You are on page 1of 11

i

MAKALAH

ILMU FALAK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah

“Hadis Maudhu’i Ilmi”

Disusun oleh Kelompok 1:

Syifaul Qalbi (NIM: 2020. 2728)

Tika Yumilda Afriana (NIM: 2020. 2730)

Umi Atiyah (NIM: 2020. 2731)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Suhefri, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN (STAI-PIQ)

SUMATERA BARAT

1444 H/ 2023 M
1

PEMBAHASAN

A. Hadis Pertama (Penetapan Waktu-Waktu Salat Fardu)

َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسله َم ق‬ ِ‫ول ه‬ ِ‫عن عب ِد ه‬


‫س‬
ُ ‫هم‬ ْ َ‫ت الظُّ ْه ِر إِذَا َزال‬
ْ ‫ت الش‬ ُ ْ‫« َوق‬:‫ال‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫اَّلل بْ ِن َع ْم ٍرو أَ هن َر ُس‬ َْ ْ َ

‫ص ََل ِة‬ ِِ ِ
َ ‫ت‬
ُ ْ‫ َوَوق‬،‫س‬
ُ ‫هم‬ ْ َ‫ص ِر َما ََلْ ت‬
ْ ‫ص َفهر الش‬ ْ ‫ت الْ َع‬
ُ ْ‫ َوَوق‬،‫ص ُر‬ ُ ‫ َما ََلْ ََْي‬،‫َوَكا َن ظ ُّل الهر ُج ِل َكطُولو‬
ْ ‫ض ْر الْ َع‬

ُّ ِ‫ص ََلة‬ ِ ِ‫ص‬ ِ ِ ِ ِ ‫ ووقْت‬،‫ب ما ََل يغِب ال هش َفق‬ ِ


‫الصْب ِح‬ ُ ْ‫ َوَوق‬،‫ف اللهْي ِل ْاْل َْو َسط‬
َ ‫ت‬ ْ ‫ص ََلة الْع َشاء إِ ََل ن‬
َ ُ ََ ُ ْ َ ْ َ ‫الْ َم ْغ ِر‬

]‫ [رواه مسلم‬- ]‫س» [صحيح‬


ُ ‫هم‬ ِ ُ‫ِم ْن طُل‬
ْ ‫وع الْ َف ْج ِر َما ََلْ تَطْلُ ْع الش‬

Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: "Waktu Zuhur

dimulai setelah matahari tergelincir (ke arah barat) sampai bayangan

seseorang sama panjang dengan tingginya dan selama belum masuk

waktu Asar. Waktu Asar selama matahari belum menguning. Waktu

salat Magrib selama mega merah belum hilang. Waktu Isya sampai

pertengahan malam. Sedangkan waktu Subuh adalah mulai terbit

fajar sidik selama matahari belum terbit.” Diriwayatkan oleh Muslim-

Hadis sahih (HR. Muslim no. 612)1

1
Imam an-Nawawi, al-Minhaj bi syarhi Shahih Muslim, ditahqiq oleh Khalil Ma’mun Syiha,
Syarah Shahih Muslim, Jilid 3, Darus Sunnah, , h. 744.
2

Syarah Hadis:

Hadis Abdullah bin 'Amru -raḍiyallāhu 'anhumā- ini menjelaskan tentang

waktu-waktu salat dari Rasulullah ‫ﷺ‬:

Pertama: Waktu Zuhur. Salat ini dinamakan Zuhur karena dilaksanakan saat

tengah hari, ini adalah pendapat yang paling kuat. Maksudnya awal waktu Zuhur

adalah saat matahari tergelincir, yakni, posisi matahari bergeser dari tengah langit

ke arah barat. Tandanya adalah munculnya bayangan di arah timur, sampai

panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya, artinya hampir sama

panjangnya, dan sampai masuk waktu Asar.

Kedua: Nabi bersabda, "dan Waktu Asar," artinya waktu Asar dimulai dari

panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya dan berlanjut (tanpa ada

kemakruhan) selama matahari belum menguning. Artinya, ini adalah waktu

ikhtiyar (opsional) berdasarkan sabda Rasulullah dalam Sahih Bukhari dan

Muslim, "Barangsiapa mendapati satu rakaat dari salat Asar sebelum matahari

terbenam, maka ia telah melaksanakan salat Asar di waktunya (bukan qadā`)."

Dan dalam riwayat lain, "Waktu Asar selama matahari belum terbenam." Dan

dalam redaksi Muslim, "Selama matahari belum menguning dan tanduknya yang

pertama telah jatuh."

Ketiga: "Waktu salat Magrib". "Selama mega merah belum hilang" yaitu mega

yang mengiringi terbenamnya matahari. Ini menunjukkan bahwa waktu Magrib

terbentang sampai hilangnya mega merah secara keseluruhan. Jika yang hilang
3

hanya sebagiannya maka waktu Isya belum masuk, sebagaimana waktu Magrib

belum masuk dengan tenggelamnya sebagian matahari.

Keempat: "Waktu salat Isya" masuk setelah mega merah hilang -secara ijma’-

sampai pertengahan malam. Artinya, ini adalah waktu ikhtiyar. Adapun waktu

jawāz (boleh), maka sampai terbitnya fajar sidik.

Kelima: "Waktu salat Subuh mulai terbitnya fajar sidik selama matahari

belum terbit." Jika matahari akan terbit maka tidak boleh melaksanakan salat,

karena matahari terbit di antara dua tanduk setan, karena setan terus memantau

pergerakan matahari. Setan berdiri di depan matahari menghadap orang yang

sujud kepada matahari, sehingga sujud orang-orang kafir kepada matahari itu

beralih menjadi penyembahan kepada setan. Untuk itu Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang

umatnya melaksanakan salat di waktu itu agar salat orang yang menyembah

Allah tidak berada pada waktu ibadah orang yang menyembah setan.2

Berdasarkan hadis ini maka sudah menjadi ijma di kalangan fuqaha bahwa

“masuk waktu” merupakan salah satu syarat sahnya salat. Berdasarkan bunyi teks

hadis itu dapat diketahui bahwa salat yang diwajibkan itu ada lima waktu. Yaitu

Zuhur, Ashar, Magrib, Isya dan Subuh dengan batasan waktu yang didasarkan

pada perjalanan matahari sehari semalam.

Menurut penulis bila kita melakukan salat dengan batasan waktu sesuai

dengan bunyi teks hadis di atas maka kita akan mengalami banyak kesulitan,

2
HadeethEnc.com, Salat, https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/10596 (diakses 6 Juni
2023).
4

misalnya tiap akan melakukan salat Asar maka setiap itu pula kita membawa

tongkat untuk di ukur tinggi bayang-bayangnya, untuk Magrib kita harus

mengetahui apakah matahari sudah terbenam atau belum. Demikian pula untuk

Isya, Subuh, Zuhur setiap itu pula kita akan melihat awan, fajar dan matahari,

padahal tidak setiap saat sinar matahari dapat dilihat di setiap tempat.

Sementara itu berdasarkan observasi yang dilakukan para astronom diketahui

bahwa perjalanan harian matahari relatif tetap, maka terbit, tergelincir dan

terbenamnya dengan mudah dapat diperhitungkan termasuk kapan matahari itu

akan membentuk bayangan suatu benda sama panjang dengan bendanya, juga

dapat diperhitungkan untuk setiap hari sepanjang tahun. Untuk kemaslahatan

maka hisab bisa dipakai sebagai cara dalam menentukan masuknya waktu salat.

B. Hadis Kedua (Awal dan Akhir Ramadan serta Awal Zulhijah)

‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسله َم أ َْو قَ َال قَ َال أَبُو‬


‫صلهى ه‬ ُّ ِ‫ول قَ َال الن‬
َ ‫هِب‬ ‫ت أ َََب ُىَريْ َرَة َر ِض َي ه‬
ُ ‫اَّللُ َعْنوُ يَ ُق‬ ِ
ُ ‫ََس ْع‬

َ‫ِب َعلَْي ُك ْم فَأَ ْك ِملُوا ِع هدة‬ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ‫ص‬ ِ ‫اس ِم صلهى ه‬ ِ ‫الْ َق‬
ُ ُ ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسله َم‬
َّ ُِ‫وموا ل ُرْؤيَتو َوأَفْط ُروا ل ُرْؤيَتو فَإ ْن غ‬ َ

3
‫ي‬ ِ
َ ‫َش ْعبَا َن ثَََلث‬

Artinya: Aku mendengar [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, atau katanya Abu Al Qasim

shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Berpuasalah kalian

3
Al-Maktabah Asy-Syamilah. Sahih Bukhari No 1907, Bab Puasa, Juz 3, 2019.
5

dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula.

Apabila kalian terhalang oleh awan maka sempurnakanlah jumlah

bilangan hari bulan Sya'ban menjadi tiga puluh". (HR. Bukhari no.

1907 dan Muslim no. 1080).4

Syarah Hadis:

Hadis ini menunjukkan bahwa awal dan akhir bulan Ramadan

ditentukan dengan melihat hilal. Berbagai hukum syariat yang mulia dibangun

di atas sumber sehingga tidak bisa dipalingkan darinya kecuali dengan

keyakinan. Diantaranya bahwa hukum asalnya adalah tetapnya bulan Sya'bān

dan bebasnya tanggung jawab dari kewajiban berpuasa selama Sya'bān itu

belum sempurna tiga puluh hari, sehingga dapat diketahui bahwa Sya'bān

sudah usai, atau terlihat hilal Ramadan sehingga diketahui bahwa sudah

masuk Ramadan. Untuk itu, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬mengaitkan puasa bulan

Ramadan dan bukanya dengan melihat hilal. Jika ada penghalang berupa awan

atau debu atau selain keduanya maka bilangan Sya'bān disempurnakan jadi

tiga puluh hari; karena pada asalnya bulan Sya'bān tetap berlanjut sehingga

tidak dihukumi keluar darinya kecuali dengan keyakinan. Kaidah: Asal

sesuatu itu tetap sesuai dengan keadaannya semula.5

Cara menentukan 1 Ramadan, pada umumnya dilakukan dengan dua metode

berbeda. Meliputi metode rukyatul hilal atau menetapkan bulan Ramadan

4
HadeethEnc.com, Puasa, https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/4549, (diakses 6 Juni
2023).
5
Ibid.
6

berdasar pengamatan bulan, serta metode hisab, yakni menghitung jumlah hari

dalam setiap bulan berdasar ilmu falakiyah.

Sebagian masyarakat Indonesia, dalam menentukan awal dan akhir Ramadan

mengutamakan metode rukyatul hilal dan sebagian lainnya menggunakan

metode hisab.

Sementara syariat Islam menetapkan dengan dua metode berbeda dalam

menentukan awal dan akhir Ramadhan, yakni rukyatul hilal atau melihat hilal

dengan mata, serta metode hisab dengan menyempurnakan bilangan bulan

Sya’ban menjadi 30 hari.

Untuk diketahui, hilal merupakan fase paling awal dari kemunculan bulan

atau dengan kata lain disebut sebagai garis tipis yang dapat dilihat dengan mata

telanjang. Sedangkan istikmal atau menyempurnakan bilangan Sya’ban menjadi

30 hari, baru dilakukan jika tanda hilal tidak tampak atau tidak terlihat.

Perbedaan penetapan awal bulan Ramadhan yang lumrah terjadi dalam

komunitas muslim Indonesia, yakni karena adanya perbedaan metode yang

digunakan. Alasan menggunakan metode hisab, karena perhitungan yang

dilakukan terhadap peredaran bulan dan matahari menurut hisab harus sebenar-

benarnya dan setepat-tepatnya, yakni berdasarkan bulan dan matahari pada saat

itu.

Salah satu pakar astronomi, Prof. Thomas Djamaluddin menyatakan bahwa

ketinggian hilal 3 derajat disepakati karena kekuatan cahaya bulan di bawah 3


7

derajat kalah dengan cahaya mega (syafaq). Kuatnya cahaya mega membuat hilal

yang masih di bawah 3 derajat itu sulit untuk dapat teramati.6

Dalam sejarah Islam yang berhak menentukan awal Ramadan, pihak itu

adalah ulil amri atau pemerintah. Salah satu tugas pemerintah adalah menjadi

penengah dan berwenang menetapkan jatuhnya awal atau akhir Ramadan, atau 1

Zulhijah. Wallahu A’lam.

6
Samsul Arifin, Cara Menentukan Awal Ramadan, https://beritajatim.com/sorotan/cara-
menentukan-awal-ramadhan/ (Diakses 6 Juni 2023).
3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu falak merupakan bagian dari pada ilmu syariah, khususnya dalam fiqih

ibadah yang berkaitan dengan waktu pelaksanaan ibadah dalam Islam. Ilmu falak

juga mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi, bulan, dan

matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi

benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di

permukaan bumi.

Salah satu syarat sah salat adalah mengetahui masuknya waktu salat, ada

beberapa cara dilakukan umat Islam untuk mengetahui masuknya waktu salat

mulai dengan cara atau metode modern yang digunakan secara spesifik dan

efisien. Ada juga dengan melihat hadis-hadis Rasulullah untuk mengetahui

kapan-kapan saja waktu yang telah ditetapkan untuk salat.

Penetapan awal-awal bulan Qamariyah khususnya awal bulan Ramadan dan

Zulhijjah adalah dengan jalan rukyatul hilal yaitu melihat secara langsung hilal

sesaat setelah matahari terbenam pada hari ke 29 atau dengan jalan istikmal yakni

menggenapkan bilangan bulan itu menjadi 30 hari manakala rukyat yang

dilakukan itu tidak berhasil. Dalam sejarah Islam yang berhak menentukan awal

Ramadan, pihak itu adalah ulil amri atau pemerintah. Salah satu tugas pemerintah
4

adalah menjadi penengah dan berwenang menetapkan jatuhnya awal atau akhir

Ramadan, atau 1 Zulhijah.


5

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Maktabah Asy-Syamilah. Sahih Bukhari No 1907, Bab Puasa, Juz 3, 2019.

An-Nawawi, al-Minhaj Bisyarhi Shahih Muslim, ditahqiq oleh Khalil Ma’mun Syiha,

Syarah Shahih Muslim, Jilid 3, Darus Sunnah.

HadeethEnc.com, Salat, https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/10596, diakses 6

Juni 2023.

HadeethEnc.com, Puasa, https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/4549, (diakses 6

Juni 2023).

Arifin, Samsul. Cara Menentukan Awal Ramadan,

https://beritajatim.com/sorotan/cara-menentukan-awal-ramadhan/, Diakses 6

Juni 2023.

You might also like