You are on page 1of 11

MODERNISASI PONDOK PESANTREN AL-ISTIQOMAH WANASARI KOTA

BANDUNG DI BAWAH KEPEMIMPINAN KH. AHMAD GAOS SYARIFUDDIN


(1982-1996)

Oleh:
Muhamad Hafizh Najmu Tsakib

Abstract: This research is entitled "Modernization of Pesantren Al-Istiqomah Wanasari in Bandung


City Under the Leadership of KH. Ahmad Gaos Syarifuddin (1982-1996). The main
problems studied were the modernization of Pondok Pesantren in urban areas and the efforts
of kiai as a leader figure in the pesantren environment in managing and advancing their
pesantren. In this case, researchers took the phenomenon that occurred at the Pesantren Al-
Istiqomah Wanasari in Bandung City, the pesantren was founded by KH. Ahmad Masyud in
1943. After conducting research, it was found that there were significant changes in the
second leadership period, namely KH. Ahmad Gaos Syarifuddin, the researcher saw that he
was a very visionary and revolutionary person in developing Pondok Pesatren starting from
improving the management management system to adapting the madrasah system within the
pesantren environment. So that this study is divided into three discussions, namely, first
about the Conditions of Management and Education Systems Before the Leadership of KH.
Ahmad Gaos Syarifuddin, the establishment of the foundation and finally the formal school
level education in the pesantren environment. At the end of the study, it resulted in the fact
that the role of the kiai as a leader figure greatly determines the sustainability of a pesantren
where, a pesantren, especially in urban areas, cannot be conservative and remain traditional
without looking at the demands and needs of the community, so that the role of the kiai as a
leader figure greatly determines the direction of development of the pesantren.

Keywords: Role of kiai, Pesantren Development, Impact to Pesantren

Abstrak: Penelitian ini berjudul “Modernisasi Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari Kota Bandung
Di Bawah Kepemimpinan KH. Ahmad Gaos Syarifuddin (1982-1996). Permasalahan utama
yang dikaji mengenai modernisasi pondok pesantren di perkotaan dan upaya kiai sebagai
sosok pemimpin dalam lingkungan pesantren dalam mengelola dan memajukan pondok
pesantrennya. Dalam kasus ini peneliti mengambil fenomena yang terjadi di Pondok
Pesantren Al-Istiqomah Wanasari Kota Bandung, pondok pesantren di dirikan olek KH.
Ahmad Masyud pada tahun 1943. Setelah melakukan penelitian ditemukan fakta bahwa
terjadi perubahan yang signifikan pada periode kepemimpinan ke dua yaitu KH. Ahmad
Gaos Syarifuddin, peneliti melihat bahwa beliau merupakan seseorang yang sangat visioner
dan revolusioner dalam mengembangkan pondok pesatren mulai dari perbaikan sistem
manajemen kepengurusan hingga adaptasi sistem madrasah di dalam lingkungan pondok
pesantren. Sehingga dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bahasan yaitu, pertama
mengenai Kondisi Manajemen dan Sistem Pendidikan Sebelum Kepemimpinan KH. Ahmad
Gaos Syarifuddin, pendirian yayasan dan terakhir yaitu pengadan jenjang sekolah formal
dalam lingkungan pondok pesantren. Pada akhir peenlitian menghasilkan fakta bahwa
peranan kiai sebagai sosok pemimpin sangat menentukan keberlangsungan dari sebuah
pondok pesantrne dimana, sebuah pesantren khususnya di perkotaan tidak bisa bersikap
konservatif dan tetap tradisional tanpa melihat tuntutan dan kebutuhan masyarakat, sehingga
peranan kiai sebagai sosok pemimpin sangat menentukan arah perkembangan dari pondok
pesantrennya.
Kata Kunci: Peranan Kiai, Perkembangan Pesantren, Dampak Terhadap Pesantren

1
PENDAHULUAN berarti sudah 80 tahun pondok pesantren ini
Seiring berkembangnya dunia ke arah beridiri dan berkontribusi bagi pendidikan
yang lebih modern pesantren dihadapkan dan syiar Islam di Kota Bandung. Sebagai
pada sejumlah tantangan dan persoalan salah satu kota terbesar di Indonesia,
yang semakin kompleks, kemampuan Bandung merupakan kota yang terpengaruh
pesantren untuk menjawab tantangan modernisasi dengan cukup pesat, hal ini
tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur bisa kita bandingkan dengan kondisi Kota
seberapa jauh pesantren dapat mengikuti Bandung pada tahun 80an atau bahkan 90an
arus modernisasi (Madjid. M, 2010, hlm. dengan saat ini. Perkembangan zaman yang
80). Sebagai lembaga pendidikan pesat di segala bidang terutama pendidikan
tradisional yang dihadapkan oleh berdampak juga terhadap pondok pesantren
perkembangan zaman tentunaya pondok bahkan mengharuskan pondok pesantren
pesantren ditutut untuk menyesuaikan diri yang berada di perkotaan lebih di tuntut
dengan kondisi saat ini terutama bagi untuk tidak konservatif dan menyesuaikan
pondok pesantren yang berada di perkotaan. dengan kebutuhan masyarakat sesuai
Menurut Abd. Halim dalam bukunya dengan jamannya, di satu sisi pondok
mengungkapkan bahwa “Sebagai lembaga pesantren sebagai lembaga pendidikan
pendidikan Islam, pesantren memiliki Islam tidak boleh sampai menghilangkan
karakteristik yang berbeda dengan nilai-nilai Islam yang fundamental dan
lembaga-lembaga pendidikan yang lain, karakternya yang sudah berjalan selama
yakni jika dilihat dari sejarah puluhan tahun. Pesatnya perkembangan di
pertumbuhannya, komponen-komponen perkotaan inilah yang kemudian menjadi
yang terdapat di dalamnya, pola salah satu tantangan bagi pondok pesantren
kehidupannya, serta pola adopsinya untuk melakukan modernisasi baik dalam
terhadap berbagai macam inovasi yang sistem pendidikan dan kelembagaan demi
dilakukannya dalam rangka eksistensi dan keberjalannya ditengah
mengembangkan sistem pendidikan baik masyarakat.
pada ranah konsep maupun praktik.” Kondisi ini yang dihadapi oleh Pondok
(Soebahar. Abd. H, 2013, hlm. 33). Pesantren Al-Istiqomah Wanasari, sebagai
Pondok Pesantren Al-Istiqomah salah satu pondok pesantren yang terletak
Wanasari merupakan salah satu pondok di Kota Bandung, berdiri sejak tahun 1943
pesantren yang berada di Kota Bandung. dimana pada awal pendiriannya merupakan
Pondok pesantren ini didirikan oleh KH. pondok pesantren salafi atau tradisional
Ahmad Masyud pada tahun 1943 yang kemudian harus bisa menyesuaikan diri

2
dengan perkembagan jaman dan tuntutan yang selanjutnya mengubah sistem pondok
kebutuhan masyarakat perkotaan. Akan pesantren yang dulu bersifat tradisional
tetapi penulis juga menyadari bahwa menjadi modern. Perubahan tersebut
perkembangan sebuah pondok pesantren terdapat pada kepemimpinan kiai yang ke-2
tidak berlangsung secara cepat dan bagitu yaitu KH. Ahmad Gaos Syarifuddin yang
saja, perubahan ini tidak bisa dilepaskan menjabat dari tahun 1982-1996, perubahan
dari peran seorang kiai sebagai seorang tersebut berdampak kepada pondok
pimpinan pondok pesantren yang bahkan pesantren dan lingkungannya hingga saat
mengatur seluruh aspek baik dari segi ini. Penelitian seputar Pondok Pesantren Al-
pendidikan dan budaya di dalam Istiqomah Wanasari pernah dilakukan
lingkungan pondok pesantren itu sendiri. sebelumnya, mengenai kiprah kiai pertama
Sehingga perubahan dan adaptasi sebuah yaitu KH. Ahmad Masyud dalam dakwah di
pondok pesantren tergantung dari sosok Kota Bandung yang didalamnya sedikit
seorang kiai yang memimpin pondok membahas Pondok Pesantren Al-Istiqomah
pesantren tersebut. Wanasari ini sebagai bentuk upaya KH.
Mengutip dari Kompri (2018, hlm. 68) Ahmad Masyud dalam berdakwah di Kota
“Berbeda dengan kepemimpinan lainnya, Bandung, sedangkan penelitian ini akan
kepemimpinan kiai pesantrens sering kali lebih berfokus kepada kepemimpinan kiai
menempati atau bahkan ditempatkan ke-2 serta dampatk kebijakannya terhadap
sebagai pimpinan tunggal yang mempunyai perubahan manajemen, dan sistem
kelebihan (maziyah) yang tidak dimiliki pendidikan di dalam pondok pesantren.
oleh masyarakat lainnya. Pandangan ini
METODE
yang kemudian membuat dominasi
Metode yang digunakan oleh peneliti
kepemimpinan seorang kiai menjadi sebuah
dalam penelitian ini adalah metode sejarah
menjadi tradisi di dalam lingkungan pondok
atau historis, menurut Gottschalk (dalam
pesantren, yang menjadikan dominasi
Ismaun, Winarti, dan Darmawan, 2016,
pengaruh seorang kiai sangatlah krusial
hlm. 40) merupakan proses menganalitis
dalam lingkungan pesantren terutama
dan menguji secara kritis rekaman dari
pesantren tradisional.
peninggalan masa lampau, dan
Setelah melakukan penelitian lebih
merekonstruksi secara kritis rekaman dan
lanjut pada Pondok Pesantren Al-Isitqomah
peninggalan masa lampau dengan krtitis
Wanasari, peneliti berhasil menemukan
dan imajinatif berdasarkan bukti dan data-
fakta bahwa terdapat perubahan yang
data yang telah diperoleh dalam proses
sangat signifikan pada pondok pesanten ini

3
historiografi. Dari para ahli tersebut dapat tokoh lainnya dan sumber tertulis yang
disimpulkan bahwa metode sejarah adalah sudah di kumpulkan atau yang bisa disebut
serangkaian proses rekonstruksi secara dengan kritik internal.
kritis yang berdasarkan data-data dan fakta Ketiga adalah tahap interpretasi. Dalam
yang melalui tahapan dari mulai heuristik tahapan ini peneliti akan melakukan
atau pengumpulan sumber sejarah hingga penafsiran dan analisis terhadap informasi
historiografi atau penulisan ulang sejarah dari setiap sumber sejarah yang telah di
tersebut. kumpulkan serta mencari keterhubungan
Merujuk kepada tahapan pada metode antara fakta-fakta tersebut dan memilah
sejarah, peneliti melakukan beberapa mana yang lebih relevan dan tidak untuk di
langkah. Pertama tahap mengumpukan tulis kembali pada penelitian ini. Peneliti
sumber sejarah atau heuristik. Pada tahapan akan mengambil fakta yang penting dan
ini peneliti mengumpulkan berbagai sumber membuatnya menjadi fakta sejarah serta
dan informasi yang relevan dari berbagai membuang fakta yang tidak penting (Carr,
sumber seperti buku, artikel jurnal, arsip, 1990, hlm. 14). Dalam menganalisis data
maupun hasil wawancara kepada tokoh- dan fakta tersebut peneliti dibantu berbagai
tokoh yang peneliti anggap mampu dalam konsep mengenai pondok pesantren seperti
memberikan informasi-informasi tambahan konsep kepemimpinan kiai dan modernisasi
terkait tema yang diteliti. Kedua adalah pesantren. Keempat adalah historiografi
metode kritik sumber atau verifikasi, atau penulisan ulang sejarah. Pada tahapan
merupakan tahap dalam memilah informasi akhir ini diperlukan pemikiran yang kritis
secara kritis agar mendapatkan data yang dalam menganalisis agar menghasilkan
seuai fakta yang terjadi sebenarnya sistesis dari seluruh ahsil penelitian
(Sjamsuddin, 2016, hlm. 83). Pada tahapan (Sjamsuddin, 2016, hlm. 99). Pada tahapan
ini, untuk sumber yang berbentuk tulisan ini peneliti akan memaparkan hasil
buku, artikel, dan arsip peneliti akan penelitian dalam bentuk narasi dengan
memperhatikan dari latar belakang penulis, memperhatikan kronologi dari setiap
tahun terbit, kota, dan isi yang di cocokkan peristiwa.
dengan sumber lainnya, untuk melihat Sedangkan dalam melakukan teknik
keabsahan dari sumber tersebut. Sedangkan penelitian, peneliti menggunakan teknik
untuk sumber lisan peneliti akan wawancara. Menurut Rachmawati (2007,
memperhatikan kepada usia, jabatan, peran hlm. 35) memaparkan bahwa wawancara
pada periode penelitian, serta dalam penelitian ditujukan untuk
membandingkan setiap argumen dengan mendapatkan informasi dari satu sisi saja,

4
oleh karena itu hubungan asimetris harus yang hanya menyelenggarakan pendidikan
tampak. Dalam teknik ini peneliti melaui pengajaran kitab kuning tanpa
cenderung mengarahkan pada penemuan adanya pembelajaran ilmu-ilmu umum dan
persepsi dan pemikiran narasumber sistem madrasah seperti sekolah-sekolah
terhadap sebuah peristiwa sejarah. Adapun saat ini. Mengutip dari wawancara dengan
teknik wawancara dilakukan dengan dua Hj. Neneng Wiyarsah Kurnia yang
cara yaitu, wawancara formal berdasarkan merupakan istri dari Alm. KH. Ahmad Gaos
format pertanyaan yang sudah di buat, Syarifuddin beliau menggungkapkan
ataupun teknik wawancara non-formal yaitu bahwa, Pada awal berdirinya Pondok
proses tanya jawab berdasarkan respon dari Pesantren Al-Istiqomah Wanasari ini
setiap pertanyaan yang dilontarkan tanpa menggunakan sistem pendidikan salafiyah
berpatok kepada format pertanyaan yang dengan berpedoman thoriqoh at-ta’lim wa
sudah di siapkan. at-tallum dengan penanaman moral dan
etika guna melestarikan ajaran ahlu as-
PEMBAHASAN
sunnah wa al-jama’ah. Adapun dorongan
1. Kondisi Manajemen dan Sistem
yang melatar belakangi berdirinya Pondok
Pendidikan Sebelum Kepemimpinan
Pesantren al-Istiqomah ini adalah
KH. Ahmad Gaos Syarifuddin
pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar,
Pondok Pesantren Al-Isitqomah
menyuruh pada kebaikan, mencegah dari
Wanasari di dirikan pada tahun 1943 oleh
perbuatan keji dan munkar. (Hj. Neneng
KH. Ahmad Masyud. Pondok pesantren ini
Wiyarsah Kurnia, wawancara 3 Februari
berawal dari latar belakang datangnya KH.
2022).
Ahmad Masyhud ke Cijerah atas utusan
Untuk pengajaran kitab di pondok
dari mertuanya yakni KH. Ahmad Syafi’i,
pesantren sendiri bisa dikatakan lengkap
namun beliau mempunyai tujuan yang
mulai dari kitab nahwu, sharaf, fiqih,
paling utama yakni ingin mengajak
hadits, dan tafsir. Sedangkan untuk metode
masyarakat pada kebaikan atau beramal
pembelajaran sendiri hanya terdapat dua
yang ma’ruf yang pada mulanya berupa
metode yaitu sorogan dan bandungan,
silaturahmi dengan masyarakat muslim
merupakan metode umum yang terdapat
sekitar wilayah Cijerah. (Hasanah, 2018,
pada pondok pesantren salafi pada
hlm. 171).
umumnya. Metode sorogan adalah metode
Di awal pendiriannya pondok pesantren
pembelajaran privat yang dilakukan santri
ini merupakan pondok pesantren dengan
kepada seorang kiai, dalam metode ini
sistem pendidikan tradisional atau salafi
seorang santri akan datang kepada kiai

5
sembari membawa kitab bertuliskan Arab menyerap ilmu dari kiai bukan hanya ilmu
gundul kemudian menbacanya serta agama tetapi ilmu kehidupan juga.
menterjemahkannya (Akhiruddin, 2015, Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad
hlm. 201). Kemudian metode bandungan Masyud manajemen pondok pesantren Al-
mengutip dari Dhofier, metode bandungan Istiqomah Sendiri bisa dikatakan dengan
merupakan metode pembelajaran yang di isi sistem manajemen tradisional, hal itu bisa
oleh 5 sapai 500 santri kemudian kita lihat dengan ke organisasiannya sendiri
mendengarkan, dan mengkaji kitab secara yang masih bersifat kekeluargaan dimana
seksama sembari mendengarkan kiai dalam sebagian besar pesantren di urus oleh
menerangkan. Setiap santri memperhatikan keluarga dari sang kiai, kemudian tidak di
kitab masing-masing lalu mengartikan tiap bawah naungan organisasi berlandaskan
kata (Dhofier, 2011, hlm. 54). hukum seperti yayasan yang membuat
Sedangkan untuk peserta didik atau minimnya keterlibatan orang luar dalam
santri sendiri hanya terdapat dua tipe, yaitu kepengurusan pondok pesantren.
santri kalong dan santri mukim. Santri Pada periode sebelum kepemimpinan
kalong sendiri merupakan santri yang hanya KH. Ahmad Gaos Syarifuddin
mendatangi pesantren ketika melakukan kepemimpinan pondok pesantren sangat
kegiatan belajar kitab dan ketika usai para berpusat kepada seorang kiai sebagai sosok
santri tersebut akan kembali ke rumahnya sentral yang menentukan kebijakan dan
masing-masing. Santri dari jenis ini sitem pendidikan dalam lingkungan Pondok
biasanya santri yang rumahnya tidak jauh Pesantren Al-Istiqomah Wanasari. Menurut
dari lokasi pondok pesantren. Kemudan Kompri dalam bukunya menyebutkan
satri mukim merupakan santri yang belajar sebagai gaya kepemimpinan otoriter
dan menetap dalam kurung waktu tertentu paternalistik, yaitu hubungan antara
sehingga ketika tidak ada kegiatan belajar pimpinan dan bawahan yang dalam
dan mengaji kitab para santri tersebut akan pesantren terjadi antara kiai sebagai
tidur, makan, memcuci pakaian, dan lainnya pimpinan serta bawahan seperti santri dan
di tempat yang disebut dengan kobong atau masyarakat sekitar hal tersebut terjadi
asarama santri. Santri jenis ini sering dikarenakan kadar ke-kharismatikkan sang
dikatakan santri yang benar-benar santri kiai yang kemudian menyebabkan
karena selain berasal dari wilayah yang hubungan diplomatik-partisipatif, artinya
jauh para santri ini lebih dekat dengan kiai semakin kuat hubungan yang satu akan
dan mendedikasikan hidupnya utuk menyebabkan semakin lemah yang lainnya
(Kompri, 2018, hlm. 70)

6
2. Pembentukan Yayasan Pendidikan kepengurusan yayasan diluar keluarga kiai.
Islam Al-Istiqomah (YPII) Pembentukan yayasan ini merupakan
KH. Ahmad Gaos Syarifuddin sebuah upaya dalam mengarahkan
merupakan pimpinan ke dua Pondok menejerial pesantren yang lebih aplikatif,
Pesanren Al-Istiqomah Wanasari inklusif, dan fleksibel, sehingga
kepemimpinan beliau ditandai dengan pembelajaran dalam lingkungan pondok
dibentuknya Yayasan Pendidikan Islam Al- pesantren tidak monoton.
Istiqomah secara resmi berdiri pada tanggal Selanjutnya berdasarkan penelitian yang
19 Januari 1982 dan menetapkan KH. dilakukan, pembentukan YPII merupakan
Ahmad Gaos Syarifuddin selaku ketua langkah dalam mempermudah administari
umum yayasan dan Bapak Zaenal Arifien dalam mendirikan sekolah formal, dalam
sebagai sekretaris yayasan. Bukti ini hal ini dikarenakan pendirian sekolah seuai
peneliti dapatkan setelah melihat arsip yang dengan hukum di Indonesia harus berada di
berupa akta pendirian yayasan yang bawah naungan lembaga berbadan hukum
dikeluarkan oleh Kantor Notaris Pejabat seperti yayasan, lembaga, atau PT
Pembuat Akta Tanah Koswara nomor 142. (Perseroan Terbatas).
Dalam akta notaris disebutkan bahwa Selain sebagai sayarat dalam mendirikan
tujuan dari pendirian yayasan ini “ialah sekolah formal, dari pandagan peneliti
untuk meningkatkan seluas-luasnya taraf dengan adanya yayasan ini memberikan
hidup masyarakat khususnya di bidang beberapa dampak positif terhadap pesantren
pendidikan, serta membina warga negara itu sendiri. Pertama, dengan adanya
yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa yayasan membuat pesantren berada di
Ta’ala untuk menuju masyarakat yang adil bawah lembaga dengan status hukum yang
dan makmur yang di ridhoi Allah sejelas, hal ini tentu saja mempermudah
Subhanahu Wa Ta’ala, segala sesuatu itu dalam pengelolaan pendanaan pesantren
dalam arti kata yang seluas-luasnya” kartena sebagai badan hukum yang
(Riswara. B, 1991, hlm. 3). terpisah, yayasan dapat membantu pondok
Dari adanya pendirian yayasan secara pesantren dalam mengakses pendanaan dari
otomatis membuat manajemen berbagai sumber, termasuk membantu
kepengurusan pesantren berubah yang dalam proses perizinan, penerimaan dana
asalnya klasik menjadi modern, dalam hal bantuan seperti donatur, pemerintah,
ini secara langsung memberikan akses dan bahkan yayasan yang lain dan penelolaan
peluang bagi orang-orang yang memang keuangan. Selanjutnya berkaitan dengan
berkompeten untuk menjadi bagian dari keberlanjutan lembaga, dengan naungan

7
yayasan, pondok pesantren memiliki di iringi dengan adanya sekolah formal, hal
struktur organisasi yang lebih terorganisir itu dikarenakan kebutuhan masyarakat,
dan berkelanjutan. Yayasan dapat selain karena kebutuhan ijazah agar bisa
membantu dalam menyusun rencana jangka meneruskan ke jenjang pendidikan yang
panjang, mengelola sumber daya manusia, lebih tinggi, beliau berpandangan bahwa
mengembangkan program pendidikan, dan pengadaan sekolah formal dalam rangka
menjaga kontinuitas lembaga. menyempurnakan pendidikan (H. Asep
Mulyana Ismail, wawancara pada 3
3. Pengadaan Jenjang Sekolah Formal Oktober 2022).
Dalam Lingkungan Pondok Pesantren Selain itu pengadaan jenjang sekolah
Al-Isitqomah Wanasari formal dilatar belakangi dengan tujuan dari
Sebagai sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren yaitu untuk berkontribusi
berbasis agama, pondok pesantren berperan dalam meningkatkan taraf pendidikan
penting bagi pendidikan bangsa dan masyarakat, karena melihat kondisi
perkembangan umat Islam di Indonesia. masyarakat Cijerah yang pada saat itu
Sepintas konotasi pesantren erat kaitannya masih kurang menyadari betapa pentingnya
dengan istilah “tradisional” istilah ini melanjutkan jenjang pendidikan minimal
diakibatkan oleh kehadiran lembaga ini selama 12 tahun, sehingga pada saat itu
yang telah hidup sejak ratusan tahun (300- banyak masyarakat yang setelah mengikuti
400 tahun) yang laludan telah menjadi jenjang sekolah dasar tidak kembali
sebagian yang mendalam dari sistem melanjutkan pendidikan dan pada akhirnya
kehidupan sebagian umat Islam Indonesia bekerja sebagai buruh di pabrik, mengingat
sebagai golongan mayortias. (Kompri, wilayah Kecamatan Bandung Kulon
2018, hlm. 2) khususnya Cijerah didominasi oleh wilayah
Perkembangan mengakibatkan industri, menurut H. Deni beliau
berubahnya kebutuhan masyarakat akan mengungkapkan bahwa, “Terus kenapa
pendidikan, hal ini yang kemudian kesininya dibangun sekolah, karena dulu di
dirasakan oleh Pondok Pesantren Al- lingkungan pesantren itu kebanyakan tamat
Istiqomah Wanasari, berdasarkan hasil SD atau SMP itu larinya ke pabrik , jadi
wawancara dengan H. Asep Mulyana pertimbangannya yaudah bangun sekolah
sebagai salah satu pengurus yayasan dan lah dengan tujuan untuk meningkatkan
menjabat sebagai kepala sekolah MTs Al- kecerdasan lingkungan pesantren yang pada
Istiqomah, beliau memaparkan bahwa, akhirnya menumbuhkan taraf ekonomi” (H.
keberadaan pondok pesantren saat ini harus

8
Deni Husni Darajat, wawancara Pada 6 Pembangunan yang dilakukan bisa
Maret 2023). dikatakan cukum memakan waktu yang
Pengadaan jenjang sekolah formal lama, hal tersebut dikarenakan keterbatasan
dalam lingkungan pondok pesantren tidak dana yang di alami oleh KH. Ahmad Gaos
lepas dari peran kiai, dalam kasus ini KH. Syarifuddin. Keterbatasan tersebut
Ahmad Gaos Syarifuddin sebagai pimpinan dikarenakan beliau dalam proses
yayasan dan pesantren peneliti nilai membangun sekolah, sebagian besar
memiliki visi yang sangat jauh kedepan, menggunakan dana pribadi, hal tersebut
sehingga pada tahun 1989 beliau bertujuan untuk menghindari dana-dana
memutuskan untuk mendirikan MTs yang tidak jelas sumbernya dan cara
(Madrasah Tsanawiyah) yang setara dengan mendapatkannya. Sehingga dalam
SMP, pembangunan MTs Al-Istiqomah membangun beliau mengandalkan
kurang lebih membutuhkan 3 tahun pensiunan sebagai PNS (Pegawai Negeri
sehingga baru bisa beroprasi pada tahun Sipil) dan usaha sampingan beliau yaitu
1991 yang lulusan pertamanya pada tahun menjual tanah.
ajaran 1992-1993 sebanyak 69 siswa. Alasan selanjutnya selain karena
Selanjutnya beliau kembali melakukan tuntuan masyarakat, kesadaran akan
pembangunan lanjutan dengan mendirikan pendidikan yang rendah, pengadaan jenjang
MA (Madrasah Aliyah) yang setara dengan sekolah formal berkaitan dengan eksistensi
SMA pada tahun 1991 dan dan keberlanjutan pondok pesantren itu
pembangunannya rampung pada tahun sendiri. Seperti yang kita ketahui dengan
1993, sehingga baru bisa mengeluarkan semakin berkembangnya zaman hal ini
lulusan pada tahun ajaran 1995-1996 membuat tuntutan kebutuhan masyarakat
sebanyak 78 siwa. Setelah pembangunan yang ikut bertambah dan tuntutan tersebut
MTs, setahun kemudian pada tahun 1991 sama halnya dalam sektor pendidikan,
dimulai pembangunan MA Al-Istiqomah karena masyarakat semakin menyadari akan
hingga diresmikan pada tahun 1993. pentingnya mempelajari ilmu-ilmu yang
“Sesudah membangun MTs baru diajarkan dalam sekolah formal yang
membangun MA Al-Istiqomah dari 1991 nantinya berguna baik bagi kehidupan
sampai 1993, lama juga sih tidak langsung mereka ataupun pekerjaan mereka di masa
beres gitu kan, awal muridnya juga cuma depan. Berdasarkan hasil wawancara yang
beberapa puluh siswa saja” (H. Deni Husni peneliti lakukan, diperoleh informasi bahwa
Darajat, wawancara Pada 6 Maret 2023). ada beberapa pondok pesantren khususnya
di sekitar Pondok Pesantren Al-Istiqomah

9
Wanasari yang pada akhirnya tidak lagi pimpinan pesantren. Pada masa
memiliki santri karena tidak menghadirkan kepemimpinan beliau meski hanya 14 tahun
jenjang sekolah formal, hal ini yang membawa dampak perubahan yang besar
menjadi salah satu pertimbanan dan sebagai dan mendasar terhadap sistem pesantren ini.
bentuk upaya dari seorang kiai dalam Pada tahun 1982 dibentuknya Yayasan
melihat perkembangan pondok pesantren Pendidikan Islam Al-Istiqomah yang
kedepannya (H. Deni Husni Darajat, kemudian merubah sistem manajemen
wawancara Pada 6 Maret 2023). kepengurusan yang dulu bersifat
kekeluargaan menjadi terbuka dan lebih
SIMPULAN
profesional, selanjutnya pendirian MTs dan
Sebagai lembaga pendidikan yang sudah
MA Al-Istiqomah sebagai bentuk
ratusan tahun berada di Indonesia membuat
pengadaan sistem pendidikan madrasah di
pesantren erat dengan frame “tradisinonal”
dalam lingkungan pondok pesantren yang
yang membuat pesantren sering kali bersifat
menurut Kompri (2018, hlm. 65) model
konservatif dan tidak menerima perubahan
manajemen pesantren modern itu ciri-
yang ada di sekitarnya atau dalam basa
cirinya ditandai dengan masuknya model
Sunda disebut dengan “nali ka kolot”. Sikap
pendidikan madrasah dalam pesantren.
seprti ini yang kemudian menyebabkan
Pada intinya, dari penelitian ini
pesantren khususnya yang berada di daerah
menunjukkan bahwa pentingnya pesantren
perkotaan tidak dapat bersaing dan
untuk menyesuaikan dengan tuntutan
cenderung ditinggalkan, fenomena tersebut
zaman dan kebutuhan masyarakat, hal
terjadi dikarenakan tuntutan masyaraakat
tersebut tidak lain berkaitan dengan
yang sudah berbeda sedangkan pihak
eksistensi pesantren di kalangan
pesantren yang menutup diri dari
masyarakat. Selanjutnya peranan kiai
perubahan.
sangatla penting dalam menentukan arah
Pondok Pesantren Al-Istiqomah wanasari
dari perkembangan sebuah pondok
merupakan salah satu dari sekian
pesantren, dimana seorang kiai harus
banyaknya pondok pesantren di kota
memiliki pemikiran yang terbuka dan visi
Bandung. Pondok pesantren ini pada
yang luas agar pondok pesantren tetap bisa
walnya beridiri pada tahun 1943 oleh KH.
hadir di tengah masyarakat khususnya di
Ahmad Masyud dengan sistem salafiyah,
tengah masyaraakat perkotaan.
sistem tersebut setidaknya bertahan selama
39 tahun sebelum berubah ketika KH. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Gaos Syarifuddin menjadi

10
Akhiruddin, K. M. (2015). Lembaga sekaligus kepala sekolah MTs Al-
Pendidikan Islam di Nusantara, Isitqomah. Pada 3 Oktober 2022.
Jurnal Tarbiya, 1(1). 195-219. Doi:
Wawancara dengan Bapak H. Deni Husni
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/
Darajat, (50 tahun), sebagai anak ke-5
jurnal-tarbiya/article/view/143/pdf_9.
dari KH. Ahmad Gaos Syarifuddi
Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren: Studi sekaligus pengurus bagian Sarana dan
Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Prasarana Yayasan Pendidikan Islam
Mengenai Masa Depan Indonesia. Al-Istiqomah. Pada 6 Maret 2023.
Jakarta: LP3ES.
Wawancara dengan Ibu Hj. Neneng
Hasanah, U. dkk. (2018). Peran Raden KH. Wiyarsah Kurnia, (79 tahun), sebagai
Ahmad Masyhud Dalam Bidang Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al-
Dakwah dan Pendidikan Di Bandung Istiqomah, sekaligus Istri dari Alm.
Tahun 1979-1985, Historia Madina, KH. Ahmad Gaos Syarifuddin. Pada 3
2(2). 161-179. Doi: Februari 2022.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/
historia/article/ view/9163.

Ismaun, Winarti, M., & Darmawan, W.


(2016). Pengantar Ilmu Sejarah.
Bandung: Asosiasi Pendidik dan
Peneliti Sejarah (APPS).

Kompri (2018). Manajemen &


Kepemimpinan Pondok Pesantren.
Jakarta: Prenamedia Group.

Sjamsuddin, H. (2016). Metodologi


Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Wawancara dengan 5. Bapak H. Asep


Mulyana Ismail, M.Pd.I (61 tahun)
sebagai sekretaris yayasan pada masa
KH. Ahmad Gaos Syarifuddin

11

You might also like