You are on page 1of 38

* Definisi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir
yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan
kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation) .
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn)
* Etiologi Combutsio/Luka Bakar
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh (flash),
kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya
(logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan
rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik
menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama
pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini sering
disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Moenadjat, 2005).
* Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang
berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya
kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan
jam. (Wim De Jong, 2004)

Penderita syok atau terancam syok


-          Anak     : luasnya luka >10%
-          Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
-          Wajah, mata
-          Tangan dan kaki
-          Perineum
Terancam udem laring
-          Tertutup asap atau udara hangat
                              Bagan 2.1 indikasi rawat inap
Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan jantung
menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang berkepanjangan ke organ-
organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar
organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan darah
yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema
dan membuangnya lewat pembentukan urine (diuresis). (Black & Hawk, 2009)
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar.
walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan
keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim De Jong,
2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area
yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih total area
permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat
sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar
biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan
fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)
Respons Sistemik
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok
luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat
hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium serta protein
dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya
melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume
darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.
Respons Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat
dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka
curah jantung akan terus menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system
saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi
denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam
kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Umumnya jumlah kebocoran
cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai
puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.
Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas
kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukkan
lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan
mengalami edema sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar
yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah cedera luka bakar
yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume pernapasan-dimanifestasikan sebagai
hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri.
Hiperventilasi ini adalah hasil peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul
sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali ke normal
seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tandur kulit.
Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering mortalitas dini akibat cedera
inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat
organik (misalnya: kayu atau batu bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser, dan CO
berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan
terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.
Depresi Miokardium
Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor depresi miokardium terjadi
pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada periode pascacedera dini. Depresi pada curah
jantung yang signifikan dan serta-merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar
berkurang, menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan
curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasma telah
kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan
hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah cedera.
Berubahnya Integritas Kulit
Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang disebabkan akibat gangguan
kulit dan perubahan jaringan di bawah permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan
folikel rambut yang cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting,
fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak
memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan
menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal
tubuh dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air
akibat penguapan meningkat.
Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas limfosit, dan
penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi
secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar
mengganggu barrier primer terhadap infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini
menghasilkan peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.
Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar telah dikenali, berkisar
mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban dipengaruhi usia, kepribadian, latar
belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan
koping pracedera. Sebagai tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama
perawatan di rumah sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien
memengaruhi reaksi terhadap trauma luka bakar.
*Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan
disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full
thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.
Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan


(partial- dan hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): bagian sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air dermis udara yang dingin retak, permukaan pembentukan
mendidih, luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan
(full- , nyeri, syok, berwarna putih eskar,
thickness): keseluruh hematuria seperti bahan kulit diperlukan
terbakar nyala an dermis (adanya darah atau gosong, kulit pencangkokan
api, terkena dan dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan
cairan mendidih kadang- kemungkinan lemak yang tampak, parut dan
dalam waktu kadang pula hemolisis terdapat edema hilangnya
yang lama, jaringan (destruksi sel kontur serta
tersengat arus subkutan darah merah), fungsi kulit,
listrik kemungkinan hilangnya jari
terdapat luka tangan atau
masuk dan keluar ekstrenitas
(pada luka bakar dapat terjadi
listrik)

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :


1. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian
seluler.
2. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai
darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka
bakar
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.
 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-
faktor berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

Gambar luka bakar derajat I (superfisial)


Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)


gambar klasifikasi luka bakar

 Luas Luka Bakar


Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang
cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut
menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan
tubuh yang luas.
gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa
gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak
b. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh
yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa
persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya
kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan
membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan
estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh
tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh
yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah
sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar
karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode
tersebut.
Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang
dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode
telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih
sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat
digunakan untuk menilai luas luka bakar.
* Pemeriksaan Penunjang

 Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya


pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.

 Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau


inflamasi.

 GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera


inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

 Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan


cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

 Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,


kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

 Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan


cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

 Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

 Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema


cairan.

 BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi


ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

 Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau


luasnya cedera.

 EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

 Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.


* Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar
a. Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),
dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung
basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam
keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
1)        Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara
lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b)   Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
c)   Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan
Formula Baxter dan Evans
2)      Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada
penderita luka bakar yaitu :
a)      cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
·         Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
·         Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
·         3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan
penghitungan diuresis.
b)      Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan
setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
c)      Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d)     Monitor urine dan CVP.
e)      Topikal dan tutup luka
-       Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
-       Tulle
-       Silver sulfa diazin tebal.
-       Tutup kassa tebal.
-       Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f)       Obat – obatan
-       Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
-       Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
-       Analgetik : kuat (morfin, petidine)
-       Antasida : kalau perlu
2.      Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal
akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung
distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang
membuka eskar sampai penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar

Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya


luka bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar,
yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.

 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara


cedera awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir
ketika resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas
dan pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase
ini juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan
kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial,
menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh,
cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang
memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.
 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan
diuresis sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48
hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka
bakar moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu
cedera. Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka
sampai pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil
terbaik, pemberi perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka
bakar, dan penanganan rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera
terjadi. Pada akhirnya, program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk
pemulihan fungsional dan emosional maksimal. Cara-cara untuk
meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan meminimalkan
deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan kekuatan
fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan
pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga        Pertolongan pertama
atau segera selesainya resusitasi cairan        Pencegahan syok
       Pencegahan gangguan
pernapasan
       Deteksi dan penanganan cedera
yang menyertai
       Penilaian luka dan perawatan
pendahuluan
Fase akut Dari dimulainya diuresis        Perawatan dan penutupan luka
hingga hampir selesainya        Pencegahan atau penanganan
proses penutupan luka komplikasi, termasuk infeksi
       Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan luka yang        Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur
kepada tingkat penyesuaian        Rehabilitasi fisik, oksupasional
fisik dan psikososial yang dan vokasional
optimal        Rekonstruksi fungsional dan
kosmetik
       Konseling psikososial

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar


1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d.  Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
h.   Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).

j.   Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam
24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada  cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan
dada.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik,
ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada
cedera berat) atau katabolisme protein.
8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;
kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber
informasi.
c. Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata
Kriteria Intervensi Rasional
n
Hasil
Resiko Bersihan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
bersihan jalan nafas gangguan/menelan;
jalan nafas tetap efektif. perhatikan pengaliran air
tidak efektif Kriteria liur, ketidakmampuan Takipnea, penggunaan

berhubungan Hasil : menelan, serak, batuk otot bantu, sianosis dan


dengan  Bunyi nafas mengi. perubahan sputum

obstruksi vesikuler, Awasi frekuensi, irama, menunjukkan terjadi

trakheobronk RR dalam kedalaman pernafasan ; distress

hial; oedema batas perhatikan adanya pernafasan/edema paru

mukosa; normal, pucat/sianosis dan dan kebutuhan

kompressi bebas sputum mengandung intervensi medik.

jalan nafas . dispnoe/cya karbon atau merah muda.


nosis. Obstruksi jalan

Auskultasi paru, nafas/distres pernafasan


perhatikan stridor, dapat terjadi sangat

mengi/gemericik, cepat atau lambat contoh


penurunan bunyi nafas, sampai 48 jam setelah
batuk rejan. terbakar.

Perhatikan adanya pucat Dugaan adanya


atau warna buah ceri hipoksemia atau karbon
merah pada kulit yang monoksida.
cidera Meningkatkan ekspansi
Tinggikan kepala tempat paru optimal/fungsi
tidur. Hindari pernafasan.
penggunaan bantal di Bilakepala/leher
bawah kepala, sesuai terbakar, bantal dapat
indikasi menghambat
pernafasan,
menyebabkan nekrosis
Dorong batuk/latihan pada kartilago telinga
nafas dalam dan yang terbakar dan
perubahan posisi sering. meningkatkan
Hisapan (bila perlu) pada konstriktur leher.
perawatan ekstrem, Meningkatkan ekspansi
pertahankan teknik steril. paru, memobilisasi dan
drainase sekret.
Membantu
Tingkatkan istirahat mempertahankan jalan
suara tetapi kaji nafas bersih, tetapi harus
kemampuan untuk bicara dilakukan kewaspadaan
dan/atau menelan sekret karena edema mukosa
oral secara periodik. dan inflamasi. Teknik
steril menurunkan risiko
Selidiki perubahan
infeksi.
perilaku/mental contoh
gelisah, agitasi, kacau Peningkatan
mental. sekret/penurunan
kemampuan untuk
Awasi 24 jam menelan menunjukkan
keseimbngan cairan, peningkatan edema
perhatikan trakeal dan dapat
variasi/perubahan. mengindikasikan
kebutuhan untuk
intubasi.
Meskipun sering
Lakukan program berhubungan dengan
kolaborasi meliputi : nyeri, perubahan
Berikan pelembabO2 kesadaran dapat
melalui cara yang tepat, menunjukkan
contoh masker wajah terjadinya/memburukny
Awasi/gambaran seri
a hipoksia.
GDA Perpindahan cairan atau
kelebihan penggantian
cairan meningkatkan
risiko edema paru.
Catatan : Cedera
Kaji ulang seri rontgen
inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau lebih
Berikan/bantu fisioterapi
karena edema.
dada/spirometri intensif.
O2 memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
Siapkan/bantu intubasi
atau trakeostomi sesuai pengeringan saluran
indikasi. pernafasan dan
menurunkan viskositas
sputum.
Data dasar penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman untuk
pengobatan. PaO2
kurang dari 50,
PaCO2lebih besar dari
50 dan penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume asikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
cairan cairan dan respon kardiovaskuler.
berhubungan biokimia Awasi pengeluaran urine

dengan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan

Kehilangan Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk

cairan evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2

melalui rute ada indikasi. pengeluaran urine 30-50

abnormal. manifestasi cc/jam pada orang

Peningkatan dehidrasi, dewasa. Urine berwarna

kebutuhan : resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan

status oedema, dan kehilangan yang otot masif karena

hypermetabo elektrolit tampak adanyadarah dan

lik, ketidak serum dalam keluarnya mioglobin.

cukupan batas Peningkatan


Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
pemasukan. normal,
setiap hari perpindahan protein,
Kehilangan haluaran

perdarahan. urine di atas proses inflamasi dan


Ukur lingkar ekstremitas
30 ml/jam. kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari
melalui evaporasi
sesuai indikasi
mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
Observasi distensi perubahan selanjutnya
abdomen,hematomesis,fe Memperkirakan luasnya
ces hitam. oedema/perpindahan
Hemates drainase NG cairan yang
dan feces secara periodik. mempengaruhi volume
Lakukan program sirkulasi dan
kolaborasi meliputi : pengeluaran urine.
Pasang / pertahankan Penyimpangan pada
kateter urine tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
Pasang/ pertahankan ketidak adequatnya
ukuran kateter IV. volume
Berikan penggantian
sirkulasi/penurunan
cairan IV yang dihitung,
perfusi serebral
elektrolit, plasma, Stres (Curling) ulcus
albumin. terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
Awasi hasil pemeriksaan
luka bakar berat(dapat
laboratorium ( Hb,
terjadi pada awal
elektrolit, natrium ).
minggu pertama).

Berikan obat sesuai


idikasi :
Observasi ketat fungsi
-      Diuretika contohnya
ginjal dan mencegah
Manitol (Osmitrol)
stasis atau refleks urine.
Memungkinkan infus
-      Kalium cairan cepat.
Resusitasi cairan
-      Antasida menggantikan
kehilangan
cairan/elektrolit dan
Pantau: membantu mencegah
      Tanda-tanda vital setiap komplikasi.
jam selama periode Mengidentifikasi
darurat, setiap 2 jam kehilangan
selama periode akut, dan darah/kerusakan SDM
setiap 4 jam selama dan kebutuhan
periode rehabilitasi. penggantian  cairan dan
      Warna urine. elektrolit.
      Masukan dan haluaran
setiap jam selama Meningkatkan
periode darurat, setiap 4 pengeluaran urine dan
jam selama periode akut, membersihkan tubulus
setiap 8 jam selama dari debris /mencegah
periode rehabilitasi. nekrosis.
      Hasil-hasil JDL dan Penggantian lanjut
laporan elektrolit. karena kehilangan urine
      Berat badan setiap hari. dalam jumlah besar
      CVP (tekanan vena Menurunkan keasaman
sentral) setiap jam bial gastrik sedangkan
diperlukan. inhibitor histamin
      Status umum setiap 8
menurunkan produksi
jam.
asam hidroklorida untuk
menurunkan produksi
Pada penerimaan rumah asam hidroklorida untuk
sakit, lepaskan semua menurunkan iritasi
pakaian dan perhiasan gaster.
dari area luka bakar. Mengidentifikasi
Mulai terapi IV yang penyimpangan indikasi
ditentukan dengan jarum kemajuan atau
lubang besar (18G), lebih penyimpangan dari hasil
disukai melalui kulit yang diharapkan.
yang telah terluka bakar. Periode darurat (awal 48
Bila pasien menaglami jam pasca luka bakar)
luka bakar luas dan adalah periode kritis
menunjukkan gejala- yang ditandai oleh
gejala syok hipovolemik, hipovolemia yang
bantu dokter dengan mencetuskan individu
pemasangan kateter vena pada perfusi ginjal dan
sentral untuk pemantauan jarinagn tak adekuat.
CVP.
Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di
bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine
Inspeksi adekuat dari
gelap atau encer gelap.
luka bakar.

Konsultasi doketr bila


manifestasi kelebihan
cairan terjadi. Penggantian cairan
cepat penting untuk
mencegah gagal ginjal.
Tes guaiak muntahan Kehilangan cairan
warna kopi atau feses ter bermakna terjadi
hitam. Laporkan temuan- melalui jarinagn yang
temuan positif. terbakar dengan luka
bakar luas. Pengukuran
Berikan antasida yag tekanan vena sentral
diresepkan atau antagonis memberikan data
reseptor histamin seperti tentang status volume
simetidin cairan intravaskular.

Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.

Pasien rentan pada


kelebihan beban volume
intravaskular selama
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi
kerusakan mendemonst kadar karbon monoksida kemajuan dan
pertukaran rasikan serum. penyimpangan dari hasil
gas oksigenasi yang diharapkan.
berhubungan adekuat. Inhalasi asap dapat
dengan Kriteroia Beriakan suplemen merusak alveoli,
cedera evaluasi: RR oksigen pada tingkat mempengaruhi

inhalasi asap 12-24 x/mnt, yang ditentukan. Pasang pertukaran gas pada
atau sindrom warna kulit atau bantu dengan selang membran kapiler
komparteme normal, endotrakeal dan alveoli.
n torakal GDA dalam temaptkan pasien pada Suplemen oksigen
sekunder renatng ventilator mekanis sesuai meningkatkan jumlah
terhadap luka normal, pesanan bila terjadi oksigen yang tersedia
bakar bunyi nafas insufisiensi pernafasan untuk jaringan. Ventilasi
sirkumfisial bersih, tak (dibuktikan dnegna mekanik diperlukan
dari dada ada hipoksia, hiperkapnia, untuk pernafasan
atau leher. kesulitan rales, takipnea dan dukungan sampai pasie
bernafas. perubahan sensorium). dapat dilakukan secara
Anjurkan pernafasan mandiri.
dalam dengan
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam Pernafasan dalam

selama tirah baring. mengembangkan

Pertahankan posisi semi alveoli, menurunkan

fowler, bila hipotensi tak resiko atelektasis.


ada.
Memudahkan ventilasi

Untuk luka bakar sekitar dengan menurunkan

torakal, beritahu dokter tekanan abdomen

bila terjadi dispnea terhadap diafragma.


disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk Luka bakar sekitar

pembedahan eskarotomi torakal dapat membatasi


sesuai pesanan. ekspansi adda.
Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan ekspansi
dada.
Resiko tinggi Pasien bebas Pantau:
infeksi dari infeksi.       Penampilan luka bakar Mengidentifikasi
berhubungan Kriteria (area luka bakar, sisi indikasi-indikasi
dengan evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan atau
Pertahanan ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil

primer tidak pembentuka tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.


adekuat; n jaringan setiap 8 jam.

kerusakan granulasi       Suhu setiap 4 jam.

perlinduinga baik.       Jumlah makanan yang

n kulit; dikonsumsi setiap kali

jaringan makan.

traumatik. Bersihkan area luka Pembersihan dan

Pertahanan bakar setiap hari dan pelepasan jaringan

sekunder lepaskan jarinagn nekrotik meningkatkan

tidak nekrotik (debridemen) pembentukan granulasi.

adekuat; sesuai pesanan. Berikan

penurunan mandi kolam sesuai

Hb, pesanan,

penekanan implementasikan
Antimikroba topikal
respons perawatan yang
membantu mencegah
inflamasi ditentukan untuk sisi
infeksi. Mengikuti
donor, yang dapat ditutup
prinsip aseptik
dengan balutan vaseline
melindungi pasien dari
atau op site.
infeksi. Kulit yang
Lepaskan krim lama dari
gundul menjadi media
luka sebelum pemberian
yang baik untuk kultur
krim baru. Gunakan
pertumbuhan baketri.
sarung tangan steril dan
beriakn krim antibiotika
Temuan-temuan ini
topikal yang diresepkan
mennadakan infeksi.
pada area luka bakar Kultur membantu
dengan ujung jari. mengidentifikasi
Berikan krim secara patogen penyebab
menyeluruh di atas luka. sehingga terapi
Beritahu dokter bila antibiotika yang tepat
demam drainase purulen dapat diresepkan.
atau bau busuk dari area Karena balutan siis
luka bakar, sisi donor tandur hanya diganti
atau balutan sisi tandur. setiap 5-10 hari, sisi ini
Dapatkan kultur luka dan memberiakn media
berikan antibiotika IV kultur untuk
sesuai ketentuan. pertumbuhan bakteri.
Kulit adalah lapisan
Tempatkan pasien pada pertama tubuh untuk
ruangan khusus dan pertahanan terhadap
lakukan kewaspadaan infeksi. Teknik steril dan
untuk luka bakar luas tindakan perawatan
yang mengenai area luas perlindungan
tubuh. Gunakan linen lainmelindungi pasien
tempat tidur steril, terhadap infeksi.
handuk dan skort untuk Kurangnya berbagai
pasien. Gunakan skort rangsang ekstrenal dan
steril, sarung tangan dan kebebasan bergerak
penutup kepala dengan mencetuskan pasien
masker bila memberikan pada kebosanan.
perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau
televisis pada ruangan Melindungi terhadap

pasien untuk tetanus.


menghilangkan
kebosanan.
Bila riwayat imunisasi Ahli diet adalah

tak adekuat, berikan spesialis nutrisi yang

globulin imun tetanus dapat mengevaluasi

manusia (hyper-tet) paling baik status nutrisi


sesuai pesanan. pasien dan
Mulai rujukan pada ahli merencanakan diet
diet, beriakn protein untuk emmenuhi
tinggi, diet tinggi kalori. kebuuthan nutrisi
Berikan suplemen nutrisi penderita. Nutrisi
seperti ensure atau adekuat memabntu
sustacal dengan atau penyembuhan luka dan
antara makan bila memenuhi kebutuhan
masukan makanan energi.
kurang dari 50%.
Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonst yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan rasikan sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan hilang dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
; anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
pembentukan Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
edema. evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
Manipulasi menyangkal perpindahan interstitial
jaringan nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
cidera contoh melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
debridemen perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
luka. nyaman, selimut ekstra untuk Panas dan air hilang
ekspresi memberikan kehangatan. melalui jaringan luka

wajah dan bakar, menyebabkan

postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. Tindakan

rileks. temapt tidur bila eksternal ini membantu


diperlukan. menghemat kehilangan
panas.
Menururnkan neyri
Bantu dengan dengan
pengubahan posisi setiap mempertahankan berat
2 jam bila diperlukan. badan jauh dari linen
Dapatkan bantuan temapat tidur terhadap
tambahan sesuai luka dan menuurnkan
kebutuhan, khususnya pemajanan ujung saraf
bila pasien tak dapat pada aliran udara.
membantu membalikkan Menghilangkan tekanan
badan sendiri. pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
kerusakan menunjukka mengitari ekstermitas indikasi-indikasi
perfusi n sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan atau
jaringan, tetap pantau status penyimpangan dari hasil
perubahan/di adekuat. neurovaskular dari yang diharapkan.
sfungsi Kriteria ekstermitas setaip 2 jam.
neurovaskule evaluasi: Pertahankan ekstermitas Meningkatkan aliran

r perifer warna kulit bengkak ditinggikan. balik vena dan

berhubungan normal, menurunkan

dengan menyangkal Beritahu dokter dengan pembengkakan.

Penurunan/in kebas dan segera bila terjadi nadi

terupsi aliran kesemutan, berkurang, pengisian Temuan-temuan ini

darah nadi perifer kapiler buruk, atau menandakan keruskana

arterial/vena, dapat diraba. penurunan sensasi. sirkualsi distal. Dokter

contoh luka Siapkan untuk dapat mengkaji tekanan

bakar seputar pembedahan eskarotomi jaringan untuk

ekstremitas sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan

dengan terhadap intervensi

edema. bedah. Eskarotomi


(mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas an kedalaman luka, dasar tentang kebutuhan
kulit b/d regenerasi perhatikan jaringan penanaman kulit dan
kerusakan jaringan nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
permukaan Kriteria sekitar luka. tentang sirkulasi pada
kulit hasil: aera graft.
sekunder Mencapai Lakukan perawatan luka

destruksi penyembuha bakar yang tepat dan Menyiapkan jaringan

lapisan kulit. n tepat tindakan kontrol infeksi. untuk penanaman dan


waktu pada menurunkan resiko
area luka Pertahankan penutupan infeksi/kegagalan kulit.

bakar. luka sesuai indikasi.


Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
Tinggikan area graft bila yang melekat pada
mungkin/tepat. permukaan luka sampai
Pertahankan posisi yang lepasnya atau
diinginkan dan mengelupas secara
imobilisasi area bila spontan kulit
diindikasikan. repitelisasi.
Menurunkan
Pertahankan balutan pembengkakan
diatas area graft baru /membatasi resiko
dan/atau sisi donor sesuai pemisahan graft.
indikasi. Gerakan jaringan
dibawah graft dapat
Cuci sisi dengan sabun mengubah posisi yang
ringan, cuci, dan minyaki mempengaruhi
dengan krim, beberapa penyembuhan optimal.
waktu dalam sehari, Area mungkin ditutupi
setelah balutan dilepas oleh bahan dengan
dan penyembuhan permukaan tembus
selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan / bantu donor yang sembuh
prosedur bedah/balutan memerlukan perawatan
biologis.
khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil dari


kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth
editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo,
dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.
Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian

You might also like