You are on page 1of 12

Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No.

2 Desember 2012 : 90-101

MODEL SIMULASI BANJIR MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH,


STUDI KASUS KABUPATEN SAMPANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
GRIDDED SURFACE SUBSURFACE HYDROLOGIC ANALYSIS
(FOOD SIMULATION MODEL USING REMOTE SENSING DATA, CASE STUDY
OF SAMPANG REGION USING GRIDDED SURFACE HYDROLOGIC ANALYSIS
METHOD)

Nanik Suryo Haryani*), Junita Monika Pasaribu*), Dini Oktavia Ambarwati**)


*) Pusat pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN
**) Departemen Geofisika Meteorologi, IPB

e-mail: naniksuryo@yahoo.com
Diterima 23 Juli 2012; Disetujui 22 Oktober 2012

ABSTRACT

The problem of flood that yearly occured in Sampang district was due to the very
large amount of runoff flow to the Sampang Cit, very high sedimentation in the river
that crosses the city, as well as the lack of good drainage system especially in urban
residential areas. Some of that problems eventually can lead to flooding in the City of
Sampang. The method used for flood simulation model was GSSHA (Gridded Surface
Subsurface Hydrologic Analysis), which is able to produce a good hydrological
components.
The data used data in this research among others are: Qmorph, DEM-SRTM(Digital
Elevation Model-Shuttle Radar Tophography Mission), SPOT-5 of 2010, land map, river
cross sections and field data. This flood simulation model research resulting flood
discharge, which is described in the hydrograph and flood depth calculations. The peak
discharge resulted in several catchment areas (CA): Klampis CA is 5.40 m3/s, Jelgung
CA is 364788.9 m3/s, Kamoning CA is 32.40 M3/s, and 3 CAs which are asscociated
with the above CAs is 174059 m3/s.
Keywords: Flood simulation model, GSSHA, Remote sensing

ABSTRAK

Permasalahan banjir yang terjadi setiap tahun di Kabupaten Sampang


disebabkan jumlah aliran yang masuk ke Kota Sampang sangat besar, terjadinya
sedimentasi yang sangat tinggi di sungai yang melintasi kota, serta kurang baiknya
sistem drainase terutama di daerah permukiman perkotaan. Beberapa permasalahan
tersebut akhirnya dapat memicu terjadinya banjir di Kota Sampang. Metode yang
digunakan untuk model simulasi banjir adalah metode Gridded Surface Subsurface
Hydrologic Analysis (GSSHA), dimana metode tersebut mampu untuk menghasilkan
komponen hidrologi dengan baik. Data yang digunakan dalam penelitian ini, antara
lain: data Qmorph, Digital Elevation Model–Shuttle Radar Topography Mission (DEM-
SRTM), SPOT-5 tahun 2010, peta tanah, data penampang sungai serta data lapangan.
Penelitian model simulasi banjir ini menghasilkan volume banjir, debit puncak dan
waktu yang digunakan untuk mencapai debit puncak banjir, yang digambarkan dalam
hidrograf serta hasil perhitungan kedalaman banjir. Debit puncak yang dihasilkan oleh
beberapa DAS, a.l.: DAS Klampis sebesar 5,40 m³/detik, DAS Jelgung sebesar
364788,90 m³/detik, DAS Kamoning sebesar 37,80 m³/detik, Sub DAS Kamoning
sebesar 32,40 m³/detik, dan 3 DAS yang merupakan gabungan dari DAS tersebut
sebesar 174059.10 m³/detik.
Kata Kunci: Model simulasi banjir, GSSHA, Penginderaan jauh.
90
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

1 PENDAHULUAN di Kabupaten Sampang, terutama


Kejadian banjir yang akhir-akhir penelitian mengenai simulasi model
ini terjadi di Indonesia disebabkan banjir.
wilayah Indonesia berada di daerah Penelitian model simulasi banjir
tropis, dimana kejadian banjir tersebut telah dilakukan oleh Pawening, R. E.,
dipicu oleh curah hujan yang sangat et.al., (2011) yang meneliti tentang
tinggi. Faktor lain yang menyebabkan Pemodelan Simulasi Tinggi Genangan
terjadinya banjir di daerah kajian adalah Banjir di Kecamatan Gubeng meng-
perubahan penutup lahan di daerah gunakan SIG. Didalam penelitian ini
hulu seperti pembukaan lahan atau digunakan data curah hujan,
penebangan pohon di daerah hutan dan kelembaban, temperatur, dan pasang air
adanya perkembangan wilayah perkotaan laut, dengan menggunakan metode
yang sangat pesat. Pembukaan lahan principal component regression. Hasil
atau penebangan pohon di daerah korelasi antar variabel, dimana nilai
hutan yang terletak di daerah hulu akan korelasi yang tinggi antar variabel
menyebabkan air hujan tidak dapat prediktor yakni antara kelembaban dan
diserap oleh tanah dan akar-akar temperatur adalah sebesar -0,7422.
tanaman, sehingga air hujan dapat Penelitian yang lain mengenai
langsung menjadi air limpasan yang pengembangan simulasi aliran air pada
selanjutnya menjadi air permukaan saluran drainase kota menggunakan
yang mengalir ke sungai (Sosrodarsono, pemodelan network flow dilakukan oleh
1999). Pane (2010). Permasalahan penelitian
Pembukaan lahan atau pene- adalah bagaimana mengetahui distribusi
bangan pohon di daerah hutan akan kapasaitas air yang dialirkan melalui
mengakibatkan volume air sungai terus masing-masing saluran drainase. Data
bertambah, sehingga sungai tidak yang digunakan untuk model, meliputi:
mampu lagi menampung air dan akhirnya perhitungan hidrologi saluran drainase
menyebabkan terjadinya banjir. Perubah- untuk memperoleh nilai Q masing-masing
an penutup lahan seperti adanya per- saluran, membuat model Network Flow
kembangan perkotaan yang tidak disertai dari saluran drainase. Hasil pemodelan
dengan pengelolaan sistem drainase network flow dapat memberikan kontribusi
yang baik akan menyebabkan kondisi dalam melakukan optimalisasi distribusi
perkotaan kurang baik, dimana air tidak debit aliran air pada saluran drainase
dapat dialirkan melalui sistem drainase untuk mengurangi terjadinya genangan
yang ada, sehingga terjadi genangan banjir.
berupa banjir. Penelitian simulasi banjir meng-
Permasalahan banjir yang terjadi gunakan data penginderaan jauh dan
setiap tahun di Kabupaten Sampang GIS dilakukan oleh Wang et.al. (2008) di
disebabkan jumlah aliran yang masuk kota Guiyang–Cina. Tujuan penelitian
ke Kota Sampang sangat besar sehingga ini adalah untuk mengembangkan
terjadi akumulasi aliran yang sangat model berbasis grid hidrologi untuk
tinggi. Penyebab lain banjir di Kota simulasi banjir. Adapun hasil penelitian
Sampang, juga terjadinya sedimentasi walaupun beberapa faktor hidrologi
yang sangat tinggi di sungai yang seperti infiltrasi tanah dan intersepsi
melintas di Kota Sampang, serta kurang tanaman tidak dipertimbangkan dalam
baiknya sistem drainase terutama di model ini, hasil simulasi cukup
daerah permukiman perkotaan. Beberapa memuaskan.
permasalahan tersebut yang akhirnya Selain penelitian simulasi banjir
dapat memicu terjadinya banjir di yang telah dilakukan para peneliti tersebut
Sampang. Berdasarkan permasalahan diatas, Downer and Ogden (2006), yang
tersebut perlu adanya penelitian banjir menulis dalam Final Report: Gridded
91
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101

Surface Subsurface Hydrologic Analysis yang terdapat dalam Watershed Modelling


(GSSHA) for Watershed Modeling System System (WMS). Pada Gambar 2-1
(WMS), mengatakan WMS yang ditunjukan diagram alir penelitian model
merupakan alat untuk mengotomatisasi simulasi banjir dengan menggunakan
proses pemodelan, dimana perangkat data penginderaan jauh dan Metode
tersebut akan mampu untuk mem- GSSHA.
visualisasikan hasil dalam membangun Tahapannya meliputi, data
strategi pengelolaan DAS. Sedang GSSHA penginderaan jauh SPOT-5 dilakukan
adalah merupakan perangkat lunak klasifikasi untuk menghasilkan peta
untuk mengelola produk sistem hidrologi, penggunaan lahan, selanjutnya dilakukan
dimana aplikasinya adalah untuk ekstraksi untuk menghasilkan nilai
prediksi banjir yang meliputi kedalaman kekasaran permukaan. Sedangkan data
dan kecepatan, analisis banjir, analisis DEM-SRTM dilakukan ekstraksi untuk
infiltrasi, serta pemodelan aliran menghasilkan peta kontur dan
permukaan. Metode GSSHA menghasilkan selanjutnya dilakukan ektraksi informasi
model grid dua dimensi berbasis untuk memperoleh hasil kemiringan
hidrologi, yang dapat menghasilkan dua lereng, arah aliran dan akumulasi aliran.
dimensi aliran darat dan satu demensi Dari peta tanah dilakukan ekstraksi
aliran sungai. Pengembangan metode untuk memperoleh hasil jenis tanah,
GSSHA versi 2 berupa danau kecil dan agar mendapatkan beberapa parameter
cekungan, dan model ini secara efisien untuk menghitung infiltrasi dan
dapat digunakan untuk memperkirakan kelembaban tanah. Sedangkan dari data
debit (Downer, 2002). Qmorph dilakukan pengolahan data
Berdasarkan uraian dari dihasilkan informasi intensitas curah
permasalahan banjir di daerah penelitian, hujan. Hasil dari survey lapangan
maka penelitian yang dilakukan di dipergunakan untuk mendapatkan titik
Kabupaten Sampang ini bertujuan koordinat terjadinya banjir di lapangan,
untuk pembuatan model simulasi banjir curah hujan harian dari pengukuran
dan menganalisis serta menghitung stasiun, informasi jaringan sungai dari
debit aliran permukaan dari hasil model Dinas Pengairan Kabupaten Sampang,
tersebut. yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk validasi model
2 METODOLOGI simulasi banjir yang telah dihasilkan
dari penelitian ini.
2.1 Data
2.2.1 Metode perhitungan intensitas
Data yang digunakan dalam curah hujan
penelitian model simulasi banjir
Perhitungan intensitas curah
menggunakan data penginderaan jauh,
hujan menggunakan metode Haspers
yang meliputi, data prediksi cuaca
dan Der Weduwen dalam Melinda
Qmorph, Digital Elevation Model–Shuttle
(2007). Metode ini berasal dari
Radar Topography Mission (DEM-SRTM),
kecenderungan curah hujan harian
SPOT-5 tahun 2010, peta tanah, data
yang dikelompokkan berdasar anggapan
penampang sungai serta data lapangan
bahwa curah hujan memiliki distribusi
yang digunakan untuk validasi hasil
yang simetris dengan durasi curah
model simulasi banjir.
hujan yang nilainya lebih kecil dari 1
2.2 Metode jam dan durasi curah hujan lebih kecil
dari 1 sampai 24 jam. Formula
Metode yang digunakan dalam
perhitungannya sebagai berikut:
penelitian model simulasi banjir ini
adalah metode Gridded Surface
Subsurface Hydrologic Analysis (GSSHA)
92
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

Keterangan: 2.2.2 Metode perhitungan infiltrasi


: durasi curah hujan dalam satuan Perhitungan infiltrasi untuk
jam mengetahui tingkat tanah mampu
: curah hujan maksimum yang menyerap curah hujan atau aliran
terpilih permukaan, menggunakan metode
Green dan Ampt Equation dalam
Downer & Ogden (2006), adalah sebagai
berikut:
untuk jam :

Keterangan:

Keterangan: : laju infiltrasi (cm/jam)


: konduktivitas hidrolik jenuh
I : Intensitas curah hujan (mm/jam) (cm/jam)
R, Rt : Curah hujan menurut Haspers : matriks tekanan pada wetting
dan Der Weduwen point
t : Durasi curah hujan (jam) : defisit kelembaban
Xt : Curah hujan harian maksimum : kumulatif kelembaban pada level
yang terpilih (mm/hari) waktu tertentu (cm)

Qmorph DEM-SRTM SPOT-5 Peta Tanah


Th.2010

Intensitas Kontur Penggunaan Peta Jenis


Curah Hujan Lahan Tanah

Slope Flow Direction Flow Accumulation Kekasaran Soil Infiltrasi


(FD) (FA) Permukaan Moisture

Survey Watershed
Lapangan

Grid

Model WMS

Validasi Hasil Simulasi Banjir Model WMS

Simulasi Banjir Tervalidasi


Gambar 2-1: Diagram alirpenelitian
93
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101

2.2.3 Metode perhitungan kedalaman terjadinya banjir di Kota Sampang,


banjir adalah DAS Klampis dan DAS Jelgung,
yang merupakan daerah hulu dari Kota
Kedalaman banjir yang dalam Sampang, dimana Kota Sampang setiap
program GSSHA berisi tentang aliran
tahunnya menjadi langganan banjir.
permukaan tanah dimana perhitungan
Dari dua DAS yang mensuplai banjir di
kedalaman banjir (meter) sesuai dengan Kota Sampang ini mayoritas dari DAS
waktu akhir dari model simulasi banjir,
Jelgung, karena dari DAS Klampis
formula yang digunakan adalah seperti
sebagian besar sudah tertampung di
berikut (Downer & Ogden, 2006), Waduk Klampis sehingga tidak banyak
air yang mengalir ke Kota Sampang.

3.1 Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi


kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat hujan dapat dianalisis sebagai
berikut: apabila semakin singkat waktu
Keterangan: hujan berlangsung, maka intensitas
d : kedalaman genangan (m) hujannya cenderung makin tinggi, dan
S : kemiringan atau slope (%) apabila semakin besar periode ulangnya,
p dan q : fluks intersel pada arah x dan y maka semakin tinggi intensitasnya.
Untuk menganalisis intesitas curah
2.2.4 Metode perhitungan debit banjir hujan diperlukan data hujan jangka
pendek (5 menit, 10 menit, 30 menit, 60
Perhitungan debit banjir dalam
menit, dan per jam-an atau setiap jam).
penelitian ini dengan memperhitungkan
Data curah hujan yang digunakan
koefisien manning, luas area, radius
dalam penelitian ini yaitu curah hujan
hidrolik, dan kemiringan lereng. Satuan
Qmorph setiap jam dalam satu hari
dari hasil perhitungan dari debit banjir
(Tabel 3-1), karena membutuhkan data
dalam satuan meter kubik per detik.
hujan yang relatif pendek, dimana
(Downer & Ogden, 2006),
dalam penelitian ini dipilih data pada
tanggal 22 Februari 2010. Pemilihan
tanggal tersebut berdasarkan historikal
banjir di daerah penelitian merupakan
Keterangan: banjir yang besar serta disesuaikan
dengan perolehan data curah hujan dari
Q : debit (m3/detik) data Qmorph, dimana data tersebut
n : koefisien manning
dalam satu hari terdapat 24 data.
A : luas daerah (m2)
R : radius hidrolik (m)
S : kemiringan atau slope (%) Berdasarkan hasil pengolahan
data dan perhitungan intensitas hujan
di beberapa DAS yang berlokasi di
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Sampang seperti pada Tabel
Penelitian ini dibahas model 3-2, dimana intensitas DAS Klampis
simulasi banjir di tiga DAS (Daerah sebesar 25 mm/jam dan intensitas DAS
Aliran Sungai) yang ada di Kabupaten Jelgung sebesar 25 mm/jam.
Sampang, yang meliputi DAS Klampis, Sedangkan intensitas DAS Kamoning
DAS Jelgung, DAS Kamoning dan Sub dan Sub DAS Kamoning masing-masing
DAS Kamoning. Dari tiga DAS tersebut, sebesar sebesar 7,09 mm/jam dan 7,09
yang banyak berpengaruh atau mensuplai mm/jam.
94
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

Tabel 3-1: CURAH HUJAN TANGGAL 22 FEBRUARI 2010 DI MASING-MASING DAS

Jam Klampis Jelgung Kamoning


0 0 0 0
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 0 0
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 0 0 0
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 1 4
19 33 33 9
20 33 33 9
21 33 33 9
22 9 16 9
23 0 0 0
Sumber: hasil pengolahan data Qmorph

Tabel 3-2: INTENSITAS HUJAN DI BEBERAPA DAS DI KABUPATEN SAMPANG

No. DAS (Daerah Aliran Sungai) Intensitas Hujan (mm/jam)


1. DAS Klampis 25
2. DAS Jelgung 25
3. DAS Kamoning 7,09
4. Sub DAS Kamoning 7,09
Sumber: hasil pengolahan data

3.2 Kedalaman Banjir genangan banjir di daerah DAS Klampis


Kedalaman genangan banjir yang sebesar 2,44 m (Gambar 3-1), DAS
diperoleh dari hasil model yang dibuat Jelgung sebesar 5,68 m (Gambar 3-2),
terpisah masing-masing DAS, dimana DAS Kamoning sebesar 2,30 m (Gambar
masing-masing DAS memperlihatkan 3-3) dan Sub DAS Kamoning sebesar
nilai kedalaman genangan banjir yang 1,77 m (Gambar 3-4), dimana untuk nilai
terjadi di daerah aliran sungai tersebut. kedalaman genangan banjir di DAS
Berdasarkan hasil perhitungan Kamoning dan Sub DAS Kamoning ini
kedalaman genangan banjir dengan belum dipegaruhi oleh penambahan
menggunakan durasi hujan sekitar 3-4 genangan banjir dari limpasan DAS
jam, diperoleh nilai kedalaman Jelgung yang berada di daerah hulu dari
95
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101

DAS Kamoning. Berdasarkan hasil pada permukaan dan nilai infiltrasi yang
simulasi banjir DAS Jelgung (Gambar 3- tidak cukup besar. Bentuk topografi
2) dapat dilihat pola dan arah limpasan permukaan daerah ini menyebabkan
yang masuk ke DAS Kamoning, dimana kelebihan air yang berada pada per-
limpasan genangan dari DAS Jelgung mukaan mengalir menuju tempat yang
akan menambah kedalaman genangan lebih rendah yang selanjutnya akan
banjir di Kota Sampang. Penambahan masuk ke DAS Kamoning. Cukup jelas
kedalaman genangan banjir ini akan dilihat dari hasil model simulasi banjir,
jelas dilihat jika dilakukan simulasi bahwa nilai debit banjir di DAS
secara keseluruhan untuk tiga DAS Kamoning dan Sub DAS Kamoning
(DAS Klampis, DAS Jelgung dan DAS masing-masing sebesar 37.80 m3/detik
Kamoning) yang diperlihatkan oleh dan 32.40 m3/detik, yang pada kejadian
Gambar 3-5, dimana diperoleh kedalaman di lapangan nilai ini akan bertambah
maksimum simulasi adalah 5.157 m akibat limpasan dengan debit yang cukup
yang terjadi di beberapa tempat di Kota besar dari DAS Jelgung. Sedangkan
Sampang, antara lain: Kota Sampang, simulasi untuk keseluruhan DAS mem-
Desa Pasean, Desa Panggung, Desa berikan gambaran menyeluruh untuk
Tanggumong, Desa Rongtengah, dan distribusi limpasan dan debit untuk
Kelurahan Dalpenang. seluruh DAS yang dilakukan simulasi
banjir bersamaan dengan intensitas
3.3 Debit Banjir hujan dan durasi yang sama meng-
Perhitungan debit yang secara hasilkan debit puncak sebesar 174059,10
otomatis dilakukan dalam model dengan m3/detik.
menggunakan metode yang ada (Downer
& Ogden, 2006) menghasilkan nilai debit 3.4 Simulasi Banjir Kabupaten Sampang
maksimum yang dapat dilihat pada
Tabel 3-4. Nilai debit banjir di DAS Limpasan permukaan yang
Klampis sebesar 5.40 m3/detik, dan terjadi akibat curah hujan ini menjadi
nilai debit yang cukup tinggi terdapat penyumbang banjir untuk daerah yang
pada DAS Jelgung. Hal ini disebabkan lebih rendah. Dimana besarnya nilai
oleh besarnya jumlah air yang tersisa limpasan dapat dilihat pada Tabel 3-5.

Tabel 3-3: DURASI HUJAN DAN KEDALAMAN BANJIR DI BEBERAPA DAS DI KABUPATEN SAMPANG

No. DAS (Daerah Aliran Sungai) Durasi Hujan (jam) Kedalaman Banjir (m)
1 DAS Klampis 3 0 – 2,44
2 DAS Jelgung 3 0 - 5,68
3 DAS Kamoning 4 0 – 2,30
4 Sub DAS Kamoning 4 0 – 1,77
5 Simulasi Keseluruhan DAS 3 0 – 5,157
Sumber: hasil pengolahan data

Tabel 3-4: DEBIT PUNCAK BANJIR DI BEBERAPA DAS DI KABUPATEN SAMPANG

No. DAS (Daerah Aliran Sungai) Debit Puncak Banjir (m³/detik)

1 DAS Klampis 5,40


2 DAS Jelgung 364788,90
3 DAS Kamoning 37,80
4 Sub DAS Kamoning 32,40
5 Simulasi Keseluruhan DAS 174059.10
Sumber: hasil pengolahan data
96
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

Tabel 3-5: HASIL PERHITUNGAN LIMPASAN PERMUKAAN DI DAS KABUPATEN SAMPANG


DAS Sub DAS DAS DAS 3 DAS
DAS Kamoning
Hasil Perhitungan Kamoning Jelgung Klampis (Gabung)
Duration 240 240 180 180 180

Volume of discharge 39.7 33.1 33.6 0 174186.3

Volume remaining on surface 217537.6 31426.6 22586.8 163367.9 4595279.5

Final volume on surface 217537.65 31426.57 22586.83 163367.91 4595279.49

Berdasarkan hasil model simulasi tinggi, maka akumulasi air akan terjadi
banjir diperoleh hasil perhitungan jumlah di daerah lekukan sungai ini. Akhirnya
limpasan dari masing-masing DAS, yang mengakibatkan pada meander sungai
meliputi DAS Kamoning, Sub DAS tersebut terjadi akumulasi air, sehingga
Kamoning, DAS Klampis dan DAS sangat mudah meluap atau terjadi
Jelgung. Dengan memperhatikan pola banjir di daerah bantaran sungai yang
aliran dan arah aliran limpasan merupakan daerah permukiman
genangan ini, dapat diperoleh analisis masyarakat.
penyebab banjir yang sangat sering Dari hasil hidrograf DAS Klampis
terjadi di Kota Sampang yang berada di pada Gambar 3-2 dapat dikatakan
hulu daerah aliran sungai. Nilai bahwa debit puncak banjir dicapai pada
limpasan genangan dari DAS Klampis menit ke 180 atau selama 3 jam dengan
(Gambar 3-1) yang cukup besar tidak puncak aliran sebesar 0,0030 m³/detik
menjadi penyumbang genangan terhadap (yang ditunjukkan dengan garis warna
kota Sampang. Hal ini disebabkan hijau) dan volume mencapai 5,40 m³.
keberadaan waduk Klampis yang cukup Hasil simulasi banjir berikutnya
besar untuk menampung air dalam diperoleh bahwa DAS Jelgung seperti
jumlah yang sangat besar. pada Gambar 3-3, merupakan penyum-
Hasil survey lapangan yang telah bang limpasan genangan yang dapat
dilakukan, diperoleh informasi bahwa diperhatikan dari pola dan arah aliran
tidak pernah terjadi limpasan dari DAS yang memasuki sungai di DAS Kamoning.
Klampis, yang mana dari hasil model Jumlah limpasan permukaan cukup
simulasi banjir yang dihasilkan tepat besar di daerah ini yaitu sebesar
dengan kondisi sebenarnya dilapangan. 163367,9 m3. Jenis tanah di DAS
Akan tetapi terdapat juga beberapa Jelgung ini sebagian besar terdiri dari
daerah yang mengalami banjir di daerah endapan dan lempung. menyebabkan
DAS Klampis ini, Hal ini terjadi laju infiltrasi yang tidak terlalu tinggi,
disebabkan oleh adanya sistem drainase sehingga menyisakan banyak genangan
yang kurang baik. Selain sistem air yang berada dipermukaan.
drainase yang kurang baik juga Hasil hidrograf DAS Jelgung pada
disebabkan oleh bentuk sungai yang Gambar 3-4 dapat dikatakan berfluk-
memungkinkan terjadinya banjir di tuasi, dimana debit puncak banjir
dicapai pada menit ke 240 atau selama
daerah ini. Hal ini dibuktikan dengan
4 jam dengan puncak aliran mencapai
hasil survey yang dibandingkan dengan
6,71 m³/menit (garis hijau) dan volume
hasil model simulasi banjir, dimana
mencapai 364788,90 m³. Selanjutnya
daerah yang paling sering terjadi menurun sampai pada menit ke 360
genangan adalah di daerah lekukan dengan puncak aliran mencapai 3,86
(meander) sungai. Bentuk sungai di m³/menit (garis biru), kemudian
daerah aliran sungai ini sangat meningkat kembali sampai pada menit
berkelok-kelok (meandering), jika terjadi ke 680 dengan puncak aliran mencapai
hujan deras dan debit sungai sangat 6,35 m³/menit (garis merah).
97
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101

Gambar 3-1: Simulasi Banjir DAS Gambar 3-2: Grafik Hidrograf DAS Klampis
Klampis

Hasil simulasi DAS Kamoning Hasil hidrograf DAS Kamoning


seperti pada Gambar 3-3 dan Sub DAS pada Gambar 3-6 dapat dikatakan
Kamoning seperti pada Gambar 3-5, bahwa debit puncak banjir dicapai pada
memperlihatkan bahwa daerah genangan menit ke 240 atau selama 4 jam dengan
yang terjadi di beberapa wilayah yang puncak aliran mencapai 0,006 m³/menit.
termasuk di DAS Kamoning ini yang Sedangkan pada Sub DAS Kamoning
sebagian besar merupakan daerah pada Gambar 3-8 dapat dikatakan
permukiman. Wilayah DAS Kamoning bahwa debit puncak dicapai pada menit
ke 180 sampai pada menit 240 dengan
ini terjadi sedimentasi yang tinggi dan
puncak aliran mencapai 0,0040 m³/menit
debit sungai yang sebagian besar .
merupakan limpasan dari daerah hulu Hasil simulasi banjir gabungan
(DAS Jelgung) sehingga akan mem- dari tiga DAS yaitu DAS Klampis, DAS
pengaruhi tingginya genangan di daerah Jelgung, dan DAS Kamoning, seperti
ini. Jenis tanah yang sebagian besar pada Gambar 3-9, dimana DAS Jelgung
adalah lempung dan endapan menyebab- dan DAS Klampis yang terletak di
kan infiltrasi di daerah ini tidak terlalu bagian hulu yang merupakan
besar. Penggunaan lahan menjadi faktor penyumbang limpasan genangan yang
yang berpengaruh cukup besar di dapat diperhatikan dari pola dan arah
daerah ini. Selain hal tersebut di atas aliran yang memasuki sungai di DAS
juga kurangnya daerah resapan Kamoning. Jumlah limpasan permukaan
terutama di kawasan permukiman cukup besar di daerah ini yaitu sebesar
menyebabkan daerah ini sangat rentan 4595279.5 m3.
terhadap banjir. Banjir yang terjadi ini Dari hasil hidrograf gabungan
juga disebabkan sedimentasi yang tiga DAS (Klampis, Jelgung dan
sangat tinggi. Penataan ruang kota dan Kamoning) pada Grafik 3-10 dapat
dikatakan bahwa debit puncak banjir
daerah resapan serta perbaikan sistem
dicapai pada menit ke 570 dengan
drainase di daerah ini sangat diperlukan
puncak aliran mencapai 3,29 m³/detik
untuk mengurangi resiko banjir.
dan volume mencapai 174059,10 m³.
98
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

Gambar 3-3: Simulasi Banjir DAS Jelgung Gambar 3-4: Grafik Hidrograf DAS Jelgung

Gambar 3-5: Simulasi banjir DAS Kamoning Gambar 3-6: Grafik hidrograf DAS Kamoning

Gambar 3-7: Simulasi banjir sub DAS Kamoning Gambar 3-8: Grafik hidrograf DAS Kamoning

Gambar 3-9: Simulasi banjir 3 DAS (Klampis, Gambar 3-10: Grafik DAS Klampis, Jelgung, dan
Jelgung, dan Kamoning) Kamoning

99
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9 No. 2 Desember 2012 : 90-101

3.5 Perhitungan Akurasi


*100%
Perhitungan akurasi dilakukan
berdasarkan hasil model simulasi banjir Keterangan:
dan hasil plotting titik survey lapangan, TSp = Jumlah titik survey lapangan yang
sehingga dapat dilakukan validasi hasil terpilih
dengan perhitungan seperti pada Tabel TSt = Jumlah titik survey lapangan yang
sesuai atau tepat berada pada
3-6. Dimana formula perhitungan
lokasi hasil modelsimulasi banjir
akurasi sebagai berikut: di Kabupaten Sampang

Tabel 3-6: HASIL PERHITUNGAN AKURASI

Survey lapangan DAS Klampis, DAS Jelgung dan DAS Jumlah titik
%
Kamoning survey

Jumlah titik survey lapangan yang terpilih (TSp) 51 100


Titik survey lapangan yang sesuai atau tepat pada lokasi hasil
39 76.47
model simulasi banjir (TSt)
Titik survey lapangan yang tidak sesuai hasil model simulasi
12 23.53
banjir

Gambar 3-11: Contoh plotting titik survey lapangan di Desa Kamoning, Pangelen, dan Banyumas

100
Model Simulasi Banjir Menggunakan ...... (Nanik Suryo Haryani et al.)

4 KESIMPULAN The model underwent further


Dari penelitian ini telah Revisions and Changed its Name
dihasilkan model simulasi banjir untuk to Gridded Surface Subsurface
Kabupaten Sampang dan dari analisis Hydrologic Analysis (GSSHA),
debit aliran permukaan dari hasil model Brigham Young University.
tersebut, diperoleh informasi yang Melinda, 2007, “Intensitas Curah Hujan
disimpulkan sebagai berikut, Metode Hasper dan Der
- Dari beberapa DAS di Kabupaten Weduwen”, dalam Nugraha, M.T.,
Sampang, perhitungan dengan hasil 2009, Analisis Curah Hujan
debit tertinggi adalah DAS Jelgung Maksimum serta implikasinya
mencapai sebesar 364788,90 m3/detik. terhadap perencanaan saluran
- Hasil simulasi banjir diperoleh bahwa drainase (Studi Kasus perempatan
DAS Jelgung merupakan penyumbang ITN– Kota Malang), Central Library
limpasan yang cukup besar, dimana Institute Technology Bandung–
limpasan permukaan yang cukup ITB, Bandung.
besar 163367,9m3 yang memasuki Pane, E. S., 2010. Pengembangan
DAS Kamoning. Simulasi Aliran Air ada Saluran
Berdasarkan hasil simulasi banjir Drainase Kota Menggunakan
dan hasil survey lapangan di tiga DAS Pemodelan Network Flow. Institut
yang diperoleh hasil perhitungan Sepuluh November Surabaya, ITS
akurasi informasi sebesar 75,47 %. Surabaya.
Pawening, R. E., Buliali, J.L., and A.
UCAPAN TERIMA KASIH Saikhu, 2011, Pemodelan dan
Kami mengucapkan terima kasih Simulasi Tinggi Genangan Banjir
kepada Pemda Kabupaten Sampang di Kecamatan Gubeng Kota
yang telah membantu dalam Surabaya Meng-gunakan SIG,
pelaksanaan survey lapangan, ucapan Fakultas Teknologi Informasi,
terima kasih juga disampaikan kepada Institut Sepuluh November,
Bapak Prof.Dr. Ketut Wikantika dan Surabaya.
Bapak Dr.Ir. Dony Kushardono, M.Eng., Sosrodarsono, Suyono, 1999. Hidrologi
yang telah memberikan masukan dan untuk Pengairan, Jakarta: PT
koreksinya dalam paper ini. Pradnya Paramita.
Wang, X., Gu, X., Wu, Z., and C. Wang, ,
DAFTAR RUJUKAN
2008, “Simulatiom of Flood
Downer, C.W. and F.L. Ogden, 2006, Inundation of Guiyang City Using
Gridded Surface Subsurface Remote Sensing, GIS and
Hydrologic Analysis (GSSHA) Hydrological Model”, The Int.
User’s Manual, Version 1.43 for archives of the Photogrammetre,
Watershed Modeling System 6.1. Remote Sens. and Spatial
Prepared for U.S. Army Corps of Information Sci. Vol. XXXVII. Part
Engineers. Washington. B8. Beijing.
Downer, C. W., 2002, The Uses of GSSHA
to Model Groundwater-Surface:

101

You might also like