You are on page 1of 22

VERITAS: JURNAL TEOLOGI DAN PELAYANAN 21, no.

1 (June 2022): 15–36


pISSN: 1411-7649; eISSN: 2684-9194
DOI: https://doi.org/10.36421/veritas.v21i1.485

Critical Race Theory: Example of an Alien Concept of Social Justice


According to the Bible

Kalvin S. Budiman
Indonesian Evangelical Church, San Diego, USA
k.budiman05@gmail.com

Abstract: Not all social justice teachings are social justice Article history
Submitted 24 March 2021
according to the teaching of the Bible. The case in point is the
Revised 1 December 2021
teaching of critical theory on racism (Critical Race Theory or Accepted 3 December 2021
CRT). This teaching that nowadays has a strong influence over
universities in the United States promotes widely concepts such as Keywords
systemic racism, social binary, and intersectionality, which has justice; critical theory;
racism; systemic racism;
actually caused a social rift marked by never-ending racial pre-
social binary;
judice. From the biblical point of view, the critical theory view of intersectionality; the Bible
racism contains social consequences that harm society at large. It
has taught a social mindset that runs counter to the biblical teach- © 2022 by author.
ings on social justice. After discussing the historical background of Licensee Veritas: Jurnal
Teologi dan Pelayanan.
CRT and the basic tenets of CRT, I will then provide an evaluation This article is licensed under
of CRT from the biblical perspective by observing its starting the term of the Creative
point, its view of the root cause of racism, and the primary solution Commons Attribution-
that it offers. NonCommercial-ShareAlike
4.0 International
Research Highlights
This study concludes that addressing racism as merely a social
identity issue will only serve to fuel racial animosity and suspicion.
On the other hand, the Bible offers a higher perspective for
examining the problem of racism, namely, that humans are created Scan this QR
code with
in the image of God as noble but sinful creation that needs the your mobile
atonement of Christ. devices to
read online
16 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

Teori Ras Kritis: Sebuah Contoh Konsep Keadilan Sosial Yang


Asing Menurut Alkitab

Kalvin S. Budiman
Indonesian Evangelical Church, San Diego, USA
k.budiman05@gmail.com

Abstrak: Tidak semua ajaran tentang keadilan sosial adalah keadilan sosial menurut ajaran
Alkitab. Ajaran teori kritis tentang rasisme (Critical Race Theory atau disingkat CRT) adalah
contohnya. Ajaran yang belakangan ini banyak memengaruhi universitas-universitas di Amerika
Serikat ini mempromosikan dengan gencar konsep-konsep seperti rasisme sistemik, binari sosial
dan interseksionalitas, dan justru mengakibatkan keretakan sosial yang ditandai dengan
kecurigaan rasial yang tidak pernah dapat diselesaikan. Dari sudut pandang Alkitab, ajaran teori
kritis tentang rasisme mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial yang merugikan kehidupan
bersama di masyarakat. CRT mengajarkan sebuah pola pikir sosial yang bertentangan dengan
ajaran Alkitab tentang keadilan sosial. Sesudah membahas latar belakang sejarah pemikiran
CRT dan pokok-pokok ajaran CRT, penulis akan memberikan evaluasi terhadap CRT dari sudut
pandang Alkitab dengan menyoroti titik berangkatnya, pandangannya tentang akar permasalah-
an dari rasisme, dan solusi utama yang ditawarkan.

Kata-kata kunci: keadilan; teori kritis; rasisme; rasisme sistemik; binari sosial; interseksionalitas;
Alkitab

PENDAHULUAN
Alkitab dipenuhi dengan seruan agar umat
Semua orang Kristen terpanggil untuk peduli Tuhan menjalankan keadilan terhadap sesa-
terhadap isu-isu keadilan sosial, entahkah itu manya. Setiap kita terpanggil untuk meng-
kemiskinan, rasisme, ataupun bentuk-bentuk usahakan keadilan bagi janda, yatim piatu,
ketidakadilan lainnya. Alkitab dengan jelas orang-orang miskin, dan orang asing (Za. 7:9–
menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang 10; Mzm. 146:6–9). Alkitab juga mengingat-
Maha adil dan yang menghendaki agar semua kan bahwa kita tidak boleh mengabaikan
umat-Nya berpartisipasi dalam memperju- keadilan dan kasih Allah (Luk. 11:42). Kita
angkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. harus menolong mereka yang tidak dapat
Nabi Yeremia dalam tulisannya di Yeremia menolong diri mereka sendiri (Ams. 31:8-9),
22:3 bahkan menunjukkan bahwa mengusa- dan membawa keadilan bagi mereka yang
hakan keadilan adalah sebuah perintah, tertindas (Yes. 1:17).
bukan pilihan:
Permasalahannya adalah tidak semua yang
Beginilah firman Tuhan: Lakukanlah ke- kita anggap sebagai keadilan adalah selalu
adilan dan kebenaran, lepaskanlah dari keadilan. Tidak semua seruan keadilan selalu
tangan pemerasnya orang yang dirampas hasil akhirnya adalah keadilan. Ada ajakan
haknya, janganlah engkau menindas dan memperjuangkan keadilan yang jika diteliti
janganlah engkau memperlakukan orang dengan sungguh-sungguh ternyata bukan me-
asing, yatim dan janda dengan keras, dan rupakan keadilan, bahkan dampaknya dapat
janganlah engkau menumpahkan darah justru merugikan masyarakat. Keadilan ada-
orang yang tak bersalah di tempat ini! lah sebuah konsep yang luas dan kompleks,
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 17

yang dalam pelaksanaannya butuh evaluasi pasar akan mematikan berbagai macam sek-
dan pertimbangan terus menerus. Hal itu per- tor produksi lainnya yang tidak berkaitan de-
lu dilakukan, baik terhadap seruan keadilan ngan kebutuhan negara-negara konsumen. 3
dari kalangan Kristen, maupun dari kalangan
sekuler atau nonkristen. Tulisan ini bermaksud untuk mengajak pem-
baca untuk meninjau sebuah teori sekuler
Dari kalangan Kristen, barangkali contoh tentang keadilan sosial dalam isu rasisme.
yang sudah cukup sering dipakai adalah Sama seperti dalam semua bidang kehidupan
tulisan Ronald Sider, Rich Christians in an Age lainnya, mengusahakan keadilan sosial juga
of Hunger. 1 Dalam bukunya ini, Sider meng- membutuhkan sebuah teori pegangan yang
ajak orang-orang percaya, khususnya Kristen memotivasi, menuntun dan mengarahkan
injili, untuk mengurangi jurang ketimpangan perjuangan kita. Sebagai orang Kristen, tentu
ekonomi antara mereka yang hidup di negara- saja teori tentang keadilan sudah sepatutnya
negara kaya, seperti Amerika Serikat, dan dilandaskan pada firman Tuhan. Namun,
mereka yang hidup di negara-negara dunia sebagaimana yang dikatakan oleh Timothy
ketiga. Walaupun buku ini membukakan Keller, sayang sekali bahwa masih banyak
mata banyak orang Kristen tentang keadaan orang Kristen yang belum sungguh-sungguh
yang sangat memprihatinkan dari orang- mengenal konsep keadilan yang alkitabiah.
orang yang tinggal di negara-negara miskin, Akibatnya, menurut Keller, mereka jatuh
tetapi strategi penanganan yang diusulkan pada dua macam kesalahan: di satu pihak,
apabila diterapkan secara praktis akan justru masih banyak orang Kristen yang tidak dapat
menimbulkan berbagai macam masalah sosial melihat bahwa “melakukan keadilan” (doing
lainnya. George Mavrodes, misalnya, dalam justice) adalah bagian dari panggilan mereka
ulasannya terhadap tulisan Sider mengritik sebagai orang percaya, dan di lain pihak,
dengan tajam bahwa jalan keluar yang di- banyak dari antara mereka yang jatuh pada
usulkan oleh Sider sama sekali mengabaikan pendekatan-pendekatan sekuler yang malah
kinerja dalam sistem perekonomian. Sebagai mendistorsi praktik dan kehidupan sosial
contoh, usulan Sider agar negara-negara kaya mereka. 4 Thaddeus William mengingatkan
mengurangi secara drastis kebergantungan dengan tepat bahwa tidak semua pemikiran
mereka pada produk-produk dari negara- tentang keadilan sifatnya kondusif bagi
negara dunia ketiga justru akan membunuh kesejahteraan umat manusia. Ada pemikiran-
lapangan kerja di negara-negara dunia ketiga pemikiran sekuler tertentu yang menawarkan
tersebut. 2 Sebaliknya, mengharuskan negara- ide-ide untuk mengatasi masalah keadilan so-
negara kaya membayar harga produk-produk sial yang sebenarnya justru merugikan kehi-
tertentu dari negara dunia ketiga di atas harga dupan bersama. 5

1
Ronald J. Sider, Rich Christians in an Age of Hunger menolong mereka yang miskin dan lemah adalah hal yang
(Downers Grove: InterVarsity Press, 1977). Tulisan Sider mulia, perasaan sentimental itu saja tidak cukup. Dorong-
ini cukup populer karena jarang sekali dari kalangan injili an itu harus dibarengi dengan informasi yang secukupnya
berbicara tentang isu-isu keadilan sosial. dari hasil studi-studi yang relevan dalam berbagai bidang
2
George I. Mavrodes, “On Helping the Hungry,” Chris- lainnya, seperti ekonomi, politik, dan sosial. Lihat Ronald
tianity Today, 30 Desember 1977, diakses 1 November 2020, H. Nash, Social Justice and the Christian Church (Lima:
https://www.christianitytoday.com/ct/1977/december- Academic Renewal, 2002), 2.
30/current-religious-thought-on-helping-hungry.html. 4
Timothy Keller, “A Biblical Critique of Secular Justice
3
Ronald Nash berpendapat bahwa kesalahpahaman and Critical Theory,” Gospel in Life, https://quarterly.
tentang strategi keadilan seperti dalam contoh kasus tulis- gospelinlife.com/a-biblical-critique-of-secular-justice-and-
an Sider sering kali dapat terjadi karena kurangnya infor- critical-theory, diakses 7 Februari 2021.
masi atau pemahaman dari sudut pandang disiplin ilmu 5
Thaddeus J. Williams, Confronting Injustice without
lainnya. Walaupun dorongan dari rasa belas kasihan untuk Compromising Truth (Grand Rapids: Zondervan, 2020), 7.
18 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

Tulisan ini mengangkat tentang Teori Ras yang ditandai dengan kepahitan, kecurigaan,
Kritis atau Critical Race Theory (selanjutnya dan permusuhan. 7 Bagaimana hal itu bisa ter-
disingkat CRT) sebagai sebuah contoh kasus jadi?
bagi terjadinya dampak-dampak yang merugi-
kan kehidupan bersama jika teori tentang Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penu-
keadilan sosial yang tidak sejalan dengan Al- lis akan menguraikan tulisan ini ke dalam tiga
kitab ini benar-benar diterapkan di masya- bagian. Bagian pertama akan membahas
rakat. CRT adalah sebuah teori kritis tentang tentang konteks sejarah perkembangan pemi-
ras dan rasisme yang menjadi latar belakang kiran teori kritis dan pengaruhnya dalam
pemikiran dari gerakan social justice sekuler perjuangan ras di AS. Di bagian berikutnya,
yang belakangan ini semakin marak di Ame- akan ditinjau pokok-pokok pemikiran CRT
rika Serikat (selanjutnya disingkat AS) dan tentang ras dan rasisme. Bagian terakhir
menjalar ke berbagai negara. Sebagai sebuah merupakan evaluasi terhadap CRT dari sudut
pendekatan sosiologis, teori kritis adalah pandang Alkitab.
sebuah kritik sosial yang agresif; tujuan uta-
manya tidak berhenti hanya pada teori, tetapi DARI MARX SAMPAI CRT
pada tindakan nyata dan aktivitas sosial-
politik untuk mengubah status quo secara Pendekatan sosial dari CRT yang belakangan
radikal dan mengharapkan sebuah kondisi ini semakin banyak mempengaruhi institusi-
sosial yang lebih adil menurut pengertian institusi pendidikan di AS ini merupakan
teori kritis. 6 Tentu saja tidak ada masalah kelanjutan tradisi teori kritis sebagaimana
dengan mengubah status quo demi terca- yang dikembangkan oleh mazhab Frankfurt
painya keadilan sosial. Yang masalah adalah (Frankfurt School atau Institut für Sozialforschung)
bahwa dalam usaha menegakkan keadilan melalui tokoh-tokohnya yang terkenal, se-
sosial tersebut, prinsip-prinsip CRT yang perti Max Horkheimer, Theodore Adorno,
disebarluaskan oleh para aktivis gerakan Herbert Marcuse, dan Jürgen Habermas. 8
Social Justice di AS, menurut banyak peng- Mereka memperluas pemikiran Karl Marx
amat, justru telah melahirkan sebuah budaya (1818-1883) tentang perjuangan kelas (class
kehidupan sosial dalam hubungan antar ras

6
Menurut Michael Thompson, teori kritis tidak dapat “A Biblical Critique of Secular Justice and Critical
dimasukkan ke sub-kategori di bawah teori atau filsafat Theory”; Williams, Confronting Injustice without Compro-
sosial dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Teori ini berdiri sendiri mising Truth; Scott David Allen, Why Social Justice Is Not
sebagai sebuah kritik sosial untuk memahami realitas di Biblical Justice (Grand Rapids: Credo House, 2020); Neil
masyarakat dan memberikan diagnosa tentang berbagai Shenvi dan Pat Sawyer, “Critical Theory and the Social
macam patologi sosial. Teori kritis memberikan “judgment, Justice Movement,” Journal of Christian Legal Thought 10,
evaluation, and practical, transformative activity.” Lihat M. no. 1 (2020), 10–13; Neil Shenvi dan Pat Sawyer, Engaging
Thompson, “Introduction: What Is Critical Theory?” Critical Theory and the Social Justice Movement, Adobe
dalam The Palgrave Handbook of Critical Theory, ed. PDF ebook, diakses 3 Februari 2021, https://ratiochristi.
Michael J. Thompson (New York: Palgrave Macmillan, org/engaging-critical-theory-and-the-social-justice-
2017), 1. movement. Tidak semua penulis ini memakai istilah yang
7
Yang penulis maksud dengan pengamatan di sini sama, teori kritis (critical theory). Ada yang menyebutnya
adalah baik dari sudut pandang sekuler maupun dari sudut sebagai “ideological social justice” (Scott Allen),
pandang Kristen Injili. Dari sudut pandang sekuler antara “contemporary critical theory” (Shenvi dan Sawyer),
lain seperti Helen Pluckrose dan James Lindsay, Cynical “critical race theory” (Pluckrose dan Lindsay), tapi pada
Theories: How Activist Scholarship Made Everything about dasarnya mereka berbicara tentang ajaran teori kritis yang
Race, Gender, and Identity—and Why This Harms sama, yang melatarbelakangi gerakan Social Justice di AS
Everybody (Durham: Pitchstone, 2020); Greg Lukianoff belakangan ini.
dan Jonathan Haidt, The Coddling of the American Mind: 8
Tentang pengaruh teori kritis di lembaga-lembaga
How Good Intentions and Bad Ideas Are Setting Up a pendidikan di AS, lihat Pluckrose dan Lindsay, Cynical
Generations for Failure (New York: Penguin Press, 2019). Theories, khususnya Bab 9.
Dari sudut pandang Kristen Injili antara lain seperti Keller,
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 19

struggle) dalam ketimpangan ekonomi men- lah penghapusan kepemilikan pribadi (abo-
jadi sebuah wacana sosial untuk meruntuhkan lition of private property), penghapusan sistem
bentuk-bentuk ketidakadilan sosial, baik yang tingkatan kelas-kelas sosial (abolition of class
jelas-jelas terlihat mata (misalnya, diskrimi- system), dan pengalihan kontrol kehidupan
nasi rasial) maupun yang terselubung dan ti- ekonomi pada negara. 13
dak selalu disadari (misalnya, white supremacy
dan white privilege). 9 Para penerus Marx, seperti Antonio Gramsci
(1891–1937) dan tokoh-tokoh mazhab Frank-
Bagi kebanyakan penganut teori kritis, Karl furt, memperluas perombakan kehidupan
Marx dianggap sebagai pencetusnya. 10 Marx yang dibayangkan oleh Marx menjadi tidak
melihat bahwa problema paling mendasar da- terbatas hanya pada bidang ekonomi, tetapi
lam kehidupan manusia adalah adanya sistem pada budaya dominan (dominant culture)
ekonomi tertentu di masyarakat yang telah yang menguasai kehidupan masyarakat Ero-
menyebabkan penindasan (oppression) dan pa. 14 Gramsci bahkan berpendapat bahwa im-
keterasingan (alienation). Sistem ekonomi itu pian Marx bagi adanya kesamarataan kelas
adalah kapitalisme, dan sistem ini perlu di- sosial tidak pernah tercapai karena Marx ter-
rombak. Marx percaya bahwa umat manusia lalu memfokuskan perubahan hanya pada
berhak untuk hidup bebas dan merdeka dari aspek materi dari sistem ekonomi di masya-
semua bentuk penindasan dan keterasingan.11 rakat. Bagi Gramsci, jika kita ingin mengubah
Tetapi penindasan akan terus terjadi di ma- masyarakat, maka yang harus dibongkar lebih
syarakat karena dalam sistem kapitalisme, ke- dulu adalah aspek nonmateri, atau dalam hal
las kapitalis (bourgeoisie) selalu membutuh- ini budaya dominan dari masyarakat tersebut.
kan kelas pekerja (proletariat) demi untuk ke- Dalam konteks kehidupan di Eropa, Gramsci
untungan kelas kapitalis. Konsekuensi dari melihat bahwa kapitalisme (dan konsekuensi
penindasan tersebut adalah sebuah proses ke- sistem tingkatan kelas sosial) akan tetap terus
terasingan antara pekerja dari hasil peker- berlangsung selama budaya Kekristenan ma-
jaannya. Marx menyebutkan empat macam sih tetap menguasai Eropa. Robert Smith
keterasingan yang dialami oleh kelas pekerja: menyimpulkan bahwa di dalam tradisi pemi-
mereka terasing dari tindakannya sendiri kiran neo-Marxisme, seperti diwakili oleh
dalam proses produksi, terasing dari produk Gramsci, “unless and until Western culture is
yang mereka buat, terasing dari pekerja- dechristianized, Western society will never be
pekerja lainnya, dan terasing dari kemanusia- decapitalized.” 15
annya. 12 Jalan keluar yang Marx usulkan ada-

9
Untuk pembahasan yang tidak terlalu panjang tetapi 10
Lihat Bradley Levinson, Beyond Critique: Exploring
cukup komprehensif dan menolong tentang pengaruh Critical Social Theories and Education (New York:
Marx terhadap Mazhab Frankfurt, lihat Chad Kautzer, Routledge, 2016), 26.
“Marx’s Influence on the Early Frankfurt School,” dalam 11
Smith, “Cultural Marxism,” 438.
The Palgrave Handbook of Critical Theory, 43–66; Moishe 12
Ibid., 439.
Postone, “Critical Theory and the Historical Transforma- 13
Ibid., 439-440.
tions of Capitalist Modernity,” dalam The Palgrave 14
Tidak ada hubungan dan pengaruh langsung dari
Handbook of Critical Theory, 137–164; Robert S. Smith, Antonio Gramsci dengan Mazhab Frankfurt, tetapi
“Cultural Marxism: Imaginary Conspiracy or Revo- mereka menghasilkan pemikiran yang serupa. Tentang hal
lutionary Reality?” Themelios 44, no. 3 (2019), 436–465. ini, lihat Smith, “Cultural Marxism,” 446; Thompson,
Istilah white supremacy dan white privilege adalah tuduhan “Introduction: What Is Critical Theory?” 5–6; Stephen E.
dari kaum marjinal terhadap adanya konstruksi sosial yang Bronner, “Critical Theory and Resistance: On
mengunggulkan dan menguntungkan ras kulit putih di atas Antiphilosophy and the Philosophy of Praxis,” The
ras-ras berwarna lainnya, lihat Robin DiAngelo, White Palgrave Handbook of Critical Theory, 18–19.
Fragility: Why It’s So Hard for White People to Talk about 15
Smith, “Cultural Marxism,” 443.
Racism (Boston: Beacon Press, 2018), 15–38.
20 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

Pemikiran mazhab Frankfurt tidak jauh ber- serta terjadi di semua bidang kehidupan da-
beda dari yang Gramsci ajarkan. Teori kritis lam bentuk yang berbeda-beda. 19 Pendekatan
yang dihasilkan oleh Mazhab Frankfurt se- tokoh-tokoh teori kristis dalam isu rasisme
bagai kritik budaya dan sosial memiliki kaitan berbeda dari seruan pejuang-pejuang hak
erat dengan konteks sejarah yang unik di asasi (civil right) awal di AS, seperti yang kita
seputar zaman mereka. Kengerian dari Pe- dapat lihat pada perjuangan Martin Luther
rang Dunia I (1914–1918) dan Perang Dunia King, Jr. (1929–1968). King mengidamkan
II (1939–1945), termasuk munculnya nazi- sebuah masa di mana semua orang, baik ras
isme, antisemitisme, dan pembantaian massal kulit hitam maupun putih, memiliki kesem-
orang-orang Yahudi, membuat tokoh-tokoh patan yang sama untuk belajar di sekolah,
mazhab Frankfurt berpikir bahwa peradaban berpolitik, bekerja, dan berkarya dalam se-
Barat bukan menghasilkan kemajuan yang mua bidang kehidupan. Tokoh-tokoh teori
manusiawi, tetapi barbarianisme yang bia- kritis di Amerika mengharapkan perubahan
dab. 16 Mereka percaya bahwa peradaban Ba- yang lebih radikal daripada itu semua. 20
rat bertanggung jawab atas semua bentuk
agresi, penindasan, rasisme, perbudakan, Sejalan dengan tradisi Marx dan mazhab
pembagian kelas-kelas sosial dan seksisme. Frankfurt, sasaran utama mereka adalah
Bahkan termasuk sistem demokrasi pun me- sistem dari budaya dominan yang mereka
reka lihat sebagai “sebuah sistem yang sangat anggap rasis secara menyeluruh. Derrick Bell,
efisien untuk mempraktikkan dominasi.” 17 profesor kulit hitam pertama di Sekolah
Peran teori kritis adalah memberikan kritik Hukum Harvard, berkata dalam salah satu
sosial terhadap budaya dominan yang sudah bukunya bahwa “progress in American race
mendarah daging di masyarakat Eropa, de- relations is largely a mirage obscuring the fact
ngan tujuan mencapai “human emancipation” that whites continue, consciously or uncon-
dari semua bentuk hegemoni. 18 sciously, to do all in their power to ensure their
dominion and maintain their control.” 21
Dalam fase perkembangan berikutnya di AS, Pernyataan ini mewakili rasa pesimis dari
teori kritis dipakai sebagai salah satu pende- banyak orang ras kulit hitam yang melihat
katan sosial untuk melawan perbudakan dan bahwa belum ada kemajuan relasi antarras di
diskriminasi rasial yang dialami oleh orang- AS selama budaya dominan yang berkuasa di
orang kulit hitam. Tetapi tokoh-tokoh teori masyarakat masih tetap sama. Ketika peme-
kritis di AS bergerak menjauh dari sekedar rintah AS menghapuskan pemisahan (segrega-
memperjuangkan kesamaan hak menjadi tion) antara ras kulit putih dan ras kulit hitam
sebuah ideologi politik yang dipegang untuk dalam berbagai bidang kehidupan, tokoh
meruntuhkan rasialisme sistemik (systemic teori kritis kontemporer, seperti Robin
racism) yang mereka percaya sudah tertanam DiAngelo, tetap melihat praktek desegrega-
dan berakar pada budaya dominan di AS, tion tersebut sebagai usaha terselubung dari

16
Lihat Smith, “Cultural Marxism,” 455; Stephen 19
Richard Delgado dan Jean Stefancic, Critical Race
Bronner, Critical Theory: A Very Short Introduction, ed. ke- Theory: An Introduction, ed. ke-2 (New York: New York
2 (Oxford: Oxford University Press, 2017), 4; bdk. David University Press, 2012), 7–11, 30.
Smith, “Theory and Class Consciousness,” The Palgrave 20
Lihat Kimberlé Williams Crenshaw, “Race, Reform,
Handbook of Critical Theory, 370–375; Mark Worrell, “The and Retrenchment: Transformation and Legitimation in
Social Psychology of Authority,” The Palgrave Handbook Antidiscrimination Law,” dalam Critical Race Theory: The
of Critical Theory, 463–480. Key Writings that Formed the Movement, ed. Kimberlé
17
Ini adalah pendapat dari Herbert Marcuse Crenshaw, Neil Gotanda, Gary Peller dan Kendall Thomas
sebagaimana dikutip oleh Smith, “Cultural Marxism,” 456. (New York: New Press, 1995), 103–107; bdk. Lukianoff
18
Bronner, Critical Theory, 21. dan Haidt, The Coddling of the American Mind, 59–61.
21
Dikutip oleh Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories,
115.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 21

budaya dominan untuk menguntungkan ras sipil. 25 Semua warga negara, mulai dari peme-
kulit putih dan tidak membuat orang-orang rintah sampai rakyat biasa, harus memper-
kulit putih menyadari rasisme dalam budaya lakukan sesamanya sebagai sesama manusia
hidup mereka. 22 Mencurigai motif rasisme di yang berdiri sejajar di hadapan hukum, apa
balik semua perbuatan yang lahir dari budaya pun latar belakang ras dan etnik mereka.
dominan adalah modus pemikiran teori kritis Gerakan civil right menekankan pentingnya
kontemporer di AS. pendekatan color-blind (tidak melihat warna
kulit) dan prinsip-prinsip netral yang tidak
Sejak tahun 1990-an, pandangan teori kritis berat sebelah dari hukum-hukum sipil yang
menjadi semakin populer di AS ketika femi- diberlakukan di masyarakat. Lukianoff dan
nisme dan pascamodernisme juga menjadi Haidt menunjukkan bahwa jika gerakan civil
semakin berpengaruh di AS. 23 Tokoh-tokoh right seperti yang diwakili oleh King dapat di-
wanita, seperti Kimberlé Crenshaw, Patricia sebut sebagai “common-humanity identity
Hill Collins, Patricia Williams dan Robin politics,” maka pendekatan CRT mengajar-
Diangelo menggabungkan teori kritis dengan kan “common-enemy identity politics.” 26
feminisme dan pascamodernisme untuk meng-
hasilkan pemikiran-pemikiran sosial tentang Bagi tokoh-tokoh gerakan social justice yang
ras, gender dan seksualitas yang sifatnya me- banyak mengambil dari pemikiran CRT, pen-
nyerang budaya white supremacy dan white dekatan gerakan civil right adalah pendekatan
privilege, sistem patriarki, dan konsep-konsep yang naif. Mereka menganggap bahwa gerak-
tradisional tentang seksualitas. 24 Lahirlah an civil right tidak melihat realitas bahwa
CRT. Misi utama CRT adalah membuat se- budaya kehidupan sosial di AS adalah budaya
mua orang sadar dan terdorong untuk mem- yang pada dasarnya rasis. 27 Rasisme tersebut
bongkar semua sistem dominan dalam kehi- merambah semua bidang kehidupan dan
dupan sosial di AS yang secara hakiki sifatnya tetap sampai sekarang sifatnya merendahkan
rasis dan menindas. ras kulit hitam—entahkah mereka menyadar-
inya atau tidak—serta hanya menguntungkan
Sebagaimana telah disebutkan secara singkat ras kulit putih. CRT mengajak masyarakat
di atas, pengaruh CRT dalam gerakan social untuk memperluas fokus perhatian bukan ha-
justice kontemporer di AS terlihat dengan nya pada ketimpangan dalam hal ekonomi
lebih jelas ketika dibandingkan dengan gerak- dan kesempatan-kesempatan kehidupan saja,
an civil right seperti yang diwakili oleh Martin tetapi juga pada nilai-nilai, praktek-praktek
Luther King, Jr. Tokoh-tokoh gerakan civil budaya, dan diskursus sosial (social discourse)
right memakai pendekatan-pendekatan ega- dari sistem budaya dominan dalam semua
litarian. Misi utama mereka adalah meng- aspek sosial: ras, etnik, orientasi seksual, sta-
usahakan kesamarataan kesempatan dalam tus ekonomi, dan sebagainya. 28
berbagai bidang kehidupan dengan membuat
diskriminasi dan pencabutan hak politik Salah satu hal yang ditonjolkan oleh para
(disenfranchisement) sebagai tindakan-tindak- pengajar CRT di AS adalah fungsi mereka
an kriminal yang harus diatur oleh hukum yang bukan hanya sebagai penerus sebuah

22
Diangelo, White Fragility, 65-69. 26
Lukianoff dan Haidt, The Coddling of the American
23
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 116. Mind, 59-61, 75-76.
24
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 124-26. 27
Özlem Sensoy dan Robin DiAngelo, Is Everyone
25
Helen Pluckrose dan James A. Lindsay, “Identity Really Equal?, ed. ke-2 (New York: Teachers College,
Politics Does Not Continue the Work of the Civil Rights 2017), 130.
Movements,” Areo, 25 September 2018, diakses 20 Januari 28
Sensoy dan DiAngelo, Is Everyone Really Equal?, 131–
2021, https://www.areomagazine.com/2018/09/25/identity- 140; bdk. Pluckrose dan Lindsay, “Identity Politics.”
politics-does-not-continue-the-work-of-the-civil-rights-
movements.
22 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

teori, tetapi juga sebagai pendorong aktivisme sebelumnya, tidak cukup untuk mendatang-
dan revolusi sosial. 29 Tujuan utama mereka kan perubahan sosial yang radikal? Jawaban-
adalah perubahan-perubahan radikal melalui nya terletak pada pokok-pokok pemikiran so-
aktivitas-aktivitas langsung di lapangan. Me- sial dari teori kritis tentang ras dan rasisme.
nurut Delgado dan Stefancic,
POKOK-POKOK PEMIKIRAN CRT
Unlike some academic disciplines, critical
race theory contains an activist dimension. It Rasisme Sistemik
tries not only to understand our social situa-
tion but to change it, setting out not only to CRT mengajarkan bahwa ras adalah sebuah
ascertain how society organizes itself along konstruksi sosial. Artinya, konsep kita tentang
racial lines and hierarchies but to transform ras adalah sesuatu yang dikondisikan dan
it for the better. 30 tidak obyektif. Titik berangkat CRT adalah
sebuah keyakinan bahwa ras bukanlah istilah
Salah satu contoh pengaruh praktis dari CRT yang pengertiannya selalu sama, tetapi
dapat kita lihat pada organisasi Black Lives fluctuating sesuai dengan konteks sejarah dan
Matter. Organisasi Black Lives Matter didiri- penuh dengan makna sosial yang dibentuk
kan oleh tiga orang wanita yang sangat di- dan ditentukan oleh kondisi politik tertentu. 33
pengaruhi oleh ideologi neo-Marxisme: Alicia Delgado dan Stefancic menegaskan bahwa
Garza, Opal Tometi, dan Patrisse Cullors. 31 “race and races are products of social thought
Pernyataan misi mereka mencakup beberapa and relations. Not objective, inherent, or fixed,
penegasan yang merefleksikan pengaruh kuat they correspond to no biological or genetic
dari CRT, beberapa di antaranya adalah: (a) reality; rather, races are categories that society
mencabut praktek patriarkal; (b) meruntuh- invents, manipulates, or retires when conve-
kan struktur keluarga tradisional dalam bu- nient.” 34 Sebagai contoh, konsep tentang ras
daya Barat dan menggantinya dengan kehi- yang membedakan orang-orang kulit putih
dupan kolektif; dan (c) membantu perkem- dari orang-orang berwarna lainnya sebenar-
bangan jaringan nonheteroseksual dengan nya tidak terlalu populer sebelum era kolo-
menolak pemikiran heteronormative. 32 nialisme oleh negara-negara Eropa. Tetapi
konsep tentang ras yang sifatnya diskriminatif
Mengapa, menurut CRT, pendekatan egalita- kemudian dibentuk sedemikian rupa demi
rian dalam mengatasi rasisme, seperti yang untuk menguntungkan kelompok ras kulit
dicontohkan oleh gerakan civil right dari era putih dan menjaga dominasi ras kulit putih.
Asumsi semacam ini tidak berasal dari CRT,

29
Teori kritis pada dasarnya adalah sebuah pendekatan structure requirement by supporting each other as extended
yang sifatnya “antifilsafat,” maksudnya penekanannya families and “villages” that collectively care for one another,
adalah pada sebuah teori yang membawa revolusi sosial. especially our children, to the degree that mothers, parents,
Lihat Bronner, Critical Theory, 18; dan Smith, “Cultural and children are comfortable; (c) We foster a queer‐affirming
Marxism,” 454. network. When we gather, we do so with the intention of
30
Delgado dan Stefancic, Critical Race Theory, 7–8. freeing ourselves from the tight grip of heteronormative
Kutipan ini juga ada di Pluckrose dan Lindsay, Cynical thinking, or rather, the belief that all in the world are
Theories, 120. heterosexual (unless s/he or they disclose otherwise). Per-
31
Allen, Biblical Justice, 20–21. nyataan-pernyataan ini sudah tidak tercantum lagi di situs
32
Berikut ini adalah bagian dari pernyataan-pernyataan BLM sejak 5 Februari 2021.
yang relevan dengan diskusi di atas dari situs Black Lives 33
John Calmore, “Critical Race Theory, Archie Shepp,
Matter, (www.blacklivesmatter.com, diakses pada tanggal 7 and Fire Music: Securing an Authentic Intellectual Life in
Juli 2020): (a) We dismantle the patriarchal practice that a Multicultural World,” dalam Critical Race Theory: The
requires mothers to work “double shifts” so that they can Key Writings, 318; bdk. Delgado dan Stefancic, Critical Race
mother in private even as they participate in public justice Theory: An Introduction, 8.
work; (b) We disrupt the Western-prescribed nuclear family 34
Delgado dan Stefancic, Critical Race Theory, 8.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 23

tetapi memiliki akar sejarah pahit pada zaman Namun tokoh-tokoh CRT memiliki pendapat
kolonialisasi dan perdagangan budak, baik di yang berbeda. 37
Eropa maupun di AS. 35 Pemahaman dunia
Barat tentang ras diciptakan untuk menekan- Menurut CRT, rasisme di Eropa dan AS tidak
kan perbedaan-perbedaan sosial antara suku pernah sungguh-sungguh teratasi karena
yang satu dengan suku yang lain, dengan “Racism is ordinary, not aberrational.” 38 Ber-
maksud untuk membenarkan perlakuan dari bagai kejadian rasisme yang terjadi di tempat
kelompok ras yang lebih dominan terhadap yang berbeda-beda di AS dan di waktu yang
ras-ras yang mereka anggap lebih rendah. berbeda-beda pada hari ini, bukanlah sekedar
Kolonialisme dan perdagangan budak pada perkecualian, tetapi hanya soal menunggu
abad keenam belas sampai sembilan belas waktu saja untuk muncul di permukaan
adalah buah-buah dari konstruksi pemikiran karena pada dasarnya sistem kehidupan sosial
tentang perbedaan ras dan perbedaan pres- di AS memang sifatnya rasis. Rasisme di AS
tasi peradaban dalam berbagai bidang kehi- adalah sebuah “fundamental, endemic, and
dupan—pendidikan, prestasi budaya, agama normalized way of organizing society.” 39 Arti-
dan sebagainya—antara ras kulit putih diban- nya, rasisme adalah pengalaman “normal”
dingkan dengan kelompok-kelompok sosial sehari-hari dari orang-orang ras kulit hitam
yang lain. 36 dan kelompok-kelompok minoritas lainnya
karena mereka hidup di dalam sebuah budaya
Dengan kata lain, menurut CRT, konsep yang rasis dari akar sampai ke ujung ranting-
tentang ras mengalami perkembangan dan rantingnya. Hakikat rasisme tersebut terus di-
perubahan. Di awal era modern, konsep budayakan oleh kelompok dominan (ras kulit
tentang ras dipakai sebagai dasar legitimasi putih) dan tidak pernah disadari maupun di-
bagi diskriminasi rasial terhadap kelompok- akui oleh ras kulit putih. 40
kelompok tertentu. Tetapi isu diskriminasi
rasial ini sendiri semakin lama semakin ber- Dengan demikian, menurut CRT, rasisme
gerak ke belakang panggung. Dan jika diskri- atau diskriminasi rasial adalah sebuah penin-
minasi rasial tidak dilihat dari wacana teori dasan yang terus terjadi di masyarakat AS
kritis kontemporer seperti yang sekarang ini tetapi bentuknya tidak selalu terlihat jelas di
merambah semua sektor kehidupan di AS, permukaan. 41 Pemahaman ini memiliki
kita mungkin menganggap bahwa rasisme kaitan yang erat dengan pengertian CRT
adalah isu di masa lalu. Atau setidaknya, tentang penindasan (oppression).
rasisme adalah isu yang sudah teratasi; me- Kebanyakan orang mungkin membayangkan
mang belum dengan sempurna teratasi, tetapi penindasan hanya sebatas agresi dan
paling tidak sudah bisa ditangani dengan lebih kekerasan secara fisik. Tetapi CRT
baik, apalagi di negara maju seperti di AS. memahami penindasan sebagai sebuah
“hegemoni” (hegemony) yang mengendalikan

35
Lihat Thomas F. Gossett, Race: The History of an Idea 38
Delgado dan Stefancic, Critical Race Theory, 7.
in America (Oxford: Oxford University Press, 1997), 13–17. 39
Christine E. Sleeter, “Critical Race Theory and
36
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 111–112. Education,” dalam Encyclopedia of Diversity in Education,
37
Pluckrose dan Lindsay menunjukkan bahwa tokoh- ed. James A. Banks (Thousand Oaks: SAGE, 2012), 491.
tokoh seperti Frederick Douglas di abad kesembilan belas 40
Lihat Delgado dan Stefancic, 8; bdk. DiAngelo, White
dan W. E. B. Du Bois dan Martin Luther King, Jr. di abad Fragility, 29.
kedua puluh sudah melawan rasisme dan membuahkan 41
DiAngelo berkata, “In this way, white supremacy is
hasil yang sangat penting bagi kemajuan sosial di AS. rendered invisible, while other political systems—socialism,
Tetapi narasi tentang “the racial supremacy of the white” capitalism, fascism—are identified and studied. In fact,
tetap tidak hilang dan dieksploitasi oleh tokoh-tokoh teori much of white supremacy’s power is drawn from its invisibility,
kritis. Lihat Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 113; the taken for granted aspects that underwrite all other political
bdk. DiAngelo, White Fragility, 28–30. and social contracts.” DiAngelo, White Fagility, 29.
24 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

masyarakat. 42 Hegemoni dapat dimengerti bagian ini berlaku dalam semua kategori so-
sebagai kemampuan dari satu kelompok sial: ras, seks, orientasi seksual, kelas sosial,
dominan di masyarakat untuk menerapkan umur, dan seterusnya. Dalam setiap kategori
narasi, norma-norma, nilai-nilai dan budaya relasi sosial tersebut, akan selalu ada kelom-
kehidupan yang dipegang oleh kelompok pok dominan (penindas) dan kelompok yang
dominan terhadap semua kelompok marjinal didominasi (tertindas). Kelompok yang domi-
di masyarakat. 43 Atau sebaliknya, hegemoni nan adalah yang memegang kuasa hegemoni:
adalah “persetujuan” (consent) dari kelompok pria atas wanita, ras kulit putih atas ras kulit
marjinal untuk “tunduk” pada kelompok hitam, kelompok ekonomi kuat atas kelom-
dominan atau kelompok penindas. 44 pok ekonomi lemah, heteroseksual atas ho-
Menurut CRT, penindasan rasial dapat terus moseksual dan seterusnya. 47 Tugas utama
berlangsung tanpa kelompok yang ditindas dari CRT adalah menyingkapkan dan merun-
menyadarinya karena sudah terjadi proses tuhkan hegemoni tersebut. Tujuannya adalah
internalisasi hegemoni dalam diri kelompok emansipasi dan pembebasan orang-orang
yang ditindas. Hegemoni terjadi ketika kete- yang termasuk dalam kelompok yang ditindas
nangan dan ketenteraman sosial di permuka- dari para penindas dengan menyadarkan ke-
an dan di dalam kehidupan sehari-hari, tidak lompok penindas bahwa mereka adalah ba-
secara akurat merefleksikan dominasi, diskri- gian dari budaya penindas, dan menyadarkan
minasi dan rasisme yang sebenarnya terjadi di kelompok yang ditindas bahwa mereka ada-
balik budaya kehidupan bersama. 45 lah orang-orang yang hidup di bawah hege-
moni budaya penindas. 48
Binari Sosial
Bagan dari Özlem Sensoy dan Robin DiAngelo
Berangkat dari asumsi tentang konsep hege- berikut ini dapat menolong kita untuk mem-
moni, CRT membagi masyarakat ke dalam bayangkan asumsi CRT tentang hubungan
dua kelompok utama: kelompok penindas sosial antara kelompok penindas dengan yang
(oppressors) atau kelompok dominan dan ditindas, dan bentuk-bentuk penindasan yang
kelompok yang ditindas (the oppressed) atau seringkali tidak disadari: 49
kelompok yang mengalami eksploitasi. 46 Pem-

42
Lihat Shenvi dan Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 46
Özlem Sensoy dan Robin DiAngelo, Is Everyone
4–5. Really Equal?, 61–62; bdk. Shenvi dan Sawyer, “Engaging
43
Lihat Kimberlé Crenshaw, “Race, Reform, and Re- Critical Theory,” 4.
trenchment: Transformation and Legitimation in Antidis- 47
Sensoy dan DiAngelo, 61–62.
crimination Law,” dalam Critical Race Theory: The Key 48
Lihat Crenshaw, “Race, Reform, Retrenchment,”
Writings that Formed the Movement, 108. 116–118.
44
Crenshaw, “Race, Reform, and Retrenchment,” 108. 49
Sensoy dan DiAngelo, Is Everyone Really Equal?, 64.
Istilah hegemony berasal dari dunia politik dan dipopuler- Perhatikan kategori di bagan sebelah kiri. Kelompok-
kan oleh Gramsci. Thomas Bates menjelaskan bahwa kelompok ini disebut kelompok “minoritized,” artinya “di-
hegemony adalah “political leadership based on the consent minoritaskan” atau “dimarjinalkan.” Dengan kata lain, ti-
of the led, a consent which is secured by the diffusion and dak semua dari kelompok yang tertindas ini secara jumlah
popularization of the world view of the ruling class.” Lihat pasti lebih sedikit (minoritas), tetapi mereka dianggap
Thomas Bates, “Gramsci and the Theory of Hegemony,” minoritas karena mereka hidup di bawah budaya dominan.
Journal of the History of Ideas 36, no. 2 (1975): 352, Sebagai contoh, di beberapa daerah tertentu di AS, kelom-
https://doi.org/10.2307/2708933. pok imigran jumlahnya lebih banyak daripada penduduk
45
Crenshaw, “Race, Reform, and Retrenchment,” 112– ras kulit putih. Tetapi kaum imigran termasuk kelompok
113. marjinal karena mereka hidup di bawah kuasa hegemoni
ras kulit putih.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 25

Tabel 1. Hubungan Sosial antara Kelompok Penindas dan Kelompok yang Ditindas
Minoritized/Target Group Oppression Dominant/Agent Group
Peoples of Color Racism White
Poor, Working Class, Middle Class Classism Owning Class
Women, Transgender, Genderqueer Sexism (cis)Men
Gays; Lesbians; Bisexuals; and Two Spirit Heterosexism Heterosexuals
Muslims; Buddhists; Jews; Hindus; and Religious Oppression;
Christians
other non-Christian groups and Anti-Semitism
People with Disabilities Ableism Able-bodied
Immigrants (perceived) Nationalism Citizens (perceived)
Indigenous People Colonialism White Settlers

Apakah pentingnya pembagian kelompok ke normal, expected, and valuable, thus making
dalam penindas dan yang tertindas ini? Pem- the man an oppressor. 50
bagian ini merupakan dasar yang menentukan
identitas sosial seseorang. Identitas sosial kita Bisa juga terjadi seseorang adalah anggota
terkait erat, bahkan tidak bisa dilepaskan, dari kedua kelompok tersebut: penindas dan
dari kelompok mana kita menjadi anggota. yang tertindas. Misalnya, jika seseorang ada-
Paling tidak di AS, jika si A adalah ras kulit lah seorang wanita ras kulit putih, maka ia
putih, maka menurut CRT, si A secara oto- adalah anggota dari penindas karena warna
matis termasuk kelompok penindas. Artinya, kulitnya, tetapi ia juga adalah yang tertindas
dari sudut pandang CRT, si A memiliki peng- karena keberadaannya sebagai wanita. Dalam
alaman hidup, cara pandang, dan cara ber- situasi seperti ini, si wanita ras kulit putih itu
pikir yang dipengaruhi oleh hegemoni dari ras punya “kekuatan suara” untuk mewakili ka-
kulit putih. Entahkah si A menyadari atau ti- um wanita dalam melawan seksisme, tetapi ia
dak, pernah melakukan penindasan atau ti- “tidak punya kekuatan suara” untuk mewakili
dak, ia adalah penindas yang harus dibuat sa- wanita ras kulit hitam karena ia tidak memi-
dar dan bertobat dari norma-norma hegemo- liki pengalaman hidup seperti yang dialami
nik kelompoknya. Neil Shenvi dan Pat Sawyer oleh wanita ras kulit hitam. Sedangkan se-
menunjukkan, orang wanita kulit hitam mengalami penin-
dasan ganda karena keberadaannya sebagai
In saying that a particular man is an “op- wanita dan karena warna kulitnya. 51 Di sinilah
pressor” the critical theorist is not saying that kita dapat melihat peran penting dari konsep
the man has personally ever abused his power “interseksionalitas” dalam CRT.
or, for instance, mistreated women in ways
that are traditionally understood as unjust. Interseksionalitas
Rather, critical theorist is asserting that the
group to which the man belongs (men) has CRT tidak memandang isu rasisme (diskrimi-
imposed its views on society regarding what is nasi ras) sebagai isu yang berdiri sendiri. Isu ini

50
Shenvi and Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 5. M. Accapadi, “When White Women Cry: How White
51
“Put in simple terms,” menurut Mamta Accapadi, Women's Tears Oppress Women of Color,” The College
“male privilege positions the nature of womanhood, while Student Affair Journal 26, no. 2 (2007): 209, https://files.
White privilege through history positions a White woman’s eric.ed.gov/fulltext/EJ899418.pdf.
reality as the universal norm of womanhood, leaving a
woman of color defined by two layers of oppression.” Mamta
26 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

bersimpangan (intersecting) dengan macam- alami bentuknya dapat bermacam-macam


macam diskriminasi lainnya sesuai dengan dan saling tumpang tindih antara ras, etnik,
banyaknya kategori identitas sosial. Intersek- kelas sosial, gender, dan kategori-kategori so-
sionalitas (intersectionality) adalah istilah yang sial lainnya pada dirinya. Seseorang dapat
dipakai dalam teori kritis untuk menjelaskan mengalami lebih dari satu macam bentuk
bentuk-bentuk diskriminasi yang berpotensi penindasan. Seorang wanita dari kelompok
akan terjadi pada diri seseorang berdasarkan kulit hitam mungkin adalah seorang wanita
macam-macam identitas sosialnya. Setiap karir yang cukup sukses karena kondisinya
diskriminasi adalah bagian dari sebuah sistem sebagai wanita, tetapi mungkin ia tetap men-
dominan yang luas. 52 Karena identitas sosial jadi target ketidakadilan karena warna kulit-
seseorang tidak hanya ditentukan oleh satu nya. Apabila ia juga adalah seorang lesbian, ia
faktor saja, misalnya oleh warna kulitnya saja, barangkali mengalami perlakukan yang tidak
tetapi oleh kombinasi dari macam-macam adil karena warna kulitnya dan orientasi sek-
faktor (ras, seks, orientasi seksual, kelas eko- sualnya sebagai lesbian. Konsekuensinya, me-
nomi sosial, agama dan sebagainya), maka nurut CRT, tidak cukup jika kita menganalisis
diskriminasi bisa mengambil bentuk yang dan mencegah sebuah diskriminasi sosial ha-
berbeda-beda. Ibaratnya seperti kita berdiri nya berdasarkan satu identitas sosial saja. 55
di sebuah persimpangan jalan (intersection), Kita tidak bisa berkata, misalnya, karena se-
kita tidak tahu dari arah mana kita bisa ter- karang semua orang kulit hitam sudah men-
tabrak—sangat mungkin juga kita tertabrak dapatkan kesempatan studi di universitas se-
dari semua arah. 53 Collins dan Bilge mende- cara bebas, maka berarti isu rasisme sudah
finisikan interseksionalitas sebagai berikut: teratasi. Ada faktor-faktor identitas sosial la-
innya yang juga harus dipertimbangkan ka-
Intersectionality investigates how intersecting rena saling terkait dan tidak berdiri sendiri
power relations influence social relations secara eksklusif. 56
across diverse societies as well as individual
experiences in everyday life. As an analytic Analisis interseksional selalu berangkat dari
tool, intersectionality views categories of race, premis bahwa identitas setiap orang adalah
class, gender, sexuality, class, nation, ability, kombinasi dari macam-macam kategori sosial
ethnicity, and age—among others—as inter- yang tidak terpisahkan. Setiap orang adalah
related and mutually shaping one another. bagian dari bermacam-macam kategori sosial
Intersectionality is a way of understanding dan dapat memiliki pengalaman penindasan
and explaining complexity in the world, in pada level-level yang berbeda. 57 Misalnya, pe-
people, and in human experiences. 54 ngalaman diskriminasi seorang pria homo-
seksual berkulit putih berbeda dari seorang
Interseksionalitas dengan demikian dapat ju- pria homoseksual berkulit hitam—walaupun
ga dimengerti sebagai sebuah alat (tool) untuk keduanya termasuk target penindasan karena
menganalisis posisi sosial seseorang berdasar- homoseksualitas mereka. Dengan demikian,
kan semua identitas sosial yang ada pada pendekatan interseksionalitas selain meno-
orang tersebut. Ketidakadilan yang seseorang long untuk memahami berbagai aspek sosial

Istilah Intersectionality dalam teori kritis dipopuler-


52
of Color,” Stanford Law Review 43, no. 6 (1991): 1241–1299,
kan oleh Kimberlé Crenshaw dalam konteks hukum dan https://doi.org/10.2307/1229039.
politik. Tetapi dalam perkembangannya, istilah ini banyak 53
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 123; bdk.
dipakai dalam diskusi teori kritis kontemporer sebagai Delgado dan Stefancic, Critical Race Theory, 57.
sebuah “paradigm, concept, framework, heuristic device, and 54
Patricia Hills Collins dan Sirma Bilge, Intersectionality
theory.” Patricia Hill Collins, Intersectionality as Critical (Medford: Polity, 2020), 2.
Social Theory (Durham: Duke University Press, 2019), 3; 55
Crenshaw, “Mapping the Margins,” 1241–1244.
bdk. Kimberlé Crenshaw, “Mapping the Margins: Intersec- 56
Ibid.; bdk. Collins dan Bilge, Intersectionality, 4.
tionality, Identity Politics, and Violence Against Women 57
Delgado dan Stefancic, Critical Race Theory, 57–58.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 27

yang bersimpangan pada seseorang, juga me- akhirnya bukanlah untuk sekedar menun-
nolong untuk menyingkapkan macam-macam jukkan bahwa satu kelompok sosial tertentu
budaya dominan yang menindasnya. lebih rentan terhadap diskriminasi daripada
kelompok yang lain, tetapi menyatukan
Interseksionalitas adalah sebuah pokok pemi- kesamaan atau kemiripan pengalaman diskri-
kiran yang penting dalam CRT karena mere- minasi dari orang-orang yang ada di bawah
ka percaya bahwa keadilan sosial di masya- “matrix of domination.” 60 Praktik ini juga di-
rakat hanya bisa terjadi jika semua aspek so- kenal dengan istilah allyship atau solidarity,
sial dari kelompok-kelompok marjinal dapat yaitu bagian dari interseksionalitas di mana
didengar dan dihormati, dan budaya dominan semua kelompok yang tertindas bersatu untuk
diubah menurut pendapat dari kaum marjinal. menyuarakan keadilan sosial. 61 Jadi, contoh-
Dalam bukunya, Pedagogy of the Oppressed, nya, isu tentang hak-hak pernikahan sesama
Freire berpendapat bahwa, menurut CRT, jenis tidak lagi hanya menjadi isu antara
kelompok yang dapat memerdekakan kaum pendukung heteroseksualisme versus aktivis-
marjinal dan tertindas dari penindasan harus- aktivis pendukung pernikahan sesama jenis,
lah dari kelompok tertindas itu sendiri. Jika tetapi pendukung heteroseksualisme versus
kelompok penindas adalah yang memer- aktivis-aktivis pendukung pernikahan sesama
dekakan kelompok tertindas, maka berarti jenis dan aktivis-aktivis antirasisme, antikolo-
status quo belum mengalami perubahan. 58 nialisme, antikapitalisme, dan seterusnya. Hal
Demikian pula, perubahan yang positif dalam yang sama juga bisa terjadi di semua kategori
salah satu kategori identitas sosial, bagi me- sosial lainnya.
reka, belum merupakan sebuah kemajuan
yang berarti. Kemajuan di masyarakat bagi CRT DAN KEADILAN SOSIAL MENURUT
kaum wanita, misalnya, belum dialami oleh ALKITAB
wanita ras kulit hitam dan lesbian. Dan jum-
lah yang masih belum merasakan kemajuan Alkitab tentunya menolak rasisme dan diskri-
akan lebih banyak lagi jika kita menambahkan minasi sosial dalam bentuk apapun. Tetapi
dan memperluas kasus diskriminasi berdasar- titik berangkat, pemikiran dasar, dan solusi
kan kategori-kategori sosial lainnya, seperti yang ditawarkan oleh teori kritis mengandung
kelas sosial, agama, status politik, dan seba- hal-hal yang tidak sejalan dengan ajaran Alki-
gainya. Tujuan akhir CRT adalah untuk me- tab dan dampaknya justru menjauhkan kita
runtuhkan institusi-institusi dari budaya do- dari keadilan. Tanpa bermaksud menyeder-
minan yang menyebabkan terjadinya macam- hanakan permasalahan, penulis akan mema-
macam diskriminasi tersebut. 59 kai rubrik yang digambarkan dalam tabel ber-
ikut ini sebagai penuntun untuk menunjukkan
Namun demikian, Collins menunjukkan bah- kontras antara keadilan sosial menurut CRT
wa tujuan dari analisis interseksional pada dan menurut Alkitab.

58
Lihat Viraj Patel, “Moving Toward an Inclusive Penjelasan ini juga ada dalam buku Pluckrose dan Lindsay,
Model of Allyship for Racial Justice,” The Vermon Cynical Theories, 270, catatan kaki 38.
Connection 32, no. 1 (2011): 84, https://scholarworks.uvm. 60
Patricia Hill Collins, Black Feminist Thought: Knowl-
edu/tvc/vol32/iss1/9. edge, Consciousness, and the Politics of Empowerment, 2nd
59
Lihat Barbara Applebaum, Being White, Being Good: edition (New York: Routledge, 2000), 18.
White Complicity, White Moral Responsibility, and Social 61
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 150; bdk.
Justice Pedagogy (Lanham: Lexington Books, 2010), 103. Patel, “Allyship for Racial Justice,” 78–88.
28 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

Tabel 2. Kontras Keadilan Sosial menurut CRT dan Alkitab


CRT Alkitab
1. Titik Berangkat Afiliasi Kelompok Gambar dan Rupa Allah
2. Akar Permasalahan Penindasan Sistemik Dosa
3. Jalan Keluar Revolusi Penebusan dan Rekonsiliasi

Titik Berangkat Alkitab tidak dimulai dengan satu ras yang


dominan atau satu kelompok ras lain yang
Alkitab menegaskan dengan jelas bahwa ma- lebih rendah atau lebih tinggi statusnya. Alki-
nusia mengenal keadilan bukan karena teori tab dimulai dengan hakekat keberadaan ma-
keadilan adalah hasil pemikiran spekulatif nusia sebagai gambar dan rupa Allah. Dalam
manusia, melainkan karena keadilan yang ada kisah penciptaan tentang manusia, Kejadian 1
dalam dunia ini berasal dari Allah sendiri. dan 2 menyebut manusia pertama sebagai
Menurut Alkitab, keadilan adalah sebuah adam, yang artinya adalah manusia atau umat
penyingkapan ilahi (revelation), karena manusia (humankind). Hays berkata,
keadilan bersumber pada atribut Allah yang
maha adil. Alkitab mengingatkan umat Tuhan “Adam and Eve are not Hebrews or Egyp-
bahwa Allah adalah Allah yang adil (Ul. 32:4), tians or Canaanites. It is incorrect for the
Allah yang menyukai keadilan (Mzm. 89:14), White Church to view them as White or for
Allah yang menghendaki keadilan (Mi. 6:8), the Black Church to view them as Black.
Allah yang membenci ketidakadilan (Ul. Their ‘race’ is not identifiable; they are nei-
25:13-16), Allah yang akan menghukum ther Negroid nor Caucasian, nor even Semi-
orang-orang yang berlaku tidak adil (Mzm. tic. They become the mother and father of all
37:28). Kita bahkan dapat berkata bahwa peoples.” 63
keadilan adalah pernyataan dari kekudusan
Allah, seperti yang dikatakan dalam Yesaya Titik berangkat ini sangat berbeda dengan
5:16, “Tetapi Tuhan semesta alam akan pandangan CRT tentang siapa kita. Bagi CRT,
ternyata maha tinggi dalaam keadilan-Nya, identitas kita bukanlah pemberian dari Allah,
dan Allah yang maha kudus akan menyatakan tetapi sepenuhnya hasil dari konstruksi sosial
kekudusan-Nya dalam kebenaran-Nya.” 62 (social construction) menurut kepentingan po-
litik dan menurut pembagian dalam kategori-
Wujud penyingkapan keadilan Allah yang kategori sosial: ras, jenis kelamin, orientasi
paling hakiki dalam dunia ini adalah pada seksual, kelas sosial, dan lain sebagainya. Be-
keberadaan manusia—setiap individu—yang rangkat dari pemahaman semacam ini, siapa
diciptakan segambar dan serupa dengan kita bukan lagi ditentukan oleh keberadaan
Allah (Kej. 1:26–28). Itulah identitas utama kita sebagai gambar dan rupa Allah, tetapi
setiap orang. Alasan mengapa kita wajib oleh afiliasi kelompok (group affiliation): ke-
memperlakukan sesama kita dengan adil lompok penindas atau kelompok yang ter-
adalah bukan hanya karena Allah adalah tindas.
Allah yang adil, tetapi juga karena setiap
manusia diciptakan menurut gambar dan Asumsi bahwa rasisme adalah bagian tidak
rupa Allah. Daniel Hays menunjukkan bahwa terpisahkan dari sebuah budaya dominan se-

Untuk “keadilan” digunakan kata miš·pāṭ dan untuk


62 63
J. Daniel Hays, From every People and Nation: A
“kebenaran” digunakan kata ṣə·ḏā·qāh. Biblical Theology of Race (Downers Grove: IVP Academic,
2003), 47–48.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 29

hingga kaum marjinal harus selalu mencurigai menganggap bahwa di AS, seorang pria
terjadinya rasisme cenderung menciptakan homoseksual berkulit putih (kaum marjinal
sebuah pola pikir yang paranoid. Pola pikir ini karena homoseksualitas mereka) dibanding-
tidak sehat dan merusak relasi sosial. Lukia- kan dengan orang-orang kulit berwarna, tapi
noff dan Haidt dalam bukunya, The Coddling bukan dari golongan ras kulit hitam (yang
of the American Mind, berpendapat bahwa pe- juga adalah kaum marjinal karena mereka
mikiran CRT tentang rasisme telah meng- bukan dari ras kulit putih), mendapat lebih
hasilkan mentalitas “us versus them.” 64 Me- banyak perla-kuan istimewa daripada orang-
reka berpendapat bahwa CRT dan aktivis- orang kulit hitam (kaum marjinal karena
aktivisnya telah mengajari kaum marjinal mereka orang kulit hitam). 69 Contoh lain lagi,
untuk melihat setiap situasi dari satu sudut imigran-imigran dari Asia (kaum marjinal
tertentu, yaitu: “Life is a battle between good karena bukan dari ras kulit putih) sering kali
people and evil people.” 65 Pihak good people di tidak dianggap lagi sebagai kaum marjinal
sini maksudnya adalah semua kaum marjinal karena umumnya mereka cukup sukses secara
yang masuk dalam kategori tertindas, yaitu ekonomi di AS dan mereka mengikuti gaya
“infertile, poor, female, non-white, gay/lesbian, hidup budaya kaum dominan. 70
transgender, disabled” sedangkan evil people Perbandingan semacam ini dapat terus
adalah “fertile, upper class, male, white, he- berlanjut tanpa batas.
terosexual, cisgender, able-bodied.” 66 Menurut
teori interseksionalitas, pengalaman setiap Iman Kristen tidak menyangkali fakta bahwa
orang dipengaruhi oleh posisi orang tersebut setiap kita dipengaruhi dan dibentuk oleh
di salah satu atau beberapa persimpangan keanggotaan kita dalam kelompok-kelompok
tersebut. Pemikiran semacam ini, menurut sosial. Alkitab menegaskan bahwa kita bukan-
Lukianoff dan Haidt, mengembalikan kita ke- lah makhluk individu, tetapi juga makhluk
pada tribalism, di mana kepentingan kelom- sosial yang mengalami pembentukan melalui
pok lebih diutamakan daripada kepentingan berbagai macam konteks dan latar belakang
bersama. 67 sosial di mana kita hidup: ras, etnik, keluarga,
gereja, dan lain sebagainya. Tetapi hal itu
Terlebih lagi, karena CRT sangat menekan- tidak berarti bahwa latar belakang sosial
kan pada penindasan dalam arti hegemoni, tersebut menentukan dan membatasi identitas
konsep interseksionalitas mereka dijejali de- kita. Identitas utama kita adalah sebagai cip-
ngan berbagai kelompok dan subkelompok taan Allah—bahkan sebagai umat tebusan—
orang-orang kaum marjinal, di mana sering sedangkan identitas sekunder kita adalah
terjadi kelompok yang satu dengan kelompok semua keunikan sosial dan latar belakang
yang lain saling bersaing dan saling mencuri- budaya yang kita bawa. Scott Allen dengan
gai sebagai kelompok-kelompok yang lebih tepat menunjukkan bahwa “The bedrock of
diistimewakan atau ditindas. 68 Sebagai human identity is found in our common cre-
contoh, ada beberapa kelompok aktivis yang ation (we are all created in God’s image and

64
Lukianoff dan Haidt, The Coddling of the American 68
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 127–128.
Mind, 70–71. 69
Jezzika Chung, “How Asian Immigrants Learn Anti-
65
Ibid., 70. Blackness from White Culture, and How to Stop It,”
66
Ibid., 68–69. Kategori-kategori sosial tersebut adalah Huffington Post, 7 September 2017, diakses 8 Juli 2020,
contoh tujuh “intersecting axes” antara kaum dominan atau https://www.huffpost.com/entry/how-asian-americans-can-
penindas (the oppressors) dengan kaum marjinal atau yang stop-contributing-to-anti-blackness_b_599f0757e4b0cb77
tertindas (the oppressed). Bayangkan bahwa dalam setiap 15bfd3d4.
kategori tersebut terdapat dua kutub yang saling 70
Iris Kuo, “The ‘Whitening’ of Asian Americans,”
bertentangan: fertile vs. infertile, upper class vs. poor, male Atlantic, 13 September 2018, diakses 7 Juli 2020, https://
vs. female, dan seterusnya. www.theatlantic.com/education/archive/2018/08/the-
67
Ibid., 60, 68–71. whitening-of-asian-americans/563336.
30 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

likeness, with equal value and dignity) and in telah menciptakan struktur, sistem, institusi,
God’s gracious open door to redemption.” 71 hukum, dan norma-norma sosial yang meng-
Prinsip ini berlaku bagi orang-orang dari ras untungkan mereka dan merugikan semua ka-
warna kulit apapun. um marjinal. 72

Akar Permasalahan CRT berusaha untuk membuat setiap orang


selalu “sadar” (woke) tentang masalah rasis-
Jika demikian, apakah yang menjadi sumber me. Tetapi mereka berangkat dengan sebuah
masalah dalam isu rasisme, atau semua ma- asumsi bahwa rasisme adalah hal yang “nor-
salah ketidakadalan? Jawaban Alkitab adalah mal,” “permanen,” dan “laten” di semua insti-
karena dosa yang ada dalam hati kita, “Sebab tusi dan relasi sosial. Bagi mereka, masalah
dari dalam, dari hati orang, timbul segala utama dari rasisme adalah karena kaum do-
pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembu- minan (ras kulit putih) tidak menyadari, atau
nuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, menyadari tapi tidak mengakui, dan tidak
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesom- pernah menyelesaikan masalah rasisme. Bagi
bongan, kebebalan” (Mrk. 7:21-22). Dosa me- tokoh-tokoh CRT dan para aktivisnya, perta-
nyebabkan kita tidak berlaku adil (Mi. 6:8). nyaannya bukanlah “Apakah rasisme masih
Dosa membuat kita enggan mengusahakan terjadi?” tetapi “Bagaimana rasisme akan me-
keadilan (Yes. 1:17). Dengan kata lain, dari nampilkan wajahnya di setiap situasi?” Arti-
sudut pandang Alkitab ketika kita berha- nya, selama kita hidup di bawah budaya do-
dapan dengan rasisme—atau bahkan dengan minan dari ras kulit putih, kita diajak untuk
semua bentuk ketidakadilan—kita harus se- hidup dengan sebuah kecurigaan bahwa rasis-
lalu sadar tentang keberdosaan semua orang. me sedang terus terjadi dan tugas kita adalah
Rasisme lebih merupakan masalah internal untuk mencari signal-signal rasisme dan me-
dan rohani, daripada masalah eksternal dan nunjukkan rasisme tersebut. 73
sistemik. Ketidakadilan sosial, apapun ben-
tuknya, adalah karena kegagalan kita untuk Dengan kata lain, setiap hubungan sosial
merefleksikan keberadaan kita sebagai gam- antara seseorang dengan anggota dari kaum
bar dan rupa Allah. dominan harus selalu dilihat sebagai sebuah
hubungan yang tidak simetris (asymetrical)
Berbeda dari Alkitab, CRT memfokuskan antara penindas dan yang tertindas, atau an-
sumber permasalahan pada penindasan tara orang-orang rasis dengan korban rasis-
(oppression) akibat kuasa hegemoni dari me—terlepas dari apakah rasisme benar-
budaya dominan. Atau dengan kata lain, benar terjadi atau tidak, disadari atau tidak. 74
menurut CRT, sumber utama kejahatan (evil) Tugas dari seorang penganut CRT atau akti-
bukan di dalam diri manusia, tetapi di luar vis social justice adalah menunjukkan pada
dirinya; internal tetapi dalam arti ada di ketidakseimbangan tersebut. Masalahnya, di
dalam sistem di masyarakat, pada institusi- dalam usaha untuk mengatasi ketidaksime-
institusi sosial yang menjadi perwujudan trisan tersebut, para penganut CRT seringkali
kuasa hegemoni dan yang membawa nilai- mengabaikan common sense. Mereka berang-
nilai tersembunyi dari budaya dominan. kat dari sebuah asumsi bahwa kelompok pe-
Dalam konteks di AS, kuasa hegemoni nindas pasti bersalah, sedangkan kelompok
tersebut diwakili oleh satu kelompok tertentu: yang tertindas pasti benar ketika kelompok
ras kulit putih. Melalui sebuah sejarah yang tertindas berbicara tentang pengalaman
panjang, CRT percaya bahwa ras kulit putih rasisme. Setiap anggota kaum marjinal harus

71
Allen, Why Social Justice Is Not Biblical Justice, 65. 73
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 132–133.
72
Ibid., bdk. Smith, “Cultural Marxism,” 456. 74
Shenvi dan Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 5.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 31

selalu dianggap lebih memiliki suara yang Pertama, menurut kategori individu, keadilan
berotoritas dan otentik dalam berbicara ten- memiliki kaitan dengan karakter atau virtue
tang pengalaman rasisme daripada anggota seseorang yang adil. Misalnya, Kejadian 6:9
dari kaum dominan. 75 Mereka bahkan sampai berkata bahwa Nuh adalah seorang yang adil
pada poin di mana apa pun pengalaman yang atau benar (‫ צַ ִדּיק‬ṣad·dîq dalam bahasa Ibrani).
kaum marjinal interpretasikan sebagai rasis- Demikian pula, Yusuf, tunangan Maria, da-
me harus diterima sebagai sebuah tuduhan lam Matius 1:19 disebut sebagai orang yang
rasisme yang sahih tanpa harus ada bukti- adil atau benar (δίκαιος dikaios dalam bahasa
bukti yang benar-benar jelas lebih dulu. 76 Yunani). Seseorang yang adil adalah ia yang
Tugas aktivis social justice adalah mencari memenuhi kewajiban moralnya terhadap se-
pelanggaran-pelanggaran rasial, baik yang samanya di hadapan Allah tanpa berat sebe-
tersembunyi atau terbuka. Tetapi, tanpa bukti lah. 78 Di dalam tradisi klasik, Aristoteles me-
7F

pun, narasi tuduhan rasisme dari kaum mar- nyebut keadilan semacam ini sebagai keadilan
jinal harus diterima terlebih dulu sebagai ke- universal—setiap orang terpanggil untuk me-
benaran karena rasisme adalah aspek laten miliki sifat dan karakter yang adil. 79 78F

dalam budaya di mana mereka tinggal. 77


Kedua, menurut kategori kehidupan bersama,
Pendekatan sosial semacam itu—yaitu menim- keadilan dapat dibedakan ke dalam tiga ma-
pakan seluruh sumber masalah rasisme pada cam. 80 Pertama, distributive justice, yaitu pem-
satu kelompok sosial dan mempertentangkan bagian keuntungan sesuai dengan hak dan
satu kelompok sosial dengan kelompok- kebutuhan, yang mencakup hal-hal seperti
kelompok sosial lainnya—bertentangan pada makanan, pakaian dan tempat tinggal (Ul.
dirinya sendiri. Pendekatan CRT bertentang- 10:18; Yes. 58:2, 7), tanah (Yes. 65:21–22),
an pada dirinya sendiri karena mereka jatuh proses hukum (Kel. 23:1–3, 6–8), termasuk
pada kesalahan yang mereka klaim mereka kebutuhan-kebutuhan bagi orang miskin, jan-
hendak atasi, yaitu mereka jatuh pada rasisme da, yatim piatu, orang asing, mereka yang
itu sendiri. Mereka menuduh bahwa kelom- sakit, dan sebagainya (mis. Lukas 1:51–53).
pok dominan telah mempertahankan budaya Kedua, retributive justice, yaitu keadilan yang
yang rasis, tetapi mereka sendiri mendekati bersangkut paut dengan penghukuman, pem-
isu rasisme dengan memakai prasangka rasial balasan atau pembayaran secara setimpal (Im.
(racial prejudice) terhadap kelompok domi- 24:19–22; Ul. 19:18-21; Mat. 5:38–40). Ketiga,
nan. restorative justice, yaitu keadilan yang sifatnya
memulihkan seseorang atau situasi pada
Solusi kondisi yang selayaknya (Kej. 40:13; Ayb.
42:10).
Menjalankan keadilan sebagaimana yang di-
perintahkan dalam Alkitab mencakup berba- Baik keadilan menurut kategori distributive,
gai macam praktik yang luas dan kompleks. retributive maupun restorative, Alkitab tidak
Tetapi biasanya praktik-praktik itu dapat mengajarkan tentang ‘keadilan’ menurut
dikelompokkan ke dalam dua kategori utama.

75
Shenvi dan Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 8. 80
Bruce C. Birch, “Justice,” dalam Dictionary of Scrip-
76
Shenvi dan Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 9. ture and Ethics, ed. Joel B. Green, Jacqueline E. Lapsley,
77
Pluckrose dan Lindsay, Cynical Theories, 133–134; Rebekah Miles, dan Allen Verhey (Grand Rapids: Baker,
Shenvi dan Sawyer, “Engaging Critical Theory,” 9. 2011), 433–437. Lihat juga Stephen Charles Mott, “Justice,
78
Lihat, misalnya, G. Kittel & G. Friedrich, eds., Distributive,” dalam Dictionary of Scripture and Ethics,
Theological Dictionary of the New Testament: Abridged in 437–438; Christopher Marshall, “Justice, Restorative,”
One Volume, trans. G.W. Bromiley (Grand Rapids: dalam Dictionary of Scripture and Ethics, 438–439; dan
Eerdmans, 1985), 169–171. Christopher Marshall, “Justice, Retributive,” dalam Dic-
79
Nash, Social Justice and the Christian Church, 29–30. tionary of Scripture and Ethics, 440–441.
32 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

pengertian ‘kesamaan’ (equality). Sebagaima- gurun selalu akan berlaku keadilan (Ibr. ‫ִמ ְשׁפָּט‬
na yang ditegaskan oleh Nash dengan tepat, miš·pāṭ) dan di kebun buah-buahan akan
adalah tidak benar jika kita menyamakan tetap ada kebenaran (Ibr. ‫ צְ דָ קָ ה‬ṣə·ḏā·qāh). Di
‘keadilan’ (justice) dengan ‘kesamaan’ (equal- mana ada kebenaran di situ akan tumbuh
ity). 81 Pengertian ini penting sebab perbedaan damai sejahtera (Ibr. ‫ שָׁ לוֹם‬shalom), dan akibat
dapat merupakan sebuah wujud keadilan. kebenaran ialah ketenangan dan ketenteram-
Kita dapat memakai contoh yang sederhana an untuk selama-lamanya.”
sebagai berikut. Nilai hasil ujian yang ber-
beda-beda pada sebuah kelas bukanlah se- Keadilan dalam Alkitab selalu mengalir dari
buah ketidakadilan, tetapi sebuah keadilan Allah ke dalam hati setiap individu, kepada
yang dibagikan sesuai dengan kemampuan masyarakat, dan ke seluruh ciptaan. 84 Allah
dan hasil usaha masing-masing murid. Ke- menghendaki setiap orang untuk “berlaku
tidakadilan terjadi jika nilai yang diberikan adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan
adalah didasarkan pada warna kulit si murid rendah hati” di hadapan-Nya (Mi. 6:8). Tetapi
atau latar belakang sosialnya. Dengan kata Allah juga menghendaki agar kita “mengusa-
lain, keadilan artinya kita menegaskan hal-hal hakan keadilan” di tengah-tengah kehidupan
yang memang harus kita terima sebagai ke- bersama (Yes. 1:17). Tanpa keadilan tidak
samaan pada semua orang (misalnya, semua akan ada shalom di masyarakat (Yes. 59:8).
manusia diciptakan segambar dan serupa Dan pengertian shalom dalam Alkitab jauh
dengan Allah), dan menerima hal-hal yang lebih daripada sekedar tidak ada lagi konflik
memang berbeda sebagai perbedaan (misal- dan ketidakadilan; shalom adalah kesatuan
nya, kemampuan, kebutuhan, budaya dan yang sempurna antara keadilan dan kasih. Di
latar belakang setiap orang yang berbeda- dalam shalom ada keadilan, pengampunan,
beda). 82 Perbedaan dapat merupakan wujud dan rekonsiliasi. 85 Dalam Kolose 1:20, Paulus
keadilan, sebaliknya kesamaan justru dapat menunjukkan bahwa kematian Kristus di atas
merupakan wujud ketidakadilan jika kita ti- kayu salib bukan hanya membayar tuntutan
dak dapat membedakan pengertian antara keadilan Allah untuk menyelamatkan kita
justice dan equality. dari dosa, tetapi juga mendatangkan damai
bagi semua hal dalam dunia yang sudah di-
Penekanan Alkitab dalam hal keadilan bu- rusak oleh dosa: “Dan oleh Dialah Ia mem-
kanlah equality, tetapi shalom. Istilah-istilah perdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
utama dalam Perjanjian Lama yang diterje- baik yang ada di bumi maupun yang ada di
mahkan sebagai “keadilan” dalam Perjanjian sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian
Lama, seperti miš·pāṭ dan ṣə·ḏā·qāh, tidak oleh darah salib Kristus.”
pernah dipakai dalam Alkitab untuk secara
eksklusif hanya berbicara tentang hukuman CRT memahami keadilan sebagai equality,
Allah atas dosa. Istilah-istilah tersebut lebih akibatnya yang terjadi justru adalah CRT
sering dipakai untuk menggambarkan tindak- tidak membuat pengampunan, damai, dan re-
an-tindakan Allah yang positif dalam menjaga konsialiasi sebagai tujuan utama dari per-
kehidupan sosial yang harmonis (shalom) juangan menegakkan keadilan sosial. Selama
melalui praktik-praktik yang adil. 83 Yesaya ada perbedaan, berarti ada ketidakadilan, dan
32:16-17, misalnya, berkata, “Di padang berarti juga ada rasisme. Selama ada

Nash, Social Justice and the Christian Church, 32.


81
https://www.baylor.edu/content/services/document.php/16
Bdk. ibid., 32–33.
82
3068.pdf.
83
Lihat Chris Marshall, “Divine Justice as Restorative 84
Allen, Why Social Justice Is Not Biblical Justice, 74.
Justice,” Prison, Christian Reflection: A Series in Faith and 85
Bdk. Daniel C. Macquire, “The Primacy of Justice in
Ethics (Waco: The Center for Christian Ethics at Baylor Moral Theology,” Horizons 10, no. 1 (1983): 76–78,
University, 2012), 16, diakses 1 November 2021, https://doi.org/10.1017/S0360966900023355.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 33

kelompok yang lebih dominan, berarti rasis- KESIMPULAN


me masih terjadi. Kelompok dominan harus
dilawan. Itulah sebabnya, bagi CRT, jawaban Sebagai kesimpulan, kita setuju dengan para
atas isu rasisme adalah revolusi sosial-politik, pengajar CRT di AS dalam kepedulian me-
yaitu revolusi yang meruntuhkan budaya reka terhadap isu rasisme. Rasisme adalah se-
dominan yang kaum marjinal anggap sebagai buah bentuk ketidakadilan sosial yang harus
wujud hegemoni dari satu kelompok sosial dilawan. Harus diakui bahwa dosa ini masih
tertentu. Kaum marjinal dan tertindas harus terus terjadi di mana-mana sampai hari ini.
membentuk koalisi untuk “unmask, decon- Namun demikian, di bawah lensa Alkitab,
struct, and ultimately overthrow oppressive pokok-pokok pemikiran dan praktik-praktik
power structure,” yang tidak lain adalah “The CRT nampak asing, bahkan dalam banyak hal,
old, often Jewish and Christian, ideas and bertentangan dengan ajaran Alkitab tentang
traditions of Western civilization.” 86 Fokus uta- keadilan sosial. Ketika kaum marjinal diper-
ma CRT adalah pada rasisme yang mereka lakukan secara tidak adil, tentu saja kita harus
yakini ada tersembunyi dalam budaya domi- membela mereka. Tetapi dasar pembelaan
nan. Hegemoni yang diwujudkan melalui kita seharusnya bukan karena keanggotaan
institusi-institusi tradisional Barat dan Kris- kaum marjinal tersebut dalam kelompok-
ten harus dilawan sebagai bentuk-bentuk kelompok sosial tertentu menurut strategi
penindasan rasial terselubung yang menung- pendekatan interseksionalitas, tetapi karena
gu untuk disingkapkan oleh semua kaum mar- identitas mereka sebagai makhluk yang dicip-
jinal dalam kategori-kategori interseksional. takan segambar dan serupa dengan Allah.
Sebagai sebuah metode pendekatan sosial,
Mengutip pendapat Volf, Keller menegaskan interseksionalitas dapat membantu kita untuk
bahwa pengampunan dan rekonsiliasi tidak lebih memahami konteks sosial seseorang.
akan pernah terjadi ketika kita membenarkan Tetapi interseksionalitas belum menunjukkan
diri sendiri dan menempatkan “kelompok so- identitas seseorang yang paling hakiki, yaitu
sial lainnya” sepenuhnya pada kategori “yang identitas sebenarnya di hadapan Allah seba-
berdosa.” 87 Kelompok marjinal pasti benar, gai ciptaan yang mulia tapi juga sekaligus
dan kelompok dominan pasti rasis. Pendekat- berdosa. Alkitab mengajarkan kita untuk me-
an ini merugikan dan membahayakan kehi- lihat isu rasisme dari sebuah sudut pandang
dupan bersama karena cenderung melakukan yang lebih tinggi daripada identitas sosial
dehumanisasi dan menyalahkan satu golong- seseorang. Memfokuskan isu rasisme hanya
an tertentu saja. 88 Pemikiran dasar CRT me- pada identitas ras justru akan menghidupkan
nyangkali hakekat keberdosaan semua orang terus-menerus kecurigaan dan ketegangan
dari kelompok sosial mana pun juga. CRT antarras.
juga tidak melihat bahwa semua budaya yang
dihasilkan oleh ras dan etnik apa pun juga Demikian pula, kita harus menentang kaum
mengandung dosa. CRT cenderung meng- penindas bukan karena semata-mata mereka
anggap satu ras tertentu lebih berdosa dari- adalah anggota dari kelompok dominan, te-
pada ras-ras yang lainnya. Sebuah kelompok tapi karena penindasan, ketidakadilan sosial,
sosial dianggap lebih baik atau lebih buruk, dan rasisme yang benar-benar secara obyektif
menurut CRT, berdasarkan kuasa hegemoni terjadi adalah akibat dari keberadaan manusia
yang ada pada kelompok sosial tersebut. 89 sebagai ciptaan yang sudah jatuh dalam dosa.
Setiap ras memiliki keunggulannya, tetapi

86
Allen, Why Social Justice Is Not Biblical Justice, 70–71. 88
Smith, “Cultural Marxism,” 456.
87
Keller, “A Biblical Critique of Secular Justice and 89
Keller, “A Biblical Critique of Secular Justice and
Critical Theory.” Critical Theory.”
34 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

setiap ras juga dapat jatuh pada dosa-dosa Birch, Bruce C. “Justice.” Dalam Dictionary of
yang sama. Adanya praktik-praktik rasisme Scripture and Ethics, ed. Joel B. Green,
bukanlah alasan untuk kemudian kita me- Jacqueline E. Lapsley, Rebekah Miles,
ngangkat kaum marjinal dan menimpakan dan Allen Verhey, 433–437. Grand
seluruh kesalahan pada kelompok lainnya, Rapids: Baker, 2011.
tetapi praktik-praktik tersebut adalah realitas Bratt, James D. Abraham Kuyper: Modern
sosial yang seharusnya mendorong kita Calvinist, Christian Democrat. Grand
semua—apapun latar belakang sosial kita— Rapids: Eerdmans, 2013.
untuk dengan rendah hati menerima fakta Bronner, Stephen E. Critical Theory: A Very
bahwa kita semua sudah berdosa dan mem- Short Introduction. Ed. ke-2. Oxford:
butuhkan penebusan Kristus. Oxford University Press, 2017.
Bronner, Stephen E. “Critical Theory and
PERNYATAAN PENULIS Resistance: On Antiphilosophy and the
Philosophy of Praxis.” Dalam The
Kontribusi dan Tanggung Jawab Penulis Palgrave Handbook of Critical Theory, ed.
Michael J. Thompson, 17–42. New York:
Penulis menyatakan telah memberikan kon- Palgrave Macmillan, 2017.
tribusi substansial untuk perancangan dan Calmore, John O. “Critical Race Theory,
penulisan hasil penelitian. Penulis bertang- Archie Shepp, and Fire Music: Securing
gung jawab atas analisis, interpretasi dan an Authentic Intellectual Life in a Multi-
diskusi hasil penelitian. Penulis telah mem- cultural World.” Dalam Critical Race
baca dan menyetujui naskah akhir. Theory: The Key Writings that Formed the
Movement, ed. Kimberlé Crenshaw, Neil
Konflik Kepentingan Gotanda, Gary Peller dan Kendall Tho-
mas, 315–328. New York: New Press,
Penulis menyatakan tidak memiliki konflik 1995.
kepentingan apa pun yang dapat memenga- Chung, Jezzika. “How Asian Immigrants
ruhinya dalam penulisan artikel ini. Learn Anti-Blackness from White Cul-
ture, and How to Stop It,” Huffington Post,
REFERENSI 7 September 2017. Diakses 8 Juli 2020.
https://www.huffpost.com/entry/how-
Accapadi, Mamta M. “When White Women asian-americans-can-stop-contributing-
Cry: How White Women's Tears Oppress to-anti-blackness_b_599f0757e4
Women of Color.” The College Student b0cb7715bfd3d4.
Affair Journal 26, no. 2 (2007): 208–215. Collins, Patricia H. Black Feminist Thought:
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ899418 Knowledge, Consciousness, and the
.pdf. Politics of Empowerment. Ed. ke-2. New
Allen, Scott D. Why Social Justice Is Not York: Routledge, 2000.
Biblical Justice. Grand Rapids: Credo ———. Intersectionality as Critical Social
House, 2020. Theory. Durham: Duke University Press,
Applebaum, Barbara. Being White, Being 2019.
Good: White Complicity, White Moral Collins, Patricia H. dan Sirma Bilge.
Responsibility, and Social Justice Pedagogy. Intersectionality. Medford: Polity, 2020.
Lanham: Lexington Books, 2010. Crenshaw, Kimberlé. “Mapping the Margins:
Bates, Thomas R. “Gramsci and the Theory Intersectionality, Identity Politics, and
of Hegemony,” Journal of the History of Violence Against Women of Color,” Stan-
Ideas 36, no. 2 (1975): 351–366. https:// ford Law Review 43, no. 6 (1991): 1241–
doi.org/10.2307/2708933. 1299. https://doi.org/10.2307/1229039.
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan 21, no.1 (2022): 15–36 35

———. “Race, Reform, and Retrenchment: Macquire, Daniel C. “The Primacy of Justice
Transformation and Legitimation in in Moral Theology.” Horizons 10, no. 1
Antidiscrimination Law,” dalam Critical (1983): 72–85. https://doi.org/10.1017/
Race Theory: The Key Writings that S0360966900023355.
Formed the Movement, ed. Kimberlé Marshall, Chris. “Divine Justice as Restorative
Crenshaw et al., 103–126. New York: Justice.” Dalam Prison, Christian Reflec-
New Press, 1995. tion: A Series in Faith and Ethics, ed.
Delgado, Richard dan Jean Stefancic, Critical Robert B. Kruschwitz et al., 11–19. Waco:
Race Theory: An Introduction. Ed ke-2. The Center for Christian Ethics at Baylor
New York: New York University Press, University, 2012. Diakses 1 November
2012. 2021. https://www.baylor.edu/content/
DiAngelo, Robin. White Fragility: Why It’s So services/document.php/163068.pdf.
Hard for White People to Talk about Marshall, Christopher. “Justice, Restorative.”
Racism. Boston: Beacon Press, 2018. Dalam Dictionary of Scripture and Ethics,
Gossett, Thomas F. Race: The History of an ed. Joel B. Green et al., 438–439. Grand
Idea in America. Oxford: Oxford Rapids: Baker, 2011.
University Press, 1997. ———. “Justice, Retributive.” Dalam Dictio-
Hays, J. Daniel. From every People and Nation: nary of Scripture and Ethics, ed. Joel B.
A Biblical Theology of Race. Downers Green et al., 440–441. Grand Rapids:
Grove: IVP Academic, 2003. Baker, 2011.
Kautzer, Chad. “Marx’s Influence on the Mavrodes, George. “On Helping the Hungry.”
Early Frankfurt School.” Dalam The Christianity Today. 30 Desember 1977.
Palgrave Handbook of Critical Theory, ed. Diakses 1 November 2020. https://www.
Michael J. Thompson, 43–66. New York: christianitytoday.com/ct/1977/december-
Palgrave Macmillan, 2017. 30/current-religious-thought-on-helping-
Keller, Timothy. “A Biblical Critique of hungry.html.
Secular Justice and Critical Theory.” Mott, Stephen Charles. “Justice, Distributive.”
Gospel in Life. Diakses 7 Februari 2021. Dalam Dictionary of Scripture and Ethics,
https://quarterly.gospelinlife.com/a- ed. Joel B. Green et al., 437–438. Grand
biblical-critique-of-secular-justice-and- Rapids: Baker, 2011.
critical-theory. Nash, Ronald H. Social Justice and the Chris-
Kittel, G. dan G. Friedrich, ed., Theological tian Church. Lima: Academic Renewal,
Dictionary of the New Testament: Abridged 2002.
in One Volume, trans. G.W. Bromiley. Patel, Viraj S. “Moving Toward an Inclusive
Grand Rapids: Eerdmans, 1985. Model of Allyship for Racial Justice.”
Kuo, Iris. “The ‘Whitening’ of Asian Ameri- The Vermon Connection 32, no. 1 (2011):
cans.” Atlantic. 13 September 2018. Diak- 78–87.
ses 7 Juli 2020. https://www.theatlantic. Pluckrose, Helen dan James Lindsay. Cynical
com/education/archive/2018/08/the- Theories: How Activist Scholarship Made
whitening-of-asian-americans/563336/. Everything about Race, Gender, and
Levinson, Bradley. Beyond Critique: Exploring Identity—and Why This Harms Everybody.
Critical Social Theories and Education. Durham: Pitchstone, 2020.
New York: Routledge, 2016. ———. “Identity Politics Does Not Continue
Lukianoff, Greg dan Jonathan Haidt. The the Work of the Civil Rights Movements,”
Coddling of the American Mind: How Areo, 25 September 2018. Diakses 20
Good Intentions and Bad Ideas Are Setting Januari 2021. https://www.areomagazine.
Up a Generations for Failure. New York: com/2018/09/25/identity-politics-does-
Penguin Press, 2019. not-continue-the-work-of-the-civil-
rights-movement.
36 Teori Ras Kritis (Kalvin S. Budiman)

Postone, Moishe. “Critical Theory and the Smith, David N. “Theory and Class Con-
Historical Transformations of Capitalist sciousness.” Dalam The Palgrave Hand-
Modernity.” Dalam The Palgrave Hand- book of Critical Theory, ed. Michael J.
book of Critical Theory, ed. Michael J. Thompson, 369-424. New York: Palgrave
Thompson, 137–164. New York: Pal- Macmillan, 2017.
grave Macmillan, 2017. Smith, Robert S. “Cultural Marxism: Imagi-
Sensoy, Özlem dan Robin DiAngelo. Is nary Conspiracy or Revolutionary Real-
Everyone Really Equal? Ed. ke-2. New ity?” Themelios 44, no. 3 (2019): 436–465.
York: Teachers College, 2017. Thompson, Michael J. “Introduction: What Is
Shenvi, Neil dan Pat Sawyer, “Critical Theory Critical Theory?” Dalam The Palgrave
and the Social Justice Movement,” Handbook of Critical Theory, ed. Michael
Journal of Christian Legal Thought 10, no. J. Thompson, 1–14. New York: Palgrave
1 (2020): 10–13. Macmillan, 2017.
———. “Engaging and the Social Justice Williams, Thaddeus J. Confronting Injustice
Movement.” Adobe PDF ebook. Diakses without Compromising Truth: 12 Ques-
3 Februari 2021. https://ratiochristi.org/ tions Christians Should Ask about Social
engaging-critical-theory-and-the-social- Justice. Grand Rapids: Zondervan Aca-
justice-movement. demic, 2020.
Sider, Ronald J. Rich Christians in an Age of Worrell, Mark. “The Social Psychology of
Hunger. Downers Grove: InterVarsity Authority.” Dalam The Palgrave Hand-
Press, 1977. book of Critical Theory, ed. Michael J.
Sleeter, Christine E. “Critical Race Theory Thompson, 463–480. New York: Pal-
and Education.” Dalam Encyclopedia of grave Macmillan, 2017.
Diversity in Education, ed. James A.
Banks, 490–499. Thousand Oaks: SAGE,
2012.

You might also like