Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing:
Drs. Maya Istiadji, M.Pd
Asisten Praktikum:
Fitriana Ramadhani
Nursyifa Raihan
Wiwin Sri Wahyuni
Zulfa
Oleh:
Levia Raheesa
(2210129220010)
Kelompok II
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cuka merupakan salah satu produk dari hasil fermentasi. cuka
biasanya digunakan sebagai bahan penyedap rasa untuk menambah rasa
keasaman pada makanan. Cuka memiliki banyak manfaat dalam
berbagai industri. Seperti farmasi, masakan, dan pembersih komersil.
Cuka yang mengandung asam asetat adalah larutan asam yang dibuat
dari reaksi oksidasi etanol. Asam asetat yang merupakan asam lemah ini
memiliki kadar yang berbeda-beda pada setiap merk cuka komersil.
Dalam praktikum ini, akan dilakukan penentuan kadar asam
asetat dalam cuka dengan analisa volumetri. Analisa volumetri adalah
suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu larutan untuk
menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif.
Reaksi yang dilakukan untuk melakukan analisa ini adalah titrasi asam
basa. Titrasi bertujuan mencari titik ekuivalen dari kedua reaktan yang
bereaksi, sehingga dapat ditentukan volume reaktan nantinya. Pada
percobaan ini, titran yang digunakan adalah NaOH yang sebelumnya
mengalami reaksi standarisasi oleh H2C2O4.2H2O dan indikator yang
digunakan bersifat asam, yaitu fenolftalein yang akan berubah warna
menjadi merah muda jika sudah mengalami titik akhir titrasi.
B. Tujuan
1
Adapun tujuan pada percobaan kita yang berjudul “Penetuan
Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan” ini adalah untuk menentukan
kadar asam dalam asam cuka. Jadi, inilah tujuan pada percobaan kali
ini.
2
diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya). Prosedur analisis
yang melibatkan titrasi dengan larutan - larutan yang konsentrasinya
diketahui disebut analisis volumetri (Istanti, Utami, & Siska, 2023).
Cuka (asam asetat) merupakan asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan (Kopon, Leba, Lawung, &
Jenimat, 2022). Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2, namun lebih
dan bahan baku industri penting. Selain itu, dalam industri makanan cuka
Retnowati, 2021).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran dan biasanya
buret. Titran ditambahkan ke dalam titer sedikit demi sedikit sampai kedua
larutan mencapai titik ekuivalen, yaitu ketika kedua larutan tepat habis
3
yang akan mengalami perubahan warna pada saat mendekati titik ekuivalen.
Indikator yang tepat untuk suatu sistem titrasi adalah indikator yang dapat
Indikator yang baik digunakan untuk titrasi asam asetat dengan NaOH
Dengan menggunakan data volume titran, volume titer, dan konsentrasi titer
maka kita bisa menghitung kadar titran (Rahmawati, Sholihi, & Arifin,
2020).
Larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO2) yang ada di
menjadi tidak stabil. Karena itu larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi
tepatnya sebelum digunakan untuk titrasi. Hal ini dilakukan melalui titrasi
NaOH dengan suatu larutan asam lain yang stabil dan dapat diperoleh dalam
akurat. Proses ini disebut standarisasi (Sondakh & Nangol, 2023). Larutan
dalam hal ini disebut standar sekunder. Dalam praktikum ini akan
Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa
4
atau basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar
jumlah ekivalen asam sama dengan basa disebut titik ekivalen, pH larutan
mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada saat pH titik
tanpa air tidak dipahami dengan baik. Metode yang baik digunakan adalah
dengan mengacu metode yang telah dilakukan oleh peneliti lain dalam
antara jumlah mol spesi esreaktan dan jumlah mol spesi esproduk yang
jarang digunakan dalam analisis kimia (Rokhim, Rahayu, & Dana, 2023).
menetapkan kapan titik kesetaraan itu dicapai. Terdapat banyak asam dan
basa organik lemah yang bentuk ion dan bentuk tak – terdisosiasinya
5
ditambahkan cukup titran dan disebutin dikator tampak (visual indicator).
(Yazid, 2020).
b. Bahan
1. Cuka makan 10 mL
6
2. Larutan NaOH 0,1M Secukupnya
3. Padatan H2C2O4.2H2O Secukupnya
4. Indikator Fenolftalein (pp) 3 tetes
5. Aquades 500 mL
B. Langkah Percobaan
7
A. Tabel Hasil Pengamatan
• Kegiatan I (Standarisasi Larutan NaOH)
NO Perlakuan Pengamatan
1. Menyiapkan alat dan bahan Alat dan bahan telah disiapkan
di atas meja. di atas meja.
2. Menyiapkan larutan NaOH larutan NaOH 0,1M sudah
0,1M. disiapkam.
3. Menyiapkan larutan standar Padatan asam oksalat telah
asam oksalat 0,1M dengan dicairkan menjadi cairan asam
cara melarutkan sekitar 7 oksalat sebesar 500 mL.
gram asam oksalat
(H2C2O4.2H2O) dengan
aquades sampai 500 mL
dengan labu ukur.
4. Mengambil 25 mL larutan Larutan asam oksalat dicampur
asam oksalat 0,1M dan dengan larutan pp dan berubah
menuangkannya kedalam warna menjadi merah muda.
labu erlenmeyer 250 mL, lalu
menambahkan 3 tetes
indikator penolftalein (pp).
5. Mentitrasi dengan larutan Larutan tidak berubah warna
NaOH yang sudah disiapkan dan tetap berwarna merah
sampai titik akhir titrasi. muda.
6. Menghitung normatif NaOH. Normatif NaOH telah dihitung.
8
1. Menyiapkan alat dan bahan Alat dan bahan telah disiapkan
di atas meja. di atas meja.
2. Mengambil 25 mL cuka Cairan telah dicairkan dan
makan dan menuangkannya dituangkan kedalam labu
kedalam labu ukur 250 mL erlenmeyer.
dan mengencerkannya
dengan aquades sampai batas
tanda.
3. Mentitrasi dengan larutan Larutan berwarna merah muda
NaOH sebanyak 50 mL berubah menjadi warna kuning.
yanng sudah distandarisasi
dengan H2C2O4.2H2O
sampai titik akhir titrasi.
4. Menghitung kadar (%) asam Kadar (%) asam asetat dalam
asetat dalam cuka makan. cuka makan telah dihitung.
B. Analisis Data
Pada percobaan kita yang kedua berjudul “Penentuan Kadar
Asam Asetat dalam Cuka Makan”, Pada percobaan ini membahas
tentang kadar asam asetat yang terkandung pada cuka makan. Cuka
yang mengandung asam asetat adalah larutan asam yang dibuat dari
reaksi oksidasi etanol. Asam asetat yang merupakan asam lemah ini
memiliki kadar yang berbeda-beda pada setiap merk cuka komersil.
Titrasi dikenal sebagai cara untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
yang belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya dan Asam klorida tergolong asam
kuat sehingga lebih cepat dititrasi dibandingkan Asam Asetat yang
tergolong asam lemah. Pada proses titrasi ini harus dihentikan apabila
9
warna larutan telah berubah warna menjadi merah muda atau mencapai
titik akhir .
Titrasi dikenal sebagai cara untuk menentukan konsentrasi
suatu senyawa dengan menggunakan senyawa yang sudah diketahui
konsentrasinya. Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan titrasi
asam basa ini antara lain natrium hidroksida (basa kuat) sebagai titran,
asam asetat (asam lemah) dan asam klorida (asam kuat) sebagai titernya.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada titer sampai terjadi
perubahan warna pada indikator. Saat terjadi perubahan warna pada
indikator maka titrasi harus dihentikan. Hal ini dinamakan dengan titik
akhir titrasi, karena terjadi perubahan warna yang konstan pada
indikator. Namun apabila terjadi perubahan warna pada indikator tetapi
perubahan warna yang terjadi itu tidak konstan maka titrasi tetap
dilanjutkan. Perubahan warna pada indikator yang tidak konstan
tersebut dinamakan titik ekivalen.
Ada beberapa metode atau teknik yang digunakan dalam
penentuan kadar asam asetat dalam cuka makan. Berikut adalah
beberapa di antaranya yaitu, yang pertama Titrasi Asam Basa. Metode
ini melibatkan penambahan larutan basa yang diketahui konsentrasinya
ke dalam sampel cuka makanan. Asam asetat dalam cuka akan bereaksi
dengan basa, dan titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekivalen.
Dengan mengetahui volume dan konsentrasi basa yang digunakan,
dapat dihitung kadar asam asetat dalam cuka. Yang kedua, Metode
Elektrokimia. Salah satu metode elektrokimia yang digunakan adalah
pengukuran potensiometri, di mana elektroda khusus digunakan untuk
mengukur perubahan potensial yang terjadi selama reaksi asam asetat
dengan elektrolit di dalam sampel. Dengan menggunakan kurva
kalibrasi, kadar asam asetat dapat ditentukan. Yang ketiga, Metode
Spektrofotometri: Metode ini melibatkan pengukuran absorbansi atau
10
intensitas cahaya yang diserap oleh sampel cuka pada panjang
gelombang tertentu. Asam asetat dalam cuka memiliki absorbsi yang
khas pada panjang gelombang tertentu, dan konsentrasi dapat
ditentukan dengan membandingkan dengan kurva kalibrasi. Pada
percobaan kali ini kita menggunakan metode titrasi Asam-Basa.
Pada percobaan kali ini ada terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi hasil penentuan kadar asam asetat dalam cuka
makan adalah yang pertama, Kualitas Reagen. Penggunaan reagen yang
berkualitas rendah atau reagen yang sudah kadaluarsa dapat
menghasilkan hasil yang tidak akurat. Penting untuk menggunakan
reagen yang segar dan memiliki kualitas yang terjamin. Yang kedua,
Kebersihan dan Pengenceran Sampel. Kontaminasi dari bahan-bahan
lain atau pengenceran yang tidak tepat dari sampel dapat mengganggu
hasil analisis. Sampel yang digunakan harus bebas dari kontaminasi dan
pengenceran dilakukan dengan proporsi yang benar. Yang ketiga,
Kesalahan Pengukuran. Kesalahan manusia selama proses pengukuran,
seperti kesalahan membaca volume atau kesalahan mengoperasikan alat
pengukur, dapat mempengaruhi akurasi hasil. Yang keempat,
Interferensi. Kehadiran zat-zat lain dalam sampel cuka makanan, seperti
garam atau senyawa lainnya, dapat mempengaruhi hasil analisis.
Interferensi ini perlu dipertimbangkan dan dikompensasi agar hasil
analisis akurat.
Pada percobaan ini terdapat dua kegiatan, kegiatan yang pertama
kita melakukan standarisasi larutan NaOH dan kegiatan yang kedua
penentuan kadar asam asetat dalam cuka makan. Pada kegiatan yang
pertama belum berhasil karena pada saat melakukan standarisasi larutan
nya tidak berubah warna. Sedangkan pada kegiatan kedua sudah bisa
dikatakan berhasil karena pada larutan yang digunakan berubah warna
sehingga bisa menentukan kadar asam asetat nya. Untuk meminimalkan
11
kesalahan dalam penentuan kadar asam asetat, ada beberapa langkah
berikut yang dapat diambil. Pertama, mengkalibrasi Alat. Pastikan alat
yang digunakan untuk analisis sudah dikalibrasi dengan benar
menggunakan standar yang tepat. Hal ini akan memastikan keakuratan
alat pengukur. Kedua, mengkontrol Kualitas. Gunakan sampel kontrol
yang dikenal konsentrasinya untuk memastikan bahwa alat dan metode
yang digunakan memberikan hasil yang akurat. Sampel kontrol harus
diuji bersamaan dengan sampel yang akan dianalisis untuk
memverifikasi kualitas analisis. Ketiga, mempersiapkan Sampel yang
Tepat. Pastikan sampel cuka makanan telah dilarutkan atau diencerkan
dengan benar sesuai dengan metode yang digunakan. Hindari
kontaminasi dari bahan-bahan lain yang dapat mengganggu hasil
analisis. Keempat, Pengulangan Pengukuran. Lakukan pengukuran
secara berulang untuk memperoleh hasil yang konsisten. Jika ada
perbedaan yang signifikan antara pengukuran, perlu dilakukan
investigasi untuk mengidentifikasi penyebabnya.Kelima, memvalidasi
Metode. Pastikan metode yang digunakan telah divalidasi dan
memenuhi persyaratan kualitas. Validasi metode melibatkan pengujian
kembali metode secara menyeluruh untuk memverifikasi
keakuratannya.
Pada percobaan kali ini juga terdapat Interpretasi hasil pengujian
kadar asam asetat dalam cuka makan dilakukan dengan
membandingkan hasil analisis dengan batasan atau standar yang
ditetapkan. Berikut adalah beberapa poin yang dapat diperhatikan dalam
interpretasi hasil. Yang pertama, Kadar Asam Asetat yang Diperoleh.
Periksa hasil analisis untuk menentukan jumlah asam asetat yang
terdeteksi dalam sampel cuka makan. Hasil ini biasanya dinyatakan
dalam satuan konsentrasi seperti persentase (% w/v) atau molaritas
(mol/L). Kedua, Perbandingan dengan Standar atau Batasan.
12
Bandingkan hasil analisis dengan standar yang ditetapkan untuk cuka
makan atau batasan yang diberlakukan oleh otoritas yang berwenang.
Pastikan bahwa hasil analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Ketiga, Kesesuaian dengan Tujuan Penggunaan. Pertimbangkan apakah
kadar asam asetat dalam cuka makan sesuai dengan kebutuhan atau
tujuan penggunaan. Beberapa produk atau proses mungkin memiliki
persyaratan khusus terkait kadar asam asetat. Keempat, Evaluasi Risiko
Kesehatan. Jika kadar asam asetat melebihi batasan yang ditetapkan,
perlu dilakukan evaluasi risiko kesehatan. Asam asetat dalam kadar
yang tinggi dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia.
Interpretasi yang tepat dari hasil pengujian harus mempertimbangkan
standar yang berlaku dan konteks penggunaan cuka makan tersebut.
Jika ada kekhawatiran atau ketidakpastian, sebaiknya berkonsultasi
dengan ahli atau pihak berwenang yang berkompeten dalam bidang
tersebut.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam percobaan kita yang kedua berjudul “Penentuan Kadar
Asam Asetat dalam Cuka Makan” ini dapat disimpulkan bahwa Cuka
yang mengandung asam asetat adalah larutan asam yang dibuat dari
reaksi oksidasi etanol. Asam asetat yang merupakan asam lemah ini
memiliki kadar yang berbeda-beda pada setiap merk cuka komersil.
Titrasi dikenal sebagai cara untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
yang belum diketahui konsentrasinya dengan menggunakan larutan
yang sudah diketahui konsentrasinya dan Asam klorida tergolong asam
kuat sehingga lebih cepat dititrasi dibandingkan Asam Asetat yang
tergolong asam lemah. Pada proses titrasi ini harus dihentikan apabila
13
warna larutan telah berubah warna menjadi merah muda atau mencapai
titik akhir .
B. Saran
Dalam percobaan kita yang kedua berjudul “Penentuan Kadar
Asam Asetat dalam Cuka Makan” ini dibutuhkan ketelitian yang tinggi.
Maka dari itu, dianjurkan untuk mematuhi langkah-langkah dan arahan
dari asisten praktikum agar dalam percobaannya mendapat hasil yang
akurat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Denimat, D. A., Lawung, D. Y., Baunsele, B. A., Boelan, G. E., Wariani, T., & Leba,
A. U. (2023). Phytochemical Content of Fresh Purple Sweet Potato (Ipomea
batatas L.) Extract As Acid-Base Titration Indicator. Journal Sains Natural,
13(2), 98-115.
Istanti, A., Utami, W. S., & Siska, I. A. (2023). Pemberdayaan PKK Desa Tambong
dalam Pembuatan Sabun Pencuci Piring Eco-Enzyme. Jurnal Warta
Pengabdian, 17(1), 31-46.
Kopon, M. A., Leba, A. U., Lawung, Y. D., & Jenimat, D. A. (2022). Aplication of
Turmeric Rhizome Pigmen as Acid-Base Titration Indicator. Journal Sains
Natural, 12(4), 143-152.
Mawarnis, R. E. (2021). Kimia Dasar II. Yogyakarta: Deepublish Press.
Mundriyastutik, Y., Maulida, I. D., & Retnowati, E. (2021). Analisis Volumetri
(Titrimetri). Kudus: MU Press.
Rahmawati, I., Sholihi, H., & Arifin, M. (2020). Pengembangan Lembar Kerja
Praktikum Berbasis Inkuiri pada Konsep Titrasi Asam-Basa di SMK Farmasi.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(10), 1156-1168.
Rokhim, A. D., Rahayu, S., & Dana, W. I. (2023). Analisis Miskonsepsi Kimia dan
Instrumen Diagnosisnya . Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 17(1), 17-28.
Sondakh, T. D., & Nangoi, R. (2023). The Effectiveness of Using Ecoenzymes Based
on Several Kinds of Fruit on the Growth of Lettuce (Lactuca sativa L.). Jurnal
Agroekoteknologi Terapan, 4(1), 147-158.
Wicaksana, I. P. (2023). Pemanfaatan Sari Buah Sirsak sebagai Pengganti White
Vinegar dalam Pembuatan Hollandaise Sauce. Jurnal Ilmiah Pariwisata dan
Bisnis, 2(2), 337-353.
Yazid, A. E. (2020). Potensi Antosianin dari Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) sebagai Alternatif Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Sains,
8(15), 50-59.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
b.Nb.Vb = a.Na.Va
Keterangan :
Na =
Na = 0,2 N
Jadi, diketahui jumlah normalitas asam adalah 0,2 N.
Menghitung normalitas yang digunakan
N = 26,6 gr/L
B. Penentuan Kadar Asam Asetat Dalam Cuka Makan
• Masukkan semua data kerumus penentuan kadar asam asetat dalam cuka
Makan