Professional Documents
Culture Documents
e-mail: naniksuryo@yahoo.com
Diterima 23 Juli 2012; Disetujui 22 Oktober 2012
ABSTRACT
The problem of flood that yearly occured in Sampang district was due to the very
large amount of runoff flow to the Sampang Cit, very high sedimentation in the river
that crosses the city, as well as the lack of good drainage system especially in urban
residential areas. Some of that problems eventually can lead to flooding in the City of
Sampang. The method used for flood simulation model was GSSHA (Gridded Surface
Subsurface Hydrologic Analysis), which is able to produce a good hydrological
components.
The data used data in this research among others are: Qmorph, DEM-SRTM(Digital
Elevation Model-Shuttle Radar Tophography Mission), SPOT-5 of 2010, land map, river
cross sections and field data. This flood simulation model research resulting flood
discharge, which is described in the hydrograph and flood depth calculations. The peak
discharge resulted in several catchment areas (CA): Klampis CA is 5.40 m3/s, Jelgung
CA is 364788.9 m3/s, Kamoning CA is 32.40 M3/s, and 3 CAs which are asscociated
with the above CAs is 174059 m3/s.
Keywords: Flood simulation model, GSSHA, Remote sensing
ABSTRAK
Keterangan:
Survey Watershed
Lapangan
Grid
Model WMS
DAS Kamoning. Berdasarkan hasil pada permukaan dan nilai infiltrasi yang
simulasi banjir DAS Jelgung (Gambar 3- tidak cukup besar. Bentuk topografi
2) dapat dilihat pola dan arah limpasan permukaan daerah ini menyebabkan
yang masuk ke DAS Kamoning, dimana kelebihan air yang berada pada per-
limpasan genangan dari DAS Jelgung mukaan mengalir menuju tempat yang
akan menambah kedalaman genangan lebih rendah yang selanjutnya akan
banjir di Kota Sampang. Penambahan masuk ke DAS Kamoning. Cukup jelas
kedalaman genangan banjir ini akan dilihat dari hasil model simulasi banjir,
jelas dilihat jika dilakukan simulasi bahwa nilai debit banjir di DAS
secara keseluruhan untuk tiga DAS Kamoning dan Sub DAS Kamoning
(DAS Klampis, DAS Jelgung dan DAS masing-masing sebesar 37.80 m3/detik
Kamoning) yang diperlihatkan oleh dan 32.40 m3/detik, yang pada kejadian
Gambar 3-5, dimana diperoleh kedalaman di lapangan nilai ini akan bertambah
maksimum simulasi adalah 5.157 m akibat limpasan dengan debit yang cukup
yang terjadi di beberapa tempat di Kota besar dari DAS Jelgung. Sedangkan
Sampang, antara lain: Kota Sampang, simulasi untuk keseluruhan DAS mem-
Desa Pasean, Desa Panggung, Desa berikan gambaran menyeluruh untuk
Tanggumong, Desa Rongtengah, dan distribusi limpasan dan debit untuk
Kelurahan Dalpenang. seluruh DAS yang dilakukan simulasi
banjir bersamaan dengan intensitas
3.3 Debit Banjir hujan dan durasi yang sama meng-
Perhitungan debit yang secara hasilkan debit puncak sebesar 174059,10
otomatis dilakukan dalam model dengan m3/detik.
menggunakan metode yang ada (Downer
& Ogden, 2006) menghasilkan nilai debit 3.4 Simulasi Banjir Kabupaten Sampang
maksimum yang dapat dilihat pada
Tabel 3-4. Nilai debit banjir di DAS Limpasan permukaan yang
Klampis sebesar 5.40 m3/detik, dan terjadi akibat curah hujan ini menjadi
nilai debit yang cukup tinggi terdapat penyumbang banjir untuk daerah yang
pada DAS Jelgung. Hal ini disebabkan lebih rendah. Dimana besarnya nilai
oleh besarnya jumlah air yang tersisa limpasan dapat dilihat pada Tabel 3-5.
Tabel 3-3: DURASI HUJAN DAN KEDALAMAN BANJIR DI BEBERAPA DAS DI KABUPATEN SAMPANG
No. DAS (Daerah Aliran Sungai) Durasi Hujan (jam) Kedalaman Banjir (m)
1 DAS Klampis 3 0 – 2,44
2 DAS Jelgung 3 0 - 5,68
3 DAS Kamoning 4 0 – 2,30
4 Sub DAS Kamoning 4 0 – 1,77
5 Simulasi Keseluruhan DAS 3 0 – 5,157
Sumber: hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil model simulasi tinggi, maka akumulasi air akan terjadi
banjir diperoleh hasil perhitungan jumlah di daerah lekukan sungai ini. Akhirnya
limpasan dari masing-masing DAS, yang mengakibatkan pada meander sungai
meliputi DAS Kamoning, Sub DAS tersebut terjadi akumulasi air, sehingga
Kamoning, DAS Klampis dan DAS sangat mudah meluap atau terjadi
Jelgung. Dengan memperhatikan pola banjir di daerah bantaran sungai yang
aliran dan arah aliran limpasan merupakan daerah permukiman
genangan ini, dapat diperoleh analisis masyarakat.
penyebab banjir yang sangat sering Dari hasil hidrograf DAS Klampis
terjadi di Kota Sampang yang berada di pada Gambar 3-2 dapat dikatakan
hulu daerah aliran sungai. Nilai bahwa debit puncak banjir dicapai pada
limpasan genangan dari DAS Klampis menit ke 180 atau selama 3 jam dengan
(Gambar 3-1) yang cukup besar tidak puncak aliran sebesar 0,0030 m³/detik
menjadi penyumbang genangan terhadap (yang ditunjukkan dengan garis warna
kota Sampang. Hal ini disebabkan hijau) dan volume mencapai 5,40 m³.
keberadaan waduk Klampis yang cukup Hasil simulasi banjir berikutnya
besar untuk menampung air dalam diperoleh bahwa DAS Jelgung seperti
jumlah yang sangat besar. pada Gambar 3-3, merupakan penyum-
Hasil survey lapangan yang telah bang limpasan genangan yang dapat
dilakukan, diperoleh informasi bahwa diperhatikan dari pola dan arah aliran
tidak pernah terjadi limpasan dari DAS yang memasuki sungai di DAS Kamoning.
Klampis, yang mana dari hasil model Jumlah limpasan permukaan cukup
simulasi banjir yang dihasilkan tepat besar di daerah ini yaitu sebesar
dengan kondisi sebenarnya dilapangan. 163367,9 m3. Jenis tanah di DAS
Akan tetapi terdapat juga beberapa Jelgung ini sebagian besar terdiri dari
daerah yang mengalami banjir di daerah endapan dan lempung. menyebabkan
DAS Klampis ini, Hal ini terjadi laju infiltrasi yang tidak terlalu tinggi,
disebabkan oleh adanya sistem drainase sehingga menyisakan banyak genangan
yang kurang baik. Selain sistem air yang berada dipermukaan.
drainase yang kurang baik juga Hasil hidrograf DAS Jelgung pada
disebabkan oleh bentuk sungai yang Gambar 3-4 dapat dikatakan berfluk-
memungkinkan terjadinya banjir di tuasi, dimana debit puncak banjir
dicapai pada menit ke 240 atau selama
daerah ini. Hal ini dibuktikan dengan
4 jam dengan puncak aliran mencapai
hasil survey yang dibandingkan dengan
6,71 m³/menit (garis hijau) dan volume
hasil model simulasi banjir, dimana
mencapai 364788,90 m³. Selanjutnya
daerah yang paling sering terjadi menurun sampai pada menit ke 360
genangan adalah di daerah lekukan dengan puncak aliran mencapai 3,86
(meander) sungai. Bentuk sungai di m³/menit (garis biru), kemudian
daerah aliran sungai ini sangat meningkat kembali sampai pada menit
berkelok-kelok (meandering), jika terjadi ke 680 dengan puncak aliran mencapai
hujan deras dan debit sungai sangat 6,35 m³/menit (garis merah).
97
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101
Gambar 3-1: Simulasi Banjir DAS Gambar 3-2: Grafik Hidrograf DAS Klampis
Klampis
Gambar 3-3: Simulasi Banjir DAS Jelgung Gambar 3-4: Grafik Hidrograf DAS Jelgung
Gambar 3-5: Simulasi banjir DAS Kamoning Gambar 3-6: Grafik hidrograf DAS Kamoning
Gambar 3-7: Simulasi banjir sub DAS Kamoning Gambar 3-8: Grafik hidrograf DAS Kamoning
Gambar 3-9: Simulasi banjir 3 DAS (Klampis, Gambar 3-10: Grafik DAS Klampis, Jelgung, dan
Jelgung, dan Kamoning) Kamoning
99
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101
Survey lapangan DAS Klampis, DAS Jelgung dan DAS Jumlah titik
%
Kamoning survey
Gambar 3-11: Contoh plotting titik survey lapangan di Desa Kamoning, Pangelen, dan Banyumas
100
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)
101