Professional Documents
Culture Documents
M. Auritsniyal Firdaus
mauritsniyalfirdaus@gmail.com
Abstrak
Paper ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam varian qiyas dalam kajian
ushul fiqh. Jenis penelitian kualitatif dengan fokus kepustakaan (library research).
Pembahasan makalah ini, pertama dibahas tentang ruang lingkup qiyas dalam kajian ushul
fiqh, yaitu qiyas secara etimologis berarti mengukur, secara terminologi dapat diketahui
hakikatnya, yaitu: terdapat dua permasalahan yang mempunyai 'illat yang sama, salah satu di
antara dua permasalahan yang bersamaan 'illat-nya itu sudah ada hukumnya yang ditetapkan
berdasarkan nash, dan mengacu pada 'illat yang sama. Adapun macam-macam qiyas dapat
dibagi berdasarkan beberapa segi. Dari segi kekuatan 'illat yang terdapat pada furu',
dibandingkan pada 'illat yang terdapat pada ashal, yaitu qiyas awlawi , qiyas musawi, dan
qiyas adwan. Dari segi kejelasan 'illat, yaitu qiyas jali dan qiyas khafi. Dari segi keserasian
'illat-nya dengan hukum, yaitu qiyas muatssir dan qiyas mulaim. Dari segi dijelaskan atau
tidaknya 'illat, yaitu: qiyas ma'na, qiyas illat, dan qiyas dilalah. Dari segi metode (masalik)
yang digunakan dalam ashal dan dalam furu', yaitu: qiyas ikhalah, qiyas syabah, qiyas
sabru, dan qiyas thard.
Pendahuluan
Ushul fiqh secara sederhana adalah metode untuk menetapkan suatu hukum. Metode
dalam menetapkan hukum diantaranya adalah menggunakan ra’yu. Ra'yu sebagai alat untuk
menggali hukum syara' pada hal-hal tertentu yang nash al-Qur'an dan Sunnah tidak
menetapkan hukumnya secara jelas, maka salah satunya dengan cara menggunakan qiyas.
Ada dua ketentuan dalam menggunakan ra'yu, yaitu: ra'yu yang masih menggunakan
terhadap nash ra'yu secara bebas tanpa menggunakan pada nash. Qiyas termasuk ra’yu yang
masih menggunakan nash. Meskipun qiyas tidak menggunakan nash secara langsung, tetapi
karena masih merujuk kepada nash, maka dapat dikatakan bahwa qiyas juga sebenarnya
Pijakan pemikiran qiyas itu ialah adanya kaitan yang erat antara hukum dengan sebab.
Hampir semua hukum di luar bidang ibadah makhdlah, dapat diketahui alasan rasional
ditetapkannya hukum itu oleh Allah. Alasan hukum yang rasional itu oleh ulama disebut
"illat hukmi”. Dari uraian di atas secara singkat dapat diketahui bahwa qiyas merupakan
metode penetapan hukum dengan ra’yu dengan merujuk nash yang erat kaitannya dengan
illat hukmi (alasan hukum), maka tentu qiyas mempunyai banyak varian pembagian dan
macamnya dalam menetapkan hukum. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk membahas
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian kualitatif, karena sifat data yang akan
dikumpulkan bercorak kualitatif. Penelitian ini terfokus pada penelitian kepustakaan (library
research) atau studi teks. Maka penelitian ini akan lebih memusatkan perhatian pada
kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber datanya, baik yang utama (primary resources)
maupun pendukung (secondary resources) seluruhnya adalah teks. Dalam hal ini sumbernya
Pembahasan
Qiyas secara etimologis berarti mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk
diketahui adanya persamaan antara keduanya 1 Qiyas secara terminologi terdapat beberapa
1
Ibnu Yazid, Ushul Fikih dan Ilmu Ushul Fikih, (Medan: Fakultas Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, 2006), Hlm. 15
2
حول هعلىم على هعلىم فً إثبات حكن لهوا أو ًفيه عٌهوا بأهر جاهع بيٌهوا هي إثبات حكن أو
ًفيه عٌهن
dalam hal menetapkan hukum keduanya disebabkan ada hal yang sama antara
keduanya, dalam penetapan hukum atau penindaan hukum. definisi di pada keduanya
atau meniadakan. 2
b. Ibnu Subki dalam bukunya Jam'u al-Jawdmi' memberikan definisi sebagai berikut:
(mujtahid). 3
الحاق أهر غير هٌصىص على حكوـه بـأهر آخر هٌصىص على حكوه الشتراكها فً علة الحكن
Artinya: menghubungkan sesuatu perkara yang tidak ada nash tentang hukumny
kepada perkara lain yang ada nash hukumnya karena keduanya berserikat dalam 'illat
hukum. 4
الحاق اهر غير هٌصىص على حكوه الشرعً باسر هٌصىص على كوه الشتراكهوا فً علة
hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persoavunau
2
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2008), Hlm. 158.
3
Ibn as-Subkhi, Taj ad-Din Abd al-Wahab, Jam’u al-Jawami’, Jilid 2, (Semarang: Usaha Keluarga, tt), Hlm.
202.
4
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 158.
5
Wahbah az-Zuhailly, Ushul Fiqh al-Islami, Juz 1, (Beirut: Dar al-Fikr, 2001), Hlm. 603.
3
Beberapa terminologi qiyas tersebut dapat diketahui hakikat qiyas dari berbagai
b. Salah satu di antara dua permasalahan yang bersamaan 'illat-nya itu sudah ada
hukumnya yang ditetapkan berdasarkan nash, sedangkan permasalahan yang satu lagi
permasalahan yang tidak ada nash-nya itu seperti hukum yang berlaku pada
Dari uraian mengenai hakikat qiyas tersebut, terdapat empat unsur (rukun) pada
a. Terdapat suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri hukumnya oleh pembuat
hukum. Ini disebut "maqis 'alaih" atau "ashal" atau "musyabbah bihi".
b. Ada suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya secara jelas dalam nash
c. Hukum yang disebutkan sendiri oleh pembuat hukum (syari') pada ashal. Berdasarkan
kesamaan ashal itu dengan furu' dalam 'illat-nya, para mujtahid dapat menetapkan
d. 'Illat hukum yang terdapat pada ashal dan terlihat pula oleh mujtahid pada furu'.
6
Sudirman Suparmin, Ushul Fiqh : Metode Penetapan Hukum Islam, (Bandung: Ciptapustaka Media,
2014),Hlm. 74
7
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 164. Lihat juga Sudirman Suparmin, Ushul Fiqh : Metode
Penetapan Hukum Islam, ... ,Hlm. 74 – 80. Lihat juga Ibnu Yazid, Ushul Fikih dan Ilmu Ushul Fikih, .., Hlm.
15. Lihat juga Ahmad Masfuful Fuad, Qiyas Sebagai Salah Satu Metode Istinbath Al-Hukm, Mazahib Vol XV,
No. 1, Juni 2006, Jurnal Pemikiran Hykum Islam, Hlm. 45 -51
4
a. Qiyas dari segi kekuatan 'illat yang terdapat pada furu', dibandingkan pada 'illat yang
terdapat pada ashal. Dalam hal ini qiyas terbagi tiga macam yaitu:8
1) Qiyas awlawi ()قياس أولىي, yaitu qiyas yang pemberlakuan hukum pada furu’ lebih
illat pada furu‟. Contohnya yaitu meng-qiyas-kan keharaman memukul orang tua
kepada ucapan "uf" (berkata kasar) terhadap orang tua dengan „illat "menyakiti.
Keharaman pada perbuatan "memukul" lebih kuat dari pada keharaman pada
ucapan "uf", karena sifat menyakiti yang terdapat pada memukul lebih kuat dari
2) Qiyas musawi ( ;)قياس هساويyaitu qiyas yang pemberlakuan hukum pada furu'
sama keadaanya dengan berlakunya hukum pada ashal karena kekuatan 'illat-nya
memakannya secara tidak patut dalam menetapkan hukum haramnya. Hal ini
Artinya: “dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta
mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah
8
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 219 - 221. Lihat juga Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih,
(Beirul: dar al-Fikr, 1978), Hlm. 77 – 78. Lihat juga Sakirman, Metodologi Qiyas dalam Istinbath Hukum, ...,
Hlm. 53.
5
Jadi membakar harta anak yatim atau memakannya secara tidak patut adalah
sama-sama merusak harta anak yatim. Maka dari itu hukum yang berlaku pada
membakar harta anak yatim persis sama dengan hukum haram pada memakannya
3) Qiyas adwan ( ;)قياس األدواىyaitu qiyas yang pemberlakuan hukum pada furu’ lebih
riba pada apel lebih rendah dari pada berlakunya hukum riba pada gandum karena
1) Qiyas jali (ً ;)قياس جلyaitu 'illat dari qiyas ditetapkan dalam nash berbarengan atau
bersamaan dengan penetapan hukum ashal atau tidak ditetapkan 'illat itu dalam
nash, namun titik perbedaan antara ashal dengan furu' dapat dipastikan tidak ada
pengaruhnya.
Contoh bentuk pertama: qiyas memukul orang tua kepada ucapan "uf"
dengan "illat menahan menyakiti orang tua yang dalam ayat al-Qur'an disuruh
dikesampingkan.
jali itu mencakup qiyas awlawi dan qiyas musawi. Sedangkan dalam syarah al-
9
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 221. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, ..., Hlm. 77 – 78.
Lihat juga Sakirman, Metodologi Qiyas dalam Istinbath Hukum, Yudisia Vol 9, No. 1, Januari – Juni 2008,
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Hlm. 52 – 53.
6
Mukhtasar, ia mengatakan bahwa qiyas jali itu hanya berlaku terhadap qiyas
awlawi.
2) Qiyas khafi (ً ;)قياس خفyaitu 'illat pada qiyas tidak disebutkan dalam nash.
benda berat kepada pembunuhan dengan benda tajam dalam penetapan hukum
qishash dengan 'illat pembunuhan yang disengaja dalam bentuk permusuhan. 'Illat
dalam furu'. Qiyas adwan termasuk ke dalam qiyas khafi karena kedudukannya
c. Qiyas dari segi keserasian 'illat-nya dengan hukum terbagi kepada dua, yaitu: 10
1) Qiyas muatssir ( )قياس هؤثرdapat diketahui dengaan dua definisi Pertama, qiyas
yang 'illat penghubung antara ashal dan furu‟ ditetapkan dengan nash yang sharih
atau ijma'. Kedua qiyas yang 'ain sifat (sifat itu sendiri) yang menghubungkan
ashal dengan furu' itu berpengaruh terhadap 'ain hukum. Contoh pertama yaitu
hartanya dengan 'illat "belum dewasa"nya. "Illat ini ditetapkan berdasarkan ijma.‟
Contoh kedua yaitu meng-qiyas-kan minuman keras selain yang dibuat dari
termasuk pada 'illat yang hubungannya dengan hukum haram adalah berbentuk
muatssir.
2) Qiyas mulaim ( ;)قياس هَلئنyaitu qiyas yang 'illat hukum ashal dalam hubungannya
dengan hukum haram adalah dalam bentuk munasib mulaim. Umpamanya qiyas
pembunuhan dengan benda berat kepada pembunuhan dengan benda tajam yang
10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 222.
7
'illat-nya pada ashal dalam hubungannya dengan hukum pada ashal adalah dalam
d. Qiyas dari segi dijelaskan atau tidaknya 'illat pada qiyas itu, terbagi tiga macam:12
1) Qiyas ma'na ( ) قياس الوعٌىatau qiyas dalam makna ashal, yaitu qiyas yang
meskipun 'illat-nya tidak dijelaskan dalam qiyas namun antara ashal dengan furu’
tidak dapat dibedakan, sehingga furu' itu seolah-olah ashal itu sendiri. Contohnya
yaitu hukum membakar harta anak yaitm yang di-qiyas-kan kepada memakannya
secara tidak patut dengan 'illat merusak harta anak yatim itu. Oleh karena adanya
2) Qiyas „illat ( ;)قياس علةyaitu qiyas yang 'illat-nya dijelaskan dan 'illat tersebut
meng-qiyas-kan nabiz kepada khamar dengan 'illat rangsangan yang kuat yang
3) Qiyas dilalah ()قياس الذاللة, yaitu qiyas yang 'illat-nya bukan pendorong bagi
'illat yang memberi petunjuk akan adanya 'illat. Contohnya yaitu meng-qiyas-kan
nabiz kepada khamar dengan menggunakan alasan "bau yang menyengat". Bau itu
merupakan akibat yang lazim dari rangsangan kuat dalam sifat memabukkan.
e. Qiyas dari segi metode (masalik) yang digunakan dalam ashal dan dalam furu',
1) Qiyas ikhalah ()قياس اإلخالة, yaitu qiyas yang 'illat hukumnya ditetapan melalui
metode munasabah dan ikhalah. Munasabah, yaitu sifat nyata yang terdapat pada
suatu hukum, dapat diukur dan dapat di nalar, merupakan tujuan yang
11
Munasib Mulaim adalah kesesuaian atau munasib yang berlakunya 'ain ‘illat untuk 'ain hukum secara
langsung bukan di tetapkan oleh nash atau ijma.'
12
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 222 - 224.
13
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, ..., Hlm. 224.
8
dikandunghukum itu, yaitu berupa pencapaian terhadap suatu kemaslahatan atau
penolakan terhadap kemudharatan, munasabah ini disebut juga oleh para ahli
ushul fiqh dengan ikhalah, yang artinya diduga bahwa suatu sifat itu merupakan
(‘illat) hukum. Atau disebut juga dengan takhrij al-manath yaitu mendapat ‘illat
sifat perbuatan yang dapat diukur dan menurut nalar sejalan dengan hukum
itu dapat menjadi illat apabila didukung oleh nash atau ijma‟. 14
2) Qiyas syabah ()قياس الشبة, yaitu qiyas yang 'illat hukum ashal-nya ditetapkan
melalui metode syabah. Syabah berarti sifat yang memiliki kesamaan. Syabah ini
terdiri dari dua bentuk, yaitu: Pertama, qiyas yang sama antara hukum dan sifat
dua ashal, namun kesamaan dengan salah satu diantaranya lebih dominan di
bandingkan dengan yang satu lagi. Contohnya terkait penetapan ganti rugi bagi
hamba sahaya dihubungkan kepada harta dari segi dimilikinya atau kepada orang
merdeka dari segi dikenai beban hukum. Karena kesamaannya yang lebih
dominan dengan orang merdeka, maka dalam hal penetapan ganti rugi ia
14
Abber Hasibuan, Qiyas Sebagai Salah Satu Penggalian Hukum Syara’, Makalah, Hlm. 10 – 11.
9
sesuatu hanya karena kesamaan bentuknya; seperti mengqiyaskan kuda kepada
3) Qiyas sabru ()قياس السبر, yaitu qiyas yang 'illat hukum ashal-nya ditetapkan
sifat yang terdapat dalam ashal, kemudian meneliti dan menyingkirkan sifat-sifat
yang tidak pantas menjadi 'illat, maka sifat yang tertinggal itulah yang menjadi
'illat untuk hukum ashal tersebut. Contoh qiyas ini adalah hukum riba fadhal yang
terdapat di dalamnya yaitu bahwa ia adalah makanan, barang yang ditimbang, dan
barang yang ditakar. Kemudian sifat-sifat ini diteliti satu persatu dan disaring
mana yang pantas menjadi 'illat dan mana yang tidak. Pada contoh tersebut, ulama
untuk berlakunya riba fadhal, yaitu bila dilakukan pertukaran dua barang yang
sejenis dalam ukuran yang berbeda. Sifat-sifat lain yang mungkin terdapat di situ,
setelah disaring dan dipandang tidak pantas, maka disingkirkan dari perhitungan.
4) Qiyas thard ()قياس الطرد, yaitu qiyas yang 'illat hukum ashal-nya ditetapkan
melalui metode thard. Thard merupakan penyertaan hukum dengan sifat tanpa
adanya titik keserasian yang berarti. Ketika penyebutan hukum itu disebutkan pula
sifatnya, namun antara hukum dengan sifat itu tidak ada kaitannya sama sekali.
contohnya ucapan, "Hukumlah penjahat yang buruk rupa itu." Pada contoh
10
tersebut sudah dijelaskan hukumnya, yaitu keharusan menghukum penjahat
disertai penjelasan sifatnya, namun antara sifat dengan hukum tidak ada
keserasian. Artinya, tidak ada sangkut paut antara penetapan hukuman dengan
Kesimpulan
Qiyas secara etimologis berarti mengukur sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk
diketahui adanya persamaan antara keduanya. Qiyas dapat diketahui hakikatnya, yaitu:
terdapat dua permasalahan yang mempunyai 'illat yang sama, salah satu di antara dua
permasalahan yang bersamaan 'illat-nya itu sudah ada hukumnya yang ditetapkan
Adapun macam-macam qiyas dapat dibagi berdasarkan beberapa segi. Qiyas dari
kekuatan 'illat yang terdapat pada furu', dibandingkan pada 'illat yang terdapat pada ashal,
yaitu qiyas awlawi , qiyas musawi, dan qiyas adwan. Qiyas dari segi kejelasan 'illat, yaitu
qiyas jali dan qiyas khafi. Qiyas dari segi keserasian 'illat-nya dengan hukum, yaitu qiyas
muatssir dan qiyas mulaim. Qiyas dari segi dijelaskan atau tidaknya 'illat, yaitu: qiyas ma'na,
qiyas illat, dan qiyas dilalah. Qiyas dari segi metode (masalik) yang digunakan dalam ashal
dan dalam furu', yaitu: qiyas ikhalah, qiyas syabah, qiyas sabru, dan qiyas thard.
Referensi
as-Subkhi, Ibn, Taj ad-Din Abd al-Wahab, Jam’u al-Jawami’, Jilid 2, Semarang Usaha
Keluarga, tt.
az-Zuhailly, Wahbah, Ushul Fiqh al-Islami, Juz 1, Beirut, Dar al-Fikr, 2001.
Fuad, Ahmad Masfuful, Qiyas Sebagai Salah Satu Metode Istinbath Al-Hukm, Mazahib Vol
XV, No. 1, Juni 2006, Jurnal Pemikiran Hykum Islam.
Hasibuan, Abber, Qiyas Sebagai Salah Satu Penggalian Hukum Syara’, Makalah.
11
Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih, Beirul: dar al-Fikr, 1978.
Sakirman, Metodologi Qiyas dalam Istinbath Hukum, Yudisia Vol 9, No. 1, Januari – Juni
2008, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam.
Suparmin, Sudirman, Ushul Fiqh : Metode Penetapan Hukum Islam, Bandung, Ciptapustaka
Media, 2014.
Yazid, Ibnu, Ushul Fikih dan Ilmu Ushul Fikih, Medan, Fakultas Sosial Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, 2006.
12