You are on page 1of 20

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN ADVOKASI DALAM PENDAMPINGAN HUKUM

TERHADAP KLIEN BERPERKARA


Proposal ini Diajukan Kepada Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam

Untuk mengikuti Sebagian syarat mengikuti program skripsi

Di susun oleh:
Siti munawaroh
NIM 1220015

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
JOMBANG
2023
PERSETUJUAN

Proposal yang berjudul : Peran Advokat dalam pendampingan hukum terhadap klien berperkara

Diusulkan oleh: Siti Munawaroh

NIM: 1220015

Prodi: Hukum Keluarga

Fakultas: Agama Islam

Setelah di teliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk di
pertahankan di depan sidang tim penguji proposal Fakultas Agama Islam Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Jombang 20 Juni 2023

Pembimbing II
Pembimbing I

(H.M Samsukadi Lc, M.Th.I


(Mahmud Huda M.S.I)
NIY. NIY.

Mengetahui

Ketua Program Studi Hukum Keluarga


Fakultas Agama Islam
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Mahmud Huda,S.H.I M.S.I

NIY. 11010611193
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Hukum adalah salah satu prinsip yang dimiliki oleh Negara Indonesia serta diatur
dalam UUD 1945. Sebagaimana prinsip tersebut menyatakan bahwa Equality Before the Law
yang merupakan bentuk jaminan hukum serta memberikan kepastian bahwa setiap orang
adalah sama di hadapan hukum tanpa membeda-bedakan apa pun itu, lain dari pada itu ada
pula hak atas pengakuan dan perlindungan (Penjelasan UU No.18 Tahun 2008 Tentang
Advokat).
Secara Etimologi merupakan turunan dari bahasa inggris profession yang berarti pekerjaan,
sedangkan mereka yang menjalankan profesi atau tenaga ahli disebut sebagai profesional.
Keterampilan, keahlian, kejujuran, keadilan dan lain – lain merupakan prinsip utama dari
profesi, oleh karenanya, suatu pekerjaan ataupun jabatan mewajibkan untuk mempunyai
keahlian dan bahkan keterampilan bagi setiap orang yang mengembannya. Dalam artian,
setiap profesi tidak bisa dikerjakan oleh orang yang tidak punya keahlian, sebab untuk dapat
mengerjakan profesi tersebut perlu pelatihan dan pendidikan khusus.
Profesi juga memiliki arti sebagai bentuk pekerjaan degan tujuan mendapatkan profit secara
materiil, yakni bertujuan untuk mendapatkan upah/ gaji imbalan dalam jumlah tertentu.
Profesi sebagaimana yang dikemukakan oleh Donald L Mills dan Howard Vollmer ialah suatu
pekerjaan yang membentuk kemampuan intelektual khusus melalui proses belajar, pelatihan
dan pendidikan denan tujuan agar dapat menguasai keterampilan, keahlian dalam pelayanan/
kemampuan dalam memberikan nasihat kepada orang lain guna mendapatkan gaji/ salary.
Kemudian, selain dari pada itu, profesi juga merupakan penerapan dan penguasaan
pengetahuan terhadap keilmuan tertentu serta dalam melaksanakannya terikat pada etika
sebagai nilai terhadap kepentingan umum, pengabdian kepada manusia serta penghargaan
tertinggi terhadap martabat manusia.

Kriteria profesi terbagi menjadi 5, menurut Arief Sidharta yakni1:

1. Pendidikan teknis merupakan syarat profesi secara formal dengan cara mengarah pada
unsur – unsur intelektual, rasional, yang diterapkan pada bidang tertentu;
2. Keterampilan dalam penggunaan tradisi merupakan suatu bentuk penguasaan tradisi
kultural dalam suatu keahlian. Dalam artian bahwa berlakulah nilai sebagai sistem
dalam profesi yang berfungsi sebagai standart utama dalam pengembangan profesi.
3. Wujudnya berupa organisasi profesi, kode etik profesi beserta prosedur penegakannya
yang juga merupakan sistem sosial pekerjaan guna mewujudkan dan menjalin sikap
bertanggungjawab.
4. Wibawa/martabat sebagai spesifikasi fungsional dalam menjalankan profesinya.

1
Arief Sidharta, 2009, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Bandung, Refika Aditama.
5. Bersifat umum yang berarti sebagai lawan dan mengutamakan kepentingan pribadi di
atas kepentingan umum.

Seorang profesional merupakan seorang yang memili tanggung jawab terhadap profesinya
tidak hanya secara pribadi. Tanggungjawab seorang profesional juga terhadap orang lain yang
menggunakan jasa profesi yang diembannya. Tanggungjawab tersebut bertumpu pada
kecakapan secara teknis yang tegas dan jelas, serta kemampuan intelektual yang bersumber
pada ilmu pengetahuan serta dalam kecakapan tertentu. Jujur, disiplin, ber sunggunh-sungguh
dalam menjalankan pekerjaannya/ profesinya merupakan aspek penting dari profesi yang
terhormat dan terpercaya. Terkait dengan penjelasan di atas, salah satu profesi terhormat
(Officium Nobile) yang terikat pada kode etik dan prosedur penanganannya yakni Advokat.
Profesi di bidang hukum yang diemban Advokat adalah terkait dengan memberikan bantuan
hukum baik berupa pembelaan pada sidang pengadilan atau bahkan hanya sekedar
memberikan saran/ masukkan atau nasihat terkait dengan hukum.
Advokat adalah orang yang memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di uar pengadilan
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. 2
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Advokat punya kebebasan, mandiri, jujur dan
keterbukaan yang dilindungi oleh UU dan Kode Etik.
Sebagai profesi yang sejajar dengan penegak hukum lainnya, profesi Advokat dituntut untuk
menghargai sesama teman sejawat serta para penegak hukum lainnya. Oleh karena itu,
menjaga martabat dan nama baik profesi yang merupakan bentuk kepatuhan terhadap kode
etik Advokat dan sumpah profesi.
Selain dari pada penjelasan di atas, ikatan kepercayaan yang diemban dan diberikan oleh
Advokat merupakan hubungan dasar terhadap klien demi memberikan pelayanan yang
maksimal dan terbuka, yang pada dasarnya kebutuhan klienlah yang membuat klien
menghubungi dan menerima pelayanan seorang profesional yakni Advokat yang kompeten di
bidang hukum.
Harapan yang diinginkan klien tentunya adalah diperjuangkan haknya dan memperoleh
bantuan hukum ketika dibutuhkan dan sebagai seorang profesional seorang Advokat tentunya
mendapatkan konribusi berupa prestasi/ upah dari pekerjaannya.

B. RUANG LINGKUP PENELITIAN

2
Pasal 1 Butir 1 UU Nomor 8 Tahun 2003 tentang Advokat
1. Fokus penelitian ini ialah bagaimana pendampingan advokat saat menyelesaikan
perkara
2. Obyek yang di teliti yaitu masyarakat yang membutuhkan jasa advokat
3. Lokasi penelitian ini di lakukan pada masyarakat sekitar
4. Penelitian ini di laksanakan selama empat bulan terhitung mulai bulan (juni-oktober
2023)

C. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas maka penulis kemukakan beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana peran seorang advokat dalam mendampingi klien yang berperkara?


2. Apa saja Hak dan Kewajiban Advokat?
3. Bagaimana kendala yang di hadapi advokat ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran advokat dalam mendampingi klien yang


berperkara.

2. Untuk mengetahui hak dan juga kewajiban dari seorang advokat.


3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang di hadapi advokat.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Penulis akan memberikan manfaat atau kontribusi yang signifikan terhadap


pengetahuan peran advokasi dalam pendampingan hukum terhada klien berperkara
2. Sebagai perbandingan bagi penulis selanjutnya
3. Bisa memberikan informasi ilmiah bagi akademisi tentang pandangan masyarakat
terhadap peran advokasi dalam pendampingan hukum terhada klien berperkara

E. PENELITIAN TERDAHULU

Penulis menemukan sejumlah penelitian yang relevan dengan mencari database perpustakaan,
database online, dan website. Salah satu etika ilmiah adalah memberikan kejelasan informasi
yang dievaluasi dan kepastian orisinalitas, dan ini dapat dicapai dengan melakukan tinjauan
literatur secara menyeluruh dan membandingkan serta mengkontraskan temuan saya dengan
temuan peneliti lain. Selain itu, hasil studi sebelumnya dapat digunakan sebagai titik tolak
untuk upaya pemetaan penyelidikan sendiri saat ini. Menurut penelitian online penulis, tesis
lain telah membahas topik pendampingan advokat, meskipun penekanannya berbeda dengan
penekanan penulis. Banyak tesis yang membahas tema-tema yang dihadapi oleh para sarjana
tercantum di bawah ini untuk di teliti dan di pertimbangkan.

1. Ratih Dwi Anggraini Puspitaningtyas Krisnowo &Reza Mariana Sianturi “Peran


Advokat Dalam Pendampingan Hukum Terhadap Klien’ jurnal ini mengatakan bahwa
Pemberian bantuan hukum secara Cuma-Cuma oleh seorang advokat merupakan
bentuk dan cara pelaksanaan peran, tugas serta fungsinya sebagai pelayan masyarakat
serta tanggungjawabnya terhadap negara dan undang-undang yang telah dibebankan
kepadanya. Tentunya sesuai dengan tata cara yang telah diatur dan ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan yakni bagi golongan masyarakat yang kurang mampu
dari segi keuangan. Untuk itulah keberadaan advokat sebagai bagian dalam
pelaksanaan proses penyelesain perkara adalah penting. Keberadaan, kehadiran serta
bantuan hukum yang diberikan oleh advokat dapat memberikan peluang serta
kesempatan bagi masyarakat dalam memenuhi hak- haknya serta mendapatkan
keadilan dan perlindungan hukum terkait masalah yang sedang dihadapinya.
Kendala- kendala yang dihadapi oleh advokat dalam pendampingan hukum terhadap
klien dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal dan eksterna. Faktor internal dan
eksternal terjadi pada diri klien itu sendiri serta factor internal dan faktor eksternal
dari penegak hukum lainnya. Pengaruh akan faktor -faktor tersebut tentunya akan
memberikan dampak serta menghambat proses pencapaian akan pemenuhan hak
seorang yang sedang dihadapkan pada permasalahan hukum. Bahkan bisa jadi kendala
juga terjadi pada faktor internal dan faktor eksternal dari advokat itu sendiri yang
berakibat tidak berjalan efektifnya proses penyelesain perkara.3

2. Setyo Langgeng” Peran Advokat Sebagai Penegak Hukum Dalam Mendukung


Terwujudnya Sistem Peradilan Pidana Terpadu Dalam Penegakan Hukum Pidana Di
Indonesia” dalam jurnalnya mengatakan bahwa Keberadaan Advokat telah diatur
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang.
Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan
melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Klien adalah orang,
badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari Advokat. Berdasar
Pasal 5 ayat (1) UU Advokat, disebutkan bahwa, “Advokat berstatus sebagai penegak
hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan
perudangundangan”. Dalam penjelasan pasal 5 ayat (1) UU Advokat, dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan “Advokat berstatus sebagai penegak hukum” adalah
“Advokat sebagai salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai
kedudukan yang setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum
dan keadilan”. Keberadaan Advokat sebagai penegak hukum sangat penting
khususnya dalam perannya sebagai komponen pendukung terwujudnya sistem
peradilan pidana terpadu dalam penegakkan hukum pidana di Indonesia.Dari segi
bentuk dan tempatnya, terdapat 2 (dua) peran Advokat sebagai penegak hukum dalam
mendukung terwujudnya sistem peradilan pidana terpadu dalam penegakan hukum
pidana di Indonesia, yakni : Peran Advokat dalam bentuk pendampingan hukum
terhadap pelaku yang diatur didalam KUHAP (diatur didalam Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)), dan; Peran
Advokat dalam bentuk pendampingan hukum terhadap korban yang diatur diluar
KUHAP. Peran seorang Advokat yang profesional ketika memberikan bantuan hukum
bagi para pencari keadilan sangat diperlukan dalam rangka menuju sistem peradilan

3
Ratih Dwi Anggraini Puspitaningtyas Krisnowo & Reza Mariana Sianturi” Peran Advokat Dalam Pendampingan
Hukum T. ISSN Cetak & Online : 2355-5831/ 2355-9934.
pidana terpadu hingga tercapai perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia. Sistem
peradilan pidana yang didukung oleh pengaturan hak bantuan hukum yang
memungkinkan komponen Advokat sebagai penegak hukum mampu secara penuh
dalam proses peradilan pidana.4

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan artinya penerangan wacana bagian-bagian yang akan ditulis


paa penelitian secara sistematis. Penelitian ini di susun menggunakan sistematika
pembahasan yang terdiri dari tiga bab, rincianya sebagai berikut:

Bab Satu, merupakan pendahuluan berisi latar belakang masalah,ruang lingkup


penelitian yaitu adanya fokus Batasan, rumusan masalah, tujuan dan mafaat
penelitian, dan yang terakhir ialah sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang landasan teori yang berisi tentang gambaran umum
perihal peran advokat, hak dan kewajiban advokat dan kendala yang di hadapi oleh
advokat.

Bab ketiga membahas desain penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, desain penngukuran dan yang terakhir adalah Teknik analisis
data lalu di akhiri dengan Daftar pustaka

4
Setyo Langgeng” Peran Advokat Sebagai Penegak Hukum Dalam Mendukung Terwujudnya Sistem Peradilan
Pidana Terpadu Dalam Penegakan Hukum Pidana Di Indonesia”. Vol. 1. No. 1 Maret 2018
BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN ADVOKAT

Penasehat hukum atau yang biasa di sebut Advokat adalah istilah yang dipergunakan
sebagai pelaksana tugas dan fungsinya yakni mendampingi tersangka/ terdakwa dalam
perkara pidana serta penggugat/ tergugat dalam perkara perdata dalam melakukan
pembelaan ketika menghadapi suatu perkara. Istilah Advoocaat dalam bahasa belanda
berati advokat/pembela perkara/ penasehat hukum. Advokat/ pengacara adalah seorang ahli
hukum yang berwenang sebagai penasehat hukum/ pembela perkara di pengadilan.
sedangkan menurut Kamus Hukum Advokat adalah seorang ahli yang memiliki profesi
sebagai pemberi jasa hukum dengan cara memenuhi ketentuan - ketentuan UU, bertindak
sebagai pembela perkara di pengadilan atau berwenang sebagai penasehat dalam bidang
hukum. Selain dari pada itu, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Butir 1 UU No. 18
Tahun 2003 Tentang Advokat menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Advokat ialah
orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan UU ini.5 Kemudian dari kacamata seorang
ahli yakni Sudikno Mertokusumo Advokat ialah orang yang diberikan kuasa untuk
memberikan bantuan hukum dalam bidang hukum baik perdata/ pidana kepada orang yang
memerlukan baik berupa memberikan nasihat atau bantuan yang bersifat aktif baik di dalam
maupun di luar pengadilan dengan jalan mewakili/dan atau membela serta
mendampinginya. 67 Kemudian Martiman Prodjohamidjojo menyatak yang dimaksud
dengan Advokat adalah mereka yang karena job nya atau profesinya memberikan
pelayanan hukum, nasihat hukum , jasa hukum serta bantuan hukum kepada para pencari
keadilan baik yang melalui pengadila (Negeri/Agama) atau penitia penyelesain sengketa di
bidang perburuhan yang keberadaannya di luar pengadilan.7Dalam proses peradilan,
keberadaan Advokat mempunyai peranan penting serta memiliki kedudukan yang setara
dengan penegak hukum lainnya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 5 Ayat (1) UU

5
Pasal 1 Butir 1 UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
6
Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum, Yogyakarta, Cahaya Atma Pusaka.
7
Supriadi, 2006, Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika 8
Pasal 5 Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Advokat merupakan penegak hukum yang bebas,
mandiri yang dijamin oleh peraturan perundang – undangan.8 Wilayah kerja seorang
Advokat meliputi seluruh wilayah NKRI.8

B. HAK DAN KEWAJIBAN ADVOKAT

Pasal 14 samapai dengan Pasal 20 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat mengatur
tentang Hak dan Kewajiban Advokat, sebagai berikut :

Pasal 14

“Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggungjawabnya di dalam pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik
profesi dan peraturan perundang-undangan.”

Pasal 15

“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya sengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang – undangan.”

Pasal 16

“Advokat ditak dapat ditubtut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan itikat baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang
pengadilan.”

Pasal 17

“Dalam menjalankan profesinya advokat berhak memperoleh informasi, data dan dokumen
lainnya, baik dari instansi pemerinta maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan
perundang – undangan.”

8
Pasal 5 Ayat (2) UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
Pasal 18

1) “Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan


terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politi, keturunan, ras atau latar
belakang sosial budaya
2) Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara klien
oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.”

Pasal 19

1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari
kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang – undang
2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungan dengan klien , termasuk perlindungan
atas berkas dokumennya terhadap penyitaan atau pemerikasaan dan perlindungan
terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik advokat”

Pasal 20

1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan


tugas dan martabat profesinya
2) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian
rupa sehingga merugikan profesi advokat atau mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan dalam menjalankan tugas profesinya”
3) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi advokat
selama memangku jabatan tersebut

C. PERAN ADVOKAT DALAM PENDAMPINGAN HUKUM TERHADAP KLIEN

Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (Equality
Before The Law) sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 Ayat (1).

Salah satu peranan advokat dalam memberikan bantuan hukum ialah berupa bantuan
hukum secara Cuma-Cuma (probono) kepada masyarakat yang kurang mampu hal tersebut
erat kaitannya dengan bentuk pembelaan dan pendampingan terhadap masalah yang sedang
dihadapi.
Kemudia pada pasal 56 Ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
menyatakan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara memperoleh bantuan hukum.
Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu.

Pasal 68B UU No. 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum menyatakan bahwa “setiap
orang yang tersangkut pada perkara berhak memperoleh bantuan hukum. Negara
menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

Kedua undang - undang tersebut diatas telah menyatakan dengan jelas dan menjamin bahwa
setiap orang yang tidak mampu ketika menghadapi mpermasalahan negara akan menjamin.
Keberadaan undang-undang tersebut memberikan harapan akan kepastian hukum dan
keadilan serta pemenuhan hak-hak bagi setiap orang yang berhadapan dengan hukum. Pasal
22 Ayat (1) UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat menyatakan bahwa Advokat wajib
memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak
mampu. Dengan kata lain, advokat tidak dapat menolak perkara secara CumaCuma atau
tidak ada uangnya, karena jika hal tersebut terjadi maka advokat tersebut akan mendapatkan
sanksi.

Seorang advokat yang baik dan bertanggung jawab adalah advokat yang saat menjalankan
profesinya tidak selalu berkaitan atau berhungan dengan materi dan keutungan saja, tetapi
juga berkaitan dengan kewajiban untuk tidak menolak memberikan bantuan hukum secara
Cuma-Cuma. Dalam Pasal 3 Huruf b sebagaimana yang tertuang dalam Kode Etik Advokat,
menyatakan bawa advokat dalam melaksanakan tugasnya tidak bertujuan sematamata
untuk memperoleh imbalan materi saja tetapi lebih mengutamakan tegaknya hukum,
kebenaran dan keadilan.

Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Edaran MA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pemberian Bantuan Hukum dalam lingup Peradilan Umum (lampiran A), tujuan bantuan
hukum secara Cuma-Cuma adalah :

1. Memberikan keringanan terkait beban biaya yang harus dibayarkan/ ditanggung


oleh masyarakat yang tidak mampu;
2. Memberikan kesempatan pada masyarakat yang tidak mampu secara adil guna
memperoleh perlindungan hukum serta pembelaan saat berada dalam proses
pengadilan;
3. Meningkatkan jalan terhadap keadilan dan;
4. Meningkatkan kesadaran serta pengetahuan masyarakat tentang hukum dengan
cara pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban serta penghargaan.

Selain yang diatur dalam Surat edaran di atas, tujuan bantuan hukum secara Cuma-Cuma
juga diatur dalam Instruksi Mentri Kehakiman RI No. M.03-UM.06.02 tahun 1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi Golongan Masyarakat yang Kurang
Mampu melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai berikut :

1. Bantuan hukum secara Cuma-Cuma diberikan dengan tujuan kemanusiaan sebagai


bentukdan cara meringankan beban hidup golongan masyarakat yang kurang mampu
sehingga bisa mendapakan kesempatan memperoleh perlindungan hukum dan rasa
keadilan
2. Bantuan hukum secara Cuma-Cuma bertujuan untuk peningkatan kesadaran akan
hukum yang diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk meningkatkan kesadaran
akan hukum sehingga masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya.

Bagi tersangka/ terdakwa yang menerima bantuan hukum secara Cuma-Cuma tentunya
haruslah memenuhi syaraT-syarat yang telah ditetapkan dalam Pasal 56 UU No. 8 Tahun
1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adapun yang menjadi syarat-syaratnya ialah
sebagai berikut :

1. Didakwa/ disangka dengan ancaman pidana mati atau atau ancaman pidana 15 (lima
belas) tahun atau lebih;
2. Diancam dengan hukuman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Dalamartian
kewajiban bagi pejabat yang berwenang menunjuk penasehat hukum bagi tersangka/
terdakwa yang tidak mampu membayar jasa penasehat hukum/ tidak mampu
menyediakan sendiri;
3. Tersangka/ terdakwa merupakan golongan orang yang tidak mampu sehingga berhak
mendapatkan bantuan hukum secara Cuma-Cuma. Yang dimaksud dengan orang-orang
dalam golongan tidak mampu adalah orang-orang yang tidak berpenghasilan atau
mempunyai

Penghasilan yang sangat kecil sehingga penhasilannya tidak cukup untuk membiayai
pembela perkaranya di pengadilan. Keadaan kurang mampu ini didapat dari keterangan
Kepala Desa/ Lurah yang kemudian di nilai oleh Ketua Pengadilan Negeri secara
Objektif.9 Masyarakat yang bertindak sebagai pemohon bantuan hukum secara CumaCuma
hendaklah memenuhi dan membuktikan ketidakmampuannya dengan memperlihatkan :

1. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Lurah/ Kepala Desa setempat;
2. Surat Keterangan Tunjangan Sosial Lainnya seperti Kartu Keluarga Miskin, Kartu
Jaminan Kesehatan Masyarakat, Kartu Program Keluarga Harapan serta Kartu Bantuan
Langsung Tunai;
3. Surat pernyataan tidak mampu yang dibuat dan ditanda tangani oleh pemohon bantuan
hukum dan diketahui oleh Pengadilan Negeri.

Pendampingan hukum serta pemberian bantuan hukum secara Cuma-Cuma merupakan


bentuk tanggung jawab seorang advokat terhadap klien sesaat setelah bersepakat
menggunakan jasanya. Dengan menepatkan diri sebagai pelayan hukum, peran advokat

dalam mendampingi klien di muka penadilan haruslah berupa pelayanan yang mengacu dan
mengedepankan keadilan, wajib membela kepentingan klien dan mendapatkan serta
memperjuangkan hak-haknya.

Ketua Pengadilan menunjuk advokat untuk menjalankan kuasa yakni mewakili,


mendampingi, membela dan meakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan Pemohon
Bantuan Hukum yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam menjalankan tugasnya Advokat dapat menerima biaya pendampingan sesuai
standart yang ditentukan oleh negara (Pasal 9 SEMA No. 10 Tahun 2010).

Advokat yang memenuhi persyaratan praktek dan beracara adalah Advokat yang berhak
memberikan bantuan hukum sebagaimana yang diatur pada ketentuan UU No. 18 Tahun
2003 tentang Advokat Yakni :

1. Advokat piket yang bersedia ditunjuk oleh pengadilan;


2. Advokat yang mewakili lembaga masyarakat sipil penyedia bantuan hukum;
3. Advokat yang mewakili unit kerja bantuan hukum pada organisasi profesi advokat atau;
4. Advokat yang mewakili lembaga konsultasi dan bantuan hukum perguruan tinggi. Dan
apabila dalam pelaksanaannya advokat tesebut berhalangan untuk hadir atau

9
Instruksi Mentri Kehakiman No. M. 03-UM.06 02 Tahun 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan program Bantuan
Hukum Bagi Golongan Masyarakat Kurang Mampu melalui Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha
Negara.
berhalangan dalam bertugas maka kuasanya dapat diganti oleh advokat lain dengan
kuasa subtitusi.

D. KENDALA YANG DI HADAPI ADVOKAT

Pendampingan Hukum Terhadap Klien.Fakta yang sering kali terjadi di lapangan ketika
seorang advokat sedang menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan bantuan
hukum adalah kendala-kendala yang justru terjadi pada klien dan penegak hukum lainnya.
Kendala internal dan kendala eksternal dari sudut pandang klien dan penegak hukum
lainnya inilah yang menjadi faktor dan membuat seringkali menyulitkan advokat dalam
memberikan bantuan hukum.

Untuk mengetahui kendala-kendala tersebut, akan di urai dalam bentuk faktor internal dan
faktor eksternal sebagai berikut:

a. Faktor Internal Klien


1. Sikap acuh dariseorang klien akan peran penting dan keberadaan advokat dalam
membantu proses penyelesaian perkara yang sedang dihadapinya;
2. Sikap kurang mengerti/ ketidakpahaman dari seorang klien terhadap advokat dalam
mendampingi perkara yang sedang dihadapinya;
3. Tidak memiliki sikap keterbukaan atau tidak jujur terkait permasalahan yang sedang
dihadapinya kepada advokat yang mendampinginya;
4. Sikap kurangnya kesadaran akan pentingnya hukum.

Faktor-faktor tersebut diatas merupakan faktor internal atau faktor dari dalam diri sendiri
dari seorang klien, sikap ketidaktauan dan sikap ketidakterbukaan dalam setiap
permasalahan yang dihadapi membuat advokat kesulitan dalam memberikan bantuan
hukum serta engungkap fakta-fakta yang terjadi.

b. Faktor Eksternal Klien

Adanya pengaruh-pengaruh, anggapan-anggapan serta pendapat dari luar internal klien yang
seringkali terjadi pada diri seorang klien. Lebih mempercayakan permasalahan diri yang
sedang dihadapinya kepada orang lain/ orang yang tidak ada kepentingan dalam pokokperkara
menjadi suatu masalah yang pelik yang dihadapi oleh advokat.

Faktor inilah yang menjadi kedala besar saat advokat memberikan bantuan hukum kepada
klien. Rasa tidak percaya akan jasa hukum yang diberikan membuat terhambatnya proses
penyelesaian perkara sehingga membuat hubungan antara klien dan advokat menjadi kurang
baik.

c. Faktor Intenal Penegak Hukum Lainnya

Proses penyidikan hingga proses pemeriksaan di sidang pengadilan berjalan lamban. Hal ini
berakibat pada terhambatnya proses penyelesain perkara yang sedang dihadapi oleh kliennya
Pada dasarnya penyelesaian perkara mulai dari proses penyidikan hingga proses pemeriksaan
di sidang pengdilan haruslah mencerminkan asas yang cepat, murah dan biaya ringan. Proses
- proses yang lamban justru akan membuat penyelesain perkara akan semakin lama dan
panjang atau bahkan tidak selesai.

d. Faktor Eksternal Penegah Hukum Lainnya

1. Adanya anggapan dari luar terkait dengan keberadaan seorang advokat/ penasehat
hukum dalam proses pendampingan terhadap klien akan menghambat proses
pemeriksaan terhadap tersangka/ terdakwa.
2. Adanya penafsiran yang berbeda antara penyidik dan advokat terkait hukum yang
dijatuhkan dan/ atau dibebankan kepada tersangka/ terdakwa sebagai kliennya sehingga
mengakibatkan dan membuat takut akan penjatuhan ketentuan hukum atau pasal atau
undang – undang terhadap permasalahan yang dihadapi oleh tersangka/ terdakwa.

Faktor eksternal seperti inilah yang menjadi kendala yang tentunya akan berakibat pada
hubungan kerja antar penegak hukum. Pada dasarnya setiap advokat memiliki kewajiban
untu saling menghargai dan mengormati sesama aparat penegak hukum serta
mengesampingkan permasalahan yang terjadi demi memberikan keadilan serta pemenuhan
akan hak-hak tersangka/ terdakwa.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, tidak menutup kemungkinan kendala dalam


memberikan pendampingan dan bantuan hukum justru juga terjadi pada Advokat itu sendiri
baik itu secara internal maupun secara eksternal. Oleh karenanya akan diuraikan sebagai
berikut :
a) Faktor Internal Advokat

1. Dari segi personal advokat itu sendiri yang kurang atau belum memiliki pemahaman
dan pengetahuan yang mumpuni terkait dengan hukum.
2. Sikap yang tidak aktif dari advokat bahkan kecenderungan memiliki sikap yang pasif
dalam menjalankan tugas dan fungsinya

Faktor internal inilah yang bisa memberikan dampak serta kerugian kepada klien. Dalam
menjalankan peran, fungsi dan tugasnya tentunya advokat harus mengedepankan dan
mengutamakan pemenuhan akan bantuan hukum yang menjadi hak dari seorang klien dan
juga merupakan bentu tanggungjawab terhadap negara.

b) Faktor Eksternal Advokat

Adanya pandangan dan pemahaman akan kekhawatiran dari seseorang/ masyarakat ketika
diminta untuk memberikan kesaksian dalam proses penyelesain perkara yang sedang dihadapi
oleh kliennya. Anggapan inilah yang membuat proses penyelesain dan pemberian bantuan
hukum menjadi kurang efekti dan bahkan akan berjalan sulit mengingat kurang kooperatifnya
pihak-pihak yang seharusnya menjadi bagian pengungkapan bukti dan fakta yang terjadi
terdapa suatu permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian kualitatif digunakan untuk penelitian ini. Tujuan dari penelitian kualitatif
adalah untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana orang benar-benar merasakan,
berpikir, dan bertindak, daripada bagaimana perasaan dan pikiran tersebut
dikonseptualisasikan oleh para peneliti. Kata-kata dan bahasa digunakan untuk
menggambarkan tindakan orang dan hal-hal lain dalam latar alam yang unik dan dengan
menggunakan berbagai metodologi ilmiah lainnya.
Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus yang mengharuskan peneliti untuk
mengunjungi lokasi yang diteliti.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Dalam kebanyakan kasus, akan ada sejumlah jenis data berbeda yang digunakan dalam
sebuah penelitian. Ada perbedaan yang jelas antara klasifikasi ini dan berdasarkan penelitian
perpustakaan atau pengalaman dalam topik tersebut. Para penulis menggunakan sumber
informasi berikut untuk analisis mereka:

a. Data primer, informasi yang dikumpulkan dari anggota masyarakat yang sebenarnya,
sebagai lawan dari sampel, dengan cara seperti wawancara, survei, dll. Pengamatan
mendalam dan laporan langsung dari fenomena yang relevan langsung dengan objek
penelitian memberikan informasi kepada peneliti yang tidak dapat diperoleh dengan
cara lain. Dalam hal data primer penelitian ini terutama terdiri dari dokumentasi dan
catatan yang ditulis oleh pelaku atau saksi mata, meskipun mungkin juga berisi bukti
lisan dari pelaku atau saksi mata yang memiliki pengetahuan langsung

b. Data sekunder, khususnya informasi yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan disajikan
oleh pihak ketiga, seperti catatan pemerintah, karya yang diterbitkan, dan temuan
yang dapat dilaporkan dari studi ilmiah.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Pendekatan berikut digunakan oleh para peneliti selama pengumpulan data untuk
memastikan kualitas dan akurasi tinggi dalam data yang digunakan untuk penyelidikan
ini.

1. Interview ( wawancara) Secara khusus, penelitian ini menggunakan


metodologi wawancara mendalam, di mana pertanyaan diajukan kepada
partisipan dan tanggapan diperoleh dari partisipan itu sendiri atau pihak lain
yang tertarik untuk melihat tujuan penelitian terwujud.

2. Dokumentasi cara untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan


pertanyaan penelitian dan dapat diperoleh dari sumber yang sudah ada.
3. Studi Pustaka khususnya secara metodis menemukan dan menilai buku-buku
yang mencakup topik, objek, dan pertanyaan penelitian yang relevan dengan
pekerjaan yang sedang dikerjakan.

4. Observasi , peneliti melakukan ini dengan melacak tindakan, reaksi, dan


halhal lain yang dapat diamati dari subjek penelitian. Tujuan dari penyelidikan
ini adalah untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang hal
yang diteliti.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Investigasi ini adalah gaya deskriptif-analitik, yang pertama-tama memerlukan deskripsi


terperinci dan tepat dari fenomena atau fakta yang diteliti, dan kemudian mengevaluasinya
secara mendalam. Dalam hal ini mencoba menggambarkan bagaimana “peran advokasi dalam
pendampingan klien berperkara” untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti sering
menggunakan metode triangulasi, yaitu mengumpulkan informasi melalui berbagai sumber.
Triangulasi data dari berbagai sumber dan metode merupakan metode yang dapat diandalkan
untuk menilai validitas suatu penelitian.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan, tampaknya metodologi penelitian kualitatif digunakan
dalam penelitian ini; secara khusus, data dikumpulkan melalui wawancara dan survei
observasi sebelum dikumpulkan, dijelaskan, dan dianalisis lebih lanjut. Informasi yang
dikumpulkan dari wawancara dengan informan kunci membantu memperjelas prosedur yang
terlibat dalam proses penelitian. Setelah pengumpulan dan kategorisasi data, data tersebut
diklarifikasi, dan akhirnya, kesimpulan atau kesimpulan ditarik berdasarkan hasil data
tersebut.

E. DAFTAR PUSTAKA

Buku Alkostar, Artidjo. 2010. Peran Dan Tantangan Advokat Dalam Era
Globalisasi.Yogyakarta. FH. UII Press.
B. Arief Sidharta. Etika dan Kode Etik Profesi Hukum. Dalam Pro Justitia Tahun 13 No. 2
April 1995.
Buyung Nasution, Adnan. 2008. Bantuan Hukum Di Indonesia. Jakarta. LP3ES.
Gatot & Virza Roy Hizzal. 2007. Bantuan Hukum Akses Masyarakat Marginal Terhadap
Keadilan.Jakarta. LBH Jakarta.
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika.
Prodjohamidjojo, Martiman. 1982. Penasehan dan Bantuan Hukum Indonesia. Jakarta. Ghalia
Indonesia
Winarta, Frans Hendra. 2011. Bantuan Hukum Di Indonesia Hak Untuk Didampingi
Penasehat Hukum Bagi Warga Negara. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. WJS.
Poerwadinata. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. PN balai Pustaka.

You might also like