You are on page 1of 7

COMPOSITE JOURNAL

January, 2022 Vol. 2, Issue 1, pp. 21-27


DOI xx.xxxxx/jc.v2i1.8
p-ISSN: 0000-0000 e-ISSN: 2807-5919
Available Online at: https://ejurnal.ung.ac.id/composite/issue/archive

OPTIMASI KOEFISIEN PARAMETER HIDROGRAF SATUAN


SINTETIK ITB-1 DAN ITB-2 DI SUB DAS BIONGA KAYUBULAN
Endrizal Rahman1, Barry Yusuf Labdul2* and Rawiyah Husnan3
1
Teknik Sipil, Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia; 2,3 Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia

*Corresponding Author, Received: 24 May, 2021, Revised: 20 Jun, 2021, Accepted: 05 Jul, 2021

ABSTRACT: The reduction of the unit hydrograph from the observed flood hydrograph is an important factor
in water construction planning. However, it is difficult to obtain observational flood hydrograph data in the
form of AWRL (Automatic Water Level Recorder) and ARR (Automatic Rainfall Recorder) data. Hence, the
hydrograph reduction known as synthetic unit hydrograph (SUH) is developed. One of the synthetic
hydrographs developed in Indonesia is SUHof ITB-1 and ITB-2. Based on this rationale, this study aimed to
analyze the SUH of ITB-1 and ITB-2 in the Bionga Kayubulan sub-watershed. The Straight Line Method was
employed to separate the base flow from the run-off in order to obtain a direct run-off hydrograph. In analyzing
the effective rain, the study utilized the Φ index equation. Further, the direct run-off and effective rain
hydrograph were reduced to the observation unit hydrograph using the Collins method. Additionally, Microsoft
Excel-Solver software was used to optimize the SUH of ITB-1 and ITB-2 coefficients on the hydrograph of
the observation unit. The hydrograph of the observation unit in the Bionga Kayubulan sub-watershed attained
4.5 hours peak time (Tp) with 2.81𝐦𝟑 /s peak discharge (Qp). The ITB-1 synthetic hydrograph in the site area
attained 5.97 hours peak time (Tp) with 1.96𝐦𝟑 /s peak discharge (Qp), while the ITB-2 synthetic hydrograph
attained 5.97 hours peak time (Tp) with 2.45𝐦𝟑 /s peak discharge (Qp). The calibration results of ITB-1
synthetic unit hydrograph with changed coefficient parameters showed the time coefficient (Ct) of 0.73, the
peak coefficient (Cp) of 1.07, and alpha (α) of 1.60. Further, for the SUH of ITB-2, the results showed a time
coefficient (Ct) of 0.73, a peak coefficient (Cp) of 0.96, alpha (α) of 2.50, and beta (β) of 0.95.

Keywords: Optimization Coefficient, SUH of ITB-1 and ITB-2

1. PENDAHULUAN dengan pendekatan (Reverse Engineering). Dalam


Daerah Aliran Sungai (Watershed) yang hal ini metoda perhitungan tersebut dibangun
banyak dikenal dengan istilah DAS pada dasarnya berdasarkan analisa atas prinsip kerja, struktur,
merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan fungsi, cara operasi dan hasil perhitungan berbagai
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak metoda HSS lain yang sudah ada sebelumnya.
sungainya yang berfungsi menampung, Penelitian HSS dengan cara ITB-1 dan ITB-2 akan
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari lebih akurat dibandingkan dengan HSS model
curah hujan ke danau atau laut secara alami. lainnya karena HSS ini dikembangkan di Indonesia.
Perencanaan bangunan air (hydraulic DAS Bionga memiliki beberapa Sub DAS dan
stuctures) sangat diperlukan analisis hidrologi salah satunya adalah Sub DAS Bionga Kayubulan.
khususnya penentuan banjir rancangan (design Sub DAS Bionga Kayubulan memiliki data
flood). Penentuan banjir rancangan akan hidrologi lebih lengkap yaitu data hujan jam-jaman
memberikan hasil yang lebih bermanfaat jika menggunakan alat Automatic rainfall recorder
disajikan dalam bentuk hidrograf banjir. Sejauh ini, (ARR) dan data tinggi muka air menggunakan alat
penurunan hidrograf satuan dari hidrogaraf banjir Automatic Water Level Recorder (AWLR)
teramati merupakan salah satu yang dianggap relatif dibandingkan Sub DAS lainnya.
akurat. Namun, kendala utama yang dihadapi
adalah sulitnya mendapatkan data hidrograf banjir 2. KAJIAN TEORITIS
pengamatan. 2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan permasalahan ini berkembanglah Penelitian yang sejenis pernah dilakukan oleh
penurunan hidrograf yang didasarkan pada sintesis (Idji, 2013) penelitian ini mengenai penyesuaian
parameter bentuk aliran sungai dan dikenal dengan koefisien parameter model hidrograf satuan sintetik
hidrogaraf satuan sintetik (HSS). Banyak HSS yang Gama 1 pada Sub DAS Bionga Kayubulan.
telah dikembangkan, antara lain hidrogaraf satuan Penelitian ini menggunakan data ARR dan AWLR
sintetik ITB yang dihasilkan berdasar pengamatan untuk menentukan hidrograf satuan pengamatan.
DAS di Indonesia. Sifat dan karakteristik DAS juga diperlukan untuk
Metoda HSS dengan cara ITB-1 dan ITB-2 menentukan hidrograf satuan sintetik gama 1.
dikembangkan dengan cara yang sangat mirip Hidrograf satuan pengamatan memiliki waktu

21
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

puncak (TR) sebesar 4,5 jam dengan debit puncak yaitu dengan memilih stasiun yang terletak di titik
(Qp) sebesar 2,81m3 /s sedangkan dari analisa HSS simpul segitiga sama sisi, kagan yang panjang
Gama 1 memiliki TR sebesar 2,84 jam dan Qp sisinya dihitung dari kolerasi jarak antara stasiun
sebesar 4,07 m3 /s. DAS.
Penelitian analisis hidrograf aliran daerah
aliran Sungai Tirtomoyo dengan beberapa metode 2.5 Infiltrasi
hidrograf satuan sintetik pernah dilakukan oleh Infiltrasi merupakan prosedur paling
(Safrida, 2014). Data yang diperlukan yakni ARR, sederhana untuk memperkirakan volume total aliran
AWRL dan karakteristik DAS. Hasil penelitian ini permukaan atau aliran air hujan yang hilang karena
berupa nilai kalibrasi dari beberapa metode HSS. terinfiltrasi (Triatmodjo, 2008). Indeks infiltrasi
Penelitian hidrograf sartuan sintetik pernah adalah laju rerata kehilangan air karena infiltrasi,
dilakukan oleh (Aliu, 2013) penelitian ini mengenai sedemikian sehingga volume air hujan yang lebih
perbandingan hidrograf satuan sintetik Snyder dari laju tersebut adalah sama dengan aliran
dengan hidrograf satuan pengamatan pada Sub permukaan. Indeks infiltrasi banyak digunakan
DAS Bionga Kayubulan. Hasil penelitian ini hanya untuk memperkirakan besarnya infiltrasi di daerah
membandingkan hidrograf satuan pengamatan yang luas atau daerah yang heterogen. Indeks Φ
dengan hidrograf satuan sintetik Snyder yang belum adalah laju infiltrasi rerata atau kapasitas infiltrasi
dilakukan kalibrasi sehingga masih memberikan yang diratakan pada seluruh periode hujan dan di
nilai yang cukup berbeda. berikan oleh persamaan berikut:
𝐅 𝐏−𝐐
𝐈𝐧𝐝𝐞𝐤𝐬 𝚽 = = (1)
𝐓𝐫 𝐓𝐫
2.2 Hidrologi
dengan:
Ilmu yang mempelajari masalah keberadaan
F : Infiltrasi total
air di bumi dan hidrologi itu sendiri memberikan
P : Hujan total
alternatif bagi pengembangan sumber daya air bagi
Q : Aliran permukaan total
keperluan air baku, pertanian, industry dan
Tr : Waktu terjadinya hujan
kelistrikan (Hadisusanto, 2010). Hidrologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem
2.6 Hidrograf
kejadian air di atas, pada permukaan dan di dalam
Hidrograf adalah kurva memberi hubungan
tanah. Secara luas hidrologi meliputi berbagai
antara parameter aliran dan waktu. Parameter
bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan
tersebut bisa berupa kedalaman aliran (elevasi) atau
cair, padat dan gas dalam atmosfir, di atas dan di
debit aliran, sehingga terdapat dua macam hidrograf
bawah permukaan tanah (SNI, 1989).
yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit
(Triatmodjo, 2008).
2.3 Daerah Aliran Sungai
Sungai merupakan sumber air didarat yang
2.7 Aliran Dasar
paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Analisa hidrograf satuan merupakan
manusia. Air yang jatuh kepermukaan tanah
hubungan antara hujan efektif dan limpasan
kemududan mengalir membentuk suatu alur dari
langsung, sehingga aliran dasar harus dipisahkan.
hulu ke hilir disebut daerah aliran sungai (DAS).
Aliran dasar merupakan hasil pematusan (drainasi)
Karakteristik DAS sangat mempengaruhi besar
dari akuifer dan merupakan debit minimum. Salah
keciilnya aliran. Besar kecilnya aliran atau debit
satu cara empiris yang bisa dipakai untuk
suatu DAS dapat dihitung dari data pencacatan
menentukan aliran dasar, yaitu dengan Straight Line
curah hujan pada stasiun pengamatan curah hujan
Method. Metode ini bisa dilakukan jika pada DAS
yang terdekat di Kawasan tersebut. Variabel debit
yang bersangkutan mempunyai Hidrograf
sungai dapat dipakai sebagai dasar kemungkinan
Pengamatan. Jika tidak ada hidrograf pengamatan,
dabit masukan yang memadai bagi suatu kapasitas
pendekatan bisa dilakukan dengan analisa debit
waduk tertentu.
andalan (dengan keandalan tertentu).
2.4 Hujan
2.8 Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan
Hujan merupakan salah satu penyebab alami langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif merata
terjadinya banjir. Banjir terjadi akibat aliran
di DAS dengan intensitas tetap (diambil 1 mm/jam)
langsung (direct runoff) yang terakumulasi dan
dalam satu satuan waktu yang ditetapkan (diambil 1
tidak mampu ditampung oleh Waduk ataupun jam). Hidrograf satuan ini dianggap tetap selama
saluran. Dalam memprediksi banjir, debit banjir
faktor fisik DAS tidak mengalami perubahan.
rencana dapat diturunkan dari data curah hujan.
Upaya ini bisa digunakan untuk menghitung debit
Data curah hujan di dapatkan dari stasiun hujan
sungai.
yang dipilih setelah dilakukan uji jaringan curah
hujan yang biasanya dilakukan dengan cara kagan,

22
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

2.9 Hidrograf Satuan Terukur Dengan yaitu 1) time lag (Tl), 2) waktu puncal (Tp)
Menggunakan Metode Collins dan waktu dasar (Tb). Selain parameter fisik
Metode Collins merupakan cara untuk terdapat pula parameter non-fisik yang
mendapatkan hidrograf satuan pengamatan dengan digunakan untuk proses kalibrasi.
data hujan periode kompleks. Rumus estimasi Saat ini ada banyak sekali rumus time lag
terakhir ordinat hidrograf satuan adalah sebagai yang telah dikembangkan oleh para peneliti
berikut: baik dalam maupun di luar negeri. Software
seperti HEC-HMS (Hydrology Modeling
Ue = (V * U**) / (3600 * ∑ U**) (2)
System) membebaskan pengguna memilih
U** = (Ui + F* U*) / (1 + F) (3)
rumusan time lag yang akan digunakan.
U* = DQ/Remaks (4)
Sejauh ini tidak ada yang menunjukan bahwa
dengan:
satu rumusan time lag sangat jauh lebih baik
Ue :ordinat hidrograf awal (𝐦𝟑 /dtk/mm) dibandingkan rumusan time lag lainnya.
V :volume limpasan (𝐦𝟑 ) Semua rumus time lag seharusnya dapat
Ui :ordinat hidrograf pada jam ke-I digunakan sesuai dengan batasan yang
(𝐦𝟑 /dtk/mm) dibuat oleh penyusunnya.
F :faktor kalibrasi a. Time Lag (TL )
U* :ordinat hidrograf setelah dikoreksi Rumus standard untuk time lag
(𝐦𝟑 /dtk/mm) yang digunakan adalah
DQ :ordinat hidrograf pengamatan penyederhanaan dari rumus Snyder
(𝐦𝟑 /dtk/mm) sebagai berikut :
Remaks :hujan efektif maksimum (mm)
𝐓𝐋 = 𝐂𝐭 𝟎, 𝟖𝟏𝟐𝟐𝟓 𝐋𝟎,𝟔 (5)
2.10 Hidrograf Satuan Sintetik dengan:
Hidrograf satuan sintetik merupakan suatu Tg : time lag
cara untuk memperkirakan penggunaan konsep Ct : koefisien waktu (untuk proses
hidrograf satuan dalam suatu perencanaan yang kalibrasi)
tidak tersedia pengukuran-pengukuran langsung L : panjang sungai (km)
mengenai hidrograf banjir (Limantara, 2010). Koefisien Ct diperlukan dalam
proses kalibrasi nilai Tp. Nilai standar
2.10.1 Hidrograf Satuan Sintetis ITB-1 dan ITB-2 koefisien Ct adalah 1, jika Tp
perhitunganya lebih kecil dari Tp
Metode ITB-1 dan ITB-2 dikembangkan saat pengamatan, nilai Ct diambil > 1 agar
melakukan evaluasi terhadap hidrograf banjir nilai Tp membesar. Jika Tp
rencana saat pengujian model fisik pelimpah perhitungannya lebih besar dari Tp
bendungan Citepus dan bendungan Sadawarna. pengamatan, nilai Ct diambil < 1 agar
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Model nilai Tp akan mengecil. Proses ini
Fisik Hidrolika, FTSL ITB tahun 2009. Hidrograf diulang agar Tp perhitungan
satuan dapat dibuat dengan menggunakan satu mendekati Tp pengamatan.
fungsi tunggal sederhana (HSS ITB-1) atau b. Waktu puncak (Tp)
menggunakan dua fungsi sederhana (HSS ITB-2) Waktu puncak Tp didefinisikan
yang dikombinasikan dengan faktor debit puncak sebagai berikut:
yang dapat disesuaikan secara otomatis berdasarkan
rasio antara luas DAS dan luas hidrograf satuan 𝐓𝐩 = 𝐓𝐋 + 𝟎. 𝟓 𝐓𝐫 (6)
yang dihitung secara numerik menggunakan dimana:
prosedur tabulasi sederhana. Tl : time lag (jam)
Menurut (Natakusumah, 2011) prosedur Tr : satuan durasi hujan (jam)
menggunakan cara ITB-1 dan ITB-2, sebagai c. Waktu dasar (Tb)
berikut: 1. Untuk DAS kecil (A < 2 km2),
1. Tinggi dan durasi hujan satuan menurut SCS nilai Tb dihitung
Tinggi hujan satuan yang umum dengan:
𝟖
digunakan adalah 1 inchi atau 1 mm. Durasi 𝐓𝐛 = 𝐓𝐩 (7)
𝟑
hujan satuan umumnya diambil Tr = 1 jam, 2. Untuk DAS berukuran sedang
namun dapat dipilih durasi lain asalkan dan besar nilai secara teoritis Tb
dinyatakan dalam satuan jam. (misal 0,5 jam nilainya dapat tak terhingga (sama
atau 10 menit = 1/6 jam). dengan cara nakayasu), namun nilai
2. Waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb) Tb dapat dibatasi sampai lengkung
Pada karakteristik fisik DAS dapat turun mendekati nol atau dapat
dihitung dua elemen penting yang akan menggunakan rumus berikut:
menentukan bentuk dari hidrograf satuan itu

23
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

𝐓𝐛 = (𝟏𝟎 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝟐𝟎) 𝐓𝐩 (8)


3. Bentuk dasar hidrograf satuan
3. METODE PENELITIAN
Prosedur umum yang diusulkan dapat
mengadopsi berbagai bentuk dasar HSS
3.1 Lokasi Penelitian
yang akan digunakan. Beberapa bentuk HSS
Lokasi DAS Bionga terletak di Kabupaten
yang digunakan antara lain adalah SCS
Gorontalo, Povinsi Gorontalo. DAS ini terdiri dari
Triangular, SCS Cuvilinear, USGS
beberapa Sub DAS dan salah satu Sub DASnya
Nationwide SUH, Delmarvara, Fungsi
adalah Sub DAS Bionga Kayubulan yang dipilih
Gamma dan lain-lain. Selain itu pakar ahli di
sebagai lokasi penelitian. Outlet dari Sub DAS
ITB telah mengembangkan dua bentuk dasar
Bionga kayubulan terletak pada 000 37,638’ LU
HSS yang dapat digunakan yaitu bentuk HSS
dan 1220 58,611’ BT. Outlet Sub DAS Bionga
ITB-1 dan HSS ITB-2 sebagai berikut:
Kayubulan. Lokasi penelitian ditunjukkan pada
a. HSS ITB-1 memiliki persamaan
Gambar 1.
lengkung naik dan lengkung turun
Sumber: BWS Sulawesi II
seluruhnya yang dinyatakan dengan
satu persamaan yang sama yaitu:
𝟏 𝜶𝑪𝒑
𝒒(𝒕) = 𝐞𝐱𝐩 [(𝟐 − 𝒕 − )] (9)
𝒕
b. HSS ITB-2 memiliki persamaan
lengkung naik dan lengkung turun
yang dinyatakan dengan dua
persamaan yang berbeda yaitu:
1. Lengkung naik (0 ≤ t ≤ 1) yaitu :
𝐪(𝐭) = 𝐭 𝛂 (10)
2. Lengkung turun (t > 1 sampai ∞)
yaitu :
𝒒(𝒕) = [(𝟏 − 𝒕𝜶𝜷 ] (11)
Gambar 1. Lokasi Penelitian
4. Koefisien α, β dan Cp
Jika sangat diperlukan harga koefisien
α dan β dapat dirubah, namun untuk lebih 3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 2.
memudahkan, proses kalibrasi dapat
dilakukan dengan merubah nilai koefisien
Cp. Nilai standar koefisien Cp adalah 1, jika
nilai debit puncak perhitungan lebih kecil
dari debit puncak pengamatan, maka nilai Cp
diambil > 1 ini akan membuat nilai debit
puncak membesar, sebaliknya jika debit
puncak perhitungan lebih besar dari hasil
pengamatan maka harga Cp diambil < 1 agar
nilai debit puncak mengecil.
5. Debit puncak hidrograf satuan sintetis
Debit puncak memiliki persamaan
yaitu:
𝐑 𝐀𝐃𝐀𝐒
𝐐𝐩 = (12)
𝟑,𝟔 𝐓𝐩 𝐀𝐇𝐒𝐒
dengan:
Qp : debit puncak (𝐦𝟑 /dtk/mm)
R : curah hujan satuan (1 mm)
Tp : waktu puncak (jam)
𝐀𝐇𝐒𝐒 : luas HSS (𝐤𝐦𝟐 )
𝐀𝐃𝐀𝐒 : luas DAS (𝐤𝐦𝟐 )
6. Tinggi limpasan langsung
Tinggi limpasan langsung memiliki
persamaan yaitu:
𝐕𝐇𝐒𝐒
𝐇𝐃𝐑𝐎 = = 𝟏 𝐦𝐦 (13)
𝐀𝐃𝐀𝐒 𝟏𝟎𝟎𝟎 Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
dengan:
𝐀𝐃𝐀𝐒 : luas DAS (km2 )
𝐕𝐇𝐒𝐒 : volume DAS (m3 )

24
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian h. Menghitung simpangan ordinat pada awal
yaitu pengolahan data dasar. Adapun langkah- dicoba dengan nilai ordinat pada tahap
langkahnya sebagai berikut: sebelumnya dan kemudian dilakukan
proses ulang sampai didapatkan nilai
1. Analisis Hidrograf simpangan yang cukup kecil.
Analisis Hidrograf diawali dengan i. Berdasarkan hasil perhitungan hidrograf
pengambilan data sekunder berupa data satuan pengamatan, kemudian diukur
hidrograf muka air (AWLR) dan persamaan besaran Qp, Tp, dan Tb, kemudian dirata-
lengkung debit. Dilakukan pemisahan aliran ratakan.
dasarnya (base flow) sehingga diperoleh
hidrograf limpasan langsung saja. Adapun 4. Analisis HSS ITB-1 dan ITB-2
tahapanya adalah sebagai berikut: Langkah-langkah analisis HSS ITB-1 dan
a. Hidrograf muka air yang diperoleh dari ITB-2 yaitu:
pembacaan AWLR dialihragamkan a. Menentukan Luas DAS (A) diperoleh dari
menjadi hidrograf banjir pengamatan perhitungan digital dengan menggunakan
dengan bantuan persamaan lengkung Software Arcgis.
debit. b. Menentukan panjang DAS (L) juga dapat
b. Pemisahan aliran dasar dari hidrograf total diukur menggunakan Software Arcgis.
banjir pengamatan dilakukan dengan c. Tinggi hujan satuan (R) yang digunakan
menggunakan Straight Line Method. yaitu 1 mm.
c. Setelah aliran dasar dipisahkan dari d. Durasi hujan satuan (Tr) 1 jam.
hidrograf total banjir pengamatan maka e. Koefisien waktu (Ct) adalah 1.
diperoleh hidrograf limpasan langsung f. Menghitung time lag (TL ).
g. Menghitung waktu puncak (Tp).
2. Penenruan Tebal Hujan h. Menghitung waktu dasar (Tb) sesuai
Data ARR menghasilkan data curah hujan dengan ukuran DAS.
jam-jaman. Dari hujan jam-jaman kita mencari i. Menentukan bentuk dasar hidrograf
kehilangan air yang terjadi di DAS dengan satuan.
menggunakan metode Φ indeks sehingga j. Menghitung debit puncak (Qp).
mendapatkan hujan efektif. Indeks phi dihitung k. Menghitung volume hujan.
dengan persamaan (1) l. Berdasarkan hasil perhitungan hidrograf
satuan sintetik, kemudian control
3. Penurunan Hidrograf Satuan Pengamatan perhitungan tinggi limpasan langsung.
dengan Metode Collins 5. Kalibrasi HSS ITB-1 dan ITB-2
Setelah mendapatkan hidrograf limpasan Membandingkan antara hidrograf satuan
langsung dan hujan efektif maka dilakukan pengamatan dan hidrograf satuan sintetik
analisis data dengan menggunakan metode dengan cara mengubah koefisien parameter
Collins sehingga diperoleh hidrograf satuan menggunakan metode optimasi dengan
pengamatan. Metode Collins memerlukan perangkat lunak Microsoft Solver-Excel. Nilai
prosedur bertahap, yaitu dengan memisahkan yang dibandingkan adalah debit puncak dan
tinggi limpasan berdistribusi merata dan waktu puncak.
memberikan kalibrasi hidrograf satuan untuk
tahap-tahap berikutnya. Prosedur perhitungan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
secara ringkas sebagai berikut:
a. Menyiapkan hidrograf limpasan langsung. Hasil analisis HHS ITB-1 dan ITB-2 terhadap
b. Menyiapkan hujan efektif dan hidrograf satuan pengamatan mengalami perbedaan
memisahkan hujan maksimumnya. yang cukup besar, perbedaaan tersebut dapat dilihat
c. Menghitung volume limpasan langsung. pada debit puncak dan waktu mencapai puncak
d. Mencoba ordinat hidrograf satuan sehingga perlu dilakukan kalibrasi HSS ITB-1 dan
(pertama) sesuai dengan limpasan ITB-2 terhadap hidrograf satuan pengamatan
langsung. dengan mengubah koefisien pada HSS ITB-1 dan
e. Menghitung hasil kali hujan efektif ITB-2. Kalibrasi dilakukan menggunakan exel-
(kecuali hujan maksimum) dengan ordinat solver 2019.
hidrograf yang dicobakan (Σ Re * U).
f. Menghitung faktor kalibrasi (F) untuk
tahap lanjut.
g. Menghitung ordinat hidrograf satuan
estimasi.

25
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

Proses kalibrasi hidrograf satuan sintetik ITB-1


3
𝑄𝑝 = 2,81 dan ITB-2 yang telah dilakukan memerlukan proses
analisis yang panjang dan rumit serta memerlukan
2.5 𝑄𝑝 = 2,45
3
𝑄𝑝 = 2,81
2
𝑄𝑝 = 1,96 2.5

1.5
Q (m3/s)

Q (m3/s)
1 1.5

0.5 1

0 0.5
0 20 40 60 80
Collins ITB-1 ITB-2
-0.5 0
0 20 40 60
T (Jam) ITB 1 Kalibrasi Collins
T (Jam)
Sumber: Hasil Analisis ITB-2 Kalibrasi

masukan data yang seringkali tidak mudah untuk


Gambar 3. Hasil Analisis Hidrograf Satuan
mendapatkannya, namun dengan diperoleh
Pengamatan, HSS ITB-1 dan HSS
persamaan hidrograf satuan sintetik ITB-1 dan ITB-
ITB-2
2 yang terkalibrasi, maka persamaan baru tersebut
dapat langsung diaplikasikan pada sub DAS Bionga
Koefiseen diubah agar nilai waktu puncak (Tp)
Kayubulan atau pada DAS terdekat saja, jika akan
dan debit puncak (Qp) HSS ITB-1 dan ITB-2 sama
mengaplikasikan persamaan hidrograf satuan
dengan hidrograf satuan pengamatan menggunakan
sintetik ITB-1 dan ITB-2, maka disarankan
metode Collins dengan waktu puncak (Tp) sebesar
menggunakan faktor pengali.
4,5 jam dan debit puncak (Qp) sebesar 2,81 m3/dt.

Tabel 1. Hasil Perbandingan Koefisien ITB-1 serta


Tabel 2. Faktor Pengali
ITB-2 sebelum dan sesudah dikalibrasi
Faktor Pengali
Koefisien waktu Koefisien puncak Variabel
ITB-1 ITB-2
(Ct) (Cp)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Waktu Puncak (TP) 0,75 0,75
ITB- Debit Puncak (QP) 1,43 1,15
1 0,7316 1 1,0687 Sumber: Hasil Analisis
1
ITB-
1 0,7316 1 0,9565
2
5. SIMPULAN
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah:
Alpha (α) Betha (β)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1. Hidrograf satuan pengamatan pada sub DAS
ITB- Bionga Kayubulan memiliki waktu puncak
1,5 1,6031 - - (Tp) sebesar 4,5 jam dengan debit puncak (Qp)
1
ITB- sebesar 2,81m3 /s.
2,5 2,4978 1 0,9466
2 2. Hidrograf satuan sintetik ITB-1 pada sub DAS
Sumber: Hasil Analisis Bionga Kayubulan memiliki waktu puncak
(Tp) sebesar 5,97 jam dengan debit puncak
(Qp) sebesar 1,96m3 /s dan hidrograf satuan
Hasil kalibrasi ITB-1 dan ITB-2 terhadap
sintetik ITB-2 pada sub DAS Bionga
hidrograf satuan pengamatan curah hujan berupa Kayubulan memiliki waktu puncak (Tp)
grafik dengan menggunakan exel-solver 2019. sebesar 5,97 jam dengan debit puncak (Qp)
Sumber: Hasil Analisis
sebesar 2,45m3 /s.
3. Hasil kalibrasi hidrograf satuan sintetik ITB-1
dengan mengubah parameter koefisien yaitu

26
Composite Journal, January, 2022, Vol 2 (1), pp. 21-27

koefisien waktu (Ct) sebesar 0,73 serta [6] Mulyono, D., 2014. Analisis Karakteristik
Koefisien puncak (Cp) sebesar 1,07 dan alpha Curah Hujan Di Wilayah Kabupaten Garut
(α) sebesar 1,60. Kalibrasi hidrograf satuan Selatan. Vol. 13 No. 1 2014, pp. 1-9.
sintetik ITB-2 memiliki koefisien waktu (Ct)
sebesar 0,73, Koefisien puncak (Cp) sebesar [7] Natakusumah, D. K., 2011. Prosedur Umum
0,96 serta alpha (α) sebesar 2,50 dan betha (β) Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis dengan
sebesar 0,95. Cara ITB dan Beberapa Contoh Penerapannya.
Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa
Sipil, pp. 254-257.
6. DAFTAR PUSTAKA
[8] Pattiselanno, S. . R., 2017. Mitigasi Karakter
[1] Agus, I., 2011. Perbandingan Hidrograf Satuan Muka Air Banjir Dari Mofometri DAS Wai
Teoritis Terhadap Hidrograf Satuan Observasi Loning – Negeri Laha, Berbasis Geographic
DAS Ciliwung Hulu. Jurnal Teoretis dan Information System. Jurnal Simetrik, pp. 1-7.
Terapan Bidang Rekayasa Sipil, pp. 55-70. [9] Safrida, M. F. A., 2014. Analisis Hidrograf
[2] Aliu, S. W., 2013. Perbandingan Hidrograf Aliran Daerah aliran Sungai Tirtomoyo
Satuan Sintetik Snyder Dengan Hidrograf Dengan Beberapa Metode Hidrograf Satuan
Satuan Pengamatan Pada Sub DAS Bionga Sintetik , Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Kayubulan. Gorantalo: Universitas Negeri [10] SNI, 1989. Pedoman Perencanaan Hidrologi
Gorontalo. dan Hidraulik Untuk Bangunan Di Sungai.
[3] Hadisusanto, N., 2010. Aplikasi Hidrologi. Badan Standardisasi Nasional, p. 2.
Malang: Jogja Mediautama. [11] Triatmodjo, B., 2008. Hidrologi Terapan.
[4] Idji, S. K., 2013. Penyesuaian Koefisien Yogyakarta: Beta Offset.
Parameter Model Hidrograf Satuan Sintetik [12] Yunagardasar, C., 2017. Model Infiltrasi Pada
Gama 1 Pada Sub DAS Bionga Kayubulan, Berbagai Penggunaan Lahan Di Desa Tulo
Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. e-J.
[5] Limantara, L. M., 2010. Rekayasa Hidrologi. Agrotekbis 5, pp. 315-325.
Yogyakarta: Andi.

27

You might also like