You are on page 1of 11

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN METODE

ALTMAN Z-SCORE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN SUB


SEKTOR PERDAGANGAN RITEL

Nurul Hidayanita
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Pekalongan
nurulhidayanita@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh
financial distress menggunakan metode altman z-score terhadap harga saham perusahaan
sub sektor perdagangan ritel di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 5
variabel independen dan 1 variabel dependen, variabel dependen dari penelitian ini terdiri
dari Working Capital to Total Asset (WCTA), Retained Earnings to Total Asset (RETA),
Earning Before Interest and Taxes to Total Asset (EBITTA), Market Value of Equity to
Book of Total Liabilities (MVEBVTL), Sales to Total Asset (STA), sedangkan variabel
dependen penelitian ini adalah Harga Saham. Berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan
secara parsial bahwa (1) WCTA tidak memiliki pengaruh terhadap Harga Saham. (2)
RETA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. (3) EBITTA
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. (4) MVEBVTL tidak
memiliki pengaruh terhadap Harga Saham, dan (5) STA memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan secara simultan seluruh variabel
independen, yaitu WCTA, RETA, EBITTA, MVEBVTL, STA memiliki pengaruh
terhadap Harga Saham apabila diuji bersama-sama.

Kata Kunci : altman z-score, financial distress, kebangkrutan

Abstract
The purpose of this study was to examine and analyze the impact of financial
emergencies using the Altman zscore method on the share prices of companies in the
retail subsector on the Indonesian Stock Exchange.. This study uses 5 independent
variables and 1 dependent variable, the dependent variable of this study consists of
working capital to total assets (WCTA), retained earnings to total assets (RETA),
earnings before interest and Taxes on total assets (EBITTA), market value of equity to
book total (MVEBVTL), sales to total assets (STA), while the dependent variable of this
investigation is the price of the shares. Based on the results of this study, it is partially
determined that (1) WCTA have no influence on share prices. (2) RETA have a positive
and decisive effect on the share price. (3) EBITTA have a positive and decisive effect on
the share price. (4) MVEBVTL have no influence on share prices and (5) STA have a
positive and decisive effect on the share price..Simultaneously all independent variables,
namely WCTA, RETA, EBITTA, MVEBVTL, and STA affect the share price when
examined together.

Keywords: altman zscore, financial distress, insolvency

1
PENDAHULUAN
Perdagangan ritel merupakan salah satu sektor yang mendominasi perekonomian
Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Perdagangan ritel masuk dalam tiga
sektor utama yang menguasai 79,42% dari total 22,73 juta usaha yang tercatat di seluruh
Indonesia (Devisari, 2020). Pada tahun 2019, lembaga konsultan manajemen A.T
Kearney merilis survei mengenai Global Retail Development Index (GRDI), dari hasil
survei tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat potensi yang menarik bagi industri
ritel di Indonesia, dimana Indonesia menempati urutan ke-5 dari 30 sampel negara
dengan potensi ritel menarik menurut penelitian GRDI. Pada hasil survei ini, Indonesia
memperoleh skor sebesar 58,7 dan berada diatas negara-negara besar lainnya seperti,
Turkey, Brazil, UEA dan Arab Saudi. (Global Management Consulting Kearney, 2019).
Pada dasarnya setiap perusahaan ritel maupun non ritel memiliki tujuan yang sama,
yaitu memperoleh laba dari hasil kegiatan operasionalnya. Selain memperoleh laba,
perusahaan juga memiliki tujuan jangka panjang yaitu untuk selalu bertumbuh dan
berkembang dalam suatu pangsa pasar. Tetap tumbuh dan berkembangnya suatu
perusahaan dapat digambarkan dengan eksistensi produk ataupun jasanya di pasar, serta
tidak terjadinya likuidasi di dalam perusahaan tersebut. Berbagai daya dan upaya akan
ditempuh oleh seluruh manajemen untuk menjaga agar perusahaan tidak mengalami
likuidasi dan tetap dapat bertahan dalam kurun waktu yang panjang (Amiruddin &
Nustini, 2020).
Kenyataannya, tujuan perusahaan dalam memperoleh laba serta tetap tumbuh dan
berkembang tidaklah mudah untuk dicapai. Tidak ada satupun perusahaan yang tidak
mengalami kondisi padang surut selama melakukan kegiatan operasionalnya. Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan tujuan jangka panjang perusahaan tidak terwujud, yaitu
seperti kewajiban yang melebihi harta yang dimiliki, penyelewengan yang dilakukan
menajemen perusahaan dan persaingan ketat antar perusahaan dalam industri sejenis.
Baik secara langsung ataupun tidak langsung, faktor-faktor tersebut akan berdampak pada
kondisi keuangan perusahaan. Jika hal itu terjadi secara berkelanjutan dan tidak ada
upaya memperbaiki maka pada akhirnya kondisi financial distress akan dirasakan oleh
perusahaan (Purnamasari & Kristiastuti, 2018).
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui situs berita CNBC Indonesia,
terdapat perusahaan sub sektor ritel yang terpaksa menutup gerainya secara beruntun dari
tahun ke tahun, yaitu PT Hero Supermarket Tbk (HERO). Diawali pada tahun 2018,
emiten ini telah melakukan penutupan 26 gerai Giant yang berlokasi di berbagai wilayah
di Indonesia. Bahkan sejak tahun 2019 hingga maret tahun 2020, emiten ini kembali
menutup sebanyak 25 gerai Giant. Keputusan tersebut diakibatkan oleh tingginya beban
operasional yang ditanggung perusahaan tanpa diiringi dengan semakin meningkatnya
profitabilitas (CNBC Indonesia, 2021).
Berkembangnya era digital juga mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat
dalam berbelanja, masyarakat lebih senang berbelanja secara online melalui marketplace
karena membuat mereka lebih mudah dalam memilih barang untuk dibeli dan
mengakibatkan turunnya volume penjualan perusahaan melalui gerai-gerai berbentuk
fisik (Barry, 2019). Pada akhirnya akan berdampak terhadap perolehan laba perusahaan
yang akan tertekan, apabila fenomena tersebut terjadi terus-menerus dan tidak dapat
ditanggapi oleh perusahaan, maka terdapat kemungkinan perusahaan akan mengalami
kerugian. Sebab laba yang diperoleh perusahaan tidak mampu untuk menutup biaya yang

2
dikeluarkan, dan jika berkepanjangan maka tidak menutup kemungkinan perusahaan akan
mengalami financial distress.
Financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi,
dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Kondisi ini biasanya
ditandai dengan penurunan laba ataupun kerugian oleh perusahaan pada suatu periode.
Kondisi financal distress dapat terjadi di berbagai perusahaan dan dapat menjadi pertanda
atau sinyal bahwa adanya potensi kebangkrutan yang mungkin dialami sebuah
perusahaan (Dwijayanti, 2010). Oleh sebab itu, dengan mengetahui secara dini kondisi
financial distress dapat meminimalisir terjadinya kebangkrutan dalam sebuah perusahaan
(Wahyudi & Tristiarto, 2020).
Penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui kondisi financial distress yang
mungkin terjadi, hal ini dikarenakan apabila kondisi financial distress terjadi secara terus
menerus dan tidak dapat diatasi akan mengakibatkan kemungkinan terburuk yaitu
kebangkrutan. Analisa mengenai financial distress perlu dilakukan baik pihak internal
ataupun eksternal perusahaan. Sebab semakin dini potensi financial distress disadari
semakin baik bagi manajemen, karena manajemen perusahaan dapat melakukan
perbaikan sehingga perusahaan dapat terhindar dari risiko yang lebih buruk. Selain itu
bagi pihak eksternal perusahaan, analisa mengenai financial distress dapat digunakan
sebagai alat dalam proses pengambilan keputusan investasi (Kurniawati, 2016).
Kinerja keuangan sebuah perusahaan pada umumnya dapat dilihat melalui hasil
analisis dari suatu rasio keuangan. Namun hasil analisis tersebut hanya dapat
menghubungkan salah satu aspek tanpa melihat hubungan dengan aspek rasio keuangan
lain. Untuk mengetahui masalah tersebut (financial distress) pada suatu perusahaan dapat
menggunakan sebuah alat analisis dalam bidang keuangan yang dapat menghubungkan
berbagai rasio keuangan dan menilai kinerja keuangan sebuah perusahaan (Kadim &
Sunardi, 2018).
Salah satu model atau teknik yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi
kebangkrutan peruahaan adalah metode Altman yang menggunakan lima rasio keuangan
untuk mengetahui potensi yang akan terjadi pada perusahaan, dengan cara menganalisis
laporan keuangannya. Metode yang lebih dikenal dengan nama metode Altman Z-Score
digunakan untuk memprediksi kemungkinan suatu bisnis atau usaha mengalami
kebangkrutan dalam beberapa periode kedepan. Mengingat kemudahan informasi yang
dibutuhkan dan kemudahan dalam memperoleh informasi terkait laporan keuangan
perusahaan public, metode Altman Z-Score dadalah alat ukur yang berguna bagi pihak
eksternal perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Rumus metode
Altman Z-Score didasarkan pada informasi yang ada pada laporan laba rugi dan neraca
keuangan perusahaan (Purwanda, 2014).
Altman Z-Score ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Z=1,2 X 1+ 1,4 X 2 +3,3 X 3 +0,6 X 4 +0,99 X 5
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Adapun nilai cut off untuk indeks ini adalah :


Z < 1,81 : Bangkrut
1,81 < Z < 2,99 : Grey Area
Z > 2,99 : Sehat
Keterangan :

3
Z : Overall Indeks
X1 : Working Capital to Total Assets
X2 : Retained Earning to Total Assets
X3 : Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets
X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
X5 : Sales to Total Assets
Berdasarkan uraian masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
menganalisis pengaruh rasio-rasio yeng terdapat pada alat ukur financial distress Altman
Z-Score terhadap harga saham perusahaan sub sektor perdagangan ritel yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2018 – 2021.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan tentang pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
sebuah perusahaan terhadap keputusan investasinya Informasi merupakan unsur penting
bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi menyajikan keterangan catatan dan
gambaran masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi perusahaan dan pasar
modal. Informasi yang lengkap dan relevan serta akurat dan tepat waktu diperlukan
investor pasar modal sebagai alat untuk menganalisis sebelum mengambil keputusan
untuk berinvestasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif maka diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Pada saat informasi diumumkan dan
pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisa informasi tersebut sebagai sinyal baik ataupun
sinyal buruk. Jika pengumuman yang diumumkan sebagai sinyal baik bagi investor maka
akan terjadi perubahan volume dalam perdagangan saham (Jogiyanto, 2013:392).
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan
tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi
akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-
akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan
tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang
dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak
luar (Putri, 2020).

Financial Distress
Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan sedang mengalami
penyimpangan dan tekanan yang akhirnya mengarah pada kebangkrutan perusahaan.
Financial distress terjadi akibat perusahaan tidakm mampu mengelola dan menjaga
kestabilan kinerja keuangannya (Platt dan Platt, 2006). Menurut Brigham dan Daves,
financial distress terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan dan kurangnya
pengawasan dalam upaya mengawasi kondisi keuangan perusahaan sehingga terjadi
penggunaan uang yang tidak sesuai dengan keperluan perusahaan. Kondisi financial
distress dapat terjadi pada berbagai perusahaan dan dapat menjadi pertanda atau sinyal
bahwa adanya potensi kebangkrutan pada perusahaan tersebut (Dwijayanti, 2010).

4
Altman Z-Score

Altman Z-Score merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan


sebuah perusahaan. Dengan dasar pemikiran menggunakan multiple discriminant
analysis, Edward I. Altman (1968) berhasil menemukan lima jenis rasio keuangan yang
dapat dikombinasikan untuk memprediksi sebuah perusahaan sedang dalam masa
kebangkrutan ataupun tidak, berdasarkan kriteria keuangannya. Kelima rasio keuangan
yang digunakan oleh Edward I. Alrman untuk menghitung tingkat kebangkrutan sebuah
perusahaan, yaitu :

Working Capital to Total Assets, merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur tingkat likuiditas sebuah perusahaan, yaitu membandingkan modal kerja yang
dimiliki dengan total asetnya. Perusahaan dengan kesulitan keuangan akan mengalami
penurunan modal kerja terhadap aset (Nurasia, 2017). Hasil rasio ini juga bisa
menghasilkan nilai negatif apabila nilai aset lancar lebih kecil dari hutang lancar.
Semakin besar nilai rasio ini memberikan arti bahwa semakin besar pula dana yang
tertanam dalam aset perusahaan (Maryati, 2007).

Working Capital
Total Assets
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Retained Earnings to Total Asset, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas jangka panjang sebuah perusahaan, dalam hal ini perusahaan dengan usia
lebih muda akan memiliki laba ditahan yang relatif lebih rendah dibandingkan
perusahaan-perusahaan yang telah mature (dewasa). Hal ini dikarenakan perusahaan
dengan umur lebih muda belum memiliki cukup waktu dalam mengembangkan usahanya,
akan tetapi perusahaan dengan kesulitan keuangan akan tetap memiliki nilai yang lebih
rendah (Nurasia, 2017). Laba ditahan juga dikenal sebagai surplus yang dihasilkan, yaitu
jumlah akumulasi laba dan rugi dari suatu perusahaan yang diinvestasikan kembali
selama siklus hidup perusahaan tersebut. Selain itu, rasio ini juga bisa dianggap sebagai
ukuran leverage perusahaan, sebab semakin tinggi laba ditahan dibandingkan aset yang
dimiliki maka semakin baik perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki, yang berarti
bahwa perusahaan lebih memanfaatkan laba ditahan untuk membiayai asetnya dari pada
menggunakan hutang (Aloy & Pratheeepan, 2015).

Ret ained Earning


Total Assets
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aset yang
dimiliki untuk menghasilkan laba sebelum kewajiban bunga dan pajaknya terpenuhi.
Rasio ini juga digunakan untuk mengukur produktivitas perusahaan dalam menggunakan
dana dari investornya, rasio EBITTA yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan masih
memiliki keuangan yang cukup tinggi sehingga perusahaan dapat mengelola aset
perusahaan dengan baik (Oktaviani, 2020).

5
Earnings Before Interest∧Taxes
Total Assets
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimiliki (modal saham). Market Value
of Equity merupakan nilai pasar perusahaan tersbut, sedangkan Book Value of Total
Liabilities adala nilai dari kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang (Nurasia,
2017).

Market Value of Equity


Book Value of Total Liabilitiess
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Sales to Total Assets, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio ini menunjukan
apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi yang
terdapat dalam total asetnya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam
menggunakan keseluruhan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan
mendapatkan laba bisnis (Purwanda, 2014).

Sales
Total Assets
Sumber : Altman, Edward I (2016)

Z-score merupakan skor yang ditentukan dari hasil hitungan yang akan
menunjukan tingkat kebangkrutan dari sebuah perusahaan. Formula Z-score untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan hasil dari multivariate formula yang
digunakan untuk mengukur kesehatan finansial sebuah perusahaan (Altman, 1968).

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kuantitatif.
2. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sub sektor perdagangan dan
ritel di Bursa Efek Indonesia sejumlah perusahaan. Sedangkan untuk sampel adalah
21 perusahaan berdasarkan teknik purposive sampling.
3. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, dimana data ini
diperoleh melalui laporan keuangan perusahaan dari periode 2018 hingga 2021 yang
didownload melalui website Bursa Efek Indonesia.
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh diolah peneliti dengan menggunakan software aplikasi EViews
ver. 10

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. 1 Hasil Uji Statistik t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.241887 0.070283 -3.441617 0.0009


WCTA -0.052015 0.030148 -1.725318 0.0884
RETA 3.084562 0.732256 4.212408 0.0001
EBITTA 0.033711 0.012706 2.653268 0.0097
MVEBVTL -0.012499 0.037631 -0.332150 0.7407
STA 6.383010 0.194834 32.76123 0.0000

Sumber : Data diolah Eviews 10

Variabel WCTA (Working Capital to Total Asset) memiliki nilai signifikansi


sebesar 0.0884 dan thitung -1.725318. Hal tersebut memiliki arti bahwa nilai signifikansi
0.0884 > 0.05 dan thitung < ttabel (-1.725318 < 1.29171). Dapat disimpulkan bahwa variabel
WCTA tidak memiliki pengaruh terhadap variabel harga saham (Y).. Hasil Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar (2018), Mahpudin (2018), Riantani
(2018), Kewal (2020), Wirto (2021) yang menunjukan bahwa variabel Working Capital
to Total Assets tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.
Variabel RETA (Retained Earnings to Total Assets) memiliki nilai signifikansi
sebesar 0.0001 dan thitung 4.212408. Hal tersebut memiliki arti bahwa nilai signifikansi
0.0001 < 0.05 dan thitung > ttabel (4.212408 > 1.29171). Dapat disimpulkan bahwa variabel
RETA memiliki pengaruh terhadap variabel harga saham (Y). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Mahpudin (2018), Fajar (2018), Susilowati (2019),
Kewal (2020), Riantani (2020), Oktaviani (2020) yang juga menyatakan bahwa rasio
Retained Earning to Total Assets memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Variabel EBITTA (Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset) memiliki
nilai signifikan sebesar 0.0097 dan thitung 2.653268. Hal tersebut memiliki arti bahwa nilai
signifikansi 0.0097 < 0.05 dan thitung > ttabel (2.653268 > 1.29171). Kesimpulannya adalah
variabel EBITTA memiliki pengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kadim (2018), Indrawan (2018),
Susilowati (2019), Kewal (2020), Oktaviani (2020), dan Wirto (2021), yang juga
menyatakan bahwa rasio Earning Before Interest and Taxes to Total Asset memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Variabel MVEBVTL (Market Value of Equity to Book Value to Total
Liabilities) memilki nilai signifikansi sebesar 0.7407 dan thitung -0.332150. Hal tersebut
memiliki arti bahwa nilai signifikansi 0.7407 > 0.05 dan thitung < ttabel (-0.332150 < 1.29171.
Kesimpulannya adalah variabel MVEBVTL tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
harga saham (Y). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kadim
(2018), Indrawan (2018), Fajar (2018), Kewal (2020), Oktaviani (2020), Wirto (2021),
yang juga menyatakan bahwa rasio Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham.

7
Variabel STA (Sales to Total Asset) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.0000
dan thitung 32.76123. Hal tersebut berarti nilai signifikansi 0.0000 < 0.05 dan thitung > ttabel
(32.76123 > 1.29171). Dapat disimpulkan bahwa variabel STA memiliki pengaruh
terhadap harga saham (Y). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fajar (2018), Mahpudin (2018), Susilowati (2019), Oktaviani (2020) dan Riantani
(2020) yang menyatakan bahwa rasio Sales to Total Assets memiliki pengaruh terhadap
harga saham.

Tabel 1.2 Hasil Uji F

R-squared 0.327394    Mean dependent var 1.799985


Adjusted R-squared 0.484278    S.D. dependent var 0.514526
S.E. of regression 0.435291    Sum squared resid 14.77930
F-statistic 7.593359    Durbin-Watson stat 1.814331
Prob(F-statistic) 0.000007

Sumber : Data diolah Eviews 10

Berdasarkan tabel 1.2, diketahui bahwa F hitung sebesar 7.593359 dan tingkat
signifikansinya 0.000. Dalam penelitian ini n = 84, df1 = k-1= 5-1 = 4, df2 = n-k = 84 – 4
= 80, maka nilai Ftabel sebesar 2.49.
Dari hasil output Eviews di atas, menunjukan nilai F hitung yaitu sebesar 7.593359,
sedangkan untuk nilai Ftabel dengan tingkat α = 5% yaitu 2.49. Dengan demikian F hitung >
Ftabel (7.593359 > 2.49), serta nilai signifikansi yaitu 0.000 < 0.05 sehingga kesimpulannya
H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat berati bahwa variabel WCTA (X1),
RETA(X2), EBITTA(X3), MVEBVTL(X4), dan STA(X5) secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adrian (2018),
Kadim (2018), Susilowati (2019), Oktaviani (2020), Riantani (2020) yang juga
menyatakan bahwa rasio WCTA, RETA, EBITTA, MVEBVTL, STA secara simultan
memiliki pengaruh terhadap harga saham.

SIMPULAN

Setelah dilakukan pembahasan mengenai analisis financial distress serta


pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan sub sektor perdagangan ritel yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018 – 2021, dapat disimpulkan hasil dari
penelitian pada bab sebelumnya sebagai berikut :
a. Hasil nilai dari Altman Z-Score atas 21 sampel perusahaan sub sektor
perdagangan ritel yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia diketahui bahwa
terdapat 16 perusahaan yang masuk dalam zona aman atau tidak sedang
mengalami kondisi financial distress, yaitu : ACES, AMRT, BOGA, DNET,
ECII, ERAA, KIOS, KONI, LPPF, MAPI, MIDI, MKNT, RALS, RANC,
TSPC, TURI. Dan terdapat 4 perusahaan yang masuk kedalam zona
berbahaya atau dalam kondisi financial distress, yaitu : GLOB, HERO,
MLPL, MPPA. Sementara sisa perusahaan, yaitu MPMX masuk dalam zona

8
grey area artinya terdapat kemungkinan perusahaan akan mengalami
financial distress.
b. Variabel Working Capital to Total Assets (WCTA) tidak berpengaruh
terhadap harga saham dengan signifikansi 0.0884 dan koefisien -0.052015
c. Variabel Retained Earning to Total Assets (RETA) berpengaruh terhadap
harga saham. Menurut hasil uji t menjelaskan bahwa rasio RETA memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham dengan signifikansi 0.0001 dan
koefisien 3.084562.
d. Variabel EarningBefore Interest and Taxes to Total Assets (EBITTA)
berpengaruh terhadap harga saham. Menurut hasil uji t menjelaskan bahwa
rasio EBITTA memiliki pengaruh positif terhadap harga saham dengan
signifikansi 0.0097 dan koefisien 0.033711.
e. Variabel Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities
(MVEBVTL) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan
signifikansi 0.7407 dan koefisien -0.012499.
f. Variabel Sales to Total Assets (STA) berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut hasil uji t menjelaskan bahwa rasio STA memiliki pengaruh positif
terhadap harga saham dengan signifikansi 0.0000 dan koefisien 6.383010.
g. Variabel Working Capital to Total Asset , Retained Earnings to Total Asset,
Earning Before Interest and Taxes to Total Asset, Market Value of Equity to
Book of Total Liablities, dan Sales to Total Assets secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham dengan probabilitas 0.0007
h. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (adjusted R Square) variabel-
variabel independen memiliki pengaruh sebesar 48.42% terhadap Harga
Saham, sedangkan sisanya yaitu 51,58% dipengaruhi variabel lain yang tidak
dipakai dalam model regresi tersebut, seperti Tingkat Suku Bunga, Indeks
Harga Saham Gabungan, Dividen Payout Ratio, Return on Equity, Return on
Assets, Perilaku Investor, dll.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alloy, J Niresh, & T. Pratheepan. 2015. “The Application of Altman’s Z-Score Model in
Predicting Bankruptcy: Evidence from the Trading Sector in Sri Lanka.”
Internasional Journal of Business and Management. Vol. 10 (12).
Altman, Edward I. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of
Corporate Bankruptcy.” Journal of Finance. Vol. 23 (4): 589-609.
Altman, Edward I. 2016. “Financial Distress Prediction in an Internasional Context: A
Review and Empirical Analysis of Altman’s Z-Score Model.” Journal of
International Financial Management & Accounting. Vol. 28 (2): 131-171.
Amiruddin, A. R., & Nustini, Y. 2020. “Analisis Determinan Financial Distess pada
Perusahaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional di Indonesia
Berdasarkan Model Altman (Studi Kasus pada Perusahaan Asuransi Periode
2015-2018).” Proceding of National Conference on Accounting & Finance. Vol.
2 : 69-85. doi : 10.2088.
Badan Pusat Statistik. Diakses 28 Juni 2021. dari Badan Pusat Statistik (bps.go.id)
Barry, H. 2019. “Prediksi Model Financial Distress (Kebangkrutan) pada Perusahaan
Ritel Bursa Efek Indonesia dengan Model Altman dan Springate Periode 2012-
2016.” Jurnal Ekonomia dan Bisnis. Vol. 6 : 941-947.
CNBC Indonesia. “Bos Hero Ungkap Alasan Tutup 6 Gerai Giant.” Diakses 19 Juni
2021. dari, https://www.cnbcindonesia.com
Devisari. 2020. “Pengaruh Modal Kerja, Return On Equity, Nilai Perusahaan Terhadap
Return Saham Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar dan Sub Sektor
Perdagangan Eceran di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
Dwijayanti, P.F. 2010 “Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial Distress Solusi
untuk Mengatasi Financial Distress.” Jurnal Akuntansi Kontemporer. Vol. 2 (2).
Fajar, Ivan Bintang. 2018. “Pengaruh Rasio Pada Altman Z-Score Modifikasi Terhadap
Harga Saham yang Terdapat Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Listing Di
Bursa Efek Indonesia.” Skripsi. UNIKA Soegijapranata.
Indrawan, Bintang. 2018. “Analisis Financial Distress dan Pengaruhnya Terhadap Harga
Saham Perusahaan Ritel di Indonesia Periode 2014-2017.” Jurnal Ilmiah.
Universitas Brawijaya Malang.
Jogiyanto, H. M. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi kedelapan).
Yogyakarta: BPFE.
Kadim. A., dan Sunardi, N. 2018. “Analisis Altman Z-Score untuk Memprediksi
Kebangkrutan pada Bank Pemerintah (BUMN).” Jurnal Sekuritas. Vol. 1 : 142-
156.
Kearney. 2019. “Research Report” Retrieved July 25, 2021, from
https://www.kearney.com/global-retail-development-index.
Kewal, Surayama Suci.,Vallentliy, dan Silvia Anggraini. 2020. “Pengaruh Financial
Distress Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Subsektor Batubara di
Bursa Efek Indonesia).” Jurnal Keuangan dan Bisnis.
Kurniawati, S. 2016. “Analisis Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score pada
Perusahaan Subsektor Logam dan Sejenisnya di BEI periode 2014.” Jurnal
Seminar Nasional Cendikiawan. Vol. 1-9.

10
Mahpudin, Hapid. 2018. “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan berdasarkan Model Z-
Score Altman terhadap Harga Saham: Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Logam dan Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi,
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Nurasia. 2017. “Penilaian Kinerja Keuangan dan Kaitannya dengan Perubahan Harga
Saham Perusahaan Proprti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2015.” Skripsi. Universitas Teknologi Sumbawa.
Oktaviani, Nuryanti., dan Purwanto. 2020. “Analisis Financial Distress dan Pengaruhnya
Terhadap Harga Saham.” Jurnal Sistem Informasi, Keuangan, Auditing, dan
Perpajakan. Vol. 5 (1): 46-60.
Platt, Harlan D., Platt, Marjorie B. 2006. “Understanding Differences between Financial
Distress and Bankruptcy.” Review of Applied Economics. Vol. 2 (2): 141-157.
Purnamasari, D., dan Kristiastuti, F. 2018. “Analisis Prediksi Financial Distress dengan
Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi.” Jurnal Manners. Vol. 1 :
107-119.
Purwanda, Eka., Kristin Yuniarti. 2014. “Pengujian Dampak Rasio Altman, DER, dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan di
Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Study & Accounting Research (STAR). Vol. 11
(2): 56-67.
Putri, Dessy Rizki. 2020. “Pengaruh Risiko Bisnis, Investment Opportunity Set,
Kepemilikikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Properti dan Real Estate
dengan Variabel Interving Struktur Modal.” Skripsi Tesis. Universitas Airlangga.
Riantani, Suskim, Sherly Delvia, Gugun Sodik. 2020. “Model Prediksi Financial Distress
: Pengaruhnya terhadap Kinerja Saham Industri Tekstil dan Garmen di
Indonesia.” Bisma : Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 14 (1): 1-9.
Susilowati, Etty., John Marlintong Simangunsong. 2019. “Financial Distress, Bankruptcy
Analysis, and Implications For Stock Prices of Consumeer Goods Companies in
Indonesia.” Relevance Journal of Mnagement and Business. Vol. 2 (2): 227-240.
Wahyudi., dan Tristianto, Y. 2020. “Analisis Determinan Financial Distress Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia.” Jurnal IKRA-ITH Ekonomika. Vol. 2 :
36-45.
Wirto., M H Mustafa. 2021. “The Impact From Financial Ratios on Alltman Z-Score’
Model Toward Stocks Return (Study in Automoive Subsectors Companies and its
Components Listed on Indonesia Stock Exchange).” Dinasti Internatonal Journal
of Economics, Finance & Accounting. Vol. 1 (6): 1070-1080.

11

You might also like