You are on page 1of 19

i

ISU-ISU DAN RISET PEMBELAJARAN MORAL DAN AGAMA ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Mumun Mulyati, M.Pd

Disusun Oleh:

Atina Husniyah (22.03.00.001)

Meydiana Sulihas Salim (19.03.00.007)

Tutiek Ari Santi (22.03.00.003)

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH

JAKARTA

2023
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Isu Dan Riset Pembelajaran Moral Dan
Agama Anak Usia Dini”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami dalam menulis makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah, Ibu Mumun Mulyati, M.Pd, serta keluarga
yang kami sayangi dan juga teman-teman seperjuangan yang sangat kami cintai.

Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya
penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembacanya.

Jakarta, 15 Januari 2022

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………....................…… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………....................... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………….............................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………….……….................. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………….……................... 2
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………..................... 2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral ................................................................................. 3


B. Pengertian Nilai Agama ….................................................................. 4
C. Pengertian Anak Usia Dini................................................................. 6
D. Isu Dan Riset ...................................................................................... 7
1. Pengertian Isu ............................................................................... 7
2. Pengertian Riset ........................................................................... 8
3. Tujuan Riset ................................................................................. 9
E. Isu Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini ...................... 9
1. Isu Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini ................. 9.
2. Riset Pembelajaran Moral Dan Agama Anak Usia Dini .............11
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………...............14
B. Saranb................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….................. 15

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat Allah pada orang tua yang pada akhirnya nanti akan
dimintai pertanggung jawaban.Anak merupakan bagian dari keluarga,maka secara
kodrati orang tuanyalah yang bertanggung jawab menyerap apa saja yang
dilihat,diberikan maupun didengarnya,karena ia belum mempunyai konsep untuk
menolaknya. Maka sudah menjadi kewajiban orang tua atau orang disekelilingnya
untuk memberikan perhatian masalah agama yang meliputi keimanan,ibadah dan
akhlak.Sebab pada dasarnya pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola
kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan,kecerdasan
otak,penalaran,perasaan dan indera.1

Anak yang telah mempunyai potensi sejak lahir sangat memungkinkan untuk
ditumbuh kembangkan dan dipupuk dengan nilai – nilai keagamaan sejak dini.Rasa
ketuhanan itu akan mendapat dorongan untuk berkembang secara optimal dengan
penanaman nilai keagamaan sejak dini.Apabila tidak dibina secara baik masa
perkembangan terbesar psikis dan indra ini akan yang sesuai dengan sasaran atau anak
didik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Hakekat dari pendidikan agama adalah penanaman moral beragama pada
anak,sedangkan pengajaran adalah memberikan pengetahuan agama pada anak didik 2
Pendidikan nilai-nilai keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting
keberadaannya dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak
dini, hal ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani
jenjang pendidikan selanjutnya.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan berbagai
macam metode dan pendekatan. Pendekatan yang dimaksud adalah cara yang teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai hasil yang baik
seperti dikehendaki. Pendekatan juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Guru di Taman Kanak-kanak yang dalam kegiatannya memerlukan berbagai metode
dan pendekatan untuk mengembagkan berbagai kemampuan dan potensi yang ada pada
diri anak didik. Untuk itu, guru Taman Kanak-kanak dituntut memiliki kemampuan
1 M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner.(Jakarta:Bumi Aksara.1996),h 40
2 Asmuni Syukir,Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-Ikhlas,t,t),h .157

1
2

profesional dan komprehensif terutama dalam memilih dan menentukan metode dan
pendekatan yang efektif. Dimana nantinya dalam proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik tanpa mengorbankan anak, tanpa merebut hak anak untuk
bermain dalam suasana terbuka dan menyenangkan.Pendidikan agama pada dasarnya
adalah membina (melestarikan) fitrah agama pada anak yang dibawa sejak lahir,agar
tidak luntur menjadi atheis atau bahkan menganut agama selain agama Islam.Oleh
karena itu yang harus diperhatikan adalah membiasakan anak untuk melaksanakan
syari’at agama dan menjauhkan larangan-Nya.Proses pendidikan tidak selamanya bisa
dipegang orang tua,untuk itu diperlukan bantuan orang lain atau suatu lembaga
untukmenangani masalah pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian moral?
1. Apa pengertian nilai-nilai agama?
2. Apa pengertian Anak Usia Dini?
3. Apa pengertan isu dan riset?
4. Apa saja Isu dan Riset Penanaman Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang :
1. Pengertian moral
2. Pengertian nilai-nilai agama
3. Pengertian Anak Usia Dini
4. Pengertan isu dan riset
5. Isu dan Riset Penanaman Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Moral, diambil dari bahasa latin mos (jamak, morse) yang berarti kebiasaan, adat.
Sementara moralitas secara lughawi juga berasal dari kata mos bahasa latin (jamak,
morse) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata „bermoral‟ mengacu bagaimana suatu
masyarakat yang berbudaya berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan kata sifat
lain moralis, mempunyai arti yang sama, maka dalam pengetiannya lebih diletakan pada
pengunaan moralitas, karena sipatnya yang abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan yang baik dan yang buruk.
Sama dengan pengertian tersebut, W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas
sebagai “kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu
benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencangkup tentang baik buruknya
perbuatan manusia.3 Boran, dkk mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri
Badiningsih, bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan
tindakan yang mengatakan salah atau benar. Ada beberapa istilah yang sering digunakan
secara bergantian untuk menunjukan maksud yang sama, istilah moral, akhlak, karakter,
etika, budi pekertidan susila.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “moral” diartikan sebagai keadaan baik dan
buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti,
dan kesusilaan. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk
perbuata. Selaian itu moral berarti sebagai ajaran kesusilaan. Kata moral sendiri berasal
dari bahasa latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidunpan, adat istiadat dan
kebiasaan.4 Menurut para ahli ada beberapa pengertian moral sebagai berikut :
1. Pengertian moral dalam kamus pisikologi dituliskan bahwa moral mengacu pada
akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat
kebiasaan yang mengatur tingkah laku.5
2. Pengertian moral dalam Hurlock

3 Asmara As, Pengantar Studi, cet 1, Rajawali Press, Jakarta 1992, hal 8
4 Tim Penyusunan Kamus pusat dan pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud kamus besar bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,) 1994 h 192
5 Chaplin, Pengertian moral dalam kamus pisikologi (Jakarta : Bumi Aksara) 2006

3
24

Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral
sendiri berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep
moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.6
3. Pengertian moral menurut Webster new word dictionary bahwa moral adalah suatu
yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah
dan baik buruknya tingkah laku.
4. Maria Assumpta: pengertian moral adalah aturan-aturan(rule) mengenai sikap
(attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia. Hal ini mirip
bila dikatakan bahwa orang yang bermoral atau dikatakan memiliki moral adalah
manusia yang memanusiakan orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulan bahwa moral sebagai
ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meningalakan perbuatan jelek yang
bertentangan dengan ketentuhan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
B. Pengertian Nilai-nilai Agama
Nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun
dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Menurut Mulyana secara hakiki
sebenarnya nilai agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling
kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran
tertinggi yang datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan
(unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak
manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan.
Nilai- nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi normatif
yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan batil, diridhoi dan
dikutuk oleh Allah SWT. 7.Internalisasi merupkan sentral perubahan kepribadian yang
merupakan dimensi kritis terhadap perubahan diri manusia yang di dalamnya memiliki
makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak
manusia. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia
yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya, karena keabstrakannya itu maka
timbul bermacammacam pengertian, di antaranya sebagai berikut:
1. Rahmat Mulyana Mengartikan Pendidikan Nilai sebagai berikut :

6 Hurlock,Pengertian moral Edisi ke-6, ( Jakarta : Bumi Rajawali, 2000) h 1120


7 Rahmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 36
5

a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai
suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan maupun perilaku.8
b. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan
bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan
fungsi-fungsi bagian-bagiannya.9
c. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.10
d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat
dialami dan dipahami secara langsung.11
e. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan
fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang menurut pembuktian empirik,
melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.12
Beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu adalah
sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang
dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan
demikian untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain
berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
Nilai merupakan gagasan umum orang-orang, yang berbicara seputar apa yang baik atau
buruk, yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, nilai mewarnai pemikiran
seseorang yang telah menjadi satu dan tidak dapat di lepaskan dalam kehidupannya
sehari-hari.
Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada
sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat
ini manjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun
sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai
nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama’ mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi
pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya. Pengertian agama menurut
Tholhah Hasan adalah mendasari orientasi pada dosa dan pahala, halal dan haramnya. 11
Sedangkan pengertian agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber

8 Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) h.260
9 H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 2007)h.141
10 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.11
11
Thoba Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2006), h.
61 12 6 Ibid.
11 M. Thohah Hasan, Produk Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta : Bangun Prakarya,
2

kepada wahyu dari Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi
Muhammad Saw. Untuk kesejakteraan umat manusia di dunia maupun di akhirat.12
Jadi pengertian nilai Agama Islam adalah suatu upaya mengembangkan
pengetahuan dan potensi yang ada mengenai masalah dasar yaitu berupa ajaran yang
bersumber kepada wahyu Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal
dengan orientasi pahala dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat merasuk
kedalam diri manusia sebagai pedoman dalam hidupnya.1314 Macam-macam nilai-nilai
agama menurut Nurcholis Madjid, ada beberapa nilai-nilai agama yang harus
ditanamkan pada anak dan kegiatan pendidikan yang mana ini merupakan inti dari
pendidikan agama. Diantara nilai-nilai dasar yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas,
Tawakkal, Syukur, Sabar.15
C. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan
anak. Menurut Mansur anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan
pada masa mendatang.
Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan
anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun
perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Sesuai
dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini
(PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal,
nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman
kanakkanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan
anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan
anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan

12 Abdurrahman Shaleh, Pendidikan Agama Islamdi SD (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 115
13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
14 ), h.414
15 Nurcholis Madjid, Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 98-100
7

keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita
dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD
sejenis (SPS). Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini
jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak
(TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU
sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat
tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus
diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan
anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA
D. Isu Dan Riset
1. Pengertian Isu
Munculnya sebuah isu dalam sebuah perusahaan atau organisasi tidak dapat
diprediksi sebelumnya, oleh sebab itu perusahaan atau organisasi diminta untuk selalu
siap mengatasi isu-isu yang memungkinkan dapat membuat perusahaan atau organisasi
tersebut menjadi krisis. Penanganan isu oleh perusahaan atau organisasi ini beragam,
hal ini sangat berkaitan seberapa besar potensi isu yang muncul tersebut mempengaruhi
perusahaan atau organisasi.
Kemunculan sebuah isu awalnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian
pengertian yang dimiliki oleh pihak manajemen dan public perusahaan, untuk lebih
memahami definisi dari isu, berikut beberapa isu yang dikemukakan dari berbagai
sumber : Isu terjadi ketika sebuah masalah menjadi terfokus pada satu pertanyaan 8
khusus yang bisa mengarahkan pada pertikaian dan beberapa jenis resolusi.
Pengertian Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang
dapat di perdebatkan. Jadi dari pengertiannya makna isu menjurus kepada adanya suatu
masalah dalam suatu organisasi, lembaga, kelompok yang membutuhkan penanganan.
Jadi sebenarnya dari pengertiannya isu mengacu kepada adanya adanya suatu bibit
permasalahan yang kemudian menyebabkan timbulnya perdebatan.16 Isu merupakaan
perbedaan pendapat yang diperdebatkan, masalah fakta, evaluasi, atau kebijakan yang
penting bagi pihak-pihak yang berhubungan.Lalu yang terakhir didefinisikan bahwa isu

16 http://myblogrudipurwanto.blogspot.com/2013/04/manajemen-isu-menentukan-
stoptidaknya.html . diakses pada Minggu, 30 Desember 2022, pukul : 13.10
2

merupakan sebuah konsekuensi dari tindakan yang diusulkan seseorang atau pihak lain
yang dapat membawa dampak dalam negosiasi pribadi dan penyesuaian, sipil dan
criminal litigasi, atau hal yang dapat menjadi sebuah masalah dari kebijakan public
melalui legislativ aturan tindakan.
Definisi sederhana lainnya menurut Regester dan Larkin bahwa sebuah isu
mempresentasikan suatu kesenjangan antara praktek koorporat dengan harapanharapan
para stakeholdernya. Dengan kata lain, sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah
suatu kondisi atau peristiwa, baik didalam maupun diluar organisasi, yang jika dibiarkan
akan menjadi efek yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada
target-trget organisasi tersebut dimasa mendatang. Selain itu biasanya kita juga pernah
kata rumor, rumor merupakan beragam informasi dengan berbagai versi yang tidak jelas
siapa sumbernya, tidak jelas siapa yang pertama kali menyampaikannya dan tidak jelas
pula kabar atau informasi tersebut mengandung kebenaranttp atau tidak., istilah seperti
ini sama halnya dengan sebuah gossip, selentingan atau grapevine. Isu bisa meliputi
masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai yang tengah berlangsung
dalam kehidupan masyarakat.
Munculnya sebuah isu dapat disebabkan oleh : 1. Ketidakpuasan sekelompok
masyarakat. 2. Terjadinya peristiwa dramatis. 3. Perubahan social. 4. Kurang
optimalnya kekuatan pemimpin. Dari apa yang dijelaskan diatas, terlihatlah bahwa
pengertian isu menjurus pada adanya masalah dalam suatu perusahaan atau organisasi
yang membutuhkan penanganan. Disebutkan diatas terdapat beberapa kesamaan makna
bahwa setiap perusahaan tidak pernah mengharapkan akan munculnya isu. Ketika isu
mulai muncul dalam sebuah perusahaan atau organisasi, maka dapat dipastikan akan
terjadi kesenjangan perusahaan dengan publiknya.

2. Pengertin Riset
Berasal dari kata research, riset adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang
berarti penelitian. Dalam hal ini, pelaksanaan riset dilakukan secara metodikal dengan
menggunakan kaidah ilmiah untuk mendapatkan temuan atau penyelesaian dari suatu
masalah.
Adapun kegiatan riset meliputi beberapa hal yaitu pengumpulan, pengolahan,
pengkajian, dan penyajian data secara sistematis. Untuk melakukannya, seorang peneliti
harus bersikap objektif dan menggunakan bukti empiris dalam mengemukakan analisis
suatu data. Oleh karena itu, pengerjaan riset membutuhkan metode ilmiah agar
mendapatkan hasil yang berkualitas.
9

Menurut pakar sosiologi asal Amerika, Earl Robert Babbie, riset adalah
penyelidikan atau percobaan sistematis untuk mendeskripsikan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengendalikan fenomena tertentu. Terdapat dua metode dalam
kegiatannya, yaitu metode induktif dan deduktif.
3. Tujuan Riset
Penelitian atau riset adalah suatu kegiatan yang fokus pada penemuan bersifat
rasional. Maka dari itu, pelaksanaannya harus memenuhi kriteria ilmiah. Sebuah riset
memiliki rangkaian prosedur tertentu agar analisa atau hasil kajiannya terverifikasi
secara saintifik.
Tidak semua aktivitas analisa bisa disebut riset. Pasalnya, pelaksanaan penelitian
ilmiah harus dilakukan sesuai dengan kaidah dan prosedur yang spesifik. Lantas, apa
sebenarnya tujuan dari riset? Maksud dilakukannya riset adalah:
1. Mengidentifikasi hal baru
2. Memecahkan masalah yang ada
3. Menafsirkan sesuatu
4. Meningkatkan ilmu
E. Isu Dan Riset Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini
1. Isu Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini
a. Bullying/Perundungan
Bullying merupakan sebuah tindakan tidak terpuji yang bermaksud untuk
mengganggu dan menyakiti seseorang dan dilakukan secara sengaja. Bullying
terbagi menjadi dua yaitu bullying secara verbal dan secara fisik. Tindakan bullying
ini seringkali terjadi di dalam lingkungan pendidikan dan umumnya dilakukan
pelajar secara berkelompok. Korban bullying di lingkungan pendidikan biasanya
adalah para pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang rendah, kurang optimis,
dan tidak memiliki power untuk menghadapi para pelaku bullying. Ada banyak
faktor yang menyebabkan mengapa tindakan bullying di sekolah rawan terjadi,
diantaranya karena faktor kurangnya pengawasan guru, faktor kepribadian yang
kurang dapat berempati pada sesama, faktor ingin menjadi perhatian dari
lingkungan pertemanan, faktor ingin mempertunjukkan kekuasaan dan power
kelompok, faktor pengendalian emosi yang buruk, bahkan karena faktor pernah
menjadi korban bullying.
2
10

Dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying bagi korban yaitu dari sisi
psikologis, dimana korban akan memiliki rasa traumatis. Rasa trauma tersebut akan
berlanjut hingga menyebabkan korban sulit untuk berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain, menjadi pribadi yang tertutup, bahkan tak jarang mengalami
depresi hingga bunuh diri.

b. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan sebuah tindakan yang disengaja dengan maksud
untuk melecehkan seseorang dari segi seksualitas dan disertai dengan pemaksaan
atau ancaman. Pelecehan seksual sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pelecehan
secara verbal maupun pelecehan secara fisik. Pelecehan secara verbal maksudnya
adalah korban dilecehkan melalui perkataan vulgar atau yang mengarah pada
seksualitas, sedangkan pelecehan secara fisik maksudnya adalah korban dilecehkan
dalam bentuk fisik, seperti hubungan intim dan sebagainya. Kasus mengenai
pelecehan di lingkungan pendidikan sudah seringkali terdengar dengan rata-rata
korbannya merupakan para pelajar dan mahasiswa. Motif pelecehan seksual di
lingkungan pendidikan sangat beragam, namun yang paling sering terjadi adalah
karena adanya rasa ketertarikan kepada lawan jenis.
Motif pelecehan seksual di lingkungan pendidikan juga dapat disebabkan
karena adanya ‘power’ yang dimiliki oleh pelaku pelecehan didalam instansi
pendidikan. Korban pelecehan seksual di lingkungan pendidikan umumnya
didominasi oleh perempuan. Tindakan pelecehan seksual di lingkungan pendidikan
ini tentunya memberikan dampak yang begitu besar bagi para korban utamanya dari
sisi psikologis
c. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan sebuah tindakan yang bertujuan memberi perlakuan
berbeda pada orang lain berdasarkan kepetingan, ciri, atau karakter seseorang dan
dilakukan secara sengaja. Kasus mengenai diskriminasi dalam dunia pendidikan di
Indonesia sudah sering terdengar.Diskriminasi yang terjadi di dalam lingkungan
pendidikan terdiri dari berbagai macam bentuk. Misalnya terdapat diskriminasi
yang dilakukan terhadap siswa pindahan dari luar daerah yang berbeda suku karena
adanya stigma negatif kepada suku tersebut. Kemudian contoh berikutnya yaitu
adanya diskriminasi karena kondisi ekonomi keluarga yang rentan terjadi di sekolah
elit yang dilakukan oleh kelompok siswa dari kalangan keluarga ekonomi
11

menengah ke atas kepada siswa dari kalangan keluarga ekomomi menengah ke


bawah. Contoh lainnya yaitu diskriminasi di sekolah umum kepada siswa
penyandang disabilitas. Tidak hanya itu, tindakan seperti membeda-bedakan antara
murid yang pintar dengan yang kurang pintar yang sering dilakukan para guru juga
merupakan suatu tindakan diskriminasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tindakan diskriminasi di lingkungan


pendidikan, namun pada umumnya diskriminasi tersebut terjadi karena adanya
prasangka negatif dan stereotip terhadap hal tertentu. Dampak dari diskriminasi di
lingkungan pendidikan diantaranya dapat menyebabkan para korban kehilangan
kepercayaan diri, merasa terisolasi oleh orang disekitarnya, kehilangan motivasi
untuk sekolah hingga merasakan keputusasaan.
2. Riset Pembelajaran Moral Dan Agama Anak Usia Dini
Pada tahun 2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
adanya 119 kasus perundungan terhadap anak. Jumlah ini melonjak dari tahun-
tahun sebelumnya yang berkisar 30-60 kasus per tahun. Kasus perundungan di
dunia pendidikan masih terjadi di sepanjang tahun 2021. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2021 ada 17 kasus yang
melibatkan peserta didik dan pendidik.
Komisioner KPAI, Retno Listyarti mengungkapkan, kasus bullying di satuan
pendidikan terjadi di sejumlah daerah, mulai dari SD sampai SMA/SMK. Seluruh
kasus yang tercatat melibatkan sekolah-sekolah di bawah kewenangan
kemendikbudristek, Namun kasus bullying ini tak hanya terjadi di lingkungan
satuan pendidikan. Ada juga yang berasal dari luar satuan pendidikan namun
melibatkan siswa, seperti kasus tawuran antar pelajar.
Berikut rincian kasus bullying yang terjadi sepanjang tahun 2021 berdasarkan
pengumpulan data yang dilakukan KPAI mulai 2 Januari hingga 27 Desember
2021;
Wilayah kejadian meliputi 11 provinsi, antara lain;
a. Jawa Barat
b. Jawa Timur
c. Daerah Istimewa Yogyakarta
d. DKI Jakarta
e. Banten
f. Kepulauan Riau
2

12
g. Sulawesi Tenggara
h. Kalimantan Utara
i. NTT
j. NTB
k. Sumatera Selatan
Sedangkan untuk kabupaten/kota meliputi;
a. Bekasi, Jabar
b. Kota Bogor, Jabar
c. Kabupaten Bogor, Jabar
d. Bandung, Jabar
e. Karawang, Jabar
f. Kulonprogo, DIY
g. Bantul, DIY
h. Malang, Jatim
i. Jakarta Selatan, Jakarta
j. Tangerang Selatan, Banten
k. Kota Batam
l. Bau Bau, Sultra
m. Kota Tarakan, Kalimantan Utara
n. Alor, NTT
o. Dompu, NTB
p. Musi Rawas, Sumsel
Sementara untuk jenis kasus didominasi oleh tawuran pelajar dengan rincian;
a. Kekerasan berbasis SARA, 1 kasus
b. Bullying, 6 kasus
c. Tawuran pelajar, 10 kasus
Komisioner bidang pendidikan Retno Listyarti saat konferensi pers tentang
KPAI di awal 2019 mencatat banyaknya kasus-kasus anak di bidang pendidikan.
Pada bulan Januari, Februari dan September, KPAI tidak mencatat ada kasus
perundungan di satuan pendidikan. Namun, pada bulan Oktober justru banyak
sekali kasus perundungan yang terjadi.
Para pelaku kekerasan di pendidikan terdiri dari teman sebaya, guru, orang tua,
pembina, dan kepala sekolah. Kasus kekerasan di sekolah didominasi oleh teman
sebaya sebanyak 11 kasus. Sedangkan pelaku guru ada 3 kasus dan pelaku
13

pembina, kepala sekolah, dan orang tua siswa masing-masing 1 kasus. Adapun
korban mayoritas adalah anak, hanya 1 kasus korbannya adalah guru yang
mengalami pengeroyokan yang dilakukan oleh orang tua siswa.
KPAI mengecam segala bentuk kekerasan di satuan pendidikan, sekolah
seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Lembaga
pendidikan seharusnya menyemai nilai-nilai demokrasi dan penghargaan atas hak
asasi manusia. KPAI juga mendorong KemendikbudRistek untuk melakukan
monitoring dan evaluasi terkait implementasi dari Permendikbud Nomor 82 Tahun
2015 tentang pencegahan dan penanggulangan kekerasan di satuan pendidikan,
karena dari hasil pengawasan KPAI di sejumlah sekolah yang terdapat kasus
kekerasannya ternyata pihak sekolah tidak mengetahui Permendikbud tersebut.
KPAI juga mendorong KemendikbudRistek untuk mensosialisasi secara masif
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 kepada Dinas-Dinas Pendidikan di seluruh
Kabupaten/Kota dan provinsi serta sekolah-sekolah, karena masih cukup banyak
sekolah yang belum tahu Permendikbud 82 tersebut.Mereka juga meminta dinas-
dinas pendidikan dan kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota dan provinsi
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan secara berkala terhadap
sekolah/madrasah/pondok pesantren untuk memastikan perlindungan anak-anak
dari berbagai bentuk kekerasan di satuan pendidikan.
Selain itu, portal-portal pengaduan kekerasan di satuan pendidikan harus
banyak dan mudah diakses korban dan saksi. KPAI juga mendorong satuan
pendidikan harus berani mengakui dan mengumumkan adanya kasus kekerasan
seksual maupun perundungan di lingkungan satuan pendidikan disertai permintaan
maaf.
2

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Moral diartikan sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang
berhubungan dengan tuntan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan
meningalakan perbuatan jelek yang bertentangan dengan ketentuhan yang berlaku
dalam suatu masyarakat.
Nilai Agama Islam adalah suatu upaya mengembangkan pengetahuan dan
potensi yang ada mengenai masalah dasar yaitu berupa ajaran yang bersumber kepada
wahyu Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal dengan orientasi
pahala dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat merasuk kedalam diri
manusia sebagai pedoman dalam hidupnya.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur
non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan
PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
Pengertian Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang
dapat di perdebatkan.
Berasal dari kata research, riset adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang
berarti penelitian. Dalam hal ini, pelaksanaan riset dilakukan secara metodikal dengan
menggunakan kaidah ilmiah untuk mendapatkan temuan atau penyelesaian dari suatu
masalah.
Contoh isu pembelajaran moral dan agama anak usia dini antara lain
perundungan, pelecehan seksual dan diskrminasi. Sedangkan riset KPAI menyebutkan
bahwa masalah yang terjadi banyak kasus dalam hal perundungan dan tawuran.

B. Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penuls
mengharap kritik dan saran demi kebaikan di makalah selanjutnya.
15

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2007

As, Asmara, Pengantar Studi, cet 1, Jakarta : Rajawali Press, 2002

Chaplin, Pengertian moral dalam kamus pisikologi, Jakarta : Bumi Aksara, 2004

Chatib, Thoba. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2006

Darajat, Zakiyah, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2002,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka, 2004

Hasan,M. Thohah. Produk Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta :


Bangun Prakarya, 2006

http://yblogrudipurwanto.blogspot.com/2013/04/manajemen-isu-menentukan-
stoptidaknya.html . diakses pada Minggu, 30 Desember 2022, pukul : 13.10

Hurlock, Pengertian moral Edisi ke-6, Jakarta : Bumi Rajawali, 2000

M.Arifin. Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta:Bumi Aksara, 2006

Madjid,, Nurcholis. Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam


Kehidupan Masyarakat, Jakarta: Paramadina, 2000

Mulyana , Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004

Shaleh, Abdurrahman. Pendidikan Agama Islamdi SD, Jakarta: Bulan Bintang, 2006
2

Syukir, Asmuni. Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya : Al-Ikhlas,t,t 16

Tim Penyusunan Kamus pusat dan pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud,
kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994

You might also like