Professional Documents
Culture Documents
Abstract. The research on Zingiberaceae which has economic value in North Kolaka Regency, Southeast Sulawesi
has been conducted. Several studies stated that Zingiberaceae can be used as a cooking spice and traditional
medicine. However, surveys and inventories of Zingiberaceae species as one of the local wisdoms that have
economic value in the area have never been carried out, so efforts are needed to document the economic value of
the Zingiberaceae family in the district. The purpose of this study was to make an inventory of the Zingiberaceae
family in North Kolaka Regency which has economic value. The method used is Participatory Rural Appraisal.
The data obtained were analyzed descriptively and tabulated in a table. The results of the study found that there
were nine species of the Zingiberaceae family found in North Kolaka Regency and had economic value including
kecombrang, galangal, kencur, ginger, bangle, lempuyang, temulawak, turmeric and forest kecombrang (sweet).
These plants have economic value as ingredients for medicines (medical), beauty (cosmetics) and foodstuffs
(food).
Keywords: chemical compound; ethnobotany; participatory rural appraisal; traditional healer; zingiberaceae
Abstrak. Telah dilakukan penelitian mengenai Zingiberaceae yang bernilai ekonomi di Kabupaten Kolaka Utara
Sulawesi Tenggara. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Zingiberaceae dapat digunakan sebagai bumbu
masakan dan obat tradisional. Namun survey dan inventarisasi jenis Zingiberaceae sebagai salah satu kearifan
lokal yang memiliki nilai ekonomi di daerah tersebut belum pernah dilakukan, sehingga diperlukan upaya guna
mendokumentasikan pemanfaatan family Zingiberaceae yang bernilai ekonomi di kabupaten tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menginventarisasi family Zingiberaceae di Kabupaten Kolaka Utara yang memiliki
nilai ekonomi. Metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif dan ditabulasi dalam tabel. Hasil penelitian ditemukan ada sembilan jenis dari family
Zingiberaceae yang ditemukan di Kabupaten Kolaka Utara dan bernilai ekonomi diantaranya kecombrang,
lengkuas, kencur, Jahe, bangle, lempuyang, temulawak, kunyit dan Kecombrang hutan (manis). Tanaman tersebut
memiliki nilai ekonomi sebagai bahan obat-obatan (medis), kecantikan (kosmetik) dan bahan pangan (makanan).
Kata kunci: etnobotani; participatory rural appraisal; penyehat tradisional; senyawa kimia; zingiberaceae
sehingga budaya dan etnisitasnya tetap Zingiberaceae memiliki nilai ekonomi yang
terjaga (Suryadarma, 2008). Data SUSENAS tinggi. Selain itu, Arum et al. (2012)
(Survei Sosial Ekonomi Nasional) menyatakan bahwa etnis-etnis di Indonesia
menyebutkan bahwa persentase penduduk banyak yang memanfaatkan ZIngiberaceae
Indonesia yang menggunakan bahan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh
tradisional sebagai swamedikasi atau secara turun temurun, informasi dari
pengobatan sendiri pada tahun 2001 hingga tetangga maupun dari media massa.
2006, terjadi peningkatan dari 30,2% Kolaka Utara merupakan suatu daerah
menjadi 38,30% (Supardi & Susyanty, yang dihuni berbagai suku, seperti Tolaki,
2010). Bugis, Toraja dan Makassar. Meskipun suku
Nilai ekonomi tanaman obat menjadi hal pada daerah ini cukup kompleks, namun
penting dalam meningkatkan pendapatan mereka masih mempertahankan kearifan
masyarakat terutama di kalangan pedesaan. lokal seperti pemanfaatan tanaman sekitar
Nilai ekonomi adalah kesediaan harga untuk berbagai keperluan guna membantu
maksimal yang dibayarkan oleh orang perekonomian keluarga. Selain itu, kearifan
terhadap suatu produk yang sesuai harga lokal di daerah ini juga didukung oleh
pasar maupun melebihi harga pasar. banyaknya kekayaan alam yang memiliki
Semakin tinggi kesediaan membayar berbagai potensi. Family Zingiberaceae
semakin berharga produk tersebut karena adalah salah satu flora yang mudah
adanya motivasi nilai, kebutuhan, dan ditemukan di Kolaka Utara. Tanaman ini
kegunaannya (Obeng et al., 2020). Lanjut dapat tumbuh di pekarangan, kebun atau
Michalos (2014) Nilai ekonomi merupakan tumbuh secara liar termasuk di Kolaka Utara.
nilai suatu barang atau jasa, yang ditentukan Namun survey dan inventarisasi jenis
oleh pasar. Kesediaan orang membayar Zingiberaceae sebagai salah satu kearifan
untuk perubahan kecil dalam kemungkinan iter yang memiliki nilai ekonomi di daerah
bertahan hidup (Landefeld & Seskin,1982). tersebut belum pernah dilakukan, sehingga
Sebuah harga suatu jenis tanaman ditentukan diperlukan upaya guna mendokumentasikan
oleh tingkat kebutuhan pasar. pemanfaatan family Zingiberaceae yang
Salah satu jenis tanaman yang bernilai ekonomi di kabupaten tersebut.
dilaporkan memiliki nilai ekonomi, baik Tujuan penelitian ini adalah untuk
sebagai bahan makanan (bumbu masakan menginventarisasi family Zingiberaceae di
dan sayuran) maupun sebagai obat-obatan Kabupaten Kolaka Utara yang memiliki nilai
tradisional yaitu golongan Zingiberaceae. ekonomi. Kegiatan ini dapat digunakan
Penelitian mengenai Zingiberaceae telah sebagai dasar untuk menambah literatur
dilakukan oleh Kuntorini (2005) di etnobotani Zingiberaceae di Kab. Kolaka
Kotamadya Banjarbaru, Auliani et al. (2014) Utara khususnya dan Indonesia pada
di Kabupaten Kampar, Wardiah et.al (2015) umumnya
di Kab. Aceh Besar, Saudah et al. (2018) di
Kab. Pidie Aceh dan Triyanti (2018). Hasil METODE PENELITIAN
penelitian tersebut menyebutkan bahwa
Waktu Dan Tempat
tanaman suku tersebut dapat dimanfaatkan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sebagai obat-obatan tradisional dan sebagai Februari 2021 di Kab. Kolaka Utara,
bumbu masakan. Selain itu, Zingiberaceae Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini
juga dapat dijadikan sebagai elemen dalam adalah deskriptif kualitatif, yang artinya
desain lanskap seperti penelitian Putra et al. menggambarkan kondisi atau pemanfaatan
(2015) di Bali. Data hasil penelitian- Zingiberaceae secara apa adanya
penelitian tersebut menunjukkan bahwa
220
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
berdasarkan hasil wawancara dan observasi (di hutan atau kebun sebagai gulma) seperti
di lapangan. terlihat pada tabel 1.
Metode Penelitian digunakan adalah
Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu
berorientasi pada keterlibatan dan peran serta
masyarakat secara aktif dalam penelitian,
melalui wawancara secara mendalam kepada
masyarakat dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi data lisan dari
responden, yaitu data mengenai jenis-jenis
Zingiberaceae yang bernilai ekonomi dan
terdapat pada lokasi tersebut. Selanjutnya, Gambar 1. Salah satu contoh ramuan
dokumentasi tumbuhan dengan memfoto tradisional
Zingiberaceae yang ada di kab. Kolaka
Utara. Zingiberaceae memiliki ciri berupa
Teknik dan Metode Pengambilan Sampel aroma yang khas pada rimpang. Hasil
Metode pengambilan sampel dilakukan penelitian tentang Zingiberaceae yang
secara observasional dan memenuhi kriteria memiliki nilai ekonomi di Kabupaten Kolaka
inklusi, yaitu penyehat tradisional (tabib) Utara diantaranya kecombrang, lengkuas,
dan tokoh masyarakat atau pengguna dan kencur, jahe, bangle, lempuyang,
bersedia menjadi respon. Teknik temulawak, kunyit, kunyit putih, jahe merah
pengambilan sampel yang digunakan pada dan Kecombrang hutan (manis) seperti
penelitian ini yaitu Purpose sampling. terlihat pada gambar 2 dan tabel 1.
Purpose sampling digunakan untuk Tumbuhan dikatakan bernilai ekonomi
penentuan narasumber yang merupakan karena memiliki banyak manfaat dalam
masyarakat lokal yang menjadi sasaran. kehidupan (Auliani et al., 2014). Salah satu
Narasumber yang digunakan yaitu orang tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yaitu
yang dianggap paling tahu yaitu pengobat golongan Zingiberaceae, yang merupakan
tradisional atau tabib dan masyarakat golongan temu-temuan atau jahe-jahean.
pengguna sehingga akan memudahkan Nilai ekonomi tanaman ini yaitu
peneliti menjelajahi dan menginventarisir dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan,
objek yang diteliti. bahan makanan dan sebagai kosmetik alami.
Pemanfaatan Zingiberaceae ini
HASIL DAN PEMBAHASAN dikarenakan tanaman tersebut mengandung
metabolit sekunder. Metabolit sekunder
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah senyawa yang dihasilkan dari proses
terdapat sebelas jenis Zingiberaceae yang metabolism sekunder suatu tanaman (Taiz
bernilai ekonomi dan digunakan oleh and Zeiger, 2006). Metabolit sekunder terdiri
masyarakat lokal di Kab. Kolaka Utara yaitu atas alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.
patikala, likku, cakku, passaleyya, panini, Metabolit yang dihasilkan oleh tanaman
lempuyang, temulawak, kunyit, kacimpang, tersebut diantaranya adalah berfungsi
passalayya mararang dan kunyit’ pute. sebagai antimikroba sehingga dapat
Sebelas jenis Zingiberaceae tersebut digunakan manusia sebagai obat (Silalahi,
merupakan tanaman budidaya dan juga liar 2018).
221
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
Gambar 2. Golongan Zingiberaceae yang bernilai ekonomi di Kab. Kolaka Utara. (a) Patikala,
(b) Likku, (c) Cakku, (d) Pasaleyya, (e) Pasaleyya mararang, (f) Panini, (g) Limpujang, (h)
Temmu, (i) Kunyi, (j) Kunyi’ pute, (k) Kacimpang
Zingiberaceae yang tumbuh di Kolaka oleh masyarakat setempat disebut
Utara, ada yang merupakan tanaman Kacimpang. Dari semua jenis Zingiberaceae
budidaya dan ada pula yang tumbuh secara yang ditemukan, hanya kecombrang yang
liar. Satu diantara tanaman Zingiberaceae dimanfaatkan batang, daun dan buahnya,
yang ditemukan merupakan tanaman yang sedangkan sepuluh jenis lainnya yaitu
sangat langka, yaitu kecombrang hutan yang rimpang. Hal ini dikarenakan letak dari
222
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman jumlah yang lebih kecil (Silalahi, 2018). Hal
tersebut. Golongan Zingiberaceae inilah yang menyebabkan pemanfaatan
menyimpan sebagian besar metabolit Zingiberaceae lebih dominan pada bagian
sekundernya pada bagian rhizome, sisanya rhizomnya
tersimpan pada daun, bunga dan buah dalam
Pemanfaatan Zingiberaceae oleh rasa asam pada makanan. Farisa & Maruzy
masyarakat lokal di Kab. Kolaka Utara yaitu (2016) juga menyatakan bahwa secara
digunakan sebagai bumbu masakan, bahan tradisional kecombrang dapat digunakan
obat-obatan tradisional dan sebagai bahan sebagai bahan makanan, pengawet makanan,
kosmetik atau perawatan diri. Salah satu sebagai obat luka, telinga dan penghilang
contoh ramuan tradisional yaitu minuman bau badan. Hal ini dikarenakan kecombrang
untuk melegakan tenggorokan yang terdiri mengandung senyawa fenol, flavonoid dan
dari campuran rimpang-rimpang tanaman terpenoid yang memiliki efek farmakologis
Zingiberaceae seperti kencur dan jahe berupa antioksidan, antibakteri dan anti
(Gambar 1). Pemanfaatan famili kanker.
Zingiberaceae secara lengkap seperti terlihat Lengkuas di Kabupaten Kolaka Utara
pada tabel 2. dijadikan sebagai bumbu masakan.
Pemanfaatan Dan dan cara pengolahan Penelitian Triyanti (2018) di Kabupaten
Zingiberaceae dalam kehidupan sehari-hari Musi Rawas menyebutkan bahwa tanaman
oleh masyarakat yang berbasis kearifan lokal tersebut dapat digunakan sebagai obat diare
dapat dilihat pada Tabel 2. Jenis tanaman dengan cara direbus dan diminum dan juga
tersebut dalam pemanfaatannya, ada yang sebagai obat panu dengan cara digosokkan
digunakan secara tunggal dan ada pula yang pada kulit yang terinfeksi jamur. Hal ini
merupakan campuran bahan lain. dikarenakan lengkuas mengandung minyak
Masyarakat di Kabupaten Kolaka Utara atsiri yang dapat berperan sebagai antibakteri
memanfaatkan batang, bunga dan buah Escherichia coli penyebab diare. Selain itu,
kecombrang sebagai bahan makanan. Batang lengkuas juga mengandung eugenol,
dan bunga dijadikan sebagai sayuran galangol dan galangan yang dapat memberi
sedangkan buah dijadikan sebagai pemberi rasa pada masakan.
223
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
225
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
226
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
227
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
228
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X
Vol. 4 No. 2: 219-229, July 2021 DOI: 10.37637/ab.v4i2.715
229