Professional Documents
Culture Documents
The Effect of Adding Beruas Laut's (Scevola teccada) Plant in Creating Bioplastic from
Kapaphycus alvarezi
ABSTRACT
The manufacture of bioplastics from kappapycus alvarezii with the addition of extraction of the
plant clade, the sea (Scaevola taccada). This study examines the influence of the addition of extracts
of the plant clade, the sea and the concentration of carrageenan on physical and mechanical
characteristics of bioplastics.The variables studied is the addition of the amount of carrageenan 2 g,
1.5 g, and 1 g with plant extracts clade, sea 0%, 2.5% and 5%. The results obtained from the
manufacture of bioplastics to the thickness of the highest in treatment F1, namely 0.393 mm, for all the
thickness of the average range 0.0320-0.393 mm. The level of solubility of the most high are in
treatment F1 that is 20,92 minutes, for an average of all the solubility range 12.59-20.92 minutes. The
rejection and death of the insects was highest in treatment F3, 7% and 3% with the addition of a leaf
segmented sea (Scaevola teccada). Thus the addition of the clade, the sea can be said to not meet
the Japanesse Industrial Standard (JIS) in the determination of the thickness of the bioplastic that is
good that is equal to ≤ 0.25 mm and also for solubility do not meet the SNI to the water resistance of
99%.
ABSTRAK
Pembuatan bioplastik dari kappapycus alvarezii dengan penambahan ekstraksi tanaman beruas
laut (Scaevola taccada). Penelitian ini mengkaji pengaruh penambahan ekstrak tanaman beruas laut
dan konsentrasi karagenan terhadap karakteristik fisik dan mekanik bioplastik. Variabel yang diteliti
adalah penambahan jumlah karagenan 2 gr, 1,5 gr, dan 1 gr dengan ekstrak tanaman beruas laut
0%, 2,5% dan 5%. Hasil yang didapatkan dari pembuatan bioplastik untuk ketebalan tertinggi terdapat
pada perlakuan F1 yaitu 0,393 mm, untuk semua ketebalan rata-rata berkisar 0,0320-0,393 mm.
Tingkat kelarutan paling tinggi terdapat pada perlakuan F1 yaitu 20,92 menit, untuk rata-rata semua
kelarutan berkisar 12,59-20,92 menit. Penolakan dan kematian serangga tertinggi terdapat pada
perlakuan F3 yaitu 7% dan 3% dengan penambahan daun beruas laut (Scaevola teccada). Dengan
demikian penambahan beruas laut ini dapat dikatakan belum memenuhi Japanesse Industrial
Standart (JIS) dalam penetapan ketebalan bioplastik yang baik yaitu sebesar ≤ 0,25 mm dan juga
untuk kelarutannya belum memenuhi SNI untuk ketahanan air yaitu 99%.
24
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
sampah plastik berbahan polimer sintetik bahan bioplastik yaitu karena karegenan
yang sulit untuk diuraikan oleh memiliki sifat sebagai, thickener (bahan
mikroorganisme dekomposer di dalam tanah pengentalan), stabilizer (penstabil),
(Utami, 2014). Sulitnya sampah plastik untuk pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain
diuraikan oleh mikroorganisme (Dini et al., 2014).
menyebabkan sampah plastik menumpuk Karaginan yang dihasilkan dari
dan mencemari lingkungan. Oleh karena itu, kappapycus alvarezii dimanfaatkan sebagai
diperlukan solusi untuk mengatasi emulsifier, gelling, binding agent, thickener,
permasalahan ini salah satu solusi yang stabilizer, pharmaceutical, kosmetik,
dapat digunakan yaitu membuat bioplastik. formulasi printing dan tekstil (Azevedo et al.,
Bioplastik merupakan plastik yang 2015; Ajithkumar et al., 2017). Karaginan
mudah terurai (biodegradable) oleh merupakan polisakarida linier yang terdiri
mikroorganisme secara alami menjadi dari 1000 lebih residu galaktosa seperti ester
senyawa yang ramah lingkungan. Salah satu kalium, natrium, dan kalium sulfat dengan
sumber alam yang dapat digunakan untuk galaktosa dan 3,6 anhyrogalaktokopolimer
membuat bioplastik adalah rumput laut. (Heriyanto et al., 2018).
Rumput laut merupakan tanaman perairan Keuntungan dari menggunakan rumput
yang saat ini banyak dibudidayakan oleh laut sebagai bahan bioplastik adalah mampu
masyarakat Indonesia termasuk masyarakat menghasilkan dalam jumlah banyak, harga
Kepulauan Riau. Rumput laut berdasarkan yang relatif sangat murah, dan bersifat non
senyawa kimia yang dikandungnya dapat toksik, serta dapat menghasilkan bioplastik
dikelompokkan menjadi tiga yaitu rumput yang menyerupai plastik konvensional
laut penghasil agar, alginat dan karagenan (Rajendran et al., 2012).
(Dini et al., 2014). Tanaman beruwas laut (Scaevola
Berdasarkan pengelompokan rumput taccada) atau biasa disebut dengan buah
laut diatas yang digunakan untuk membuat pelampung merupakan tanaman yang
bioplastik dalam peneilitian ini adalah rumput banyak dijumpai dipesisir pantai. Tanaman
laut penghasil karagenan. Rumput laut ini hidup di tanah pasir berkerikil dan
penghasil karagenan adalah rumput laut dari berfungsi sebagai pencegah erosi pantai,
kelompok Rhodopyceae (alga merah). Salah berbentuk gundukan bulat, dengan
satu jenis rumput laut dari kelompok ketinggian mencapai 4 m, (Sutar et al. 2017).
Rhodopyceae adalah Kappaphycus Selain itu menurut Manimegalai et al. (2012)
alvarezii. Rumput laut Kappaphycus alvarezii ekstrak metanol dari daun beruas laut (S.
diketahui mengandung karagenan dimana taccada) menunjukan positif mengandung
kandungan karagenanya sebesar 43.3% karbohidrat dan glikosida, benediktus,
(Yanti et al., 2018). protein dan asam amino, serta Senyawa
Karagenan merupakan zat aditif alami fenolik. Senyawa fenolik termasuk salah satu
yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai senyawa penting yang tergolong ke dalam
bidang industri makanan dan kosmetika. senyawa antioksidan alami (Machu et al.
Karagenan juga dapat digunakan sebagai 2015). Oleh karena itu dalam penelitian ini
pembentuk film yang sangat baik dan akan dilakukan pengujian uji ketebalan, uji
transparan, dimana karegenan banyak kelarutan air, dan uji anti seranggga pada
digunakan dalam pembuatan bioplastik, bioplastik.
edible film dan sebagai bahan pencampur
dalam pembuatan plastik (Pratiwi, 2011).
Alasan kareganan dapat digunakan sebagai
25
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
26
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
bioplastik juga semakin meningkat (Setiani, Dimana ketebalan tertinggi terdapat pada
2013). Pengujian ketebalan bioplastik perlakuan F1 penambahan buah beruas laut
dilakukan dengan menggunakan alat jangka 0% dan karagenan 2%. Sedangkan
sorong digital dimana nilai ketebalan ketebalan bioplastik terendah terdapat pada
bioplastik diperoleh dari hasil rata-rata perlakuan F3 penambahan buah beruas laut
pengukuran yang dilakukan pada lima titik 5% dan karagenan 1%.
berbeda. Kurniawan (2017) menyatakan Nilai rata-rata ketebalan bioplastik dari
bahwa semakin tinggi konsentrasi padatan buah dan daun untuk setiap perlakuan
yang terlarut pada larutan maka film bioplastik dari perlakuan beruas laut 0 ml
bioplastik yang dihasilkan juga akan dan karagenan 2 gram (F1), beruas laut 2,5
semakin tebal. Nilai ketebalan bioplastik ml dan karagenan 1,5 gram (F2), beruas
dapat dilihat pada Gambar 1. laut 5 ml dan karagenan 1 gram (F3) yaitu
Berdasarkan Gambar 1. dapat antara 0,0320 mm – 0,393 mm. Hasil
dijelaskan bahwa nilai rata-rata ketebalan ketebalan yang didapatkan dari bioplastik
bioplastik meningkat seiring dengan dengan penambahan buah dan daun beruas
bertambahnya konsentrasi karagenan dan laut dan karagenan dapat disimpulkan
berkurangnya konsentrasi beruas laut. Hal bahwa belum memenuhi standar Japanesse
ini sesuai dengan pendapat Handito (2011) Industrial Standart (JIS). Hal ini merujuk
yang menyatakan bahwa semakin tinggi pada Japanesse Industrial Standart (JIS)
konsentrasi tepung karaginan yang dalam penetapan ketebalan bioplastik yang
digunakan, maka akan meningkatkan total baik yaitu sebesar ≤ 0,25 mm (Sofia et al.,
bahan padatan terlarut yang ada dalam 2016). Tamaela dan Lewerissa (2008)
larutan pembentuk edible film, sehingga menjelaskan bahwa semakin meningkat
setelah proses pengeringan akan konsentrasi bahan akan menyebabkan
menghasilkan edible film yang lebih tebal. peningkatan ketebalan plastik.
Selain itu Ketebalan bioplastik juga sangat Berdasarkan hasil dari analisis sidik
dipengaruhi oleh konsentrasi padatan ragam (ANOVA) menunjukan bahwa nilai
terlarut pada larutan pembentuk bioplastik ketebalan bioplastik pada setiap perlakuan
(Agnes et al. 2018). konsentrasi buah dan daun beruas laut tidak
Dapat dilihat pada Gambar 1a. berpengaruh nyata terhadap ketebalan
Ketebalan bioplastik tertinggi dan terendah bioplastik berbahan dasar Kappaphycus
diantara buah dan daun beruas laut terdapat alvarezii (P0,05).
pada penambahan buah beruas laut.
(a) (b)
Gambar 1. Histogram (a) Uji ketebalan bioplastik, (b) Uji kelarutan terhadap air
27
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
28
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
memasukan kutu beras (S. oryzae) kedalam tertinggi terjadi pada penambahan daun
bioplastik yang sudah diisi dengan beras sebanyak 5 ml (F3) yaitu 0,7%, sedangkan
kemudian dimasukan kedalam toples. penolakan kutu beras terendah terjadi pada
Pengamatan dilakukan selama 7 hari penambahan ekstarak buah dan daun 2,5 ml
dengan memperhatikan apakah kutu beras (F2) yaitu 0,5%. Kematian kutu beras terjadi
(S. oryzae) mati atau menolak untuk berada pada hari ketujuh, dimana kematian tertinggi
didalam bioplastik. terjadi pada penambahan daun beruas laut
pada perlakuan F3 jumlah kutu beras yang
mati sebanyak 3%. Sedangkan tingkat
kematian kutu beras terendah terdapat pada
perlakuan F2 penamabahan ekstrak buah
beruas laut yaitu sebanyak 0%.
Pembuatan bioplastik dengan
penambahan daun dan buah beruas laut
tidak berpangaruh nyata terhadap ketebalan
bioplastik, tetapi berpengaruh nyata
terhadap kelarutan air dan kutu beras yang
Gambar 3. Uji anti serangga
diuji. Hal ini dikarenakan kurangnya zat
padat yang ada pada larutan bioplastik yang
Berdasarkan Gambar 3. dapat dilihat bahwa
dibuat sehingga dapat menyebabkan
persen penolakan kutu beras terendah
kurangnya ketebalan yang didapatkan.
terdapat pada bioplastik diperlakuan (F1)
Selain itu ukuran plat kaca juga berpengaruh
karena diperlakuan pertama tidak ada
terhadap tingkat ketebalan suatu bioplastik.
penambahan ekstrak dari tanaman beruas
laut (Scaevola taccada). Sedangkan dilihat
dari perlakuan (F2 dan F3) terjadi penolakan
KESIMPULAN
yang disebabkan adanya penambahan
ekstrak beruas laut dimana pada ekstrak pembuatan bioplastik dengan
beruas laut terdapat kandungan senyawa penambahan beruas laut ini dapat dikatakan
alkaloid, saponin, tanin dan flavanoid (Andi, belum memenuhi standar Japanesse
2018). Industrial Standard (JIS) dalam penetapan
Senyawa alkaloid diketahui bertindak ketebalan bioplastik yang baik yaitu sebesar
sebagai racun perut dan dapat menganggu ≤ 0,25 mm dan juga untuk kelarutannya
sistem kerja saraf pusat serangga. Senyawa belum memenuhi SNI untuk ketahanan air
saponin memiliki efek gangguan terhadap yaitu 99%.
perkembangan dan gangguan pergantian .
kulit. Senyawa tanin dapat menghalangi
serangga dalam mencerna makanan dan DAFTAR PUSTAKA
akhirnya mengganggu Senyawa flavonoid
yang dapat menyebabkan denaturasi protein Azevedo, G., Hilliou, L., Bernardo, G.,
sehingga menyebabkan permeabilitas Sousa-Pinto, I., Adams, R.W., Nilsson,
dinding sel dalam saluran pencernaan M. & Villanueva, R.D. 2013. Tailoring
Kappa/Iota-Hybrid Carrageenan from
menurun. Flavonoid juga dapat mastocarpus stellatus with desired gel
menimbulkan kelayuan syaraf pada quality through pre-extraction alkali
beberapa organ vital serangga yang dapat treatment. Food Hydrocolloids,
menyebabkan kematian (Huda, 2018). (31):94-102.
Hasil dari penambahan ekstrak daun
dan buah beruas laut, penolakan kutu beras
29
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
Agnes, E., M., Septiani, M., dan Wahyuni, Kurniawan, d. (2017). Bioplastik Pati Umbi
K., D. 2018. Karakterisasi Bioplatik dari Talas Melalui Proses Melt Intercalation
Karagenan dari Rumput Laut Merah (Kajian Pengaruh Jenis Filler,
Asal Kabupaten Biak Yang Dibuat Konsentrasi Filler dan Jenis
Dengan Metode Blending Plasticiezer).
Menggunakan Pelamtis Sorbitol.
Jurnal Kimia. 2 (1): 1-8. Machu, L., Misurcova, L., Ambrozova, J.V.,
Orsavova, J., Mlcek, J., Sochor, J.,
Ajithkumar, S., Krishnaraj, G., Abdul Jurikova, T., 2015. Phenolic content
Haleem, M.I., Manivasagan, V.Dr., and antioxidant capacity in alga food
Ramesh Babu, N.G.Dr & Durai, P.S. products. Molecules. 20: 1118-1133.
2017. Optimization of Carrageenan
Extraction Process from Seaweed. Pratiwi, N. 2011. Optimisasi Ekstraksi
World Journal of Pharmacy and Karagenan Kappa Dari Rumput Laut
Pharmaceutical Sciences. 6(4):2205- Eucheuma cotonii [Skripsi]. Bogor (ID):
2213. Institut Pertanian Bogor.
Andi, S.,U. 2018. Efektivitas Ekstrak Daun Rajendran, N., S. Puppala, S.M. Raj, R.B.
Beruwas Laut (Scaevola Taccada) Angeeleenaa, dan C. Rajam. 2012.
Terhadap Kadar Sitokin Il-10 Pada Seaweeds can be a New Source for
Mammae Tikus Betina Strain Sprague Bioplastics. Journal of Pharmacy
Dawley Yang Diinduksi Bakteri Research. Vol. 5 (3) : 1476-1479.
Staphylococcus Aureus. Tesis
Program Studi Magister Kebidanan. Setiani, W., Sudiarti, T., dan Rahmidar L.
Universitas Hasanuddin. Makasar. 2013. Preparasi dan Karakteristik
Edible flim dari Poliblen Pati Sukun
Darni, Y., dan Utami, H. 2010. Studi Kitosan. Jurnal Valensi 3(2).
Pembuatan dan Karakteristik sifat
Mekanik dan Hidrofobisitas Bioplastik Singh, T.P., M.K. Chatli, J. Sahoo. 2014.
dari Pati Sorgum. 7(4): 88-93. Development ofChitosan Based Edible
Films : Process Optimization Using
Dini, F., M. Renardo,. P., A., Achmad, R. Response Surface Methodology.
2014. Studi Kinetika Pembentukan Journal of Food Science and
Karaginan dari Rumput Laut. Jurnal Technology. 52 (5) : 2530-2543.
Teknik Pomits. 3 (1): 27-32.
Sutar NG, Kulkarni A, Arangale KB. 2017.
Handito, D. 2011. Pengaruh Konsentrasi Literature review of (Scavola taccada).
karagenan Terhadap Sifat Fisik dan Journal of Pharmaceutical Research.
Mekanik Edible flim. Jurnal 5(11): 231-237.
Agroteksos. 21 (2): 161-157.
Sofia, I., Murdiningsih, H., Yanti, N. 2016.
Heriyanto, H., Kustiningsih, I dan Sari, D. K. Pembuatan dan Kajian Sifat-Sifat
2018. The Effect of Temperature and Fisikokimia, Mekanikal dan Fungsional
Time of Extraction on the Quality of Edible Film dari Kitosan Udang
Semi Refined Carrageenan (SRC). Windu. Jurnal Bahan Alam
MATEC Web of Conferences.154: 1-6. Terbarukan. 5 (2).
Huda, Z. M. 2018. Efektivitas Ekstrak Jeruk Tamaela P., dan Lewerissa S. 2008.
Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Karakteristik Edible Film dari
Kumbang Beras (Sitopilus sp) dan Karagenan. Maluku: Fakultas
Kulitas Nasi. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Perikanan dan Ilmu Kelautan
dan Keguruan. Universitas Islam Universitas Pattimura. Jurnal Ichthyos.
Negeri Raden Intan. Lampung. 7(1): 27-30.
30
Norhayati et al. 2021 MARINADE Vol. 04(01): 24-31
Utami, RM., Latifah., Widiarti, N. 2014. Yanti, M., Samsu, A., R. 2018. Pertumbuhan
Sintesis Plastik Biodegradable dari Dan Kandungan Karaginan Rumput
Kulit Pisang Dengan Penambahan Laut Kappaphycus Alvarezii Pada
Kitosan dan Plasticizer Gliserol. 3 (2): Dosis Mikroorganisme Lokal (Mol)
56-78. Buah Maja. Journal of Blue Oceanic. 2
(1): 1-8.
31