Professional Documents
Culture Documents
TOWARD FLOOD
Imam Safii1, Sri Harto Br.2, Bambang Agus Kironoto3
Abstract
One of the ways in efforting ground water conservation and runoff control is
making retention pond. Concerned with runoff control, the real quantity effect of
retention pond is needed. Up till now, only qualitative effect of retention pond is
known, meanwhile study of its quantitative effect has never been done. Purpose of
this research is studying the function of retention pond to control runoff. This
research is done to find out how much effect of retention pond in various sizes at
each placement toward runoff reduction.
Research is done by simulating and exploring various sizes of retention
ponds at each placement and its effect toward runoff reduction. Concerned with
simulation at each placement of retention pond, Coyo Basin is divided into 7
subbasins, where the control point of each subbasin will alternatively be located
with retention pond. Simulation is done to find out effect of various sizes of
retention pond at each placement toward runoff and then compare it with runoff
without retention pond.
Result of this research shows that placement of retention pond at upstream
area is more effective, where with same size of retention pond, it can give more
runoff reduction. Based on peak discharge reduction, placement of retention pond
at downstream area is better, where more runoff reduction is got.
1)
Master Program on Natural Disaster Management, Gadjah Mada University,
Yogyakarta.
2)
Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, Gadjah
Mada University, Yogyakarta.
3)
Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, Gadjah
Mada University, Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Pembuatan kolam retensi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
dalam upaya konservasi air tanah dan pengendalian limpasan permukaan (banjir).
Dalam upaya pengendalian limpasan permukaan, diperlukan besaran yang nyata
dari pengaruh kolam retensi tersebut terhadap limpasan permukaan. Selama ini
yang baru diketahui adalah pengaruhnya secara kualitatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji fungsi ganda kolam retensi,
yaitu untuk mengurangi limpasan permukaan dan sebagai upaya konservasi air
tanah. Terkait dengan fungsi kolam retensi untuk mengurangi limpasan
permukaan, kajian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kolam
retensi dengan berbagai ukuran dan perletakan terhadap pengurangan limpasan
permukaan.
Kolam retensi merupakan daerah/kolam yang digunakan untuk mengurangi
volume dan puncak limpasan, dimana air ditahan tidak dilepas ke wilayah hilir
dan biasanya hilang hanya dengan infiltrasi melalui dasar kolam yang porus atau
dengan evaporasi atau penguapan. Selain untuk mengurangi volume dan puncak
limpasan, kolam retensi juga dapat mendukung konservasi air tanah (Bedient dan
Huber, 1992).
LANDASAN TEORI
1
eksplorasi berbagai volume kolam retensi untuk tiap-tiap perletakan kolam
retensi. Alternatif perletakan kolam retensi adalah di titik kontrol subDAS-
subDAS dan di sebelah hilir pertemuan anak sungai dengan sungai utama.
Dalam simulasi kolam retensi, pada saat debit banjir masuk ke dalam kolam
retensi, proses infiltrasi mulai berlangsung. Hal ini berarti terjadi pengurangan
volume air bersamaan dengan bertambahnya volume air di dalam kolam retensi.
Dengan demikian, maka pengurangan volume limpasan permukaan di sungai
lebih besar dari pada kapasitas tampung kolam retensi. Dalam penelitian ini,
proses infiltrasi yang terjadi bersamaan dengan masuknya debit banjir ke dalam
kolam retensi tidak diperhitungkan, sehingga pengurangan volume limpasan
permukaan di sungai adalah sama dengan volume kolam retensi. Dengan
demikian, pengurangan limpasan permukaan hasil perhitungan lebih kecil dari
pada yang seharusnya terjadi.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di DAS Coyo yang terletak di wilayah Kabupaten
Grobogan Propinsi Jawa Tengah. DAS Coyo mempunyai luas 92,37 km 2 yang
meliputi sebagian wilayah Kecamatan Pulo Kulon dan Kecamatan Kradenan dan
bermuara di Sungai Lusi.
2
Ketersediaan Data
Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
instansi terkait, yaitu.
1. data hujan harian selama 15 tahun terakhir (1993 – 2007),
2. peta RBI tahun 2000,
3. peta tata guna lahan tahun 2006,
4. data jenis tanah.
Tahapan Penelitian
Langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut ini.
1. Studi pustaka dan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Penghitungan hujan harian rata-rata DAS dengan metode poligon thiessen dan
hujan rancangan dengan analisis frekuensi.
3. Pengubahan hujan rancangan menjadi hujan jam-jaman dengan distribusi
hujan rumusan Edy Sukoso (2004).
4. Pembagian DAS Coyo menjadi beberapa subDAS, di mana tiap-tiap titik
kontrol subDAS menjadi alternatif perletakan kolam retensi.
5. Penghitungan hidrograf satuan subDAS-subDAS dengan menggunakan HSS
Gama 1.
6. Penghitungan debit racangan subDAS-subDAS dengan mengalikan hidrograf
satuan dengan hujan efektif. Hujan efektif dihasilkan dengan mengurangi
distribusi hujan jam-jaman dengan index phi ().
7. Penelusuran aliran dengan menggunakan cara Muskingum - Cunge.
8. Penghitungan banjir rancangan DAS Coyo dengan menjumlahkan debit
rancangan subDAS-subDAS yang telah melalui penelusuran aliran.
9. Penghitungan banjir rancangan DAS Coyo dengan kolam retensi, dilakukan
dengan menjumlahkan debit rancangan subDAS-subDAS yang telah melalui
penelusuran aliran dengan disertai simulasi kolam retensi.
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hujan Rancangan
Untuk memperkirakan besarnya hujan rancangan dengan kala ulang
tertentu, digunakan analisis frekuensi. Dari uji kecocokan data dengan pengujian
Smirnov Kolmogorov dan Chi-kuadrat, diketahui bahwa yang paling baik adalah
menggunakan distribusi Log-Pearson III. Terkait dengan fungsi kolam retensi
sebagai upaya pengendalian banjir, maka digunakan hujan rancangan dengan kala
ulang 20 tahun dengan kedalaman hujan 163,8 mm.
Jam ke-
Distribusi Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8
Tiap jam 18,41 29,02 34,10 33,28 24,53 13,87 7,19 3,37
Kumulatif 18,41 47,43 81,53 114,81 139,34 153,22 160,41 163,78
4
jauh lebih besar sedangkan luas subDAS B jauh lebih kecil dari pada subDAS
yang lain. Grafik hidrograf satuan subDAS-subDAS di DAS Coyo selengkapnya
disajikan dalam Gambar 2.
HSS Gama 1 SubDAS 1 HSS Gama 1 SubDAS 2
3.50 3.50
3.00 3.00
HS HS
2.50
D ebit (m/s)
2.50
D ebit (m/s)
HS Terkoreksi HS Terkoreksi
3
3
2.00 2.00
1.50 1.50
1.00 1.00
0.50 0.50
0.00 0.00
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Jam Jam
3.50 3.50
3.00 3.00
HS HS
2.50
D e b it (m/s )
D e b it (m/s )
2.50
HS Terkoreksi HS Terkoreksi
3
3
2.00 2.00
1.50 1.50
1.00 1.00
0.50 0.50
0.00 0.00
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Jam Jam
3.50 3.50
HS Durasi 1 Jam
HS Terkoreksi
3
3
2.00 2.00
1.50 1.50
1.00 1.00
0.50 0.50
0.00 0.00
0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30
Jam Jam
5
Dari hasil perhitungan debit rancangan subDAS-subDAS dapat dilihat bahwa
hidrograf debit rancangan subDAS 1 lebih besar dari pada subDAS yang lain. Hal
ini terjadi karena hidrograf satuan subDAS 1 lebih besar dari subDAS yang lain,
sedangkan hujan efektifnya relatif tidak jauh berbeda. Grafik debit rancangan
subDAS-subDAS pada DAS Coyo ditunjukkan pada Gambar 3.
120
100
SubDAS 1
80 SubDAS 2
/s )
SubDAS 3
D e b it ( 3m
SubDAS 4
60 SubDAS A
SubDAS B
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Jam
Penelusuran Aliran
Dalam penelitian ini, penelusuran aliran dari satu titik kontrol ke titik
kontrol di sebelah hilirnya menggunakan cara Muskingum – Cunge. Agar
persamaan penelusuran dapat dihitung, maka lebar sungai (B) diasumsikan sama
dengan 10 meter untuk sungai di daerah hulu dan 20 meter untuk sungai di daerah
hilir serta nilai koefisien kekasaran Manning sama dengan 0,03. Asumsi lebar
sungai tersebut dilakukan berdasarkan pada keterangan dinas terkait, yaitu Dinas
Pengairan Kabupaten Grobogan. Nilai Ks dan X untuk tiap-tiap penggal sungai
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Koefisien Tampungan (Ks) dan Faktor Pemberat (X)
Penggal Elevasi Elevasi Panjang Lebar q0 ck
Kelandaian Ks X
Sungai hulu (m) hilir (m) (km) (m) (m2/s) (m/s)
TK1-TK5 50,76 41,87 3,16 10 0,0028 3,62 3,72 0,24 0,45
TK2-TK5 42,65 41,87 0,54 10 0,0014 2,37 3,70 0,04 0,09
TK3-TK6 40,12 39,17 0,33 10 0,0029 2,42 3,34 0,03 0,12
TK5-TK6 41,87 39,17 1,56 20 0,0017 3,20 3,53 0,12 0,33
TK4-TK7 33,29 32,30 0,17 10 0,0058 2,27 3,18 0,01 0,14
TK6-TK7 39,17 32,30 4,96 20 0,0014 4,19 3,80 0,36 0,42
6
Banjir Rancangan DAS Coyo
Banjir rancangan dihitung secara bertahap dimulai dari titik kontrol sebelah
hulu sampai titik kontrol TK 7 di sebelah hilir, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.
SubDAS
TK 7 TK 4 4
TK 3
SubDAS SubDAS
3 TK 6 B
TK 2
SubDAS SubDAS
3 TK 5 2
TK 1
SubDAS
1
7
350
300
250
D eb it (m/s)
200
3
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Jam
TK 3
SubDAS SubDAS
3 TK 6 B
TK 2
SubDAS SubDAS
3 TK 5 2
TK 1 Keterangan:
TK= Titik Kontrol
SubDAS Kolam Retensi
1
Gambar 6. Skema Perhitungan Banjir Rancangan DAS Coyo dengan Kolam Retensi di
Titik Kontrol TK 1
Dalam simulasi kolam retensi, pada saat debit banjir masuk ke dalam kolam
retensi, proses infiltrasi mulai berlangsung. Dalam penelitian ini, proses infiltrasi
yang terjadi bersamaan dengan masuknya debit banjir ke dalam kolam retensi
tidak diperhitungkan, sehingga pengurangan volume limpasan permukaan di
8
sungai adalah sama dengan volume kolam retensi. Dengan demikian, pengurangan
limpasan permukaan hasil perhitungan lebih kecil dari pada yang seharusnya
terjadi.
Dalam melakukan simulasi untuk suatu volume kolam retensi, tinggi dan
lebar peluap samping ditentukan dengan cara coba-coba sedemikian rupa sehingga
didapatkan pengurangan debit puncak terbesar di titik kontrol TK 7. Hasil
pengurangan debit puncak di titik kontrol TK 7 akibat kolam retensi di titik
kontrol TK 1 dengan volume 1.000.000 m3 dengan berbagai tinggi dan lebar
peluap samping disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengurangan Debit Puncak di Titik Kontrol TK 7 akibat Kolam Retensi
di Titik Kontrol TK 1 dengan Volume 1.000.000 m3 dengan Berbagai Tinggi (Hb)
dan Lebar (L) Peluap Samping
9
a. Banjir Rancangan di Titik Kontrol TK 1 b. Banjir Rancangan di Titik Kontrol TK 7
120 350
300
100
250
80
Tanpa Kolam Retensi
Tanpa Kolam Retensi
200
D e b it (m/s )
D e b it (m/s )
Dengan Kolam Retensi
3
3
60
150
40
100
20
50
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35
Jam Jam
Gambar 7. Banjir Rancangan DAS Coyo dengan Kolam Retensi di Titik Kontrol TK 1
dengan Volume 1.000.000 m3
10
a. Banjir Rancangan di TK 1 dengan b. Banjir Rancangan di TK 7 dengan
Volume Kolam 1.000.000 m3 Volume Kolam 1.000.000 m3
BANJIR RANCANGAN DI T IT IK KONT ROL BANJIR RANCANGAN DAS COYO
TK 1
120 350
300
100
250
80
Tanpa Kolam Retensi
Tanpa Kolam Retensi
D e b it /s( m)
D e b it /s( m)
Dengan Kolam Retensi 200
Dengan Kolam Retensi
3
3
60
150
40
100
20
50
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35
Jam Jam
300
100
250
80
Tanpa Kolam Retensi
Tanpa Kolam Retensi
D e b it / s( m)
D e b it /s( m)
60
150
40
100
20
50
0 0
0 5 10 15 20 25 30 35 0 5 10 15 20 25 30 35
Jam Jam
Pada Gambar 8.a dan 8.c terlihat bahwa sampai jam ke-5, besarnya
pengurangan debit di titik kontrol TK 1 untuk volume kolam retensi 1.000.000 m 3
dan 1.100.000 m3 adalah sama. Pada jam ke-6 terjadi perbedaan, di mana untuk
volume kolam retensi 1.100.000 m3 pengurangan debit di sungai lebih besar. Hal
ini terjadi karena dengan volume kolam yang lebih besar, maka debit yang
dialirkan ke dalamnya lebih besar, sehingga pengurangan debit di sungai menjadi
lebih besar pula. Namun demikian, pengurangan debit puncaknya tidak berbeda,
karena debit puncak untuk kedua volume kolam retensi terjadi pada jam ke-7 yang
tidak mengalami pengurangan karena kolam retensi sudah terisi penuh. Pada
Gambar 8.b dan 8.d terlihat bahwa debit puncak terjadi pada jam ke-5. Dengan
penambahan volume kolam retensi, terjadi pengurangan debit yang lebih besar
11
pada jam ke-6 dan ke-7, sehingga pengurangan debit puncaknya tidak jauh
berbeda.
Dari simulasi berbagai volume kolam retensi pada tiap-tiap titik kontrol
menghasilkan pengurangan debit puncak yang bervariasi seperti disajikan dalam
Gambar 9.
20 20
0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 0 2 4 6 8 10
Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 ) Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 )
20 20
0 0
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 ) Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 )
60 60
40 40
Di Titik Ko ntro l DAS Di Titik Ko ntro l DAS
20 Co yo 20 Co yo
Di S unga i S e be la h Hilir Di S unga i S e be la h Hilir
Ko la m R e te ns i Ko la m R e te ns i
0 0
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50 60
Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 ) Volume Kolam Retensi ( x 100.000 m3 )
12
Dari Gambar 9 terlihat bahwa pengaruh volume kolam retensi di tiap-tiap
titik kontrol terhadap pengurangan debit puncak banjir rancangan DAS Coyo
mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu semakin besar volume kolam
retensi, semakin besar pengurangan debit puncak banjir rancangan DAS Coyo.
Sampai batas volume optimum kolam retensi, hubungan antara volume kolam
retensi dan pengurangan debit puncak cenderung linear, sedangkan untuk volume
lebih besar dari volume optimum kolam retensi, pengurangan debit puncak
konstan.
Untuk mencari perletakan kolam retensi yang paling efektif, pengurangan
limpasan permukaan pada tiap-tiap perletakan tersebut perlu dibandingkan.
Karena volume kolam retensi yang disimulasikan berbeda-beda, maka perlu
dilakukan konversi untuk menyamakan volume kolam retensi, dengan asumsi
bahwa pengurangan limpasan permukaan yang dihasilkan berbanding lurus
terhadap volume kolam retensi. Perhitungan konversi volume kolam retensi
beserta hasil pengurangan limpasan permukaan disajikan pada Tabel 4.
KESIMPULAN
13
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab-bab terdahulu, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan antara volume kolam retensi dengan limpasan permukaan
cenderung linear sampai volume optimum kolam retensi, di mana semakin
besar kolam retensi, semakin besar pengaruhnya terhadap pengurangan
limpasan permukaan. Volume kolam retensi di atas volume optimum
memberikan hasil pengurangan limpasan permukaan yang konstan.
2. Dilihat dari segi efektifitas, penempatan kolam retensi di daerah hulu dengan
luas daerah tangkapan kecil adalah yang paling tepat, di mana pengurangan
limpasan permukaan yang dihasilkan lebih besar untuk volume kolam retensi
yang sama.
3. Penempatan kolam retensi yang paling tepat dilihat dari pengurangan debit
puncak adalah di daerah hilir dengan luas daerah tangkapan yang besar, di
mana pengurangan limpasan permukaan yang dihasilkan lebih besar besar.
4. Hasil penelitian pada butir (1) sampai (3) tersebut didapatkan dengan
beberapa asumsi, seperti; kondisi sungai yang diperkirakan, infiltrasi pada
dasar kolam retensi yang diabaikan dan distribusi hujan dengan pendekatan
di daerah lain, sehingga memungkinkan terjadi perbedaan yang cukup besar
pada kondisi sesungguhnya di lapangan
SARAN
14
3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan simulasi kolam retensi
dengan kombinasi berbagai perletakan kolam retensi, sehingga dengan
keterbatasan lahan dari masing-masing lokasi perletakan, didapatkan hasil
pengurangan limpasan permukaan yang semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Bedient, P.B. and Huber, W.C., 1992, Hydrology and Floodplain Analysis, second
edition, Addison-Wesley Publishing Company.
Sri Harto Br., 1993, Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sri Harto Br., 2000, Hidrologi : Teori, Masalah, Penyelesaian, Nafiri Offset,
Yogyakarta.
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi Offset, Yogyakarta
15