Professional Documents
Culture Documents
*
Ruslan Wirosoedarmo , A. Tunggul Sutan Haji, dan Erlita Meidya Pramesti
ABSTRACT
123
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 123-130
perlu ditinjau daru hubungan antara hujan masi hidrologi dan/atau sumber daya air;
dan aliran sungai. Besarnya aliran di da- b) prediksi besar debit dan genangan
lam sungai ditentukan terutama oleh be- aliran sungai, baik aliran rendah maupun
sarnya hujan, intensitas hujan, luas dae- banjir; c) pengaruh perubahan tata guna
rah hujan, lama waktu hujan, luas daerah lahan terhadap perubahan aliran atau
aliran sungai, dan ciri-ciri daerah aliran banjir di DAS; d) perencanaan tata ruang
itu. Daerah pengaliran, topografi, tum- air dan penanggulangan banjir suatu DAS;
buh-tumbuhan dan geologi mempunyai e) penentuan besarnya aliran su-ngai
pengaruh terhadap debit banjir, corak yang tidak memiliki stasiun hujan; f)
banjir, debit pengaliran dasar. dan sete- digunakan untuk menentukan hidrograf
rusnya (Sosrodarsono, 1999). DAS me- satuan, waktu tempuh (travel time),
rupakan ekosistem tempat organisme dan waktu konsentrasi (Tc), dan parameter
lingkungan biofisik serta unsur bio-kimia aliran permukaan lainnya; g) memberi
berinteraksi secara dinamis dan gambaran potensi waduk dan hydropo-
didalamnya terdapat keseimbangan in- wer. Selain masalah-masalah tersebut,
flow dan outflow dari material dan energi. SIMODAS juga dapat dikembangkan lebih
Menurut Aronoff (1989) dan Pra-hasta jauh untuk keperluan penelitian dan
(2007), SIG, Geographic Informa-tion praktis lainnya (Haji, 2005).
System (GIS), merupakan suatu sis-tem Pengelolaan DAS sudah banyak di-
(berbasiskan komputer) yang digu-nakan lakukan dalam upaya memperbaiki atau
untuk menyimpan dan memanipu-lasi mempertahankan kondisi agar tidak ter-
informasi-informasi geografis. jadi banjir yang membahayakan atau me-
Sistem Informasi Geografis (SIG) rugikan masyarakat yaitu terjadinya ke-
adalah suatu sistem informasi yang dapat rusakan tanaman maupun tanah. Namun
memadukan antara data grafis dengan cara-cara tersebut belum efektif dan
data teks (atribut) objek yang dihubung- penggunaan SIG serta SIMODAS meru-
kan secara geografis di bumi (georefe- pakan salah satu alternatif baru yang
rence). SIMODAS dikembangkan dengan lebih baik untuk mendeteksi banjir pada
menggunakan pendekatan sebar keru- suatu daerah aliran sungai.
angan, dengan variasi karakteristik atau Pendugaan terhadap banjir maksi-
sifat-sifat (properties) dalam Daerah mum pada suatu DAS dapat dilakukan jika
Aliran Sungai (DAS) diperhatikan. DAS debit banjir pada masing-masing bentuk
dimodelkan sebagai sel-grid yang saling DAS dan pengaruhnya terhadap hidrograf
bersebelahan (neigbourhood) dimana at- banjir sudah diketahui. Infor-masi
ribut dari sel-selnya dapat bervariasi. tersebut juga bisa digunakan untuk
Penyajian ini memungkinkan berbagai perancangan bangunan pencegah banjir.
faktor physiographic yang meliputi kemi- Tujuan penelitian ini adalah me-
ringan, arah aliran, laju abstraksi, dan ngetahui debit banjir pada macam-ma-
kekasaran permukaan dapat diekstrak cam bentuk DAS, mengetahui pengaruh
secara akurat untuk perhitungan besar- perbedaan bentuk DAS terhadap hidrog-
nya aliran air. raf banjir, dan mengetahui pengaruh ka-
SIMODAS yang telah banyak diuji rakteristik DAS lainnya selain bentuk DAS
coba dibanyak DAS di Indonesia, dapat terhadap hidrograf banjir.
digunakan oleh pengambil keputusan,
peneliti dan praktisi dalam Sistem Infor- BAHAN DAN METODE
masi dan Simulasi Hidrologi pada suatu
DAS secara interaktif berbasis ruang dan Tempat dan Waktu Penelitian
waktu (spatio-temporal) dalam pengelo- Penelitian ini dilaksanakan mulai
laan DAS. Secara rinci dapat digunakan bulan September 2008 - Juni 2009 di
dalam masalah-masalah antara lain: a) Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam
penyiapkan database dan sistem infor- dan Lingkungan, Jurusan Keteknikan
124
Studi Bentuk, Jaringan Drainase, dan Hidrograf DAS (Wirosoedarmo dkk)
125
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 123-130
tiga perlakuan yang menggunakan nilai kan lagi dengan cara yang sama pada
CN yang berbeda, yaitu CN 50, CN 70, hasil hidrograf banjir dengan 70, dan
dan CN 90. Setelah data lengkap proses hidrograf banjir dengan CN 90.
simulasi hujan bisa dimulai. Dari hasil
simulasi hujan akan diperoleh hidrograf HASIL DAN PEMBAHASAN
banjir dari DAS. Langkah-langkah diatas
dilakukan dengan cara yang sama pada Karakteristik dari DAS dalam
DAS Daieko, Ladeke, dan Raikore serta penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
dilakukan pengulangan perlakuan dengan Hasil data pada Tabel 1 adalah DAS
2
nilai CN yang berbeda. terluas Ladeke 4 sebesar 19.25934 km .
Sungai terpanjang DAS Daieko 2 sebesar
Pengamatan dan Analisis Data 5863.069. RB, RL, RA terbesar DAS
Data karakteristik DAS Daieko da- Ladeke 2 sebesar 12, 6.399, dan 22.746.
pat diketahui dan dicari dari hasil peng- Kerapatan Drainase terbesar Daieko se-
olahan data peta DAS Daieko dalam Arc besar 2.211 m/km2. Lo terbesar DAS
View dan SIMODAS. Data karakteristik Raikore sebesar 0.344. Bentuk DAS me-
DAS tersebut antara lain: bentuk DAS; rupakan salah satu faktor yang mempe-
luas DAS; sungai terpanjang; kerapatan ngaruhi terjadinya debit banjir dan bentuk
drainase (D); RB, RL, RA, dan Lo. Dari hidrograf yang ditunjukkan pada Gambar
hidrograf banjir yang dihasilkan dari 2.
simulasi hujan akan dapat diketahui data DAS Daieko dan Daieko 2
antara lain debit puncak banjir dan waktu mempunyai bentuk bulu burung dengan
puncak banjir. Setiap data karakteristik pola jaringan drainase memanjang, DAS
DAS yang telah didapatkan kemudian Ladeke, Ladeke 2, Ladeke 3, Ladeke 4
dianalisis pengaruhnya terhadap hasil mempunyai bentuk radial dengan pola
hidrograf banjir dengan CN 50. Pada jaringan drainase menyebar, sedangkan
masing-masing DAS mempunyai karak- DAS Raikore, Raikore 2, Raikore 3
teristik DAS yang berbeda sehingga pe- mempunyai bentuk paralel dengan pola
ngaruhnya terhadap hidrograf banjir juga jaringan drainase parallel.
berbeda. Hasil analisis dari pengaruh ka-
rakteristik DAS terhadap hidrograf banjir Analisis Hidrograf Banjir DAS
pada DAS yang satu akan dibandingkan Curve Number (CN) merupakan suatu
dengan hasil analisis dari DAS yang lain. bilangan atau angka yang menunjukkan
Langkah-langkah analisis diatas dilaku- keadaan tata guna lahan di suatu daerah.
126
Studi Bentuk, Jaringan Drainase, dan Hidrograf DAS (Wirosoedarmo dkk)
127
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 123-130
banjir pada CN 70 lebih cepat dibanding- Analisis Bentuk dan Hidrograf Banjir DAS
kan dengan CN 50. Hal ini disebabkan ka- Bentuk hidrograf banjir dengan CN
rena pada CN 70 lahan diasumsikan 50% 50 yang dihasilkan oleh masing-masing
hutan dan 50% pemukiman. Nilai debit bentuk DAS menunjukkan DAS Daieko
puncak banjir terendah adalah pada DAS mempunyai nilai debit puncak banjir
3 3
Ladeke 3 yaitu 14,05 m /detik dengan terkecil yaitu 1,06 m /detik dan waktu
waktu puncak banjir 200 menit. puncak banjir yang relatif lama yaitu 460-
Simulasi aliran hujan dengan CN 90 470 menit DAS Ladeke yang mempunyai
lahan diasumsikan sebagian besar adalah bentuk DAS radial(melebar) mempunyai
berupa pemukiman. Lahan seperti ini bia- nilai debit puncak debit banjir terbesar
3
sa ditemukan didaerah perkotaan. Besar yaitu 1,28 m /detik dan waktu puncak
debit puncak banjir pada masing-masing banjir yang relatif cepat yaitu 410-420
DAS pada hidrograf ditunjukkan pada Ta- menit. DAS Raikore 3 yang mempunyai
bel 4. bentuk paralel menghasilkan nilai debit
puncak banjir yang relatif besar yaitu
3
Tabel 4. Hasil hidrograf banjir DAS de- 1,14 m /detik tetapi waktu puncak ban-
ngan CN 90 jirnya terjadi relatif lama yaitu 460-470
CN 90 menit. Hasil analisis data bahwa pada CN
DAS Q puncak t puncak 50 DAS yang mempunyai bentuk bulu bu-
3
(m /detik) (menit) rung (memanjang) cenderung menurunkan
Daieko 61,46 150 debit puncak banjir dan waktu puncak
Daieko 2 60,55 150 banjir akan terjadi lebih lama dibanding-
Ladeke 67,63 140 kan dengan DAS bentuk radial dan para-
Ladeke 2 66,19 140 lel.
Ladeke 3 53,75 140 Hasil hidrograf dengan CN 70 pada
Ladeke 4 63,39 150 menunjukkan bahwa DAS Daieko yang
Raikore 58,57 150 berbentuk bulu burung mempunyai nilai
Raikore 2 57,94 150 debit puncak banjir terkecil sebesar 16,07
3
Raikore 3 62,76 150 m /detk dan waktu puncak banjir terjadi
relatif lama yaitu 220 menit. DAS Ladeke
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai yang berbentuk radial mempunyai nilai
3
debit puncak banjir tertinggi adalah pada debit puncak terbesar 17,89 m /detik dan
DAS Ladeke sama seperti pada simulasi waktu puncak banjir terjadi relatif cepat
aliran hujan dengan CN 50 dan CN 70. yaitu 200 menit. DAS Raikore yang mem-
Nilai debit puncak banjir DAS Ladeke punyai bentuk paralel mempunyai debit
pada simulasi aliran dengan CN 90 adalah puncak banjir yang relatif besar yaitu
3 3
sebesar 67,63 m /detik dengan waktu 140 16,43 m /detik tetapi waktu puncak banjir
menit. Waktu puncak banjir pada CN 90 terjadi relatif lama yaitu 220 menit. Hasil
jauh lebih cepat dibandingkan dengan CN hidrograf dengan CN 70 yang lahannya
50 dan CN 70. Hal ini disebabkan karena diasumsikan 50% masih berupa hutan dan
pada CN 90 lahan diasumsikan sebagian 50% berupa pemukiman menunjukkan
besar adalah berupa pemukiman (padat bahwa DAS dengan bulu burung masih
penduduk) sehingga laju aliran air tidak menghasilkan nilai debit puncak banjir
tertahan dan sebagian besar air hujan yang relatif kecil dan waktu puncak banjir
menjadi run off. Nilai debit puncak banjir terjadi relatif lama walaupun terjadi per-
terendah pada simulasi dengan CN 90 ubahan tata guna lahan dibandingkan de-
adalah DAS Ladeke 3. Besar debit puncak ngan DAS bentuk radial dan paralel.
banjir pada DAS Ladeke 3 sebesar 53,75 Hasil hidrograf banjir dengan CN 90
3 menunjukkan bahwa DAS Daieko mempu-
m /detik dengan waktu 140 menit.
nyai nilai debit puncak banjir terkecil se-
3
besar 61,46 m /detik dan waktu puncak
128
Studi Bentuk, Jaringan Drainase, dan Hidrograf DAS (Wirosoedarmo dkk)
banjirnya terjadi relatif lama yaitu 150 debit puncak banjir yang selalu besar pa-
menit. DAS Ladeke mempunyai nilai debit da setiap perubahan lahan.
3
puncak banjir terbesar yaitu 67,63 m / Waktu terjadinya puncak banjir juga
detik dan waktu puncak banjirnya terjadi relatif cepat. DAS dengan bentuk seperti
relatif cepat yaitu 140 menit. DAS Rai- ini mempunyai potensi yang lebih besar
kore mempunyai nilai debit puncak banjir terhadap bencana banjir. DAS dengan
3
yang relatif besar yaitu 62,76 m /detik bentuk paralel relatif peka terhadap per-
walaupun waktu puncak banjirnya terjadi ubahan lahan atau penurunan kualitas
relatif lama yaitu 150 menit. Data hasil DAS. Nilai debit puncak banjirnya relatif
hidrograf dengan CN 90 yang lahannya besar walaupun waktu terjadinya puncak
diasumsikan sebagian besar berupa pe- banjir relatif lebih lama dibandingkan DAS
mukiman menunjukkan DAS dengan ben- dengan bentuk radial. DAS dengan bentuk
tuk bulu burung masih menghasilkan nilai paralel juga mempunyai potensi yang be-
debit puncak banjir yang relatif kecil dan sar terhadap terjadinya banjir.
waktu puncak banjir terjadi relatif lama Hasil analisis peningkatan debit
walaupun terjadi perubahan tata guna la- puncak banjir pada tiap perubahan lahan
han yang sangat besar dibandingkan de- pada masing-masing DAS dengan bentuk
ngan DAS bentuk radial dan paralel. berbeda menunjukkkan bahwa DAS yang
mengalami peningkatan debit puncak ban-
Analisis Perbedaan Hasil Klasifikasi jir terkecil pada setiap perubahan lahan
Bentuk DAS dan Hidrograf Banjir dengan adalah DAS yang mempunyai bentuk pa-
CN yang Berbeda ralel. Peningkatan debit puncak banjir
Hidrograf banjir suatu DAS dipe- tertinggi pada tiap perubahan lahan ter-
ngaruhi oleh karakteristik DAS, salah satu jadi pada DAS dengan bentuk radial.
karakterisitik tersebut adalah bentuk
DAS. Bentuk suatu DAS diklasifikasikan KESIMPULAN
menjadi tiga jenis yaitu bentuk bulu bu-
rung, bentuk radial, dan bentuk paralel. Daerah Aliran Sungai Ladeke adalah
Masing-masing bentuk DAS tersebut akan DAS yang paling rawan terhadap bencana
menghasilkan hidrograf banjir yang ber- banjir daripada DAS lainnya karena debit
beda. Selain bentuk DAS, faktor yang juga puncak banjirnya selalu tinggi pada setiap
mempangaruhi hidrograf banjir adalah ta- CN yang berbeda. Bentuk DAS bulu bu-
ta guna lahan dari DAS tersebut. DAS rung (memanjang) menghasilkan nilai de-
yang lahannya masih berupa hutan akan bit puncak banjir yang relatif kecil de-
menghasilkan hidrograf yang berbeda de- ngan waktu puncak banjir yang relatif
ngan DAS yang sebagian besar lahannya lama. Bentuk DAS yang melebar dengan
berupa pemukiman. pola sungai yang menyebar (radial) cen-
Daerah aliran sungai yang relatif ti- derung menghasilkan nilai debit puncak
dak peka terhadap perubahan lahan ada- banjir yang tinggi dengan waktu puncak
lah DAS dengan bentuk bulu burung (me- banjir yang cepat. Bentuk DAS paralel
manjang). DAS dengan bentuk bulu bu- cenderung menghasilkan nilai debit pun-
rung cenderung mempunyai debit puncak cak banjir yang relatif kecil dengan waktu
banjir yang lebih kecil dibandingkan de- puncak banjir yang relatif lama. DAS de-
ngan bentuk DAS radial dan paralel. Wak- ngan bentuk radial mengalami peningkat-
tu terjadinya puncak banjir juga relatif la- an debit puncak banjir tertinggi pada tiap
ma karena bentuknya yang memanjang. perubahan lahan dan mempunyai potensi
DAS yang paling peka terhadap perubah- lebih besar terhadap terjadinya banjir.
an lahan atau terhadap penurunan kualitas DAS dengan bentuk paralel mengalami
DAS adalah DAS dengan bentuk radial peningkatan debit puncak banjir terkecil
(melebar). Hal ini ditunjukkan dari nilai pada setiap perubahan lahan.
129
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 123-130
130