You are on page 1of 29

MAKALAH

PENYUSUNAN SPESIFIKASI BLUE PRINT, PEMILIHAN JENIS INSTRUMEN


PENILAIAN dan PERAKITAN SOAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evaluasi Pendidikan
yang dibina oleh Dra. Harti Kartini, M. Pd

Oleh :
Kelompok 4
1. Adela Ramadita M. (200151603039)
2. Dewi Rimadhani (200151602932)
3. Khusna Nafila Al Khumairo (200151602934)
4. Rizki Rivania (200151603090)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah “Evaluasi
Pendidikan” tepat waktu.Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah saw
yang syafa’atnya kita nantikan kelak
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah
Evaluasi Pendidikan dengan judul Penyusunan Spesifikasi Blue Print, Pemilihan Jenis
Instrumen Penilaian, dan Perakitan Soal. Dalam penyelesaian makalah ini, kami dapat
menyelesaikannya dengan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada:
1. Dra. Harti Kartini, M. Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Evaluasi Pendidikan
2. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi mahasiswa, dan
kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,terutama pada bagian
isi. Oleh karena itu apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,kami memohon
maaf.

Malang, 15 Maret 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 3
BAB II.................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
2.1 Penyusunan Spesifikasi Blue Print .................................................................................... 4
2.2 Pemilihan Jenis Instrumen Penilaian .................................................................................. 19
2.3 Perakitan Soal .................................................................................................................. 23
BAB III .............................................................................................................................. 26
PENUTUP ......................................................................................................................... 26
1.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 26
3.2 Saran ................................................................................................................................ 26
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................................ 27

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, dan Tujuan
Pembahasan

1.1 Latar Belakang


Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar hasil yang
diharapkan dapat dicapai. Rencana yang teliti dan konseptual akan memberikan jaminan
bahwa guru itu akan dapat mengukur penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar
yang representative.
Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan yang paling penting adalah melakukan tes,
karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Dalam penyusunan soal-soal tes
terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam pembuatan soal tersebut diperlukan
berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu sulit, terlalu mudah dan
membingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal tersebut
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu
validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam
penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi). Dalam penyusunan
tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal ujian akan memberikan
bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan
memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah
diberikan dalam proses belajar mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh
mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan).
Tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal kemudian dikaitkan dengan bentuk item yang
akan digunakan. Juga dikaitkan di dalamnya jenjang kemampuan yang ingin diukur. Banyak
jumlah soal pada masing-masing ruang lingkup materi itu bagi mahasiswa serta kegunaannya
di dalam masyarakat setelah mereka menyelesaikan studinya nanti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana langkah dalam pembuatan tabel spesifikasi?
2. Apa fungsi dari tabel spesifikasi?
3. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan sesudah penyusunan tabel spesifikasi?
3

4. Bagaimana bentuk instrumen dalam penilaian?


5. Apa pengertian dari perakitan soal serta kaidahnya?
6. Bagaimana penulisan dan langkah dalam merakit soal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah pembuatan tabel spesifikasi.
2. Untuk mengetahui fungsi dari tabel spesifikasi.
3. Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan sesudah penyusunan tabel spesifikasi.
4. Untuk mengetahui bentuk instrumen dalam penilaian.
5. Untuk mengetahui pengertian dan kaidah dari perakitan soal.
6. Untuk mengetahui penulisan dan langkah dalam merakit soal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyusunan Spesifikasi Blue Print


A. Pengertian tabel spesifikasi
Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-
soal yangdiperlukan atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test
blue-print atau tableof specification yang merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Wujudnyaadalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian
materi dan tingkah laku besertaimbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai.
Tiap kotak diisi dengan bilangan yangmenunjukkan jumlah soal.

B. Fungsi Tabel Spesifikasi

● Dalam pembahasan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus
memiliki validitas isi dan tingkah laku. Validitas ini yang terpenting dalam
penyusunan tes .
● Agar teks yang kita susun tidak menyimpang dari bahan atau materi serta aspek
kejiwaan tingkah laku yang akan dicakup dalam tes, di Buatlah tabel spesifikasi.
● Spesifikasi dapat disebut juga sebagai Grid, kisi-kisi atau blueprint. Wujudnya
adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku
beserta imbangan atau proporsi yang dihendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi
dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.

4
5

● Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak Hubungan antara
materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK atau indikator.
● Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal
tetapi empat hal, yaitu Hubungan antara materi,TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.
● Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh pemantapan kerja guru
PKG dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen urutannya
adalah:
● TIK atau indikator, materi, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
● Contoh kaitan antara TIK atau indikator materi kegiatan belajar mengajar dan
evaluasi sebagai berikut :
TIK/ indikaror : 4.2.2 Siswa dapat menghitung kecepatan benda

Materi : 4.2.2 Percepatan benda

KBM : Informasi dan tanya jawab percepatan

Evaluasi : 4.2.2 Sebuah benda yang mula-mula diam massanya 5 kg dan


menerima 2 buah gaya yang berlawanan dan sama besar masing-masing 10 Newton

Maka percepatannya adalah :

A. 0 m/dt²
B. 0,5 m/dt²
C. 2 m/dt²
6

D. 4 m/dt²

C. Langkah-Langkah Pembuatan Tabel Spesifikasi

Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi. Macam tabel ditentukan oleh bidang
studi dan homogenitas materi yang akan diteskan. Langkah pertama yang harus diambil
adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan kemudian memberikan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi.

Contoh:

Akan membuat tes untuk evaluasi. Pokok-pokok materinya adalah:

1. Pengertian Evaluasi (2)

2. Fungsi Evaluasi (3)

3. Macam-Macam Cara Evaluasi (5)

4. Persyaratan Evaluasi (4)

Angka-angka yang tertera di dalam kurung yang dituliskan dibelakang pokok materi,
menunjukkan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Penentuan imbangan
bobot dilakukan olehpenyusun soal berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya
untuk dites. Penentuan imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja. Pada waktu
menuliskan angka tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya
akan diubah menjadi angka dalam bentuk persentase.

Langkah kedua yakni dari contoh di atas, maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan
kedalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI

Aspek yang Diungkap


Pokok Materi
Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah

Pengertian evaluasi
7
(14%)

Fungsi evaluasi
10
(21%)
7

Macam-macam cara evaluasi


18
(36%)

Persyaratan Evaluasi
15
(29%)

Jumlah 50 butir soal

Setelah mencantumkan pokok-pokok materi yang akan diteskan beserta persentasenya,


langkah ketiga adalah memerinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan
angka ini dituliskah pada kolom paling kanan. Caranya adalah membagi jumlah butir soal (di
sini 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai persentase.

Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan dan bentuk
soal yang akan diberikan. Dalam contoh ini, misalnya akan disusun tes berbentuk
objektifdengan Jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan
adalah 75 menitt. Sekali lagi di sini diperlukan kebijaksanaan guru untuk memperkirakan
banyaknya butir soal agar tidak terlalu sedikit maupun terlalu banyak.

Sebagai Patokan waktu adalah bahwa sebuah soal tes objektif membutuhkan waktu 1
menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 75 menit untuk tes
dapat disusun butir soal sejumlah:

1. 50 buah bentuk objektif (50 menit).

2. 5 buah bentuk uraian (25 menit).

Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh:

1. waktu yang tersedia,

2. bentuk soal.

Sampai dengan langkah ketiga, cara yang dilalui sama bagi seluruh bidang studi.

Untuk langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus, tergantung dari


homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.

1. Untuk Materi yang Seragam


8

Yang dimaksud dengan “seragam" di sini adalah bahwa antara pokok materi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah
laku. Misalnya 50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi.
Apabila demikian halnya, maka angka persentase dapat dituliskan pada kolom, di bawah
kata- kata "lngatan", "Pemahaman", dan "Aplikasi". Selanjutnya banyak butir soal untuk
setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan Cara menghitung persentase dari banyaknya soal
bagi tiap pokok materi yang sudan tertulis di kolom paling kanan. Perlu diperhatikan
bahwa angka yang diperoleh untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan
dengan cara mereka-reka atau menggeser-gesernya sehingga jumlah -ke samping dan ke
bawah diperoleh angka benar.

Contoh:

TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI

Aspek yang Diungkap

Pokok Materi Pemaha


Ingatan Aplikasi Jumlah
man
(50%) (20%) (100%)
(30%)

Pengertian evaluasi
(A) (B) (C) 7
(14%)

Fungsi evaluasi
(D) (E) (F) 10
(21%)

Macam-macam cara evaluasi


(G) (H) (I) 18
(36%)

Persyaratan Evaluasi
(J) (K) (L) 15
(29%)

Jumlah 50

Untuk mengisi/menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan demikian:
9

Untuk memgisi sel-sel yang lain, dilakukan dengan cara yang sama seperti hal nya
mengisi sel A, B, dan C.

Catatan:

Disamping menggunakan cara seperti diatas, dalam menentukan jumlah butir soal
untuk tiap-tiap pokok materi, ada lagi cara lain yang dapat diambil yaitu mulai dari
pengisian sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal tiap pokok materi.

Contoh:

TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS

Aspek yang diukur

Pokok materi Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah


(50%) (30%) (20%) (100%)

Bab 1
(A) (B) (C)
(40%)

Bab 2
(D) (E) (F)
(30%)

Bab 3
(G) (H) (I)
(30%)

Jumlah
40
(100%)
10

Misalnya berdasarkan waktu yang telah djtentukan, diperkirakan akan disusun 40


buah butir soal. Maka tiap sel diperoleh imbangan jumlah sebagai berikut:

Sel C = 20% x 40% x 40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)

Sel D = 50% x 30% x 40 soal = 6 soal

Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama terdapatlah angka-
angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek. Sesudah
ltu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga terdapat jumlah soal untuk
setiap bagian/pokuk materi maupun untuk setiap aspek tingkah laku,

Dengan demikian maka label s|pesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan terisi seperti
dibawah ini:

Aspek yang diungkap

Pokok materi Ingatan Pemahaman Aplikasi


Jumlah
(50%) (30%) (20%)

Bab 1
(A) 8 (B) 5 (C) 3 16
(40%)

Bab 2
(D) 6 (E) 4 (F) 2 12
(30%)

Bab 3
(G) 6 (H) 4 (I) 2 12
(30%)

Jumlah
20 13 7 40
(100%)

2. Untuk Materi yang Tidak Seragam


11

Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (label spesifikasfl untuk
materi yang seragam dalam arti, seragam dalam imbangan tingkah laku.

Adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek
tingkah laku saja, yakni ingatan saja. Misalnya, suku-suku bangsa yang ada di Indonesia.
Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan, tanpa perlu dipahami, apalagi
diaplikasikan. Dalam keadaan demikian maka yang isi hanya kolom ingatan.

Dalam keadaan lain misalnya hal osmose dan difusi, hanya dapatdipahami dan
diaplikasikan, sebaiknya tidak dihafalkan.

Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak
perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom.
Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkanatas banyaknya soal untuk
pokok materi dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai menurut sifat pokok materi
yang bersangkutan.

TABEL SPESIFIKASI UNTUK PENYUSUNAN TES EVALUASI

Aspek yang Diungkap

Pokok materi Pemahama


Ingatan Aplikasi Jumlah
n

Bab 1
(A) (B) (C) 10
(25%)

Bab 2
(D) (E) (F) 16
(40%)

Bab 3
(G) (H) (I) 14
(35%)

Jumlah
40
(100%)

Dalam keadaan seperti dicontohkan, misalnya:

Bab 1 mayoritas hafalan.

Bab 2 mayoritas pemahaman.


12

Bab 3 mayoritas aplikasi.

Maka imbangan aspek tingkah laku, tidak dapat dituliskan pada kepala kolom.
Penentuan angka yang menupjukkan banyaknya butir soal pada tiap sel, ditentukan
perbab.

Contoh:

Untuk Bab 1, lngatan 60%, pemahaman 30%, untuk aplikasi 10%, maka:

1. Sel A = 60% x 10 soal = 6 soal


2. Sel B = 30% x 10 soal = 3 soal
3. Sel C = 10% x 10 soal = 1 soal
Untuk Bab 2, lngatan 20% Pemahaman 50%, untuk aplikasi 30%, maka:

1. Sel D = 20% x 16 soal = 3 soal


2. Sel E = 50% x 16 soal = 8 soal
3. Sel F = 30% x 16 soal = 5 soal
Untuk Bab 3, lngatan 20%, pemahaman 20%, untuk aplikasi 60%. maka:

1. Sel G = 20 % x 14 soal = 3 soal


2. Sel H = 20 % x 14 soal = 3 soal
3. Sel I = 60 % x 14 soal = 8 soal
Dengan pengetahuan 2 cara, atau bahkan 3 cara, maka pada waktu akan membuat
tabel spesifikasi pertama-tama harus diadakan perkiraan (judgment) apakah materi-materi
yang akan diteskan merupakan materi yang homogen atau bukan.

Apabila tabel spesifikasi sudah jadi, maka ini berarti bahwa guru sudah melakukan
sesuatu tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes. Penyusunan tes
yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa tesnya cukup
mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.

Adakalanya guru memperoleh bimbingan dalam menyusun soal tes. Agar


Pembimbmgan dapat bellangsung Secara efektif sebaiknya dalam mengisi sel-sel tabel
spesifikasi, dltuhskan sekaligus unsur-unsur item bagi sel yang bersangkutan, misalnya
sebagai berikut:
13

Aspek yang Diungkap

Pemahama
Pokok materi Ingatan Aplikasi
n Jumlah
(I) (A)
(P)

Bab 1 (6) (3) (1)


10
(25%) 1,2,6,7,8,10 3,4,9 5

Bab 2 (8) (9)


(3)
(40%) 12,13,14,15, 16,17,21, 16
11,18,22
19,20,23,24 25,26

Bab 3 (8)
(3) (3)
(35%) 29,30,31,34, 14
27,32,26 28,33,37
35,38,39,40

Jumlah
12 14 14 40
(100%)

Dengan dicantumkannya nomor-nomor item tersebut pembimbing dapat menelusuri


sesuatu rumusan item kembali pada kisi-kisi. Misalnya, untuk item nomor 16 menurut,
kehendak penulis soal, item tersebut mengukur aplikasi. Oleh pembimbing ditelaah
rumusan kalimat dan isinya. Sangat mungkin ternyata item tersebut hanya mengungkap
ingatan saja. Memang demikianlah menurut pengalaman penulis buku ini dalam
memberikan bimbingan kepada para guru maupun mahasiswa. Paling mudah adalah
membuat item yang mengukur aspek ingatan.

Pada waktu ini ada kecenderungan di dalam dunia pendidikan tidak menggunakan
pendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator". Kecenderungan baru tersebut tidak
berarti menyalahkan yang lama, tetapi menyempurnakannya. Demikianlah perkcmbangan
ilmu pengetahuan, selalu mencari kesempurnaan. Pendekatan dengan “indikator" tidak
jauh berbeda dengan pendekatan "aspek". Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga
ke dalam buku ini.
14

D. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi


Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi untuk
memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut adalah: menentukan bentuk soal dan
menuliskan snal-soal tes.

A. Menentukan Bentuk Soal


Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui adanya bermacam-
macam bentuk soal tes, dengan kebaikan dan keburukan masing-masing. Dengan
keterangan tentang bagaimana cara mengatasi keburukan atau kekurangan tiap bentuk,
maka kita dapat mengambil berbagai bentuk.

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal, yaitu:

1. waktu yang tersedia,


2. sifat materi yang dites.
Sebagai pertimbangan menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu yang
tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah membutuhkan waktu lebih singkat daripada
isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah bentuk yang memerlukan waktu
banyak untuk menyelesaikan. Yang perlu mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian.
Soal bentuk ini paling banyak memakan waktu walaupun maslh perlu diperinci lagi
bahwa soal yang menghendaki siswa untuk menguraikan, tentu saja lebih banyak
memakan waktu dibandingkan dcngan pertanyaan "mengapa."

Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya scbuah pokok
materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan
alternatif yang hampir sama.

Materi yang berisikan fakta-fakta, lebih mudah dibuatkan alat pengukur bentuk isian
singkat. Materi-materi yang yang dapat diukur dengan soal bentuk menjodohkan.

Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal bentuk
objektif dan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.

Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah
mengetahui berapa lama alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Hal-hal
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:

1. Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan (@ 45
menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk pelajaran yang
15

berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.


2. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif pilihan ganda
1
kira-kira /2-1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda sederhana benar-

salah barangkali dapat lebih singkat).


3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian tergantung dari
berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sebagai
berikut:

1. Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang
diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan dengan aspek
ingatan.
2. Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3. Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep
ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapim dapat juga aplikasi.
4. Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan, dan
menghubungkankonsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini
berhubungan dengan aspek aplikasi.
5. Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang Iebih Iuas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat
sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang
diukur.

Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu bentuk
objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau isti!ah. Hal-hal seperti ini
merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk benar-salah
(B-S) ataupun isian singkat.
2. Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan
untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau
hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk benar-
salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang
dihubunglfan dengan kata “sebab").
16

3. Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal


bentuk uraian.
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan bentuknya, kita
akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaitan. Bentuk "Hubungan Antarhal" tidak
tepat digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi aspek pemahaman ke atas

B. Menuliskan Soal-Soal Tes


Langkah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes (item
writing). Walaupun tampaknya tinggal satu langkah, akan tetapi langkah ini merupakan
langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal. Hal-hal yang harus
diperhatikan:

1. Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi bahwa
kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya sebuah tes.
Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar: faktor bahasa tidak boleh
menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2. Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3. Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kataperlu diperhatikan
agar tidak ditafsirkan salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat
maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4. Petunjuk mengerjakan. Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat
bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok
soal merupakan hal yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus
dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang
dari yang dikehendaki oleh guru.
Catatan:

Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba (tryout)
berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba
terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat
sebagai berikut:

1. Pengalaman menggunakan tes tersebut.


2. Mengetahui kesukaran bahasa.
3. Mengetahui variasi jawaban siswa.
4. Mengetahui waktu yang dibutuhkan.
17

5. Dan lain-lain kesulitan.


Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun tes terstandar sehingga
kondisi bagi tes tersebut sudah diketahui dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa bagi
guru tidak dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya kondisi tes yang
menyangkut keadaan siswa dan suasan akelas sudah dikenal oleh guru, terutama oleh
guru yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut beberapa tahun.

Masukan siswa yang dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah
dapat diperkirakan sebelumnya.

Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan.Oleh karena
menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal tesnya,
dan disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu
sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam
menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan
lagi yang paling bawah.

Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan
sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti
yang diharapkan.

Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Di sekolah dasar
banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Di sekolah Ianjutan tingkat pertama,
lebih banyak pemahaman dibandingkan hafalannya. Di sekolah lanjutan tingkatatas
beralih ke hal-hal yang sifatnya analitik-sintetik dan problematik. lni semua berakibat
pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ke tingkat atas pendidikannya, aspek
yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi, studi memiliki sifat dan karakteristik.

Berhubung setiap bidang studi memiliki karakter sendiri-sendiri maka persentase


yang menggambarkan aspek yang diungkap tidak mungkin diseragamkan. Berikut ini
disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen setiap aspek untuk berbagai
bidang studi.

Contoh ini diambl dari Pedoman Penyusunan Tes Sumatif di Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan. Yang mungkin saja dapat dijadikan pedoman dalam menyusun
tes yang sejenis.
18

KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP DALAM MENYUSUN TES SUMATIF


UNTUK TIAP BIDANG STUDI

(dalam 100%)

Aspek yang diungkap


Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
(%) (%) (%) (100%)
Pokok Materi

MATEMATIKA SD 50 30 20 100

SMP 40 30 30 100

SMA 40 30 30 100

ILMU PENGETAHUAN SD 60 30 10 100

SMP 50 35 15 100

SMA 40 40 20 100

PENDIDIKAN MORAL SD 60 25 15 100


PANCASILA
SMP 50 35 20 100

SMA 40 35 25 100

ILMU PENGETAHUAN SD 65 25 10 100


SOSIAL
SMP 55 30 15 100

SMA 45 35 20 100

BAHASA INGGRIS *) SMP 25 50 25 100


19

SMA 25 50 25 100

BAHASA INDONESIA SD 40 35 25 100

SMP 25 40 35 100

SMA 20 50 30 100

*) Untuk Bahasa Inggris:

a. Catatan yang dimaksud dengan “ingatan” adalah vocabulary idiomatic expression.


b. Pemahaman adalah structure dan comprehension.
Aplikasi adalah kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay dan kemampuan
translation.

2.2 Pemilihan Jenis Instrumen Penilaian


Berdasarkan kisi-kisi yang telah di dibuat , maka disusun butir- butir instrumen dan
kelengkapannya dengan memerhatikan petunjuk penulisan butir instrumen dan susunan butir.

Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi yaitu berisi
uraian yang menunjukkan seluruh karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen.
Penyusunan spesifikasi mencangkup kegiatan (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi,
(c) memilih bentuk instrumen, (d) menentukan panjang instrumen.

Penyusunan instrumen berupa tes dalam penilaian berbasis kompetensi harus mengacu
kepada indikator perilaku siswa sebagimana tertuang dalam kisi- kisi penilaian. Dengan
demikian setiap butir soal harus jelas apa yang ditanyakan maupun jawaban apa yang
dikehendaki.

Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan , jumlah peserta , waktu yang
tersedia untuk memeriksa , cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu
koreksi sigkat, dan cangkupan materi yang diujikan banyak.

Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi, seperti pilihan ganda, uraian
objektif , uraian bebas, menjodohkan, jawabab singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh dat yang
20

akurattentang pencapaian belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang
tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes, pada umumnya
ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit.

Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu: betuk uraian (tes subjektif) dan tes
bentuk belajar objektif.

1) Tes Subjektif

Tes Subjektif atau disebut tes uraian yaitu tes yang pertanyannya membutuhkan
jawaban peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena
dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Tes ini cocok
digunakan untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Bentuk tes uraian terbagi menjadi 2
macam yaitu:

a. Uraian terbatas
Peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan namun
arah jawabannya dibatasi sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang
terarah.

b. Uraian bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara sistematika sendiri.
Bebas mengungkapakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Namun guru
tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta
didik.

Tes subjektif ini memiliki kelebihan dan kekuranagan. Kelebihan dari tes ini yaitu:

a) Tes dapat dibuat dengan cepat dan mudah,


b) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dengan gaya
bahasa sendiri dan menyusun kalimat dalam bentuk yang bagus.
c) Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.

Sedangkan kelemahan dari tes ini yaitu:

a) Kurang bisa mencakup isi materi kesekuruhan,


21

b) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena pengetahuan siswa yang


betul-betul dipahami sulit diketahui.
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi unsur-unsur subyektif dan
membutuhkan waktu yang lama untuk mengoreksi.
2) Tes Objektif

Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban yang telah
disediakan atau memberikan jawaban singkat dan pemeriksaannya dilakukan secara
objektif (seragam) terhadap semua murid. Ada beberapa jenis tes bentuk objektif
yaitu: pilihan ganda, bentuk pilihan benar salah, menjodohkan, dan isian singkat.

a. Pilihan Ganda ( Multiple Choice)


Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang menyajikan soal dan
beberapa pilihan jawaban yang hanya ada satu jawaban yang benar. Tes
pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki obyektifitas
yang tinggi untuk mengukur tingkat kognitif peserta didik. Bentuk tes ini
sangat cocok digunakan pada ujian yang berskala besar dan hasilnya harus
segera diumumkan, seperti: ujian akhir sekolah dan ujian nasional. Namun,
untuk menyusun tes berbentuk soal pilihan ganda yang berkualitas
membutuhkan waktu yang lama dan penulis soal akan kesulitan membuat
pengecoh yang homogen.

Sebelum menyusun tes pilihan ganda terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menyusun tes pilihan ganda yaitu: 1) Ada kesesuaian antara soal dan
jawaban, 2) Penyusunan kalimat tiap soal harus jelas, 3) Bahasa yang
digunakan mudah dipahami, 4) Setiap soal harus mengandung satu masalah.

b. Tes benar-salah (true-false)


Bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah soal yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Fungsi bentuk soal benar salah
adalah untuk mengukur kemampuan peserta didk untuk membedakan antara
fakta dengan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi
yang ditanyakan sebaiknya homogen dari segi isi. Bentuk soal ini banyak
digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi
22

berdasarkan hubungan yang sederhana. Cara mengerjakan soal ini dengan


melingkari atau menandai pada jawaban yang dianggap benar.

Kelebihan tes benar salah yaitu: mudah disusun dan dilaksanakan, dapat
dinilai dengan cepat dan objektif, dan dapat mecakup materi yang lebih luas.
Sedangkan kekurangan dari tes ini yaitu, peserta didik cenderung menjawab
dengan coba-coba, memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang rendah, dan
sering terjadi kekaburan untuk membuat soal yang benar-benar jelas.

Sebelum menyusun soal benar salah ada hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu: membuat petunjuk dengan jelas agar peserta didik tidak bingung, setiap
soal hendaknya mengandung satu pengertian saja, jangan membuat soal yang
masih dipertanyakan benar salahnya, hindari menggunakan kata yang dapat
memberi petunjuk tentang jawaban yang dikehendaki.

c. Menjodohkan (Matching)
Tes menjodohkan yaitu bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal dan
kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom pertanyaan sebelah kiri dan kolom jawaban sebelah
kanan. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawabanjawaban
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan. Bentuk tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon
dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan.

Untuk menyusun soal tes menjodohkan harus memperhatikan teknik berikut:


1) menyesuaikan kompetensi dasar dengan indikator, 2) kumpulan soal
diletakkan dikolom sebelah kiri dan kumpulan jawaban diletakkan di sebelah
kanan, 3) menggunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok permasalahan.

d. Isian Singkat (Short Answer)


Tes Isian Singkat adalah tes yang ditandai dengan adanya jawaban pada
tempat kosong yang disediakan oleh guru untuk menulis jawabannya dengan
23

singkat sesuai dengan petunjuk. Cara menyusun tes isian singkat yaitu: 1) soal
yang disusun sebaiknya tidak menggunakan soal yang terbuka sehingga siswa
dapat menjawab dengan terurai, 2) Pernyataan sebaiknya hanya mengandung
satu alternatif jawaban, 3) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban
hendaknya diletakkan pada akhir atau tengah kalimat, 4) Dapat menggunakan
gambar-gambar sehingga soal dapat dipersingkat dan jelas.

2.3 Perakitan Soal


A. Pengertian
Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu perangkat paket tes
atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-
kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, guru harus memperhatikan langkah-langkah
perakitan soal. Pemeriksaan terhadap jawaban peserta didik dan pemberian angka merupakan
langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada
prinsipnya, penskoran soal harus diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya,
apabila penskoran dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya,
akan menghasilkan skor atau angka yang sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses
penskoran akan dihasilkan skor yang sama.

B. Kaidah Perakitan Soal

1. Pengurutan nomor soal sesuai dengan nomor urut soal yang terdapat dalam kisi-kisi

2. setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain dalam satu paket

3. penyebaran kunci jawaban harus acak dalam satu paket tes

4. jumlah kunci jawaban A,B,C,D atau E dalam satu paket tes harus mengikuti rumus :
jumlah soal/jumlah pilihan jawaban ± 3

5. perakitan soal diikuti dengan pembuatan format/kunci jawaban per paket tes

C. Penulisan butir-butir soal/tes

Penulisan butir-butir soal merupakan langkah penting dalam upaya pengembangan


alat ukur kemampuan atau tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator jenis dan
tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya
sesuai dengan perinciannya dalam kisi-kisi.
24

Butir soal merupakan jabaran atau dapat juga ujud dari indikator, Dengan demikian setiap
pernyataan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga jelas apa yang ditanyakan
dan jelas pula jawaban yang diminta. Mutu setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes
secara keseluruhan. Butir-butir soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau memiliki
Higher Order Thinking (HOT).

D.Langkah-langkah Perakitan Soal

Para pendidik dapat merakit soal menjadi suatu paket tes yang tepat, apabila para
pendidik memperhatikan langkah-langkah perakitan soal. Berikut langkah-langkah perakitan
soal.

1. Mengelompokkan soal-soal yang mengukur kompetensi dan materi yang sama,


kemudian soal-soal itu ditempatkan dalam urutan yang sama.
2. Memberi nomor urut soal didasarkan nomor urut soal dalam kisi-kisi.
3. Mengecek setiap soal dalam satu paket tes apakah soal-soalnya sudah bebas dari
kaidah “Setiap soal tidak boleh memberi petunjuk jawaban terhadap soal yang lain”
4. Membuat petunjuk umum dan khusus untuk mengerjakan soal.
5. Membuat format lembar jawaban.
6. Membuat lembar kunci jawaban dan petunjuk penilaiannya.
7. Menentukan/menghitung penyebaran kunci jawaban (untuk bentuk pilihan ganda),
dengan memperhatikan rumus jumlah kunci jawaban
8. Menentukan soal inti (anchor items) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam satu
paket.
Soal inti ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari beberapa tes paralel.
Tujuannya adalah agar antar tes memiliki keterkaitan yang sama. Penempatan soal inti
dalam paket tes diletakkan secara acak.
9. Menentukan besarnya bobot setiap soal (untuk soal bentuk uraian)
Bobot soal adalah besarnya angka yang ditetapkan untuk suatu butir soal dalam
perbandingan (ratio) dengan butir soal lainnya dalam satu perangkat tes. Penentuan
besar kecilnya bobot soal didasarkan atas tingkat kedalaman dan keluasan materi yang
ditanyakan atau kompleksitas jawaban yang dituntut oleh suatu soal. Untuk
mempermudah perhitungan/penentuan nilai akhir, jumlah bobot keseluruhan pada
satu perangkat tes uraian ditetapkan 100. Perakit soal harus dapat mengalokasikan
25

besarnya bobot untuk setiap soal dari bobot yang telah ditetapkan. Bobot suatu soal
yang sudah ditetapkan pada satu perangkat tes dapat berubah bila soal tersebut dirakit
ke dalam perangkat tes yang lain.
10. Menyusun tabel konversi skor
Tabel konversi sangat membantu para pendidik pada saat menilai lembar jawaban
peserta didik. Terutama bila dalam satu tes terdiri dari dua bentuk soal, misal bentuk
pilihan ganda dan uraian atau tes tertulis dan tes praktik. Skor dari soal bentuk pilihan
ganda tidak dapat langsung digabung dengan skor uraian. Hal ini karena tingkat
keluasan dan kedalaman materi yang ditanyakan atau penekannya dalam kedua
bentuk itu tidak sama. Nilai keduanya dapat digabung setelah keduanya ditentukan
bobotnya. Misalnya, untuk soal bentuk pilihan ganda (45 soal dengan skor maksimum
45) bobotnya 60 % dan bentuk uraian (5 soal dengan skor maksimum 20) bobotnya 40
%. Untuk menentukan skor jadinya adalah skor perolehan peserta didik yang
bersangkutan dibagi skor maksimum kali bobot. Tabel konversi ini merupakan tabel
konversi sederhana atau klasik. Konversi biasa (model pengukuran secara klasik)
penggunaannya biasa digunakan guru di sekolah, yaitu untuk memperoleh nilai murni
peserta didik. Bila menghendaki skor maksimum 10 digunakan rumus (skor
perolehan: skor maksimum) x 10 dan bila menggunakan skor maksimum 100
digunakan nilai konversi dengan rumus (skor perolehan: skor maksimum) x 100 atau
bila menggunakan skor maksimum 4 digunakan nilai konversi dengan rumus (skor
perolehan : skor maksimum) x 4.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan pastilah terdapat kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan
pembelajaran pasti terdapat tes. Karena dengan melakukan tes, seorang guru dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu validitas
soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam
penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi). Dalam penyusunan
tes, rencana itu disebut dengan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal ujian akan memberikan
bimbingan yang terarah kepada penyusunan tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi itu akan
memberikan bantuan untuk menyiapkan tes sesuai dengan dan mewakili materi yang pernah
diberikan dalam proses belajar mengajar aau kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh
mahasiswa dalam bidang tertentu (yang diujikan).

3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini, sebaiknya pendidik membuat kisi-kisi soal dengan
penuh ketelitian agar dapat memudahkan siswa saat melakukan tes. Pendidik juga harus
selalu mengawasi tentang perkembangan pemahaman pada peserta didiknya.

26
DAFTAR RUJUKAN

Aina Mulyana. 2018. Kaidah dan langkah-langkah Perakitan Soal di


https://desainblogaina.blogspot.com (diakses pada 13 Maret)

Dok. 2020. Pengertian Langkah-langkah Perakitan Soal di https://text-id.123dok.com (diakses


13 Maret)

Faisal, dkk. (2015). Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis.


http://makalahstaincurup.blogspot.com/2015/04/evalusi-pendidikan.html?m=1. (online).
Diakses pada tanggal 11 Maret 2021.
https://slideplayer.info/slide/3766744/ diakses pada Minggu, 14 Maret 2021 pukul 21.12

SDN Karanglo 3. 2020. Contoh Analisis Penulisan Soal di https://sdn3karanglo.sch.id


(diakses 13 Maret)

Wulan H, Adea. Aristia, Risa. Jenis-Jenis Instrumen dalam Evaluasi Pembelajaran.

27

You might also like