You are on page 1of 3
g KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA e A DIREKTORAT JENDERAL @ TJ PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT » b Jalan H.R Rasuna Said Blok X-5 Kaviing 4-9 Jakarta 12950 ‘Telepon (021) 4247608 (Hunting) Faksimrile (021) 4207807 GERMAS Yth, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh indonesia Kepala B/BTKL-PP seluruh Indonesia . Direktur Rumah Sakit Rujukan oeonen SURAT EDARAN NOMOR: HK.02.02/1U 2g6 12019 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN TERHADAP PENYAKIT PES (BLACK DEATH) Pes merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, melalui gigitan pinjal yang hidup pada tikus. Penularan antar manusia terjadi melalui droplets yang mengandung bakteri pes. Ada 3 (tiga) tipe tanda klinis pes yaitu bubonik, septicemik, dan pneumonik. Pes tipe pneumonik merupakan bentuk klinis pes yang Paling berbahaya karena dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui droplets dan dapat menyebabkan pandemi. Namun, bentuk pneumonik dapat juga terjadi sebagai manifestasi lanjutan dari tipe bubonic. Wabah penyakit pes pemnah terjadi di sebagian besar daratan Eropa tahun 1400 yang menelan korban sebanyak 25 juta jiwa. Pada tahun 1984, pandemi pes sudah menyebar ke empat benua, diduga berasal dari Canton daratan Cina. Berdasarkan laporan WHO, kejadian luar biasa pes terakhir terjadi di Madagaskar pada bulan November 2017. Sampai saat ini, terdapat tiga negara yang paling endemis penyakit es yaitu Republik Demokratik Kongo, , Madagaskar, dan Peru, Di Indonesia, ada 4 (empat) wilayah yang pemah terjadi kasus pes, yaitu Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur, Kabupaten ‘Sleman DI Yogyakarta, dan Kabupaten Bandung Jawa Barat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus pes (bubonik) pada manusia terakhir dilaporkan tahun 2007 di Kabupaten Pasuruan. Sampai saat ini, belum ada lagi laporan kasus pes pada ™manusia, namun surveilans pes tetap berjalan di keempat wilayah tersebut. Dari hasil extemal assessment oleh WHO dan CDC Fort Collins, Indonesia dinyatakan sebagai daerah berisiko sangat rendah dan terlokalisir terhadap penyakit pes. Sehubungan dengan informasi terjadinya wabah pes pneumonik di Cina pada November 2019, berikut disampaikan beberapa hal sebagai upaya kewaspadaan, deteksi ini dan pencegahan penyakit pes: A inas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota 1, Meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini kasus pes di wilayahnya terutama 4 (empat) wilayah yang pemah terjadi kasus pes serta wilayah yang memiliki pintu masuk internasional dari negara terjangkit. 2. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi Kepada masyarakat dalam bentuk media cetak maupun elektronik tentang tatalaksana pencegahan dan pengendalian Penyakit pes dan anjuran agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan Kesehatan terdekat, bila mengalami tandalgejala demam, sakit kepala, gangguan pemafasan (batuk dan sesak nafas) dan disertai satu atau lebih berikut ir a. Adanya riwayat kontak (tergigit) pinjal, Kontak dengan binatang pengerat dalam 1 minggu terakhir. b. Kontak dengan penderita pes terkonfirmasi dalam 1 minggu terakhir. & Memiliki riwayat perjatanan dari negara terjangkit dalam waktu 1 minggu terakhir. 8B. Kantor Kesehatan Pelabuhan 1. Meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini kasus pes pada pelaku perjalanan dengan cara _meningkatkan pengawasan bagi setiap pelaku perjalanan yang mengalami tanda/gejata demam, sakit kepala, gangguan pernafasan (batuk dan sesak nafas) dan disertai satu atau lebih berikut ini: @. Adanya riwayat Kontak (tergigit) pinjal, kontak dengan binatang pengerat dalam 1 ‘minggu terakhir. b. Kontak dengan penderita pes terkonfirmasi datam 1 minggu terakhir. c. Memi riwayat perjatanan dari negara terjangkit dalam waktu 1 minggu terakhir. 2. Melakukan pengawasan dan pengendalian pinjal dan reservoir pes terhadap alat angkut dan barang bawaan yang datang atau transit dari negara terjangkit pes, serta di fingkungan pintu masuk negara (bandara, pelabuhan, dan PLBDN). 3. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam bentuk media cetak maupun elektronik kepada masyarakat di sekitar wilayah pintu masuk negara tentang tatalaksana pencegahan dan pengendalian penyakit pes dan anjuran agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan Kesehatan terdekat, bila mengalami tanda/gejala disertai riwayat seperti di atas, C. Rumah Sakit Rujukan 1, Meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini kasus pes pada pasien yang datang ke Rumah Sakit dengan tanda/gejala demam, sakit kepala, gangguan pemafasan (batuk dan sesak nafas) dan disertai satu atau lebih berikut ini a. Adanya riwayat Kontak (tergigit) pinjal, Kontak dengan binatang pengerat dalam 1 minggu terakhi. . Kontak dengan penderita Pes terkonfirmasi dalam 1 minggu terakhir. . Memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit dalam waktu 1 minggu terakhir. 2. Memberikan pengobatan dan perawatan yang sesuai terhadap pasien dengan tanda/gejala di atas serta melakukan pengambilan sampel, pengepakan dan pengiriman spesimen ke Labkesda Yogyakarta atau B/BTKL-PP Surabaya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan B/BTKL-PP di wilayahnya 3. Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam bentuk media cetak maupun elektronik kepada keluarga pasien dan masyarakat tentang tatalaksana pencegahan dan pengendalian penyakit pes dan anjuran agar segera memeriksakan diri ke fasifitas Pelayanan kesehatan terdekat, bila mengalami tanda/gejala disertai riwayat seperti di atas. D. Balai Besar/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit 1. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota dan Fasyankes dalam proses pengepakan dan pengiriman spesimen ke Labkesda Yogyakarta atau BBTKL-PP Surabaya 2. Berperan aktif dalam kegiatan Penyelidikan Epideriologi berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi ‘Suspek pes yang ditemukan segera dilaporkan kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operations Centre (PHEOC), di nomor telepon 0812-1924- 1850, WA 0878-0678- 3906 atau email : poskoklb@vahoo.com. Informasi lebih lanjut dapat merujuk pada Petunjuk Teknis Pengendalian Pes yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI. Demikian Surat Edaran ini untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ditetapkan di Jgkarta Tembusan 1. Menteri Kesehatan Ri 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI 3. Direktur Jenderal Peiayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 4. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI 5. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

You might also like