You are on page 1of 6

Media Eksakta 16 (1) : 057-062, Mei 2020 ISSN : 0216-3144

ANALISIS KADAR KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA BATU KARANG DI DAERAH PESISIR BAYANG
DAMPELAS DONGGALA

Annisa Dian Islamiyati dan Paulus Hengky Abram

Jurusan Pendidikan MIPA


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Palu

Abstract
Coral reefs are classified as coral or coral limestone. These corals contain of a high level of calcium
purity with more than 90%. These clacium are in the from calcite (CaCO3). Calcite can be used in the
industrial sector wich can be processed into a catalyst and use as a mixture 0f portland cement.its
economic value increases by converting CaCO3 to CaO trough the calcination process at high
temperatures. The coral sampels were taken from the coastal area of Bayang, Dampelas Donggala wich
consisted of 2 samples. i.e coastal and montain coral reefs. The CaO levevls contained in coral reefs wer
determined by qualitative and quantitative analysis method using XRF (X-Ray Fluorescence). XRF result
showed that were CaO compounds in each coral reef sample. The CaO level in the coastal reef was
92,08% before calcination and 92,11% after calcination. Whereas the CaO level in te mountain coastal
reef was 94,51% before calcination and 96,77% after calcination.

Keywords: Coral, calcination, calcium oxide, xrf (x-ray fluorescence)

PEMBAHASAN Mineral tersebut mempunyai nilai ekonomis


Keberadaan sumber daya alam dimuka bumi yang tinggi karena dapat diperoleh dalam jumlah
ini sangat berlimpah, potensi tersebut meliputi yang banyak (Ali dkk., 2019). Untuk mendapatkan
minyak, gas, dan bahan-bahan mineral (Ukhtiyani kalsium oksida tersebut perlu dilakukan kalsinasi
dkk., 2017). Sumber daya mineral merupakan terlebih dahulu agar CaO yang diperoleh
sumber daya yang telah disediakan oleh kulit bumi mempunyai kemurnian yang tinggi sehingga
sebagai bagian dari mineral batuan dalam jumlah mampu berperan sebagai katalis (Oko & Feri,
tertentu. Sumber daya ini bila diolah dapat 2019).
menghasilkan logam dan berbagai bahan Kalsium oksida adalah senyawa industri yang
keperluan proses industri sebagai penunjang sangat penting, dapat digunakan sebagai katalis,
kehidupan manusia (Sari, 2016). zat pembersih limbah beracun, bahan campuran
Salah satu mineral pada batuan yang cat dan juga pemanfaatan lainnya (Roy &
berpotensi untuk dikembangkan adalah Kalsium Bhattacharya, 2011). Salah satu keuggulan dari
Oksida yang di peroleh dari hasil kalsinasi Kalsium katalis CaO adalah berbentuk padat sehingga
karbonat (CaCO3) pada suhu tinggi (Noviyanti dkk., mudah dipisahkan pada akhir reaksi. Sedangkan
2015). Mineral dibagi dalam kelompok-kelompok kelemahan dari katalis ini salah satunya adalah
menurut unsur-unsur yang menyusunnya. mudah bereaksi dengan udara yang mengandung
Komposisi kimia yang terdapat pada batu air membentuk Ca(OH)2 sehingga menyebabkan
diantaranya FeCO3, PbCO3, ZnCO3, Cu2(OH)2CO, penurunan aktivasi kataliknya (Kesic dkk., 2016).
SiO2, Al2O3, dan CaCO3 (Pambudi & Suprapto, Kawasan batu karang yang berada di
2018). Kabupaten Donggala Khususnya kecamatan
Batu merupakan suatu zat padat, keras, dan dampelas secara geografis terletak antara
tahan lama. Karakteristik dari beberapa jenis batu 0°25’08”- 0°05’27’’ LS dan 119°46’16’’-120°06’03’’
bervariasi bergantung pada kondisi dan cara BT (BPS, 2017). Kawasan batu karang ini banyak
pembentukannya. Salah satu jenis batuan adalah terdapat di Desa Bayang Kecamatan Dampelas.
batu karang yang memiliki komposisi utama Masyarakat di desa tersebut memanfaatkan batu
mineral aragonit (CaCO3), mineral aragonit bersifat karang tersebut sebagai bahan untuk konstruksi
metastabil sehingga dapat menyebabkan bangunan rumah masyarakat.
terjadinya perubahan atau diagenesa menjadi Ketersediaan bahan baku yang cukup
bentuk lain yang lebih stabil (Erlangga dkk., 2016). melimpah serta dilihat dari unsur-unsur yang
Kalsit (CaCO3) merupakan fase yang paling terkandung didalamnya, kalsit yang terdapat pada
stabil dan banyak digunakan dalam bidang industri, batu karang dapat diubah menjadi CaO dan diolah
kesehatan, dan pertanian. Kandungan kalsium menjadi katalis heterogen dalam bidang industri
karbonat ini dapat diubah menjadi kalsium oksida untuk meningkatkan nilai ekonomis batuan
dengan cara kalsinasi sehingga lebih mudah (Suhardin dkk., 2018). CaO dapat diperoleh
dimurnikan untuk mendapatkan kalsiumnya melalui dekomposisi kalsit atau CaCO3pada suhu
(Noviyanti dkk., 2015). Dengan cara ini batu yang tinggi (Lesbani dkk., 2015).
karang dapat dimanfaatkan dalam sektor Industri Salah satu metode yang dapat digunakan
sebagai katalis heterogen dan sebagai bahan untuk menganalisis kandungan kalsium oksida dan
campuran semen portland (Suhardin dkk., 2018). mineral-mineral lainnya yaitu dengan
menggunakan X-Ray-Fluorescence (XRF)

57
Analisis Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Batu Karang di Daerah Pesisir Bayang Dampelas Donggala
(Annisa Dian Islamiyati)
(Balasubramanian & Muthukumaraswamy, 2016).
Metode XRF merupakan tekhnik analisis secara Pengambilan sampel
kualitatif dan kuaintitatif. Analisis kualitatif Sampel batuan diambil dari daerah pesisir
memberikan informasi pada unsur atau senayawa pantai desa Bayang di dua lokasi yaitu batuan
yang terkandung dalam bahan, analisis kuantitatif yang berada di pinggiran pantai dan batuan yang
memberikan informasi megenai jumlah unsur yang berada di pegunungan. Pengambilan sampel
terkandung dalam bahan (Fitri dkk., 2016). batuan di lapangan dengan cara grab sampling,
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti yaitu mengambil bongkah batuan di lokasi (Wijaya
tertarik untuk menggunakan X-Ray Fluorescence dkk., 2016).
(XRF) untuk mengidentifikasi dan menentukan Batuan yang diambil merupakan batu karang
kadar CaO pada batu karang desa Bayang yang masuk pada golongan batu gamping
kecamatan Dampelas, kabupaten Donggala. terumbu atau batu gamping koral yang berwarna
putih dan umumnya pejal, biasanya sebagian
METODE sudah membentuk perbukitan, sedang sebagian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu lainnya berkembang terus di bawah (Permana &
palu/martil, oven, gegep, neraca analitik, desikator, Eraku, 2017).
ayakan 70 mesh, gelas kimia 250 ml, lumpang dan Pengambilan sampel dilakukan di Desa
alu, cawan porselin, cawan krusibel, tanur/muffle Bayang Kecamatan Dampelas Kabupaten
furnance, serta seperangkat alat XRF. Sedangkan Donggala yaitu batu karang yang berada di pantai
bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu dan batu karang yang berada di gunung. Seperti
batu karang dan aquades. pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

Preparasi sampel batuan W1 − W2


w= 1tt
Sampel batuan yang diambil dibersihkan dari W2 − W3
material-material lain yang menempel dengan:
menggunakan aquades panas. Lalu sampel di w : Kadar air (%)
keringkan di bawah sinar matahari selama 3 jam W1 : Berat cawan dan batu basah (gram)
(Ardiansyah dkk., 2015). Kemudian sampel di W2 : Berat cawan dan batu kering (gram)
tumbuk hingga halus menggunakan lumpang dan W3 : Berat cawan (gram)
alu, selanjutnya sampel diayak dengan (W1 -W2): Berat air
menggunakan ayakan 70 mesh (Suhardin dkk., (W2 -W3): berat batu kering (gram)
2018).
Analisis kadar abu
Analisis kadar air Cawan krusibel kosong ditimbang terlebih
Cawan porselin kosong dipanaskan dalam dahulu (m1), sampel yang lolos ayakan
oven pada suhu 110oC selama 1 jam, didinginkan menggunakan ayakan 70 mesh ditimbang
di dalam desikator selama 15 menit, kemudian sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam
ditimbang sebagai W3. Sampel yang lolos ayakan cawan krusibel yang telah dikethaui massanya
70 mesh ditimbang sebanyak 10 gram masukkan (m2), kemudian sampel dikalsinasi menggunakan
ke dalam cawan, timbang massanya (W1), mesin tanur pada suhu 900°C selama 1 jam.
kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu Setelah itu didinginkan dalam desikator lalu
110oC selama 2 jam, setelah itu didinginkan dalam ditimbang kembali menggunakan neraca analitik
desikator selama 5 menit dan ditimbang (m3) Kemudian dihitung kadar abu sampel dengan
menggunakan neraca analitik sebagai W2. menggunakan persamaan (BSN, 2010):
Prosedur Ini dilakukan berulang-ulang sampai
diperoleh berat konstan. Kemudian ditentukan 3− 1
kadar airnya dengan rumus sebagai berikut (BSN, = 1tt
2− 1
2008):
Dengan:
m : Kadar abu (%)

58
Media Eksakta 16 (1) : 057-062, Mei 2020 ISSN : 0216-3144

m1 : Berat cawan kosong (gram) terkandung dalam sampel. Abu pada batuan
m2 : Berat cawan + sampel contoh (gram) merupakan bahan anorganik yang terbentuk
m3 : Berat cawan + abu (gram) karena proses pembakaran(Pamekas dkk., 2019).
Analisis kadar CaO Analisis kadar abu pada batuan bertujuan untuk
Sampel batuan hasil kalsinasi dianalisis mengetahui sifat-sifatdan kualitasnya (BSN, 2010).
menggunakan instrumen XRF yang bertujuan Terjadi perubahan warna pada sampel yaitu
untuk mengidentifikasi jenis dan menentukan sampel batu karang gunung berwarna kuning
kadar CaO yang terkandung di dalam sampel keabuan (Sampel A) sedangkan sampel batu
menggunakan radiasi sinar-X yang diserap dan karang pantai (sampel B) berwarna Putih keruh.
dipantulkan oleh sampel (Alimin dkk., 2016). Hal ini disebabkan karena sampel telah
mengalami oksidasi dan proses pengabuan ini
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan proses langsung yaitu sampel
Pengambilan dan preparasi sampel dioksidasi pada suhu tinggi sehingga zat yang
Sampel batu karang diambil dengan tertinggal setelah pembakaran ditimbang
menggunakan metode grab sampling yaitu (Sunartaty & Yulia, 2017).
pengambilan batuan dalam bentuk bongkahan di Kadar abu yang diperoleh yaitu pada sampel
lokasi (Wijaya dkk., 2016). Sampel batuan diambil batu karang gunung (sampel A) sebesar 70,26%,
di daerah pesisir pantai desa Bayang kecamatan dan pada sampel batu karang Pantai (sampel B)
Dampelas kabupaten Donggala. Titik pengambilan sebesar 71,89%.
sampel berada di dua tempat yaitu batuan yang
berada di pinggiran pantai dan batuan yang Analisis kadar kalsium oksida (CaO)
berada di gunung yang berdekatan dengan pantai. Setelah proses kalsinasi selesai, sampel
Sampel batuan yang diambil memiliki ciri-ciri dianalisis menggunakan XRF (X-Ray
berwarna putih, dan memiliki pori,berbentuk massif Fluorescence) untuk mengetahui persentase CaO
(Utami dkk., 2016). pada sampel (Suhardin dkk., 2018).
Metode X-Ray Fluorescence digunakan untuk
Kadar air menganalisa unsur penyusun suatu bahan dengan
Metode analisis kadar air terbagi dalam adanya radiasi sinar-X yag diserap dan
beberapa cara diantaranya adalah metode dipantulkan oleh target atau sampel. Metode ini
pengeringan atau pengovenan, metode destilasi, paling banyak digunakan untuk menganalisis
metode kimiawi, dan metode gravimetri (Sir dkk., bahan-bahan geologi seperti batuan, mineral dan
2016). Analisis kadar air sampel batuan bertujuan sedimen (Sari, 2016). Penggunaan metode X-Ray
untuk menyatakan hubungan antara fase udara, Fluorescence karena tekhnik ini mempunyai
air dan butiran padat yang berada dalam volume satuan part per million (ppm) (Jamaluddin & Umar,
sampel. Kadar air pada batuan menunjukkan 2018).
perbandingan berat air yang mengisi rongga pori Unsur dapat ditentukan keberadaannya secara
material batuan terhadap berat partikel padatnya. langsung tanpa ada ketetapan standar untuk
(BSN, 2008). melakukan analisis. Hasil keseluruhan dari
Kadar air yang diperoleh yaitu pada sampel karakterisasi sampel tersebut berupa data secara
batu karang gunung (sampel A) sebesar 0,31%, kualitatif dan kuantitatif (Li dkk., 2017). Hasil
0,40%, dan 0,40% sehingga diperoleh kadar air analisis XRF menunjukkan komposisi batu karang
rata-rata sebesar 0,37%. Pada sampel batu tersusun atas beberapa senyawa dengan
karang pantai (sampel B) sebesar 0,246%, persentase yang berbeda-beda. Tabel 1
0,275%, dan 0,275% sehingga diperoleh kadar air menunjukkan kandungan senyawa oksida pada
rata-rata sebesar 0,265%. sampel batu karang gunung (sampel A) sebelum
dan setelah kalsinasi. Tabel 2 menunjukkan
Kadar abu komposisi senyawa oksida batu karang pantai
Analisis kadar abu suatu sampel perlu (sampel B) sebelum dan setelah kalsinasi.
ditentukan untuk melakukan estimasi mineral yang

Tabel 1. Komposisi batu karang gunung (sampel A) sebelum dan setelah kalsinasi dalam bentuk oksida

Persentase (%)
No Oksida
Sebelum kalsinasi Setelah kalsinasi
1. CaO 92,08 92,11
2. SiO2 6,34 5,99
3. Fe2O3 1,02 1,16
4. SrO 0,526 0,589
5. Nb2O5 0,0187 0,281
6. In2O3 0,0093 0,0070
7 SnO2 0,0077 0,0068
8. Sb2O3 0,0061 0,0093

59
Analisis Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Batu Karang di Daerah Pesisir Bayang Dampelas Donggala
(Annisa Dian Islamiyati)

Tabel 2. Komposisi batu karang pantai (sampel B) sebelum dan sesudah kalsinasi dalam bentuk oksida

Persentase (%)
No Oksida
Sebelum kalsinasi Setelah kalsinasi
1. CaO 94,51 96,77
2. SiO2 2,83 -
3. SrO 2,30 2,92
4. Fe2O3 0,252 0,0183
5. Nb2O5 0,374 0,0264
6. MoO3 0,275 0,0174
7. RuO4 0,0139 0,0093
8. Sb2O3 0,0115 0,0093
9. SnO2 0,0105 0,0089
10. In2O3 0,0099 0,0080

Hasil pengukuran pada Tabel 1 dan 2 sampel B yaitu sebesar 94,51% sebelum kalsinasi
menujukkan bahwa batu karang tersusun atas dan 96,77% setelah kalsinasi.
beberapa kandungan senyawa terbanyak yaitu Perbandingan spesifik mengenai kandungan
kalsium oksida. Persentase CaO pada batu karang kalsium oksida pada sampel batu karang gunung
gunung (sampel A ) 92,08% sebelum kalsinasi dan (sampel A) dan sampel batu karang pantai
92,11% seteah kalsinasi. Pada batu karang pantai (sampel B) dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
persentase kandungan CaO lebih besar dari pada

Tabel 3. Perbandingan kadar CaO pada sampel A dan sampel B


No Sampel Persentase kandungan CaO (%)
Sebelum Kalsinasi Setelah Kalsinasi
1 Batu Karang Gunung (sampel A) 92,08 92,11
2 Batu karang pantai (sampel B) 94,51 96,77

Terdapat perbedaan yang signifikan pada A) telah mengalami proses sedimentasi sehingga
kandungan CaO yang diperoleh pada masing- unsur senyawa kimia yang masih murni telah
masing sampel dimana persentase kandungan berubah. Sedangkan pada batu karang pantai
CaO pada sampel A sebelum kalsinasi sebesar (sampel B) tumbuh secara insitu sehingga unsur
92,08% dan meningkat sebesar 0,03% setelah senyawa kimia masih murni dan belum berubah
kalsinasi yaitu sebesar 92,11 %. Sementara pada (Santika & Mulyadi, 2017).
sampel B, persentase kandungan CaO yang Kadar CaO pada batuan berasal dari butiran
diperoleh sebesar 94,51% sebelum kalsinasi dan batu yang terdiri dari fragmen organisme seperti
meningkat sebesar 2,26% yaitu sebesar 96,77%. foraminifera, algae, moluska, koral dan
Kandungan CaO pada batu karang pantai lebih sebagainya (Hidayatillah dkk., 2020).
tinggi dibandingkan batu karang gunung, hal ini Perbandingan persentase kandungan CaO pada
disebabkan karena batu karang gunung (sampel batu karang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

60
Media Eksakta 16 (1) : 057-062, Mei 2020 ISSN : 0216-3144

Gambar 2. Grafik persentase kandungan CaO

Gambar 2 memperlihatkan kandungan kalsium Kualitas CaO yang diperoleh dipengaruhi


oksida yang tinggi yaitu lebih dari 90% oleh salah satu faktor yaitu oleh proses
menunjukkan bahwa penyusun utama batu karang pemanasan atau proses kalsinasi. Semakin tinggi
adalah mineral kalsium oksida. Tingginya suhu kalsinasi suatu sampel maka kualitas CaO
kandungan kalsium menunjukkan bahwa batu semakin bagus dan dapat dimanfaatkan dalam
tersebut merupaakan batuan dengan tingkat bidang industri sebagai katalis heterogen (Haryono
kemurnian yang tinggi (Suhardin dkk., 2018). dkk., 2018). Dan bila dilihat dari kadar CaO yang
Tingginya kadar CaO dan rendahnya kadar diperoleh batu karang dapat juga dimanfaatkan
senyawa oksida lainnya seperti SiO2, SrO, Fe2O3 sebagai bahan campuran semen. Menurut
dan SrO menunjukkan bahwa batu karang Nurwaskito (2015) semakin banyak jumlah kadar
merupakan jenis batuan yang lebih ekonomis dan CaO yang terdapat pada batu gamping maka
diinterpretasikan karena memiliki persentase butir semakin baik untuk digunakan pada bahan
lebih banyak dibadingkan matriksnya (Hidayatillah pembuatan semen. Dalam hal ini batu karang
dkk., 2020). masuk dalam golongan batu gamping terumbu
atau batu gamping koral (Permana & Eraku, 2017).
KESIMPULAN tanah dan batuan di laboratorium.
Kadar CaO yang diperoleh pada sampel batu BSN. (2010). Analisis kadar abu contoh batubara.
karang gunung adalah sebesar 92,08% sebelum Erlangga, B. D., Mulyadi, D., & Cahyarini, S. Y.
kalsinasi dan 92,12% setelah kalsinasi. Pada (2016). Analisis petrografi dan X-Ray
sampel batu karang pantai kadar CaO yang Diffraction untuk deteksi kalsit non destruktif
diperoleh sebesar 94,51% sebelum kalsinasi dan dari fosil karang porites endapan terumbu
96,77% setelah kalinasi. kuarter Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal
RISET Geologi dan Pertambangan, 26(1),
UCAPAN TERIMA KASIH 15.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fitri, N., Yusibani, E., & Yufita, E. (2016).
Bapak Paulus Hengky Abram yang telah Identifikasi kandungan material perekat
memberikan banyak masukan dan saran untuk pada benteng purba di kawasan Aceh Besar
tulisan ini. Dan juga kepada pihak-pihak yang menggunakan XRF. Journal of Aceh
telah banyak membantu, khususnya kepala Physics Sociesty, 5(2), 14–18.
laboratorium, laboran laboraturium Kimia FKIP Haryono, Natanael, L. C., Rukiah, & Yulianti, Y. B.
Universitas Tadulako. dan laboratorium sains XRD (2018). Kalsium oksida mikropartikel dari
dan XRF Universitas Hasanuddin telah cangkang telur sebagai katalis pada sintesis
memberikan kesempatan kepada penulis untuk biodiesel dari minyak goreng bekas. Jurnal
melakukan penelitian sehingga penelitian ini Material dan Energi Indonesia, 08(01), 8–15.
berjalan dengan lancar. Hidayatillah, A. S., Winarno, T., & Khasanah, R.
(2020). Hubungan antara fasies
DAFTAR PUSTAKA batugamping terhadap kualitasnya sebagai
Ali, R. K., Qadaryati, N., & Widadi, S. (2019). bahan baku semen portland menurut kadar
Analisis kualitas untuk optimasi CaO dan senyawa terkait di kuari B dan C,
pemanfaatan potensi sumber daya mineral PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit
non logam dan batuan di kecamatan Lumbir, Palimanan, Cirebon. Jurnal Geosains dan
kabupaten Bayumas. Jurnal Teknik, 40(3), Teknologi, 3(1), 1.
161–168. Jamaluddin, & Umar, E. P. (2018). Identifikasi
Alimin, Maryono, & Putri, S. E. (2016). Analisis kandungan unsur logam batuan
kandungan mineral pasir pantai Losari kota menggunakan metode XRF (X-Ray
Makassar menggunakan XRF dan XRD. Fluorescence) (studi kasus: kabupaten
Jurnal Chemica, 17(2), 19–23. Buton). Jurnal Geocelebes, 2(2), 47–52.
Ardiansyah, M., Farida, M., & Irfan, U. R. (2015). Kesic, Z., Lukic, I., Zdujic, M., Mojovic, L., & Skala,
Studi provenance batu pasir formasi D. (2016). Calcium oxide based catalyst for
walanae daerah Lalebata kecamatan biodiesel production: a review. Chemical
Lamuru kabupaten Bone provinsi Sulawesi Industry and Chemical Engineering
Selatan. Geosains, 11(01), 13–18. Quarterly, 22(4), 391–408.
Balasubramanian, G., & Muthukumaraswamy, S. Lesbani, A., Susi, Y., Verawaty, M., & Mohadi, R.
A. (2016). On the empirical study of (2015). Calcium oxide decomposed from
elemental analysis and metal testing using chicken’s and goat’s bones as catalyst for
XRF spectrum analysis algorithm. converting discarded cooking oil to be
Internastional Journal of Engineering and biodiesel. Aceh International Journal of
Applied Scciences, 3(1), 61–67. Science and Technology, 4(1), 7–13.
BPS. (2017). Kecamatan Dampelas dalam angka Li, F., Lu, A., & Wang, J. (2017). Modeling of
2017. chromium, copper, zinc, arsenic and lead
BSN. (2008). Cara uji penentuan kadar air untuk using portable X-Ray Fluorescence

61
Analisis Kadar Kalsium Oksida (CaO) pada Batu Karang di Daerah Pesisir Bayang Dampelas Donggala
(Annisa Dian Islamiyati)
spectrometer based on discrete wavelet 2(1).
transform. International Journal of Oko, S., & Feri, M. (2019). Pengembangan katalis
Environmental Research and Public Health, CaO dari cangkang telur ayam dengan
14(1163), 1–11. impregnasi KOH dan aplikasinya terhadap
Noviyanti, Jasruddin, & Sujiono, E. H. (2015). pembuatan biodiesel dari minyak jarak.
Karakterisasi kalsium karbonat (Ca(CO3)) Jurnal Teknologi, 11(2), 103–110.
dari batu kapur kelurahan Tellu Limpoe Pambudi, M. A. R., & Suprapto. (2018).
kecamatan Suppa. Jurnal Sains dan Penentuan kadar tembaga (Cu) dalam
Pendidikan Fisika, 11(2), 169–172. sampel batuan mineral. Jurnal Sains Dan
Nurwaskito, A. (2015). Analisis kualitas Seni ITS, 7(2), 20–23.
batugamping sebagai bahan baku utama Pamekas, F., Satrio, Reza, M. G. G., & Nurdrajat.
semen portland pada PT. Semen Tonasa (2019). Kerangka sekuen pengendapan
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Geomine, batubara berdasarkan analisis nilai sulfur
dan kadar abu daerah Bentarsari, kecamatan Banawa. Journal of Science and
Salem, kabupaten Brebes, provinsi Jawa Technology, 7(1), 30–35.
Tengah. Padjadjaran Geoscience Journal, 3, Sunartaty, R., & Yulia, R. (2017). Pembuatan abu
281–286. dan karakteristik kadar air dan kadar abu
Permana, A. P., & Eraku, S. S. (2017). Analisis dari abu pelepah kelapa. Seminar Nasional
stratigrafi daerah Tanjung Kramat Kemaritiman Aceh, 1, 560–562.
kecamatan Hulonthalangi kota Gorontalo. Ukhtiyani, I., Darwis, D., & Iqbal, I. (2017).
Jurnal Geomine, 5(1). Purifikasi dan karakterisasi silika (SiO2)
Roy, A., & Bhattacharya, J. (2011). Microwave- berbasis pasir kuarsa dari desa Pasir Putih
assisted synthesis and characterization of kecamatan Pamona Selatan Kabupaten
CaO nanoparticles. International Journal of Poso. Natural Science: Journal of Science
Nanoscience, 10(3), 413–418. and Technology, 6(3), 270–275.
Santika, A. W., & Mulyadi, D. (2017). Geokimia Utami, E. D., Raharja, R. D., Anggara, F., &
batugamping daerah Montong, Tuban, Jawa Harijoko, A. (2016). Mineralogi dan geokimia
Timur. Jurnal RISET Geologi dan intrusi di tambang batubara Bukit Asam,
Pertambangan, 27(2), 227–238. Sumatera Selatan, Indonesia. Proceeding,
Sari, R. K. (2016). Potensi mineral batuan Seminar Hasil Kebumian Ke-9 Peran
tambang bukit 12 dengan metode XRD, Penelitian Ilmu Kebumian Dalam
XRF, dan AAS. Jurnal EKSAKTA, 12, 13–23. Pembberdayaan Masyarakat.
Sir, T., Udiana, I., & Isu, S. (2016). Perbandingan Wijaya, I. P. K., Lestari, W., Ariyanti, N., Pandu, J.,
pengukuran kadar air tanah lempung Sifuddin, F., Utama, W., & Bahri, A. S.
menggunakan metode gravimetry dan (2016). Studi kelayakan perangkap CO2
metode gypsum block berdasarkan variasi berdasarkan analisa fisik sedimen (studi
kedalaman. Jurnal Teknik Sipil, 5(2), 213– kasus: formasi kabuh, cekungan Jawa
226. Timur Utara). Converence on Inovation and
Suhardin, A., Ulum, M. S., & Darwis, D. (2018). Industrial Applications (CINIA), 227–231.
Penentuan komposisi serta suhu kalsinasi
optimum CaO dari batu kapur kecamatan

62

You might also like