You are on page 1of 20

Nama : Nauro Faichatu Zahro

Nim : 40620129
PR PROSTODONSIA
A. Sebab hilangnya gigi
1. Impaksi berhubungan dengan pembuatan GTJ
2. Agenisi
3. Penyakit sistemik (ex: diabetes)
4. Fraktur
5. Karies gigi
6. Penyakit periodontal
B. Penetapan gigit pendahuluan
Adalah penetapan gigit yang dilakukan pada kasus yang masih punya tinggi gigit dan akan
dilakukan pencabutan satu atau lebih dari gigi-giginya sehingga tinggi gigitnya hilang.
Bila ada harus dlakukan pencetakan RA/RB, kemudian dilakukan penetapan gigit.

I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu diperhatikan:

1. Profil

Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagital) merupakan


indikasi hubungan rahang atas dan bawah. Terdapat tiga macam bentuk
profil muka yatu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung (concave).
Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk labial gigi depan
dilihat dari arah proksimal.
Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah titik
pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung (subnasion)
dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada satu garis lurus
maka profil mukanya lurus. Bila titik pada glabella dan puncak dagu berada
lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka profilnya adalah cekung.
Dan profil cembung terjadi pada arah yang sebaliknya. (Gunadi, 1995)
2. Mata

Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak.
Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah
instrument yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in all
direction. Bila tidak, maka keadaan ini disebut dengan unmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:

Garis inter-pupil yang dipakai untuk menentukan tinggi gigit dan kesejajaran
galangan gigit rahang atas bagian posterior.
Bidang horizontal Frankfurt, yaitu bidang yang melalui titik-titik infra orbita
dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas dengan bahan
cetak cair . pada penderita yang sensitive dan mudah mual, garis ini
hendaknya diatur sejajar lantai.

Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang


terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
Garis tengah wajah penderita.

3. Telinga

Telinga diperiksa, simetri atau tidak. Peranan telinga dalam pembuatan gigi
tiruan adalah untuk
Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi). Guna garis ini adalah pada saat pencetakan
rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression compound harus
sejajar dengan lantai.
Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil
rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih setengah inci
dari tragus.
Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi penderita pada waktu pencetakan
rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
Menentukan Bidang Horizontal Frankfurt (FHP). (Gunadi, 1995)
4. Galangan gigit

Galangan gigit digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk


lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir, pipi, dan lidah), catatan awal
hubungan antar-rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk dukungan
wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Terletak sejajar dengan garis
puncak lingir yang telah digambar. Tinggi galangan gigit sebesar panjang gigi
ditambah dengan penyusutan jaringan alveolar yaitu kira kira 10-12 mm. (Zarb,
2002).

II. Penetapan gigit

Pasien diminta duduk dengan enak dan posisi tegak, lalu galangan gigit rahang atas
dimasukkan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit

A. Pada Rahang Atas

1. Adaptasi basis

Basis harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau bergerak
karena dapat mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya
Permukaan basis harus rapat dengan jaringan pendukung

Tepi basis tidak boleh terlalu panjang atau pendek (Itjiningsih, 1993)

2. Dukungan bibir dan pipi

Setelah galangan gigit dipasang di dalam mulut,

Estetika.

Estetika juga dipengaruhi oleh relasi vertikal antara maksila dan mandibula.
Pengamatan terhadap kulit bibir dibandingkan dengan kulit bagian lain dari
wajah dapat dipakai sebagai petunjuk. Dalam keadaan normal, tonus kulit
harus sama di bagian manapun. Tetapi posisi relatif gigi dalam arah
anteroposterior paling sedikit sama terlibat dalam relasi vertikal rahang dan
dalam perbaikan tonus kulit.
Kontur labial tergantung pada struktur intrinsik serta dukungan di
belakangnya. Karena itu dokter gigi harus pertama kali membentuk kontur
permukaan labial galangan gigit sehingga semirip mungkin dengan posisi
anteroposterior gigi-gigi serta kontur basis gigi tiruan, yang juga harus
menggantikan dan memperbaiki dukungan jaringan yang diberikan oleh
struktur aslinya. (Zarb, 2002)
Kontur labial dari galangan gigit rahang atas dibentuk untuk mengembalikan
bibir atas ke posisi pra pencabutan. (Watt dan McGregor, 1992)
Pasien harus nampak normal seakan-akan seperti bergigi. Hal ini dilihat dari
sulkus naso-labialis dan philtrum pasien nampak tidak terlalu dalam atau
hilang alurnya
Bibir dan pipi pasien tidak boleh nampak terlalu cembung (Itjiningsih, 1993)

3. Tinggi galangan gigit

Tingginya sesuai dengan panjang gigi ditambah dengan jumlah penyusutan


jaringan alveolar yang telah terjadi. Bibir atas dapat menjadi petunjuk
apakah panjangnya memadai. Bidang oklusal posterior dibuat sejajar dengan
garis tragus-alanasi berdasarkan posisi bidang oklusal yang paling wajar.
(Zarb, 2002)
Pedoman untuk galangan gigit rahang atas adalah low lip line. Yaitu pada
saat pasien dalam keadaan rest position, garis insisal / bidang oklusal /
bidang orientasi galangan gigit rahang atas setinggi garis bawah bibir atas
dilihat dari muka. Sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan garis
tragus-alanasi.
Apabila pasien tersenyum, garis insisal / bidang orientasi galangan gigit
rahang atas terlihat kira-kira 2 mm di bawah sudut bibir. (Itjiningsih, 1993)
4. Bidang orientasi

Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:

Bagian anterior dengan garis antarpupil

Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus (porion)
hingga ala nasi. (Itjiningsih, 1993)
B. Pada Rahang Bawah

1. Adaptasi basis

Basis harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau bergerak
karena dapat mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena basis lebih
sempit serta ada gangguan pergerakan lidah. (Itjiningsih, 1993)

2. Penetapan dimensi vertikal

Secara Fisiologis

Pasien diminta istirahat ketika galangan gigit berada di dalam mulut, dengan
duduk tegak dan kepala tidak ditopang. Setelah galangan gigit dipasang
dalam mulut pasien, pasien menelan dan mandibula diistirahatkan. Setelah
pasien terlihat benar-benar santai, bibir dibuka untuk melihat besarnya
ruangan yang tersedia di antara galangan gigit. Pasien harus membiarkan
dokter gigi membuka bibirnya tanpa perlu dibantu dan tanpa menggerakkan
rahang atau bibirnya. Jarak antar-oklusal pada posisi istirahat ini besarnya
harus 2-4 mm dilihat di daerah premolar. (Zarb, 2002)
Dengan penerapan rumus

Dimensi vertikal = rest position free way space

Pertama diukur dimensi / jarak vertikal pasien dalam keadaan istirahat tanpa
galangan gigit. Kemudian dikurangi dengan free way space sebesar 2-4 mm.
(Itjiningsih, 1993)
3. Penyesuaian tinggi permukaan bidang oklusal

Bila galangan gigit sudah retentif pasien diminta untuk menutup mulut
perlahan-lahan dengan kedua galangan gigit terpasang. Dua jari telunjuk
ditempatkan pada galangan gigit di daerah premolar bawah dan pada saat
pasien menutup mulut dengan perlahan jari digerakkan kearah bukal tetapi
tetap berkontak dengan permukaan oklusal dari kedua galangan gigit.
Perhatikan dengan cermat titik-titik yang pertama kali berkontak antara
galangan gigit atas dan bawah.
Bila terjadi kontak pertama, tinggalkan satu jari di antara kedua galangan
gigit untuk mempertahankan celah. Kemudian dengan pisau malam
digambar garis pada permukaan bukal dari galangan gigit bawah. Garis ini
menunjukkan jumlah malam yang harus dibuang dari

galangan gigit bawah sehingga dapat berkontak rata dengan galangan gigit
rahang atas.
Galangan gigit rahang bawah dilepas dari mulut dan dikurangi sampai garis
dengan pisau malam, kemudian permukaannya diratakan.
Sebaiknya permukaan oklusal tidak dibuat melampaui molar pertama karena
kontak oklusal di atas ujung posterior yang miring akan cenderung
menggeser galangan gigit. Akan tetapi basis harus tetap menutup seluruh
daerah gigi tiruan.
Galangan gigit rahang bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut dan
pasien diminta untuk menutup dengan lidahnya ditarik ke belakang kearah
tenggorokan. Lalu diperiksa apakah kedua galangan gigit berkontak rata.
Penyesuaian dilanjutkan dan galangan gigit rahang bawah terus dikurangi
sampai didapatkan kontak yang rata. (Watt dan McGregor, 1992)

C. Pencatatan akhir

1. Bila telah puas dengan kedudukan yang telah dicatat, goreskan dua garis vertikal
menyilangi garis kontak antara galangan gigit atas dan bawah pada daerah
premolar di kedua sisi. Pasien diminta untuk menutup mulut pada posisi ini
beberapa kali dan diperiksa apakah garis-garis tersebut bertepatan.
2. Bila telah memuaskan garis tengah mulut ditandai di bawah filtrum bibir waktu
pasien tersenyum. Kemudian tandai garis tinggi bibir untuk menggambarkan
posisi bibir yang tertinggi selama tersenyum. Serta pada permukaan labial dari
galangan gigit, posisi dari batas bibir bawah pada saat pasien tersenyum. Garis
lengkung ini menunjukkan kontur dari tepi- tepi insisal gigi atas.
3. Periksa garis-garis tersebut. Bila telah memuaskan kedua galangan gigit dapat
dilepas.

4. Pada kedua sisi galangan gigit atas dibuat cekungan berbentuk V di antara garis
yang digoreskan ini.
5. Lekatkan sebutir kecil malam yang telah dilunakkan atau sedikit pasta pencatat
pada kedua sisi galangan gigit bawah di antara garis yang tertera. Banyaknya
sesuai dengan jumlah malam yang dikerat di rahang atas.
6. Galangan gigit atas dipasang kembali dan saat malam masih lunak galangan gigit
dipasang pada tempatnya dan pasien disuruh menutup pada kontak mundur.
Tunggu hingga pasta atau malam mengeras.
7. Pastikan kontak kedua galangan gigit baik dan garis yang dibuat saling
bertepatan. Kemudian kedua galangan gigit dapat dilepas secara bersamaan.
8. Kemudian lekatkan kedua galangan gigit dengan menguncinya dengan pisau
malam yang dipanaskan setelah itu ditempatkan pada model kerja masing-
masing. (Watt dan McGregor, 1992)
Single Denture Sindrome/ Sindrom Kombinasi
1. Definisi Sindrom Kombinasi

Sindrom kombinasi merupakan suatu perubahan kerusakan oral yang


spesifik yang sering terlihat pada pasien yang menggunakan gigi tiruan
lengkap rahang atas dan gigi tiruan sebagian rahang bawah dengan perluasan
distal. Sindrom kombinasi pertama kali diidentifikasikan oleh Ellsworth Kelly
pada tahun 1972. Kondisi ini dibenarkan oleh beberapa ahli prostodonsia
yang juga mendefinisikan sindrom kombinasi sebagai gejala khas yang terjadi
ketika rahang atas yang ompong berlawanan dengan gigi-gigi anterior rahang
bawah yang asli.
Adapun sindrom kombinasi klasik mencakup:

1. Kehilangan seluruh gigi rahang atas

2. Kehilangan tulang yang parah pada premaksila dengan disertai


penggantian jaringanlunak
3. Terdapat enam atau lebih gigi-gigi anterior rahang bawah,
kelas 1 Kennedy, dankehilangan tulang posterior mandibula
yang parah
4. Dimensi vertikal yang sangat jauh dari ideal, terdapat pengurangan
sekitar 15 mm

5. Gangguan pada estetik wajah


Gambar 1.1 Pasien dengan kehilangan seluruh gigi rahang atas dan
hanya terdapat gigi-gigianterior pada rahang bawah
2. Gejala Klinis Sindrom Kombinasi

Secara umum, terdapat tujuh karakteristik yang khas berhubungan


dengan sindrom ini,

yaitu:

i. Kehilangan tulang pada bagian anterior dari linggir maksila

ii. Tuberositas yang menonjol

iii. Hiperplasia papila dari mukosa palatum keras

iv. Ekstrusi dari gigi-gigi anterior rahang bawah

v. Kehilangan tulang alveolar dan ketinggian linggir di bawah


landasan gigi tiruanlepasan rahang bawah
vi. Gangguan estetik

vii. Penurunan tinggi dimensi vertikal


Dilihat dari karakteristik tersebut, sindrom kombinasi ini juga disebut
sindrom hiperfungsi anterior.
Ellsworth Kelly, sebagai orang yang pertama kali menggunakan
istilah sindrom kombinasi menjelaskan terdapat lima tanda atau gejala yang
umum terjadi pada sindrom ini, yaitu:
1. Kehilangan tulang dari linggir maksila anterior

2. Pertumbuhan yang berlebih dari tuberositas

3. Hiperplasia papila pada palatum keras

4. Ekstrusi gigi-gigi anterior rahang bawah

5. Kehilangan tulang di bawah landasan gigi tiruan sebagian

Gambar 1.2 Lima tanda klinis


sindrom kombinasi

Sedangkan, Saunders et al menjelaskan terdapat enam tanda atau gejala klinis


yang berhubungandengan sindrom ini, yaitu:
1. Kehilangan dimensi vertikal dari oklusi

2. Perubahan dataran oklusal


3. Reposisi mandibula ke anterior

4. Adaptasi yang buruk dari gigi tiruan

5. Epulis fissuratum

6. Perubahan periodontal

Gambar 1.3 Enam tanda klinis yang sering ditemukan pada pasien dengan
kehilangan seluruhgigi rahang atas dan kehilangan sebagian gigi rahang
bawah

3. PATOGENESIS SINDROM KOMBINASI


Sindrom kombinasi meningkat sejalan dengan kebiasaan yang
berturut-turut. Menurut Kelly, awal dari kehilangan tulang bagian anterior
atas merupakan kunci dari perubahan yang lain dari sindrom kombinasi.
Perubahan bentuk dan kesehatan jaringan lunak pada sindrom ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Karena hanya gigi-gigi asli anterior rahang
bawah yang masih tersisa, pasien cenderung memakai gigi-gigi ini lebih
sering sebab lebih dapat menghasilkan daya yang maksimum. Fungsi anterior
yang berlebih dan gerakan yang menyimpang ini terlalu menekan linggir
anterior rahang atas sehingga resorpsi tulang alveolar terjadi. Dengan
hilangnya tulang di bagian anterior, jaringan ikat hiperplastik yang flabby
terbentuk pada linggir anterior. Jaringan hiperplastik ini tidak dapat
mendukung landasan gigi tiruan dan dapat tergulung menjadi epulis
fissuratum pada sulkus labial rahang atas.

Gambar 2.1 Hiperplasia pada


palatum keras dan linggir

Gambar 2.2 Epulis fissuratum pada sulkus labial rahang


atas
Ketika ketinggian tulang dan linggir di bagian anterior berkurang,
tuberositas di bagian posterior turun ke bawah. Ada teori yang menyebutkan
bahwa tekanan negatif dari gigi tiruan lengkap rahang atas menarik
tuberositas ke bawah seiring dengan naiknya linggir anterior karena oklusi di
bagian anterior. Linggir bagian posterior rahang atas akan menjadi lebih lebar
sesuai dengan perkembangan tuberositas fibrous yang membesar.
Menurunnya tuberositas

menghasilkan tekanan berlebih pada linggir posterior rahang bawah dan


menyebabkan resorpsi pada linggir posterior rahang bawah. Dengan adanya
perubahan ini, dataran oklusal berpindah lebih ke atas pada regio anterior dan
ke bawah pada regio posterior.

Gambar 2.3 Pertumbuhan berlebih pada tuberositas


maksila

Gambar 2.4 Model diagnostik yang memperlihatkan penurunan linggir


pada regio anterior rahang atas dan regio posterior rahang bawah, serta
membesarnya tuberositas maksila

Gambar 2.5 Gambaran radiografis pasien sindrom


kombinasi
Gerakan tipping pada bagian anterior gigi tiruan lengkap rahang atas
dan gerakan yang lebih menurun pada bagian posterior akan mengurangi
kontak pada gigi-gigi anterior rahang

bawah, sehingga setelah beberapa lama gigi-gigi anterior rahang bawah akan
ekstrusi. Kemudian terjadi ketidaksesuaian dataran oklusal dan pasien dapat
mengalami kehilangan dimensi vertikal yang sesuai. Estetik menjadi buruk
karena pada pasien tidak tampak gigi-gigi anterior rahang atas, akan tetapi
gigi-gigi anterior rahang bawah justru lebih banyak terlihat dan dataran
oklusal turun untuk membebaskan gigi-gigi posterior rahang bawah.

Gambar 2.6 Ekstrusi pada gigi


anterior rahang bawah
Gambar 2.7 Gigi tiruan anterior rahang atas tidak terlihat di bawah bibir
atas pasien

4. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN SINDROM


KOMBINASI
4.1 Pencegahan Sindrom Kombinasi

Sindrom kombinasi dapat dicegah dengan cara:

1. Menghindari kombinasi dari gigi tiruan lengkap rahang atas yang


berkontak dengangigi rahang bawah kelas 1 Kennedy
2. Mempertahankan gigi-gigi posterior yang lemah sebagai
penyangga dengan rekomendasi perawatan endodontik dan
periodontik
3. Membuat overdenture pada rahang bawah
4.2 Perawatan Sindrom Kombinasi

Adapun hal-hal yang berkaitan dengan munculnya sindrom kombinasi


antara lain:

1. Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi

2. Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak


yang berhubungandengan penggunaan gigi tiruan
3. Gambaran dari beberapa tanda-tanda inflamasi, jika ada
4. Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien
pengguna gigi tiruan, statusperiodontal, dan kebersihan mulutnya
5. Faktor-faktor yang diperlukan gigi sebagai penyangga (vitalitas
gigi, perubahan morfologi gigi, jumlah akar, dukungan tulang,
kegoyangan gigi, perbandingan mahkota-akar, ada/tidak dan posisi
restorasi, posisi gigi di dalam lengkung, kemampuan retensi dan
guide plane)

Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan dengan


dua cara, yaitu hanya dengan perawatan prostodontik saja, atau dengan
kombinasi perawatan prostodontik dan bedah pra-prostetik.

4.2.1 Perawatan Dasar dari Sindrom Kombinasi

Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar


yang objektif dalam merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah untuk
mendapatkan dataran oklusal yang lebih baik yang mana terjadi penekanan
oklusal pada regio anterior rahang atas, baik pada posisi sentrik maupun
eksentrik. Beberapa perawatan objektif khusus yang disebutkan antara lain:

1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan


dukungan oklusal yang positif dari gigi-gigi asli dan memiliki
penutupan maksimal pada landasan yang diperluas ke arah distal.
Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly, yaitu landasan gigi
tiruan sebagian rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan
harus menutupi retromolar pad dan area buccal shelf
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang
maksimal

3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik


dan sesuai dengandimensi vertikal
4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan
fonetik dan estetiksaja
5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang

Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan


perawatan yang dapat meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan
menggunakan perawatan objektif yang dikemukakan Saunders et al, yaitu:
1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap

2. Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu

3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior


rahang atas

4. Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast


gold

inklinasi cuspal tidak mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan


diperlukan teknik pembuatan khusus untuk bagian oklusal gigi tiruan rahang
atas. Lapisan cast gold pada bagian oklusal dapat digunakan, tetapi harganya
mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembuatannya.
Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah mengubah anatomi
oklusal gigi tiruan rahang atas dengan menggunakan light-cured resin
komposit, atau amalgam.

Gambar 4.1 Gigi tiruan lengkap rahang atas dengan amalgam pada
permukaan oklusal gigiartifisial posterior
4.2.2 Kombinasi Bedah Pra Prostetik dan Prostodontik

Kelly berpendapat bahwa sebelum dilakukan perawatan dengan


menggunakan gigi tiruan, perubahan-perubahan besar yang sudah ada
sebaiknya dilakukan perawatan bedah terlebih dahulu. Kondisi ini termasuk
jaringan flabby (hiperplastik), hiperplasia papila, dan tuberositas yang
membesar.
Gigi tiruan lengkap rahang bawah menghasilkan prognosis yang lebih
baik pada pasien sindrom kombinasi dan gigi-gigi asli anterior rahang bawah
ada keterlibatan periodontal. Gigi tiruan dengan penyangga implant
menghasilkan retensi, stabilisasi, fungsi, dan kenyamanan bagi pasien serta
lebih stabil saat oklusi. Untuk melakukan prosedur ini prostodontis harus
berkonsultasi dengan ahli bedah mulut. Tahun 2001, Wennerberg et al
melaporkan keberhasilan jangka panjang penggunaan implant di rahang
bawah sebagai penyangga protesa fixed yang berlawanan dengan gigi tiruan
lengkap lepasan rahang atas.

Gambar 4.2 Penggunaan implant sebagai penyangga gigi


tiruan lengkap fixed
Stabilisasi pada rahang atas dapat diperoleh dengan beberapa cara:
1. Retensi dari penyangga

2. Penanaman implant

3. Regenerasi jaringan lunak dengan menggunakan resorbable


hydroxyapatite danvestibuloplasti

Gambar 4.3 Post pembedahan graft jaringan lunak dengan menggunakan


resorbablehydroxyapatite

You might also like