You are on page 1of 15
Menimbang Mengingat KE) RUMAH SAKIT MEGA BUANnA ;BIJAKAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEGA BUA! NOMOR : 154/SK/DIR/RSMB/1/2018 TENTANG SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) DI RUMAH SAKIT MEGA BUANA. DIREKTUR RUMAH SAKIT MEGA BUANA. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Bahwa Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit; Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Nomor 4431); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-UndangNomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072), Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien Peraturan Menteri Keschatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional; Menetapkan PERTAMA KEDUA, KETIGA RUMAH SAKIT m EGA BU A ni MEMUTUSKAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEGA BUANA TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT MEGA BUANA Kebijakan Sasaran Keselamatan Pasien di rumah sakit Mega Buana bertujuan untuk memberi acuan bagi pelaksanaan dan pengembangan serta meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Mega Buana. Kebijakan Sasaran Keselamatan Pasien di rumah sakit Mega Buana sebagai mana tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan Direktur ini, Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya, Ditetapkan di Palopo Pada Tanggal : 12 Januari 2018 Direktur Rumah Sakit Mega Buana ten raha RUMAH SAKIT MEGA BUANA ‘Alamat sin, Andl Jemma No, 138 Palope Su an LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR : 154/SK/DIR/RSMB/1/2018 TENTANG KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT MEGA BUANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERS), dan dari Joint Commission International (SCI), ‘Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan Kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini, Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan keschatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut 1, SASARAN I: KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN ‘Maksud dan Tujuan Sasaran I Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspel/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain ‘Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu: a. Untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; dan ip RUMAH SAKIT MEGA BY ana mma No.1 satan ‘aum 'b. Untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut, Ketentuan Identifikasi pasien di Rumah Sakit Mega Buana: 1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga identitas: a, Nomor Rekam Medik b. Nama Pasien (¢ KTP) cc. Tanggal Lahir 2. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali 4, Warna gelang’ a. Gelang wama biru dipakai oleh pasien laki-laki, b. Gelang warna pink dipakai oleh pasien perempuan, ¢. Gelang waa merah sebagai penanda alergi, 4. Gelang wama kuning sebagai penanda risiko jatuh, dan; e. Gelang wama ungu sebagai penanda Do not Resucitate 5. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu huruf. 6. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas diatas. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien) 7. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan: a. Pemberian obat; b. Tranfusi darah/produk darah; Pengambilan sampel darah, urin dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; 4. Sebelum pemberian pengobatan, dan; €. Sebelum pemberian tindakan RUMAH SAKIT MEGA BUANA ‘Andi Jemma No. 138 Palopo Sulawesi Selatan 22286 £1 8. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh Rumah Sakit 9. Bila dalam satu ruang terdapat pasien dengan nama sama, pada cover luar folder rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang . harus diberi tanda “HATI HAT! PASIEN DENGAN NAMA SAMA” 2. SASARAN II: PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF Maksud dan Tujuan Sasaran IT Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan Db Pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium Klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan, Ketentuan menerima perintah secara lisan dan lisan lewat telepon di Rumah Sakit Mega Buana 1, Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi 2. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima i) perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya) 3. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA (look alike sound alike), maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya. 4. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike, look alike, dan sound alike 5. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan_pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya 3 RUMAH SAKIT MEGA BUANA 6. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan 7. Bila kondisi tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back). SASARAN III: PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT) Maksud dan Tujuan Sasaran Ill Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Soun Alike/LASA). Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium Klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, matrium Klorida lebih pekat dari 0.9%, dan ‘magnesium sulfat ~50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak ‘mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat, Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi, Definisi Obat high alert adalah obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara salah Ketentuan penanganan obat high alert di Rumah Sakit Mega Buana 1, Rumah Sakit harus membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert) berdasarkan data yang ada di rumah sakit. RUMAH SAKIT MEGA BUANA Alamat :Jin. Andi Jemma No. 138 Palopo Sulawesi Selatan "Tetp.047 4-22: 2. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert 3. Sctiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert. 4, Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas 5. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja perhuruf. 6, Sebelum menyuntikan obat high alert harus dilakukan Cek 5 Tepat (tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian, tepat waktu), dan dilanjutkan dengan double check. Ketentuan penyimpanan obat high alert di instalasi Farmasi Rumah Sakit Mega Buana 1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat. 2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat. 3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak tersendiri/khusus 4, Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya. 5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, doubel pintu. Setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani. 6. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara Klinis. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted). 7. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan tak ada salah (double check). 8. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan. RUMAH SAKIT MEGA BUANA 4. SASARANIV_ : KEPASTIAN TEPAT - LOKASI, TEPAT - PROSEDU! ‘TEPAT PASIEN OPERASI A. Maksud dan Tujuan Sasaran IV Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang ‘menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak rm mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible handvwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini, Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission's Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery. di Rumah Sakit Mega Buana: 1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar. B. Ketentuan verifikasi praoper: 2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang tl relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang, 3. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant-implant yang dibutuhkan, 4, Tahap “Sebelum insisi” (Time out) @. Memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. 6. Dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, ¢ Melibatkan seluruh tim operasi. 5. Rumah sakit Menggunakan surgical safety check-list (WHO-2009), Tim yang Jengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan. RUMAH SAKIT MEGA BUANA Alamat :Jin, Andi Jemma No. 138 Palopo Sulawesi Sel 1474-22: C. Ketentuan penandaan lokasi operasi di Rumah Sakit Mega Buan 1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang). Perlu melibatkan pasien ‘Tanda tak mudah luntur terkena air/alkohol/betadine. Tanda Mudah dikenali Digunakan secara konsisten di Rumah Sakit. Dibuat oleh operator orang yang akan melakukan tindakan, Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat, dy sampai saat akan disayat. D. Ruang Lingkup Panduan ini diterapkan kepada seluruh tindakan yang dilakukan dari persiapan, NRWEwWH tindakan operasi dan setelah selesai operasi. Kewajiban dan tanggung jawab 1. Petugas/ perawat kamar operasi Memahami dan mengimplementasikan seluruh prosedur yang ada - Memastikan ketepatan pasien dan penandaan area yang akan dilakukan tindakan operasi - Melaporkan jika terjadi kesalahan dalam identifikasi ataupun marking area 2. Kepala bagian kamar operasi ri) - Memastikan dan memantau petugas telah melaksanakan panduan tindakan preoperasi, intra operasi, dan post operasi dengan baik - Melakukan penyelidikan jika telah terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan operasi 3. Ka. Sub Keselamatan Pasien - Melakukan pemantauan atas tata kelola panduan tindakan operasi bersama dengan kepala bagian ruang operasi - Melakukan verifikasi dan penyelidikan jika terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan operasi RUMAH SAKIT MEGA BuAnA E. Tata Laksana 1, Tata Laksana Surgical Safety Checklist yy 2) Sign In dikamar operasi oleh perawat ok dan tim anestesi - Waktu pelaksanaan dikamar operasi ( sebelum induksi anestesi) - Persiapan alat : ceklist daftar tilik keselamatan bedah dan alat tulis, informed consent - Perawat bedah (perawat sirkuler) memperkenalkan iri dan memperkenalkan dokter anestesi - Perawat sirkuler mengkonfirm ulang identitas pasien yaitu nama dan tanggal lahir dengan mencocokkan gelang identitas pasien - Perawat sirkuler mengkonfirmasi mengenai tanda tangan pada persetujuan informed consent dengan memperlihatkan form tersebut = Perawat sirkuler mengkonfirmasi tempat yang akan di operasi dengan melihat ada tidaknya penandaan pada area tersebut - Perawat sirkuler mengkonfirmasi pada pasien tentang riwayat alergi dan puasanya = Perawat sirkuler mengkonfirmasi kepada tim anestesi ( dokter anestesi dan perawat anestesi) mengenai kesiapan mesin anestesi, obat-obatan, pulse oximeter, laboratorium, iv line ~ Perawat sirkuler mengkonfirmasi kepada tim anestesi mengenai resiko aspirasi dan resiko perdarahan - Setelah sign in dilakukan dokter anestesi, perawat anestesi dan perawat sirkuler lalu melakukan penandatanganan lembar cheklist keselamatan pasien pada kolom sign in ‘Time out Sebelum dilakukan insisi oleh operator. ~ _ Perawat sirkuler meminta ijin untuk melakukan time out ( henti sejenak) - Perawat sirkuler membacakan secara verbal : tanggal operasi, identitas pasien, diagnosa, rencana tindakan,lokasi insisi,informed consent = Perawat sirkuler mengkonfirmasi kepada tim operasi a, Operator ( dokter bedah ) ~ Apakah ada kemungkinan kesulitan dalam operasi ? RUMAH SAKIT MEGA BUANA = Perkiraan lama operasinya ? - Adakah antisipasi kehilangan darah ? - Apakah profilaksis sudah diberikan ? b. Dokter anestesi ~ Adakah hal khusus pada pasien yang perlu diperhatikan ? c. Tim perawat - Sebutkan jumlah peralatan dan bahan habis pakai (kasa dan jarum) ~ Apakah sterilisasi sudah di konfirmasi sesuai indikator - Apakah perlu peralatan tambahan - Perawat sirkuler_mengkonfirmasi apakah foto. pemeriksaan radiologi perlu ditampilkan atau tidak = Sebelum memulai tindakan, perawat sirkuler memimpin doa sesuai agama dan keyakinan, - Perawat sirkuler mengkonfirmasi waktu dimulainya operasi = Setelah time out dilakukan perawat sirkuler- menandatangani lembar cheklist keselamatan bedah pada kolom time out 3) Sign Out Sebelum keluar dikamar operasi, perawat sirkuler mengkonfirmasi + Tindakan yang telah dilakukan jumlah instrument, jumlah kasa dan jarum - Penanganan sampel (jaringan) dan pemberian identitas sampel + Hal-hal yang perlu diperhatikan pada fase pemulihan dari bedah maupun anestesi = Setelah sign out dilakukan perawat sirkuler, dokter bedah, perawat anestesi, dokter anestesi menandatangani lembar ceklist_keselamatan bedah pada kolom sign out. 2. Tata Laksana Penandaan Area Operasi Berikutmerupakanteknik yang dilakukandalampenandaanlokasioperasi 1. Penandaan area operasi dilakukan oleh dokter operator sebelum pasien dibawa ke ruang operasi atau sebelum operasi dimulai 2. Penandaan area operasi dilakukan saat pasien terjaga dan sadar RUMAH SAKIT MEGA BUANA ‘Alamat Jin, Andl Jemma Mo, 138 Palopo Sulawesi Selatan 0471-222 3. Penandaan area operasi menggunakan spidol permanent dan harus tetap terlihat setelah dilakukan drapping di ruang operasi 4, Penandaan area operasi diberikan pada organ yang memiliki 2 sisi kanan dan kiri, dan multiple struktur ( jari tangan, jari kaki ), multiple level ( tulang belakang), mata dan wajah 5. Pemberian tanda tidak dilakukan pada operasi yang hanya a, Mencakup satu organ, contoh : Sectio Caesarea, bedah jantung, appendiktomy, hysterektomy, laparatomy b. Prosedur invasif : Kateterisasi jantung, venaseksi, NGT, gigi ( penandaan dilakukan pada form odontogram) Lain tain tonsilektomy, hemmoroidektomy, operasi pada genitalia d. Prosedur yang melibatkan bayi prematur dimana penandaan akan menyebabkan tato permanen 6. Tanda harus menunjuk kedaerah yang akan di operasi dengan tanda cheklist a) 7. Pada operasi organ mata penandaan dengan \ diatas alis kiri atau alis kanan 8. Khusus untuk organ maxilaris dan mandibularis penandaan menggunakan foto radiologi dengan memberi tanda V 9. Untuk luka atau lesi yang jelas terlihat penandaan tidak berlaku 10. Proses verifikasi praoperatif (sebelum insisi/ “time out”) harus dilakukan dan didokumentasikan 11, Penandaan area operasi pada formulir penandaan area operasi menggunakan tanda lingkaran (0) F. Pelaksanaan : - Ucapkan salam, “Assalamualaikum, selamat pagi/siang/sore Bapak/Ibu”, perkenalkan diri, “Saya.. (nama)", jelaskan profesi/unit kerja. = Jelaskan tugas yang akan dilakukan - _ Pastikan identitas pasien pada gelang pasien, tanyakan nama, tempat tanggal lahir. - _Jelaskan materi tentang penandaan lokasi operasi pada pasien dan atau keluarga pasien RUMAH SAKIT MEGA BUANA Alamat:Jin. Andi Jemma No. 138 Pal - Berikan tanda lokasi operasi dengan tanda yang tidak mudah luntur dan mudah dikenali dengan melibatkan pasien saat dilakukan penandaan lokasi operasi tersebu - Lakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah memahami dan mengetahui lokasi yang akan dilakukan operasi - Ucapkan terimakasih, dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik G, DOKUMENTASI Dalam pelaksanaannya pembuatan laporan panduan tepat lokasi , tepat prosedur, tepat pasien operasi 1. Lembar formulir daftar tilik keselamatan bedah pada MR 13 2. Lembar formulir penandaan area operasi pada MR 4a ( untuk laki- laki dan perempuan) ‘SPO pelaksanaan sign in, time out, sign out, pada pembedahan 4. SPO Penandaan lokasi operasi Untuk penandaan gigi yaitu dengan odontogram pada MR 7 5. SASARANV —: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN Maksud dan Tujuan Sasaran V Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan Kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien ‘maupun para profesional pelayanan Kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Ketentuan prosedur cuci tangan (hand hygiene) di Rumah Sakit Mega Buana: 1. Rumah sakit menggunakan pedoman hand hygiene terbara WHO patien safety yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum, RUMAH SAKIT 2. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia pedoman hand hygiene tersebut. 3. Penerapkan program hand hygiene yang efektif bertujuan untuk pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. 6. SASARAN VI: PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH Maksud dan Tujuan Sasaran VI Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh, Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Ketentuan pengurangan resiko jatuh di Rumah Sakit Mega Bauana 1. Melakukan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain, 2, Menerapkan langkah-langkah untuk pencegahan/mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh. 3. Memonitor hasil penerapan langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan. Ketentuan langkah-langkah untuk pencegahan/mengurangi risiko jatuh di Rumah Sakit Mega Buana: 1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan, 2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip. 3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien. 4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang. 5. Pastikan lorong bebas hambatan, 6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam jangkauan pasien, RUMAH SAKIT 7, Pasang Bedside rel. 8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur. 9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat kesadaran. 10, Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera laporkan untuk perbaikan, 1. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi 12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang. 13. Informasikan dan mendidik pasien dan/atau anggota keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh, 14, Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan. Ditetapkan di Palopo Pada Tanggal : 12 Januari 2018 Direktur Rumah Sakit Mega Buana

You might also like