You are on page 1of 210

Dimar

• Gambaran Umum
• Basis Akuntansi
• Proses Bisnis
• Perbedaan dengan Satker
non-BLU
• Laporan Keuangan BLU
• Penghentian BLU
• PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 217/PMK.05/2015 tentang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum
• PMK Nomor 42/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 220/PMK.05/2016
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-
211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun
pada Bagan Akun Standar
Pengertian
Badan layanan umum (BLU) adalah instansi
di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas

Karakteristik
1. Berkedudukan sebagai instansi pemerintah
(kekayaan negara yang tidak dipisahkan)
2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruh/
sebagian dijual kepada masyarakat
3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip
efisiensi dan produktivitas ala korporasi
Fleksibilitas
1. Pendapatan dapat digunakan langsung
setelah melakukan pengesahan ke KPPN
2. Flexible budget dengan ambang batas
3. Investasi jangka pendek untuk pengelolaan
kas
4. Melakukan utang jangka pendek
5. Surplus dapat digunakan pada tahun
anggaran berikutnya dan defisit ditutup
dari APBN
6. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan
profesional non-PNS
7. Pengelolaan barang dapat dikecualikan
dari aturan umum pengadaan
8. Hasil pengelolaan kas pemanfaatan idle
cash sepenuhnya untuk BLU

Tujuan
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Kewajiban
1. Menyusun tarif layanan BLU
2. Menyusun dokumen perencanaan dan
pelaksanaan anggaran (Renstra, RBA,
RKA K/L, dan DIPA)
3. Menyusun sistem akuntansi
4. Menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan SAK
5. Menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan SAP
6. Melakukan pengesahan pendapatan dan
belanja operasional ke KPPN
7. Audit laporan keuangan SAK oleh
pemeriksa eksternal
8. Membentuk dewan pengawas
9. Menyusun SOP pengelolaan keuangan
10. Mengelola rekening lainnya BLU secara
tertib
BLU PNBP
• Boleh memakai uang yang diterima • Tidak boleh memakai uang yang
secara langsung diterima secara langsung
• Boleh mengangkat pegawai non-PNS • Pegawai hanya boleh berstatus PNS
untuk mengisi posisi tertentu dalam • Dokumen penganggaran berupa RKA
rangka meningkatkan kecepatan K/L
kinerja organisasi
• Dokumen penganggaran berupa RKA
K/L dan rencana bisnis dan anggaran
(RBA)
• Adanya kontrak kinerja pegawai untuk
meningkatkan efektivitas dan motivasi https://klc.kemenkeu.go.
id/pusap-perbedaan-
antara-satker-blu-dan-
satker-pnbp/
• Akuntansi berbasis akrual awalnya
berdasar pada PSAK 45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba digunakan untuk transaksi
secara umum
• Akuntansi berbasis akrual yang
didasarkan pada PSAP 13 tentang
Penyajian LK BLU wajib berlaku
sejak tahun 2018
• Akuntansi berbasis kas digunakan
untuk mencatat dan menyusun LRA
sepanjang APBN berbasis kas
• Basis kas untuk LRA BLU berarti
bahwa pendapatan dan belanja
BLU diakui pada saat pengesahan
pendapatan dan belanja dimaksud
oleh KBUN
PMK No. 220/PMK.05/2016
1. Mapping akun: proses konversi akun internal BLU ke akun BAS
2. Pembuatan bukti penerimaan dan pengeluaran kas atau dokumen yang dipersamakan
3. Penyimpanan data transaksi harian BLU
4. Perekaman resume data transaksi harian BLU ke dalam Aplikasi Sistem Akuntansi
Satker (SAS)
5. Penerbitan surat permintaan pengesahan pendapatan dan belanja BLU (SP3B-BLU)
6. Penyampaian SP3B-BLU ke KPPN mitra kerja BLU
7. Pengesahan pendapatan dan belanja BLU secara kas oleh KPPN mitra kerja
8. Perekaman surat pengesahan pendapatan dan belanja BLU (SP2B-BLU)
9. Penarikan data transaksi oleh Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual (SAIBA)
10. Proses data di Aplikasi SAIBA
11. Penyediaan data untuk keperluan jurnal manual: penyesuaian, koreksi, dan pembalik
12. Memo penyesuaian
13. Pembuatan jurnal manual
14. Rekonsiliasi data: pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa
sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama agar tidak
ditemukan perbedaan data yang berdampak pada akurasi dan validitas laporan
15. Memperbarui data
16. Penelaahan dan reviu draft laporan keuangan
17. Penyusunan laporan keuangan
18. Proses eliminasi transaksi antarentitas
19. Penyusunan kertas kerja eliminasi dan penyampaian LK BLU ke entitas yang
membawahkan BLU
• Laporan pelaksanaan anggaran: laporan
realisasi anggaran dan laporan perubahan
sisa anggaran lebih
• Laporan finansial: laporan operasional, neraca,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas
• Catatan atas laporan keuangan
LRA BLU menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA,
pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.

LRA BLU sekurang-kurangnya mencakup pos-pos


1. pendapatan-LRA;
2. belanja;
3. surplus/defisit-LRA;
4. penerimaan pembiayaan;
5. pengeluaran pembiayaan;
6. pembiayaan neto;
7. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA).
Laporan perubahan saldo anggaran lebih
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
saldo anggaran lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya

LP SAL BLU sekurang-kurangnya mencakup pos


1. saldo anggaran lebih awal;
2. penggunaan saldo anggaran lebih;
3. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun
berjalan;
4. koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;
5. lain-lain;
6. saldo anggaran lebih akhir.
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu

Neraca BLU menyajikan secara komparatif dengan


periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. investasi jangka pendek;
3. piutang dari kegiatan BLU;
4. persediaan;
5. investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. aset lainnya;
8. kewajiban jangka pendek;
9. kewajiban jangka panjang;
10. ekuitas.
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan

LO BLU menyajikan pos-pos berikut:


1. pendapatan-LO;
2. beban;
3. surplus/defisit dari operasi;
4. kegiatan non operasional;
5. surplus/defisit sebelum pos luar biasa;
6. pos luar biasa; dan
7. surplus/defisit-LO.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya

LPE BLU sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos


1. ekuitas awal
2. surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. koreksi-koreksi yang langsung menambah/
mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
4. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya;
5. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset
tetap;
6. ekuitas akhir.
Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setarakas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU

Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan


aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
• LRA, neraca, LO, dan LPE BLU digabungkan pada
laporan keuangan entitas akuntansi/entitas pelaporan
yang membawahkannya
• Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada
LRA BLU dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
• LAK BLU dikonsolidasikan pada LAK unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
• LP SAL BLU digabungkan dalam LP SAL BUN/D dan
entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
• Dilakukan eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal
accounts), seperti pendapatan, beban, aset, dan
kewajiban yang berasal dari entitas
akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan,
kecuali akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA
yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan
Dalam hal satker tidak lagi menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU, satker tersebut
menyusun laporan keuangan selayaknya entitas
akuntansi pemerintah lainnya dan harus
menyusun laporan keuangan penutup per tanggal
pencabutan statusnya sebagai BLU.
Benjamin Franklin

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• Akuntansi Pendapatan
• Akuntansi Beban dan Belanja
• Akuntansi Kas dan Setara Kas
• Akuntansi Investasi
• Jurnal Standar
• PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 217/PMK.05/2015 tentang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum
• PMK Nomor 42/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 220/PMK.05/2016
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-
211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun
pada Bagan Akun Standar
Definisi
Pendapatan BLU adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
BLU selama satu periode yang mengakibatkan
penambahan ekuitas bersih

Klasifikasi
Pendapatan negara bukan pajak

Jenis
1. Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA RM]
2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang
bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP]
3. Pendapatan dari pelayanan BLU yang
bersumber dari entitas pemerintah pusat
[DIPA PNBP]
4. Pendapatan hasil kerja sama [DIPA PNBP]
5. Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa
dari masyarakat (entitas nonpemerintah
pusat) [DIPA PNBP]
6. Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
7. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke
kas negara [DIPA RM]
Pengakuan
1. Timbulnya hak tagih
pendapatan BLU yang diperoleh sebagai
imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan dan/atau hak BLU untuk
menagihkan beban tagihan kepada alokasi
APBN berdasarkan peraturan perundangan

2. Pendapatan direalisasi
realisasi pendapatan BLU yang secara hak
telah diterima oleh BLU tanpa terlebih
dahulu adanya penagihan
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA RM]
pendapatan dari realisasi belanja pada saat pengeluaran realisasi sebesar nilai realisasi belanja sesuai
pegawai, barang dan jasa, dan/ atau belanja sesuai dengan SP2D belanja dengan SPM/SP2D belanja yang
belanja modal atas pagu DIPA yang yang berasal dari pagu DIPA rupiah berasal dari pagu DIPA rupiah murni
sumber dananya rupiah murni sesuai murni
dengan SPM/SP2D
Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP]
imbalan yang diperoleh dari jasa pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
layanan BLU yang diberikan kepada pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
masyarakat sesuai dokumen sumber dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
penerimaan pendapatan transaksional yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
pada saat realisasi pendapatan BLU
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas pemerintah pusat [DIPA PNBP]
imbalan yang diperoleh dari jasa pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
layanan BLU yang diberikan kepada pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
entitas akuntansi atau entitas dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
pelaporan dalam kerangka sistem yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
akuntansi pemerintah pusat yang pada saat realisasi pendapatan BLU
membawahi maupun yang tidak
membawahi organisasi vertikal BLU
Pendapatan hasil kerja sama [DIPA PNBP]
perolehan pendapatan BLU dari kerja pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
sama operasional, sewa menyewa, dan pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
usaha lainnya yang mendukung tugas dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
dan fungsi BLU sesuai dokumen yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
sumber penerimaan pendapatan pada saat realisasi pendapatan BLU
transaksional
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa dari masyarakat (entitas nonpemerintah pusat) [DIPA PNBP]
pendapatan yang diterima dari pada saat uang/barang/jasa diterima nilai hibah yang diterima oleh BLU
masyarakat, badan lain atau entitas oleh BLU sesuai dengan BAST hibah, sesuai dengan dokumen penerimaan
nonpemerintah pusat tanpa diikuti atau dokumen konfirmasi atau yang hibah bentuk uang atau yang
adanya kewajiban bagi BLU untuk dipersamakan dan khusus uang dipersamakan
menyerahkan barang/jasa sesuai dilakukan pengesahan secara periodik
dengan dokumen penerimaan hibah sesuai SP3B/SP2B-BLU
atau yang dipersamakan
Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara [DIPA RM]
pendapatan dari realisasi PNBP pada saat penerimaan masuk ke sesuai dengan dokumen sumber
umum yang sumber dananya rupiah RKUN sesuai dokumen sumber setoran ke kas negara (SSBP
murni dan/atau untuk keuntungan setoran ke kas negara atau dokumen dan/atau SSPB) atau dokumen yang
rekening kas negara dan telah disetor yang dipersamakan dipersamakan
ke rekening kas negara
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
pendapatan BLU yang tidak pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
berhubungan secara langsung dengan pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
tugas dan fungsi BLU yang dapat dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
berupa jasa giro, pendapatan bunga, yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
keuntungan selisih nilai tukar rupiah pada saat realisasi pendapatan BLU
terhadap mata uang asing, komisi,
potongan, bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan
barang/jasa oleh BLU, hasil penjualan
kekayaan yang tidak dipisahkan, dan
pengembalian secara kas atas beban
atau biaya yang telah disahkan
belanjanya pada tahun anggaran
yang lalu
Pendapatan yang Perlu Disahkan Pendapatan yang Tidak Perlu Disahkan

1. Pendapatan dari pelayanan BLU yang 1. Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA
bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP] RM]
2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang 2. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke
bersumber dari entitas pemerintah pusat kas negara [DIPA RM]
[DIPA PNBP] 3. Pendapatan hibah bentuk barang/jasa
3. Pendapatan hasil kerja sama [DIPA dari masyarakat (entitas nonpemerintah
PNBP] pusat) [DIPA PNBP]
4. Pendapatan hibah bentuk uang dari 4. Pendapatan yang disajikan sehubungan
masyarakat (entitas nonpemerintah pusat) dengan perhitungan akuntansi dan
[DIPA PNBP] transaksional pendapatan secara non-kas
dan bank BLU
5. Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
• Pendapatan dari alokasi APBN disajikan di LO sebagai
Pendapatan dari Alokasi APBN dalam pos Pendapatan
Operasional
• Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara
disajikan di LRA sebagai PNBP dalam pos PNBP Lainnya
dan di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan
Operasional
• Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari
masyarakat atau entitas pemerintah pusat, hasil kerja
sama, BLU lainnya, dan hibah uang dari masyarakat
disajikan disajikan di LRA sebagai Pendapatan BLU
dalam pos PNBP Lainnya dan di LO sebagai PNBP
Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional
• Pendapatan hibah barang/jasa disajikan di LO sebagai
PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional dan
bebannya menyesuaikan dalam pos Beban Operasional,
serta barangnya di neraca
• Pendapatan BLU secara transaksional kas yang belum
dilakukan pengesahan transaksinya pada periode
pelaporan semesteran dan tahunan disajikan di LRA
sebagai Pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya dan
di LAK sebagai arus kas masuk aktivitas operasi
• Pendapatan BLU secara transaksional non kas pada
periode pelaporan semesteran dan tahunan disajikan di LO
sebagai Pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya dan
di neraca sebagai Piutang BLU dalam pos Piutang PNBP
• Pendapatan sehubungan dengan perhitungan akuntansi
seperti pendapatan selisih kurs belum terealisasi dan
pendapatan pelepasan aset disajikan di LO dalam pos
Kegiatan Non Operasional
Definisi
Beban BLU adalah penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas BLU, yang
dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban, dan beban yang
timbul sehubungan dengan adanya penyetoran
BLU atas pendapatan PNBP ke Kas Negara

Jenis
1. Beban pegawai [DIPA RM dan PNBP]
2. Beban barang dan jasa [DIPA RM dan
PNBP]
3. Beban persediaan
4. Beban barang untuk dijual/diserahkan
kepada masyarakat
5. Beban pemeliharaan [DIPA RM dan PNBP]
6. Beban perjalanan dinas [DIPA RM dan
PNBP]
7. Beban penyisihan piutang tidak tertagih
8. Beban penyusutan aset dan beban
amortisasi
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban pegawai, barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi SP2D
DIPA RM
pada saat pengeluaran realisasi belanja sebesar nilai realisasi belanja sesuai dengan SPM/SP2D belanja
SPM/SP2D belanja
Beban pegawai, barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi DIPA
PNBP
pada saat timbulnya kewajiban berdasarkan sebesar nilai beban sesuai dengan dokumen Dokumen transaksional
resume tagihan, pemakaian konsumsi, sumber transaksional beban BLU beban BLU
dan/atau pembayaran beban BLU secara
transaksional
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban pemakaian barang perlengkapan, bahan atau barang persediaan sehubungan dengan pemeliharaan, dan
beban persediaan
pada saat perlengkapan dan bahan atau sebesar nilai persediaan mutasi keluar sesuai dokumen transaksional,
barang persediaan digunakan untuk dengan dokumen mutasi barang keluar atau
dikonsumsi dalam rangka kegiatan yang dipersamakan
operasional BLU
Beban barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat
pada saat mutasi keluar barang persediaan sebesar nilai persediaan mutasi keluar sesuai dokumen serah terima
untuk dijual dan/atau diserahkan kepada dengan dokumen mutasi barang keluar atau atau yang dipersamakan
masyarakat yang dipersamakan
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban penyisihan piutang tidak tertagih
secara periodik semesteran dan tahunan sebesar nilai perhitungan akuntansi dokumen transaksional
berdasarkan estimasi atas kualitas saldo terhadap penentuan kualitas piutang
piutang per debitur berdasarkan tarif penyisihan piutang tak
tertagih dikalikan dengan nilai nominal
piutang
Beban penyusutan
secara periodik semesteran dan tahunan sebesar nilai perhitungan akuntansi dokumen transaksional
selama masa manfaat aset terhadap perolehan atau nilai wajar aset
dibagi dengan periode/ masa manfaat aset
tersebut
Beban yang Perlu Disahkan Beban yang Tidak Perlu Disahkan

1. Beban dan/atau biaya perolehan aset 1. Beban-beban yang disajikan sehubungan


BLU atas transaksional yang telah dengan adanya realisasi belanja DIPA
dilakukan oleh BLU yang pembebanannya RM
untuk DIPA PNBP 2. Penyetoran PNBP oleh BLU ke Kas
2. Belanja yang mempengaruhi saldo kas Negara
dan bank BLU meliputi pengeluaran dan/ 3. Beban-beban yang disajikan sehubungan
atau pengembalian belanja barang BLU dengan transaksional non-kas dan bank
dan belanja modal BLU BLU
4. Beban-beban yang disajikan sehubungan
dengan perhitungan akuntansi
• Nilai beban sehubungan dengan adanya realisasi belanja
sesuai dengan SPM/SP2D belanjanya, pengesahan belanja
barang sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU, beban
transaksional secara kas belum dilakukan pengesahan
belanjanya, dan penyesuaian beban operasional BLU
disajikan di LO dalam pos Beban Operasional
• Beban operasional BLU di Laporan Operasional disajikan
menurut klasifikasi ekonomi, antara lain:
1. Beban pegawai;
2. Beban barang dan jasa;
3. Beban persediaan;
4. Beban barang untuk dijual/diserahkan kepada
masyarakat;
5. Beban pemeliharaan;
6. Beban perjalanan dinas;
7. Beban penyisihan piutang tidak tertagih;
8. Beban penyusutan dan amortisasi.
• Nilai beban sehubungan dengan penyetoran pendapatan
PNBP untuk keuntungan rekening kas umum negara
disajikan di LO sebagai Penyetoran PNBP oleh BLU ke
Kas Negara dalam pos Kegiatan Non-Operasional
• Beban-beban yang disajikan dalam pos Kegiatan Non-
Operasional misalnya beban sehubungan dengan kerugian
persediaan rusak atau usang, kerugian pelepasan aset,
kerugian selisih kurs belum terealisasi atas saldo kas dan
bank BLU, piutang BLU, dan utang BLU
Definisi
Belanja BLU adalah adalah kewajiban BLU
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih yang telah dibayar dari kas dan bank
BLU atau RKUN pada periode tahun anggaran
yang bersangkutan

Ruang Lingkup
• Belanja dari realisasi DIPA RM
1. Belanja pegawai (kelompok akun 51)
2. Belanja barang (kel. akun 52 kecuali 525)
3. Belanja modal (kel. akun 53 kecuali 537)
• Belanja BLU dari pengesahan beban dan/
atau biaya perolehan aset BLU atas DIPA
PNBP
1. Belanja barang (subkelompok akun 525)
2. Belanja modal (subkelompok akun 537)
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Belanja dari realisasi DIPA RM
pada saat kas keluar dari RKUN sebesar nilai realisasi belanja sesuai dengan SPM/SP2D belanja
SPM/SP2D belanja
Belanja BLU dari pengesahan beban dan/ atau biaya perolehan aset BLU atas DIPA PNBP
pada saat dilakukan pengesahan oleh KPPN nilai pengesahan belanja BLU sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU
sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU SP3B/SP2B-BLU
• Belanja dari realisasi DIPA RM
1. Belanja pegawai (kelompok akun 51) disajikan sebagai
Realisasi Belanja Pegawai di LRA
2. Belanja barang (kel. akun 52 kecuali 525) disajikan
sebagai Realisasi Belanja Barang di LRA
3. Belanja modal (kel. akun 53 kecuali 537) disajikan
sebagai Realisasi Belanja Modal di LRA
• Belanja BLU dari pengesahan beban dan/ atau biaya
perolehan aset BLU atas DIPA PNBP
1. Belanja Gaji dan Tunjangan BLU (52511) dan Belanja
Barang BLU (525112, 525113, 525114, 525116, 525117, 525119)
disajikan sebagai Realisasi Belanja Barang BLU di LRA
2. Belanja modal (subkelompok akun 537) disajikan sebagai
Realisasi Belanja Modal BLU di LRA
Definisi
Kas dan setara kas yang dikelola BLU
merupakan kelompok akun yang digunakan
untuk mencatat kas dan setara kas yang
dikelola oleh BLU

Klasifikasi
• Kas dan bank BLU yang belum disahkan
• Kas dan bank BLU
• Setara kas BLU
• Kas lainnya di BLU
• Kas di bendahara pengeluaran
Kasetkas yang Perlu Disahkan Kasetkas yang Tidak Perlu Disahkan

Kas dan bank BLU yang belum disahkan 1. Setara kas BLU yang merupakan hasil
yang berasal dari ringkasan transaksional reklasifikasi dari akun kas dan bank BLU
pendapatan layanan BLU, penerimaan hibah 2. Kas lainnya di BLU yang dananya bukan
bentuk kas, belanja BLU, pelunasan piutang merupakan hak BLU untuk diakui sebagai
pendapatan BLU secara kas diterima oleh penambah ekuitas bersih
BLU
3. Kas di bendahara pengeluaran yang
dananya berasal dari RKUN berupa uang
persediaan (UP/TUP)
Definisi
Investasi jangka pendek BLU adalah investasi
jangka pendek yang dimaksudkan dalam
rangka pengelolaan kelebihan kas yang belum
digunakan dalam kegiatan operasional BLU
dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi
berupa bunga maupun bagi hasil.

Karakteristik
• Investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
dan/atau dapat segera dicairkan/dikonversi
ke dalam bentuk uang dalam jangka waktu 3
sampai 12 bulan
• Investasi memiliki tingkat risiko rendah
• Investasi ditujukan dalam rangka
manajemen kas

Pengakuan dan Pengukuran


Pada saat BLU mengeluarkan sejumlah dana
dalam rangka perolehan instrumen investasi
sebesar nilai biaya perolehan investasi
Definisi
Investasi jangka panjang BLU merupakan
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
selama lebih dari 12 bulan dengan persetujuan
Menkeu selaku BUN dalam rangka penugasan
sesuai dengan karakteristik BLU.

Klasifikasi
• Investasi jangka panjang permanen:
dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan dan tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan
• Investasi jangka panjang nonpermanen:
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan

Pengakuan dan Pengukuran


Pada saat BLU mengeluarkan sejumlah sumber
daya ekonomi dalam rangka perolehan
instrumen investasi
Jurnal sebenarnya diatur dalam PMK No. 220/PMK.05/2016,
tetapi masih menggunakan jurnal Aplikasi SAIBA. Karena
ke depannya seluruh satker harus menggunakan Aplikasi
SAKTI, seluruh jurnal yang akan dibahas disesuaikan
dengan mengacu pada PMK No. 212/PMK.05/2019. Hal ini
menyebabkan inkonsistensi pencatatan akun “Kas dan bank
BLU yang belum disahkan” yang hanya muncul dalam
pengesahan belanja.
Hilary Hinton "Zig" Ziglar

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 160/PMK.05/2017 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang
Pemerintah
• PMK Nomor 169/PMK.05/2018 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi
Pemerintah
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• ISAP 03 tentang Pengakuan Penerimaan
Pembiayaan yang Diterima pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah dan Pengeluaran
Pembiayaan yang Dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah
• Pembiayaan Pemerintah
• Akuntansi Utang Pemerintah
• Akuntansi Investasi Pemerintah
• Jurnal Standar
Definisi
Pembiayaan adalah setiap penerimaan/
pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.

Klasifikasi
1. Penerimaan pembiayaan
2. Pengeluaran pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun 1. Penggunaan SiLPA tahun anggaran


anggaran sebelumnya (SiLPA) sebelumnya
2. Pencairan dana cadangan 2. Pembentukan dana cadangan
3. Hasil penjualan kekayaan negara yang 3. Penyertaan modal (investasi) pemerintah
dipisahkan 4. Pembayaran pokok utang
4. Penerimaan pinjaman 5. Pemberian pinjaman
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman
6. Penerimaan piutang jangka panjang
• Penerimaan pembiayaan akan diakui pada
saat telah diterima di RKUN/D, sedangkan
pengeluaran pembiayaan akan diakui pada
saat telah dibayarkan dari RKUN/D
• Diukur menggunakan azas bruto sebesar nilai
nominal
• Nilai pembiayaan yang menggunakan mata
uang asing harus dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah menggunakan kurs
bank sentral pada tanggal transaksi
• Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan disajikan
dalam LRA dan LAK dalam aktivitas investasi atau
pendanaan
• Pengungkapan lebih lanjut terkait dengan
pembiayaan dituangkan dalam CaLK yang mencakup
rincian penerimaan dan pengeluaran pembiayaan,
penjelasan mengenai selisih apabila nilai
penerimaan/pengeluaran pembiayaan berbeda, dll.
UAPBUN

Serangkaian prosedur manual


SAUP DJPPR maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data,
Unit pengakuan, pencatatan, peng-
Akuntansi SAIP DJKN ikhtisaran, serta pelaporan
posisi investasi pemerintah,
utang pemerintah, dan
SAPPP DJPb penerusan pinjaman
Utang pemerintah adalah kewajiban yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah yang wajib dibayarkan kembali kepada
pihak pemberi pinjaman yang dapat dinilai dengan
uang sebagai akibat perjanjian utang pemerintah
Pengertian
Utang pemerintah yang dikelola oleh BA BUN
Pengelolaan Utang Pemerintah (BA BUN 999.01)
yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo
lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari
12 bulan. Suatu utang yang jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan berikutnya tetap diklasifikasikan
sebagai UJP apabila dipenuhi persyaratan:
1. jangka waktu semula yaitu untuk periode lebih
dari 12 bulan;
2. entitas bermaksud untuk mendanai kembali
(refinance) utang dalam jangka panjang;
3. adanya pendanaan kembali (refinancing)
atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran yang diselesaikan sebelum
laporan keuangan disetujui.
Jenis
1. Utang yang berasal dari penarikan
pinjaman
2. Utang yang berasal dari penerbitan
surat berharga negara (SBN) jangka
panjang

Pihak yang Terkait


1. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan DJPb selaku UABUN
2. Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko selaku
UAPBUN
3. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan
Setelmen DJPPR selaku UAKPA
Tata Cara
1. Transfer ke RKUN: kreditur mentransfer
langsung ke RKUN
2. Pembayaran langsung: penarikan dana yang
dilakukan oleh KPPN yang ditunjuk atas
permintaan PA/KPA dengan cara mengajukan
aplikasi penarikan dana (withdrawal
application) kepada pemberi pinjaman
dan/atau hibah luar negeri (PPHLN) untuk
membayar langsung kepada pihak yang dituju
3. Rekening khusus: rekening yang dibuka oleh
Menkeu pada BI atau bank yang menampung
sementara dana pinjaman dan/atau hibah luar
negeri tertentu berupa initial deposit untuk
kebutuhan pembiayaan kegiatan selama
periode tertentu
Tata Cara
4. Pembiayaan pendahuluan: penggantian
pembiayaan pendahuluan (reimbursement)
adalah pembayaran yang dilakukan oleh
PPHLN untuk penggantian dana yang
pembiayaan kegiatannya dilakukan terlebih
dahulu melalui rekening BUN dan/atau RKUN
5. Letter of credit (L/C): janji tertulis dari bank
penerbit L/C (issuing bank) yang bertindak
atas permintaan pemohon (applicant) atau
atas namanya sendiri untuk melakukan
pembayaran kepada pihak ketiga atau
eksportir atau kuasa eksportir (pihak yang
ditunjuk oleh beneficiary/supplier) sepanjang
memenuhi persyaratan L/C
Pengakuan
Diakui pada saat tanggal valuta (value date)
sebagaimana tercantum dalam notice of
disbursement (NoD)
Pengukuran
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai dengan
yang tercantum dalam NoD
• UJP dengan mata uang asing yang melalui
transfer langsung ke RKUN atau reksus harus
dijabarkan dengan kurs tengah BI per value
date
• UJP dengan mata uang asing yang melalui
pembayaran langsung, pembiayaan
pendahuluan, atau L/C harus dijabarkan dalam
kurs rupiah sesuai dengan ekuivalen rupiah nilai
NoD atau kurs tengah BI per value date
Pengakuan
Diakui pada saat tanggal setelmen yang
tercantum dalam dokumen setelmen

Pengukuran
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan hasil ketetapan penerbitan SBN
• UJP dengan mata uang asing diukur
melalui penjabaran nilai rupiah dengan
kurs tengah BI pada tanggal setelmen
sesuai dengan hasil ketetapan penerbitan
SBN

Penyajian
• Disajikan di neraca pada pos kewajiban
jangka Panjang
• Saldo UJP yang menggunakan mata uang
asing
• Dilakukan penjabaran menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal neraca masing-
masing pelaporan semesteran dan
tahunan untuk saldo mata uang asing
• Nilai pendapatan atau beban selisih kurs
belum terealisasi disajikan di LO dalam
pos kegiatan non-operasional lainnya
• UAPBUN IP: gabungan UAKPA BUN dan UAIP
• UAKPA BUN
1. Penyertaan modal negara (PMN)
2. Investasi pada lembaga keuangan
internasional (LKI)
3. Pembiayaan untuk badan layanan umum
(BLU)
4. Dana penjaminan
• UAIP
1. Perguruan tinggi negeri berbadan hukum
(PTN-BH)
2. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4. Bank Indonesia
5. Dana bergulir eks K/L
PMN-BUMN
a. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;
b. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan
Multilateral Badan Kebijakan Fiskal;
PMN–LKI
c. Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara;
UA IP PMN–
Lainnya d. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat
UABUN UAPBUN Jenderal Anggaran;
UAKPA Deviden e. Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara Khusus
BUN
Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Dana f. Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana
Bergulir
Bergulir;
Investasi g. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Direktorat
pada BLU Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko;
h. unit lain yang ditetapkan sebagai UAKPA BUN oleh
Penjaminan UAPBUN
Transaksi Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Metode Penilaian Penyesuaian Nilai
Non Kas Investasi
PMN – BUMN Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi Proporsi Net Ekuitas Selisih Kurs
divestasi – Permanen / divestasi – Permanen
PMN – LKI • Pembiayaan Investasi / • Pembiayaan Investasi Biaya Selisih Kurs, Pendapatan,
divestasi – Permanen / divestasi – Penyesuaian
• Pendapatan Permanen
• Pendapatan
PMN – Lainnya Pembiayaan Pembiayaan Net Ekuitas Reklasifikasi, Penyesuaian,
Dividen Pendapatan - Pendapatan = Piutang, Penyisihan
M.Biaya
Investasi = M.Ekuitas
Transaksi Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Metode Penilaian Penyesuaian Nilai
Non Kas Investasi
Dana Bergulir Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi NRV Reklasifikasi, Penyesuaian,
divestasi - Non / divestasi - Non Penyisihan
Permanen Permanen
Investasi pada Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi NRV Reklasifikasi, Penyesuaian,
BLU divestasi - Non / divestasi - Non Penyisihan
Permanen Permanen
Penjaminan Pembiayaan - Biaya Reklasifikasi, Piutang,
Penyisihan
Investasi Pembiayaan Pembiayaan Proporsi Net Ekuitas Reklasifikasi, Koreksi,
Pemerintah Kapitalisasi, Penyesuaian
Lainnya
• Permanen
• Perusahaan negara
• Badan internasional
• Badan usaha lainnya
• Nonpermanen
• Obligasi
• Proyek pembangunan
yang dialihkan kepada
pihak ke-3
• Dana bergulir
• Lainnya
Pengakuan
pengeluaran kas/aset, penerimaan hibah investasi,
perubahan piutang menjadi investasi, diakui sebagai
investasi jika:
1. ada kemungkinan manfaat ekonomis/sosial atau
jasa pontensial di masa yad dalam jangka waktu
lebih dari 3 s.d. 12 bulan
2. nilai perolehan, nilai wajar investasi dapat diukur
secara andal

Pengukuran
Investasi permanen berupa penyertaan modal
pemerintah dicatat sebesar nilai rupiah (transaksi
valas dikonversi dengan kurs pada tanggal transaksi)
• biaya perolehannya yang meliputi harga transaksi
investasi ditambah biaya lain yang timbul dalam
rangka perolehan investasi tersebut
• nilai wajar investasi tersebut jika harga
perolehannya tidak ada untuk transaksi pertukaran
aset
Pengukuran
Investasi nonpermanen berupa
• dana talangan untuk penyehatan/penyelamatan
perbankan (investasi nonpermanen lainnya)
pada NRV
• penanaman modal di proyek pemerintah pada
biaya pembangunan sampai projek tersebut
diserahkan ke pihak ketiga
• dana bergulir pada NRV (kas yang dipegang
unit pengelola ditambah jumlah yang
diharapkan dapat tertagih)
Metode Biaya
• Kepemilikan kurang dari 20% dan tidak
signifikan pengaruhnya
• Tingkat pengaruh (the degree of influence)
ditunjukkan dengan kemampuan mem-
pengaruhi komposisi dewan komisaris,
menunjuk/menggantikan direksi, menetapkan
dan mengganti dewan direksi perusahaan
investee, serta mengendalikan mayoritas
suara dalam rapat/pertemuan dewan direksi.
• Investasi dicatat sebesar biaya perolehan,
penghasilan atas investasi tersebut diakui
sebesar bagian hasil yang diterima dan
tidak mempengaruhi besarnya investasi
Metode Ekuitas
• Kepemilikan lebih dari 20% atau kurang dari
20% tetapi signifikan pengaruhnya
• Investasi awal dicatat sebesar biaya
perolehan dan ditambah/dikurangi bagian
laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan.
• Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk
saham yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah.
• Penyesuaian terhadap nilai investasi juga
diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi pemerintah, misalnya
adanya perubahan yang timbul akibat
pengaruh valuta asing serta revaluasi aset
tetap.
Metode NRV
• Metode nilai bersih yang dapat
direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam
jangka waktu dekat.
• Investasi jangka panjang disajikan di neraca dalam pos
tersendiri
• Pengungkapan mencakup (1) kebijakan akuntansi untuk
penentuan nilai investasi; (2) jenis investasi permanen dan
nonpermanen; (3) perubahan harga pasar; (4) penurunan
nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut; (5) investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan
alasan penerapannya; (6) perubahan pos investasi
Warren Edward Buffett

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 217/PMK.05/2014 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah
• PMK Nomor 99/PMK.05/2017 tentang
Administrasi Pengelolaan Hibah
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Buletin Teknis Nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah
• Unit Akuntansi dan Pelaporan
• Pendapatan Hibah
• Belanja dan Beban Hibah
• Pelaporan Keuangan
• Jurnal Standar
Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen
UAKPA BUN Direktorat Jenderal Pembiayaan dan
Pengelolaan Risiko
UABUN UAPBUN
Dit. APK DJPb DJPPR UAKPA BUN Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Karakteristik
1. Berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, dan pemerintah lain atau
berasal dari badan/lembaga dalam
negeri atau perseorangan
2. Tidak dimaksudkan untuk dibayarkan
kembali kepada pemberi hibah
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara
langsung dari penerima hibah kepada
pemberi hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara pemberi dan penerima hibah

Jenis Menurut Anggaran


1. Hibah yang direncanakan: direncanakan
atau dianggarkan oleh BUN
2. Hibah langsung: diterima langsung oleh K/L
tanpa melalui BUN tanpa direncanakan dan
tidak ada naskah perjanjian sebeleumnya
Pengakuan Pengukuran

Tunai Tunai
1. Kas diterima di RKUN atau reksus; Nilai nominal hibah yang
2. Tanggal penarikan (valuta) yang 1. diterima di RKUN atau reksus;
tercantum dalam NoD; atau
2. tercantum dalam NoD; atau
3. Pengesahan oleh Kuasa BUN.
3. tercantum dalam SP2HL/SPHL yang
disahkan oleh Kuasa BUN.
Barang/Jasa/Surat Berharga
Pengesahan oleh Kuasa BUN Barang/Jasa/Surat Berharga
Nilai yang diterima berdasarkan BAST
Karakteristik
1. Hibah dapat diberikan kepada
pemerintah negara lain, organisasi
internasional, pemda, perusahaan negara,
kelompok masyarakat, atau organisasi
kemasyarakatan
2. Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat
bagi pemberi hibah
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara
langsung yang harus dilakukan oleh
penerima hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara pemberi dan penerima hibah
5. Digunakan sesuai dengan naskah
perjanjian
6. Bersifat satu kali dan/atau dapat
ditetapkan kembali
7. Dianggarkan pada BUN

Mekanisme
Seluruh belanja hibah bersifat terencana
• Belanja hibah diakui pada saat terjadi
pengeluaran kas negara
• Beban hibah diakui pada saat diterbitkannya
resume tagihan
• Belanja hibah dan beban hibah dicatat
sebesar nilai nominal yang dihibahkan atau
dikeluarkan dari RKUN yang tercantum
dalam dokumen pengeluaran.
• Pendapatan hibah berupa valas dicatat dalam rupiah
dengan kurs tengah BI pada tanggal diterimanya
• Belanja dan beban hibah berupa valas dicatat
sebesar ekuivalen rupiah yang dikeluarkan dari RKUN
• Selisih ekuivalen rupiah antara belanja dan beban
hibah dalam valas dicatat sebagai pendapatan atau
beban selisih kurs oleh UAKPA BUN
Jenis Laporan
LRA, LO, LPE, neraca, CaLK

Tata Cara
• UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah di DJPPR dan
DJPK menyampaikan laporan keuangan secara
semesteran dan tahunan, kecuali LRA dan neraca
wajib disampaikan setiap bulan
• UAPBUN Pengelolaan Hibah menyusun laporan
keuangan tingkat UAPBUN berdasarkan hasil
pemrosesan data gabungan dan lapkeu tingkat
UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah yang dibuat
setiap semesteran dan tahunan
Annelies Marie Frank

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 61/PMK.02/2020 tentang Petunjuk
Teknis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
• PMK Nomor 44/PMK.05/2021 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 61/PMK.02/2020
tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Negara
Bukan Pajak dari Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Postur APBN
• Faktor yang Mempengaruhi
• Hak dan Kewajiban Pemerintah
• Prinsip Dasar Kontrak Kerja
Sama Bagi Hasil
• Konsep Asas Neto
• Mekanisme Perhitungan PNBP
• Rekening Migas
• Jurnal Standar
Unit Akuntansi dan Pelaporan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Transaksi Khusus (SATK) dengan kode 999.99
c.q. Direktorat Jenderal Anggaran c.q.
Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak

Klasifikasi
1. Penerimaan Perpajakan
• PPh Minyak Bumi (411111)
• PPh Gas Bumi (411112)
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pendapatan Sumber Daya Alam
• Pendapatan Minyak Bumi (421111)
• Pendapatan Gas Bumi (421211)
PNBP Lainnya
• Pendapatan Penjualan Minyak Mentah DMO
(423132)
• Pendapatan Denda, Bunga, dan Penalti Usaha
Hulu Migas (423133)
• Pendapatan Migas Lainnya (423139)
Faktor
1. Lifting minyak dan gas bumi
2. Harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia crude price/ICP)
3. Kurs
4. Cost recovery
5. Kewajiban pemerintah

Pengaruh
1. Penerimaan migas bruto di rekening
migas
2. Kewajiban kontraktual (PBB, PPN,
PDRD, fee kegiatan usaha hulu migas)
3. Penerimaan migas neto di APBN
• Production sharing contract (PSC): kontrak
kerja sama bagi hasil antara pemerintah
dengan K3S migas
• Assume and discharge: pembebasan dan
penanggungan atas kewajiban pajak tidak
langsung berupa PPN dan PPnBM (di-
reimburse) serta PBB migas dan pajak
daerah (ditanggung) apabila K3S berhasil
menemukan cadangan migas yang komersial
(memenuhi aspek kelayakan ekonomi)
• Domestic market obligation (DMO):
kewajiban penyerahan bagian kontraktor
berupa migas untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
• Bagi hasil: pemerintah mengalokasikan dana
dari hasil penjualan lifting migas bagian
negara yang ditampung di rekening migas
untuk membayar kewajiban ke sektor hulu
migas ini
• Kewajiban pemerintah menyerahkan sebagian hasil
penjualan lifting menjadi pengurang dalam pengukuran
pendapatan PNBP SDA migas berbasis kas
• Pengakuan pendapatan PNBP SDA migas berbasis kas
menggunakan asas neto karena hak negara dikurangi
terlebih dahulu dengan kewajiban pemerintah sektor hulu
migas dalam rangka pelaksanaan prinsip assume and
discharge
K3S Gross Revenue Misal:
Tax Rate:
(Lifting x Oil Price)
48%
First Tranche Petroleum
Cost Recovery Bagi Hasil
unsur-unsur PAJAK:
Net Operating Income • PBB
100% (Gross Revenue – Cost) • PPN
• PDRD
PNBP
(-)
71,1538%
28,8462% Bag Kontraktor
(Gros)
Bag Pemerintah 1
85%
Tax 48% 13,8462%
Pajak:
PPh Migas
2

Bag Kontraktor
15%
(Netto)

DMO Minyak Bumi Total Gov Share: 85%


PNBP Lainnya
(Domestic Market Obligation)
Gross Revenue
A% 1-A%
Split
Deductible
Expenses

Contractor Depreciation
Taxable
Profit

PPh
Income Tax CAPEX OPEX

Government Contractor Exploration, Development


Take Take & Production Expenditure
GoI: 75% KKKS: 25% Rpjuta
a Gross Revenue 150.000
b First Tranche Petroleum (misal 20%)-shareable 30.000
c Cost Recovery (misal 30% GR) 45.000
Dalam Ekuivalen Rp d Equity to be Split (ETS) (a-b-c) 75.000
e Government Share (FTP Share+ETS Share) 78.750
f Kewajiban Pemerintah sektor migas 35.000
g PNBP SDA Migas 43.750

GoI: 75% KKKS: 25% USD=14.000


a Gross Revenue (USD) 3.000.000
b First Tranche Petroleum (misal 20%)-shareable 600.000
c Cost Recovery (misal 30% GR) 900.000
Dalam USD
d Equity to be Split (ETS) 1.500.000
e Government Share (FTP Share+ETS Share) 1.575.000
f Kewajiban Pemerintah sektor migas 78.000
g PNBP SDA Migas (USD) 1.497.000
h PNBP SDA Migas (RP) 20.958.000.000
No Uraian USD=14.000
a Pengiriman minyak mentah ke kilang Pertamina (A02)-USD 2.300.000
b Pengiriman minyak mentah DMO (A05)-DMO Gross 500.000
c Pengiriman minyak mentah ke kilang Pertamina (neto)-(a-b) 1.800.000
d Pengiriman minyak mentah ke kilang non Pertamina 775.000
e Penerimaan minyak bumi (gross)-(c+d) 2.575.000
f DMO Fee 240.000
g Pendapatan penjualan minyak mentah DMO-USD (b-f) 260.000
h Pendapatan penjualan minyak mentah DMO (Rp) 3.640.000.000
• Dana penerimaan negara ditampung di
rekening pemerintah lainnya (RPL)
• Penyelesaian kewajiban kontraktual dan
kewajiban amanat peraturan perundangan
menggunakan mekanisme off-budget
• Pengakuan pendapatan-LRA menganut
asas neto (mekanisme pemindahbukuan)
• Dibagihasilkan ke daerah (PNBP SDA)
• Dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran
sebagai bagian dari Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transaksi Khusus
(SATK)
Minyak dan Gas Bumi Panas Bumi

1. Pendapatan dalam rupiah dan valas 1. Pendapatan dalam valas


2. Prinsip hak dan kewajiban diatur dalam 2. Prinsip hak dan kewajiban diatur dalam
PSC joint operating contract
3. Pemindahbukuan dana dari RPL ke RKUN 3. Pemindahbukuan dana dari RPL ke
bisa dilakukan tiap bulan RKUN dilakukan tiap triwulan
4. PPh badan dibayar oleh kontraktor 4. PPh badan DTP
5. Kewajiban pemerintah: reimbursement 5. Kewajiban pemerintah: reimbursement
PPN, PBB, PDRD, fee kegiatan hulu migas PPN, PBB, penggantian bonus produksi
6. Terdapat 2 regime: PSC konvensional dan 6. Terdapat 2 regime: sebelum dan sesudah
gross split UU Panas Bumi
7. Ayat jurnal di PMK berbasis SAKTI 7. Ayat jurnal di PMK berbasis SPAN
Rekening Rek.
Pemerintah
Migas Lainnya
Penyelesaian
Piutang Rekening
3 KUN
2
Laporan Memperhitungkan
Pendapatan Pengukuran kewajiban
Operasional 4
Basis Akrual PNBP Migas pemerintah sektor
hulu migas
Pemindahbukuan

1 5
Pendapatan
Neraca Piutang Laporan
Basis Kas
Real. Angg.
Pengakuan
Pada saat penguasaan dan/atau
kepemilikan kas telah beralih kepada
Pemerintah

Pengukuran
Sebesar ekuivalensi rupiah dengan kurs
tengah BI pada tanggal pelaporan

Dokumen Sumber
Rekening koran dan surat permintaan
pemindahbukuan dari DJPb

Penyajian
Di neraca sebagai bagian dari rekening
pemerintah lainnya

Pengungkapan
Mutasi uang masuk dan uang keluar
Rekening Migas dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya hak negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Laporan A0 dan/atau tembusan surat
tagihan dari SKK Migas ke KKKS
migas/penjual atau pembeli migas
bagian negara

Penyajian
Di neraca sebesar net realizable value
dengan menyisihkan piutang tak tertagih

Pengungkapan
Piutang yang masih dispute antara SKK
Migas dengan KKKS dan piutang macet
dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya hak negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Laporan A0 dan/atau tembusan surat
tagihan dari SKK Migas ke KKKS
migas/penjual atau pembeli migas
bagian negara

Penyajian
Di laporan operasional sebagai
pendapatan operasional

Pengungkapan
Jenis-jenis pendapatan LO dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat uang masuk ke kas negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal penyetoran atau
pemindahbukuan

Dokumen Sumber
Bukti setor, rekening koran, surat
perintah pemindahbukuan dari DJPb

Penyajian
Di laporan realisasi anggaran sebagai
pendapatan PNBP

Pengungkapan
Jenis-jenis pendapatan LRA dalam CaLK
Perhitungan neto
dilakukan akhir tahun

(setoran valas ke RKUN PNBP Migas


via bank persepsi)

Kewajiban Hulu
Hasil Penjualan Penerima Migas
(setoran Rupiah ke (PBB, PPN,
Lifting Migas RKUN via bank an Migas- Underlifting KKKS,
Fee Kegiatan Usaha
Bagian Negara persepsi)
Bruto Hulu Migas, Pajak
Daerah)

Sumber Pendanaan untuk


Pemenuhan Kewajiban
Sektor Hulu Migas (earmark)

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan


dan penyelesaian kewajiban pemerintah sektor hulu migas
Penerima
(setoran valas ke Rekening an Migas-
Hasil Penjualan Migas di Bank Indonesia)
Bruto Kewajiban Hulu Migas
(PBB, PPN, Underlifting
Lifting Migas KKKS, Fee Kegiatan
Usaha Hulu Migas,
Bagian Negara Penerima Pajak Daerah)

an Migas-
Neto

PNBP Migas

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan


dan penyelesaian kewajiban pemerintah sektor hulu migas
Tidak ada Bag Pemerintah
(Equity Share)
Gross Revenue FTP Cost Recovery
1
(Lifting x Harga) (First Trache Petroleum)
(tdk dlm bentuk uang) <0 Tidak ETBS

Bag Pemerintah
Gross Revenue FTP (Equity Share)
2 (Lifting x Harga)
Cost Recovery
>0
ETBS

Bag Pemerintah Total Bag Pemerintah


3 FTP (Equity Share) (Gross)

Total Bag Pemerintah Bisa Dilakukan


>0
Komponen Pengurang
4 (Gross) Penerimaan Migas
Pemindahbukuan
Total Bag Pemerintah
<0
Komponen Pengurang
5 (Gross) Penerimaan Migas Tidak Ada
Pemindahbukuan

Sumber: DJA
Pengukuran
Kewajiban
3
2 PBB Migas

Laporan Beban Basis


Operasional Akrual
4 Penyelesaian
Kewajiban Rekening
KUN
Pemindahbukuan
Rekening
5
Beneficiaries
1
Pendapatan Reimbursement PPN,
Kewajiban
Neraca Ditangguhkan DMO fee,
Underlifting
Kontraktor, fee
penjualan, PDRD
Pengakuan
Pada saat timbulnya kewajiban negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Surat tagihan dari SKK Migas, surat
tagihan dari DJP, surat tagihan dari
pemda

Penyajian
Di neraca sebagai kewajiban lancar

Pengungkapan
Jenis-jenis utang beserta permasalahan-
nya dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat terjadinya penurunan potensi
pendapatan negara

Pengukuran
Sebesar nilai estimasi piutang tidak
tertagih sesuai ketentuan peraturan
perundangan

Dokumen Sumber
Kertas kerja perhitungan nilai dan
kualifikasi piutang

Penyajian
Di laporan operasional sebagai beban
operasional

Pengungkapan
Beban penyisihan dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya kewajiban yang
ditandai dengan diterimanya tagihan
dari pihak lain

Pengukuran
Sebesar nilai tagihan atau alokasi beban
sesuai ketentuan peraturan perundangan

Dokumen Sumber
Surat tagihan dari pihak lain, kertas
kerja perhitungan alokasi beban

Penyajian
Di laporan operasional sebagai beban
operasional

Pengungkapan
Beban lain-lain dalam CaLK
• Pendapatan—LO berasal dari lifting migas dan non-lifting
migas
• Pendapatan lifting migas berdasarkan Laporan Pengiriman
Minyak Bumi A01 (valas) atau A02 (rupiah) dan surat
tagihan overlifting K3S
• Pendapatan non-lifting berdasarkan surat tagihan SKK
Migas berupa tagihan denda, bonus produksi, dan transfer
material
• Pendapatan—LRA berasal dari dua mekanisme: pemindah-
bukuan dana dari rekening migas ke RKUN dan penyetoran
langsung ke RKUN oleh WB melalui bank persepsi (MPN-G3)
• Dokumen sumber pemindahbukuan: surat permintaan
pemindahbukuan dari Dirjen Anggaran ke Dirjen
Perbendaharaan
• Dokumen sumber penyetoran langsung adalah bukti
penyetoran negara (BPN) yang dilengkapi NTPN
• Beban hulu migas di luar PBB migas diakui bersamaan
dengan pengakuan kewajiban hulu migas dengan dokumen
sumber surat tagihan dari SKK Migas dan PT Pertamina
(Persero)
• Tagihan PBB migas tidak diakui sebagai beban melainkan
sebagai pengurang pendapatan migas yang dibagi secara
proporsional antara minyak dan gas bumi berdasarkan
kontribusi nilai lifting migas
• Pendapatan yang ditangguhkan merupakan saldo dana
pada rekening migas yang belum teridentifikasi
peruntukannya karena data pendukung belum diterima dari
SKK Migas dan/atau wajib bayar
• Pendapatan yang ditangguhkan akan ditransfer ke RKUN
pada awal tahun berikutnya apabila telah berhasil
diidentifikasi jenis penerimaannya
Pendapatan diterima di muka antara lain dapat berupa
kelebihan pembayaran PNBP oleh wajib bayar dan
pembayaran ke rekening migas yang belum dapat
diidentifikasi peruntukkannya tetapi sudah dipindahbukukan ke
RKUN dan diakui sebagai pendapatan di LRA
• Overlifting kontraktor adalah kelebihan pengambilan migas
oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang diatur
dalam kontrak kerja sama pada periode tertentu
• Underlifting kontraktor adalah kekurangan pengambilan
migas oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang
diatur dalam kontrak kerja sama pada periode tertentu
Transaksi selisih kurs yang diatur di dalam PMK Nomor
61/PMK.02/2020 hanya selisih kurs yang belum terealisasi.
Selisih kurs ini dapat berupa keuntungan atau pun kerugian
yang timbul karena:
• penyesuaian nilai utang/piutang migas pada akhir tahun
• Penyesuaian nilai utang/piutang migas sesaat sebelum
penyelesaian utang/piutang
• Reklasifikasi akun biasanya dilakukan pada akhir tahun
untuk memfinalkan penghitungan hak dan kewajiban negara
sektor hulu migas
• Reklasifikasi akun dilakukan karena pelaksanaan asas neto
• Reklasifikasi akun juga disebabkan oleh dualisme mekanisme
penyetoran migas, tagihan DMO yang masuk dalam Laporan
A02 dan tagihan denda yang masuk ke dalam tagihan gas
bumi.
Reklasifikasi akun dalam transaksi hulu migas biasanya terjadi
antara
• Pendapatan minyak bumi ke gas bumi
• Pendapatan minyak bumi ke minyak mentah DMO
• Pendapatan gas bumi ke pendapatan denda
• Pendapatan minyak bumi ke PBB Migas
Anthony Kapel "Van" Jones

Cited from Bahan Ajar Bapak Puji Wibowo; Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi
- 61 -

BAB VIII
PETUNJUK TEKNIS PENCATATAN AYAT JURNAL STANDAR

Petunjuk teknis pencatatan ayat jurnal standar dimaksudkan untuk


memberikan gambaran mengenai pencatatan transaksi yang dilakukan
oleh Entitas Akuntansi dalam rangka pengakuan dan pengukuran unsur-
unsur Laporan Keuangan. Pencatatan transaksi di dalam BAB ini meliputi
pengakuan pendapatan dan piutang hingga penyelesaian kewajiban
Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas. Ilustrasi transaksi di bawah
ini merupakan salah satu contoh pencatatan ayat jurnal oleh Satker PNBP
Migas. Transaksi yang belum diakomodir di dalam petunjuk teknis ini
selanjutnya dapat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal
Anggaran atau Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Sebagai ilustrasi, berikut ikhtisar transaksi PNBP Migas selama tahun
20Xl:

1. Nilai piutang berdasarkan dokumen penagihan atau pengiriman lifting


Migas bagian negara yang diterima di tahun 20Xl (piutang Rupiah dan
valas) sebesar ekuivalen Rp2.500.000. Dari nilai tersebut, sebesar
Rp300.000 merupakan piutang yang berasal dari transaksi tahun
sebelumnya.

2. Berdasarkan dokumen penagihan atau pengiriman lifting minyak DMO


yang diterima di tahun 20Xl diketahui nilai minyak mentah DMO
sebesar ekuivalen Rp200.000. Selain itu diketahui pula bahwa dalam
laporan pengiriman lifting gas bumi tahun 20Xl terdapat piutang yang
berasal dari tagihan denda keterlambatan sebesar ekuivalen Rpl5.000.

3. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat nilai tagihan atas piutang migas


tahun berjalan yang lebih saji, sehingga perlu dikoreksi sebesar
Rpl00.000. Selain itu, terdapat piutang migas tahun lalu yang telah
dilaporkan sebesar Rpl40.000, namun nilai piutang tersebut
seharusnya Rpl20.000. Ditemukan pula bahwa terdapat tagihan atas
piutang migas yang berasal dari tahun sebelumnya sebesar Rp50.000
yang terlanjur dicatat sebagai pendapatan akrual tahun berjalan.

4. Terdapat penyelesaian piutang migas ke Kas Negara melalui bank


persepsi sebesar Rpl.800.000 dan penyelesaian piutang valas melalui
Rekening Migas atas minyak bumi sebesar ekuivalen Rpl00.000 dan
untuk piutang gas bumi sebesar ekuivalen Rp300.000. Piutang valas

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -

minyak tersebut pada awalnya dicatat sebesar ekuivalen Rp90.000 dan


piutang gas pada awalnya dicatat sebesar 320.000.

5. Terdapat piutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun
20X2 sebesar RpS00.000 dan terdapat konversi piutangjangka pendek
atas minyak valas menjadi piutang jangka panjang sebesar
Rpl.000.000. Selain itu, diketahui bahwa berdasarkan hasil
perhitungan saldo piutang per 31 Desember 20Xl masih terdapat
saldo nilai piutang net DMO sebesar Rp250.000 dan saldo nilai piutang
denda gas sebesar ekuivalen Rpl0.000.

6. Beban penyisihan piutang yang dialokasikan atas piutang jangka


panjang adalah sebesar Rp300.000 dan piutangjangka pendek sebesar
Rpl00.000.

7. Karena fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD, piutang valas


tahun lalu yang masih outstanding, perlu disesuaikan dengan nilai
tukar pada akhir tahun 20Xl, yaitu sebesar Rp200.000.

8. Tagihan kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas yang


diterima selama tahun 20Xl berjumlah Rp955.000 terdiri dari PBB
Migas Rp200.000, reimbursement PPN Rp250.000, DMO fee
Rp255.000, fee kegiatan usaha hulu Migas Rp225.000, tagihan pajak
air permukaan dan pajak air tanah RplS.000 dan tagihan pajak
penerangan jalan Rpl0.000. Dari tagihan tersebut di atas, sebesar
Rp60.000 berasal dari tagihan tahun sebelumnya, yaitu PBB Migas
Rp30.000, reimbursement PPN Rp25.000, dan DMO fee RpS.000.

9. Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesalahan pencatatan nilai


tagihan atas kewajiban pemerintah tahun 20Xl sebagai berikut: (i)
terdapat kekeliruan mencatat nilai kewajiban PBB migas sehingga
harus dikoreksi sebesar Rpl0.000; (ii) terdapat pencatatan lebih saji
atas PPN reimbursement Rpl2.000 dan pajak air tanah dan air
permukaan Rp7.000; (ii) terdapat pencatatan kurang saji atas DMO
Fee Rpl 1.000, Fee kegiatan usaha hulu migas Rp70.000, dan pajak
penerangan jalan Rp2.000. Selanjutnya, diketahui pula terdapat
pencatatan nilai utang tahun sebelumnya atas DMO Fee yang lebih saji
sebesar Rpl0.000 dan atas fee penjualan yang kurang saji sebesar
Rp20.000 (koreksi beban tahun sebelumnya). Selain itu, terdapat
tagihan yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya, namun keliru
dicatat sebagai beban atau pengurang pendapatan PNBP-Laporan
Operasional, yaitu: PBB Migas sebesar RpS0.000, reimbursement PPN

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -

Rp20.000, DMO fee Rp15.000, fee kegiatan usaha hulu Migas


Rp120.000, tagihan pajak air permukaan dan pajak air tanah Rp5.000
dan tagihan pajak peneranganjalan Rpl.000.

10. Kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas yang telah
diselesaikan melalui Rekening Migas adalah sebesar RpS00.000, terdiri
dari PBB Migas Rp150.000, reimbursement PPN Rp160.000, DMO fee
Rp280.000, fee kegiatan usaha hulu Migas Rp200.000, pajak air
permukaan dan pajak air tanah RpS.000 dan pajak penerangan jalan
Rp2.000. Nilai ekuivalen rupiah pada saat pengakuan untuk DMO fee
Rp270.000 dan fee kegiatan usaha hulu migas Rp205.000. Selain itu,
terdapat penyelesaian kewajiban Pemerintah yang dilakukan melalui
mekanisme reklasifikasi akun Pendapatan PNBP Migas-Laporan
Realisasi Anggaran di Rekening KUN, yaitu atas penyelesaian PBB
Migas tahun 20Xl sebesar Rp300.000.

11. Karena fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD, utang valas tahun
lalu yang masih outstanding, perlu disesuaikan dengan nilai tukar
pada akhir tahun 20Xl, yaitu sebesar Rp50.000.

12. Pemindahbukuan PNBP SDA Migas sebesar Rpl.450.000.

13. Hasil perhitungan pendapatan net DMO selama tahun 20Xl adalah
sebesar Rp400.000. Selain itu, untuk memperhitungkan alokasi
pembebanan atas pembayaran kewajiban Pemerintah sektor m1gas,
juga telah dilakukan perhitungan kembali alokasi PNBP Migas,
sehingga perlu dilakukan reklasifikasi akun pendapatan LRA dari
PNBP SDA Minyak Bumi ke PNBP SDA Gas Bumi sebesar Rp500.000.
Pada tahun 20Xl juga terjadi kekeliruan identifikasi penerimaan
denda gas di Rekening Minyak dan Gas Bumi yang terlanjur diproses
pemindahbukuannya sebagai Pendapatan LRA Gas sebesar Rpl5.000.

14. Pada akhir tahun 20Xl, terdapat saldo pada Rekening Minyak dan Gas
Bumi per 31 Desember 20Xl sebesar Rp500.000, yang terdiri dari
penerimaan Migas yang belum dapat diidentifikasi peruntukkannya
sebesar Rp350.000, PPh Migas yang salah setor sebesar Rpl00.000,
dan dana retur atas penyelesaian kewajiban DMO Fee sebesar
Rp50.000.

15. Diketahui per 31 Desember 20Xl, terdapat penenmaan m1gas di


Rekening Migas yang belum dapat diidentifikasi peruntukkannya,
tetapi telah terhitung sebagai dana yang dipindahbukukan ke

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -

Rekening KUN dan diakui sebagai Pendapatan Migas-Laporan


Realisasi Anggaran sebesar Rp30.000.

16. Terdapat transaksi over/underlifting Kontraktor selama tahun 20Xl


sebagai berikut:
a. Diterima tagihan over dan underlifting Kontraktor tahun berjalan
(tahun 20Xl), dengan rincian sebagai berikut:

J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor A 70.000 (40.000) 30.000
Kontraktor B 30.000 15.000 45.000
Kontraktor C 45.000 (55.000) (10.000)
Kontraktor D (20.000) (15.000) (35.000)

b. Diterima tagihan final over/ (under)lifting Kontraktor tahun


sebelumnya (tahun 20X0) dengan rincian sebagai berikut:

Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor 1 60.000 (30.000) 30.000
Kontraktor 2 50.000 (40.000) 10.000
Kontraktor 3 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 4 (80.000) 45.000 (35.000)
Kontraktor 5 (85.000) 70.000 (15.000)
Kontraktor 6 (50.000) 60.000 10.000
atas tagihan final tersebut, pada laporan keuangan tahun lalu
telah diestimasikan nilai tagihannya sebagai berikut:

Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor 1 70.000 (50.000) 20.000
Kontraktor 2 80.000 (65.000) 15.000
Kontraktor 3 65.000 (40.000) 25.000
Kontraktor 4 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 5 (70.000) 50.000 (20.000)
Kontraktor 6 (75.000) 55.000 (20.000)

c. Diterima tagihan over/underlifting Kontraktor tahun sebelumnya


(tahun 20X0) yang belum ditagihkan ataupun diestimasikan pada
laporan keuangan tahun sebelumnya sebagai berikut:
J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor X 90.000 (40.000) 50.000
Kontraktor Y (50.000) 15.000 (35.000)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -

d. Pada awal Januari 20X2 sebelum dilakukannya penyusunan


Laporan Keuangan unaudited, diterima surat dari Instansi
Pelaksana yang menyampaikan estimasi tagihan over/underlifting
Kontraktor tahun 20Xl dengan total summary tagihan sebagai
berikut:
J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Overlifting
500.000 350.000 850.000
Kontraktor
(Underlifting)
(300.000) (150.000) (450.000)
Kontraktor
Net Over/ (Under)
200.000 200.000 400.000
Lifting Kontraktor

e. Selanjutnya pada bulan April 20X2 sebelum penyusunan Laporan


Keuangan audited, diterima tagihan final atas over/underlifting
Kontraktor tahun buku 20Xl untuk beberapa Kontraktor dengan
rincian tagihan sebagai berikut:
Kontral<tor Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor 7 60.000 (30.000) 30.000
Kontraktor 8 50.000 (40.000) 10.000
Kontraktor 9 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 10 (80.000) 45.000 (35.000)
Kontraktor 11 (85.000) 70.000 (15.000)
Kontral<tor 12 (50.000) 60.000 10.000

atas tagihan final tersebut, sebelumnya pada awal Januari 20X2


telah diestimasikan tagihannya sebagai berikut:
Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor 7 70.000 (50.000) 20.000
Kontraktor 8 80.000 (65.000) 15.000
Kontraktor 9 65.000 (40.000) 25.000
Kontraktor 10 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 11 (70.000) 50.000 (20.000)
Kontraktor 12 (75.000) 55.000 (20.000)

17. Selama Tahun 20Xl terdapat transaksi over/underlifting gas


Kontraktor yang diselesaikan melalui mekanisme cargo settlement
sebagai berikut:
a. Dalam hal Instansi Pelaksana menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -

1) Pada bulan Januari 20Xl diterima laporan dari Instansi


Pelaksana adanya tagihan over dan underlifting gas
Kontraktor tahun-tahun sebelumnya yang akan diselesaikan
melalui mekanisme cargo settlement, dengan rincian sebagai
berikut:

J enis Tagihan Overlifting Underlifting


Kontraktor Kontraktor
Kontraktor A 80.000 -
Kontraktor B - (25.000)
Kontraktor C 55.000 -

Kontraktor D - (35.000)
Total 135.000 (60.000)

2) Pada bulan Mei 20Xl, diterima penyelesaian atas hasil


penjualan gas bumi di Rekening Migas sebesar US$210,000.
Selain itu, berdasarkan Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan
April 20Xl, dilaporkan bahwa terdapat penyelesaian
overlifting Kontraktor A dan C masing-masing sebesar
US$80.000 dan US$55.000 melalui cargo settlement yang
diperhitungkan dengan lifting gas bagian negara bulan April
20Xl atas invoice BAE.43.04.005 senilai $75,000.
3) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Juni 20Xl
dilaporkan adanya penyelesaian underlifting Kontraktor B
dan D masing-masing sebesar US$25.000 dan US$35.000
melalui cargo settlement yang diperhitungkan dengan lifting
gas bulan Juni 20Xl atas invoice BAE.46.06.008 senilai
$190,000. Selain itu, pada bulan Juni juga diterima
penyelesaian hasil penjualan LNG atas mv01ce
BAE.46.06.008 di Rekening Migas senilai $130,000.
b. Dalam hal Instansi Pelaksana tidak menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement

1) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Agustus 20Xl


dilaporkan adanya lifting Gas Bumi bagian Pemerintah untuk
invoice BAE.46.08.35 sebesar US$120.000. Atas nilai tersebut
termasuk didalamnya penyelesaian overlifting Kontraktor E
tahun sebelumnya melalui cargo settlement sebesar
US$30.000.

2) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Agustus 20Xl


dilaporkan adanya lifting gas bagian Pemerintah untuk

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -

mvo1ce BAE.45.08.005 sebesar US$100.000. Atas nilai


tersebut telah memperhitungkan penyelesaian underlifting
Kontraktor F tahun sebelumnya melalui cargo settlement
sebesar US$60.000.

Berdasarkan ilustrasi transaksi di atas, berikut ini ayatjurnal yang disusun


oleh Satker PNBP Migas pada Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas.
1. Saat terbitnya tagihan atau penetapan piutang PNBP dan pengakuan
pendapatan akrual
a. Pencatatan pendapatan akrual tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 2.200.000
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 2.200.000

b. Pencatatan pendapatan akrual tahun sebelumnya


Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 300.000
xxxxxx Koreksi Lain-lain 300.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2. Reklasifikasi Pendapatan Akrual Minyak dan Gas Bumi
a. Pencatatan reklasifikasi pengakuan pendapatan minyak bumi
menjadi pendapatan minyak mentah DMO
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 200.000
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak DMO 200.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan reklasifikasi pengakuan pendapatan gas bumi
menjadi pendapatan denda gas
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 15.000
Pendapatan LO - Denda,
xxxxxx Bunga, dan Penalti Kegiatan 15.000
Usaha Hulu Migas

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -

3. Pencatatan koreksi piutang dan pendapatan akrual


a. Pencatatan koreksi piutang tahun berjalan yang lebih saji
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 100.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 100.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan koreksi piutang tahun lalu yang lebih saji
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Alum Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 20.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 20.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan koreksi salah saji pendapatan akrual tahun lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 50.000
xxxxxx Koreksi Lain -lain 50.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4. Saat penyelesaian piutang oleh wajib bayar dan/ atau pengakuan
pendapatan kas

a. Penyelesaian piutang ke rekening Kas Negara melalui bank


perseps1
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 1.800.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 1.800.000
XXX

Di Buku Besar Kas akan dijurnal sebagai berikut:


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Kas 1.800.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 1.800.000

b. Penyesuaian nilai piutang valas sesaat sebelum pengakuan


penyelesaian piutang
1) Penyesuaian yang menyebabkan menambah nilai piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 10.000
XXX

Keuntungan belurn
xxx:xxx 10.000
terealisasi atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Penyesuaian yang menyebabkan mengurangi nilai piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belurn terealisasi atas
xxx:xxx 20.000
selisih kurs
Piutang Jangka Pendek -
xxx:xxx 20.000
Migas xxx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan penyelesaian piutang melalui Rekening Minyak dan
Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxx:xxx Diterirna dari Entitas Lain - Akrual 400.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 400.000
XXX

Tidak ada ayatjurnal di Buku Besar Kas pada Satker PNBP Migas.
Transaksi di Buku Besar akan dibukukan oleh Kuasa BUN.

5. Reklasifikasi Piutang
a. Pencatatan piutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada
tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Bagian Lancar Piutang Jangka
xxx:xxx 500.000
Panjang
xxx:xxx Piutang Jangka Panjang 500.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan konversi piutang jangka pendek menjadi piutang
jangka panjang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxx:xxx Piutang Jangka Panjang 1.000.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 1.000.000
XXX

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan saldo piutang atas net DMO per 31 Desember 20xl
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 250.000
Lainnya - Net DMO
Piutang Jangka Pendek - Nilai
xxxxx:x 250.000
Lawan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


d. Pencatatan saldo piutang atas denda gas per 31 Desember 20xl
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 10.000
Lainnya - Denda Gas
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxx:x 10.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6. Beban Penyisihan Piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Beban Penyisihan Piutang PNBP 400.000
Akumulasi Penyisihan Piutang
xxxxx:x 100.000
Tak Tertagih J angka Pendek
Akumulasi Penyisihan Piutang
xxxxx:x 300.000
Tak Tertagih Jangka Panjang

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


7. Penyesuaian nilai piutang atas selisih kurs
a. Apabila nilai piutang bertambah karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 200.000
Keuntungan belum terealisasi
xxxxx:x 200.000
atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Apabila nilai piutang berkurang karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxx:x 200.000
selisih kurs

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -

1=1 :tang Jangka Pendek - Migas I

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


200.000

8. Saat terbitnya tagihan atau penetapan kewajiban Pemerintah sektor


m1gas
a. Tagihan PBB Migas tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 170.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 170.000
PBB Migas

(Kewajiban PBB Migas diakui sebagai koreksi pendapatan akrual)


Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
b. Tagihan selain PBB Migas tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 225.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 225.000
Reimbursement PPN

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - DMO
xxxxxx 250.000
Fee Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 250.000
DMO Fee Kontraktor

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 225.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee 225.000
xxxxxx
Kegiatan Usaha Hulu Migas

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - Pajak
xxxxxx 15.000
Air Tanah dan Pajak Air Permukaan
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Pajak Air Tanah dan Pajak Air 15.000
Permukaan

Akun Uraian Akun Debit Kredit

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -

Beban Pihak Ketiga Migas - Pajak


xxxxxx 10.000
Penerangan J alan
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
Pajak Penerangan Jalan

(Kewajiban selain PBB Migas diakui sebagai beban)


Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
c. Tagihan PBB Migas tahun sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain -lain 30.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 30.000
PBB Migas

(Kewajiban PBB Migas tahun sebelumnya diakui sebagai koreksi


ekuitas)
Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
d. Tagihan selain PBB Migas tahun sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 30.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
DMO Fee Kontraktor

(Kewajiban non PBB Migas tahun sebelumnya diakui sebagai


koreksi ekuitas)
Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
9. Pencatatan koreksi kewajiban Pemerintah dan/atau beban akrual
a. Pencatatan koreksi kewajiban dan/ atau be ban akrual tahun
berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Pencatatan koreksi kewajiban PBB Migas
a) Apabila koreksi terjadi karena lebih saji
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
PBB Migas
Pendapatan LO - Migas
xxxxxx 10.000
XXX

b) Apabila koreksi terjadi karena kurang saji

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 10.000
U tang Pihak Ketiga
xxxxxx 10.000
Migas - PBB Migas

2) Pencatatan koreksi kewajiban selain PBB Migas

a) Koreksi lebih saji kewajiban atau beban tahun berjalan

1. Koreksi Reimbursement PPN


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 12.000
- Reimbursement PPN
Beban Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - 12.000
Reimbursement PPN

11. Koreksi Pajak Air Tanah dan Air Permukaan


Akun Uraian Akun Debit Kredit
U tang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx - Pajak Air Tanah dan 7.000
Permukaan
Beban Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - Pajak Air 7.000
Tanah dan Permukaan

b) Koreksi kurang saJ1 kewajiban atau beban tahun


berjalan

1. Koreksi DMO Fee


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Be ban Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 11.000
- DMO Fee Kontraktor
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - DMO Fee 11.000
Kontraktor

11. Koreksi Fee Kegiatan Usaha Hulu Migas


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas
xxxxxx - Fee Kegiatan Usaha 70.000
Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - Fee Kegiatan 70.000
U saha H ulu Migas

111. Koreksi Pajak Penerangan Jalan


Akun Uraian Akun Debit Kredit

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -

Beban Pihak Ketiga Migas


XXXXXX 2.000
- Pajak Penerangan Jalan
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas Pajak 2.000
Penerangan Jalan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan koreksi kewajiban atau beban akrual tahun
sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Koreksi lebih saji kewajiban atau beban tahun sebelumnya
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - DMO
xxxxxx 10.000
Fee Kontraktor
xxxxxx Koreksi Lain-lain 10.000

2) Koreksi kurang saji kewajiban atau beban tahun sebelumnya


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 20.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Fee Kegiatan Usaha Hulu 20.000
Migas

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan koreksi kewajiban dan/ atau be ban akrual tahun
sebelumnya yang terlanjur dicatat sebagai beban tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Pencatatan koreksi kewajiban PBB Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 50.000
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 50.000

2) Pencatatan koreksi selain PBB Migas


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 161.000
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Reimbursement PPN
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
DMO Fee Kontraktor
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Fee Kegiatan Usaha Hulu 120.000
Migas
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Pajak Air Tanah dan 5.000
Permukaan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -

Be ban Pihak Ketiga Migas -


xxxxxx 1.000
Pajak Penerangan Jalan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


10. Pada saat penyelesaian kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha
hulu Migas
a. Penyesuaian nilai utang valas sesaat sebelum pengakuan
penyelesaian utang
1) Penyesuaian yang menyebabkan menambah nilai utang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxxx 10.000
selisih kurs
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
DMO Fee

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Penyesuaian yang menyebabkan mengurangi nilai utang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 5.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Keuntungan belum
xxxxxx 5.000
terealisasi atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Penyelesaian utang rupiah dan valas melalui Rekening Minyak
dan Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - PBB
xxxxxx 150.000
Migas
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 160.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas - DMO Fee
xxxxxx 280.000
Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 200.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga Migas - Pajak Air
xxxxxx 8.000
Tanah dan Permukaan
Utang Pihak Ketiga Migas - Pajak
xxxxxx 2.000
Penerangan Jalan
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 800.000
(Akrual)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -

Tidak ada ayatjurnal di Buku Besar Kas pada Satker PNBP Migas.
Transaksi di Buku Besar akan dibukukan oleh Kuasa BUN.
c. Penyelesaian utang rupiah melalui rekening Kas Negara yang
dilakukan melalui reklasifikasi akun pendapatan PNBP - Laporan
Realisasi Anggaran
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - PBB
xxxxxx 300.000
Migas
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 300.000
(Akmal)

Di Buku Besar Kas akan dijurnal sebagai berikut:


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 300.000
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 300.000
(Kas)
11. Penyesuaian nilai utang atas selisih kurs
a. Apabila nilai utang berkurang karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang kepada Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 50.000
xxxx
Keuntungan belum terealisasi
xxxxxx 50.000
atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Apabila nilai utang bertambah karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxxx 50.000
selisih kurs
Utang kepada Pihak Ketiga
xxxxxx 50.000
Migas -xxxx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


12. Pada saat pemindahbukuan PNBP Migas dari Rekening Minyak dan
Gas Bumi ke Rekening KUN
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di Buku
Besar Kas adalah:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


xxxxxx Diterima Dari Entitas Lain - Kas 1.450.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 1.450.000
13. Reklasifikasi Akun Pendapatan LRA
a. Reklasifikasi akun pendapatan untuk pengakuan pendapatan
LRA net DMO
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Minyak Bumi 400.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Net DMO 400.000

b. Reklasifikasi akun pendapatan atas perhitungan kembali alokasi


PNBP SDA Migas
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Minyak Bumi 500.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Gas Bumi 500.000

c. Reklasifikasi akun pendapatan yang diakibatkan kesalahan


identifikasi penerimaan di Rekening Migas
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Ada pun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Gas Bumi 15.000
Pendapatan LRA - Denda,
xxxxxx Bunga, dan Penalti Kegiatan 15.000
Usaha Hulu Migas
14. Jurnal atas saldo Rekening Migas pada periode pelaporan keuangan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 450.000
xxxxxx Pendapatan Yang Ditangguhkan 350.000
xxxxxx Utang Jangka Pendek Lainnya 100.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


Pencatatan atas dana retur akan dibukukan oleh Kuasa BUN.
15. Pengakuan atas pendapatan Diterima di Muka
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 30.000
xxxxxx Pendapatan Diterima di Muka 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


16. Jurnal Transaksi Over/Underlifting Kontraktor
a. Jurnal atas transaksi over/underlifting Kontraktor tahun berjalan
yang ditagihkan pada tahun yang bersangkutan
1) Jurnal tagihan overlifting Kontraktor A
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 30.000
(Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 40.000
Underlifting Kontraktor
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 70.000
Bumi

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan overlifting Kontraktor B
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 45.000
(Overlifting)
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 30.000
Bumi
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 15.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan underlifting Kontraktor C
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 55.000
Underlifting Kontraktor
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 45.000
Bumi
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan underlifting Kontraktor D
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79

Akun UraianAkun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 35.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 35.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Jurnal atas transaksi tagihan final over/underlifting Kontraktor
tahun sebelumnya yang telah diestimasi pada tahun sebelumnya
1) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 1
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 10.000
(Overlifting)
xxxxx:x Koreksi Lain-lain 10.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 2
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain-lain 5.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxx:x 5.000
Migas (Overlifting)

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 3
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain -lain 45.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxx:x 25.000
Migas (Overlifting)
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 20.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontra.ktor 4
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain -lain 15.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 15.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -

5) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 5


Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Koreksi Lain-lain 5.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 6
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Jurnal atas transaksi over/underlifting Kontraktor tahun
sebelumnya yang belum ditagihkan dan/ atau diestimasi pada
tahun sebelumnya
1) Jurnal tagihan over/underlifting Kontraktor x atas transaksi
tahun yang lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 50.000
(Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 50.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan over/underlifting Kontraktor y atas transaksi
tahun yang lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 35.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 35.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


d. Jurnal atas transaksi estimasi over/underlifting Kontraktor tahun
berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 850.000
(Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 450.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 450.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 500.000
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 350.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


e. Jurnal atas transaksi final over/underlifting Kontraktor tahun
berjalan yang sebelumnya telah dicatat dengan nilai estimasi
1) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 7
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 10.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 8
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 30.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 5.000
Migas (Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 9
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 65.000
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 25.000
Migas (Overlifting)
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 40.000
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 10
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 5.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


5) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 11
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 20.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 12
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 5.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


17. Jurnal Transaksi Over/Underlifting Kontraktor Yang Diselesaikan
Melalui Mekanisme Cargo Settlement
a. Dalam hal Instansi Pelaksana menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement.
1) Jurnal atas pelaporan transaksi over/underlifting Kontraktor
tahun-tahun sebelumnya yang akan diselesaikan melalui
cargo settlement
a) Jurnal atas overlifting Kontraktor Adan C
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 135.000
Migas (Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 135.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal underlifting Kontraktor B dan D
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 60.000
Utang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 60.000
- Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
2) Jurnal atas pelaporan penyelesaian overlifting Kontraktor A
dan C yang diselesaikan melalui cargo settlement
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
a) Jurnal pengakuan piutang dan pendapatan gas atas
pelaporan mv01ce BAE.43.04.005 pada Laporan
pengiriman Gas bulan Mei 20Xl
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 75.000
Gas Bumixxx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 75.000
Bumi
b) Jurnal atas penyelesaian hasil penjualan gas di
Rekening Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Diterima dari Entitas Lain
xxxxxx 210.000
(DDEL) - Akrual
Piutang Jangka
xxxxxx Pendek - Migas 135.000
(Overlifting)
Piutang Jangka
xxxxxx Pendek - Gas Bumi 75.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -

3) Jurnal atas pelaporan penyelesaian underlifting Kontraktor B


dan D yang diselesaikan melalui cargo settlement pada
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
a) Jurnal awal pengakuan piutang dan pendapatan gas
atas pelaporan invoice BAE.46.06.008 pada Laporan
pengiriman Gas bulan Juni 20Xl
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxxx 190.000
Bumi x:xx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 190.000
Bumi
b) Jurnal penyelesaian underlifting Kontraktor B dan D
melalui cargo settlement
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 60.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 60.000
Gas Bumi x:xx
c) Jurnal atas penyelesaian hasil penjualan gas di
Rekening Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Diterima dari Entitas Lain
xxxxxx 130.000
(DDEL) - Akrual
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 130.000
Gas Bumi x:xx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b. Dalam hal Instansi Pelaksana tidak menginformasikan
sebelumnya atas transaksi over/underlifting melalui cargo
settlement.
1) Jurnal atas pelaporan transaksi penyelesaian overlifting
Kontraktor E tahun sebelumnya yang diselesaikan melalui
cargo settlement pada Laporan Pengiriman Gas Bumi
a) Jurnal awal saat pencatatan lifting gas bumi sesuai
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
85 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Gas
120.000
urni xxx
Pendapatan LO - Gas Burni 120.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal penyesuaian atas penyelesaian overlifting
Kontraktor E melalui cargo settlement untuk
mengkoreksi nilai pendapatan tahun berjalan.
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Pendapatan LO - Gas Burni 30.000
Koreksi Lain -lain 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
2) Jurnal atas pelaporan transaksi penyelesaian underlifting
Kontraktor F tahun sebelumnya yang diselesaikan melalui
cargo settlement pada Laporan Pengiriman Gas Bumi
a) Jurnal awal saat pencatatan lifting gas bumi sesua1
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxxx 100.000
Burni xxx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 100.000
Burni

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal penyesuaian atas penyelesaian underlifting
Kontraktor melalui cargo settlement untuk mengkoreksi
nilai pendapatan tahun berjalan.
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 60.000
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 60.000
Burni

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang
Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana
Desa beserta perubahannya
• PMK Nomor 83/PMK.05/2018 tentang Sistem
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Transfer
Ke Daerah Dan Dana Desa
• PMK Nomor 139/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, Dan Dana Otonomi Khusus beserta
perubahannya
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• PMK Nomor 17/PMK.07/2021 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa Tahun Anggaran 2021 dalam rangka
Mendukung Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan Dampaknya
• KMK Nomor 6/KM.7/2020 tentang Penyaluran
DAK Fisik Bidang Kesehatan dan Dana BOK
Kesehatan dalam Rangka Pencegahan
dan/atau Penanganan COVID-19
• Buletin Teknis 21 tentang Akuntansi Transfer
Berbasis Akrual
• Kebijakan Umum TKDD
• Akuntansi TKDD
• Implementasi Akuntansi TKDD
TKDD diarahkan untuk mendukung perbaikan • Mempercepat penyediaan infrastruktur
kualitas layanan dasar publik di daerah, publik dan penguatan kualitas SDM,
akselerasi daya saing, dan mendorong belanja terutama melalui bidang pendidikan,
produktif yang dapat meningkatkan aset kesehatan, air minum, perlindungan sosial,
dan konektivitas antarwilayah melalui 25%
daerah DTU untuk mandatory spending, DAK Fisik,
Dana Otsus, DTI, DAIS, dan Dana Desa
• Meningkatkan daya saing melalui inovasi,
kemudahan berusaha, tata kelola
pemerintahan, dan kebijakan insentif yang
mendukung iklim investasi melalui DAK
Nonfisik dan DID
• Meningkatkan produktivitas terutama
berorientasi ekspor melalui pengembangan
potensi ekonomi daerah melalui DAK Fisik,
DAK Nonfisik, dan DID

Sebelum Pandemi
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2020/02/Kebijakan-TKDD-2020-
Dana-Perimbangan.pdf
TKDD diarahkan untuk mendukung dan Pengutamaan penggunaan untuk penanganan
mendorong pencegahan/penanganan dampak Covid-19, antara lain:
Covid-19 di daerah
• Belanja infrastruktur 25% DTU;
• Maksimal 25% sisa DBH SDA Kehutanan Dana
Reboisasi;
• DAK Fisik Bidang Kesehatan & Keluarga
Berencana;
• BOK Tambahan untuk insentif bagi tenaga
kesehatan yang terlibat dalam penanganan
COVID-19;
• Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai.

Saat Pandemi
Bahan Ajar LMS
Relaksasi Penyaluran Dana TKDD, seperti KB Penyempurnaan Tata Kelola, melalui:
DBH dan DBH tahun berjalan, DAK Fisik
• Persyaratan tambahan dalam penyaluran
Kesehatan, DAK Non fisik
DAU dan DBH:
• Laporan kinerja pencegahan dan/atau penanganan
Covid-19;
• Laporan Penyesuaian APBD TA 2020
• Penyaluran DAU berdasarkan kinerja pengelolaan
keuangan di daerah

• Sanksi bila tambahan penyaluran tidak


dipenuhi, berupa
• penundaan 35% DAU dan/atau DBH;
• pemotongan penyaluran sebagian DAU dan/atau DBH;
atau
• Bila hingga akhir tahun, maka DAU dan/atau DBH
yang ditunda tidak dapat disalurkan kembali kepada
daerah bersangkutan.

Saat Pandemi
Bahan Ajar LMS
PMK Nomor 19/PMK/07/2020 KMK Nomor 6/KM.07/2020

• Mandatory spending via DAU untuk • Relaksasi pelaksanaan DAK Fisik


anggaran kesehatan diprioritaskan Subbidang Kesehatan dengan
penggunaanya untuk kegiatan pen- kemudahan perubahan menu/kegiatan
cegahan dan/atau penanganan Covid-19 untuk penanggulangan Covid-19
• Penyesuaian dan penajaman pengguna- • Relaksasi pelaksanaan Dana BOK (DAK
an pada jenis DBH earmarked kesehatan Nonfisik) dengan kemudahan perubahan
(CHT dan Migas Otsus) dan DBH SDA menu/kegiatan untuk penanggulangan
blockgrant (nonkehutanan) yang dapat Covid-19
digunakan untuk kegiatan pencegahan
dan/atau penanganan Covid-19
• Prioritas penggunaan DID untuk kegiatan
pencegahan dan/atau penanganan
Covid-19 dan relaksasi penyalurannya
menjadi sekaligus bidang kesehatan
Arah Kebijakan
1. Mendukung upaya pemulihan ekonomi
sejalan dengan prioritas nasional, melalui:
a. Pembangunan aksesibilitas dan konektivitas
kawasan sentra pertumbuhan ekonomi.
b. Dukungan insentif kepada daerah untuk
menarik investasi, perbaikan sistem pelayanan
investasi, dan dukungan terhadap UMKM.
2. Mensinergikan TKDD dan Belanja K/L
dalam pembangunan human capital
(pendidikan dan kesehatan)
3. Mendorong belanja infrastruktur daerah
melalui creative financing seperti
pinjaman daerah, KPBU daerah, serta
kerjasama antardaerah untuk mendukung
pencapaian target RPJMN
4. Redesain pengelolaan TKDD, terutama
DTU dan DTK dengan penganggaran
berbasis kinerja dan peningkatan
akuntabilitas.
5. Meningkatkan kinerja anggaran TKDD
dan melakukan reformasi APBD melalui
implementasi standar harga satuan
regional (SHSR) dan Penyusunan BAS
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Dukungan Program Prioritas
1. Perlindungan sosial sebesar 72 triliun
rupiah berupa dukungan masyarakat
berpendapatan menengah ke bawah
dari resiko sosial dan ekonomi
2. Ketahanan pangan dan
kesejahteraan petani/nelayan sebesar
10,05 triliun rupiah berupa
peningkatan dan pemberdayaan
usaha pertanian/perikanan, yang
didukung penyediaan akses jalan dan
konservasi sumber air
3. Pengembangan pariwisata sebesar
5,2 triliun rupiah berupa dukungan
penyediaan sarana, amenitas, akses
jalan pariwisata dan pengembangan
Desa Wisata, yang diikuti pemberian
insentif perpajakan, peningkatan
kualitas tata kelola destinasi wisata
dan kapasitas masyarakat pelaku
usaha pariwisata

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Dukungan Program Prioritas
4. Reformasi pendidikan dan kesehatan
sebesar 337, triliun rupiah berupa
• Dukungan perbaikan dan peningkatan
sarana prasarana pendidikan berdasarkan
target ketuntasan intervensi dalam
mendukung program merdeka belajar;
• Dukungan peningkatan kesiapan system
kesehatan termasuk ketersediaan sarana,
prasaran dan alkes Fasyankes di daerah dan
desa
5. Peningkatan infrastruktur dan
konektivitas sebesar 9,28 triliun
rupiah berupa dukungan untuk
peningkatan akses dan konektivitas
darat maupun air dalam rangka
pemulihan ekonomi
6. Pembangunan ICT sebesar 9,02
triliun rupiah berupa dukungan
digitalisasi pendidikan dan
kesehatan, serta pengembangan desa
digital

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Laporan Perkembangan Ekonomi
dan Fiskal Daerah DJPK 2021
• Kode BA BUN 999.05
• Unit akuntansi dan pelaporan keuangan:
• Unit teknis eselon II di lingkungan DJPK sebagai UAKPA
BUN atas penyaluran transfer selain DAK Fisik dan
Dana Desa
• KPPN bertindak sebagai UAKPA BUN atas penyaluran
transfer DAK Fisik dan Dana Desa yang penyalurannya
dilaksanakan di bawah instansi vertikal DJPb
• Direktorat Pelaksanaan Anggaran bertindak sebagai
UAKKPA BUN atas penyaluran transfer DAK Fisik dan
Dana Desa yang penyalurannya dilaksanakan di bawah
instansi vertikal DJPb
• Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan bertindak
sebagai UAPBUN
• Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb
bertindak sebgai UABUN

PMK No. 83/PMK.05/2018


PBB
Pajak
PPh 21 dan
PPh
Dana Alokasi WPOPDN
Umum
Dana
Transfer
Umum Migas
Dana Bagi
Transfer ke Hasil
Daerah Dana
Perimbangan
TKDD Perikanan
DAK Fisik
Dana Insentif Dana
Daerah Transfer
Khusus Sumber Daya Kehutanan
Dana Desa Alam
DAK Nonfisik
Dana Otsus
dan Dais DIY
Minerba

Panas Bumi

PMK No. 50/PMK.07/2017 PMK No. 139/PMK.07/2019


• TKDD adalah bagian dari belanja negara
yang dialokasikan dalam APBN kepada
daerah dan desa dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan yang telah diserahkan
kepada daerah dan desa
• Transfer ke daerah adalah bagian dari
belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa
Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah,
Dana Otonomi Khusus, dan Dana
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
• Dana Desa adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN yang diperuntukkan bagi desa
yang ditransfer melalui APBD kabupaten/
kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat
PMK No. 83/PMK.05/2018
• Basis kas menuju akrual
• Komponen LK: LRA, Neraca, CaLK
• LK disusun semesteran dan tahunan • Basis akrual
PMK No. 120/PMK.05/2009 • Terdapat mekanisme reklasifikasi atas
piutang/kewajiban diestimasi menjadi
piutang/utang yang definitif
• Basis akrual • LK bulanan: LRA & Neraca
• Terdapat pengakuan akrual yang terdiri • LK semesteran & tahunan: LRA, LO, LPE,
atas piutang dan utang TKDD Neraca dan CaLK
• Komponen LK: LRA, LO, LPE, Neraca, dan PMK No. 216/PMK.05/2016
CaLK
• LK disusun semesteran dan tahunan
PMK No. 263/PMK.05/2014
• Basis akrual
• Terdapat UAKKPA yang dilaksanakan oleh Dit.
Pelaksana Anggaran
• Proses Akuntansi TKDD mencakup beban dan
realisasi TKDD, piutang dan utang TKDD serta
transaksi transitoris
• LK bulanan: LRA, Neraca, dan CaLK
• LK semesteran dan tahunan: LRA, LO, LPE,
Neraca, dan CaLK
PMK No. 83/PMK.05/2018
Dokumen Sumber
Surat Keputusan Penetapan Rincian
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(SKPRTD)

Pengakuan dan Pengukuran Beban


• Resume tagihan telah diverifikasi dan
divalidasi oleh KPA BUN sehubungan
dengan pelaksanaan realisasi
anggaran TKDD sebesar nilai
nominal pada SPP/SPM
• Timbulnya kewajiban pemerintah atas
kurang salur dan/atau kurang bayar
TKDD yang menjadi hak daerah
dalam satu periode tahun anggaran
sebesar nilai nominal sesuai dengan
dokumen penetapan kurang salur
dan/atau kurang bayar TKDD atau
yang dipersamakan sebagaimana
diatur dalam ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran Belanja
• Diakui pada saat diterbitkannya SP2D
oleh KPPN mitra kerja KPA BA BUN
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan SPM/SP2D

Penyajian dan Pengungkapan


• Nilai beban TKDD berdasarkan resume
tagihan sesuai dengan SPP/ SPM
dan/atau dokumen penetapan kurang
salur dan/atau bayar TKDD disajikan di
LO sebagai Beban Transfer pada pos
Beban Operasional
• Nilai belanja TKDD sesuai dengan
SPM/SP2D disajikan di LRA pada pos
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
yang diklasifikasikan berdasarkan jenis
transfer
• Hal yang perlu diungkap berupa jenis
transfer, daerah penerima dana
transfer, dan SP2D yang belum
diterbitkan karena cut-off semesteran

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran
• Diakui sebagai piutang pada saat
dana TKDD yang disalurkan oleh
pemerintah pusat melebihi jumlah
yang menjadi hak pemda pada TAB
dan telah ditetapkan sebagai piutang
TKDD berdasarkan dokumen
penetapan lebih salur dan/ atau
bayar atau yang dipersamakan
sebagaimana ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal

Penyajian dan Pengungkapan


• Disajikan di Neraca sebagai piutang
PNBP dan tidak dilakukan penyisihan
• Diungkapkan di CaLK berupa
lampiran daftar piutang

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran
• Diakui sebagai utang pada saat dana
TKDD yang disalurkan oleh
pemerintah pusat kurang jumlah
yang menjadi hak pemda pada TAB
dan telah ditetapkan sebagai piutang
TKDD berdasarkan dokumen
penetapan lebih salur dan/ atau
bayar atau yang dipersamakan
sebagaimana ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal

Penyajian dan Pengungkapan


• Disajikan di Neraca sebagai utang
TKDD di kewajiban jangka pendek
• Diungkapkan di CaLK berupa
lampiran daftar utang

PMK No. 83/PMK.05/2018


Desa itu selalu berada dalam pikiran dan hati
saya. Bukan karena saya berasal dari desa,
bukan itu saja. Tapi menurut saya, membangun
desa artinya membangun Indonesia.

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat dan perubahannya di PMK Nomor
215/PMK.05/2016
• PMK Nomor 262/PMK.05/2014 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat dan
perubahannya di PMK Nomor 218/PMK.05/2016
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Entitas Akuntansi SiAP
• Jenis Transaksi SiAP
• Konsolidasi LKPP
Unit Akuntansi
• KPPN selaku UAKBUN-Daerah
kecuali KPPN Khusus Investasi
• Kantor Wilayah DJPb selaku
UAKKBUN-Kanwil
• Direktorat Pengelolaan Kas
Negara selaku UAKBUN-Pusat;
dan
• DJPb c.q. Dit. PKN selaku
UAPBUN Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pusat(AP)

Laporan Keuangan
• Neraca
• Laporan arus kas
• Laporan perubahan ekuitas
• Catatan atas laporan keuangan
UAPBUN-AP
DJPb c.q. Dit. PKN

UAKKBUN- UAKBUN-
UAKBUN-Pusat
Kanwil Khusus
Kanwil DJPb KPPN Khusus Penerimaan Direktorat PKN
KPPN Khusus Pinjaman

KPPN Khusus Hibah


UAKBUN-
Daerah
KPPN
• Penerimaan dan pengeluaran kas yang melalui
rekening KBUN Daerah
• Penerimaan dan pengeluaran yang tidak melalui
RKBUN Daerah tetapi menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku harus
mendapatkan pengesahan dari KPPN yang meliputi
• pendapatan dan belanja pada BLU
• pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah
langsung dalam bentuk uang yang diterima K/L
• pendapatan/penerimaan pembiayaan dan belanja yang
bersumber dari hibah atau pinjaman dalam/luar negeri yang
oleh pihak pemberi pinjaman dan hibah dalam/luar negeri
tidak disalurkan melalui rekening milik BUN tetapi langsung
digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas
• penerimaan dan pengeluaran lainnya yang menurut
ketentuan harus mendapat pengesahan dari KPPN
• Penerimaan dan pengeluaran yang terdapat pada
SPM dengan potongan
• Penerimaan dan pengeluaran yang melalui rekening
KBUN Pusat atau KBUN Daerah lainnya tetapi
mempengaruhi Neraca KUN UAKBUN-Daerah
Administrator – Direktorat APK DJPb
Mengelola prosedur open-close period di level subledger dan GL

Pengelola MPN dan PHLN – KPPN khusus


Data penerimaan pada rek persepsi KPPN Khusus Penerimaan
dan data PHLN yang diproses oleh KPPN Khusus Pinjaman dan
Hibah dibagikan ke seluruh KPPN mitra satker

Pengelola RPKBUNP dan Retur – Direktorat PKN DJPb


Data belanja yang dibayarkan melalui Rekening Pengeluaran
Kuasa BUN Pusat (RPKBUNP) dan returnya dibagikan ke
seluruh KPPN mitra satker
Operating unit – KPPN daerah
KPPN daerah mendapat akses data belanja yang diproses
walaupun dibayar di Dit. PKN serta mendapat akses data
penerimaan walaupun melalui rek. persepsi KPPN Khusus
Penerimaan

Konsolidator – Kanwil DJPb dan Direktorat PKN


Kanwil DJPb dan Direktorat PKN selaku konsolidator secara real
time dapat melakukan konsolidasi data kuasa BUN
• Surat Perintah Membayar (SPM) / Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D)
• Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)/Surat
Pengesahan Hibah Langsung (SPHL)
• Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung (SP4HL)/
Surat Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung (SP3HL)
• Notice of Disbursment (NoD)
• Surat Perintah Pengesahan Pembukuan (SP3)
• Surat Perintah Pembukuan Penarikan PHLN (SP4HLN)
• Warkat Pembebanan Rekening (WPR)
• Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B
BLU) / Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja LU (SP2B BLU)
• Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
• Surat Setoran pengembalian Belanja (SSPB)
• Surat Setoran Bea dan Cukai (SSBC)
• Bilyet Giro
• Nota Debet, Surat Perintah Transfer (SPT) , Nota Kredit, dan
Rekening Koran
• Memo Penyesuaian
• Dokumen sumber lainnya yang sah
Pendapatan dan pengembalian
belanja
• Kas diterima di rekening Kuasa
BUN Pusat/Daerah sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
dokumen sumber penerimaan;
• Pengesahan, sebesar nilai bruto
yang tercantum di dalam dokumen
sumber pengesahan; atau
• Terbit SP2D untuk penerimaan
pendapatan melalui potongan
SPM, sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam SPM.
Belanja, transfer ke daerah dan
dana desa, dan pengembalian
pendapatan
• Kas keluar dari rekening Kuasa
BUN Pusat/Daerah, sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
dokumen sumber pengeluaran;
• Pengesahan oleh Kuasa BUN
Daerah, sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam dokumen
sumber pengesahan; atau
• Terbit SP2D untuk pengeluaran
melalui SPM dengan jumlah
pembayaran nihil, sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
SPM.
• Aset, kewajiban, dan ekuitas yang
timbul akibat transaksi penerimaan
dan pengeluaran tersebut dicatat
dan disajikan di dalam Neraca.
• Neraca terutama menggambarkan
posisi kas pada tanggal pelaporan
seperti Kas di BI, Kas di KPPN, Kas
Dalam Transito, Kas di Bendahara
Pengeluaran, Kas pada BLU, dan
lain-lain.
• Kewajiban yang disajikan di Neraca
pada umumnya terkait dengan
penerimaan kas di rekening Kuasa
BUN tetapi melekat kewajiban
kepada pihak ketiga seperti
penerimaan dana retur SP2D
• Laporan keuangan untuk tujuan
umum dari unit pemerintahan
yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara
terkonsolidasi menurut
Pernyataan Standar ini agar
mencerminkan satu kesatuan
entitas. (PAR 2)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan mencakup
laporan keuangan semua entitas
pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
(PAR 3)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada K/L/D sebagai entitas
pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas
akuntansi, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
(par 4)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan mencakup
laporan keuangan semua entitas
pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
• Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/daerah
• Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi
• Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint
venture)
• Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah
• Laporan keuangan konsolidasian
terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. (par 7)
• Laporan keuangan konsolidasian
disajikan untuk periode pelaporan
yang sama dengan periode pelaporan
keuangan entitas pelaporan dan berisi
jumlah komparatif dengan periode
sebelumnya (par 9)
• Proses konsolidasi diikuti dengan
eliminasi akun-akun timbal balik
(reciprocal accounts). Namun
demikian, apabila eliminasi dimaksud
belum dimungkinkan, maka hal
tersebut diungkapkan dalam CaLK.
(par 12)
Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D.

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi

You might also like