You are on page 1of 16

11

ISU-ISU DAN RISET PEMBELAJARAN MORAL DAN AGAMA ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Mumun Mulyati, M.Pd

Disusun Oleh:

Atina Husniyah (22.03.00.003)

Meydiana Sulihas Salim (19.03.00.005)

Tutiek Ari Santi (22.03.00.003)

ROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH

JAKARTA

2023
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Isu Dan Riset Pembelajaran Moral Dan
Agama Anak Usia Dini”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami dalam menulis makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu mata kuliah, Ibu Mumun Mulyati, M.Pd, serta keluarga
yang kami sayangi dan juga teman-teman seperjuangan yang sangat kami cintai.

Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya nantinya
penulis dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembacanya.

Jakarta, 2 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………........................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………….…….. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………….…… 2
C. Tujuan Pembahasan …………………………………….. 2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral ................................................................3


B. Pengertian Nilai …..................................................….......4
C. Pengertian Anak Usia Dini............................................... 6
D. Isu Dan Riset ....................................................................
1. Pengertian Isu ..................................................
2. Pengertian Riset .............................................
3. Tujuan Riset .................................................
E. Isu Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini
F. Riset Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………. 12
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanat Allah pada orang tua yang pada akhirnya nanti akan
dimintai pertanggung jawaban.Anak merupakan bagian dari keluarga,maka secara
kodrati orang tuanyalah yang bertanggung jawab menyerap apa saja yang
dilihat,diberikan maupun didengarnya,karena ia belum mempunyai konsep untuk
menolaknya. Maka sudah menjadi kewajiban orang tua atau orang disekelilingnya
untuk memberikan perhatian masalah agama yang meliputi keimanan,ibadah dan
akhlak.Sebab pada dasarnya pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola
kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan,kecerdasan
otak,penalaran,perasaan dan indera.1
Anak yang telah mempunyai potensi sejak lahir sangat memungkinkan untuk
ditumbuh kembangkan dan dipupuk dengan nilai – nilai keagamaan sejak dini.Rasa
ketuhanan itu akan mendapat dorongan untuk berkembang secara optimal dengan
penanaman nilai keagamaan sejak dini.Apabila tidak dibina secara baik masa
perkembangan terbesar psikis dan indra ini akan yang sesuai dengan sasaran atau
anak didik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Hakekat dari pendidikan agama adalah penanaman moral beragama pada
anak,sedangkan pengajaran adalah memberikan pengetahuan agama pada anak didik2
Pendidikan nilai-nilai keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting
keberadaannya dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini,
hal ini merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani jenjang
pendidikan selanjutnya. 
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak, diperlukan berbagai macam
metode dan pendekatan. Pendekatan yang dimaksud adalah cara yang teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar tercapai hasil yang baik seperti
dikehendaki. Pendekatan juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Guru di
Taman Kanak-kanak yang dalam kegiatannya memerlukan berbagai metode dan
pendekatan untuk mengembagkan berbagai kemampuan dan potensi yang ada pada diri
1
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner.(Jakarta:Bumi Aksara.1996),h 40

2
Asmuni Syukir,Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam,(Surabaya : Al-Ikhlas,t,t),h 157
anak didik. Untuk itu, guru Taman Kanak-kanak dituntut memiliki kemampuan
profesional dan komprehensif terutama dalam memilih dan menentukan metode dan
pendekatan yang efektif. Dimana nantinya dalam proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik tanpa mengorbankan anak, tanpa merebut hak anak untuk
bermain dalam suasana terbuka dan menyenangkan. 

Pendidikan agama pada dasarnya adalah membina (melestarikan) fitrah agama pada
anak yang dibawa sejak lahir,agar tidak luntur menjadi atheis atau bahkan menganut
agama selain agama Islam.Oleh karena itu yang harus diperhatikan adalah membiasakan
anak untuk melaksanakan syari’at agama dan menjauhkan larangan-Nya.Proses
pendidikan tidak selamanya bisa dipegang orang tua,untuk itu diperlukan bantuan orang
lain atau suatu lembaga untukmenangani masalah pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian moral?
2. Apa pengertian Nilai-nilai Agama?
3. Apa pengertian Anak Usia Dini?
4. Apa pengertan Isu Dan Riset?
5. Apa saja isu dan riset tentang pembelajaran moral dan agama anak usia dini?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang :
1. Pengertian moral
2. Pengertian Nilai-nilai Agama
3. Pengertian Anak Usia Dini
4. Pengertian Isu Dan Riset
5. Isu dan riset tentang pembelajaran moral dan agama anak usia dini

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral
Moral diambil dari bahasa latin mos (jamak, morse) yang berarti kebiasaan, adat.
Sementara moralitas secara lughawi juga berasal dari kata mos bahasa latin (jamak,
morse) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata „bermoral‟ mengacu bagaimana suatu
masyarakat yang berbudaya berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan kata sifat
lain moralis, mempunyai arti yang sama, maka dalam pengetiannya lebih diletakan pada
pengunaan moralitas, karena sipatnya yang abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan yang baik dan yang buruk.
Sama dengan pengertian tersebut, W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas sebagai
“kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar atau
salah, baik atau buruk. Moralitas mencangkup tentang baik buruknya perbuatan manusia.3
Boran, dkk mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri Badiningsih, bahwa moral adalah
hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang mengatakan salah atau
benar. Ada beberapa istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk menunjukan
maksud yang sama, istilah moral, akhlak, karakter, etika, budi pekertidan susila.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “moral” diartikan sebagai keadaan baik dan
buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti,
dan kesusilaan. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuata.
Selaian itu moral berarti sebagai ajaran kesusilaan. Kata moral sendiri berasal dari bahasa
latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidunpan, adat istiadat dan kebiasaan.4
Menurut para ahli ada beberapa pengertian moral sebagai berikut :
a. Pengertian moral dalam kamus pisikologi
dituliskan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial,
atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.5
b. Pengertian moral dalam Hurlock
Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
Moral sendiri berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan
konsep-konsep moral atau peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya.6

3
Asmara As, Pengantar Studi, cet 1, (Jakarta :Rajawali Press, 1992) h 8
4
Tim Penyusunan Kamus pusat dan pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud kamus besar bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, , 1994) h 192
5
Chaplin, Pengertian moral dalam kamus pisikologi Jakarta 2006
6
Hurlock Pengertian moral Edisi ke-6, jakarta 1990
c. Pengertian moral menurut Webster new word dictionary
bahwa moral adalah suatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan
menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku.
d. Maria Assumpta: pengertian moral adalah aturan-aturan(rule) mengenai sikap
(attitude) dan perilaku manusia (human behavior) sebagai manusia. Hal ini mirip bila
dikatakan bahwa orang yang bermoral atau dikatakan memiliki moral adalah
manusia yang memanusiakan orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulan bahwa moral sebagai ajaran
kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik dan meningalakan perbuatan jelek yang bertentangan dengan
ketentuhan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
B. Pengertian Nilai-nilai Agama
Nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun dirasakan
dan tak terbatas ruang lingkupnya. Menurut Mulyana secara hakiki sebenarnya nilai
agama merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan
dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang
datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan (unity).
Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia
dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan.
Nilai- nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi normatif
yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan batil, diridhoi dan
dikutuk oleh Allah SWT. 7.Internalisasi merupkan sentral perubahan kepribadian yang
merupakan dimensi kritis terhadap perubahan diri manusia yang di dalamnya memiliki
makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak
manusia. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia
yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya, karena keabstrakannya itu maka
timbul bermacam-macam pengertian, di antaranya sebagai berikut:
Rahmat Mulyana Mengartikan Pendidikan Nilai sebagai berikut :
a. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan maupun perilaku.8

7
Rahmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 36
8
Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam,
4 (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) h.260
b. Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan
bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan
fungsi-fungsi bagian-bagiannya.9
c. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.10
d. Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi hanya dapat
dialami dan dipahami secara langsung.11
e. Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, bukan benda kongkrit, bukan
fakta, bukan hanya persoalan benar salah yang menurut pembuktian empirik,
melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.12
Beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu adalah
sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang
dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku. Dengan
demikian untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain
berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
Nilai merupakan gagasan umum orang-orang, yang berbicara seputar apa yang baik atau
buruk, yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, nilai mewarnai pemikiran seseorang
yang telah menjadi satu dan tidak dapat di lepaskan dalam kehidupannya sehari-hari.
Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu
yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat yakni bahwa sifat ini
manjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun
sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai
nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama’ mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi
pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya. Pengertian agama menurut
Tholhah Hasan adalah mendasari orientasi pada dosa dan pahala, halal dan
haramnya.13Sedangkan pengertian agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
bersumber kepada wahyu dari Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui
Nabi Muhammad Saw. Untuk kesejakteraan umat manusia di dunia maupun di akhirat.14
Jadi pengertian nilai Agama Islam adalah suatu upaya mengembangkan
pengetahuan dan potensi yang ada mengenai masalah dasar yaitu berupa ajaran yang
9
H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.141
10
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.11
11
Thoba Chatib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), h. 61
12
Ibid.

13
M. Thohah Hasan, Produk Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta : Bangun Prakarya,
1986), h.57
14
Abdurrahman Shaleh, Pendidikan Agama Islamdi SD (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 115
bersumber kepada wahyu Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal
dengan orientasi pahala dan dosa, sehingga ajaran-ajaran Islam tersebut dapat merasuk
kedalam diri manusia sebagai pedoman dalam hidupnya. 15 Macam-macam nilai-nilai
agama menurut Nurcholis Madjid, ada beberapa nilai-nilai agama yang harus ditanamkan
pada anak dan kegiatan pendidikan yang mana ini merupakan inti dari pendidikan agama.
Diantara nilai-nilai dasar yaitu: Iman, Islam, Ihsan, Taqwa, Ikhlas, Tawakkal, Syukur,
Sabar.16
C. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undangundang
Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut
Mansur anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa
mendatang.
Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan
anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun
perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Sesuai
dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini
(PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal,
nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-
kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB),
taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina
keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan
PAUD sejenis (SPS). Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia
dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak

15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), h.414
16
Nurcholis Madjid, Masyarakat Religious Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 98-100
(TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU
sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat
tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan
melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA)
atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA
D. Isu Dan Riset
1. Pengertian Isu
Munculnya sebuah isu dalam sebuah perusahaan atau organisasi tidak dapat diprediksi
sebelumnya, oleh sebab itu perusahaan atau organisasi diminta untuk selalu siap
mengatasi isu-isu yang memungkinkan dapat membuat perusahaan atau organisasi
tersebut menjadi krisis. Penanganan isu oleh perusahaan atau organisasi ini beragam, hal
ini sangat berkaitan seberapa besar potensi isu yang muncul tersebut mempengaruhi
perusahaan atau organisasi.
Kemunculan sebuah isu awalnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian pengertian
yang dimiliki oleh pihak manajemen dan public perusahaan, untuk lebih memahami
definisi dari isu, berikut beberapa isu yang dikemukakan dari berbagai sumber : Isu
terjadi ketika sebuah masalah menjadi terfokus pada satu pertanyaan khusus yang bisa
mengarahkan pada pertikaian dan beberapa jenis resolusi.
Pengertian Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang dapat
di perdebatkan. Jadi dari pengertiannya makna isu menjurus kepada adanya suatu
masalah dalam suatu organisasi, lembaga, kelompok yang membutuhkan penanganan.
Jadi sebenarnya dari pengertiannya isu mengacu kepada adanya adanya suatu bibit
permasalahan yang kemudian menyebabkan timbulnya perdebatan.17 Isu merupakaan
perbedaan pendapat yang diperdebatkan, masalah fakta, evaluasi, atau kebijakan yang
penting bagi pihak-pihak yang berhubungan.Lalu yang terakhir didefinisikan bahwa isu
merupakan sebuah konsekuensi dari tindakan yang diusulkan seseorang atau pihak lain
yang dapat membawa dampak dalam negosiasi pribadi dan penyesuaian, sipil dan
criminal litigasi, atau hal yang dapat menjadi sebuah masalah dari kebijakan publik
melalui legislativ aturan tindakan.

17
http://myblogrudipurwanto.blogspot.com/2013/04/manajemen-isu-menentukan-stoptidaknya.html . diakses
pada Minggu, 30 Desember 2022, pukul : 13.10
Definisi sederhana lainnya menurut Regester dan Larkin bahwa sebuah isu
mempresentasikan suatu kesenjangan antara praktek koorporat dengan harapan-harapan
para stakeholdernya. Dengan kata lain, sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah
suatu kondisi atau peristiwa, baik didalam maupun diluar organisasi, yang jika dibiarkan
akan menjadi efek yang signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada
target-trget organisasi tersebut dimasa mendatang. Selain itu biasanya kita juga pernah
kata rumor, rumor merupakan beragam informasi dengan berbagai versi yang tidak jelas
siapa sumbernya, tidak jelas siapa yang pertama kali menyampaikannya dan tidak jelas
pula kabar atau informasi tersebut mengandung kebenaranttp atau tidak., istilah seperti ini
sama halnya dengan sebuah gossip, selentingan atau grapevine. Isu bisa meliputi
masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai yang tengah berlangsung
dalam kehidupan masyarakat.
Munculnya sebuah isu dapat disebabkan oleh :
1. Ketidakpuasan sekelompok masyarakat.
2. Terjadinya peristiwa dramatis
3. Perubahan social
4. Kurang optimalnya kekuatan pemimpin.
Dari apa yang dijelaskan diatas, terlihatlah bahwa pengertian isu menjurus pada
adanya masalah dalam suatu perusahaan atau organisasi yang membutuhkan penanganan.
Disebutkan diatas terdapat beberapa kesamaan makna bahwa setiap perusahaan tidak
pernah mengharapkan akan munculnya isu. Ketika isu mulai muncul dalam sebuah
perusahaan atau organisasi, maka dapat dipastikan akan terjadi kesenjangan perusahaan
dengan publiknya.
2. Pengertin riset
Berasal dari kata research, riset adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang
berarti penelitian. Dalam hal ini, pelaksanaan riset dilakukan secara metodikal dengan
menggunakan kaidah ilmiah untuk mendapatkan temuan atau penyelesaian dari suatu
masalah.
Adapun kegiatan riset meliputi beberapa hal yaitu pengumpulan, pengolahan,
pengkajian, dan penyajian data secara sistematis. Untuk melakukannya, seorang peneliti
harus bersikap objektif dan menggunakan bukti empiris dalam mengemukakan analisis
suatu data. Oleh karena itu, pengerjaan riset membutuhkan metode ilmiah agar
mendapatkan hasil yang berkualitas. Menurut pakar sosiologi asal Amerika, Earl Robert
Babbie, riset adalah penyelidikan atau percobaan sistematis untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena tertentu. Terdapat dua metode
dalam kegiatannya, yaitu metode induktif dan deduktif.
3. Tujuan Riset
Penelitian atau riset adalah suatu kegiatan yang fokus pada penemuan bersifat
rasional. Maka dari itu, pelaksanaannya harus memenuhi kriteria ilmiah. Sebuah riset
memiliki rangkaian prosedur tertentu agar analisa atau hasil kajiannya terverifikasi secara
saintifik.
Tidak semua aktivitas analisa bisa disebut riset. Pasalnya, pelaksanaan penelitian
ilmiah harus dilakukan sesuai dengan kaidah dan prosedur yang spesifik. Lantas, apa
sebenarnya tujuan dari riset? Maksud dilakukannya riset adalah:
a. Mengidentifikasi hal baru
b. Memecahkan masalah yang ada
c. Menafsirkan sesuatu
d. Meningkatkan ilmu

E. Isu Pembelajaran Moral dan Agama Anak Usia Dini


1. Bullying atau perundungan
Bullying merupakan sebuah tindakan tidak terpuji yang bermaksud untuk
mengganggu dan menyakiti seseorang dan dilakukan secara sengaja. Bullying terbagi
menjadi dua yaitu bullying secara verbal dan secara fisik. Tindakan bullying ini
seringkali terjadi di dalam lingkungan pendidikan dan umumnya dilakukan pelajar secara
berkelompok. Korban bullying di lingkungan pendidikan biasanya adalah para pelajar
yang memiliki rasa percaya diri yang rendah, kurang optimis, dan tidak memiliki power
untuk menghadapi para pelaku bullying. Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa
tindakan bullying di sekolah rawan terjadi, diantaranya karena faktor kurangnya
pengawasan guru, faktor kepribadian yang kurang dapat berempati pada sesama, faktor
ingin menjadi perhatian dari lingkungan pertemanan, faktor ingin mempertunjukkan
kekuasaan dan power kelompok, faktor pengendalian emosi yang buruk, bahkan karena
faktor pernah menjadi korban bullying. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku bullying
bagi korban yaitu dari sisi psikologis, dimana korban akan memiliki rasa traumatis. Rasa
trauma tersebut akan berlanjut hingga menyebabkan korban sulit untuk berinteraksi dan
bersosialisasi dengan orang lain, menjadi pribadi yang tertutup, bahkan tak jarang
mengalami depresi hingga bunuh diri.
2. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual merupakan sebuah tindakan yang disengaja dengan maksud untuk
melecehkan seseorang dari segi seksualitas dan disertai dengan pemaksaan atau ancaman.
Pelecehan seksual sendiri terbagi menjadi dua, yaitu pelecehan secara verbal maupun
pelecehan secara fisik. Pelecehan secara verbal maksudnya adalah korban dilecehkan
melalui perkataan vulgar atau yang mengarah pada seksualitas, sedangkan pelecehan
secara fisik maksudnya adalah korban dilecehkan dalam bentuk fisik, seperti hubungan
intim dan sebagainya. Kasus mengenai pelecehan di lingkungan pendidikan sudah
seringkali terdengar dengan rata-rata korbannya merupakan para pelajar dan mahasiswa.
Motif pelecehan seksual di lingkungan pendidikan sangat beragam, namun yang paling
sering terjadi adalah karena adanya rasa ketertarikan kepada lawan jenis.
Motif pelecehan seksual di lingkungan pendidikan juga dapat disebabkan karena
adanya ‘power’ yang dimiliki oleh pelaku pelecehan didalam instansi pendidikan. Korban
pelecehan seksual di lingkungan pendidikan umumnya didominasi oleh perempuan.
Tindakan pelecehan seksual di lingkungan pendidikan ini tentunya memberikan dampak
yang begitu besar bagi para korban utamanya dari sisi psikologis.
3. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan sebuah tindakan yang bertujuan memberi perlakuan
berbeda pada orang lain berdasarkan kepetingan, ciri, atau karakter seseorang dan
dilakukan secara sengaja. Kasus mengenai diskriminasi dalam dunia pendidikan di
Indonesia sudah sering terdengar.Diskriminasi yang terjadi di dalam lingkungan
pendidikan terdiri dari berbagai macam bentuk. Misalnya terdapat diskriminasi yang
dilakukan terhadap siswa pindahan dari luar daerah yang berbeda suku karena adanya
stigma negatif kepada suku tersebut. Kemudian contoh berikutnya yaitu adanya
diskriminasi karena kondisi ekonomi keluarga yang rentan terjadi di sekolah elit yang
dilakukan oleh kelompok siswa dari kalangan keluarga ekonomi menengah ke atas
kepada siswa dari kalangan keluarga ekomomi menengah ke bawah. Contoh lainnya yaitu
diskriminasi di sekolah umum kepada siswa penyandang disabilitas. Tidak hanya itu,
tindakan seperti membeda-bedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar
yang sering dilakukan para guru juga merupakan suatu tindakan diskriminasi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tindakan diskriminasi di lingkungan
pendidikan, namun pada umumnya diskriminasi tersebut terjadi karena adanya prasangka
negatif dan stereotip terhadap hal tertentu. Dampak dari diskriminasi di lingkungan
pendidikan diantaranya dapat menyebabkan para korban kehilangan kepercayaan diri,
merasa terisolasi oleh orang disekitarnya, kehilangan motivasi untuk sekolah hingga
merasakan keputusasaan.
F. Riset Pembelajaran Moral Dan Agama Anak Usia Dini
Pada tahun 2020, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya 119
kasus perundungan terhadap anak. Jumlah ini melonjak dari tahun-tahun sebelumnya
yang berkisar 30-60 kasus per tahun. Kasus perundungan di dunia pendidikan masih
terjadi di sepanjang tahun 2021. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat,
sepanjang tahun 2021 ada 17 kasus yang melibatkan peserta didik dan pendidik.
Namun kasus bullying ini tak hanya terjadi di lingkungan satuan pendidikan. Ada juga
yang berasal dari luar satuan pendidikan namun melibatkan siswa, seperti kasus tawuran
antar pelajar. Berikut rincian kasus bullying yang terjadi sepanjang tahun 2021
berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan KPAI mulai 2 Januari hingga 27
Desember 2021;
Wilayah kejadian meliputi 11 provinsi, antara lain;
1. Jawa Barat
2. Jawa Timur
3. Daerah Istimewa Yogyakarta
4. DKI Jakarta
5. Banten
6. Kepulauan Riau
7. Sulawesi Tenggara
8. Kalimantan Utara
9. NTT
10. NTB
11. Sumatera Selatan

Sedangkan untuk kabupaten/kota meliputi;


1. Bekasi, Jabar
2. Kota Bogor, Jabar
3. Kabupaten Bogor, Jabar
4. Bandung, Jabar
5. Karawang, Jabar
6. Kulonprogo, DIY
7. Bantul, DIY
8. Malang, Jatim
9. Jakarta Selatan, Jakarta
10. Tangerang Selatan, Banten
11. Kota Batam
12. Bau Bau, Sultra
13. Kota Tarakan, Kalimantan Utara
14. Alor, NTT
15. Dompu, NTB
16. Musi Rawas, Sumsel
Sementara untuk jenis kasus didominasi oleh tawuran pelajar dengan rincian;
a. Kekerasan berbasis SARA, 1 kasus
a. Bullying, 6 kasus
b. Tawuran pelajar, 10 kasus
Komisioner bidang pendidikan Retno Listyarti saat konferensi pers tentang KPAI di
awal 2019 mencatat banyaknya kasus-kasus anak di bidang pendidikan. Pada bulan
Januari, Februari dan September, KPAI tidak mencatat ada kasus perundungan di satuan
pendidikan. Namun, pada bulan Oktober justru banyak sekali kasus perundungan yang
terjadi.
Para pelaku kekerasan di pendidikan terdiri dari teman sebaya, guru, orang tua,
pembina, dan kepala sekolah. Kasus kekerasan di sekolah didominasi oleh teman sebaya
sebanyak 11 kasus. Sedangkan pelaku guru ada 3 kasus dan pelaku pembina, kepala
sekolah, dan orang tua siswa masing-masing 1 kasus.
Adapun korban mayoritas adalah anak, hanya 1 kasus korbannya adalah guru yang
mengalami pengeroyokan yang dilakukan oleh orang tua siswa.
KPAI mengecam segala bentuk kekerasan di satuan pendidikan, sekolah seharusnya
menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Lembaga pendidikan
seharusnya menyemai nilai-nilai demokrasi dan penghargaan atas hak asasi manusia.
KPAI juga mendorong Kemendikbud Ristek untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terkait implementasi dari Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang
pencegahan dan penanggulangan kekerasan di satuan pendidikan, karena dari hasil
pengawasan KPAI di sejumlah sekolah yang terdapat kasus kekerasannya ternyata pihak
sekolah tidak mengetahui Permendikbud tersebut.
KPAI juga mendorong KemendikbudRistek untuk mensosialisasi secara masif
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 kepada Dinas-Dinas Pendidikan di seluruh
Kabupaten/Kota dan provinsi serta sekolah-sekolah, karena masih cukup banyak sekolah
yang belum tahu Permendikbud 82 tersebut.Mereka juga meminta dinas-dinas pendidikan
dan kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota dan provinsi untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan secara berkala terhadap sekolah/madrasah/pondok pesantren
untuk memastikan perlindungan anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan di satuan
pendidikan.
Selain itu, portal-portal pengaduan kekerasan di satuan pendidikan harus banyak dan
mudah diakses korban dan saksi.
KPAI juga mendorong satuan pendidikan harus berani mengakui dan mengumumkan
adanya kasus kekerasan seksual maupun perundungan di lingkungan satuan pendidikan
disertai permintaan maaf.
"Jangan ditutupi dengan menganggap sebagai aib, tetapi wajib melaporkan kepada pihak
kepolisian agar pelaku di proses hukum sehingga ada efek jera dan tidak ada korban lagi di
satuan pendidikan tersebut," tutupnya.

You might also like