Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Tank model dan storage function termasuk model yang terjadi di dalam DAS dan lingkungannya
hidrologi dalam kelompok pendekatan non-linier. (George Fleming, 1975).
Metode storage function sering digunakan Sri Harto (1993) menjelaskan bahwa dalam
oleh para tenaga ahli dari Jepang dan banyak mempersiapkan data untuk analisis hidrologi untuk
dilterapkan di Indonesia untuk keperluan studi berbagai kepentingan pengembangan sumberdaya
perancangan di bidang sumberdaya air, khususnya air, seorang hidrolog dihadapkan pada dua
yang memerlukan informasi tentang karakteristik masalah pokok, yaitu; pertama, tentang ketetapan
hidrograf banjir. Dalam metode storage function jumlah stasiun hujan dan stasiun hidrologi; kedua,
masukan paling penting adalah besarnya hujan. tentang berapa besar ketelitian yang dapat dicapai
Mengingat keragaman hujan merupakan fungsi oleh suatu jaringan pengamatan dengan kerapatan
dari ruang dan waktu, menyebabkan dalam perhi- tertentu.
tungan hujan rata-ratanya harus memperhatikan Metode storage function adalah metode yang
tempat dan waktu terjadinya hujan. Untuk paling banyak digunakan di Jepang Dikembangkan
keperluan identifikasi lokasi hujan dan waktunya pertama kali oleh Toshimitsu Kimura tahun 1961
sangat tergantung pada ketersediaan data hasil (Joko Sujono, dkk., 2002). Proses hidrologi penga-
pencatatan di stasiun hujan pada DAS yang dikaji. lihragaman hujan-aliran yang dimodelkan menurut
Metode storage function ini memiliki keku- metode ini adalah adanya kejadian penampungan
rangan, yaitu, pertama sulit untuk mendapatkan (storage function), waktu tunda (delay time)
nilai parameter karakteristik DAS dengan tepat, dengan memperhitungkan beberapa karakteristik
karena harus ditetapkan dengan coba-coba DAS, yaitu luas DAS, panjang sungai, kemiringan
menggunakan variasi kombinasi nilai yang cukup lahan rata-rata, kondisi topografi dan geologi un-
banyak. Kedua hanya dapat digunakan jika terse- tuk menghasilkan fenomena aliran (runoff pheno-
dia cukup data hujan dan debit jam-jaman untuk menon) yang disebabkan oleh hujan (JICA, 1993).
keperluan kalibrasi. Ketiga memiliki ketergantung- Metode storage function menggunakan bebe-
an data dan jumlah stasiun hujan untuk mendapat- rapa anggapan sebagai berikut ini (Anonim, 1982).
kan nilai parameter karakteristik DAS yang baik.
1. Aliran air di sungai yang di akibatkan oleh
Adanya pengaruh tidak langsung jumlah stasiun
hujan terdiri dari aliran dasar (base flow) dan
hujan terhadap parameter DAS tersebut kiranya
aliran limpasan sebagai banjir (flood), serta
akan berpengaruh pada ketelitian hasil hitungan
diasumsikan bahwa base flow merupakan suatu
banjir rancangan yang dihasilkan.
nilai yang konstan dimana besarnya sama de-
ngan debit awal saat sebelum terjadinya banjir.
Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
2. Banjir merupakan aliran permukaan dimana
Analisis hidrologi didasarkan pada dua kon- kecepatan aliran reratanya dapat diestimasi
sep dasar, yaitu siklus hidrologi dan neraca air. menggunakan persamaan Manning.
Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan 3. Ada tiga tahap tentang asumsi terjadinya
keseimbangan jumlah air yang masuk ke, jumlah limpasan permukaan. Pertama adalah tahap
perubahan, dan yang keluar dari sistem (sub dimana semua air hujan yang jatuh, kemudian
sistem) tertentu (Sri Harto, 2000). Kedua konsep meresap ke dalam tanah (infiltration). Kemu-
tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan, karena dian tahap dimana sebagian air akan meresap
pada hakekatnya, masukan ke dalam salah satu sub dan sebagian lain menjadi aliran permukaan
sistem yang ada, adalah keluaran dari sub sistem (surface runoff). Tahap terakhir adalah saat
yang lain dalam siklus tersebut. kondisi tanah sudah jenuh air sehingga semua
Selama ini variabel ruang dan waktu antara air hujan akan menjadi limpasan permukaan.
masukan berupa hujan hingga keluaran berupa 4. Gambar 1 menyajikan skema tahapan terjadi-
aliran di sungai dikuantifikasikan dengan suatu nya limpasan aliran permukaan di daerah
pengukuran, namun pengukuran yang ada tidak tertentu, pada awal hujan adalah nol (tidak ada
dapat menunjukkan besaran secara pasti perubahan aliran). Kemudian bila hujan terus berlangsung,
massa dan energi antara masukan dan keluaran walau hanya hujan rintik-rintik, maka di
Forum Teknik Sipil No. XIX/1-Januari 2009 1047
sebagian DAS akan mulai terjadi adanya digunakan DAS Kali Madiun di Provinsi Jawa
daerah aliran primer (primary runoff area). Timur untuk studi kasus analisis banjir rancangan.
Daerah ini terdiri dari dua zona yaitu zona Adapun data sekunder yang diperlukan adalah peta
aliran (runoff zone) dan sisanya disebut zona topografi DAS Kali Madiun, peta lokasi stasiun
infiltrasi (infiltration zone). Bila kondisi ini hujan dan AWLR, data hujan jam-jaman dari
terus meluas, maka primary runoff area ini tahun 1975 sampai 1999 dari 7 stasiun hujan
akan memenuhi seluruh luasan DAS. Saat otomatis, serta data debit jam-jaman untuk periode
terjadinya luasan maksimal untuk primary pencatatan yang sama.
runoff area di DAS ini, dianggap sebagai suatu Setelah melakukan pengumpulan data sekun-
titik perubahan tanggapan. Kondisi yang terjadi der maka sebelum diolah dan dijadikan bahan
pada titik perubahan tanggapan sampai ke masukan (input) program storage function terlebih
kondisi sebelumnya, disebut runoff point. dahulu dilakukan pemilihan data yang bisa diguna-
Sedangkan dari titik perubahan tanggapan kan. Untuk data peta, semua bisa digunakan,
sampai dengan kondisi sesudahnya disebut sedangkan untuk data curah hujan dan data debit
saturation point, dan hujan yang berlangsung dilakukan pemilihan, sehingga memenuhi syarat
hingga terjadinya titik jenuh disebut hujan untuk digunakan sebagai input model hujan-aliran
saturasi (Rsa). metode storage function.
T o ta l C a tc h m e n t a r e a ( A )
S a tu r a te d
R u n o ff r a te
P r im a r y
R u n o ff r a te
Start of rainfall
S a tu r a ti o n p o i n t
P r i m a r y R u n o ff a r e a
R u n o ff p o i n t ti m e
R a i n fa l l d e p th
Saturation point
sa)
Saturation rainfall (R
Mulai
Pengumpulan Data:
1. Peta Topografi
2. Peta lokasi stasiun hujan & klimatologi
3. Peta lokasi stasiun pencatat t.m.a (AWLR)
4. Data curah hujan jam-jaman minimum 20 tahun
5. Data t.m.a min 20 tahun
6. Data & Laporan tentang banjir di kali Madiun (bila ada)
Input data t.m.a banjir besar utk perhitungan debit Input data ke dalam program Storage Function
Utk 7, 6 ,5,4,3 & 2 sta. hujan
Hasil perhitungan debit banjir besar Hasil komputasi Program Storage Function
(dlm bentuk hidrograf) (dlm bentuk hidrograf)
Cek Tidak
Kemiripan bentuk
hidrograf
Ya
Analisa hasil
Penyusunan Laporan
Selesai
Perhitungan Storage Function dan Kalibrasi Program storage function ini dalam prosesnya
tidak memiliki fasilitas kalibrasi, sehingga untuk
Proses perhitungan dengan program storage
melakukan kalibrasi, dilakukan oleh penulis
function ini dimulai dengan memasukkan data
dengan program worksheet (excel) secara terpisah.
yang diperoleh dari data sekunder dan dari data
Kalibrasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
olahan, Selain itu yang juga perlu dimasukkkan
mendapatkan nilai parameter yang dilakukan
yaitu varabel karakteristik DAS (k dan p) dan
dengan coba-coba. Adapun parameter dalam
variable hujan saturasi (Rsa).
masukan program storage function ini seperti
diuraikan di bawah ini.
Forum Teknik Sipil No. XIX/1-Januari 2009 1049
1. Luas DAS/sub DAS data yang tercatat pada lokasi di sejumlah stasiun
2. Kemiringan rata-rata lahan hujan (7; 6; 5; 4; 3; 2 stasiun.), sedangkan fungsi
3. Panjang sungai waktunya ditunjukkan dengan data jam-jaman
yang ada. Parameter hujan yang diidentifikasi
4. Kemiringan rata-rata dasar sungai
untuk setiap subDAS adalah seperti diuraikan
5. Data hujan jam-jaman
berikut ini.
6. Bobot poligon Thiessen
1. Jumlah stasiun hujan yang digunakan: 7, 6, 5,
7. Lag time
4, 3, dan 2 stasiun.
8. Hujan saturasi
2. Waktu catatan hujan: 10 hari atau 11 hari.
9. Koefisien aliran primer
3. Jumlah data hujan jam-jaman tiap stasiun: 240
10. Koefisien aliran masuk
atau 264 data.
11. Base flow
4. Interval waktu penelitian: 1 jam.
12. Karakteristik DAS
13. Karakteristik alur sungai. 5. Hujan satuan DAS yang mewakili daerah
subDAS di hulu AWLR Sekayu pada tanggal
Parameter ke 1 sampai dengan ke 6 dapat 22 Maret – 1 April 1994 dan yang mewakili
diperoleh dari data sekunder atau olahan data daerah subDAS di hulu AWLR A.Yani pada
sekunder, sedangkan yang lain diperoleh dengan tanggal 31 Januari – 10 Februari 1984.
coba-coba (trial) dengan memperhatikan batasan
yang ada, sehingga menghasilkan nilai debit jam-
Hasil Kalibrasi
jaman yang akan dikalibrasi dengan data debit
jam-jaman dari hasil liku kalibrasi tinggi muka air Perhitungan dengan program storage function
observasi. ini kalibrasinya hanya dilakukan untuk banjir
Maret 1994 dengan stasiun kontrol di Sekayu dan
HASIL DAN PEMBAHASAN banjir Februari 1984 dengan stasiun kontrol di sta.
A Yani. Hasil kalibrasinya, seperti tertulis dalam
Identifikasi Parameter Hujan Tabel 1 sampai dengan Tabel 4 dan grafik
Keragaman besaran hujan yang merupakan hidrograf yang menggambarkan posisi hidrograf
fungsi dari ruang dan waktu merupakan komponen banjir hasil observasi dan hasil perhitungan dapat
masukan yang paling penting dalam perhitungan dilihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 6.
debit dengan metode storage function ini.
Identifikasi keragaman hujan tersebut dalam tesis 1. Kalibrasi dengan stasiun kontrol AWLR Sekayu
ini ditunjukkan dengan fungsi ruang yang berupa
Tabel 1. Hasil perhitungan untuk hujan rata-rata dan data hujan saturasi
Hujan rata-rata ,Rrt Hujan saturasi ,Rsa
Sub DAS (mm) (mm)
7 sta. 6 sta. 5 sta. 4 sta. 3 sta. 2 sta. Semua jml sta.
MB-1 182 198 198 196 196 137 200
MB-2 196 197 197 198 198 137 200
MB-3 136 168 168 168 168 137 200
MB-4 131 131 131 131 113 137 200
MB-5 113 113 113 113 113 137 200
1050 Bambang Kuncoro Hari, Rachmad Jayadi, Pengaruh Jumlah Stasiun Hujan …
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil debit terkecil terjadi pada jumlah 7 stasiun hujan,
kalibrasi untuk titik control AWLR Sekayu, yang untuk melihat gambaran antara yang terbesar dan
memiliki penyimpangan hidrograf debit terbesar terkecil penyimpangan tersebut dapat dilihat pada
adalah pada jumlah 2 stasiun hujan, sedangkan Gambar 5 dan Gambar 6 berikut ini.
yang memiliki penyimpangan hidrograf debit
terkecil terjadi pada jumlah 3 stasiun hujan, untuk
Pembahasan Hasil Kalibrasi
melihat gambaran antara yang terbesar dan terkecil
penyimpangan tersebut dapat dilihat pada Gambar Dalam melakukan kalibrasi untuk seluruh
3 dan Gambar 4 berikut ini. jumlah stasiun (7, 6, 5, 4, 3 dan 2 stasiun) masing-
Dari Tabel 4. dapat diketahui pula bahwa masing dilakukan dengan coba-coba yaitu dengan
hasil kalibrasi untuk titik kontrol AWLR A.Yani, merubah nilai karakteristik (k dan p) serta nilai
yang memiliki penyimpangan hidrograf debit yang mempengaruhinya seperti time lag (tl),
terbesar adalah pada jumlah 2 stasiun hujan, baseflow, primary runoff.
sedangkan yang memiliki penyimpangan hidrograf
Forum Teknik Sipil No. XIX/1-Januari 2009 1051
0 1000
10 800
Ket erangan
Hujan
SkalaTinggi Hujan(mm)
Obsevasi
SkalaDebit (m/det)
20 600
P erhit ungan
3
30 400
40 200
50 0
Tanggal & Jam 3/23/94 5:00 3/24/94 5:00 3/25/94 5:00 3/26/94 5:00 3/27/94 5:00 3/28/94 5:00 3/29/94 5:00 3/30/94 5:00 3/31/94 5:00 4/1/94 5:00
Waktu
10 800
Ket erangan
SkalaTinggi Hujan(mm)
Hujan
SkalaDebit (m/det)
Obsevasi
20 600
P erhit ungan
3
30 400
40 200
50 0
Tanggal & Jam 3/23/94 5:00 3/24/94 5:00 3/25/94 5:00 3/26/94 5:00 3/27/94 5:00 3/28/94 5:00 3/29/94 5:00 3/30/94 5:00 3/31/94 5:00 4/1/94 5:00
Waktu
0 1200
20 900
Ket erangan
Skala Tinggi Hujan (mm)
Hujan
40 600 3
60 300
80 0
Tanggal & Jam 2/1/84 5:00 2/2/84 5:00 2/3/84 5:00 2/4/84 5:00 2/5/84 5:00 2/6/84 5:00 2/7/84 5:00 2/8/84 5:00 2/9/84 5:00 2/10/84 5:00
Waktu
10 Ket erangan
800
Hujan
Obsevasi
SkalaTinggi Hujan (mm)
P erhit ungan
SkalaDebit (m/det)
20 600
3
30 400
40 200
50 0
Tanggal & Jam 2/1/84 5:00 2/2/84 5:00 2/3/84 5:00 2/4/84 5:00 2/5/84 5:00 2/6/84 5:00 2/7/84 5:00 2/8/84 5:00 2/9/84 5:00 2/10/84 5:00
Waktu
Dari hasil kalibrasi ini menunjukkan bahwa yang dianalisa dengan menghitung dan memban-
dengan adanya perbedaan jumlah stasiun hujan dingkan luasan di bawah grafik hidrograf banjir
bisa merubah besarnya debit yang dihasilkan, dari hasil perhitungan dibanding dengan observasi.
tetapi tidak merubah nilai karakteristik DAS. Kemudian juga di analisa penyimpangan bentuk
Bentuk hidrograf banjir hasil hitungan, bila hidrograf banjir, dengan cara menghitung prosen-
dibanding dengan hidrograf hasil observasi tase rata-rata untuk selisih debit observasi dengan
memiliki kemiripan pola yang berbeda dan yang debit hasil perhitungan terhadap besarnya debit
perlu dilakukan kalibrasi adalah tinggi rendahnya observasi untuk setiap jamnya.
grafik, di mana tinggi rendah grafik hasil hitungan Bila hasil kalibrasi tersebut dalam Tabel 5 di
ini terkait dengan angka debit yang dihasilkan. atas digambarkan dalam bentuk grafik penyim-
Setelah dilakukan kalibrasi dengan memban- pangan, maka didapat gambar seperti terlihat
dingkan hasil perhitungan dengan hasil observasi dalam Gambar 7 sampai Gambar 10 yang menun-
pada setiap jumlah stasiun yang berbeda, kemu- jukkan walaupun belum tentu untuk jumlah stasiun
dian hasilnya dirangkum dalam Tabel 5 untuk hujan terbanyak memiliki penyimpangan terkecil
dipakai dalam penggambaran grafik besarnya tetapi sacara keseluruhan menunjukkan bahwa
penyimpangan. semakin banyak stasiun memiliki kecenderungan
makin baik akurasinya, seperti berikut ini.
Di sini dibedakan menjadi 2 jenis penyim-
pangan, yaitu penyimpangan besarnya volume
35.00
31.64
Y= Penyimp. Volume (%)
30.00
y = 26.5792381 -1.24057143 x
25.00
23.56
20.00
18.41
17.51 17.43 17.43
15.00
10.00
1 2 3 4 5 6 7 8
X= Jumlah Sta. Hujan
14.46
14.00
Y= Penyimp. Volume (%)
y = 11.1892381 -0.10057143 x
12.00
11.21 11.36
10.42
10.00
9.42
8.00 7.55
6.00
1 2 3 4 5 6 7 8
X= Jumlah Sta. Hujan
40.00
37.29 31.587619 -0.12428571 x
Y= Penyimp. Hidrograf (%) y=
36
35.00
30.00
28.37 28.4 28.4
27.71
25.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8
X= Jumlah Sta. Hujan
40.00
36.71
Y= Penyimp. Hidrograf (%)
35.00
y = 36.0254286 -1.53342857 x
30.00
28.64
27.85 27.68 27.48
26.39
25.00
20.00
15.00
1 2 3 4 5 6 7 8
X= Jumlah Sta Hujan