Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 4 Evaluasi Pend
Kelompok 4 Evaluasi Pend
Oleh :
Kelompok 4
1. Adela Ramadita M. (200151603039)
2. Dewi Rimadhani (200151602932)
3. Khusna Nafila Al Khumairo (200151602934)
4. Rizki Rivania (200151603090)
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah “Evaluasi
Pendidikan” tepat waktu.Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah saw
yang syafa’atnya kita nantikan kelak
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah
Evaluasi Pendidikan dengan judul Penyusunan Spesifikasi Blue Print, Pemilihan Jenis
Instrumen Penilaian, dan Perakitan Soal. Dalam penyelesaian makalah ini, kami dapat
menyelesaikannya dengan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada:
1. Dra. Harti Kartini, M. Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi Pendidikan
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi mahasiswa, dan
kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,terutama pada bagian
isi. Oleh karena itu apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,kami memohon
maaf.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 3
BAB II.................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 Penyusunan Spesifikasi Blue Print .................................................................................... 4
2.2 Pemilihan Jenis Instrumen Penilaian .................................................................................. 19
2.3 Perakitan Soal .................................................................................................................. 23
BAB III .............................................................................................................................. 26
PENUTUP ......................................................................................................................... 26
1.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 26
3.2 Saran ................................................................................................................................ 26
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................ 27
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan
Pembahasan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah pembuatan tabel spesifikasi.
2. Untuk mengetahui fungsi dari tabel spesifikasi.
3. Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan sesudah penyusunan tabel spesifikasi.
4. Untuk mengetahui bentuk instrumen dalam penilaian.
5. Untuk mengetahui pengertian dan kaidah dari perakitan soal.
6. Untuk mengetahui penulisan dan langkah dalam merakit soal
BAB II
PEMBAHASAN
● Dalam pembahasan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus
memiliki validitas isi dan tingkah laku. Validitas ini yang terpenting dalam
penyusunan tes .
● Agar teks yang kita susun tidak menyimpang dari bahan atau materi serta aspek
kejiwaan tingkah laku yang akan dicakup dalam tes, di Buatlah tabel spesifikasi.
● Spesifikasi dapat disebut juga sebagai Grid, kisi-kisi atau blueprint. Wujudnya
adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku
beserta imbangan atau proporsi yang dihendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi
dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
4
5
● Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak Hubungan antara
materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK atau indikator.
● Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal
tetapi empat hal, yaitu Hubungan antara materi,TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.
● Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh pemantapan kerja guru
PKG dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen urutannya
adalah:
● TIK atau indikator, materi, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
● Contoh kaitan antara TIK atau indikator materi kegiatan belajar mengajar dan
evaluasi sebagai berikut :
TIK/ indikaror : 4.2.2 Siswa dapat menghitung kecepatan benda
A. 0 m/dt²
B. 0,5 m/dt²
C. 2 m/dt²
6
D. 4 m/dt²
Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi. Macam tabel ditentukan oleh bidang
studi dan homogenitas materi yang akan diteskan. Langkah pertama yang harus diambil
adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian memberikan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi.
Contoh:
Angka-angka yang tertera di dalam kurung yang dituliskan dibelakang pokok materi,
menunjukkan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan
bobot dilakukan olehpenyusun soal berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya
untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja. Pada waktu
menuliskan angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya
akan diubah menjadi angka dalam bentuk persentase.
Langkah kedua yakni dari contoh di atas, maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan
kedalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase.
Pengertian evaluasi
7
(14%)
Fungsi evaluasi
10
(21%)
7
Persyaratan Evaluasi
15
(29%)
Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan dan bentuk
soal yang akan diberikan. Dalam contoh ini, misalnya akan disusun tes berbentuk
objektifdengan Jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan
adalah 75 menitt. Sekali lagi di sini diperlukan kebijaksanaan guru untuk memperkirakan
banyaknya butir soal agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.
Sebagai Patokan waktu adalah bahwa sebuah soal tes objektif membutuhkan waktu 1
menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk tes
dapat disusun butir soal sejumlah:
2. bentuk soal.
Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang studi.
Yang dimaksud dengan “seragam" di sini adalah bahwa antara pokok materi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah
laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi.
Apabila demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada kolom, di bawah
kata- kata "lngatan", "Pemahaman", dan "Aplikasi". Selanjutnya banyak butir soal untuk
setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan Cara menghitung persentase dari banyaknya soal
bagi tiap pokok materi yang sudan tertulis di kolom paling kanan. Perlu diperhatikan
bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan
dengan cara mereka-reka atau menggeser-gesernya sehingga jumlah -ke samping dan ke
bawah diperoleh angka benar.
Contoh:
Pengertian evaluasi
(A) (B) (C) 7
(14%)
Fungsi evaluasi
(D) (E) (F) 10
(21%)
Persyaratan Evaluasi
(J) (K) (L) 15
(29%)
Jumlah 50
Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan demikian:
9
Untuk memgisi sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama seperti hal nya
mengisi sel A, B, dan C.
Catatan:
Disamping menggunakan cara seperti diatas, dalam menentukan jumlah butir soal
untuk tiap-tiap pokok materi, ada lagi cara lain yang dapat diambil yaitu mulai dari
pengisian sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal tiap pokok materi.
Contoh:
Bab 1
(A) (B) (C)
(40%)
Bab 2
(D) (E) (F)
(30%)
Bab 3
(G) (H) (I)
(30%)
Jumlah
40
(100%)
10
Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama terdapatlah angka-
angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek. Sesudah
ltu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga terdapat jumlah soal untuk
setiap bagian/pokuk materi maupun untuk setiap aspek tingkah laku,
Dengan demikian maka label s|pesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan terisi seperti
dibawah ini:
Bab 1
(A) 8 (B) 5 (C) 3 16
(40%)
Bab 2
(D) 6 (E) 4 (F) 2 12
(30%)
Bab 3
(G) 6 (H) 4 (I) 2 12
(30%)
Jumlah
20 13 7 40
(100%)
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (label spesifikasfl untuk
materi yang seragam dalam arti, seragam dalam imbangan tingkah laku.
Adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek
tingkah laku saja, yakni ingatan saja. Misalnya, suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.
Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan, tanpa perlu dipahami, apalagi
diaplikasikan. Dalam keadaan demikian maka yang isi hanya kolom ingatan.
Dalam keadaan lain misalnya hal osmose dan difusi, hanya dapatdipahami dan
diaplikasikan, sebaiknya tidak dihafalkan.
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak
perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkanatas banyaknya soal untuk
pokok materi dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai menurut sifat pokok materi
yang bersangkutan.
Bab 1
(A) (B) (C) 10
(25%)
Bab 2
(D) (E) (F) 16
(40%)
Bab 3
(G) (H) (I) 14
(35%)
Jumlah
40
(100%)
Maka imbangan aspek tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada kepala kolom.
Penentuan angka yang menupjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel, ditentukan
perbab.
Contoh:
Untuk Bab 1, lngatan 60%, pemahaman 30%, untuk aplikasi 10%, maka:
Apabila tabel spesifikasi sudah jadi, maka ini berarti bahwa guru sudah melakukan
sesuatu tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes. Penyusunan tes
yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa tesnya cukup
mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.
Pemahama
Pokok materi Ingatan Aplikasi
n Jumlah
(I) (A)
(P)
Bab 3 (8)
(3) (3)
(35%) 29,30,31,34, 14
27,32,26 28,33,37
35,38,39,40
Jumlah
12 14 14 40
(100%)
Pada waktu ini ada kecenderungan di dalam dunia pendidikan tidak menggunakan
pendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator". Kecenderungan baru tersebut tidak
berarti menyalahkan yang lama, tetapi menyempurnakannya. Demikianlah perkcmbangan
ilmu pengetahuan, selalu mencari kesempurnaan. Pendekatan dengan “indikator" tidak
jauh berbeda dengan pendekatan "aspek". Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga
ke dalam buku ini.
14
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal, yaitu:
Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya scbuah pokok
materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan
alternatif yang hampir sama.
Materi yang berisikan fakta-fakta, lebih mudah dibuatkan alat pengukur bentuk isian
singkat. Materi-materi yang yang dapat diukur dengan soal bentuk menjodohkan.
Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal bentuk
objektif dan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah
mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:
1. Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan (@ 45
menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk pelajaran yang
15
1. Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang
diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan dengan aspek
ingatan.
2. Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3. Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep
ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapim dapat juga aplikasi.
4. Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkankonsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini
berhubungan dengan aspek aplikasi.
5. Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang Iebih Iuas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat
sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang
diukur.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu bentuk
objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau isti!ah. Hal-hal seperti ini
merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk benar-salah
(B-S) ataupun isian singkat.
2. Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan
untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau
hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk benar-
salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang
dihubunglfan dengan kata “sebab").
16
1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi bahwa
kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya sebuah tes.
Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar: faktor bahasa tidak boleh
menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3. Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kataperlu diperhatikan
agar tidak ditafsirkan salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat
maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat
bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok
soal merupakan hal yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus
dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang
dari yang dikehendaki oleh guru.
Catatan:
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba (tryout)
berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba
terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat
sebagai berikut:
Masukan siswa yang dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah
dapat diperkirakan sebelumnya.
Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan.Oleh karena
menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal tesnya,
dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu
sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam
menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan
lagi yang paling bawah.
Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan
sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti
yang diharapkan.
Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Di sekolah dasar
banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Di sekolah Ianjutan tingkat pertama,
lebih banyak pemahaman dibandingkan hafalannya. Di sekolah lanjutan tingkatatas
beralih ke hal-hal yang sifatnya analitik-sintetik dan problematik. lni semua berakibat
pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ke tingkat atas pendidikannya, aspek
yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi, studi memiliki sifat dan karakteristik.
Contoh ini diambl dari Pedoman Penyusunan Tes Sumatif di Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan. Yang mungkin saja dapat dijadikan pedoman dalam menyusun
tes yang sejenis.
18
(dalam 100%)
MATEMATIKA SD 50 30 20 100
SMP 40 30 30 100
SMA 40 30 30 100
SMP 50 35 15 100
SMA 40 40 20 100
SMA 40 35 25 100
SMA 45 35 20 100
SMA 25 50 25 100
SMP 25 40 35 100
SMA 20 50 30 100
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yaitu berisi
uraian yang menunjukkan seluruh karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen.
Penyusunan spesifikasi mencangkup kegiatan (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi,
(c) memilih bentuk instrumen, (d) menentukan panjang instrumen.
Penyusunan instrumen berupa tes dalam penilaian berbasis kompetensi harus mengacu
kepada indikator perilaku siswa sebagimana tertuang dalam kisi- kisi penilaian. Dengan
demikian setiap butir soal harus jelas apa yang ditanyakan maupun jawaban apa yang
dikehendaki.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang
tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu
koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan ganda, uraian
objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang
20
akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang
tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya
ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes
bentuk belajar objektif.
1) Tes Subjektif
Tes Subjektif atau disebut tes uraian yaitu tes yang pertanyannya membutuhkan
jawaban peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena
dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Tes ini cocok
digunakan untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Bentuk tes uraian terbagi menjadi 2
macam yaitu:
a. Uraian terbatas
Peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan namun
arah jawabannya dibatasi sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang
terarah.
b. Uraian bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara sistematika sendiri.
Bebas mengungkapakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Namun guru
tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta
didik.
Tes subjektif ini memiliki kelebihan dan kekuranagan. Kelebihan dari tes ini yaitu:
Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah
disediakan atau memberikan jawaban singkat dan pemeriksaannya dilakukan secara
objektif (seragam) terhadap semua murid. Ada beberapa jenis tes bentuk objektif
yaitu: pilihan ganda, bentuk pilihan benar salah, menjodohkan, dan isian singkat.
Sebelum menyusun tes pilihan ganda terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menyusun tes pilihan ganda yaitu: 1) Ada kesesuaian antara soal dan
jawaban, 2) Penyusunan kalimat tiap soal harus jelas, 3) Bahasa yang
digunakan mudah dipahami, 4) Setiap soal harus mengandung satu masalah.
Kelebihan tes benar salah yaitu: mudah disusun dan dilaksanakan, dapat
dinilai dengan cepat dan objektif, dan dapat mecakup materi yang lebih luas.
Sedangkan kekurangan dari tes ini yaitu, peserta didik cenderung menjawab
dengan coba-coba, memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang rendah, dan
sering terjadi kekaburan untuk membuat soal yang benar-benar jelas.
Sebelum menyusun soal benar salah ada hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu: membuat petunjuk dengan jelas agar peserta didik tidak bingung, setiap
soal hendaknya mengandung satu pengertian saja, jangan membuat soal yang
masih dipertanyakan benar salahnya, hindari menggunakan kata yang dapat
memberi petunjuk tentang jawaban yang dikehendaki.
c. Menjodohkan (Matching)
Tes menjodohkan yaitu bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal dan
kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom pertanyaan sebelah kiri dan kolom jawaban sebelah
kanan. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawabanjawaban
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan. Bentuk tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon
dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan.
singkat sesuai dengan petunjuk. Cara menyusun tes isian singkat yaitu: 1) soal
yang disusun sebaiknya tidak menggunakan soal yang terbuka sehingga siswa
dapat menjawab dengan terurai, 2) Pernyataan sebaiknya hanya mengandung
satu alternatif jawaban, 3) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban
hendaknya diletakkan pada akhir atau tengah kalimat, 4) Dapat menggunakan
gambar-gambar sehingga soal dapat dipersingkat dan jelas.
1. Pengurutan nomor soal sesuai dengan nomor urut soal yang terdapat dalam kisi-kisi
2. setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain dalam satu paket
4. jumlah kunci jawaban A,B,C,D atau E dalam satu paket tes harus mengikuti rumus :
jumlah soal/jumlah pilihan jawaban ± 3
5. perakitan soal diikuti dengan pembuatan format/kunci jawaban per paket tes
Butir soal merupakan jabaran atau dapat juga ujud dari indikator, Dengan demikian setiap
pernyataan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa yang ditanyakan
dan jelas pula jawaban yang diminta. Mutu setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes
secara keseluruhan. Butir-butir soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau memiliki
Higher Order Thinking (HOT).
Para pendidik dapat merakit soal menjadi suatu paket tes yang tepat, apabila para
pendidik memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. Berikut langkah-langkah perakitan
soal.
besarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal
yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut dirakit
ke dalam perangkat tes yang lain.
10. Menyusun tabel konversi skor
Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban
peserta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal bentuk
pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Skor dari soal bentuk pilihan
ganda tidak dapat langsung digabung dengan skor uraian. Hal ini karena tingkat
keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya dalam kedua
bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah keduanya ditentukan
bobotnya. Misalnya, untuk soal bentuk pilihan ganda (45 soal dengan skor maksimum
45) bobotnya 60 % dan bentuk uraian (5 soal dengan skor maksimum 20) bobotnya 40
%. Untuk menentukan skor jadinya adalah skor perolehan peserta didik yang
bersangkutan dibagi skor maksimum kali bobot. Tabel konversi ini merupakan tabel
konversi sederhana atau klasik. Konversi biasa (model pengukuran secara klasik)
penggunaannya biasa digunakan guru di sekolah, yaitu untuk memperoleh nilai murni
peserta didik. Bila menghendaki skor maksimum 10 digunakan rumus (skor
perolehan: skor maksimum) x 10 dan bila menggunakan skor maksimum 100
digunakan nilai konversi dengan rumus (skor perolehan: skor maksimum) x 100 atau
bila menggunakan skor maksimum 4 digunakan nilai konversi dengan rumus (skor
perolehan : skor maksimum) x 4.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan pastilah terdapat kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan
pembelajaran pasti terdapat tes. Karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu validitas
soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam
penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi). Dalam penyusunan
tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal ujian akan memberikan
bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan
memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah
diberikan dalam proses belajar mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh
mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan).
3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini, sebaiknya pendidik membuat kisi-kisi soal dengan
penuh ketelitian agar dapat memudahkan siswa saat melakukan tes. Pendidik juga harus
selalu mengawasi tentang perkembangan pemahaman pada peserta didiknya.
26
DAFTAR RUJUKAN
27