Professional Documents
Culture Documents
Kel 1 B. Indonesia
Kel 1 B. Indonesia
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga
kami kelompok 1 bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat beriringkan salam
kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih saya haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia,
Bapak Ewin Sanjaya Gajah, M.Pd. . Dengan arahan serta bimbingan yang telah ibu berikan
kami dapat menyiapkan makalah ini.
saya haturkan Terima Kasih terhadap seluruh yang menolong pembuatan makalah ini.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka. Harapan penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik masa kini maupun masa akan datang. Kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1........................................................................................................................................
Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2........................................................................................................................................
Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Pra kemerdekaan............3
2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Kemerdekaan.....................................6
2.3 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman reformasi sampai sekarang ................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................31
3.2 Saran.............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sumpah Pemuda yang dihasilkan Kongres Pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928
berisi tiga deklarasi tentang nasionalisme Indonesia terkait dengan kesatuan bangsa, kesatuan
tanah air, dan bahasa persatuan Indonesia.
Kebermaknaan Sumpah Pemuda sebagai deklarasi atas kebangsaan, tanah air, dan
bahasa, karena kita bangsa Indonsia terdiri atas beribu-ribu pulau (13 ribu lebih), banyak
suku bangsa (652), beratus-ratus bahasa daerah (742), serta beragam keyakinan keagamaan.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia mengenal falsafah bhinneka tunggal ika. Antara bahasa
Indonesia dengan rasa kebangsaan Indonesia terdapat hubungan kejiwaan yang saling
menentukan (Muslich dan Oka, 2010: 72).
Bahkan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan simbiosis antara bahasa Indonesia
dan nasionalisme kita. Kesamaan lingua franca (bahasa Melayu) antarsuku bangsa turut
memicu lahirnya nasionalisme kita, dan sebaliknya nasionalisme kita memperkuat posisi
bahasa Melayu sebagai lingua franca yang akhirnya menjadi bahasa nasional bangsa
Indonesia.
Apabila ditinjau dari prespektif historis Negara Indonesia, bahasa Indonesia diadopsi
dari prototipe bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa daerah yang
berada di Negara Indonesia. Bahasa Melayu telah dipakai sebagai lingua franca selama
berabadabad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Berdasarkan bukti-bukti sejarah
yang ditemukan, seperti: prasasti yang ditemukan di Palembang, Jambi dan Bangka, dapat
diambil sebuah analisia bahwa bahasa Melayu sudah dipergunakan sejak dulu di beberapa
wilayah Indonesia khususnya di wilayah-wilayah sumatera dan terdapat beberapa kerajaan
besar yang berpengaruh pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar
yang terletak di wilayah Sumatera. Seiring dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya, bahasa
Melayu mengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan sosio kultural pada tata
kehidupan masyarakat terus berlangsung searah dengan perkembangan zaman, termasuk
perubahan kedudukan bahasa Melayu bagi bangsa Indonesia. Pada saat perjuangan
kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu dalam berinteraksi antar suku
bangsa yang ada di Indonesia.
1
bertepatan dengan sebuah peristiwa bersejarah dalam perjalanan Bangsa Indonesia, peristiwa
tersebut sering kita kenal dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Tujuan dari
lahirnya bahasa Indonesia pada saat sumpah pemuda pada dasarnya agar bangsa Indonesia
memiliki bahasa persatuan yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia melalui bahasa yang
dilatar belakangi oleh banyaknya bahasa daerah yang ada. Sebelum adanya bahasa Indonesia,
belum ada bahasa yang memiliki fungsi untuk mempersatukan bangsa dalam prespektif
persatuan dan kesatuan bangsa.
Berkaitan dengan tema tulisan ini, yaitu sejarah dan perkembangan bahasa indonesia,
permasalahan yang dibahas adalah sejarah bahasa Indonesia pra kemerdekaan, pada masa
kemerdekaan dan pada masa reformasi, Tulisan ini dibuat sebagai hasil kajian pustaka atas
topik ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Dan Perkembangan Bahasa Indonesia Pada Zaman Pra Kemerdekaan
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Dari bukti ini dapat diduga bahwa secara lisan beberapa abad sebelumnya bahasa
Melayu sudah digunakan masyarakat penuturnya (orang Melayu). Ada 5 faktor yang
mendorong tersebarnya bahasa Melayu di nusantara ini. Pertama, bahasa Melayu
adalah bahasa yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan di
nusantara ini yang berpusat di Sumatera bagian Selatan dan Riau (Ophuijsen, 1983).
Kerajaan Sriwijaya pada masanya pernah menguasai wilayah yang cukup luas di
nusantara ini, sehingga bahasa Melayu sebagai bahasa kerajaan menyebar seiring
dengan meluasnya wilayah kerajaan Sriwijaya.
Faktor keempat, letak geografis kerajaan Sriwijaya ini di selat Melaka menjadi
pintu masuk para pedagang dari dan ke nusantara sehingga frekuensi dan intensitas
pertemuan dan komunikasi sangat tinggi di jalur ini.
Faktor kelima adalah bahasa dan sastra Melayu. Bahasa Melayu memiliki sistem
bahasa yang sangat sederhana, tidak mengenal tingkat kebahasaan, serta terbuka,
3
sehingga mudah dipelajari, sedangkan dari segi kesusastraan, sastra Melayu sudah
demikian tinggi yang berarti bahwa bahasa Melayu sudah mempunyai tradisi
kesusastraan yang sudah sangat baik.
Kelima faktor di atas yang membuat bahasa Melayu tersebar dan digunakan di
nusantara ini dalam komunikasi antarsuku dan antarbangsa, bagi kepentingan
perdagangan, kebudayaan, pendidikan, dan keagamaan. Dalam kondisi ini
memposisikan bahasa Melayu tidak hanya sebagai bahasa daerah, tetapi sudah menjadi
bahasa perantara ‘lingua franca’ dari berbagai suku dan bangsa yang berbeda bahasa di
nusantara ini. Bahkan oleh Van Ophuijsen (1983) disebutnya sebagai bahasa
internasional.
Pendirian Komisi Bacaan Rakyat tahun 1908 dan kemudian diubah menjadi Balai
Pustaka pata tahun 1917 sebagai lembaga pemerintah Hindia Belanda yang
menerbitkan dan menyediakan bahan bacaan rakyat dalam berbagai sektor kehidupan
dalam bahasa Melayu membuat berkembangnya dan tersebarnya bahasa Melayu di
seluruh wilayah nusantara. Demikian pula terbitnya majalah Pujangga Baru oleh Sutan
Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan yang berwawasan nasionalisme dan kebudayaan
modern menjadikan bahasa Indonesia sebagai media perjuangan bangsa bagi kemajuan
kehidupan yang maju dan modern juga memberi andil dalam perkembangan dan
pertumbuhan bahasa Indonesia. Masa pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda
setelah Jepang mengalahkan Belanda nusantara ini merupakan masa yang amat berarti
bagi perkembangan bahasa Indonesia. Jepang sebagai penguasa baru tidak ingin segala
hal yang berbau Belanda digunakan, termasuk bahasa. Jepang berkeinginan agar bahasa
Jepang yang digunakan di wilayah pendudukan ini. Namun penguasaan bahasa tidak
4
semudah menguasai suatu wilayah, penguasaan dan penggunaan bahasa memerlukan
proses yang panjang. Dalam kondisi transisi ini, pertimbangan yang sangat realistis
adalah digunakannya bahasa pribumi.
Dalam hal ini, dipilihlah bahasa Melayu (Indonesia) sebagai bahasa dalam
pemerintahan dan pendidikan atau pengajaran sehingga pada masa pendudukan Jepang
ini bahasa Indonesia digunakan secara resmi sebagai bahasa pemerintahan dan
pendidikan atau pengajaran. Perjuangan pergerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh
rakyat Indonesia, baik perlawanan fisik berupa peperangan maupun dalam bentuk
politik, ditunjang pula oleh perkembangan dan kondisi wilayah Hindia Belanda di
nusantara ini. Kekalahan Belanda atas Jepang dan kemudian kekalahan Jepang atas
sekutu menyebabkan terjadinya kevakuman kekuasaan di wilayah Hindia Belanda ini.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, namun bahasa Indonesia bukan
bahasa Melayu, karena bahasa Indonesia sudah sangat berbeda dengan bahasa Melayu.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia sangat banyak menyerap kosakata dari
berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah di Indonesia. Bahasa asing
yang berkontribusi dalam pengembangan bahasa Indonesia meliputi bahasa Sanskerta,
bahasa India, bahasa Tamil, bahasa Portugis, bahasa Parsi, bahasa China, bahasa
Jepang, bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, sedangkan
5
dari bahasa daerah meliputi bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Minang,
bahasa Palembang, bahasa Bugis, bahasa Banjar, bahasa dari Papua, bahasa dari
Maluku, dan lain-lain.
1
M. Junaedi, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, PT. Mitra Aksara Paitan, Jakarta 2019, hal : 52.
6
Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah
Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh
berbagai lapisan masyarakat indonesia2.
2
Ahmad Muhsin, “SEJARAH dan STANDARISASI BAHASA INDONESIA,”SINAR BARU ALGESINDO, (2020) hal : 25-
27.
7
pembinaan dan perkembangan bahsa Indonesia harus lebih ditingkatkan
sehingga amanat yang tercantum dalam garis-garis besar haluan negara, yang
mewajibkan pada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
f) Kongres bahasa indonesia V yang diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
s.d 3 November 1988. Yang dihadiri oleh 700 pakar bahasa indonesia dari
seluruh Nusantara (sebutan bagi Nergara Indonesia) dan peserta tamu dari
Negara sahabat seperti Brunai Darussalam, Jerman, Malaysia, Singapura,
Belanda, dan Australia. Kongres itu ditandai dengan dipersembahkannya karya
besar pusat pembinaan dan pengenbangan bahasa kepada pecinta bahasa di
Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
g) Kongres bahasa Indonesia VI yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober s.d 2 November 1993. Peserta sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan meliputi 53 peserta tamu dari manca Negara seperti Brunai
Darussalam, Australia, Jerman, Hongkong, India, Jepang, Korea Selatan, dan
Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia, serta diusulkan agar disusunnya UU bahasa
Indonesia.
h) Pada tahun 1953, Kanus Besar Bahasa Indonesia muncul pertama kalinya yang
disusun oleh Poerwodaminta. Dikamus tersebut tercatat jumalah Lema (kata)
dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000 kata.
i) Pada 1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat
menambah 1.000 kata baru.
j) Pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar biasa dalam bahasa Indonesia.
Dari 23.000 kata, telah berkembang menjadi 62.000 pada tahun 1988.
Selainitu, setelah bekerjasam dengan dewan nahasa dan pustaka Brunai,
berhasil dibuat 340.000 istilah baru di berbagai bidang ilmu.
k) Pada tahun 1980-an ketika terjadi peledakan ekonomi secara luar biasa, saat
properti masuk ke perkantoran dan pusat perbelanjaan, banyak istilah asing
masuk ke Indonesia. Istilah asing arak digunakan sehingga pemerintah
khawatir.
8
l) Pada tahun 1995 terjadi pencanangan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar. Nama-nama gedung, perumahan dan pusat perbelanjaan yang berbau
asing di ganti dengan nama yang berbahasa indonesia.
m) Kongres bahasa Indonesia VII: Kongres bahasa Indonesia ketujuh
dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 1998 di Jakarta. Hasil dari kongres
bahasa Indonesia ke tujuh yaitu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan Bahasa Indonesia.
n) Kongres Bahasa Indonesia VIII: Kongres bahasa Indonesia kedelapan
diselenggarakan pada tanggal 14-17 Oktober 2003 di Jakarta. Pada kongres
bahasa Indonesia ke tujuh menghasilkan kesepakatan pengusulan bulan
Oktober dijadikan bulan bahasa. Agenda pada bulan bahasa adalah
berlangsungnya seminar bahasa Indonesia di berbagai lembaga yang
memperhatikan bahasa Indonesia.
o) Kongres Bahasa Indonesia IX: Kongres bahasa Indonesia kesembilan
dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres
bahasa Indonesia ke lima membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia,
bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan
sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional
yang menghadirkan pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri.
Kongres ini membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah
penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media
massa. Kongres bahasa ini berskala internasional yang menghadirkan
pembicara-pembicara dari dalam dan luar negeri. Pakar bahasa dan
sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa
Indonesia di luar negeri diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya
dalam Kongres Bahasa Indonesia IX ini.
p) Kongres Bahasa Indonesia X: Kongres bahasa Indonesia yang kesepuluh
dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober 2013 di Jakarta. Hasil dari kongres
bahasa Indonesia ke sepuluh merekomendasikan yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), merekomendasikan hal-hal yang perlu dilakukan
pemerintah3.
3
Ade Suryani Nasution, “SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA,”JURNAL MULTI DISIPLIN DEHASEN
(MUDE), Vol 1 No. 3 (2022) hal : 201
9
3. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia Pada Masa Kemerdekaan
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut
disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga
terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam
komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan
ejaan bahsa Indonesia terdiri dari :
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles
Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi
diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.Ciri - ciri dari ejaan ini yaitu:
Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya
harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa, Huruf j untuk
menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb, Huruf oe untuk menuliskan
kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb, Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema, untuk menuliskan katakata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
10
Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) adalah ejaan Bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan
bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu,
Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan
untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua
negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16
Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin ( Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia )
bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini
dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama ( ERB ). Selanjutnya Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian
berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
11
Awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan
‘di’pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
Perbedaan - perbedaan antara ejaan Soewandi dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
a). huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru. Bunyi hamzah dan bunyi
sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti
pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. Kata ulang boleh ditulis dengan
angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2an.
b). Awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak
dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan. Ejaan Soewandi ini
berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (
EYD ) pada masa menteri Mashuri Saleh4.
Penguasaan terhadap sebuah bahasa akan meliputi berbagai aspek pula yaitu: aspek
fonologi, morfologi, sintaksis leksikon, bahkan sampai wacana. Dengan penguasaan seperti
itu, pada setiap penutur bahasa selalu mempunyai dua kecendrungan, sebagaimana
dinyatakan oleh Martinet (1967), yakni (1) keinginan untuk melakukan komunikasi secara
4
Zetty Karyati, “ANTARA EYD DAN PUEBI: SUATU ANALISIS KOMPARATIF,”Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 (2016) hal :
176-178
12
efektif yaitu supaya pesan yang disampaikan atau di komunikasikan dapat diterima secara
lengkap, dan (2) keinginan untuk bertindak ekonomis, yaitu menghemat energi (mental dan
fisik) dalam bahasa, yang berakibat pada ringkasnya unsur bahasa yang digunakan. Kedua
kecendrungan itu seringkali bertolak belakang, meskipun secara alamiah setiap penutur yang
“bijaksana” akan berusaha menjaga keseimbangan antara kedua kecendrungan itu.
Penguasaan keterampilan berbahasa juga termasuk tingkat penalaran didalamnya. Oleh
karena itu orang memiliki kemampuan untuk memilih bentuk-bentuk kebahasaan yang
diinginkan.
Penguasaan bahasa secara mendalam terlebih terhadap bahasa nasional seperti bahasa
indonesia misalnya, atau bahasa daerah sebaagai bahasa ibu seseorang, akan tetap menjaga
keberadaannya, kendati seseorang menguasai banyak bahasa asing (daerah lain) dalam
kehidupannya secara struktutral sebuah bahasa dibangun oleh kaidah-kaidahnya, yang
sekaligus menjaga kerangka, yang sekaligus menjadi kerangka banguna tersebut. Sebagai
kerangka suatu bangunan dalam bahasa, struktur merupakan suatu aspek yang tidak mudah
berubah karena berada didalam kognisi para pemakainya. Kaidah-kaidah tersebut hidup
didalam suatu masyarakat bahasa sehingga akan terpelihara dalam pemakaian dan tidak akan
mudah hilang atau terganti oleh bahasa lain.
B. Perkembangan Bahasa
Dalam pergerakan dan perjalanan jaman bahasa indonesia juga ikut bergerak dan
berkembang. Meskipun demikian perkembangan itu tidak sampai kepada taata bahasanya ,
melainkan lebih kearah kosa kata, ungkapan maupun konotasi. Pada era global mau tak mau
indonesia ikut mengalir dalam arus tersebut. Segala sesuatu bersifat universal. Yang
dimaksud globalisai adalah suatu proses masuknya kedalam suatu masyarakat unsur-unsur
kebudayaan luar yang bersifat mendunia dan berciri internasional. Dalam kenyataan dewasa
ini, kebudayaan internasional itu adalah kebudayaan nasional dari berbagai masyarakat
negara maju indonesia ialah bahasa melayu disesuaikan dengan pertumbuhan dalam
masyarakat indonesia.
Bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting digunakan oleh manusia untuk
saling berinteraksi, komunikasi, dan mengekspresikan diri dengan orang lain disekitarnya.
13
Dengan bahasa orang akan bisa mengerti apa yang hendak disampaikan dan ditujukan kepada
oranglain. Selain itu bahasa juga memiliki kedudukan penting dalam suatu negara yaitu
sebagai identitas negara itu sendiri. Namun pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan
bahasa semakin pesat, terutama bahasa-bahasa asing yang ramai bermunculan tidak hanya
dalam media massa lokal tapi jugaluar negeri. Seperti misalnya perekrutan karyawan di
perusahaan-perusahaan asing yang disyaratkan untuk bisa berbahasa Inggris dengan lancar.
Seperti yang kita ketahui bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang
digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya
bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, maka orang akan cenderung memilih untuk
menguasai bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional
serta tidak buta akan informasi dunia. Mempelajari bahasa asing memang penting untuk
mengembangkan kemampuan kita agar bisa bersaing di dunia internasional, tapi kita juga
jangan membiarkan bahasa negeri sendiri dilupakan, kita harus tetap menjaga, melestarikan
dan membudayakan bahasa nasionalkita yakni Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia saat ini agar kita terus dapat
melestarikannya kepada generasi-generasi kita yang akan datang.
Pada tahun 1928 saat dilangsungkannya Kongres Pemuda pada tanggal 28 Oktober,
bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa Indonesia dan diikrarkan sebagai bahasa
persatuan atau bahasa nasional dalam Sumpah Pemuda.
14
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada
tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat pasal yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Pernyataan dalam pasal
tersebut mengandung konsekuensi bahwa selain menjadi bahasa nasional bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa negara sehingga dipakai dalam semua urusan yang
berkaitan dengan pemerintahan dan negara.
Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian
terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata
baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata
umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru
membawa perubahan buruk bagi bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia
makin marak di era reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia
15
sempat terpinggirkan. Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam
perkembangan bahasa Indonesia adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh
pers Djafar Assegaf menuding sekarang ini kita tengah mengalami “krisis penggunaan bahasa
Indonesia” yang amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada situasi “tiada tanggung
jawab” terhadap pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa kini
cenderung menggunakan bahasa asing padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia. Ini menunjukkan penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar.
Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada konsep yang
utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik
perusahaan pers karena mereka cenderung memikirkan pangsa pasarnya, persaingan usaha
antarmedia dan selera pribadi. Ada dua kecenderungan dalam pers saat ini yang dapat
menimbulkan kekhawatiran akan perkembangan bahasa Indonesia. Pertama, bertambahnya
jumlah kata-kata singkatan (akronim). Kedua, banyak penggunaan istilah-istilah asing atau
bahasa asing dalam surat kabar.
Namun, pers juga telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan
ungkapan baru seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif,
rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang
terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas di kalangan
tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua
setelah bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir
sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia,
dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa
Indonesia tersebut umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa
kalangan yang beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum dengan alasan globalisasi,
percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing justru semakin marak. Kata-kata seperti
“new arrival”, “sale”, “best buy”, “discount”, terpampang dengan jelas di berbagai toko dan
pusat perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia yang salah.
Malahan tidak sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata dalam bahasa
asing.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar
mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa
16
Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia
semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari
multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat
perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua
elemen bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk
kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga
memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara
besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari kalangan
masyarakat dan pelajar di Indonesia sendiri.
Banyak yang menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan bahasa
lain seperti bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jerman,
bahasa Mandarin dan bahasa lainnya. Pelajar dan para pemuda juga menganggap sepele
bahasa Indonesia. Kebanyakan dari mereka mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku,
tidak bebas dan terasa kurang akrab. Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal
dengan bahasa gaul yang merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa
Indonesia. Keadaan ini berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu, di saat para
pelajar dan pemuda dengan semangat cinta tanah air menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan, bukan bahasa lainnya seperti Bahasa Belanda ataupun bahasa daerah.
Alhasil, akibat pelajar menganggap sepele pelajaran bahasa Indonesia, banyak dari pelajar itu
sendiri mendapatkan nilai yang rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya lagi,
sebagian penyebab banyaknya pelajar yang tidak lulus Ujian Nasional adalah karena
mengganggap sepele pelajaran bahasa Indonesia.
17
Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat
mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar bahasa Indonesia
menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia belakangan ini menunjukkan gejala
penurunan. Gejala penurunan itu baik dari aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi
jumlah peminatnya. Penurunan intensitas penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia
untuk penutur asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri
menurunnya minat itu akibat penyelenggaraan pengajaran untuk penutur asing itu sendiri
maupun kondisi dari dalam negeri sendiri.
Penurunan minat itu terjadi di negara seperti Australia, Belanda, dan Jerman. Hal itu
akibat politik di negara tersebut, di Jerman bahkan pelajaran bahasa Indonesia di kampus-
kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup program ini, tertutup juga upaya untuk
meningkatkan citra Indonesia di sana. Kurangnya minat mempelajari Bahasa Indonesia di
beberapa negara diantaranya juga karena kurangnya sumber daya manusia. Namun sejak itu
pun ada peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari negara seperti China, Jepang, AS,
Mesir, dan negara Arab, serta negara serumpun berkembang pesat.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia mengembangkan pengajaran bahasa Indonesia untuk
penutur asing, dengan pemasyarakatan alat uji bahasa Indonesia yang disebut Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI). Pusat Bahasa juga mencoba mensosialisasikan setiap
programnya kepada instansi lain seperti membuka pusat-pusat kebudayaan Indonesia di
beberapa negara. Pusat Kebudayaan ini sekaligus sebagai ajang promosi Indonesia pada
masyarakat dunia. Saat ini pusat kebudayaan Indonesia itu sudah diupayakan didirikan di
Canbera Australia, Los Angles AS, dan Washington DC AS.intelek adalah mereka-mereka
yang menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total
memakai bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa
Indonesia.
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah, kata-kata dan ungkapan baru,
seperti korupsi, polusi, Nepotisme, kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
18
propokator,arogan, hujat, makar, dan sebagainya.Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser
menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi
pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan
penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun Mencampuradukkan bahasa
Inggris dan bahasa Indonesia.
salah satu media viral seperti instagram saat kunjungan di masyarakat, pidato
kenegaraan dan lain-lain dengan caption (keterangan foto) yang cenderung membangun citra
mereka.
Selain itu di era ini bahasa memiliki penyelewengan makna yang sering diutarakan
oleh kalangan masyarakat kita seperti misalnya muncul istilah “melempar bola panas”. Selain
aspek politik, di dalam aspek sosial masyarakat lebih miris lagi. Perkembangan bahasa
Indonesia cenderung mengalami anarkisme bahasa jika di dalam aspek sosial. Hal ini dapat
dilihat dari fenomena hari ini bahwa penggunaan bahasa Indonesia seringkali digunakan
sebebas mungkin dengan bahasa lain seperti fenomena “kids jaman now.”
Dalam aspek ekonomi pun demikian. Di era ini bahasa jika kita analisis lebih jauh
dapat ditemukan bahwa bahasa terindustrialisasikan, dibatasi dan dibawa ke wacana pasar
bebas. Seperti yang kita ketahui pasar bebas merupakan wacana ekonomi global dengan
karakteristiknya yang bebas bagi arus investasi dan transfer ketenagakerjaan. Baru-baru ini
pemerintah melalui Menaker menghapus kebijakan penggunaan bahasa Indonesia oleh TKA
di negara tempat ia bekerja. Seperti yang dikutip dari pemberitaan kompas.com, Menaker
melalui kebijakan ini menegaskan bahwa kebijakan ini tidak lain untuk menumbuhkan iklim
investasi yang besar-besaran di Indonesia.
19
bahwa salah benar ini Negaraku, atau muncul opini lanjutan “jangan tanyakan apa yang
diberikan Negara padamu tapi tanyakan apa yang kamu berikan pada Negaramu.”
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan mengenai perkembangan Bahasa Indonesia
pada era ini sangat mengalami kemunduran yang cukup drastis dari penggunaannya dan
cenderung dipolitisasi menuju wacana rezim yang belum jelas dan cenderung fasis. Selain itu
alih-alih akan menginternasionalkan bahasa Indonesia, jelas melalui menaker terkait TKA
akan bahasa Indonesia merupakan bentuk pembatasan yang nyata. Ditambah dengan
anarkisme bahasa di kalangan masyarakat jelas akan berimbas pada pudarnya bahasa sebagai
identitas nasional.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata
baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata
umum telah berjumlah 78.000.
Namun, angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan
buruk bagi bahasa Indonesia. Kerancuan penggunaan bahasa Indonesia makin marak di era
reformasi.
Penggunaan bahasa asing kembali marak dan bahasa Indonesia sempat terpinggirkan.
Pada zaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam perkembangan bahasa
Indonesia adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Tokoh pers Djafar Assegaf
menuding sekarang ini kita tengah mengalami “krisis penggunaan bahasa Indonesia” yang
amat serius. Media massa sudah terjerumus kepada situasi “tiada tanggung jawab” terhadap
20
pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media massa kini cenderung menggunakan
bahasa asing padahal dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini menunjukkan
penghormatan terhadap bahasa Indonesia sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan antara
lain oleh perubahan zaman, reformasi yang tidak ada konsep yang utuh, sikap tidak percaya
diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik perusahaan pers karena mereka
cenderung memikirkan pangsa pasarnya, persaingan usaha antarmedia dan selera pribadi. Ada
dua kecenderungan dalam pers saat ini yang dapat menimbulkan kekhawatiran akan
perkembangan bahasa Indonesia. Pertama, bertambahnya jumlah kata-kata singkatan
(akronim). Kedua, banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing dalam surat
kabar. Namun, pers juga telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan
ungkapan baru seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif,
rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut memang
terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas di kalangan
tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua
setelah bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir
sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran antara bahasa asing, bahasa Indonesia,
dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa
Indonesia tersebut umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa
kalangan yang beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek adalah mereka-mereka
yang menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total
memakai bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut ke dalam bahasa
Indonesia.
Dengan alasan globalisasi, percampuran bahasa Indonesia dengan bahasa asing justru
semakin marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”, “best buy”, “discount”, terpampang
dengan jelas di berbagai toko dan pusat perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia yang salah. Malahan tidak sedikit media yang memberikan
judul acara dengan kata-kata dalam bahasa asing.
Saat ini penggunaan bahasa Indonesia baik oleh masyarakat umum, maupun pelajar
mengalami maju-mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa
Indonesia hingga ke pelosok daerah semakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa Indonesia
semakin dikenal masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat Indonesia yang terdiri dari
21
multisuku, multietnis, multiras, dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat
perbedaan bahasa, kini dengan adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, semua
elemen bangsa dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk
kemajuan dalam bahasa Indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa Indonesia juga
memiliki kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara - negara
besar seperti Amerika Serikat, bahasa Indonesia menjadi terpinggirkan.
Bahkan dari kalangan masyarakat dan pelajar di Indonesia sendiri. Banyak yang
menganggap sepele bahasa Indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain seperti bahasa
Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahasa Mandarin dan
bahasa lainnya. Pelajar dan para pemuda juga menganggap sepele bahasa Indonesia.
Kebanyakan dari mereka mengganggap bahasa Indonesia terlalu kaku, tidak bebas dan terasa
kurang akrab. Mereka lebih menyukai bahasa baru yang dikenal dengan bahasa gaul yang
merupakan campuran dari bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa Indonesia. Keadaan ini
berbalik 180 derajat dari keadaan 78 tahun yang lalu, di saat para pelajar dan pemuda dengan
semangat cinta tanah air menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, bukan
bahasa lainnya seperti Bahasa Belanda ataupun bahasa daerah. Alhasil, akibat pelajar
menganggap sepele pelajaran bahasa Indonesia, banyak dari pelajar itu sendiri mendapatkan
nilai yang rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Parahnya lagi, sebagian penyebab
banyaknya pelajar yang tidak lulus Ujian Nasional adalah karena mengganggap sepele
pelajaran bahasa Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia itu
menganggap remeh pelajaran bahasa Indonesia. Pertama, karena masyarakat Indonesia
merasa tidak perlu lagi belajar bahasa Indonesia karena mereka sudah berbangsa dan bisa
berbahasa Indonesia seadanya. Padahal sebenarnya belum tentu mereka bisa dan mampu
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kedua, karena adanya kemunduran dan
kemerosotan ekonomi Indonesia sejak beberapa tahun terakhir sehingga timbul rasa malu
berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat Indonesia dalam pergaulan internasional.
Ketiga, sebagai akibat adanya globalisasi yang membuat timbulnya pengaruh terhadap
penggunaan bahasa Indonesia dikalangan masyarakat Indonesia.
Sejak zaman reformasi tahun 1998 Bahasa Indonesia mengalami penurunan minat
mempelajarinya di beberapa negara di dunia. Minat orang asing belajar bahasa Indonesia
menurun akibat kondisi pengajaran bahasa Indonesia belakangan ini menunjukkan gejala
penurunan. Gejala penurunan itu baik dari aspek intensitas penyelenggaraan maupun dari segi
jumlah peminatnya.
22
Penurunan intensitas penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur
asing ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain, dari dalam negeri menurunnya minat
itu akibat penyelenggaraan pengajaran untuk penutur asing itu sendiri maupun kondisi dari
dalam negeri sendiri. Penurunan minat itu terjadi di negara seperti Australia, Belanda, dan
Jerman. Hal itu akibat politik di negara tersebut, di Jerman bahkan pelajaran bahasa
Indonesia di kampus-kampus peminatnya berkurang. Kalau sampai ditutup program ini,
tertutup juga upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di sana. Kurangnya minat
mempelajari Bahasa Indonesia di beberapa negara diantaranya juga karena kurangnya sumber
daya manusia. Namun sejak itu pun ada peningkatan mempelajari Bahasa Indonesia dari
negara seperti China, Jepang, AS, Mesir, dan negara Arab, serta negara serumpun
berkembang pesat.
a. keanggotaannya terdiri dari dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai
kepedulian terhadap bahasa dan sastra
b. tugasnya memberikan nasihat kepada pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan pusat pembinaan
dan pengembangan bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, pusat bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata
baru. Dengan demikian sudah ada 590.000 kata diberbagai bidang ilmu. Sementara kata
umum telah berjumlah 78.000.
Namun angin reformasi yang muncul sejak tahun 1998 justru membawa perubahan
buruk bagi bangsa indonesia. Keracunan penggunaan bahasa indonesia makin marak di era
23
reformasi. Penggunaan bahasa asing kembali memarak dan bahasa indonesia sempat
terpinggirkan. Pada jaman reformasi salah satu pihak yang memiliki andil dalam
perkembangan bahasa indonesia adalah media massa baik cetak maupun elektronik. Media
massa kini cendrung mebggunakan bahasa asing padahal dapat diterjemahkan kedalam
bahasa indonesia. Ini menunjukkan penghormatan kepada bahasa indonesia sudah mulai
memudar.
Hal ini disebabkan antara lain perubahan jaman, reformasi yang tidak ada konsep
yang utuh, sikap tidak percaya diri dari wartawan, redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik
perusahaan pers karena mereka cendrung memikirkan pangsa pasarnya, persaingan antar
media dan selera pribadi. Ada dua kecendrungan dalam pers saat ini yang dapat menimbulkan
kekhawatiran akan perkembangan bahasa indonesia. Pertama, bertambahnya jumlah kata-kata
singkatan (akronim). Kedua, banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing dalam
surat kabar. Namun pers juga telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan
ungkapan baru seperti KKN (korupsi,kolusi,nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif,
rekonsilisasi, provokator, arogan, hujat, makar dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut
memang terdapat di kamus, tetapi tidak digunakan secara umum atau hanya terbatas
dikalangan tertentu saja.
Selain itu, saat ini bahasa indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua
setelah bahasa inggris ataupun bahasa gaul. Dikalangan pelajar maupun remaja sendiri lahir
sebuah bahasa baru yang merupakan percampuran antara bahasa asing, bahasa indonesia dan
bahasa daerah. Bahasa tersebut disebut dengan bahasa gaul. Keterpurukan bahasa indonesia
tersebut umumnya terjadi pada generasi muda. Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang
beranggapan dan meyakini bahwasannya kaum intelek adalah mereka-mereka yang
menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik yang total memaakai
bahasa asing ataupun mencampuradukkan bahasa asing tersebut kedalam bahasa indonesia.
Dengan alasan globalisasi percampuran bahasa asing dengan bahasa indonesia justru
semakin marak. Kata-kata seperti “new arrival”, “sale”, “best buy”, “discount” terpampang
dengan jelas diberbagai toko dan pusat perbelanjaan. Media pun ikut mempengaruhi
penggunaan bahasa indonesia yang salah.
Malahan tidak sedikit media yang memberikan judul acara dengan kata-kata asing. Saat ini
penggunaan bahasa indonesia baik oleh masyarakat umum maupun pelajar mengalami maju
mundur. Perkembangan teknologi saat ini membuat penyebaran bahasa indonesia hingga ke
24
pelosok daerah semaakin mudah dan berkembang pesat. Bahasa indonesia semakin dikenal
masyarakat. Jika pada awalnya masyarakat indonesia yang terdiri dari multisuku, multietnis,
multiras dan multiagama susah bergaul antara sesama karena terdapat perbedaan bahasa, kini
dengan adanya bahasa indonesia semua elemen bangsa dapat berkomunikasi, ini merupakan
suatu bentuk kemajuan bahasa indonesia. Selain mengalami kemajuan, bahasa indonesia juga
mengalami kemunduran. Akibat pengaruh globalisasi dan pengaruh besar dari negara0negara
besar seperti Amerika serikat, bahasa indonesia menjadi terpinggirkan. Bahkan dari kalangan
masyarakat dan pelajar di indonesia sendiri. Banyak yang menganggap sepele bahasa
indonesia dan lebih mementingkan bahasa lain seperti bahasa inggris. Pelajar dan para
pemuda juga menganggap sepele bahasa indonesia. Meteka lebih menyukai bahasa baru yang
dikenal dengan bahasa gaul.
Kees Groeneboer dalam tulisannya yang berjudul “Politik Bahasa pada Masa Hindia
Belanda” di jurnal Wacana, No. 1 tahun 1999 mencatat bahwa pada tahun 1941 bahasa
Melayu menjadi pelajaran wajib di MULO dan di Sekolah Dagang. Yang dimaksud bahasa
Melayu di sini tidak lain adalah bahasa Indonesia yang sudah diposisikan sebagai bahasa
persatuan.
25
proklamasi pun dirumuskan dan disusun dalam bahasa Indonesia? Demikian pula pada
penyusunan UUD 1945.
Di zaman merdeka, peran dan fungsi bahasa Indonesia bertambah jelas. Hal itu
tercermin pada bunyi Pasal 36, Bab XV, UUD 1945 yang dengan sendirinya membangkitkan
masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia, misalnya saja pada masa berkecamuknya
revolusi 1945. Pada masa itu banyak semboyan yang berasal dari inisiatif warga masyarakat
yang ditulis dalam bahasa Indonesia.
Salah satu tonggak penting dalam perkembangan bahasa Indonesia di masa itu adalah
mulai diterapkannya ejaan Soewandi pada tahun 1947. Ejaan Soewandi merupakan
penyempurnaan terhadap ejaan van Ophuijsen yang semula diperuntukkan bagi bahasa
Melayu.
Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian
terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Selain itu sampai tahun 2007, Pusat Bahasa berhasil menambah kira-kira 250.000 kata
baru. Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata
umum telah berjumlah 78.000. Namun, angin reformasi ya…Sumatra Utara pada naskahnya
yang berjudul “Kongres Bahasa Indonesia dari Masa ke Masa”,
KBI III yang dihadiri oleh 419 peserta ini mendiskusikan masalah kebahasaan yang
dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu (a) fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana
pemersatu bangsa Indonesia dan sarana perhubungan antardaerah dan antarbudaya di
Indonesia; (b) fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pemerintahan dan ketahanan nasional,
sebagai unsur pendidikan dan pengajaran, sebagai sarana pendukung pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan sebagai sarana komunikasi; dan (c) pembinaan dan
pengembangan bahasa daerah.
26
Kesimpulan diskusi pada KBI III menghasilkan rekomendasi, yaitu pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan (1) kebijaksanaan kebudayaan,
keagamaan, sosial, politik, dan ketahan nasional; (2) bidang pendidikan; (3) bidang
komunikasi; (4) bidang kesenian; (5) bidang linguistik; dan (6) bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Persoalan yang dibahas pada KBI IV tidak hanya persoalan yang terkait kebahasaan,
tetapi juga kesastraan dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kaitannya dengan komunikasi massa serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Kongres ini juga bertujuan untuk memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
sebagai sarana komunikasi pemerintahan, sarana pengembangan kebudayaan, sarana
pendidikan dan pengajaran, serta sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Tahun 1988, tepatnya pada tanggal 28 Oktober—3 November 1988, KBI V digelar di
Jakarta. Kongres ini bertujuan untuk memantapkan peran bahasa Indonesia sehubungan
dalam memperlancar usaha pencerdasan bangsa sebagai jembatan untuk mencapai
kesejahteraan sosial yang adil dan merata. Adapun tema yang diusung dalam KBI IV ini
adalah ”Menjunjung Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dalam Konteks
Pembangunan Nasional”.
Kongres ini juga mengangkat tiga subtema, yaitu (a) Peningkatan Mutu dan Peran
Bahasa Indonesia Memperlancar Usaha Pencerdasan Bangsa, (b) Bahasa Indonesia
Merupakan Sarana Pemantapan Pembangunan Ketahanan Nasional, (c) Kemampuan
Berbahasa Merupakan Jembatan Menuju Kesejahteraan yang Adil dan Merata.
27
Peran Bahasa dan Sastra dalam Pembangunan Bangsa (11 judul); (2) Pengembangan Bahasa
dan Sastra (8 judul); (3) Pembinaan Bahasa dan Sastra (8 judul); (4) Pengajaran Bahasa dan
Sastra (2 judul); dan (5) Perkembangan Bahasa Indonesia di Luar Negeri (5 judul).
Selain 770 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia, kongres ini juga diikuti oleh
52 peserta dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Jepang, Brunei Darussalam, Rusia,
Jerman, Cina, Korea Selatan, Malaysia, India, Hongkong, Italia, Singapura, dan Belanda.
Pada akhir kongres, para peserta berhasil merumuskan delapan putusan umum dan lima
putusan khusus, yaitu (a) Peran Bahasa dan Sastra dalam Pembangunan Bangsa (14 putusan);
(b) Pengembangan Bahasa dan Sastra (12 putusan); (c) Pembinaan Bahasa dan Sastra (15
putusan); (d) Pengajaran Bahasa dan Sastra (7 putusan); dan (e) Perkembangan Bahasa
Indonesia di Luar Negeri (6 putusan).
Selain itu, penyelenggara kongres ini juga menetapkan tiga subtema, yaitu (1)
Memperkukuh Kedudukan Bahasa dalam Era Globalisasi, (2) Meningkatkan Mutu Bahasa
sebagai Sarana Komunikasi, dan (3) Meningkatkan Daya Cipta dan Apresiasi Sastra.
Keseluruhan masalah yang dibahas itu dituangkan ke dalam kurang lebih 80 judul makalah.
Kongres kali ini juga diiringi dengan pelaksanaan pameran.
Runtuhnya kekuasaan Orde Baru dan lahirnya gerakan reformasi tentu saja mengubah
tatanan kehidupan yang awalnya serba sentralistik menjadi desentralistik yang secara
langsung maupun tidak langsung memengaruhi bidang kebahasaan dan kesastraan. Pada era
28
reformasi, masalah bahasa dan sastra Indonesia menjadi kewenangan pemerintah pusat,
sedangkan masalah bahasa dan sastra daerah menjadi urusan pemerintah daerah.
1. Bahasa
2. Sastra
3. Media Massa
29
a. peran media massa dalam meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia dan
penyebaran hasil pengembangan bahasa;
b. peran media massa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penggunaan
bahasa Indonesia yang baik;
c. dampak pemakaian bahasa Indonesia dalam media massa terhadap dunia
pendidikan
d. peran media massa dalam memasyarakatkan dan meningkatkan apresiasi sastra
e. peran media massa di daerah dalam memelihara bahasa dan budaya daerah.
Kongres Bahasa Indonesia VIII ini diikuti oleh sekitar 1.000 orang yang terdiri atas
tokoh masyarakat, pakar, sastrawan, budayawan, pejabat pemerintah, peminat bahasa dan
sastra, serta wakil organisasi profesi dari dalam dan luar negeri. Selain mendiskusikan 80
makalah terkait kebahasaan dan kesastraan, panitia kongres juga menyelenggarakan pameran
dan pentas seni dengan menampilkan (a) dokumen tertulis salinan makalah atau guntingan
surat kabar dari penyaji utama Kongres Bahasa Indonesia I—VII; (b) buku terbitan tentang
kebahasaan dan kesastraan di Indonesia; (c) poster/foto kegiatan pertemuan
nasional/internasional kebahasaan dan kesastraan; (d) slogan kampanye penggunaan bahasa
Indonesia dan pemasyarakatan sastra; (e) peta bahasa dan Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia dan sistem informasi kebahasaan.
Menteri Pendidikan, H.A. Malik Fadjar pada kongres tersebut menyampaikan materi
mengenai “, Pendidikan Nasional, dan Kehidupan Berbangsa”. Ia menegaskan bahwa
pendidikan nasional saat ini memperkenalkan dan memasyarakatkan orientasi baru yang
disebut dengan keterampilan hidup (life skill) yang di dalamnya juga Bahasa Indonesia
terdapat kompetensi berkomunikasi. Dengan demikian, orientasi ini sejalan dengan harapan
agar kita mahir berbahasa Indonesia.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah bahasa indonesia pada masa pra kemrdekaan dimulai dari bahasa Indonesia
diadopsi dari prototipe bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa daerah
yang berada di Negara Indonesia. Bahasa Melayu telah dipakai sebagai lingua franca selama
berabadabad sebelumnya di seluruh kawasan tanah air kita. Berdasarkan bukti-bukti sejarah
yang ditemukan, seperti: prasasti yang ditemukan di Palembang, Jambi dan Bangka, dapat
diambil sebuah analisia bahwa bahasa Melayu sudah dipergunakan sejak dulu di beberapa
wilayah Indonesia khususnya di wilayah-wilayah sumatera dan terdapat beberapa kerajaan
besar yang berpengaruh pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar
yang terletak di wilayah Sumatera. Seiring dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya, bahasa
Melayu mengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan sosio kultural pada tata
kehidupan masyarakat terus berlangsung searah dengan perkembangan zaman, termasuk
perubahan kedudukan bahasa Melayu bagi bangsa Indonesia. Pada saat perjuangan
kemerdekaan, bangsa Indonesia memerlukan alat pemersatu dalam berinteraksi antar suku
bangsa yang ada di Indonesia.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami sajikan kami. Adapun kritik dan saran dari para
pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Sukartha, I Nengah, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi.
Bali: Udayana University Press Nasucha, Yakub. 2010.
Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa. Lawson,
F.R 1981. Conference, Convention & Exhibition Facilities. London
Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitihan Kepustakaan. Jakarta: Yayasan bogor
Indonesia
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dharmojo. 2004. Sarana Retorika dalam Penuturan Munaba Waropen Papua. Vidya
Karya, Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan, 1(1): 84-94.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori,
dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik, Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: Eresco.
Eneste, Pamusuk. 1994. Kamus Sastra untuk Pelajar. Ende, Flores, NTT: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Pateda, Mansoer. 1995. Kosakata dan Pengajarannya. Ende, Flores, NTT: Nusa Indah.
Rafiek, Muhammad dan Anis, M. Zainal Arifin. 2004. Eksistensi Wiramartas dalam
Hikayat Banjar.
Wiramartas, Jurnal Sosial dan Pendidikan, 1 (1): 1-10.
Rafiek, Muhammad. 2005a. Analisis Realitas Mitologis dan Realitas Ideologis dalam
Naskah Hikayat Carita Raja Banjar dan Raja Kota Waringin dengan Pendekatan
Strukturalisme Hermeneutika Claude Levi-Strauss. Laporan tidak diterbitkan.
Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP,
Unlam.
Rafiek, Muhammad. 2005b. Analisis Realitas Mitologis dalam Naskah Hikayat Carita
Raja Banjar dan Raja Kota Waringin dengan Pendekatan Strukturalisme
Hermeneutika Claude Levi-Strauss. Tesis tidak diterbitkan. Banjarmasin:
Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah, FKIP,
Unlam.
32