. ngan demikian agar perencanaan penge-
Unit lahan 122 dan 125 merupakan lolaan DAS dapat meningkatkan kinerja
unit lahan yang berpotensi menyebabkan DAS perlu adanya kerjasama antar ins-
masalah pada sub DAS 11, terletak pada tansi yang berwenang, sehingga diperlu-
kemiringan > 40% dengan penggunaan kan kelembagaan pengelolaan DAS.
lahan ladang dengan pengelolaan sedang. Secara umum hasil evaluasi pene-
Pada sub DAS 9 unit lahan yang ber- rapan rencana pengelolaan DAS berda-
potensi menyebabkan masalah adalah sarkan penerapan skenario untuk kriteria
unit lahan 90, 98, 99, 100, 101, dan 102. tata air menunjukkan hasil baik, tetapi
Unit lahan 90 merupakan unit lahan pada untuk kriteria penggunaan lahan masih
kemiringan > 40% dengan penggunaan masuk kriteria buruk. Dengan demikian
lahan ladang dengan pengelolaan sedang. perencanaan pengelolaan DAS perlu di-
Unit lahan 98, 99, 100, 101, dan 102 ada- perbaiki dalam pengendalian erosi.
lah unit lahan dengan penggunaan lahan Terlihat pada Gambar 10 hasil base
pemukiman dengan pengelolaan baik pa- flow penerapan perencanaan jauh lebih
da kemiringan lereng > 8%. tinggi dibandingkan hasil tanpa penerap-
an rencana pengelolaan DAS, sedangkan
E. Evaluasi Perencanaan Pengelolaan peak surface flow dan peak flow penerap-
DAS Cisadane an perencanaan menurun dibandingkan
Penilaian kinerja DAS Cisadane hasil hasil tanpa penerapan rencana.

40.00

30.00
(Value)
Nilai

20.00

10.00

0.00
Tanpa (Without) Dengan (with)
KRS 16.29 13.08
Q jenis 19.16 16.77
c 0.39 0.27
TDS 33.19 30.42
IE 5.15 1.09
Penerapan Skenario
(Applied of scenario)

KRS Q jenis c TDS IE

Gambar (Figure) 9. Hasil analisis penilaian kinerja DAS Cisadane dengan dan tanpa penerapan skena-
rio (Assessment analysis result of Cisadane watershed performance with and
without applied of scenario)

234
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

250 0

200
250

Debit Sungai (m3/detik)

Curah Hujan (mm)


150

River flow

Rain fall
500

100

750
50

0 1000
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan (M onth )

Curah hujan peak surface flow dengan skenario


peak surface flow tanpa skenario base flow dengan skenario
base flow tanpa skenario peak flow dengan skenario
peak flow tanpa skenario

Gambar (Figure) 10. Hasil simulasi model peak surface flow, base flow dan peak flow (Model simulation
result of surface flow, base flow and peak flow)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN penggunaan ladang dan kebun cam-


puran kemiringan lereng > 8%. Sub
A. Kesimpulan DAS yang berpotensi menyumbang
erosi terbesar yaitu penggunaan lahan
1. Penilaian kinerja DAS Cisadane de-
ladang kemiringan lereng > 40% dan
ngan menggunakan kriteria dan indi-
pemukiman kemiringan > 8%.
kator kinerja DAS berdasarkan SK
4. Evaluasi perencanaan pengelolaan
Menhut Nomor 52/Kpts-II/2001 me-
DAS dengan penerapan skenario ga-
nunjukkan kinerja DAS Cisadane cu-
bungan rencana dari tiga instansi, un-
kup baik.
tuk kriteria tata air menunjukkan hasil
2. Identifikasi sub DAS pada DAS Cisa-
baik, tetapi untuk kriteria penggunaan
dane yang berpotensi menyebabkan
lahan masih masuk kriteria buruk.
masalah pada tata air dan penggunaan
Oleh karena itu perencanaan pengelo-
lahan berdasarkan SK Menhut Nomor
laan DAS perlu diperbaiki dalam pe-
52/Kpts-II/2001, yaitu sub DAS Cisa-
ngendalian erosi.
dane hilir 2, sub DAS Cisadane te-
ngah 2, dan sub DAS Cisadane hulu
B. Saran
8. Sub DAS yang berpotensi me-
nyumbang peak flow terbesar adalah Model hidrologi SWAT dapat digu-
sub DAS Cianten hilir 3 dan Sub nakan sebagai salah satu alternatif alat
DAS Cianten hulu 3. Sub DAS seba- dalam perencanaan pengelolaan DAS.
gai penghasil sedimentasi terbesar Penggunaan model hidrologi SWAT da-
berturut-turut adalah sub DAS Ciam- lam perencanaan pengelolaan DAS dapat
pea, sub DAS Cihideung, dan sub mengidentifikasi, menilai dan mengeva-
DAS Cinangneng. luasi tingkat permasalahan DAS dan da-
pat digunakan sebagai alat untuk memilih
3. Unit lahan yang perlu mendapat per-
tindakan pengelolaan dalam mengen-
hatian pada sub DAS yang berpotensi
dalikan permasalahan tersebut. Oleh ka-
menyebabkan masalah pada tata air
rena itu dengan penggunaan model hidro-
dan penggunaan lahan, yaitu penggu-
logi SWAT dapat dikembangkan skenario
naan lahan pemukiman kemiringan >
tindakan pengelolaan secara sistematis
8%. Pada sub DAS penyumbang peak
untuk menentukan kondisi perencanaan
flow terbesar yaitu unit lahan dengan
pengelolaan DAS terbaik.
235
Vol. 9 No. 3 : 221-237, 2012

DAFTAR PUSTAKA Hidup. Tangerang: BAPPEDA Ka-


bupaten Tangerang. (tidak dipubli-
Arnold, J. G., & Kiniry, J. W. (2005).
kasikan).
Soil and Water Assessment Tool
Harto, S. (2000). Hidrologi teori masalah
Theoretical Documentation (ver-
penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri
sion 2005). Agricultur Research
Offset.
Service US. Texas. Retrieved Okto-
Luis, F. L. (2007). Map window interface
ber 31, 2008, from http://www
for SWAT (MWSWAT). Retrieved
.http.brc.tamus.edu/swat/document.
Mei 5, 2008, from http://www.
html.
waterbase.org/document.html
Arnold, J. G., Kiniry, J. R., & Williems,
Murtilaksono, K., & Hidayat, Y. (2004).
J. R. (2005). Soil and water
Kerangka logis (logframe) penge-
assessment tool theoretical docu-
lolaan daerah aliran sungai. Prosi-
mentation (version 2005). Agri-
ding Seminar Degradasi Lahan dan
cultur Research Servic US. Re-
Hutan. Masyarakat Konservasi Ta-
trieved Oktober 31, 2008, from
nah dan Air Indonesia. Universitas
http://www.http.brc.tamus.edu/swat
Gadjah Mada dan Departemen Ke-
/document. html
hutanan.
Arsyad, S. (2006). Konservasi tanah dan
Pawitan, H. (2004). Aplikasi model erosi
air. Bogor: IPB Press.
dalam perspektif pengelolaan dae-
Balai Pengelolaan DAS Ciliwung-Cisa-
rah aliran sungai. Prosiding Semi-
dane. (2002). RTL RLKT DAS Ci-
nar Degradasi Lahan dan Hutan.
sadane. Jakarta: Direktorat Jenderal
Masyarakat Konservasi Tanah dan
RLPS. Departemen Kehutanan. (ti-
Air Indonesia. Universitas Gadjah
dak dipublikasikan).
Mada dan Departemen Kehutanan.
BAPPEDA Kabupaten Bogor. (2005).
Wibowo, S. (2004). Masalah degradasi
RTRW Kabupaten Bogor. Subid Ta-
lahan dan upaya rehabilitasi hutan
ta Ruang dan Lingkungan Hidup.
dan lahan. Prosiding Seminar De-
Bogor: BAPPEDA Kabupaten Bo-
gradasi Lahan dan Hutan. Masya-
gor. (tidak dipublikasikan).
rakat Konservasi Tanah dan Air In-
BAPPEDA Kabupaten Tangerang. (2005).
donesia. Universitas Gadjah Mada
RTRW Kabupaten Tangerang.
dan Departemen Kehutanan.
Subid Tata Ruang dan Lingkungan

236
Lampiran (Appendix) 1. Kriteria dan indikator analisis ( Criteria and indicator of analysis)

Metode Skor
Kriteria Indikator Deskripsi Verifikasi Perhitungan Keterangan (Score)
(Criteria) (Indicator) (Description) (Verification) (Calculation (Explanation)
method)
Tata air Koefisien regim Perbandingan antara debit - Debit aliran sungai Rasio - Baik (KRS<50) - 1
( water sungai (KRS) aliran sungai maksimum maksimum perbandingan - Sedang - 2
management) (Qmak) dan debil aliran sungai - Debit aliran sungai antara Qmak dan (50<KRS<120)
minimum (Qmin) minimum Qmin tahunan - Buruk (KRS>120) - 3

Debit jenis Perbandingan antara debit - Debit aliran sungai Rasio - Baik - 1
aliran sungai maksimum maksimum perbandingan (Qmak/A<58)
(Qmak) dan luas sub-DAS. - Luas sub-DAS antara Qmak - Sedang (58< - 2
Untuk menunjukkan potensi (100km2 ) tahunan dan A Qmak/A <150)
banjir (m3/s/100 km2) - Buruk (Qmak/A - 3
>150)
Koefisien aliran Perbandingan antara jumlah - Jumlah CH persatuan Rasio - Baik (c<0,5) - 1
permukaan (c) hujan yang menjadi aliran wilayah DAS perbandingan - Sedang - 2
permukaan terhadap total hujan - Jumlah aliran antara jumlah (0,5<c<0,75)
yang jatuh pada wilayah DAS. permukaan per/satuan aliran permukaan - Buruk (c>0,75) - 3
Untuk menunjukkan potensi wilayah DAS dan jumlah CH
Total dissolve Konsentrasi sedimen yang - Baik (TDS<250) - 1
suspensi (TDS) terlarut (mg/l) - Sedang - 2
(250<TSD<400)
- Buruk (TSD>400) - 3

Penggunaan lahan Indeks erosi (IE) Perbandingan antara erosi - Jumlah erosi aktual Rasio - Baik (IE ≤ 0,80) - 1
(Land use) aktual tahunan dengan erosi persatuan wilayah perbandingan - Sedang (0,80 ≤ - 2
yang diperbolehkan (T) tahunan (ton/ha/tahun) antara erosi IE≤1)
- Erosi yang aktual tahunan - Buruk (IE>1) - 3
diperbolehkan dengan erosi
menurut metode yang
Sumber (Source) : SK Menhut nomer 52/Kpts-II/2001
Penggunaan Model Hidrologi SWAT.…(E. Junaidy; S.D. Tarigan)

237

You might also like