Professional Documents
Culture Documents
6 - Manajemen Konfik
6 - Manajemen Konfik
Modul ke
06 Fakultas
Conflict Management
Oleh :
Program Studi Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah Perilaku Organisasi
Manajemen
Conflict Management
• Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara
pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
• Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok,
yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu
tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.
• Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah
“conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau
perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu
kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas
berbagai kepentingan”.
• Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi mengenai
perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu
kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai
secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada
berbagai tingkat kompleksitas. Konflik merupakan sebuah duo yang dinamis.
Transisi dalam Pemikiran Konflik
1. Traditional View
• Keyakinan bahwa semua konflik berbahaya dan harus dihindari
• Pandangan umum pada 1930-an-1940-an
• Konflik dihasilkan dari: Komunikasi yang buruk, Kurangnya keterbukaan,
Kegagalan untuk menanggapi kebutuhan karyawan
2. Human Relations View
• The belief that conflict is a natural and inevitable outcome in any group
• Prevalent from the late 1940s through mid-1970s
3. Interactionist View
• The belief that conflict is not only a positive force in a group but that it is
absolutely necessary for a group to perform effectively
• Current view
Menurut pandangan interaksionis, konflik dapat bersifat fungsional atau
disfungsional.
Konflik fungsional mendukung tujuan grup dan meningkatkan kinerjanya.
konflik disfungsional menghambat kinerja grup.
Jenis Konflik Interaksionis
• Task Conflict
o Konflik atas konten dan tujuan pekerjaan
o Level rendah hingga sedang dari tipe ini FUNGSIONAL
• Relationship Conflict
o Konflik berdasarkan hubungan interpersonal
o Hampir selalu disfungsi
• Process Conflict
o Konflik tentang bagaimana pekerjaan diselesaikan
o Tingkat rendah dari jenis ini FUNGSIONAL
The Conflict Process
The Conflict Process
• Komunikasi.
Konflik dapat timbul dari masalah semantik, kesalahpahaman, atau kebisingan
di saluran komunikasi yang belum diklarifikasi.
• Struktur.
Konflik dapat timbul berdasarkan struktur sekelompok orang yang harus bekerja
sama.
• Variabel pribadi.
Konflik dapat timbul jika dua orang yang bekerja sama tidak saling peduli.
The Conflict Process
4. Perilaku
Perilaku adalah tahap di mana konflik menjadi jelas, karena termasuk
pernyataan, tindakan, dan reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Perilaku ini mungkin merupakan upaya nyata untuk membuat pihak lain
mengungkapkan niat, tetapi mereka memiliki kualitas stimulus yang
memisahkan mereka dari tahap niat yang sebenarnya.
5. Hasil
Hasil dari suatu konflik dapat berupa fungsional atau disfungsional:
• Hasil fungsional terjadi ketika konflik bersifat konstruktif. Mungkin sulit
untuk memikirkan saat-saat ketika orang tidak setuju dan berdebat, dan
hasilnya entah bagaimana bagus. Konflik yang hasilnya dapat menghasilkan
hasil yang positif.
• Hasil disfungsional umumnya lebih dikenal dan dipahami. Oposisi yang
tidak terkendali menimbulkan ketidakpuasan, yang bertindak untuk
memutuskan hubungan dan akhirnya mengarah pada pembubaran
kelompok. Organisasi lebih sering menemui ajalnya daripada yang Anda
kira sebagai akibat dari konflik disfungsional.
Faktor-faktor Penyebab Konflik
1. Konflik Intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik intrapersonal
akan terjadi ketika individu harus memilih dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan, dan
bimbang mana yang harus dipilih untuk dilakukan.
2. Konflik Interpersonal, yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik yang terjadi ketika adanya
perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentuan.
3. Konflik Intragrup, yaitu konflik antara angota dalam satu kelompok. Setiap kelompok dapat
mengalami konflik substantif atau efektif. Konflik substantif terjadi karena adanya latar belakang
keahlian yang berbeda, ketika anggota dari suatu komite menghasilkan kesimpulan yang berbeda
atas data yang sama. Sedangkan konflik efektif terjadi karena tangapan emosional terhadap suatu
situasi tertentu.
4. Konflik Intergrup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik intergrup terjadi karena adanya
saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, da meningkatkatnya tuntutan akan
keahlian.
5. Konflik Interorganisasi, yang terjadi antar organisasi. Konflik inter organisasi terjadi karena mereka
memiliki saling ketergantungan satu sama lain, konflik terjadi bergantung pada tindakan suatu
organisasi yang menyebabkan dampak negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi
antara lembaga pendidikan dengan salah satu organisasi masyarakat.
6. Konflik Intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu organisasi
Pengelolaan Konflik
1. Disiplin
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
3. Komunikasi
4. Mendengarkan secara aktif
5. Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik
Tipe Pengelolaan Konflik
• Avoiding
Gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya
konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat
mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
• Accommodating
Gaya ini mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya
dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-
masukan yang diperoleh.
• Compromising
Merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi
terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi
(jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
Tipe Pengelolaan Konflik
• Competing
Artinya pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan
konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan)
kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau
yang lebih berkuasa (win-lose solution).
• Collaborating
Dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama
memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara
sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan
pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win
solution).
• Conglomeration (mixture type)
Cara ini menggunakan kelima style bersama-sama dalam penyelesaian konflik.
Metode Menangani Konflik
4. Metode Kompetisi
• Win-Lose (Menang-Kalah)
• Lose-Win (Kalah-Menang)
• Lose-Lose (Kalah-Kalah)
• Win-Win (Menang-Menang)
Teknik Penyelesaian Konflik
1. Rujuk, merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan
menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
2. Persuasi, yaitu usaha mengubah po-sisi pihak lain, - Tawar-menawar,
suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan
komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
3. Pemecahan masalah terpadu, usaha menyelesaikan masalah dengan
memadukan kebutuhan kedua pihak.
4. Penarikan diri, suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak
menarik diri dari hubungan.
5. Pemaksaan dan penekanan, cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar
menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal
atas pihak lain.
6. Intervensi (campur tangan) pihak ketiga,
Penyelesaian Konflik dengan Pihak
Ketiga
1. Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan
berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
2. Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk
menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta,
menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah
serta mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu.
3. Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta
mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.
Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha
untuk menengahi.
Pendekatan Dalam Penanganan &
Penyelesaian Konflik
Pendekatan KAPOW (Knowledge, Authority, Power, Other, Winning)
KNOWLEDGE (Pengetahuan): Sejauh mana anda mengetahui isu pihak lain?, Sejauh
mana pihak lain mengetahui isu anda?. dan Sejauh mana anda mengetahui
masalahnya?
AUTHORITY (Wewenang): Apakah anda punya wewenang untuk mengambil
keputusan?, Apakah pihak lain punya wewenang untuk mengambil keputusan?
POWER (Kekuatan): Sejauh mana anda dapat memberi pengaruh terhadap situasi,
Seberapa besar kekuatan yang dimiliki pihak lain atas diri anda?
OTHER (Relasi): Seberapa tinggi pentingnya relasi bagi anda?, Seberapa tinggi
pentingnya relasi bagi pihak lain?
WINNING (Kemenangan): Seberapa pentingnya unsur
kemenangan?, Apakah anda harus menang?, Apakah pihak lain harus menang?,
Apakah kompromi dapat diterima?, Apakah kekalahan dapat diterima?
Pendekatan Dalam Penanganan &
Penyelesaian Konflik
Pendekatan ACES (Asses, Clarify, Evaluated, Solve)
Asses the Situation (Mengenali Situasi)
Clarify the Issues (Memperjelas Permasalahan)
Evaluate Alternative Approaches (Menilai Pendekatan-pendekatan Alternatif)
Solve the Problem (Mengurai Permasalahan)
Terima Kasih Atas Perhatiannya